Efektivitas Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Perilaku Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya Di Wilayah Kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
2.1.1. Sejarah Lahirnya
Sejak tahun 1970 pada periode orde baru, posyandu yang merupakan
kepanjangan dari Pos Pelayanan Terpadu sangat berperan penting dalam program
kesehatan Indonesia. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Fungsi posyandu adalah untuk memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar guna mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Posyandu
merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang memberikan pelayanan dan
pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Masyarakat internasional
menghargai kesuksesan usaha pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan
dasar melalui pemberdayaan masyarakat seperti posyandu, sehingga tidak sedikit
negara lain yang ikut mencontoh menerapkan program ini di negara mereka.
Guna mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian
dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan


Universitas Sumatera Utara

Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD adalah
strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan
swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri,
melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan secara lintas program dan
lintas sektor terkait.
Pencanangan posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara
massal untuk pertama kali oleh kepala negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di
Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu
posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat
luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmandagri)
No.9 Tahun 1990 tentang peningkatan pembinaan mutu posyandu. Melalui instruksi
ini seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu
posyandu. Pengelolaan posyandu dilakukan oleh satu kelompok kerja operasional
(Pokjanal) posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat
dengan Pemerintah Daerah (Pemda).
Namun ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi di tahun 1997, kegiatan
posyandu ikut menerima dampaknya. Perubahan sistim pemerintahan menjadi

desentralisasi mengakibatkan kegiatan posyandu sangat tergantung pada kemampuan
dan komitmen pemerintah daerah. Kemampuan dan kesadaran masyarakat lokal yang
terkena dampak krisis ekonomi juga sangat mempengaruhi efektifitas fungsi
posyandu.

Universitas Sumatera Utara

Melihat kemunduran kinerja posyandu, pemerintah melihat perlunya
merevitalisasi posyandu dengan mengeluarkan surat edaran menteri dalam negeri
No.441 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui kembali tahun 2001. Program
revitalisasi posyandu diharapkan dapat meningkatkan fungsi kerja dan kinerja
posyandu sehingga mampu mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan
status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Pelaksanaannya diselenggarakan dengan
dukungan Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa, sektor swasta dan sektor terkait
serta lembaga donor yang berminat. Namun dalam perkembangannya, instruksi ini
tidak berjalan dengan optimal dan dirasakan perlu mengoptimalkan kembali fungsi
posyandu. Pada tahun 2007 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri yaitu
Permendagri No.54 tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja
(Pokja) yang berada baik di tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
kecamatan. Penyelenggaraan posyandu dilakukan oleh kader yang merupakan

anggota masyarakat yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
melakukan kegiatan Posyandu. Pemerintah daerah saat ini berusaha menjalankan
peraturan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Walaupun belum dijalankan di seluruh wilayah negara, usaha pemerintah
menunjukkan hasil yang positif. Survei nasional pada tahun 2007 memperlihatkan
bahwa selain puskesmas, posyandu merupakan sarana kesehatan yang penting bagi
masyarakat. Sebanyak 45,5% pengasuh membawa anaknya ke posyandu secara
teratur (4 kali berturut-turut). Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan tempat
yang paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar 78,3%.

Universitas Sumatera Utara

Alasan utama pengasuh membawa anaknya ke posyandu adalah untuk memantau
kesehatan anak, mendapatkan imunisasi, pengobatan, pemberian suplemen gizi dan
makanan tambahan bagi anak mereka. Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) juga
merupakan ujung tombak pemerintah dalam pendistribusian kapsul Vitamin A bagi
balita. Sebanyak 71,5% anak umur 6-59 bulan yang menerima kapsul vitamin A,
dengan cakupan daerah perkotaan (74,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan (69,7%). Kinerja dan dedikasi kader dalam menjalankan kegiatan posyandu
tentu saja sangat berperan dalam pencapaian ini.

2.1.2. Landasan Hukum
1.

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28 H ayat 1

2.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah.

5.


Surat Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ Tahun 2001 tentang revitalisasi
posyandu.

6.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

7.

Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1457 Tahun 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/kota.

8.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.

Universitas Sumatera Utara

9.


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara
pusat dan pemerintah daerah.

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang organisasi perangkat
daerah.

11.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131 Tahun 2004 tentang Sistim
Kesehatan Nasional.

12.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan
Pembangunan Nasional.

13.


Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2005 tentang RPJMN.

2.1.3. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang
dari, oleh dan untuk masyarakat diharapkan sebagai wadah yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan dan sosial dasar masyarakat. Posyandu sebagai perwujudan dari
peran serta masyarakat. Tidak serta merta hadir dan bergerak dengan sendirinya,
dukungan pemerintah terhadap keberadaan dan kesinambungan posyandu terus
diupayakan berbagai kebijakan telah dibuat, bermacam kegiatan dan program telah
dilaksanakan agar posyandu tetap eksis dan menjadi gerbang depan pemberdayaan
masyarakat (Depkes, 2011).
Posyandu adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan di
desa kecil yang tidak terjangkau oleh rumah sakit atau klinik. Posyandu dimulai,
terutama untuk melayani balita (Imunisasi dan timbang berat badan) dan orang lanjut
usia (Posyandu Lansia) (Purwandari, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Posyandu merupakan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang sudah sangat luas dikenal di masyarakat dan telah masuk dalam
bagian keseharian kehidupan sosial di pedesaan maupun perkotaan (Ambarwati,
2009).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan
untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama (Depkes RI, 2005).
Posyandu

dipandang

sangat

bermanfaat

bagi

masyarakat

namun


keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi
terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui
peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 2001).
2.1.4. Tujuan Penyelenggara Posyandu
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (ibu
hamil, melahirkan dan nifas).
2. Membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).

Universitas Sumatera Utara

3. Meningkatkan

peran

serta


dan

kemampuan

masyarakat

untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
2.1.5. Manfaat Posyandu
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan angka penurunan AKI dan AKB.
b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain

terkait.
2. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat
a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait
dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.

Universitas Sumatera Utara

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian
pelayanan secara terpadu.
4. Bagi Sektor Lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan
AKB sesuai kondisi setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tupoksi masing-masing sektor.
2.1.6. Pembentukan Posyandu
1. Langkah-Langkah Pembentukan :
a. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
b. Survei mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB.
c. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survei mawas diri,
sarana dan prasarana posyandu serta biaya posyandu.
d. Pemilihan kader posyandu.
e. Pelatihan kader posyandu.
f. Pembinaan.

Universitas Sumatera Utara

2. Kriteria Pembentukan Posyandu
Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan puskesmas agar
pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan
satu posyandu melayani 100 balita.
2.1.7. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim
penggerak PKK desa/kelurahan serta petugas kesehatan dari puskesmas, dilakukan
pelayanan masyarakat dengan sistim lima meja yaitu :
a. Meja I : Pendaftaran
b. Meja II : Penimbangan
c. Meja III : Pengisian KMS
d. Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
e. Meja V : Pelayanan KB dan kesehatan Imunisasi, pemberian vitamin A dosis
tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap bulan Februari dan Agustus,
pembagian pil atau kondom, pengobatan ringan dan konsultasi KB
serta kesehatan.
Petugas pada meja I sampai dengan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja
V merupakan meja pelayanan paramedis (jurim, bides, perawat dan petugas KB).
2.1.8. Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat atau keluarga, utamanya adalah
bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan pasangan usia subur.

Universitas Sumatera Utara

2.1.9. Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembang.
Secara rinci kegiatan posyandu adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan utama
1.1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil adalah :
- Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader
kesehatan. Jika ada petugas puskesmas ditambah dengan pegukuran tekanan
darah dan pemberian imunisasi tetanus toksoid. Bila tersedia ruang
pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan.
Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas.
- Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
kelompok ibu hamil pada setiap hari buka posyandu atau pada hari lain sesuai
dengan kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain penyuluhan
tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB
dan gizi, perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan pola makanan ibu
hamil, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil.
b. Ibu nifas dan ibu menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup :
- Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan
lahir.

Universitas Sumatera Utara

- Pemberian vitamin A dan zat besi.
- Perawatan payudara.
- Senam ibu nifas.
- Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, tinggi fundus dan
pemeriksaan lochia . Apabila ditemukan kelainan, segera di rujuk ke puskesmas.
c. Bayi dan Balita
Pelayanan posyandu terhadap balita harus dilaksanakan dengan menyenangkan
dan memacu kreatifitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai,
pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong
melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di
bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang
sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan
posyandu untuk balita mencakup penimbangan berat badan, penentuan status
pertumbuhan, penyuluhan, jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan
pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera di rujuk ke puskesmas.
1.2. Keluarga Berencana
Pelayanan KB di posyandu yang dapat dilaksanakan apabila ada petugas
kesehatan dari puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program, baik terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.

Universitas Sumatera Utara

1.3. Gizi
Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita,
ibu hamil dan Wanita Usia Subur. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi
penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, Penyuluhan gizi,
pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A dan pemberian zat besi.
Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi
serta kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah gondok endemik.
Apabila setelah dua kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera
dirujuk ke puskesmas.
1.4 Pencegahan dan penanggulangan diare
Pencegahan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Penanggulangan diare di posyandu dilakukan
antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri
oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan.

2.2. Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai
kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara

Universitas Sumatera Utara

keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan
(Effendy, 2003).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang
dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan
seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai,
tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara
dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,
maupun

praktek

baru,

yang berhubungan dengan

tujuan

hidup

sehat

(Suliha,dkk., 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau
mengubah perilakunya menjadi perilaku hidup sehat (Munajaya, 2004).
2.2.1. Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah merubah perilaku masyarakat ke arah perilaku
sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk
mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan
tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi
menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan

Universitas Sumatera Utara

jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap
dan keterampilan yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan
jangka panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupannya seharihari.
Menurut Effendy (2003) tujuan penyuluhan kesehatan adalah :
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
2.2.2. Faktor- Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Penyuluhan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan
penyuluhan kesehatan :
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru
yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerimanya informasi yang
didapatnya.
b.

Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam
menerima informasi baru.

Universitas Sumatera Utara

c.

Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang
tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan
menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d.

Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang
yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan
penyampaian informasi.

e.

Ketersediaan waktu di Masyarakat
Waktu

penyampaian

informasi

harus

memperhatikan

tingkat

aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus
melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kesehatan
masyarakat sebagai berikut: Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat, menetapkan
masalah kesehatan masyarakat, memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu
ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat dan menyusun rencana
penyuluhan.
2.2.3. Sasaran Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,
klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan
kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga

Universitas Sumatera Utara

yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga
dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk
dan sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok
ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang
rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada
diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam
perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat
dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat
pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).
2.2.4. Materi Penyuluhan
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi
yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak
terlalu sulit untuk

dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya

menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk
menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).
2.2.5. Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metode yang dikemukakan antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru
atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan Penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat,
apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu

Universitas Sumatera Utara

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini
mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.
Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah
adalah :
a) Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi
apa

yang

akan

diceramahkan,

untuk

itu

penceramah

harus

mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematik yang baik.
Lebih baik lagi jika disusun dalam diagram atau skema dan
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.
b) Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
dapat menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai sasaran penceramah
dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak
boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan
jelas. Pandangan harus tertuju kepada peserta. Berdiri di depan atau
dipertengahan, sebaiknya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat
semaksimal mungkin.

Universitas Sumatera Utara

b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap
hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode
yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat,
permainan simulasi.
Metode diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam
proses pendidikan. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir.
Formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam
bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta
sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Setiap kelompok
mempunyai kebebasan mengeluarkan pendapat. Untuk memulai diskusi,
pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang berupa
pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar
terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara,
sehingga

tidak

menimbulkan

dominasi

dari

salah

seorang

peserta

(Notoatmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

3. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi,
pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan massa ini tidak langsung, biasanya menggunakan
media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato
melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan,
sinetron, tulisan di majalah atau koran, billboard yang dipasang dipinggir jalan,
spanduk, poster dan sebagainya.
2.2.6. Alat Bantu dan Media Penyuluhan
1. Alat bantu Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,
2012). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Secara terperinci
fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran mencapai sasaran yang
lebih banyak dan membantu mengatasi hambatan. Merangsang sasaran untuk
melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan
tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain,

Universitas Sumatera Utara

mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang
untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian
yang lebih baik serta membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :
a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna untuk membantu menstimulasikan indera mata pada waktu
terjadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang di proyeksikan
misalnya slide, film dan alat yang tidak di proyeksikan misalnya dua dimensi, tiga
dimensi, gambar peta, bagan, boneka dan lain-lain.
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu
proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya radio, piringan hitam dan lainlain.
c. Alat bantu lihat dengar
Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada
waktu proses penyuluha, misalnya televisi, video kaset dan lain-lain.
2. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sasaran atau upaya untuk menampilkan
pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
ke arah positif terhadap kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan didalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan antara lain adalah ;
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi
menjadi 3 yakni:
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini
adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau
tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,
mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan
mudah terlipat.

Universitas Sumatera Utara

b. Media elektronik
Media ini merupakan

media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan

didengar dan penyampaian melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam
media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Kelebihan media
elektronik yaitu lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat,
bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat
dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari
media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih
untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah,

perlu

keterampilan

penyimpanan

dan

keterampilan

untuk

mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media penyampaiannya pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun
elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar
lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat
canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.

Universitas Sumatera Utara

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu
memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku
sesuai dengan pesan yang disampaikan.
2.2.7. Faktor - Faktor yang Memengaruhi dalam Penyuluhan
Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor
penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.
1.

Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang
akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan
kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat
didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.

2.

Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit
menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena
lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat
kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi
lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan
perilaku.

3.

Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai
dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan
keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah

Universitas Sumatera Utara

sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metode yang
digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang
digunakan kurang dimengerti oleh sasaran.

2.3. Perilaku
2.3.1 Definisi
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012).
Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dari sudut
biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup
yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini,
maka perilaku respon seseorang terhadap stimulus dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Perilaku tertutup (Covert Behaviour)
Merupakan respon seseorang dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau
reaksi ini masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

Universitas Sumatera Utara

secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour , misalnya
seseorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seseorang pemuda tahu
bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seksual dan sebagainya.
b. Perilaku terbuka (Overt Behaviour)
Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
secara terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain.
2.3.2. Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis
besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :
a. Perilaku Pasif (Respons Internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat
diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.
b. Perilaku Aktif (Respons Eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati
langsung, berupa tindakan yang nyata.
2.3.3. Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Respon atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respon yang masih tertutup) dan
aktif (respon terbuka, tindakan yang nyata atau practice/psychomotor ).
Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya
terbatas hanya pada 3 hal yaitu :
1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik
terhadap sesuatu.
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma
subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita
perbuat.
3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu
niat untuk berperilaku tertentu.
Secara sedehana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu
perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa
orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana keyakinankeyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma
subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen ini berinteraksi
dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah
perilaku yang bersangkutan dilakukan atau tidak (Azwar, 2007).
Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa
perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor yakni faktor perilaku (behaviour causer ) dan faktor dari

Universitas Sumatera Utara

luar perilaku (non behaviour causer ). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor yaitu :
a. Faktor-faktor

predisposisi

(predisposing

factors),

yang

terwujud

dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang disebut
pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak
langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan
berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi
perilaku menghindar (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga
domain, sesuai dengan tujuan pendidikan yakni : pengetahuan, sikap dan tindakan.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang
tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
lain.
d. Analisis (analysis)

Universitas Sumatera Utara

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu objek tertentu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2012).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain
agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi
dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Universitas Sumatera Utara

c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mental), dimana pada aspek psikologi ini, taraf berpikir seseorang
semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau kegiatan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari
dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin
saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi
pengetahuan pada individu secara subjektif.
f. Informasi
Kemudahan

seseorang

untuk

memperoleh

informasi

dapat

membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid, 2007).
2. Sikap (Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Menerima (Receiving).
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsibility)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Menurut Ahmadi (2007), sikap dibedakan menjadi :
a.

Sikap negatif, yaitu yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap
norma yang berlaku dimana individu itu berada.

b.

Sikap positif, yaitu sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang
berlaku dimana individu itu berada.
Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif

terhadap orang lain, objek atau

situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan

kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi
sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,
baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons
terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons, menghargai
dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2012).
3. Praktik atau Tindakan
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata.
Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata
atau terbuka (Notoatmodjo, 2012).
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan
itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk
perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah
laku dapat dibedakan atas sikap, didalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan
potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang
memungkinkan (Ahmadi, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari
tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh
suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun
tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Menurut Notoatmodjo (2007), empat tingkatan tindakan adalah :
a. Persepsi (Perception), mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang diambil.
b. Respon Terpimpin (Guided Response), dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar.
c. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
d. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya
dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung
dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan status kesehatan
gigi dan mulut anak di Indonesia. Tapi mungkin perlu dicermati satu hal yang teramat
penting, yaitu peranan ibu. Ibu memegang peranan penting dalam keluarga, sebagai

Universitas Sumatera Utara

seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu ia
lahir adalah ibunya. Oleh karena itu, perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh
sang anak. Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku kesehatan
terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi :
1. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang menyikat
gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi, anak akan
lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat
memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak
membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat
gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan
formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi
yang mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun yang
mana ia sudah mampu berkumur.
2. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan manis
lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya menyikat
dan membersihkan gigi sebelum tidur.
3. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan memeriksa
rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu merasa
asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam rongga
mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi anak sangat
dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan ibu terhadap anaknya sejak dini.

Universitas Sumatera Utara

Ibu dapat menjadi pemandu yang baik dalam membantu anak memberikan
pengetahuan untuk kesehatan giginya.

2.4. Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita
Berdasarkan teori Blum menjelaskan status kesehatan gigi dan mulut
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik
maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor
tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status
kesehatan gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut
secara langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan
kesehatan.
Gigi susu adalah sekumpulan gigi pertama. Jumlahnya ada 20, yaitu 10 di
rahang atas dan 10 di rahang bawah (masing-masing 4 gigi seri, 2 gigi taring dan 4
geraham). Sedangkan gigi permanen terdiri dari 32 gigi.
Gigi susu mulai terbentuk didalam rahim dan mulai muncul di usia 5-8 bulan,
meskipun dapat bervariasi pada setiap anak. Gigi susu terakhir muncul di usia 2-3
tahun. Pada usia 6-12 tahun gigi susu tanggal satu demi satu, untuk digantikan
dengan gigi permanen. Pada usia 13 tahun, seorang anak biasanya tidak memiliki gigi
susu yang tersisa, dan sudah memiliki 28 dari 32 gigi dewasa permanen di mulutnya.
Anak sudah bisa dikenalkan perawatan gigi pada usia 18 bulan dan dapat
dilakukan perawatan pada usia 2-3 tahun dengan harapan kesehatan gigi dan mulut
pada anak-anak bisa lebih terjaga dan termonitor.

Universitas Sumatera Utara

Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan.
Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi,
lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan
dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari
besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam mengurangi frekwensi karies gigi.
Kecenderungan para ibu pada umumnya datang ke dokter gigi membawa anaknya
pada kondisi sakit dan rewel sehingga akan menyulitkan dalam melakukan tindakan
perawatan gigi.

2.5. Plak Gigi
Plak adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang
berkembang biak didalam lapisan suatu matriks intraselluler. Lapisan ini menempel
pada permukaan gigi yang kadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan ini
tidak lain adalah sekumpulan sisa makanan, bakteri dan mikro organisme lainnya
yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan
kebersihan gigi dan mulutnya (Forest, 1995).
Dalam jumlah sedikit plak tidak dapat terlihat kecuali telah diwarnai

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

2 102 90

Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

3 91 96

Hubungan Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ar Raudhatul Hasanah, Medan

0 32 56

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Karies Dan Ohis Pada Anak SMP

6 126 74

Pengaruh Ketergantungan Obat Terlarang Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

0 21 42

Efektivitas Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Perilaku Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya Di Wilayah Kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015

2 2 19

Efektivitas Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Perilaku Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya Di Wilayah Kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Efektivitas Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Perilaku Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya Di Wilayah Kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 3 10

Efektivitas Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Perilaku Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya Di Wilayah Kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015

1 1 4

Efektivitas Metode Ceramah Dan Diskusi Terhadap Perilaku Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya Di Wilayah Kerja Puskesmas Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 1 17