Analisis Kualitatif Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pencatatan Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RSU H. Sahudin Kutacane

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam rangka upaya peningkatan serta efisiensi pelayanan kesehatan di rumah
sakit, perlu adanya dukungan dari berbagai faktor yang terkait. Salah satu faktor yang
ikut mendukung keberhasilan upaya tersebut adalah terlaksananya penyelenggaraan
rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku.
American Hospital Association di tahun1987 menyatakan bahwa rumah sakit
adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada
pasien (diagnostik dan terapeutik) untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan
baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Rumah sakit harus bangun dilengkapi
dan dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan
keselamatan pasiennya dan harus menyediakan fasilitas yang lapang , tidak berdesakdesakan dan terjamin sanitasinya bagi kesembuhan pasien (Aditama, 2006).
Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan
Nasional dan mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
rumah sakit sangat tergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai suatu organisasi.
Undang-Undang Kesehatan nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat


Universitas Sumatera Utara

dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Merujuk
pendapat yang dikemukakan Handoko (2001),” Sumber daya terpenting suatu
organisasi adalah sumber daya manusia atau orang-orang yang memberikan tenaga,
bakat, kreativitas dan usaha mereka kepada organisasi.” Dari pendapat tersebut dapat
dikemukakan bahwa kinerja yang tinggi sangat diperlukan dalam setiap usaha kerja
pegawai untuk mencapai tujuan.
Menurut Gibson (1996) ada tiga perangkat variabel yang memengaruhi
kinerja yaitu : (1) variabel individual, terdiri dari kemampuan dan keterampilan
mental dan fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengajian, demografis, umur,
asal usul, jenis kelamin (2) variabel organisasional terdiri dari sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan, dan (3) variabel psikologis terdiri
dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa kepemimpinan merupakan salah faktor yang memengaruhi kinerja.
Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah

sakit adalah data atau informasi rekam medis yang baik dan lengkap. Mutu pelayanan
sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan
konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tetap
menjaga keberadaan rumah sakit (Elynar, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Tenaga kesehatan sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) didalam
menjalankan pelayanan kesehatan merupakan sumber daya yang penting dan sangat
dibutuhkan untuk mencapai tujuan rumah sakit. Sebaliknya sumber daya manusia
juga mempunyai berbagai macam kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Manajemen
rumah sakit harus bisa menciptakan suatu iklim organisasi yang harmonis dan
mendorong karyawannya untuk bekerja lebih baik dan harus mengetahui apa saja
yang menjadi kebutuhan dan harapan karyawannya dalam suatu organisasi.Menurut
Depkes RI (2000) pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tidak terlepas dari
peran sumberdaya manusia, yaitu tenaga medis dan non medis di rumah sakit. Salah
satu tenaga medis diantaranya adalah tenaga dokter.
Rekam medis pasien merupakan himpunan data dan informasi tentang pasien
yang terkait dengan administrasi, proses-proses klinis medis dan penunjang medis,
manajemen mutu serta out come dari proses-proses itu yang didokumentasikan dan

disimpan secara sistematis dan aman untuk dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
berhak dan berkepentingan (Wijono, 2000). Rekam Medis merupakan bukti tertulis
tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya
kepada pasien dalam rangka penyembuhan pasien, rekam medis mencatumkan nilai
administrasi, legal, finansial, riset, edukasi, dokumen, akurat, informatif dan dapat
dipertanggung jawabkan Rekam Medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
atau secara elektronik (Hatta, 2003). Rekam medis disebut lengkap apabila rekam
medis tersebut telah berisi seluruh informasi tentang pasien termasuk resume medis,

Universitas Sumatera Utara

keperawatan dan seluruh hasil pemeriksaan penunjang serta telah diparaf oleh dokter
yang bertanggung jawab.
Salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pengisian
rekam medis sesuai dengan UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
adalah dokter dan dokter gigi. Permenkes RI No. 269 ini menggantikan PerMenkes
sebelumnya yakni No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis.
Dalam pasal 5 Permenkes No. 269/2008 dinyatakan bahwa setiap dokter dan
dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian
hasil pemeriksaaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Pada pasal 6 dinyatakan bahwa dokter, dokter gigi dan atau tenaga
kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan atau dokumen yang dibuat pada
rekam medis.
Kedisiplinan praktisi kesehatan dalam melengkapi informasi medis sesuai
dengan jenis pelayanan yang telah diberikan kepada pasien merupakan kunci
terlaksananya kegunaan rekam medis. Namun kenyataannya masih banyak dokter dan
perawat yang tidak mengisi rekam medis dengan benar karena alasan terbatasnya
waktu dan anggapan bahwa hanya penting untuk keperluan administrasi rumah sakit
(Anggraini, 2007). Foster dan Seeker (2001) mengutarakan bahwa, “Kinerja adalah
hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan”. Menurut (Suryadi, 2002) ”Kinerja adalah hasil kerja yang dapat

Universitas Sumatera Utara

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral dan etika”.

Rekam medis yang lengkap dan legal merupakan ciri yang mencerminkan
mutu pelayanan medis yang baik kepada pasien (Huffman, 1999). Salah satu
parameter pelayanan yang baik adalah kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan
tentang cara pengisian rekam medis yang lengkap.Kinerja karyawan dalam suatu
organisasi baik secara individu maupun kelompok memengaruhi seberapa banyak
mereka memberi kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi (Ilyas, 2002). Dalam
kondisi demikian maka terjadi interaksi yang kompleks dalam organisasi yaitu iklim
organisasi yang meliputi manajemen rumah sakit terhadap sejumlah individu yang
dapat memengaruhi pencapaian kinerja yang optimal.
Survei Anggraini di RSUD dr. Djasamen Saragih pada tahun 2007 mencatat
dari 100 sampel berkas yang diambilnya untuk dianalisis sebanyak 34,1 % berkas
tidak diisi dengan lengkap 59,3% tidak dikembalikan tepat waktu dan 56,1% tidak
diisi secara tepat. Purnamawati (2008) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik menunjukkan ketidaklengkapan rekam medis yang masih tinggi di RS tersebut
antara lain disebabkan ketidaksesuain penulisan diagnosa waktu masuk dan diagnosa
pada saat keluar nama dan tanda tangan dokter tidak tercantum. Hal ini menunjukan
bahwa kinerja dokter dalam pengisian rekam medis belum baik. Syahrial (2009)
menunjukan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan dan kemampuan kepala

Universitas Sumatera Utara


bidang terhadap kinerja pegawai pelayanan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian Wijayanti (1999) mencatat dari 306 dokumen rekam medis rawat
inap di Rumah Sakit Ongkomulyo Jakarta didapatkan 80 dokumen tanpa tanda tangan
dan nama jelass dokter yang merawat. Sementara itu di RSUD Pasar Rebo seperti
yang diteliti Ningrum (2001) didapatkan dari 500 berkas rekam medis, 70 berkas
tidak terisi nomor catatan medis dan 95 resemu medis tidak terisi lengkap pada pasien
rawat inap.
Rumah Sakit Umum H. Sahudin Kutacane (RSU H. Sahudin Kutacane)
dibangun pada tahun 1978 dan difungsikan sejak tahun 1982. RSU mempunyai Luas
28.562 M dan masih menyandang predikat klas D, namun secara operasionalnya
sudah berpedoman pada Struktur Organisasi Rumah Sakit klas C, hal ini dilakukan
guna mempersiapkan peningkatan kerja untuk mencapai predikat Rumah Sakit klas
C, adapun perihal nama Rumah Sakit Umum H. Sahudin Kutacane berdasarkan hasil
Rapat Gabungan Komisi Sepakat memberi nama RSU Kutacane menjadi “ BPK
(Badan Pelayanan Kesehatan-RSU H. Sahudin Kutacane” yang dituangkan dalam
Keputusan DPRD Tk.II Aceh Tenggara No.172/269/DPRD/2005 tanggal 2 Mei 2005.
Pada tahun 2005, berdasarkan SK Menkes RI No.109/menkes/SK/2005 tanggal 30
Januari 2005 Rumah Sakit Umum Kutacane ditingkatkan dari klas D menjadi klas C

yang diresmikan pada tanggal 24 Juli 2005 (Setiawan,2012).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Medis RSU H. Sahudin Dirinci menurut Pendidikan
dan Status KepegawaianTahun2012
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.


Jenis Ketenagaan
Dokter Umum
Dokter Spesialis Paru
Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Kebidanan/Kandungan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Dokter Spesialis Radiologi
Dokter Spesialis Anastesi
Dokter Gigi
Dokter Spesialis Mata
Dokter Spesialis Syaraf
Dokter Spesialis Patologi Anatomi
Dokter Spesialis Anak

Status
PNS/CPNS
PTT/PPDS
5

8
1
0
0
1
0
1
2
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0

0
0
1
0
0

Rumah Sakit Umum H. Sahudin Kutacane merupakan satu-satunya rumah
sakit yang berada di Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. Dari survei awal yang
dilakukan terdapat berbagai masalah penyebab ketidaklengkapan pengisian rekam
medis terutama pada pasien rawat inap. Salah satu penyebab yang paling banyak
dijumpai adalah pengembalian berkas rekam medis kepada bagian rekam medis yang
sangat lama dan masih banyak dijumpai berkas yang tidak lengkap pengisiannya serta
banyak rekam medis pasien rawat inap yang hilang di tangan dokter atau perawat
sehingga menyebabkan lambatnya pelayanan kepada pasien apabila ingin melakukan
kunjungan ulang. Hal ini berdampak juga terhadap pihak manajemen rumah sakit
karena mengakibatkan meningkatnya anggaran pembuatan rekam medis khususnya
kepada pasien rawat inap.

Universitas Sumatera Utara


Dari 100 berkas yang diperiksa secara acak, berkas yang tidak lengkap
mencapai 50% dan menurut waktu

maksimal pengembalianya ke bagian rekam

medis untuk pasien rawat inap adalah 2 x 24 jam dengan standar kelengkapan
pengisian rekam medis 100% (Depkes RI, 2007) adalah hanya sebesar 20%.
Keterlambatan pengambilan berkas rekam medis mengakibatkan tertundanya data
yang harus dikumpulkan dan dilaporkan sehingga seringkali mendapat surat
peringatan mengenai keterlambatan data yang harus dilaporkan baik dari pihak Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten ataupun Dinkes Propinsi. Wawancara pendahuluan
dengan dokter didapatkan pernyataan tentang ketidakjelasan instruksi pengisian
rekam medis yang dimiliki rumah sakit. Berdasarkan observasi pendahuluan yang
telah dilakukan terdapat ketidakjelasan dalam hal alur penerimaan rekam medis
pasien rawat inap.
Ketidaklengkapan dan keterlambatan pengisian berkas rekam medis dan
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis diduga terkait dengan kurangnya
kemampuan manajemen rumah sakit mengelola rekam medis.Rekam medis yang
tidak lengkap dan terlambat berkecenderungan menimbulkan kerugian dan
menyebabkan meningkatnya pembiayaan yang harus dibayar oleh manajemen rumah
sakit (Hatta,2003). Kerugian dan meningkatnya pembiayaan di akibatkan karena
sering bertambahnya berkas rekam medis yang harus dimiliki pasien rawat inap lebih
dari 1 (satu) rekam medis pada saat akan melakukan kunjungan ulang karena rekam
medis pasien masih belum kembali ke bagian rekam medis.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas, peneliti hendak melakukan penelitian untuk
mengetahui“ Faktor-faktor yang memengaruhi Kinerja Dokter dalam Kelengkapan
Pencatatan Rekam Medis Rawat Inap di RSU H Sahudin Kutacane Aceh Tenggara”.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah penelitian adalah
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kinerja dokter dalam
kelengkapan pencatatan rekam medis rawat inap di RSU H Sahudin Kutacane.

1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kinerja dokter dalam
kelengkapan pencatatan rekam medis pasien rawat inap di RSU H Sahudin Kutacane.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis sebagai berikut :
1. Penelitian dapat memberikan masukan bagi manajemen RSU H Sahudin
Kutacane dalam pengambilan kebijakan tentang kinerja dokter dalam pengisiaan
rekam medis di rumah sakit.
2. Untuk kepentingan pengembangan ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
khususnya Administrasi Rumah Sakit.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya

Universitas Sumatera Utara