Hubungan Intensitas Serangan Dengan Estimasi Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Kabupaten Simalungun

TINJAUAN PUSTAKA

Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae).
Penggerek Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus hampei (Ferrari), adalah
hama kopi yang paling serius di seluruh dunia, hama ini menyebabkan kerusakan
ekonomi yang parah di setiap wilayah komersial di mana kopi tumbuh. Selama
bertahun-tahun, petani kopi Hawaii telah berhasil mengembangkan program
pengendalian hama sehingga menyebabkan terjadinya penurunan hama. Namun,
invasi terbaru dari kumbang kopi PBKo dari daerah Pulau Kona mengancam
secara serius dan berdampak pada industri kopi seluruh Kepulauan Hawaii.
Serangannya hingga sekitar 8.000 hektar, dengan kehilangan pendapatan petani
sekitar 30 juta dolar. Tanaman kopi merupakan tanaman terbesar keempat di
negara tersebut (Messing, 2012).
Serangga H. hampei

hanya menyerang dan berkembangbiak pada

berbagai jenis kopi. Serangga dewasa berwarna hitam kecoklatan. Panjang tubuh
serangga betina 2 mm, sedang jantan lebih kecil yaitu 1.2 mm, perbandingan
antara betina dan jantan rata-rata 10 : 1. Serangga jantan tidak bisa terbang,
sedangkan serangga betina terbang di sore hari dari pukul 16.00 sampai 18.00

dengan umur rata-rata 103 hari dan 150 hari. Serangga masuk dari ujung buah
baik biji yang masih di pohon maupun yang telah jatuh ke tanah. Pengendalian
harus dilakukan bila intensitas serangan >10% (Prastowo et al, 2010).
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering
mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang
sudah kawin yang akan menggerek buah kopi. Kumbang biasanya menggerek
buah dengan membuat lubang kecil dari ujung buah. Kumbang betina menyerang

Universitas Sumatera Utara

buah kopi yang sedang terbentuk dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu
panen. Buah yang sudah tua paling disukai. Kumbang betina terbang dari pagi
hingga sore (Hindayana et al, 2002).
H. hampei menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat serius dan dapat
mempengaruhi ekonomi lebih dari 20 juta keluarga pedesaan di dunia. Pada sektor
perkebunan, dilaporkan bahwa investasi di tingkat perkebunan berada pada
tingkat yang sangat merugikan, misalnya di negara Uganda 80%, Kolombia 60%,
Jamaika 58-85%, Tanzania 90%, Malaysia 50-90% dan Meksiko 60%
(Jaramilo et al, 2006).
Kumbang dan larva hama ini menyerang buah kopi yang sudah cukup

keras dengan cara membuat liang gerekan dan hidup di dalamnya, sehingga
menimbulkan kerusakan yang cukup parah (Gambar 1). Bahkan, hama ini tidak
hanya menyerang buah dikebun, tetapi juga menyerang buah dalam penyimpanan
(Najiyati dan Danarti, 2004).
Kondisi saat ini menunjukan bahwa hama penggerek buah kopi merupakan
hama yang sangat merugikan para petani, serangan PBKo dapat menurunkan mutu
dan produksi kopi hingga 20 – 30%, bahkan tidak jarang menyebabkan petani
gagal panen. Hama PBKo merupakan kumbang yang berukuran kecil berwarna
hitam. Kumbang tersebut umumnya menyerang buah yang mulai masak dan
meninggalkan telur di dalamnya hingga telur tersebut menjadi ulat yang akan
menyerang buah kopi (Arief et al, 2011).
H. hampei betina bertelur 2 hari setelah kopulasi. Periode perkembangan
telur berlangsung sekitar 30, 42 dan 49 hari pada suhu masing masing sekitar 26,
23.4 dan 28.oC. Rasio jenis kelamin (proporsi jantan dan betina) pada serangga

Universitas Sumatera Utara

PBKo ditemukan 13 betina dan satu jantan. Namun, rata-rata perbandingan rasio
nisbah kelamin dilaporkan sebesar 10 betina banding 1 jantan. Serangga jantan
tidak mampu


untuk terbang dan tetap berada dalam buah kopi sepanjang

hidupnya. Namun, seranga betina bukanlah serangga partenogenesis karena
serangga betina PBKo juga memerlukan pembuahan untuk menghasilkan telur
(Rojas et al, 1999).
Kerusakan oleh hama ini disebabkan oleh bubuk buah yang disebut
H. hampeii. Bubuk yang besarnya ± 1,5 mm, berwarna cokelat tua. Hidupnya
selalu menyembunyikan diri (AAK, 1991).
Biologi H. hampei Ferr.
Kumbang betina meletakkan antara 31 sampai 119 telur dalam buah kopi
tergantung tingkat kematangan masing-masing kopi. Siklus hidup serangga ini
dimulai dari fase telur, larva, pupa (fase pupa berlangsung singkat) dan imago.
Rata rata umur siklus hidupnya yaitu telur (4 hari), Larva (15 hari), dan pupa
(7 hari) dan berkembang pada suhu 27 °C (Damon, 2000).

Telur serangga
PBKo

(Sumber :: Vega, 2008).

Gambar 1 : Telur Hypothenemus hampei Ferr.

Telur H. hampei memiliki bentuk yang lonjong, berwarna kristal bening
hingga kekuningan. Panjangnya bervariasi dari 0,52 sampai 0,69 mm (Gambar 2).

Universitas Sumatera Utara

Telurnya menetas dalam waktu sekitar 8 hari, lalu berubah menjadi larva
berwarna putih dan bermulut cokelat (Najiyati dan Danarti, 2006). Telur menetas
menjadi larva yang menggerek biji kopi (Hindayana et al, 2002).

Larva PBKo
berbentuk C
dengan kepala
berwarna kuning

(Sumber : www.google.com/search?q=telur+pbko&client).
Gambar 2 : Larva Hypothenemus hampei Ferr.

Larva H. hampei berwarna putih kekuningan, tanpa kaki, dengan bentuk

tubuh menyerupai huruf " C " (Gambar 3). larva instar terakhir berukuran 1,882,30 mm (Vega, 2008). Perkembangan larva berlangsung sekitar 14-28 hari, hal
ini sangat tergantung dengan keadaan iklim.(AAK, 1991).
Ketika larva menjadi kepompong (pupa) merupakan masa istirahat dalam
keadaan tenang yang berlangsung selama 5-15 hari. Selesai masa istirahat, pupa
berubah menjadi imago, dan mengadakan perkawinan di dalam biji. Tiga minggu
setelah keluar dari biji kopi, serangga betina mulai bertelur lagi, masa ini
berlangsung sampai lebih dari dua bulan. Dalam biji kopi yang telah berjatuhan
pun mereka dapat berkembang biak (AAK, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Pupa hama PBKo
terlihat berwana
putih bening

(Sumber : www.pensoft.net).
Gambar 3 : Pupa Hypothenemus hampei Ferr.

Pra – pupa mirip dengan larva, tapi warnanya putih susu , tubuhnya kurang
melengkung dan tidak makan (Gambar 4). Pupa berwarna putih susu dan kuning

tua. Banyak karakteristik serangga dewasa yang dapat terlihat dalam tahap ini.
Pupa memiliki ukuran yang bervariasi dari 1,84-2,00 mm (Vega, 2008).
Serangga dewasa memanjang dengan tubuh silinder yang sedikit
melengkung ke arah belakang abdomen. Panjangnya sekitar 1,50-1,78mm
tubuhnya hitam kilat, kadang berwarna kekuningan ketika muncul dari pupa
(Vega, 2008).

a

b

(Sumber : Vega, 2008).
Gambar 4 : Imago Hypothenemus hampei Ferr. (a: betina, b: jantan)

Universitas Sumatera Utara

Penggerek buah kopi H. hampei merupakan kumbang yang berukuran
0,7-1,7 mm, berbadan bulat dengan kepala berbentuk segitiga yang ditutupi oleh
rambut-rambut halus. Kumbang ini biasanya akan bertelur dalam lubang gerekan.
(Najiyati dan Danarti, 2006). Serangga ini memiliki bulu-bulu yang tersebar di

bagian kepala dan tubuh. Serangga betina memiliki ukuran dua kali lebih besar
dari serangga jantan (Gambar 4). Serangga betina sangat mudah dibedakan dari
serangga jantan karena ukurannya yang lebih besar. Serangga dewasa mencari
perlindungan di buah kopi berwarna hitam dan buah yang kering. Serangga betina
dewasa muncul secara besar-besaran dari buah kopi yang telah tua saat awal
musim penghujan dan mulai menyerang buah dari awal panen (Vega, 2008).
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50
butir. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari
kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian
betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa
terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup
(Hindayana et al, 2002).
Gejala Serangan
Gejala serangannya dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua
(masak), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak
normal dan busuk (Ernawati et al, 2008).
Kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lubang, yang terdapat
dekat dasar buah. Pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang
berwarna cokelat dan hitam. Sedang pada biji kopi yang telah masak terdapat
larva-larva yang berwarna putih yang jumlahnya sampai 20 ekor (AAK, 1991).


Universitas Sumatera Utara

PBKo menyerang buah kopi berwarna hijau, buah yang sudah matang dan
buah yang kering atau buah yang biasanya terdapat lubang pada bagian apikalnya.
Lubang gerekan terletak di pusat lingkaran buah dimana gerekannya dapat diamati
melalui lubang tersebut. Serangannya mampu menyebabkan kehilangan hasil dan
mempengaruhi mutu biji. Semua varietas kopi komersial telah diserang oleh
serangga ini (Barera, 2012).
Pengendalian
Sebuah usaha pengelolaan

hama terpadu telah digunakan

terhadap

penggerek buah kopi. Usaha utama adalah budidaya yang baik, pengendalian
hayati, penggunaan perangkap berupa atraktan dan pengendalian secara kimia
dengan menggunakan insektisida sintetis (Barera, 2012).
Saat ini pengendalian hama PBKo yang telah diterapkan oleh petani, yaitu

dengan cara sanitasi (petik bubuk, rampasan, lelesan), penggunaan agens hayati
dengan jamur Beauveria bassiana

dan menggunakan pestisida nabati. Cara

pengendalian dengan sanitasi terutama dilakukan di perkebunan besar karena cara
tersebut memerlukan disiplin tinggi dan serentak. Penerapan pada perkebunan
rakyat menuntut kedisplinan yang tinggi dan hanya bisa dilakukan pada
pertanaman kopi yang masa panennya pendek (Wiryadiputra, 2006).
Komponen teknologi yang berkaitan dengan budi daya tanaman sehat telah
diterapkan oleh petani. Komponen teknologi tersebut meliputi: (a) pembuatan
rorak agar lingkungan kebun makin terjaga; (b) pembangunan saluran pengairan,
terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan sumber air, sehingga pada
musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan; (c) pendangiran sesuai dengan
kondisi tanaman; (d) penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan

Universitas Sumatera Utara

pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan
struktur tanah; dan (e) pemetikan (panen) sesuai anjuran, yaitu petik lesehan, petik

merah/tua, dan petik racutan (Agustian, 2008).
Pada bagian kebun kopi yang bernaungan, daerah yang lebih lembab atau
di perbatasan kebun, jika tidak dikendalikan, serangan PBKo dapat menyebar ke
seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat
ditemukan lebih dari 100 PBKo. Karena itu penting sekali membersihkan kebun
dari semua buah yang tertinggal (Hindayana et al, 2002).
Pelestarian musuh alami pada tanaman kopi telah dilakukan untuk
mengendalikan populasi hama penyakit di kebun. Dalam pengendalian hama
penyakit, petani tidak menggantungkan pada penggunaan pestisida kimiawi, tetapi
melalui pengamatan ekosistem dan membuat kondisi lingkungan agar tidak sesuai
bagi perkembangbiakan hama dan penyakit (Agustian, 2008).
Saat ini banyak petani kopi mengandalkan aplikasi insektisida untuk
mengendalikan H. hampei. Insektisida endosulfan dan klorpirifos merupakan dua
jenis insektisida sintetis yang paling umum digunakan untuk melawan H. hampei .
Insektisida ini sangat beracun dan dapat menyebabkan kerugian terhadap
lingkungan (Jaramilo et al, 2006).
Bioekologi
Baru-baru ini dilakukan penelitian tentang proyek dampak potensi
pemanasan global pada penggerek buah kopi. Berdasarkan penelitian, dilaporkan
bahwa suhu maksimal dan suhu minimal untuk perkembangan diperkirakan

serangga PBKo sekitar 14,9 dan 32 °C. Proyek ini juga meneliti tentang
penggunaan perangkap warna untuk mengurangi tingginya intensitas serangan

Universitas Sumatera Utara

hama penggerek buah kopi sebagai akibat dari suhu musiman yang lebih tinggi
diprediksi di daerah produksi kopi (Vega et al, 2009).
Biologi dasar dan ekologi H. hampei telah ekstensif ditinjau. Kumbang
betina ( panjang 1.4 - 1.6mm ) menyerang buah kopi yang berumur sekitar
delapan minggu setelah berbunga sampai dengan buah panen ( > 32 minggu ).
Serangga membuat lubang/menggerek buah pada bagian dalam endosperm buah
kopi, menyebabkan dua jenis kerusakan, yaitu jatuhnya buah muda lebih awal,
dan kerugian kualitatif/kuantitatif pada buah kopi. Dinamika populasi dan pola
infestasi oleh H. hampei erat kaitannya dengan faktor iklim seperti curah hujan
dan kelembaban relatif, serta fisiologi tanaman kopi. Kandungan bahan kering
dari buah kopi adalah faktor yang paling menentukan serangan oleh H. hampei
dan kecepatan penetrasi ke dalam buah kopi (Jaramilo et al, 2006)
Secara umum, satu buah kopi diisi oleh satu kumbang betina. Jika polong
kopi berair, serangga cenderung untuk meninggalkan dan biji
membusuk. Tetapi jika konsistensi biji

biasanya

cukup keras, serangga betina

menggerek/mebuat lubang yang kemudian menjadi tempat di mana ia meletakkan
telur. Telur diletakkan satu per satu seperti membentuk kelompok kecil dalam biji
kopi. Betina meletakkan 1 sampai 3 butir per hari selama 15-20 hari pertama,
setelah itu, peletakan telur berkurang secara bertahap. Betina generasi kedua dan
larva membuat gerekan di dalam biji. Ketika keturunan dewasa yang pertama
muncul, populasi dalam sebuah biji biasanya terdiri dari 25-30 di semua tahap
stadia, dimana ada 10 betina untuk satu jantan. Setelah panen kopi, serangga
tersebut masih terus menggerek kopi hingga biji sudah sampai di tempat

Universitas Sumatera Utara

penyimpanan. Serangga dewasa mencari perlindungan dalam buah hitam, buah
kering (Barera, 2012).
Preferensi
Beberapa penelitian telah diilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan
serangga PBKo. Mengenai preferensi warna, telah
laboratorium dengan menggunakan buah berwarna

dilakukan penelitian di
hijau, kuning, merah dan

hitam. Berdasarkan hasil, diketahui bahwa preferensi hama PBKo lebih tinggi
pada buah kopi berwarna merah dan hitam (Vega, et al, 2009). Apabila
diukur menurut tingkat kematangan, kumbang betina menyerang buah kopi yang
terbentuk dari umur 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah
yang sudah tua merupakan buah yang paling disukai oleh hama tersebut.
(Hindayana et al, 2002 ; Jaramilo et al, 2006).
Di lapangan, ketika serangga mulai menggerek buah kopi berwarna hijau
merupakan satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan hama dalam
menggerek namun kandungan bahan kering harus lebih dari 20 %. Dari hasil di
laboratorium menunjukkan bahwa preferensi sangat tinggi untuk kopi yang
berwarna merah atau hitam, sehingga tidak mungkin memiliki produksi yang
signifikan di lapangan, karena pada saat kopi mencapai warna tersebut, kopi telah
diserang oleh serangga (Vega et al, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

5 35 84

INTENSITAS SERANGAN DAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN KOPI RAKYAT AKIBAT HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei ferr.)

0 5 12

Intensitas Serangan dan Estimasi Kehilangan Hasil pada Tanaman Kopi Rakyat Akibat Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei ferr.)

1 9 12

Analisis Kerusakan Tanaman Kopi Akibat Serangan Hama Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Pada Pertanaman Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

2 15 84

Hubungan Intensitas Serangan Dengan Estimasi Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Kabupaten Simalungun

2 12 76

Hubungan Intensitas Serangan Dengan Estimasi Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Kabupaten Simalungun

0 0 15

Hubungan Intensitas Serangan Dengan Estimasi Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Kabupaten Simalungun

0 0 2

Hubungan Intensitas Serangan Dengan Estimasi Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Kabupaten Simalungun

0 0 4

Hubungan Intensitas Serangan Dengan Estimasi Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus Hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Kabupaten Simalungun

0 1 15

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)

0 1 9