Makalah Sejarah Peradaban Islam tentang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Arab di zaman dahulu memiliki kebiasaan menjadikan kejadian
besar yang ada sebagai patokan penanggalan. Peristiwa penyerangan pasukan
Gajah pimpinan Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah di kota Mekah,
dianggap sebagai sebuah peristiwa besar yang layak dijadikan patokan
penanggalan. Di tahun pertama penanggalan Gajah ini, di kota Mekah dan di
tengah keluarga Abdul Mutthalib, lahir seorang bayi yang kelak akan mengubah
perjalanan sejalah manusia. Dialah Muhammad putra Abdullah bin Abdul
Mutthalib.
Kelahiran bayi ini disambut dengan suka cita oleh keluarga bani Hasyim.
Di negeri Persia, kelahiran Muhammad bin Abdillah memadamkan api keramat
yang
selama
seribu
tahun
tidak
padam.
Kelahiran
Muhammad
juga
menggoyahkan sendi-sendi istana kaisar Rumawi. Muhammad lahir dengan
membawa janji risalah terakhir dari Allah untuk umat manusia. Agama Islam
adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan merupakan
agama yang terakhir dan satu-satunya diakui oleh Allah swt.
Agama islam ini sebagai pengganti agama-agama pendahulunya seperti
Agama Nasrani yang dibawa olah Nabi Isa as. Agama terakhir ini pun sebagai
agama penyempurna dari agama-agama pendahulunya. Agama islam diturunkan
di Makkah karena pada saat itu Makkah merupakan tempat kaum Jahiliyah yang
hidup dalam kesesatan. Untuk menghilangkan kesesatan tersebut Islam datang
dengan ajaran-ajaran Ilahiyah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Ajaran islam tidak hanya tentang ketuhanan saja namun sampai kepada ajaran
tentang persamaan hak manusia. Tetapi ajaran Islam tersebut menuai penolakan
yang silih berganti dari kaum kafir Quraisy sebagai penduduk mayoritas Makkah
saat itu.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah nabi Muhammad SAW?
b. Bagaimana fisik dan ciri-ciri nabi Muhammad SAW?
c. Bagaimana proses bertemu dan menikahnya nabi Muhammad dengan siti
Khadijah R.a?
d. Dimana pertama turunnya wahyu yang dibawa oleh malaikat jibril untuk
disampaikan kepada nabi Muhammad?
C. Tujuan Makalah
a. Menjelaskan sejarah singkat nabi Muhammad SAW.
b. Menjelaskan ciri-ciri fisik nabi Muhammad SAW.
c. Menjelaskan proses bertemu dan menikahnya nabi Muhammad dengan siti
Khadijah R.a.
d. Menjelaskan proses pertama Turunnya wahyu yang dibawa oleh malaikat
jibril untuk disampaikan kepada nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Nabi Muhammad
"Muhammad" secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang
dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat
Al-Qur'an. Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" ()أحمد, yang dalam
bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku
Quraisy (suku terbesar di mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu AlAmin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya
"yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan
gelar Rasul Allāh ()رسول الله, kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu
'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi
kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW")
setelah namanya. Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang
berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang
bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah
bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma`ad bin Adnan. Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin
Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul
Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah,
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin
Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy)
bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur
bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih
(Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin
Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda
bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Muhammad lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan
tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah,
di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah
paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu
pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di
Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih dalam
kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan
seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh
Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab
mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya
serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya
jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang
terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal,
Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya
meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta
menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani
pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan
Palestina).
B. Fisik dan ciri-ciri Nabi Muhammad
Sosok Muhammad digambarkan oleh salah satu istrinya Aisyah,
sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih
hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik
adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan terurai hingga bahu. Kulit putih
kemerah-merahan, wajah cenderung bulat dengan mata hitam dan bulu mata
panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang kepala besar dan bahu lebar. Berperawakan sedang dan atletis. Jemari
tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.
Langkahnya cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua
telapak kaki dan dengan langkah yang cepat dan pasti. Muhammad dicirikan
sangat unik oleh para sahabatnya. Muhammad digambarkan sebagai orang yang
berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban. Dalam hadits lain diterangkan
mengenai corak fisik Muhammad, yaitu ia bertubuh sedang, kulitnya berwarna
cerah tidak terlalu putih dan tidak pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika
Muhammad wafat uban yang tumbuh di rambut dan janggutnya masih sedikit.
Ali menambahkan bahwa Muhammad memiliki rambut lurus sedikit
berombak. Tidak gemuk dan tidak terlalu besar, berperawak baik dan tegak.
Warna kulit cerah, matanya hitam dengan bulu mata yang panjang. Persendian
tulang yang kuat dada, tangan dan kakinya kekar. Tidak memiliki bulu yang tebal
tetapi hanya tipis dari dada sampai pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang,
maka ia akan menghadapkan wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian.
Di antara bahunya ada tanda kenabian. Muhammad orang yang baik hatinya dan
paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa
saja yang mendekati dan bergaul dengannya maka akan langsung merasa
terhormat, khidmat, menghargai dan mencintainya.
Hidungnya agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta
tampak agak menonjol jika pertama kali melihatnya padahal sebenarnya tidak.
Berjanggut tipis tapi penuh rata sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya putih
cemerlang dan agak renggang. Pundaknya bagus dan kokoh, seperti dicor perak.
Anggota tubuh lainnya normal dan proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang
dengan ukurannya. Tulang belikatnya cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak
tertutup bulu lebat, bersih dan bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari
dada hingga pusar.
Lengan dan dada bagian atas berbulu. Pergelangan tangannya cukup
panjang, telapak tangannya agak lebar serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari
tangan dan kaki cukup langsing. Jika berjalan agak condong kedepan melangkah
dengan anggun serta berjalan dengan cepat dan sering melihat kebawah dari pada
keatas. Jika berhadapan dengan orang maka ia memandang orang itu dengan
penuh perhatian dan tidak pernah melototi seseorang dan pandangannya
menyejukkan. Selalu berjalan agak dibelakang, terutama jika saat melakukan
perjalanan jarak jauh dan ia selalu menyapa orang lain terlebih dahulu.
Dari kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki
mulut yang agak lebar, di matanya terlihat juga garis-garis merahnya, serta
tumitnya langsing. Jabir (ra) juga meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat
Muhammad di bawah sinar rembulan, ia juga memperhatikan pula rembulan
tersebut, baginya Muhammad lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah berkata,
bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang cerah. Abu Hurairah
mengatakan bahwa Muhammad sangatlah rupawan, seperti dibentuk dari perak.
Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang
yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona mukanya
secemerlang matahari dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolaholah tanah digulung oleh langkah-langkah Muhammad jika sedang berjalan.
Dikatakan jika Abu Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya
Muhammad dan nampak ia seperti berjalan santai saja.
C. Bertemu dan menikah dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi
seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke
arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya
menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual
perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang
bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda
yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di
kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang
dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad
membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan
Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan
Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil
berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah,
mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah
berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang
dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang
dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat
itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan
dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin
bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih
memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman
Khadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya
sudah meninggal
sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang
biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan
bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan
dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.
Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad.
Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-isteri dan ibu-bapa, suami-isten yang
harmonis dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah
merasakan pedihnya kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad
yang telah kehilangan ibu-bapa semasa ia masih kecil.
D. Perbaikan Ka’bah
Pergaulan Muhammad dengan penduduk Mekah tidak terputus, juga
partisipasinya
dalam
kehidupan
masyarakat
hari-hari.
Pada waktu itu
masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar yang turun dari gunung,
pernah menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka'bah yang memang sudah
rapuk. Sebelum itupun pihak Quraisy memang sudah memikirkannya. Tempat
yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang
berharga di dalamnya. Hanya saja Quraisy merasa takut; kalau bangunannya
diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi beratap, dewa Ka'bah yang suci
itu akan menurunkan bencana kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliah
keadaan mereka diliputi oleh berbagai macam legenda yang mengancam
barangsiapa yang berani mengadakan sesuatu perubahan.
Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak umum. Tetapi sesudah
mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan,
walaupun masih serba takut-takut dan ragu-ragu. Suatu peristiwa kebetulan
telah terjadi sebuah kapal milik seorang pedagang Rumawi bernama Baqum2
yang dating dari Mesir terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum ini
seorang ahli bangunan
Sesudah
Quraisy
yang
mengetahui
juga
soal-soal perdagangan.
mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid bin'al-
Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke Jedah. Kapal itu dibelinya dari
pemiliknya, yang sekalian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke
Mekah guna membantu mereka membangun Ka'bah kembali.
Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Mekah ada seorang
Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahwa
diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum. Sudut-sudut Ka'bah itu
oleh Quraisy dibagi empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus
dirombak dan dibangun kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan
itu mereka masih ragu-ragu, kuatir akan mendapat bencana. Kemudian alWalid bin'l-Mughira tampil ke depan dengan sedikit takut-takut. Setelah ia
berdoa kepada dewa-dewanya mulai ia merombak bagian sudut selatan.3
Tinggal lagi orang menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan Tuhan nanti
terhadap al-Walid. Tetapi setelah ternyata sampai pagi tak terjadi apa-apa,
merekapun ramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang ada.
Dan Muhammad ikut pula membawa batu itu.
Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat disitu
dengan pacul tidak berhasil, dibiarkannya batu itu sebagai fondasi bangunan.
Dan gunung-gunung sekitar tempat itu sekarang orang-orang Quraisy mulai
mengangkuti batu-batu granit berwarna biru, dan pembangunanpun segera
dimulai. Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan
tiba
saatnya
meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur,
maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya
mendapat kehormatan meletakkan batu itu di tempatnya. Demikian memuncaknya
perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara karenanya.
Keluarga Abd'd-Dar dan keluarga 'Adi bersepakat takkan membiarkan
kabilah yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Untuk
itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga Abd'd-Dar membawa
sebuah baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna
memperkuat sumpah mereka. Karena itu lalu diberi nama La'aqat'd-Dam,
yakni 'jilatan darah'.
Abu Umayya bin'l-Mughira dari Banu Makhzum, adalah orang yang
tertua di antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan
serupa itu ia berkata kepada mereka: "Serahkanlah putusan kamu ini di tangan
orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini." Tatkala mereka melihat
Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: "Ini alAmin; kami dapat menerima keputusannya."
Lalu
mereka
menceritakan
peristiwa
itu
kepadanya.
Ia pun
mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api
permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai kain,"
katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu itu
lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya; "Hendaknya
setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka
bersama-sama
membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu Muhammad
mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya.
Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan.
Quraisy menyelesaikan
bangunan
Ka'bah
sampai
setinggi delapanbelas
hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka
dapat menyuruh atau melarang orang masuk. Di dalam itu mereka membuat
enam batang tiang dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang
sebuah tangga naik sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal di dalam
Ka'bah. Juga di tempat itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang
sebelum dibangun dan diberi beratap menjadi sasaran pencurian.
Mengenai umur Muhammad waktu membina Ka'bah dan memberikan
keputusannya tentang batu itu, masih terdapat perbedaan pendapat. Ada yang
mengatakan berumur duapuluh lima tahun. Ibn Ishaq berpendapat umurnya
tigapuluh lima tahun. Kedua pendapat itu baik yang pertama atau yang kemudian,
sama saja; tapi yang jelas cepatnya Quraisy menerima ketentuan orang yang
pertama memasuki pintu Shafa, disusul dengan tindakannya mengambil batu
dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di
tempatnya dalam Ka'bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata
penduduk Mekah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang
yang berjiwa besar.
E. Muhammad di Gua Hira
Kehidupan Muhammad ternyata tenteram adanya. Kalau tidak karena
kehilangan kedua anaknya tentu hidup beliau terasa sungguh nikmat bersama
Khadijah, yang setia dan penuh kasih, hidup sebagai ayah-bunda yang bahagia
dan rela. Oleh karena itu wajar sekali apabila Muhammad membiarkan
dirinya berjalan sesuai dengan bawaannya, bawaan berpikir dan bermenung,
dengan mendengarkan percakapan masyarakatnya tentang berhala-berhala,
serta apa pula yang dikatakan orang-orang Nasrani dan Yahudi tentang diri
mereka itu.
Ia berpikir dan merenungkan. Di kalangan masyarakatnya dialah orang
yang paling banyak berpikir dan merenung. Jiwa yang kuat dan berbakat ini,
jiwa yang sudah mempunyai persiapan kelak akan menyampaikan risalah
Tuhan kepada umat manusia, serta mengantarkannya kepada kehidupan rohani
yang hakiki, jiwa demikian tidak mungkin berdiam diri saja melihat manusia
yang sudah hanyut ke dalam lembah kesesatan. Sudah seharusnya ia mencari
petunjuk dalam alam semesta
ini, sehingga Tuhan nanti menentukannya
sebagai orang yang akan menerima risalahNya. Begitu besar dan kuatnya
kecenderungan rohani yang ada padanya, ia tidak ingin menjadikan dirinya
sebangsa dukun atau ingin menempatkan diri sebagai ahli piker seperti,
dilakukan oleh Waraqa bin Naufal dan sebangsanya.
Yang dicarinya hanyalah kebenaran semata. Pikirannya penuh untuk
itu, banyak sekali ia bermenung. Pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam
hatinya itu sedikit sekali dinyatakan kepada orang lain. Sudah menjadi
kebiasaan orang-orang Arab masa itu bahwa golongan berpikir mereka
selama beberapa waktu tiap tahun menjauhkan diri dari keramaian orang,
berkhalwat dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa
dan berdoa,
mengharapkan diberi rejeki dan pengetahuan. Pengasingan
untuk beribadat semacam ini mereka namakan tahannuf.
Di tempat ini rupanya Muhammad mendapat tempat yang paling baik
guna mendalami pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam dirinya. Juga di
tempat ini ia mendapatkan ketenangan dalam dinnya serta obat penawar hasrat
hati yang ingin menyendiri, ingin mencari jalan memenuhi kerinduannya yang
selalu makin besar, ingin mencapai ma'rifat serta mengetahui rahasia alam
semesta.
Di puncak Gunung Hira, sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah,
terletak sebuah gua yang baik sekali buat tempat menyendiri dan tahannuth.
Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun ia pergi ke sana dan berdiam di tempat itu,
cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan
dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup dan
keributan manusia. Ia
mencari Kebenaran, dan hanya kebenaran semata.
Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga
lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini.
Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah
suatu kebenaran. Disitu ia mengungkapkan dalam kesadaran batinnya segala
yang disadarinya. Tambah tidak suka lagi ia akan segala prasangka yang pernah
dikejar-kejar orang. Ia tidak berharap kebenaran yang dicarinya itu akan terdapat
dalam kisah-kisah lama atau dalam tulisan-tulisan para pendeta, melainkan
dalam alam sekitarnya: dalam luasan langit dan bintang-bintang, dalam bulan dan
matahari, dalam padang pasir di kala panas membakar di bawah sinar
matahari yang berkilauan. Atau di kala langit yang jernih dan indah,
bermandikan cahaya bulan dan bintang yang sedap dan lembut, atau dalam laut
dan deburan ombak, dan dalam segala yang ada di balik itu, yang ada
hubungannya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud. Dalam
alam itulah ia mencari Hakekat Tertinggi. Dalam usaha mencapai itu, pada saatsaat ia menyendiri demikian jiwanya membubung tinggi akan mencapai
hubungan
dengan alam semesta ini, menembusi tabir yang menyimpan
semua rahasia. Ia tidak memerlukan permenungan
yang panjang
guna
mengetahui bahwa apa yang oleh masyarakatnya dipraktekkan dalam soal-soal
hidup dan apa yang disajikan sebagai kurban-kurban untuk tuhan-tuhan
mereka itu, tidak membawa kebenaran samasekali.
Berhala-berhala yang tidak berguna, tidak menciptakan dan tidak pula
mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada siapapun yang
ditimpa bahaya. Hubal, Lat dan 'Uzza, dan semua patung-patung dan berhalaberhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka'bah, tak pernah
menciptakan, sekalipun seekor lalat, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi
Mekah.
Dalam
melakukan
ibadat
selama
dalam
tahannuth
itu adakah
Muhammad menganut sesuatu syariat tertentu? Dalam hal ini ulama-ulama
berlainan pendapat. Dalam Tarikh-nya Ibn Kathir menceritakan sedikit tentang
pendapat-pendapat mereka mengenai syariat yang digunakannya melakukan
ibadat itu: Ada yang mengatakan menurut syariat Nuh, ada yang mengatakan
menurut Ibrahim,
yang
lain
berkata
menurut
syariat Musa, ada yang
mengatakan menurut Isa dan ada pula yang mengatakan, yang lebih dapat
dipastikan, bahwa ia menganut sesuatu syariat dan diamalkannya. Barangkali
pendapat yang terakhir ini lebih tepat daripada yang sebelumnya. Ini adalah
sesuai dengan dasar renungan dan pemikiran yang menjadi kedambaan
Muhammad.
Muhammad sudah menjelang usia empatpuluh tahun. Pergi ia ke Hira'
melakukan tahannuth. Jiwanya sudah penuh iman atas segala apa yang telah
dilihatnya dalam mimpi hakiki itu Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur dalam
gua itu, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata
kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak dapat
membaca".
Ia
merasa
seolah
malaikat
itu mencekiknya, kemudian
dilepaskan lagi seraya katanya lagi: "Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan
dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca." Seterusnya
malaikat itu berkata: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha
Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepadamanusia apa yang
belum diketahuinya ..." disinilah pertama turunnya wahyu yang dibawa oleh
malaikat jibril untuk disampaikan kepada nabi Muhammad, untuk mengajarkan
tauhid dan agama yang benar menepiskan anggapan-anggapan kaum quraish yang
menyembah berhala.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Nabi Muhammad saw merupakan nabi dan rasul yang diutus kepada manusia
untuk memberikan bimbingan kepada jalan yang lurus dengan perjuangan yang
gigih. Beliau berhasil merubah kebiasaan umat manusia dari keburukan kepada
jalan kebenaran untuk menyembah allah swt. Dari sejarah kehidupan beliau kita
sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai contoh dan suri tauladan bagi
kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, agama,
masyarakat, dan bernegara.
B. Saran
Dari keterangan-keterangan di atas mudah-mudahan dapat bermanfaat an bisa
menjadi teladan juga contoh yang baik bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hart, Michael. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam :
Karisma Publising Group, 2007.
2. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Dunia
Pustaka Jaya, 1997.
3. Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik.
Jakarta : Penerbit Serambi, 2002.
4. Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta:
Penerbit Lentera, 2002.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Arab di zaman dahulu memiliki kebiasaan menjadikan kejadian
besar yang ada sebagai patokan penanggalan. Peristiwa penyerangan pasukan
Gajah pimpinan Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah di kota Mekah,
dianggap sebagai sebuah peristiwa besar yang layak dijadikan patokan
penanggalan. Di tahun pertama penanggalan Gajah ini, di kota Mekah dan di
tengah keluarga Abdul Mutthalib, lahir seorang bayi yang kelak akan mengubah
perjalanan sejalah manusia. Dialah Muhammad putra Abdullah bin Abdul
Mutthalib.
Kelahiran bayi ini disambut dengan suka cita oleh keluarga bani Hasyim.
Di negeri Persia, kelahiran Muhammad bin Abdillah memadamkan api keramat
yang
selama
seribu
tahun
tidak
padam.
Kelahiran
Muhammad
juga
menggoyahkan sendi-sendi istana kaisar Rumawi. Muhammad lahir dengan
membawa janji risalah terakhir dari Allah untuk umat manusia. Agama Islam
adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan merupakan
agama yang terakhir dan satu-satunya diakui oleh Allah swt.
Agama islam ini sebagai pengganti agama-agama pendahulunya seperti
Agama Nasrani yang dibawa olah Nabi Isa as. Agama terakhir ini pun sebagai
agama penyempurna dari agama-agama pendahulunya. Agama islam diturunkan
di Makkah karena pada saat itu Makkah merupakan tempat kaum Jahiliyah yang
hidup dalam kesesatan. Untuk menghilangkan kesesatan tersebut Islam datang
dengan ajaran-ajaran Ilahiyah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Ajaran islam tidak hanya tentang ketuhanan saja namun sampai kepada ajaran
tentang persamaan hak manusia. Tetapi ajaran Islam tersebut menuai penolakan
yang silih berganti dari kaum kafir Quraisy sebagai penduduk mayoritas Makkah
saat itu.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah nabi Muhammad SAW?
b. Bagaimana fisik dan ciri-ciri nabi Muhammad SAW?
c. Bagaimana proses bertemu dan menikahnya nabi Muhammad dengan siti
Khadijah R.a?
d. Dimana pertama turunnya wahyu yang dibawa oleh malaikat jibril untuk
disampaikan kepada nabi Muhammad?
C. Tujuan Makalah
a. Menjelaskan sejarah singkat nabi Muhammad SAW.
b. Menjelaskan ciri-ciri fisik nabi Muhammad SAW.
c. Menjelaskan proses bertemu dan menikahnya nabi Muhammad dengan siti
Khadijah R.a.
d. Menjelaskan proses pertama Turunnya wahyu yang dibawa oleh malaikat
jibril untuk disampaikan kepada nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Nabi Muhammad
"Muhammad" secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang
dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat
Al-Qur'an. Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" ()أحمد, yang dalam
bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku
Quraisy (suku terbesar di mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu AlAmin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya
"yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan
gelar Rasul Allāh ()رسول الله, kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu
'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi
kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW")
setelah namanya. Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang
berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang
bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah
bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma`ad bin Adnan. Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin
Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul
Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah,
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin
Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy)
bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin
Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur
bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih
(Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin
Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda
bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Muhammad lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M, yang merupakan
tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah,
di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah
paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu
pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di
Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih dalam
kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan
seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh
Nabi.
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab
mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah) untuk mengunjungi keluarganya
serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya
jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang
terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal,
Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya
meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta
menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani
pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan
Palestina).
B. Fisik dan ciri-ciri Nabi Muhammad
Sosok Muhammad digambarkan oleh salah satu istrinya Aisyah,
sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih
hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik
adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan terurai hingga bahu. Kulit putih
kemerah-merahan, wajah cenderung bulat dengan mata hitam dan bulu mata
panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang kepala besar dan bahu lebar. Berperawakan sedang dan atletis. Jemari
tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.
Langkahnya cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua
telapak kaki dan dengan langkah yang cepat dan pasti. Muhammad dicirikan
sangat unik oleh para sahabatnya. Muhammad digambarkan sebagai orang yang
berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban. Dalam hadits lain diterangkan
mengenai corak fisik Muhammad, yaitu ia bertubuh sedang, kulitnya berwarna
cerah tidak terlalu putih dan tidak pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika
Muhammad wafat uban yang tumbuh di rambut dan janggutnya masih sedikit.
Ali menambahkan bahwa Muhammad memiliki rambut lurus sedikit
berombak. Tidak gemuk dan tidak terlalu besar, berperawak baik dan tegak.
Warna kulit cerah, matanya hitam dengan bulu mata yang panjang. Persendian
tulang yang kuat dada, tangan dan kakinya kekar. Tidak memiliki bulu yang tebal
tetapi hanya tipis dari dada sampai pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang,
maka ia akan menghadapkan wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian.
Di antara bahunya ada tanda kenabian. Muhammad orang yang baik hatinya dan
paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa
saja yang mendekati dan bergaul dengannya maka akan langsung merasa
terhormat, khidmat, menghargai dan mencintainya.
Hidungnya agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta
tampak agak menonjol jika pertama kali melihatnya padahal sebenarnya tidak.
Berjanggut tipis tapi penuh rata sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya putih
cemerlang dan agak renggang. Pundaknya bagus dan kokoh, seperti dicor perak.
Anggota tubuh lainnya normal dan proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang
dengan ukurannya. Tulang belikatnya cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak
tertutup bulu lebat, bersih dan bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari
dada hingga pusar.
Lengan dan dada bagian atas berbulu. Pergelangan tangannya cukup
panjang, telapak tangannya agak lebar serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari
tangan dan kaki cukup langsing. Jika berjalan agak condong kedepan melangkah
dengan anggun serta berjalan dengan cepat dan sering melihat kebawah dari pada
keatas. Jika berhadapan dengan orang maka ia memandang orang itu dengan
penuh perhatian dan tidak pernah melototi seseorang dan pandangannya
menyejukkan. Selalu berjalan agak dibelakang, terutama jika saat melakukan
perjalanan jarak jauh dan ia selalu menyapa orang lain terlebih dahulu.
Dari kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki
mulut yang agak lebar, di matanya terlihat juga garis-garis merahnya, serta
tumitnya langsing. Jabir (ra) juga meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat
Muhammad di bawah sinar rembulan, ia juga memperhatikan pula rembulan
tersebut, baginya Muhammad lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah berkata,
bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang cerah. Abu Hurairah
mengatakan bahwa Muhammad sangatlah rupawan, seperti dibentuk dari perak.
Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang
yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona mukanya
secemerlang matahari dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolaholah tanah digulung oleh langkah-langkah Muhammad jika sedang berjalan.
Dikatakan jika Abu Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya
Muhammad dan nampak ia seperti berjalan santai saja.
C. Bertemu dan menikah dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi
seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke
arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya
menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual
perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang
bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda
yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di
kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang
dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad
membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan
Khadijah, Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan
Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil
berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah,
mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah
berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang
dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang
dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat
itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan
dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin
bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih
memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman
Khadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya
sudah meninggal
sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang
biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan
bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan
dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.
Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad.
Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-isteri dan ibu-bapa, suami-isten yang
harmonis dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah
merasakan pedihnya kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad
yang telah kehilangan ibu-bapa semasa ia masih kecil.
D. Perbaikan Ka’bah
Pergaulan Muhammad dengan penduduk Mekah tidak terputus, juga
partisipasinya
dalam
kehidupan
masyarakat
hari-hari.
Pada waktu itu
masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar yang turun dari gunung,
pernah menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka'bah yang memang sudah
rapuk. Sebelum itupun pihak Quraisy memang sudah memikirkannya. Tempat
yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang
berharga di dalamnya. Hanya saja Quraisy merasa takut; kalau bangunannya
diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi beratap, dewa Ka'bah yang suci
itu akan menurunkan bencana kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliah
keadaan mereka diliputi oleh berbagai macam legenda yang mengancam
barangsiapa yang berani mengadakan sesuatu perubahan.
Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak umum. Tetapi sesudah
mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan,
walaupun masih serba takut-takut dan ragu-ragu. Suatu peristiwa kebetulan
telah terjadi sebuah kapal milik seorang pedagang Rumawi bernama Baqum2
yang dating dari Mesir terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum ini
seorang ahli bangunan
Sesudah
Quraisy
yang
mengetahui
juga
soal-soal perdagangan.
mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid bin'al-
Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke Jedah. Kapal itu dibelinya dari
pemiliknya, yang sekalian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke
Mekah guna membantu mereka membangun Ka'bah kembali.
Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Mekah ada seorang
Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahwa
diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum. Sudut-sudut Ka'bah itu
oleh Quraisy dibagi empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus
dirombak dan dibangun kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan
itu mereka masih ragu-ragu, kuatir akan mendapat bencana. Kemudian alWalid bin'l-Mughira tampil ke depan dengan sedikit takut-takut. Setelah ia
berdoa kepada dewa-dewanya mulai ia merombak bagian sudut selatan.3
Tinggal lagi orang menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan Tuhan nanti
terhadap al-Walid. Tetapi setelah ternyata sampai pagi tak terjadi apa-apa,
merekapun ramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang ada.
Dan Muhammad ikut pula membawa batu itu.
Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat disitu
dengan pacul tidak berhasil, dibiarkannya batu itu sebagai fondasi bangunan.
Dan gunung-gunung sekitar tempat itu sekarang orang-orang Quraisy mulai
mengangkuti batu-batu granit berwarna biru, dan pembangunanpun segera
dimulai. Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan
tiba
saatnya
meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur,
maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya
mendapat kehormatan meletakkan batu itu di tempatnya. Demikian memuncaknya
perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara karenanya.
Keluarga Abd'd-Dar dan keluarga 'Adi bersepakat takkan membiarkan
kabilah yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Untuk
itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga Abd'd-Dar membawa
sebuah baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna
memperkuat sumpah mereka. Karena itu lalu diberi nama La'aqat'd-Dam,
yakni 'jilatan darah'.
Abu Umayya bin'l-Mughira dari Banu Makhzum, adalah orang yang
tertua di antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan
serupa itu ia berkata kepada mereka: "Serahkanlah putusan kamu ini di tangan
orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini." Tatkala mereka melihat
Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: "Ini alAmin; kami dapat menerima keputusannya."
Lalu
mereka
menceritakan
peristiwa
itu
kepadanya.
Ia pun
mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api
permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai kain,"
katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu itu
lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya; "Hendaknya
setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka
bersama-sama
membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu Muhammad
mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya.
Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan.
Quraisy menyelesaikan
bangunan
Ka'bah
sampai
setinggi delapanbelas
hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka
dapat menyuruh atau melarang orang masuk. Di dalam itu mereka membuat
enam batang tiang dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang
sebuah tangga naik sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal di dalam
Ka'bah. Juga di tempat itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang
sebelum dibangun dan diberi beratap menjadi sasaran pencurian.
Mengenai umur Muhammad waktu membina Ka'bah dan memberikan
keputusannya tentang batu itu, masih terdapat perbedaan pendapat. Ada yang
mengatakan berumur duapuluh lima tahun. Ibn Ishaq berpendapat umurnya
tigapuluh lima tahun. Kedua pendapat itu baik yang pertama atau yang kemudian,
sama saja; tapi yang jelas cepatnya Quraisy menerima ketentuan orang yang
pertama memasuki pintu Shafa, disusul dengan tindakannya mengambil batu
dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di
tempatnya dalam Ka'bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata
penduduk Mekah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang
yang berjiwa besar.
E. Muhammad di Gua Hira
Kehidupan Muhammad ternyata tenteram adanya. Kalau tidak karena
kehilangan kedua anaknya tentu hidup beliau terasa sungguh nikmat bersama
Khadijah, yang setia dan penuh kasih, hidup sebagai ayah-bunda yang bahagia
dan rela. Oleh karena itu wajar sekali apabila Muhammad membiarkan
dirinya berjalan sesuai dengan bawaannya, bawaan berpikir dan bermenung,
dengan mendengarkan percakapan masyarakatnya tentang berhala-berhala,
serta apa pula yang dikatakan orang-orang Nasrani dan Yahudi tentang diri
mereka itu.
Ia berpikir dan merenungkan. Di kalangan masyarakatnya dialah orang
yang paling banyak berpikir dan merenung. Jiwa yang kuat dan berbakat ini,
jiwa yang sudah mempunyai persiapan kelak akan menyampaikan risalah
Tuhan kepada umat manusia, serta mengantarkannya kepada kehidupan rohani
yang hakiki, jiwa demikian tidak mungkin berdiam diri saja melihat manusia
yang sudah hanyut ke dalam lembah kesesatan. Sudah seharusnya ia mencari
petunjuk dalam alam semesta
ini, sehingga Tuhan nanti menentukannya
sebagai orang yang akan menerima risalahNya. Begitu besar dan kuatnya
kecenderungan rohani yang ada padanya, ia tidak ingin menjadikan dirinya
sebangsa dukun atau ingin menempatkan diri sebagai ahli piker seperti,
dilakukan oleh Waraqa bin Naufal dan sebangsanya.
Yang dicarinya hanyalah kebenaran semata. Pikirannya penuh untuk
itu, banyak sekali ia bermenung. Pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam
hatinya itu sedikit sekali dinyatakan kepada orang lain. Sudah menjadi
kebiasaan orang-orang Arab masa itu bahwa golongan berpikir mereka
selama beberapa waktu tiap tahun menjauhkan diri dari keramaian orang,
berkhalwat dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa
dan berdoa,
mengharapkan diberi rejeki dan pengetahuan. Pengasingan
untuk beribadat semacam ini mereka namakan tahannuf.
Di tempat ini rupanya Muhammad mendapat tempat yang paling baik
guna mendalami pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam dirinya. Juga di
tempat ini ia mendapatkan ketenangan dalam dinnya serta obat penawar hasrat
hati yang ingin menyendiri, ingin mencari jalan memenuhi kerinduannya yang
selalu makin besar, ingin mencapai ma'rifat serta mengetahui rahasia alam
semesta.
Di puncak Gunung Hira, sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah,
terletak sebuah gua yang baik sekali buat tempat menyendiri dan tahannuth.
Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun ia pergi ke sana dan berdiam di tempat itu,
cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan
dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup dan
keributan manusia. Ia
mencari Kebenaran, dan hanya kebenaran semata.
Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga
lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini.
Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah
suatu kebenaran. Disitu ia mengungkapkan dalam kesadaran batinnya segala
yang disadarinya. Tambah tidak suka lagi ia akan segala prasangka yang pernah
dikejar-kejar orang. Ia tidak berharap kebenaran yang dicarinya itu akan terdapat
dalam kisah-kisah lama atau dalam tulisan-tulisan para pendeta, melainkan
dalam alam sekitarnya: dalam luasan langit dan bintang-bintang, dalam bulan dan
matahari, dalam padang pasir di kala panas membakar di bawah sinar
matahari yang berkilauan. Atau di kala langit yang jernih dan indah,
bermandikan cahaya bulan dan bintang yang sedap dan lembut, atau dalam laut
dan deburan ombak, dan dalam segala yang ada di balik itu, yang ada
hubungannya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud. Dalam
alam itulah ia mencari Hakekat Tertinggi. Dalam usaha mencapai itu, pada saatsaat ia menyendiri demikian jiwanya membubung tinggi akan mencapai
hubungan
dengan alam semesta ini, menembusi tabir yang menyimpan
semua rahasia. Ia tidak memerlukan permenungan
yang panjang
guna
mengetahui bahwa apa yang oleh masyarakatnya dipraktekkan dalam soal-soal
hidup dan apa yang disajikan sebagai kurban-kurban untuk tuhan-tuhan
mereka itu, tidak membawa kebenaran samasekali.
Berhala-berhala yang tidak berguna, tidak menciptakan dan tidak pula
mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada siapapun yang
ditimpa bahaya. Hubal, Lat dan 'Uzza, dan semua patung-patung dan berhalaberhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka'bah, tak pernah
menciptakan, sekalipun seekor lalat, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi
Mekah.
Dalam
melakukan
ibadat
selama
dalam
tahannuth
itu adakah
Muhammad menganut sesuatu syariat tertentu? Dalam hal ini ulama-ulama
berlainan pendapat. Dalam Tarikh-nya Ibn Kathir menceritakan sedikit tentang
pendapat-pendapat mereka mengenai syariat yang digunakannya melakukan
ibadat itu: Ada yang mengatakan menurut syariat Nuh, ada yang mengatakan
menurut Ibrahim,
yang
lain
berkata
menurut
syariat Musa, ada yang
mengatakan menurut Isa dan ada pula yang mengatakan, yang lebih dapat
dipastikan, bahwa ia menganut sesuatu syariat dan diamalkannya. Barangkali
pendapat yang terakhir ini lebih tepat daripada yang sebelumnya. Ini adalah
sesuai dengan dasar renungan dan pemikiran yang menjadi kedambaan
Muhammad.
Muhammad sudah menjelang usia empatpuluh tahun. Pergi ia ke Hira'
melakukan tahannuth. Jiwanya sudah penuh iman atas segala apa yang telah
dilihatnya dalam mimpi hakiki itu Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur dalam
gua itu, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata
kepadanya: "Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak dapat
membaca".
Ia
merasa
seolah
malaikat
itu mencekiknya, kemudian
dilepaskan lagi seraya katanya lagi: "Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan
dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca." Seterusnya
malaikat itu berkata: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha
Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepadamanusia apa yang
belum diketahuinya ..." disinilah pertama turunnya wahyu yang dibawa oleh
malaikat jibril untuk disampaikan kepada nabi Muhammad, untuk mengajarkan
tauhid dan agama yang benar menepiskan anggapan-anggapan kaum quraish yang
menyembah berhala.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Nabi Muhammad saw merupakan nabi dan rasul yang diutus kepada manusia
untuk memberikan bimbingan kepada jalan yang lurus dengan perjuangan yang
gigih. Beliau berhasil merubah kebiasaan umat manusia dari keburukan kepada
jalan kebenaran untuk menyembah allah swt. Dari sejarah kehidupan beliau kita
sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai contoh dan suri tauladan bagi
kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, agama,
masyarakat, dan bernegara.
B. Saran
Dari keterangan-keterangan di atas mudah-mudahan dapat bermanfaat an bisa
menjadi teladan juga contoh yang baik bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hart, Michael. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam :
Karisma Publising Group, 2007.
2. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Dunia
Pustaka Jaya, 1997.
3. Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik.
Jakarta : Penerbit Serambi, 2002.
4. Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta:
Penerbit Lentera, 2002.