Makalah tentang Tajuk Rencana (1)

Karya Tulis
Bahasa Indonesia
TAJUK

RENCANA

Disusun Oleh :
RAFIDAH BALQIS
Kelas IX H

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMPN 02)
KOTA BENGKULU
2014/2015

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat
menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karya Tulis Ilmiah ini
berisi materi tentang “Tajuk Rencana”. Sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat
digunakan untuk penyajian diskusi baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
dan untuk keperluan lainnya.
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para siswa/i

sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh
guru bidang studi Bahasa Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan karya tulis
ini. Saya menyadari masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam
penyelesaian karya tulis ini, saya sangat mengharapkan Keritik dan saran dari
semua pihak. Semoga bermanfaat.
Bengkulu, .................. 2015
Penyusun

2

Daftar Isi
Halaman Judul
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
i
Kata Pengantar
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

ii
Daftar Isi
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
iii
BAB I PENAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
..............................................................................................................
..............................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
..............................................................................................................
..............................................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
..............................................................................................................
..............................................................................................................
2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
..............................................................................................................

..............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
..............................................................................................................
..............................................................................................................
3
2.2 Teknik Menulis Tajuk Rencana

3

..............................................................................................................
..............................................................................................................
6
2.3 Pembahasan
..............................................................................................................
..............................................................................................................
12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan

..............................................................................................................
..............................................................................................................
18
3.2 Saran
..............................................................................................................
..............................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA

4

BAB I
PENAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berita merupakan suatu kenjadian yang sedang hangat-hangatnya
dibicarakan, berbagai media melaporakan berita yang menarik perhatian
masyarakat kadang berita itu berupa opini atau kenyataan dalam suatu
kejadian, dalam mengembangkan berita banyak sekali yang bisa
menambahnya lebih menarik contohnya artikel, tajuk rencana. Dalam hal
kebanyakan tajuk rencana yang paling dominan karena tajuk rencana adalah

opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan
terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di
masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi
sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
Berita adalah sebuah peristiwa yang harus diperbaharui setiap harinya,
masyarakat akan percaya terhadap berita tersebut ketika ada banyak sekali
pendapat yang memuatnya, hal ini tajuk rencana bisa menjadi solusi dalam
penyebaran berita melalui opini penulisnya yang harus up to date dalam
penulisan beritanya, dalam hal menulis tajuk rencana dan berita harus ada
syarat-syarat pembuatannya.
Oleh karena itu diperlukan suatu pembelajaran mengenai berita dan
tajuk rencana dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana tata cara
pembuatan tajuk rencana, apa penegertiannya. Dalam analisis ini akan
menyingkap suatu permasalahan yang terjadi sekarang ini, masalah ini banyak
menyangkut khalayak banyak, banyak orang mengira BBM ini hanya sebagian
kecil saja dari dana APBN sehingga ketika terjadi kenaikan, warga terasa
terganggu apalagi dari kalangan menegah kebawah, namun hal itu menjadi
paradigma kembali kepada pemerintah dalam mencari solusi anggaran untuk
BBM ini yang semakin tahun terus meningkat, faktor-faktor meningkatanya
konsumsi BBM saat ini adalah sudah semakin pesat roda kendaraan dan

teknologi dalam era globalisasi ini setiap orang pasti mempunyai kendaraan.

1

BBM bersubsidi semakin hari semakin meningkat kebutuhannya, untuk hal itu
perlu adanya penghematan BBM, namun sayangnya program-program itu
belum terklaksana dengan baik. Mengakhiri Subsidi BBM judul dari tajuk
rencana oleh Montty Girrianna akan membahas tentang masalah BBM saat ini
dimana mulai dari impor tak terbendung sampai eksekusi kebijakannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasrakan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan
masalah. Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana isi dari tajuk rencana Mengakhiri Subsidi BBM ?
2) Apa saja kesalahan-kesalahan dalam penulisan tajuk rencana Mengakhiri
Subsidi BBM ?
3) Apa kelebihan dan kekurangan tajuk rencana Mengakhiri Subsidi BBM ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui cara membaca tajuk rencana
b. Untuk mengetahui jenis-jenis tajuk rencana

c. Untuk mengetahui peran tajuk rencana pada media masa sekarang ini
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan informasi yang
berguna dalam teoritis maupun dalam praktisnya. Penulis sebagai wahana
penambah pengetahuan dan konsep bagaimana itu tajuk rancana.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Landasan Teori
a. Pengertian Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang
merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi
pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana
biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan
pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan
saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca
(id.wikipedia.org).
1) Sudiana ( 1984:1), Advertorial adalah bentukan dari iklan dan tajuk

rencana. Pengertian iklan sendiri, menurut Dendi Sudiana, merupakan
bagian dari reklame yang berasal dari bahasa Prancis, RE-clamere yang
berarti meneriakan berulang-ulang.
2) Wells (1992), Periklanan adalah komuinikasi non-personal yang dibayar
oleh pihak sponsor yang menggunakan media massa untuk membujuk
dan mempengaruhi audience.
3) Kleppner, Iklan berasal dari bahasa latin, ad-vere yang berarti
mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain.
4) Arens (1992:15), Advertorial adalah suatu bentukan separuh iklan
separuh tajuk rencana, bertujuan untuk memunculkan opini public dari
pada menjual hasil produk.
5) Kotler dan Amstrong (1994:106), Periklanan adalah setiap bentuk
penyajian dan promosi bukan pribadi mengenai gagasan, barang, atau
jasa yang dibayar oleh sebuah sponsor tertentu.
6) Dunn and Barban (1996:7), Periklanan adalah komunikasi non personal
melalui beragam media yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan bisnis,
organisasi-organisasi non profit dan individu-individu, yang dalam
beberapa cara memperkenalkan dalam pesan periklanan dan berharap

3


untuk memberitahu atau membujuk anggota-anggota dari penerima
pesan tertentu.
7) Rhenald Kasali (1995:11), Masyarakat periklanan Indonesia
memberikan definisi iklan sebagai: Segala bentuk pesan tentang suatu
produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau
seluruh masyarakat.
8) Russel & Lane (1990), Suatu pesan yang dibayar oleh sponsor dan
disampaikan melalui beberapa medium komunikasi massa.
9) Gilson & Berkman (1980), Iklan merupakan media komunikasi persuasif
yang dirancang untuk menghasilkan respon dan membantu tercapainya
objektifitas atau tujuan Just another WordPress.com site
Pernyataan fakta dan opini ini biasanya diutarakan secara singkat,
logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dengan tujuan untuk
mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan berita yang menonjol agar
pembaca menjadi menyimak seberapa penting berita tersebut. Fungsi tajuk
rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada
masyarakat. Tajuk rencana juga mengisi latar belakang dari kaitan berita
tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan
lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan atau

analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian
moral mengenai berita tersebut.
Tajuk rencana tidaklah dapat disebut berita. Tajuk rencana mirip
dengan opini yang ditulis oleh para penulis lepas. Bedanya, tajuk rencana
ditulis oleh para redaktur yang mewakili suara lembaga pers tentang
permasalahan yang sedang aktual dan banyak diberitakan di media massa,
termasuk di media yang bersangkutan sementara opini biasanya ditulis oleh
penulis lepas atau kontributor. Definisi tajuk rencana kemudian menjadi
rancu ketika ada media massa yang menggunakan istilah berita utama untuk
tajuk rencana.

4

b. Ciri-Ciri Tajuk Rencana
1. Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan.
2. Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat.
3. Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk
rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional.
4. Tertuang pikiran subyektif redaksi.

c. Unsur Tajuk Rencana
1) Menyatakan suatu pendapat
2) Logis dan sistematis
3) Singkat, padat dan jelas
4) Menarik untuk dibaca
d. Bagian-Bagian Tajuk Recana
Pada id.wikipedia.org/wiki/Tajuk_rencana terdapat uraian tentang aspek
yang menjadi fokus tajuk rencana. Uraian ini lebih tepat jika disebut
sebagai bagian-bagian tajuk rencana. Bagian-bagian tersebut adalah
sebagai berikut:
1) judul,
2) latar belakang masalah,
3) tokoh,
4) masalah,
5) peristiwa yang disampaikan,
6) opini penulis,
7) saran dan solusi permasalahan,
8) kesimpulan,
9) sumber berita, dan
10) anggota redaksi.
e. Fungsi Tajuk Rencana
Tajuk rencana dalam surat kabar atau majalah mempunyai fungsi
sebagai kritik atas ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat, dan
memberikan wawasan kepada masyarakat atas permasalahan yang sedang
hangat terjadi.

5

f. Jenis-Jenis Tajuk Rencana
Tajuk rencana dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu sebagai
berikut.
1) Tajuk rencana yang memberikan informasi semata.
2) Tajuk rencana yang bersifat menjelaskan.
3) Tajuk rencana yang bersifat memberikan argumentasi.
4) Tajuk rencana yang menjuruskan timbulnya aksi.
5) Tajuk rencana yang bersifat jihad.
6) Tajuk rencana yang bersifat membujuk.
7) Tajuk rencana yang bersifat memuji.
8) Tajuk rencana yang bersifat menghibur.
g. Isi dari Tajuk Rencana
Tajuk rencana berisi permasalahan yang sedang hangat dalam
masyarakat dan opini redaksi atas permasalahan tersebut, yang meliputi
topik berita, tujuan redaksi, pandangan atau visi dan harapan-harapan
redaksi akan peran serta pembaca.
Masalah yang disoroti dalam tajuk rencana dapat dinyatakan secara
eksplisit atau implisit. Masalah yang disoroti dapat berupa kebijakan
pemerintah, perkembangan situasi sosial dan politik, peristiwa tertentu
dalam masyarakat, atau tokoh berpengaruh. Dalam menyoroti sebuah
masalah, redaksi mungkin menyetujui, menolak, memberikan alternatif,
atau memberikan bahan renungan bagi pembaca.
2.5 Teknik Menulis Tajuk Rencana
Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis
dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau
features. Idealnya tajuk rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran
kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum penulisan tajuk
rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin
redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten,

6

untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang
sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap
yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat.
Dalam Koran harian bisanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun
semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya.
Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi
pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.
Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk
rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media
tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers
yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya :
a. Hati-hati
b. Normatif
c. Cenderung konservatif
d. Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
e. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis
Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah
(middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana pers papan tengah
adalah :
a. Lebih berani
b. Atraktif
c. Progresif
d. Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam
dan “tembak langsung”
e. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis
Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas
biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers papan
tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang
mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu
dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi

7

dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah konsekuensi logis pers modern
sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan
yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku
universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology serta
kepentingan yang berbeda-beda.
a. Fungsi dan tugas Tim Editorial
1) Menyelenggarakan rapat khusus tim editorial setiap hari
2) Mencari dan menyeleksi ide serta menetapkan tajuk rencana untuk
edisi penerbitan besok
3) Mendiskusikan dan memberikan pembobotan terhadap topik liputan
terpilih
4) Menetapkan kesimpulan tentang pendapat dan sikap yang harus
disampaikankepada masyarakat luas
5) Menunjuk penulis tajuk rencana yang diambil dari tim editorial untuk
topik yang sudah didiskusikan
6) Menuangkannya dalam opini tajuk rencana secara ringkas, jelas, lugas
7) Melakukan revisi atau menundanya apabila perkembangan situasi atau
pertimbangan pemimpin redaksi, naskah tajuk rencana tersebut tidak
memungkinkan untuk diturunkan pada edisi penerbitan hari ini.
8) melakukan evaluasi dan proyeksi keesokan harinya setelah mengamati
dan mempelajari dengan seksama berbagai peristiwa yang terjadi
dalam 24 jam terakhir
b. Tahapan Menulis Tajuk Rencana
Tahapan-tahapan dalam menulis tajuk rencana adalah.
1) Pencarian ide dalam topik.
2) Seleksi dan penetapan topik.
3) Pembobotan substansi materi dan penetapan tesis dari keseluruhan
uraian tajuk rencana, mengisi topik dengan pendapat-pendapat dari tim
editorial.

8

4) Pelaksanaan penulisan, ditunjuk satu orang dari tim editorial, gaya
bahasa harus selalu sama karena tiap surat kabar atau majalah
mempunyai ciri khas masing-masing dalam penulisan tajuk rencananya.
c. Kriteria Topik Tajuk Rencana
a. Topik merujuk pada berita yang aktual atau kontroversial
b. Topik sesuai dengan filosofi, visi, misi, dan kebijakan umum media
penerbitan pers
c. Topik sejalan dengan kualifikasi dan fokus wilayah sirkulasi media
penerbitan
d. Topik berpijak pada kaidah dan nilai standar jurnalistik seperti
aktualitas, objektivitas, keluarbiasaan, dan prinsip peliputan
berimbang.
e. Topik tidak bertentangan dengan aspek ideologis, yuridis, sosiologis,
dan etis yang terdapat dalam masyarakat atau bangsa.
f. Topik senantiasa berorientasi pada nilai-nilai luhur kemanusiaan.
d. Teori ANSVA dan Teori SEES
Menyusun tajuk rencana yang baik dapat dilakukan dengan cara
merujuk pada teori ANSVA dari Alan H Monroe. Menurut Monroe dalam
Raymond S. Ross, dalam Persuation: Communication and Interpersonal
Relation (1974:185), terdapat lima tahap urutan motif yang sesuai dengan
cara berpikir manusia dalam formula ANSVA: perhatian (attention),
kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan
tindakan (action).
Menurut teori SEES ada empat tahap untuk mempengaruhi khalayak
pembaca yang sedang sibuk, dalam situasi bergegas. Pertama, lontarkan
pernyataan singkat yang dapat menggugah perhatian khalayak pembaca
(statement). Kedua, beri penjelasan yang relevan terhadap pernyataan
singkat tersebut (explanation). Ketiga, yakinkan penjelasan dengan
memberikan contoh-contoh (example). Keempat, ikat hati dan pikiran
pembaca dengan kesimpulan yang tegas dan ringkas (summary).

9

e. Cara Membaca Tajuk Rencana
1) memahami permasalahan yang dikemukakan, tujuan pembahasan,
pandangan, kritik atau tanggapan redaksi atas permasalahan tersebut
2) pemahaman opini redaksi atas permasalahan tersebut
3) mendalami untuk menyiapkan sikap kritis terhadap opini redaksi
f. Tanggapan Terhadap Tajuk Rencana
Tanggapan terhadap tajuk rencana antara lain dapat disampaikan
dalam bentuk kritik. Kritik dapat ditujukan pada aspek isi, sistematika
penyajian, atau bahasa yang digunakan penulis. Kritik terhadap isi dapat
berupa pertimbangan baik-buruk, keaktualan masalah, sistematika
penyajian isi, ketepatan pandekatan dalam analisis masalah, dan
sebagainya.
Dalam menganalisis masalah dalam tajuk rencana atau editorial,
penulis menggunakan suatu pendekatan yang dipilih berdasarkan kategori
(jenis) masalahnya. Misalnya, jika penulis membahas masalah sosial, maka
penulis akan menggunakan pendekatan sosiologis, masalah psikologis
dianalisis dengan pendekatan psikologis, dan masalah hukum juga didekati
dengan pendekatan hukum. Apabila penulis menyajikan masalah yang
kompleks, besar kemungkinan penulis akan menggunakan beberapa
pendekatan dalam menganalisis masalah itu.
g. Posisi Dari Tajuk Rencana
Tajuk Rencana atau Editorial dalam Media Massa adalah opini berisi
pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap
persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di
masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi
sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan.
h. Sifat Tajuk Rencana Dalam Media Massa
1) Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan
medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua
mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).

10

2) Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu
aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan,
atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan
medianya.
3) Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur, kepada para
pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk
rencana.
4) Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang
bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim
tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang
menaungi media tersebut.
Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media)
Memiliki ciri-ciri :
1) Hati-hati
2) Normatif
3) Cenderung konservatif
4) Sedapat mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam
5) Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis
Tajuk rencana pers papan tengah ke bawah (middle-low media)
Memiliki ciri-ciri :
1) Lebih berani
2) Atraktif
3) Progresif
4) Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam
dan “tembak langsung”
5) Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis
Perbedaan keduanya
Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas
biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers
papan tengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks

11

itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan
konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan
pendapat dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya. Itulah
konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat modal sekaligus
padat karya. Kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan
atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal hampir di semua
negara, yang memiliki latar belakang ideology serta kepentingan yang
berbeda-beda.
2.6 Pembahasan
1. Isi Tajuk Rencana Mengakhiri Subsidi BBM
Dalam hal ini Montty Girianna menulis sebuah tajuk rencana yang
berjudul Mengakhiri Subsidi BBM dimana isinya adalah masalah BBM di
Indonesia saat ini adapun isinya adalah sebagai berikut :
Undang-undang mengamanatkan pemerintah untuk menyediakan
energi, ternasuk BBM.
Selain menjamin ketersediaannya, pemerintah juga ditugaskan
menyediakan BBM dengan harga terjangkau. Karenan itu, pemerintah
melakukan dua kebijakan bersamaan, yakni membuka keran impor BBM
dan memberlakukan harga BBM bersubsidi. Namun, akhir-akhir ini kedua
kebijakan ini cukup berat untuk tetap dipertahankan.
Selain ketergantungan terhadap impor BBM semakin tinggi, subsidi
BBM pun membengkak. Ini mempengaruhi postur APBN secara negatif.
Mau tak mau pemerintah harus memperhitungkan kmbali kebijakan ini dan
secara bertahap melepaskan harga BBM bersubsidi ke harga pasar. Namun,
opsi ini terkendala kemungkinan gejolak sosial.
Akhir tahun lalu, pemerintah didesak menaikan harga BBM dan
mengurangi subsidi BBM. Namun, desakan itu tidak cukup kuat untuk
mngghilangkan kekhawatiran gejolak sosial yang mungkin terjadi sehingga
pemerintah kembali memberlakukan harga BBM bersubsidi, Pada tahun
berjalan ini, subsisdi BBM dipatok Rp 193,8 triliun dan subsidi listrik Rp

12

78,6 triliun sehingga total subsidi energi 272,4 triliun, sekitar 18 persen
dari belanja APBN. Adapun impor BBM diproyeksikan 30 juta – 32 juta
kiloliter dari total konsumsi nasional.
Konsumsi BBM tak pernah turun, bahkan pada tahun-tahun terakhir
laju pertumbuhan permintaan jauh di atas pertumbuhan ekonomi. Tahun
lalu, konsumsi BBM sekitar 70 kl. Jika melihat pola konsumsi BBM,
konsumsi akan terus meningkat dari tahun ke tahun. BBM jenis bensin
akan tumbuh 11 persen per tahun, sementara solar 5 persen. Meski proyeksi
ini belum memperhitungkan upaya penghematan, gambaran ini
memberikan magnitude konsumsi BBM yang cukup mengkhawatirkan.
Yang justru lebih mengkhawatirkan, tren peningkatan konsumsi
BBM ini tidak dibarengi peningkatan produksi BBM. Bahkan, produksi
cenderung menurun. Produksi si BBM nasional terkendala dua hal:
kapasitas kilang dan pasokan minyak mentah. Saat ini, kapasitas kilang
sekitar 1,2 juta barrel per hari (bph), dengan produksi BBM sekitar 38 juta
kl. Produksi minyak mentah sudah lama tak menyentuh 1 juta bph. Tahun
lalu, produksi tak lebih dari 0,9 juta bph, sekitar 20 persen diekspor,
padahal kebutuhan minyak mentah untuk intake kilang 1 juta bph. Artinnya
perlu impor minyak mentah sedikitnya 25 persen dari kebutuhan intake
nasional.
Padahal, dulu, produksi minyak pernah 1,4 juta bph lebih. Mulai
2005, produksi dibawah 1 juta bph. Saat ini, dua lapangan minyak yang
memberikan kontribusi terbanyak adalah Duri dan Minas-Sumatra Light
Crude. Dalam 5-10 tahun mendatang, kontribusi kedua lapangan dipastikan
jauh berkurang, bahkan, pada 2020 produksi lapangan Minas praktis akan
habis.
Impor tak terbendung
Untuk memenuhi permintaan BBM, keran impor BBM terus dibuka.
Impor BBM sudah lama dipraktikan, tetapi belakangan porsi impor kian
tak terbendung seiring meningkatnya konsumsi dan menyusutnya produksi
BBM. Tahun lalu, impor BBM 32 juta-35 juta kl, lebih kurang setengah

13

dari kebutuhan BBM nasional. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan
impor BBM 10 tahun lalu yang 5 juta kl. Dengan jumlah impor BBM yang
besar ini, eksposur fluktuasi pasar minyak internasional terhadap keamanan
pasokan BBM-ketahanan energi nasional-terbilang membahayakan. Jika
harga minyak dunia tinggi, dengan sendirinya biaya BBM juga meningkat,
subsidi menggunung, dan APBN kian terpangkas.
Postur APBN semakin ramping, ruang fiskal kian menyempit,
sehingga belanja untuk kepentingan lain, seperti infrastruktur, pendidikan
dan kesehatan, jauh berkurang.
Tak hanya itu, fluktuasi pasar minyak intenasional juga langsung
diserap APBN, mengakibatkan APBN sering direvisi. Dalam satu tahun
anggaran, revisi bisa berkali-kali. Ini untuk menyesuaikan asumsi harga
minyak dengan haraga internasional yang berlaku. Ini perlu mengingat
asumsi APBN mengenal harga minyak Indonesia (ICP) merupakan fungsi
dari harga minyak internasional dan berpengaruh, baik terhadap
perhitungan penerimaan negara maupun perhitungan besarnya subsisdi
BBM.
Penerimaan negara dari sektor migas beersumber dari PPh migas dan
PNBP migas yang jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Tahun lalu,
Rp 289 triliun atau sekitar 17 persen dari total penerimaan negara. Di lain
pihak, kenaikan volume volume BBM impor, yang sering diikuti kenaikan
harga harga BBM impor, menyebabkan belanja subsidi BBM meningkat.
Sepuluh tahun lalu, belanja “hanya” Rp 35 triliun, tahun lalu Rp 216
triliun. Ditambah subsidi listrik (Rp 93 triliun), subsisdi energi Rp 310
triliun. Penerimaan negara dari migas praktis habis untuk subsidi energi,
yakni BBM dan listrik.
Eksekusi Kebijakan
Dalam 10 tahun mendatang, gap kebutuhan dan produksi akan terus
membesar kecuali dibangun beberapa kilang baru. Saat ini, produlsi BBM
dalm negeri hanya mampu memenuhi 40 persen konsumsi BBM nasional
jenis bensin. Dengan melihat kecenderungan konsumsi BBM jenis bensin

14

saat ini, pada 2025 perlu sekurang-kurangnya 10 kilang baru, masingmasing berkapasitas 300.000 bph. Pembangunan tiga kilang baru, yang
menurut rencana on-stream 5-8 tahun mendatang hanya mampu mereduksi
sepertiga dari impor BBM bensin, belum memenuhi semua kebutuhan
domestik.
Kebijakan impor dan subsisdi BBM yang kini berlaku memang
mampu mempertahankan harga BBM tetap terjangkau masyarakat luas,
tetapi juga berdampak negatif cukup serius, mulai dari bengkaknya
konsumsi BBM, dan ketidakpastian APBN dalam menyediakan fasilitas
sosial dan mendasar lain. Di samping upaya penghematan tak kunjung ada
hasil, memproduksi BBM di dalam negeri juga terkendala kapasitas kilang
dan pasokan minyak mentah. Menaikan harga terkendala persepsi
kemungkinan gejolak sosial.
Tentu pemerintah kini tengah menggodok strategi jitu untuk
mengatasi membengkaknya konsumsi BBM sekaligus mengurangi
konsumsi BBM. Beberapa opsi penting untuk dikaji. Pertama, segera
kurangi ketergantungan impor BBM dengan cara bertahap membangun
kilang di dalam negeri. Kedua, segera melakukan penjaminan pasokan
minyak mentah melalui melaui kerja sama dengan negara-negara kaya akan
minyak mentah, seta mengupayakan peningkatan produksi minyak mentah
di dalam negeri. Ketiga, secara bertahap menaikkan harga harga BBM di
dalam negeri dan memfokuskan target target subsidi BBM pada sektorsektor yang mampu membuka lapanagan kerja bagi masyarakat miskin,
seperti nelayan, sektor informal, dan usaha kecil. Keempat, secara cermat
segra mengkaji potensi the true social unrest akibat kenaikan harga BBM
dan memisahkannya dari gejolak sosial yang direkayasa, serta melakukan
upaya mitigasi risiko/potensi gejolak sosial. Kelima, menekan konsumsi
BBM melalui diversifikasi energi, dengan memamfaatkan bahan bakar gas,
terutama di sektor transportasi dan pembangkit listrik.
Opsi-opsi itu sudah tentu bukan hal baru. Yang penting bagaimana
mengeksekusi strategi itu mengingat banyak pihak terlibat dan

15

berkepentingan. Menurunkan harga BBM harus merupakan bagian dari
orkesta strategi meningkatkan ketahanan energi secara nasional.
MONTTY GIRIANNA Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan
Pertambangan Bappenas
2. Kesalahan Penulisan Tajuk Rencana Mengakhiri Subsidi BBM
Dalam tajuk rencana ini terdapat kesalahan penulisan baik dari ejaan
atau mungkin penulis salah menulisnya, penulis akan mengangkat
kesalahan yang ada di dalam tajuk rencana ini, adapun kesalahan dalam
penulisannya adalah sebagai berikut :
a. Dalam paragraf ke enam kata yang dalam penulisan kata dalam bahasa
Indonesia itu tidak boleh diawal paragraf :
Yang justru lebih mengkhawatirkan, tren peningkatan konsumsi BBM
ini tidak dibarengi peningkatan produksi BBM. Bahkan, produksi
cenderung menurun.
b. Penulisan kata risiko harusnya resiko yang ada dalam paragraf 16 :
serta melakukan upaya mitigasi risiko/potensi gejolak sosial. Kelima,
menekan konsumsi BBM melalui diversifikasi energi, dengan
memamfaatkan bahan bakar gas, terutama di sektor transportasi dan
pembangkit listrik.
c. Penggunaan kata-kata singkatan yang kurang jelas seperti kata gap,
terdapat pada paragraf ke 13 :
Dalam 10 tahun mendatang, gap kebutuhan dan produksi akan terus
membesar kecuali dibangun beberapa kilang baru.
3. Kelebihan dan Kekurangan Tajuk Rencana Mengakhiri Subsidi BBM
a) Kelebihannya adalah sebagai berikut :
1) Memberikan informasi yang aktual tentang masalah BBM saat ini.
2) Memberikan solusi untuk mengatasi masalah BBM ini.
3) Memberikan pandangan kepada masyarakat tentang BBM
bersubsidi dan permasalahannya.
4) Dari segi ekonomi dapat memberi imbalan uang karena hasil
penjualan tajuk rencana ini.

16

b) Kekurangannya adalah sebagai berikut :
1) Banyak menggunakan kata-kata yang mungkin kurang dimengerti
oleh masyarakat luas seperti magnitude, intake, gap, bph, the true
social unrest, on-stream hal ini akan menjadi suatu pertanyaan
dalam masyarakat yang kurang mengerti.
2) Cara pandang dalam tajuk rencana ini terkesan mengajak agar
kedua belah pihak saling mengerti dengan keadaan energi saat ini.
3) Kebanyakan yang ditulis hanya masalahnya saja, sehinngga kurang
menarik para pembaca.

17

BAB III
PENUTUP
3.3 Simpulan
Tajuk rencana adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media
sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau
kontroversial yang berkembang di masyarakat. Tajuk rencana cirinya
merupakan opini redakasi, berisi suatu masalah, tentang pemikiran subjektif
redaksi. Dalam tajuk rencana terdapat aspek-aspek fokus sebuah tajuk rencana
yaitu: Judul, Latar Belakang Masalah, Tokoh, Masalah, Peristiwa yang
Disampaikan, Opini Penulis, Saran dan Solusi Permasalahan, Kesimpulan,
Sumber Berita, Anggota Redaksi, selain itu juga tajuk rencana mempunyai
sifat seperti Krusial dan ditulis secara berkala, menyikapi situasi yang
berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, Memiliki karakter atu
konsistensi yang teratur, Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media
yang bersangkutan.
3.4 Saran
Setiap suatu kegiatan pasti ada manfaatnya dan kegiatan yang positif
akan memdapat balasan yang positif, untuk itu dalam hal menulis tajuk
rencan harus memperhatikan situasi masyarakatnya, agar tajuk rencana itu
tidak bersifat propokatif. Dan selamat mencoba membuat tajuk rencana.

18

DAFTAR PUSTAKA

http://www.banyakpengetahuan.net
http://www.antarnews.com
http://www.nasional.kompas.com
http://www.media.kompasiana.com
http://lutfi-nurul-aulia.blogspot.com/2012/06/makalah-bahasa-indonesiatajukrencana.html

19