Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sistematika Tumbuhan
2.1.1 Klasifikasi tumbuhan jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels)
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Myrtales


Famili

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Spesies

: Syzygium cumini
(Heyne, 1987).

2.1.2 Nama daerah
Jamblang, jambu keling, atau duwet (Syzygium cumini(L.) Skeels) adalah
sejenis pohon dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Tumbuhan berbuah sepat
masam ini dikenal pula dengan berbagai nama, seperti

jambe kleng (Aceh),


jambu kling (Gayo), jambu kalang (Minahasa), jambulan (Flores), jambula
(Ternate), jamblang (Betawi), juwet atau duwet (Jawa) (Agoes, 2010).
Dalam berbagai bahasa asing buah ini dikenal sebagai jambulan,
jambulana (Malaysia), duhat (Filipina), jambul, jamun, atau java plum (Inggris),
dan lain-lain (Agoes, 2010).
2.1.3 Uraian tumbuhan
Jamblang tergolong tumbuhan buah-buahan yang berasal dari Asia dan
Australia tropik. Biasanya ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di

5
Universitas Sumatera Utara

hutan jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl
(Dalimartha, 2003).
Pohon dengan tinggi 10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok,
dan bercabang banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun
lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi
rata, pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 7-16 cm, lebar 59 cm, warnanya hijau. Bunga majemuk dengan cabang yang berjauhan, kelopak
bentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota bentuk bulat telur, benang sari
banyak, berwarna putih, dan baunya harum. Buahnya buah buni, lonjong, panjang

2-3 cm, masih muda hijau, setelah masak warnanya putih. Berakar tunggang,
berwarna coklat muda (Dalimartha, 2003).
2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan
Jamblang mengandung minyak atsiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid
(jambosine), asam organik, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua
mengandung asam elegat dan tanin (Agoes, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jamblang mengandung
senyawa fenolik seperti ferulic acid dan katekin (Ruan, dkk., 2008). Senyawa lain
yang terkandung dalam daun adalah flavonol glikosida, quersetin, myrisetin, 3-O4 asetil-L-rhamnopyranoside, triterpenoid, esterase, galloyl carboxylase dan tanin
(Ayyanar dan Pandurangan, 2012).
2.1.5 Manfaat tumbuhan
Daging buah jamblang rasanya asam manis, sepat (astringen kuat), serta
berbau aromatik. Berkhasiat untuk menghentikan batuk, diuretik, karminatif,
memperbaiki gangguan pencernaan, merangsang keluarnya air liur, dan

6
Universitas Sumatera Utara

menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Kulit kayu berkhasiat untuk
peluruh haid(Agoes, 2010).

Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan obat
tradisional maupun modern. Kulit, batang, daun, buah, dan bijinya digunakan
sebagai obat diabetes melitus, diare, dan beberapa penyakit lain(Agoes, 2010).
2.2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda
akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes, RI., 2000).
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes,
RI., 2000).
2.2.1

1.

Proses pembuatan ekstrak

Pembuatan serbuk simplisia
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia

kering. Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai
7
Universitas Sumatera Utara

derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Semakin
halus serbuk simplisia, proses ekstraksi semakin efektif dan makin efisien, namun
semakin halus serbuk, maka akan semakin rumit secara teknologi peralatan untuk
tahapan filtrasi.
2.

Cairan pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik


(optimum) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa
kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih
yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor
utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari antara lain: selektivitas,
kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah
lingkungan dan keamanan.
3.

Separasi dan pemurnian
Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa

yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa
kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni.
Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tidak
bercampur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion.
4.

Pemekatan atau penguapan (vaporasi dan evaporasi)

Pemekatan berarti jumlah parsial senyawa terlarut (solute) secara

penguapan pelarut tidak sampai menjadi kering, melainkan ekstrak hanya menjadi
kental atau pekat.

8
Universitas Sumatera Utara

5.

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia kering (Depkes, RI., 2000).

2.2.2 Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
a. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi

adalah


proses

pengekstrakan

simplisia

dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan (kamar). Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat
yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Ekstraksi ini
membutuhkan pelarut yang lebih banyak.
b. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan

proses pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
2. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.

9
Universitas Sumatera Utara

3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-500C.
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air (Depkes, RI., 2000).
2.3. Kulit
2.3.1 Anatomi kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan (Wasitaatmadja, 1997). Kulit merupakan “selimut”
yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung
dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono dan Latifah,
2007).
2.3.2 Struktur kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
1. lapisan epidermis, lapisan ini terdiri dari atas stratum corneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.
a. Stratum corneum (lapisan tanduk) terdiri atas beberapa lapis sel yang
pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme,
10
Universitas Sumatera Utara

tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk

memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah
mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk berdegenarasi.
Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab
tipis yang bersifat asam disebut Mantel Asam Kulit.
b. Stratum lusidum (lapisan jernih) terletak tepat dibawah stratum corneum
merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak
jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir) tersusun oleh sel-sel
keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
d. Stratum spinosum (lapisan malphigi) memiliki sel berbentuk kubus dan
seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen
kecil yang terdiri atas serabut protein.
e. Stratum germinativum (lapisan basal) adalah lapisan terbawah epidermis.
Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu selsel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk
pigmen melanin dan memberikan kepada sel-sel keratinosit melalui
dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai
bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari
gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari
keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.
11
Universitas Sumatera Utara

Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut,
papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak
rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang
terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/ hipodermis).
2.3.3

Fungsi biologi kulit

a. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan
tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah
masuk air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi
sebagai barrier terhadap racun dari luar.
b. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan
konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi
saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokontriksi,
sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk
meningkatkan pembuangan panas.
c. Persepsi sensoris
Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar
berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor. Rangsangan dari
luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat
dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri.
d. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua
jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Zat yang mudah larut
12
Universitas Sumatera Utara

dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan zat yang larut dalam air
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4. Kosmetik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.445/MenKes/Permenkes/
1998, kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada
bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar),
gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, menyembuhkan suatu
penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetik berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi kosmetik perawatan
kulit dan riasan. Kosmetik perawatan kulit, misalnya kosmetik untuk
membersihkan kulit, untuk melembabkan kulit, pelindung kulit dan menipiskan
atau mengempelas kulit, sedangkan kosmetik riasan diperlukan untuk merias dan
menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik.
Krim ekstrak etanol daun jamblang ini termasuk kedalam kosmetik perawatan
kulit yakni sebagai pelindung kulit.
2.4.1 Kosmetik pelindung kulit
Kosmetik pelindung adalah kosmetik yang dikenakan pada kulit yang
sudah bersih dengan tujuan melindungi kulit dari berbagai pengaruh lingkungan
yang merugikan kulit. Menurut tujuan spesifiknya, masing-masing kosmetik
pelindung dapat dibagi dalam kelompok berikut:
1. Preparat yang melindungi kulit dari bahan-bahan kimia (bahan kimia yang
membakar, larutan detergen dan lain-lain).
2. Preparat untuk melindungi kulit dari debu, kotoran, bahan pelumas dan lainlain.
13
Universitas Sumatera Utara

3. Preparat untuk melindungi kulit dari benda fisik yang membahayakan kulit
(sinar ultraviolet, panas).
4. Preparat yang melindungi kulit dari luka secara mekanis (dalam bentuk
kosmetik pelumas).
5. Preparat untuk mengusir serangga agar tidak mendekati (Tranggono dan
Latifah, 2007).
2.4.2 Preparat untuk melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet matahari
a. Bahaya sinar matahari
Spektrum UV terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang
gelombang UV-C (200-290 nm), UV-B (290-320 nm) dan UV-A (320-400 nm).
UV-A terbagi lagi menjadi dua sub bagian yaitu UV-A2 (320-340 nm) dan UVA1 (340-400 nm) (COLIPA, 2006). Untunglah UV-C tidak sampai ke bumi
karena diserap oleh lapisan ozon di angkasa luar (Tranggono dan Latifah, 2007).
Besarnya radiasi yang mengenai kulit tergantung pada jarak antara suatu
tempat dan garis khatulistiwa, kelembaban udara, musim, ketinggian tempat dan
jam waktu setempat. Semakin dekat jarak antara suatu tempat dan garis
khatulistiwa, semakin lembab udara dan semakin tinggi suatu tempat, semakin
besar radiasi sinar ultraviolet yang mengenai kulit dalam jangka waktu yang sama.
Intensitas radiasi UV tertinggi adalah pukul 08:00-15:00 waktu setempat, yaitu
ketika orang sedang aktif di luar rumah (Tranggono dan Latifah, 2007).
b. Perlindungan kulit
Secara alami, kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta organ-organ
dibawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membentuk butirbutir pigmen kulit (melanin) yang sedikit banyak memantulkan kembali sinar

14
Universitas Sumatera Utara

matahari. Jika kulit terpapar sinar matahari, misalnya ketika seseorang berjemur
maka timbul dua tipe reaksi melanin:
1. Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit,
2. Pembentukan tambahan melanin baru.
Jika pembentukan tambahan melanin ini berlebihan dan terus menerus,
noda hitam pada kulit dapat terjadi. Secara artificial, ada dua cara perlindungan
kulit yaitu:
1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan
panjang, celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan krim yang melindungi
kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya talkum,
titanium dioksida, zinc oksida, kaolin, kalsium karbonat, magnesium
karbonat, silisium dioksida dan bahan-bahan lainnya sejenis yang sering
dimasukkan dalam dasar bedak (foundation) atau bedak.
2. Perlindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia. Ada dua
kelompok bahan kimia ini:
a. Bahan yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan kulit
(tanning), misalnya dioxy acetone dan 8-methoxy psoralen, yang
digunakan 2 jam sebelum berjemur. Bahan ini mempercepat pembentukan
pigmen melanin di permukaan kulit.
b. Bahan yang menyerap UV-B tetapi meneruskan UV-A ke dalam kulit,
misalnya Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan derivatnya, Cinnamates,
Anthranilates, Benzophenone, Digalloly trioleate dan Petrolatum veteriner
merah. Tapi perlu diingat bahwa PABA dan sejumlah bahan tersebut
bersifat photosensitizer, yaitu jika terkena sinar matahari terik seperti
halnya di negara tropis Indonesia dapat menimbulkan berbagai reaksi
15
Universitas Sumatera Utara

negatif pada kulit, seperti photoallergy, phototoxic, disamping pencoklatan
kulit (tanning) yang tidak disukai oleh orang Asia yang menyukai kulit
yang berwarna putih (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4.3

Syarat preparat kosmetik tabir surya (Sunscreen)

1. Enak dan mudah dipakai,
2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan,
3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur,
4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban
kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Syarat-syarat bagi bahan aktif untuk preparat tabir surya:
1. Efektif menyerap radiasi sinar UV-B tanpa perubahan kimiawi, karena jika
tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau
menimbulkan iritasi,
2. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap,
3. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya,
4. Tidak berbau atau boleh berbau ringan,
5. Tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasi
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5 Antioksidan
Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi dari molekul
oksidan. Pemberian antioksidan akan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
stres oksidatif sehingga mencegah penuaan kulit (Ardhie, 2011). Berdasarkan
sumbernya, oksidan terbagi atas oksidan endogen dan eksogen. Oksidan endogen
berasal dari proses metabolisme sedangkan oksidan eksogen berasal dari

16
Universitas Sumatera Utara

lingkungan seperti rokok, polusi, makanan, dan sinar matahari. (Barel, dkk.,
2009).
Senyawa flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan.
Beberapa flavonid seperti quercetin, luteolin dan katekin memiliki antioksidan
yang lebih baik dari vitamin C, vitamin E dan β-caroten. Quercetin diyakini
mampu mencegah efek berbahaya dari sinar matahari (Svobodova, dkk., 2003).
Penelitian pada hewan yang diberikan formulasi topikal mengandung quercetin
berhasil menghambat kerusakan kulit karena induksi UVB (Saewan dan
Jimtaisong, 2013). Daun jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) mengandung
senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yaitu quercetin dan katekin
(Ruan, dkk., 2008 : Ayyanardan Pandurangan, 2012).

Gambar 2.1 Struktur quercetin (Svobodova, dkk., 2003).

Gambar 2.2 Struktur katekin (Svobodova, dkk., 2003).
2.6 Antioksidan Menangkal Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu atom, senyawa, atau molekul yang
memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan (Halliwell dan Gutteridge,
2007). Elektron yang tidak berpasangan dalam senyawa radikal memiliki

17
Universitas Sumatera Utara

kecenderungan untuk mencari pasangan. Caranya dengan menarik atau
menyerang elektron dari senyawa lain. Hal ini mengakibatkan terbentuknya
senyawa radikal baru. Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat
menyumbangkan satu atau lebih elektron (electron donor) kepada radikal bebas,
sehingga reaksi radikal bebas tersebut dapat terhambat (Winarsi, 2007).
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat menghambat banyak
reaksi oksidasi. Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena
mampu mentransfer sebuah elektron kepada senyawa radikal bebas, dimana R•
merupakan senyawa radikal bebas, Fl-OH merupakan senyawa flavonoid
sedangkan Fl-OH• merupakan radikal flavonoid(Kandaswami dan Middelton,
1997).Reaksi peredaman radikal bebas oleh senyawa flavonoid seperti pada
gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Mekanisme peredaman radikal oleh flavonoid
(Kandaswami dan Middelton, 1997).
Flavonoid dan derivat polifenol merupakan senyawa yang berfungsi
sebagai antioksidan karena senyawa tersebut adalah senyawa-senyawa fenol, yaitu
senyawa dengan suatu gugus –OH yang terikat pada karbon cincin aromatik,
produk radikal bebas senyawa-senyawa ini terstabilkan secara resonansi sehingga

18
Universitas Sumatera Utara

tidak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas lain oleh karena itu
dapat berfungsi sebagai antioksidan yang efektif (Chollisoh dan Utami, 2008).
2.7Sun Protection Factor (SPF)
Efektivitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya
adalah dengan nilai Sun Protection Factor (SPF), yang didefinisikan sebagai
jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose
(MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah
energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan
perlindungan. Tabir surya yang memiliki spektrum yang luas dapat memberikan
perlindungan terhadap UVB dan UVA (Barel, dkk.,2014).
Minimal erythema dose (MED) didefinisikan sebagai jangka waktu
terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan
terjadinya erythema(Setiawan, 2010).
Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya
yang dianggap baik berada diatas 15. Pathak membagi tingkat kemampuan tabir
surya sebagai berikut:
1. Minimal bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat.
2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat, benzofenon.
3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivat PABA.
4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan
fisik (Wasitaatmadja, 1997).

19
Universitas Sumatera Utara

2.8 Bahan Tabir Surya
2.8.1

Oktil metoksisinamat

Gambar 2.4Rumus bangun oktil metoksisinamat (Setiawan, 2010)
Oktil metoksisinamat adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam
sediaan tabir surya (Steinberg, 2003). Oktil metoksisinamat tergolong dalam tabir
surya kimia yang melindungi kulit dengan cara menyerap energi dari radiasi UV
dan mengubahnya menjadi energi panas. Penggunaan topikal jarang menimbulkan
iritasi (Wahlberg, dkk., 1999). Konsentrasi penggunaan berkisar 2-7,5% (Polo,
1998). Turunan sinamat seperti oktil metoksisinamat terurai setelah terpapar
radiasi UVB dan UVA. Radiasi sinar UV mengubah trans-oktil metoksisinamat
menjadi cis-oktil metoksisinamat melalui reaksi fotoisomerisasi cis-trans
(Walhberg, dkk., 1999). Oktil metoksisinamat berupa cairan minyak berwarna
kuning pucat yang jernih, tidak berasa, larut dalam etanol, propilenglikol,
isopropanol.
2.8.2

Amylum oryzae
Amylum oryzae atau pati beras merupakan pati yang diperoleh dari biji

Oryza sativa L. (famili Poaceae). Pemerian berupa serbuk sangat halus dan putih
(Ditjen, POM., 1995).
Pati terdiri atas struktur linear amilosa dan rantai cabang amilopektin, dua
polisakarida tersebut berdasarkan pada α-(D)-glukosa. Kedua molekul tersusun
dalam struktur yang mirip.Pati atau amilum merupakan bahan tambahan dalam

20
Universitas Sumatera Utara

formulasi sediaan padat oral yang digunakan sebagai pengikat, pengisi, dan
disintegran (Rowe, dkk., 2009).
2.9 Krim
Menurut Farmakope Indonesia IV, krim merupakan sediaan setengah
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Krim dibagi atas dua macam, yaitu krim minyak dalam air dan krim
air dalam minyak. Krim merupakan sediaan farmasi berbentuk emulsi (Ditjen,
POM., 1995).
Krim kosmetik dibuat dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut
dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, melalui pemberian
energi berupa pemanasan dan pengadukan (Djajadisastra, 2004). Bahan-bahan
dasar krim yang digunakan:
 Propilen glikol

Gambar 2.5Rumus bangun propilen glikol (Rowe, dkk., 2009).
Fungsi : Humektan, plastisizer, pelarut, bahan penstabil
Dalam sediaan topikal biasa digunakan dengan konsentrasi hingga 15%
sebagai humektan. Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air,
larut dalam 1 bagian dalam 6 bagian eter.
 Natrium edetat

Gambar 2.6Rumus bangun natrium edetat (Rowe, dkk., 2009).
21
Universitas Sumatera Utara

Fungsi : Zat pengkelat.
Natrium edetat berupa kristal putih, tidak berbau dengan rasa sedikit
asam.Natrium edetat digunakansebagai zat pengkelatdalam berbagaisediaan
farmasi, termasuk obat kumur, sediaan mata, dan sediaan topikal. Biasanya
digunakan pada konsentrasi antara 0,005 dan 0,1%. Praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol (95%) dan larut dalam 11 bagian
air.
 Trietanolamin (TEA)

Gambar 2.7Rumus bangun trietanolamin (Rowe, dkk., 2009).
Fungsi : Bahan pengalkali, bahan pengemulsi
Konsentrasi yang digunakan sebagai bahan pengemulsi adalah sekitar 24%. Mempunyai ciri tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat, cairan kental
mempunyai bau sedikit ammonia. Larut dalam aseton, metanol, karbon
tetraklorida dan air, larut 1 bagian dalam 63 bagian etil eter.
 Vaselin
Pemerian massa lunak, lengket, bening, putih. Kelarutan praktis tidak larut
dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform, eter dan dalam eter
minyak tanah. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Ditjen, POM.,
1979).
 Setil alkohol

Gambar 2.8Rumus bangun setil alkohol (Rowe, dkk., 2009).
22
Universitas Sumatera Utara

Fungsi : Bahan pengemulsi, bahan pengeras, pelembut
Setil alkohol berbentuk seperti lilin, serpihan putih, bau khas dan lunak,
mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan kenaikan
suhu, praktis tidak larut dalam air. Konsentrasi yang digunakan dalam sediaan
topikal berkisar hingga 10%.
 Asam stearat

Gambar 2.9Rumus bangun asam stearat (Rowe, dkk., 2009).
Fungsi : Bahan pengemulsi, bahan pengeras
Berwarna putih atau sedikit kekuningan, mengkilat, kristal padat berlemak.
Mudah larut dalam benzen, eter, larut dalam etanol 95%, heksana dan propilen
glikol, praktis tidak larut dalam air. Konsentrasi hingga 1-20% digunakan untuk
sediaan krim dan salep.
 Gliseril monostearat

Gambar 2.10Rumus bangun gliseril monostearat (Rowe, dkk., 2009).
Fungsi : Emolient, zat pengemulsi, zat pelarut dan zat penstabil

23
Universitas Sumatera Utara

Gliseril monostearat berwarna putih hingga krem seperti lilin padat dalam
bentuk manik-manik atau bubuk. Larut dalam etanol panas, eter, kloroform,
aseton panas dan minyak mineral. Praktis tidak dalam air.
 Butil hidroksi toluen

Gambar 2.11Rumus bangun butil hidroksi toluen (Rowe, dkk., 2009).
Fungsi : Antioksidan
Butil hidroksi toluen digunakan sebagai antioksidan pada kosmetik, makanan,
dan obat-obatan. Hal ini untuk mencegah ketengikan pada lemak dan minyak serta
mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang larut dalam minyak. Biasa digunakan
pada konsentrasi 0,5-1,0%. Praktis tidak larut dalam air, gliserin dan propilen
glikol. Mudah larut dalam aseton, benzena, etanol (95%), eter, metanol, toluen,
dan minyak mineral.
 Nipagin

Gambar 2.12Rumus bangun nipagin (Rowe, dkk., 2009).
Fungsi : Pengawet (anti mikroba)
Dalam sediaan topikal biasa digunakan dengan konsentrasi 0,02-0,3%.
Pemerian kristal tidak berwarna atau berwarna putih, tidak berbau, rasanya sedikit
membakar. Larut 1 bagian dalam 3 bagian etanol 95%, 1 bagian dalam 50 bagian
air pada suhu 500C dan larut 1 bagian dalam 30 bagian air pada suhu 800C.

24
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Brokoli (Brassica oleracea L.) Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenzone dan Oktil Metoksisinamat Secara in Vitro

2 75 90

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

10 61 95

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Brokoli (Brassica oleracea L.) Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenzone dan Oktil Metoksisinamat Secara in Vitro

2 21 90

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Brokoli (Brassica oleracea L.) Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenzone dan Oktil Metoksisinamat Secara in Vitro

0 0 14

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Brokoli (Brassica oleracea L.) Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenzone dan Oktil Metoksisinamat Secara in Vitro

0 0 2

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

2 3 14

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

1 1 2

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

0 0 4

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

0 0 4

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

0 0 28