Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Karies Dan Ohis Pada Anak SMP

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN

MULUT DENGAN STATUS KARIES DAN OHIS PADA

ANAK SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MUHAMMAD YUSUF NIM : 070600011

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011

Muhammad Yusuf

Hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies dan indeks oral higiene pada murid SMP.

ix+ 59 halaman

Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi.Sebanyak 98% dari penduduk dunia pernah mengalami karies. Kerusakan ini dapat ditemukan pada semua golongan umur. Di Indonesia karies gigi masih menjadi masalah paling sering terjadi pada penyakit gigi dan mulut. Angka kejadian karies berkisar antara 90,05%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies dan indeks oral higiene, serta menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada siswa SMP kelas VII, VIII, dan IX SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan, dengan responden sebanyak 230 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah Indeks Karies Klein (DMF-T) dan indeks pengukuran oral higiene adalah Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan one way Anova.


(3)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan adalah sebesar 2,44 ± 2,005 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6) dan rata-rata indeks oral higiene sebesar 1,9048 ± 1,041 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Berdasarkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, makanan yang menyebabkan gigi berlubang adalah coklat (98,5%) dan makanan yang sehat buah-buahan (88,7%) dan wortel (36,09%). Tingginya prevalensi karies gigi dapat disebabkan anak tidak menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam perilaku kesehatan gigi sehari-hari atau mungkin setelah memakan-makanan coklat atau sejenisnya tidak menyikat gigi. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT) dan indeks oral higiene (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah (p < 0,05).

Maka, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya sangat penting untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan mencegah terjadinya karies. Peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam mendidik dan membina anak memelihara kesehatan giginya.


(4)

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN

MULUT DENGAN STATUS KARIES DAN OHIS PADA

ANAK SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MUHAMMAD YUSUF NIM : 070600011

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, April 2011 Pembimbing : Tanda tangan

Taqwa Dalimunthe drg., Sp.KGA ... NIP : 1952 0314 1979 02 2001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 7 Maret 2011

TIM PENGUJI

KETUA : T. Hermina, drg

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA 2. Essie Octiara, drg., Sp.KGA


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skirpsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Taqwa Dalimunthe drg., Sp.KGA sebagai pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Yati Roesnawi drg selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak. T.Hermina drg dan Essie Octiara drg., Sp.KGA, sebagai penguji, seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak yang telah memberikan ilmu dan bimbingan di Bidang Kedokteran Gigi, semoga Allah SWT memberikan pahala yang tidak terputus.

3. Dosen pembimbing akademik, Nevi Yanti, drg., M.Kes yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sejak awal semester kuliah di FKG USU.

4. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan Prof. Lina Natamiharja,dg,. SKM yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi.


(8)

5. Teristimewa kepada ibunda tercinta, Ramlah dan ayahanda Drs. Zulkifni M yang telah memberikan kasih sayang, didikan, doa dan dukungan baik moril maupun materil dan hanya Allah SWT saja yang dapat membalasnya.

6. Kakak, abang dan adik penulis, Kakak Zuraini dan Khairunnisa, abang Marwan dan M.Husni serta Adik Fatimah. Mudah-mudahan kita dapat mewujudkan cita-cita kedua orang tua kita, sukses di dunia akhirat dan di sayang Allah SWT.

7. Adinda tersayang Bintang Nur Sakiah Wahab Harahap, terima kasih sudah memberikan dukungan dan bantuan dalam mengerjakan skripsi abang.

8. Sahabat-sahabat penulis, abang Andryas, abang Farhan, abang Ihmad, abang Armia, Abang Hubban, Abang Franky, Abang Anwar, Abang Eko, Abang Amir, Abang Wansu, Abang Aizat, Yogi, Jessica, Fauzan, Roni, Andri, Defi, Ridwan, Rudi, Razak, Zakwan, Rezi, Mike, Tasya, Desi, Lia, Lini dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan seluruhnya, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 4 April 2011 Penulis,

(Muhammad Yusuf)


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesa ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 5

2.2 Pengaruh Plak Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut ... 6

2.3 Oral Higiene yang Buruk ... 14

2.4 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut ... 15

2.5 Kerangka Teori ... 22

2.6 Kerangka Konsep ... 23

BAB 3 Metodologi Penelitian ... 24

3.1 Rancangan Penelitian ... 24

3.2 Sampel dan Populasi Penelitian ... 24

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

3.4 Variabel Penelitian ... 25


(10)

3.6 Cara Pengambilan Data ... 33

3.7 Pengolahan dan Analisis Data... 34

3.8 Anggaran Penelitian ... 35

BAB 4 Hasil Penelitian ... 37

4.1 Gambaran Responden ... 37

4.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut ... 38

4.2.1 Status Kejadian Karies ... 38

4.2.2 Rata-Rata Pengalaman Karies ... 39

4.2.3 Oral Higiene Indeks Simplified ... 39

4.3 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Pengalaman Karies dan Indeks Oral Higiene ... 40

4.3.1 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Pengalaman Karies ... 40

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Indeks Simplified ... 41

4.4 Analisa Pengetahuan ... 42

BAB 5 Pembahasan ... 47

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 55

Daftar Pustaka ... 56 Lampiran


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Cara pengukuran ... 27 2. Kuesioner pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut ... 31 3. Gambaran responden ... 37 4. Gambaran pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut

Siswa SMP Nurul Hasanah berdaarkan kelas ... 38 5. Prevalensi karies Siswa SMP Nurul Hasanah tahun 2010 ... 38 6. Rata-rata pengalaman karies Siswa SMP Nurul Hasanah Berdasarkan

pengetahuan ... 39 7. Rata-rata OHIS Siswa SMP Nurul Hasanah berdasarkan pengetahuan 40 8. Uji Statistik antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan

pengalaman karies (DMFT) pada Siswa SMP Nurul Hasanah ... 40 9. Uji Statistik antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan

OHIS pada Siswa SMP Nurul Hasanah ... 41 10. Uji Statistik antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial

yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu. ... 9 2. Sikat gigi yang memenuhi persyaratan ... 19


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Jadwal kegiatan penyusunan skripsi 2. Kuesioner

3. Lembar pemeriksaan gigi

4. Surat informasi kepada subjek penelitian

5. Surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian

6. Surat keterangan izin penelitian dari SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah 7. Surat persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang

kesehatan

8. Hasil uji statistik

9. Foto-foto dokumentasi pelaksanaan penelitian 10.Riwayat Hidup


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011

Muhammad Yusuf

Hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies dan indeks oral higiene pada murid SMP.

ix+ 59 halaman

Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi.Sebanyak 98% dari penduduk dunia pernah mengalami karies. Kerusakan ini dapat ditemukan pada semua golongan umur. Di Indonesia karies gigi masih menjadi masalah paling sering terjadi pada penyakit gigi dan mulut. Angka kejadian karies berkisar antara 90,05%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies dan indeks oral higiene, serta menganalisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies dan indeks oral higiene pada murid SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan.

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada siswa SMP kelas VII, VIII, dan IX SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan, dengan responden sebanyak 230 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic random sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah Indeks Karies Klein (DMF-T) dan indeks pengukuran oral higiene adalah Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan one way Anova.


(15)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DMFT siswa SMP Yayasan Nurul Hasanah Medan adalah sebesar 2,44 ± 2,005 yang termasuk kedalam tingkat keparahan karies rendah menurut WHO (1,2-2,6) dan rata-rata indeks oral higiene sebesar 1,9048 ± 1,041 yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati kriteria jelek. Berdasarkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, makanan yang menyebabkan gigi berlubang adalah coklat (98,5%) dan makanan yang sehat buah-buahan (88,7%) dan wortel (36,09%). Tingginya prevalensi karies gigi dapat disebabkan anak tidak menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam perilaku kesehatan gigi sehari-hari atau mungkin setelah memakan-makanan coklat atau sejenisnya tidak menyikat gigi. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT) dan indeks oral higiene (OHI-S) pada siswa SMP Nurul Hasanah (p < 0,05).

Maka, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya sangat penting untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan mencegah terjadinya karies. Peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam mendidik dan membina anak memelihara kesehatan giginya.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi.Sebanyak 98% dari penduduk dunia pernah mengalami karies. Kerusakan ini dapat ditemukan pada semua golongan umur. Di Indonesia karies gigi masih menjadi masalah paling sering terjadi pada penyakit gigi dan mulut.1

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia (Survai Kesehatan Rumah Tangga, 2001) dan menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan (The world Oral Health Report,2003). Ada dua penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu karies dan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Penyakit ini terjadi karena demineralisasi jaringan permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula.1,2

Di negara-negara maju prevalensi karies gigi terus menurun sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan SKRT (2004) prevalensi karies mencapai 90,05%. Pada hampir setiap mulut orang Indonesia akan ditemukan dua hingga tiga gigi berlubang.1

Notoatmodjo cit Fankari, menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya


(17)

pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut sehingga anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Angka nasional untuk karies gigi usia 12 tahun mencapai 76,69% dengan indeks DMF-T (Decay, Missing, Filled-Teeth) rata-rata 2,21.3

Data Bank WHO yang diperoleh dari enam wilayah (AFRO, AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T) pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Indeks karies di Indonesia sebagai salah satu negara SEARO (South East Asia Regional Offices) saat ini berkisar 2,2 , untuk kelompok usia yang sama. Kelompok usia 12 tahun merupakan indikator kritis, karena sekitar 76,97% karies menyerang pada usia tersebut.1

Upaya pemeliharaan dan pembinaan kesehatan gigi dan mulut terutama pada kelompok usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) tersebut seharusnya pada anak usia sekolah dasar memiliki angka karies rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi.1

Menurut penelitian Sufiawati, Prevalensi karies gigi relatif lebih tinggi pada anak SMP yang tidak mempunyai program UKGS pada masa SD, kemungkinan karena terdapat keterbatasan pengetahuan tentang pentingnya melakukan pencegahan dan perawatan gigi, dan sebaliknya pada anak SMP yang mempunyai program UKGS


(18)

pada masa SD, prevalensi karies gigi relatif lebih rendah. Sufiawati juga menjelaskan bahwa kurangnya kesadaran dan kemandirian anak dalam menjaga kesehatan dan kebersihan dirinya sendiri karena anak-anak masih tergantung pada orang tua, serta kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya melakukan perawatan gigi.4

Berdasarkan jawaban responden tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada 77 siswa kelas 6 terdiri dari siswa SDN Mlati I Yogyakarta, serta 47 siswa SD Sendang Adi I Yogyakarta didapatkan data menggosok gigi baik sebanyak 31 orang (40,3%), sedang 39 orang (50,6%) dan buruk 7 orang (9,1%). Sedangkan praktek kesehatan gigi dan mulut (menggosok gigi) 54 orang (70,1%) dengan praktek cukup dan 23 orang (29,9%). Sikap responden tentang kesehatan gigi dan mulut yang sudah baik sebanyak 58 orang (75,2%) dan 19 orang (24,7%) cukup. Hasil identifikasi karies gigi menyimpulkan sebagian besar karies gigi dengan kategori rendah yaitu 53 orang (68,8%), karies gigi sedang sebanyak 20 orang (26,0) dan 4 orang (5,2%) diindentifikasi karies gigi tinggi.5

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti suatu permasalahan yaitu hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak SMP.

1.2Rumusan Masalah

- Adakah hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan DMF-T pada anak usia 12 – 14 tahun ?

- Adakah hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral higiene pada anak usia 12 – 14 tahun ?


(19)

1.3Tujuan Penelitian

- Mengetahui DMF-T pada anak usia 12 – 14 tahun.

- Mengetahui indeks oral higiene pada anak usia 12 – 14 tahun.

- Mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan DMF-T pada anak usia 12 – 14 tahun.

- Mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan indeks oral higiene pada anak usia 12- 14 tahun.

1.4Hipotesa

- Ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan DMF-T. - Ada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan OHIS.

1.5Manfaat Penelitian Manfaat untuk sekolah :

- Sebagai masukan untuk bahan penyuluhan di sekolah.

- Menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada proses pendidikan di sekolah.

- Sebagai masukan program perencanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan : - Sebagai masukan pada peneliti.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia dari semua golongan umur, bersifat progresif dan bila tidak dirawat akan makin parah. Walaupun demikian, karena proses terjadinya penyakit ini lambat dan realitanya jarang kematian maka sering penderita tidak memberikan perhatian khusus. Itulah sebabnya kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan.6

Penyakit gigi yang sering dijumpai adalah karies. Proses karies ini disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi dan apabila sisa-sisa makanan itu tidak dibersihkan maka akan terbentuk asam dan terjadi demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi mikroorganisme dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.1

Tujuan pencegahan dan perawatan penyakit gigi, selain untuk mendapatkan keadaan gigi tidak terkena penyakit, juga gigi yang sehat dan teratur. Mulut yang sehat jarang dijumpai, kriterianya adalah gigi teratur, bersih dan tidak dijumpai celah diantara gigi. Gingiva terlihat merah muda dan kencang.7


(21)

2.2 Pengaruh Plak Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Debris makanan dengan cepat dilarutkan oleh enzim mikroorganisme dan tersingkir dari rongga mulut dalam waktu 5 menit setelah makan, namun sebagian ada yang tertinggal pada gigi dan mukosa. Pembersihan makanan dari rongga mulut dipengaruhi oleh aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, bibir dan bentuk serta susunan gigi dan rahang. Pembersihan akan meningkat pada waktu mengunyah makanan dan pada saliva yang viskositasnya rendah.12

Laju pembersihan debris makanan dari rongga mulut adalah bervariasi antara jenis makanan dan antar individu. Bahan makanan berbentuk cairan lebih mudah dibersihkan dibandingkan bahan makanan berbentuk padat. Sebagai contoh, sejumlah kecil gula yang ditelan dalam bentuk cairan akan tetap berada dalam saliva sekitar 15 menit, sedangkan gula yang dikonsumsi dalam bentuk padat akan tetap berada dalam saliva selama 30 menit setelah penelanan. Makanan yang melekat seperti permen, roti, toffee (permen yang terbuat dari gula dan mentega), dan karamel bisa melekat ke gigi selama lebih dari 1 jam, sebaliknya makanan yang keras seperti wortel mentah dan apel akan bersih dengan cepat. Mengunyah apel dan makanan fibrous lainnya dapat secara efektif menyingkirkan debris makanan dari rongga mulut, meskipun tidak ada efek yang signifikan terhadap pengurangan plak.12

Plak adalah suatu lapisan lunak terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam proses kerusakan jaringan keras gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Efek merusak ini terutama disebabkan kegiatan metabolisme mikroorganisme di dalam


(22)

plak gigi tersebut.13 Plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan mikroorganisme berkembang biak dan plak akan tebal, mengeras dan menjadi kalkulus. 7

Kalkulus merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi terdiri dari bahan-bahan mineral seperti, Kalsium, Ferum, Zinc, Cu, Ni dan sebagainya. Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari mikroorganisme dan umumnya mikroorganisme plak memegang peranan penting dalam pembentukan dan perlekatan kalkulus yang dimulai dengan pembentukan plak gigi. Sehingga permukaan kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival selalu diliputi oleh plak gigi. Kalkulus supragingival warnanya kuning dan biasanya mudah dilepas hanya dengan jari saja. Sedangkan kalkulus subgingival warnanya coklat kehitaman, melekat erat di bawah gingiva dan sukar dibersihkan.14,15

Kalkulus merupakan suatu faktor iritasi yang terus-menerus terhadap gingiva sehingga dapat menyebabkan peradangan pada gingiva. Plak dan kalkulus akan mengiritasi gingiva mengakibatkan pembengkakan pada gingiva dan kegoyangan pada gigi. Peradangan gingiva ini mengakibatkan terjadinya pendarahan bila pasien menyikat gigi. Pengalaman membuktikan bahwa banyak pasien dengan keluhan gingiva berdarah akan sembuh bila kalkulus dibersihkan.14,15

Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen hidup sehat. Jika oral higiene tidak dipelihara dengan baik, akan menimbulkan penyakit di rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis.16


(23)

2.2.1 Karies Gigi

Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan Roberson karies adalah penyakit menular pada gigi yang disebabkan oleh mikroba yang mengakibatkan terlarut dan hancurnya jaringan keras gigi. Karies merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas mikroorganisme yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan dan mengakibatkan kerusakan struktur gigi serta bersifat kronik.1,2,17

Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi mikroorganisme dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan dapat menimbulkan rasa nyeri.2,13

Etiologi Karies

Karies gigi memiliki etiologi yang multifaktorial sehingga terjadi interaksi dari tiga faktor utama dan satu faktor tambahan : mikroorganisme, substrat, host (gigi dan saliva), dan waktu. Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai faktor risiko. Untuk lebih jelas ke empat faktor tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran yang salih tumpang tindih sehingga terjadi karies gigi. 2,13


(24)

Gambar 1 Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu.18

Mikroorganisme

Dalam setiap ml air ludah dijumpai 10-200 juta mikroorganisme. Jumlah maksimum mikroorganisme ini dijumpai pada pagi hari atau setelah makan. Pada waktu bayi masih dalam kandungan, di dalam mulut tidak dijumpai mikroorganisme tetapi mikroorganisme akan mulai berada di mulut saat bayi melewati vagina sewaktu proses kelahiran. Setelah beberapa jam, melalui pernapasan dan udara sekitar, mikroorganisme bertambah di dalam mulut si bayi.19

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.1 Mikroorganisme plak yang sangat dominan dalam karies gigi adalah Streptococcus mutans. Mikroorganisme ini sangat kariogen karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak


(25)

gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya mikroorganisme terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.20,21

Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari dan menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada giginya. Seringnya mengkonsumsi gula akan menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah Streptokokus mutans didalamnya. Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap berbahaya, merupakan gula yang paling banyak di konsumsi, sehingga merupakan penyebab karies yang utama Sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.13,21

Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di antara jam makan dan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah konsentrasi dan bentuk fisik (cair, tepung, padat) dari karbohidrat, lamanya retensi dimulut, frekuensi snacks serta lamanya interval waktu makan. Anak yang berisiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan manis yang berpotensi karies seperti, permen, coklat, cookies, cake, chewing gum, dan minuman beverages termasuk minuman berkarbonasi dan snacks lain yang tinggi kandungan sukrosanya diantara jam makan..3,19,22


(26)

Host

Untuk terjadinya karies gigi dibutuhkan host (tuan rumah) yang rentan. Lapisan keras gigi terdiri dari email (lapisan yang paling luar ) dan dentin, dan karies dimulai dari lapisan luar, oleh karena itu email sangat menentukan proses terjadinya karies.13,20

Bentuk gigi dengan pit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies, posisi gigi yang berjejal dan susunan gigi yang tidak teratur lebih sukar dibersihkan. Posisi gigi yang tidak teratur disebabkan oleh kebiasaan buruk, yaitu menghisap ibu jari, ukuran rahang yang tidak sesuai dengan besarnya gigi yang tumbuh, gigi desidui yang terlambat tanggalnya atau tanggal sebelum waktunya. Cenderung meningkatkan penyakit karies dan periodontal.21,23 Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap, disebabkan email nya mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.1

Dalam keadaan normal, gigi selalu dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya, maka peran saliva sangat besar sekali. Beberapa peneliti telah mengajukan data-data yang menunjukkan bahwa kecepatan aliran saliva merupakan hal penting dalam etiologi karies. Aliran saliva yang lebih sedikit rata-rata menyebabkan lebih banyak karies dibandingkan orang dengan aliran saliva yang lebih banyak rata-rata. Menurut Rigolet pasien dengan sekresi saliva yang sedikit atau tidak ada sama sekali, misalnya oleh karena


(27)

aptyalismus, terapi radiasi kanker ganas, xerostamia memiliki presentase karies gigi tinggi.13,19,20

Waktu

Telah dibuktikan bahwa asam dari plak gigi akan menurunkan pH rongga mulut sampai 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah memakan makanan yang mengandung karbohidrat, pH rendah ini sangat membahayakan gigi, walaupun pH ini akan menjadi normal kembali setelah satu jam. Oleh sebab itu menyikat gigi segera sesudah makan adalah satu faktor yang penting, karena dapat menurunkan insidens dan frekuensi karies gigi.1

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pemberian fluor, pengalaman karies, umur, jenis kelamin, sosial ekonomi.1

Pemberian Fluor

Terdapat berbagai konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi.1

Pengalaman Karies

Pengalaman karies merupakan ukuran yang dinyatakan dengan angka dari suatu kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan


(28)

karies di masa mendatang. Sensivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.1

Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orang tua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.1

Jenis Kelamin

Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M missing) lebih sedikit dari pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF.1

Sosial Ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Menurut penelitian Mihaela, anak-anak yang dilahirkan dari keluarga ekonomi rendah lebih sering memiliki BB lahir lebih rendah yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut, mereka juga lebih sulit untuk sekolah. Kesehatan rongga mulut yang buruk dapat meningkatkan ketidakhadiran di sekolah.1


(29)

2.2.3 Gingivitis

Penyebab gingiva berdarah adalah kebersihan gigi yang kurang baik, sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan gingiva. Mikroorganisme pada plak menghasilkan racun yang merangsang terbentuknya gingivitis.7,12

Gingivitis dapat juga terjadi karena kekurangan vitamin C. Gingiva akan tampak merah, bengkak, mudah berdarah bila ditekan sedikit, sedangkan warna gingiva yang normal adalah merah jambu (coral pink). Jika plak tidak dihilangkan, plak akan mengeras dan akhirnya membentuk kalkulus. Bila kalkulus tidak dihilangkan akan menyebabkan gigi akan menjadi goyang dan lepas dengan sendirinya. Kalkulus hanya dapat dihilangkan oleh dokter gigi atau perawat gigi dengan alat khusus.7,12

2.3 Oral Higiene Yang Buruk

Oral higiene memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola hidup sehat. Jika oral higiene tidak dipelihara akan menimbulkan berbagai penyakit di rongga mulut. Oral higiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya status sosial ekonomi, umur, dan jenis kelamin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sogi GM dan Peres MA, karies gigi dan status kesehatan rongga mulut anak-anak usia 13 hingga 14 tahun sangat berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi anak-anak tersebut. Namun, menurut penelitian Mustahsen tahun 2008, status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan ekonomi. Keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada yang keadaan


(30)

sosialnya rendah atau tinggi.27 Anak yang berusia diantara 11-14 tahun dan jenis kelamin perempuan memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk.28

2.4 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut 2.4.1 Diet Makanan

Susunan makanan sehari-hari untuk meningkatkan kesehatan tubuh sebaiknya mengikuti anjuran 4 sehat 5 sempurna. Diet yang baik untuk kesehatan umum, juga baik untuk kesehatan gigi.29

Diet dalam kesehatan gigi dapat dilihat dalam beberapa segi, pertama efek makanan di dalam rongga mulut yaitu efek lokal pada waktu makanan dikunyah sebagai tahap awal pencernaan, dan yang kedua efek sistemik, setelah nutrien di dalam makanan dicerna dan diabsorpsi. Sehingga peranan diet dan nutrisi pada karies penting dalam aspek perkembangan, fisiologi dan perilaku.18

Apa yang dimakan dan diminum oleh anak berdampak pada kesehatan giginya. Gula dalam makanan itulah yang membantu membentuk asam yang merusak gigi. Tindakan pencegahan pada karies lebih menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat diet yang dianjurkan adalah memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair karena bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva. Mengurangi makanan yang manis dan lengket serta menjalankan waktu makan tiga kali secara teratur untuk menghindari makanan kecil dalam keseharian anak.3,30


(31)

Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama dengan glukosa dan sukrosa. Dapat dijumpai dalam bentuk tablet, permen karet, minuman ringan, farmasi dan lain-lain, mempunyai efek menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans. Menurut Penelitian, xylitol lebih efektif karena tidak dapat dimetabolisme oleh mikroorganisme dalam pembentukan asam dan mempunyai efek anti mikroorganisme.3

Dalam praktiknya, sulit bagi anak untuk tidak makan dalam jangka waktu lama dan sebagian besar ahli kesehatan akan menyarankan sejumlah kudapan sehat sepanjang hari untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang sedang bertumbuh. Jadi, jika anak harus makan di antara makanan utama, berilah makanan yang tidak berpotensi karies gigi, misalnya roti atau keju.30

Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut : 1. Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan dengan

kebutuhan kalori dengan menjaga agar kalori yang berasal dari karbohidrat tidak lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi tidak kurang dari 30%.

2. Dalam konsumsi karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk yang dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-sayuran hijau atau kuning, karena merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi yang rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya stimulasi aliran saliva.


(32)

3. Mengurangi makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue, permen, dan coklat.

4. Batasi jumlah makan menjadi 3 kali sehari dengan menekan keinginan untuk makan diantara jam-jam makan.

5. Menambah masukan dari makanan seperti daging, ikan yang kaya akan protein dan fosfat karena dapat menambah sifat basa dari saliva.29

2.4.2 Menyikat Gigi Tujuan Menyikat Gigi

Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis, yang bertujuan :

1. Mencegah terjadinya pembentukan plak

2. Membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein 3. Merangsang jaringan gingiva

4. Melapisi permukaan gigi dengan fluor.1 Waktu Menyikat Gigi

Beberapa sarjana mengatakan bahwa gigi sebaiknya dibersihkan dua kali, tetapi ternyata hal ini sukar diikuti karena kurang praktis bila berada di kantor, sekolah dan sebagainya.29 Banyak para ahli berpendapat bahwa menyikat gigi dua kali sehari sudah cukup, yaitu sesudah makan dan sebelum tidur.31 Menyikat gigi dua kali sehari cukup baik pada jaringan periodontium yang sehat, tetapi pada jaringan periodontium yang tidak sehat dianjurkan menyikat gigi tiga kali sehari.29


(33)

Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat giginya segera setelah makan. American Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal dua kali sehari yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam dengan lama menyikat gigi 2 -3 menit.1

Suatu penelitian membuktikan bahwa menyikat gigi segera sesudah makan atau paling lambat 10 menit sesudah makan, besar manfaatnya untuk mencegah timbulnya karies gigi dan mencegah penyakit jaringan periodontal.29

Bentuk Sikat Gigi

Bermacam bentuk sikat gigi dikenal dipasaran. Lurus, cembung dan cekung sehingga dapat mencapai daerah-daerah tertentu pada lengkung rahang. Pada umumya dianjurkan memakai sikat gigi yang bulunya lurus dan sama panjang, tangkai yang lurus, karena dapat bekerja cukup baik pada semua bagian mulut.29

Bulu sikat gigi yang baik adalah tidak keras dan tidak terlalu lunak, ujung bulu sikat membulat / tumpul. Bulu sikat yang terlalu keras akan melukai gingiva dan mengabrasi lapisan gigi, yang terlalu lunak efektivitas pembersihan kurang baik. Ujung bulu sikat gigi bermacam-macam, berbentuk bulat, runcing dan datar. Ujung bulu sikat yang baik adalah membulat karena dapat mengurangi iritasi terhadap lapisan gigi dan jaringan gingiva.31


(34)

Gambar 2 Sikat gigi yang memenuhi persyaratan; A. Panjang dan lebarnya; B. Baris dan rumpun; C. Permukaan bulu sikat.32

Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Ukuran permukaan bulu sikatnya adalah :

a. Panjang : 1 – 1 ¼ inci (2,5 – 3,0 cm) b. Lebar : 5/16 – 3/8 inci (8,0 – 9,5 mm) 2. Bulu sikatnya tersusun sebagai berikut :

a. Baris : 2- 4 baris rumpun

b. Rumpun : 5 – 12 rumpun per baris 3. Permukaan bulu rata.32

Cara Menyikat Gigi

Menyikat gigi adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan gigi dari berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gingiva. Berbagai cara dapat dikombinasikan dan disesuaikan dengan kebiasaan seseorang dalam menyikat giginya. Dalam menyikat gigi yang harus diperhatikan adalah:

1. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gingiva secara efesien terutama daerah interdental.


(35)

2. Pergerakan dari sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan gingiva atau abrasi gigi.

3. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat dan efesiensi dalam waktu.29

Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan ahli, dan kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi), dan bergetar (vibrasi). Metode yang baik digunakan oleh anak-anak adalah metode horizontal.1

Cara menyikat gigi dengan teknik horizontal :

Bulu sikat ditempatkan tegak lurus terhadap mahkota gigi, kemudian sikat gigi digerakkan maju mundur pendek-pendek pada semua permukaan.1

Pemilihan pasta gigi

Pasta gigi digunakan sebagai alat bantu yang berfungsi membersihkan dan memoles permukaan gigi serta membuat nafas menjadi segar. Saat ini, banyak ditemukan berbagai macam merk pasta gigi dengan berbagai warna dan rasa, tersedia dalam bentuk tepung, pasta atau gel dan semuanya dijual untuk kebutuhan kosmetik atau terapeutik. Pasta gigi terapeutik harus mampu mengurangi penyakit gigi misalnya karies, gingivitis, pembentukan kalkulus atau sensitivitas gigi. Sedangkan untuk kebutuhan kosmetik, pasta gigi digunakan untuk menghilangkan stein ekstrinsik akibat makanan, teh atau kopi pada permukaan gigi.1


(36)

2.4.3 Kontrol Enam Bulan Sekali Ke Dokter Gigi

Menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) dan American Dental Association (ADA), seorang anak harus mulai kunjungan ke dokter gigi setelah gigi sulung pertamanya erupsi dan tidak boleh lebih dari usia 12 bulan. Rekomendasi ini ditujukan untuk mendeteksi dan mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies gigi yang merupakan penyakit mulut yang paling relevan pada anak-anak dan dapat terjadi segera setelah gigi erupsi. Selain itu, rekomendasi ini juga didasarkan pada penetapan dasar pendidikan preventif dan perawatan gigi pada anak untuk mendapatkan kesehatan mulut yang optimal pada masa kanak-kanak hingga dewasa.34

Kontrol tiap enam bulan dilakukan meskipun tidak ada keluhan. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat gigi lain yang berlubang selain yang telah ditambal, sehingga dapat dilakukan perawatan sedini mungkin. Selain itu juga untuk melihat, apakah telah terdapat kembali kalkulus dan kelainan-kelainan lainnya yang mungkin ada.15


(37)

2.5 Kerangka Teori

Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengaruh Plak Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut

Karies Diet Makanan

Menyikat Gigi Kontrol Enam Bulan Sekali Gingivitis


(38)

2.6 Kerangka Konsep

Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

- DMF-T - OHIS

- Plak

- Mikroorganisme - Pemberian Fluor - Pengalaman Karies - Makanan

- Saliva - Umur

- Jenis Kelamin - Sosial Ekonomi


(39)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah epidemiologi analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study.

3.2 Sampel dan Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah anak di SMP Yayasan Perguruan Nurul Islam yang berjumlah 594 murid. Sampel penelitian ini dipilih dengan Systematic Random Sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Besar dan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus analitis tidak berpasangan36, sebagai berikut :

Keterangan:

Zα = deviat baku alfa = 5% = 1,96 Zβ = deviat baku beta = 10% = 1,64

S = standard deviasi gabungan pada penelitian sebelumnya = 15,05

(Sharda Archana J., Shetty Srinath. Relationship of Periodontal Status and Dental Caries Status with Oral Health Knowledge, Attitude and Behavior among Professional Students in India. 2009)37


(40)

Maka:

(1,96 +1,64)2 (15,05)2 n = 2

52

= 5870,88

25

= 234,8 orang

Jumlah responden sebanyak 235 orang yang dibulatkan menjadi 240 orang dan diambil dari kelas VII,VIII dan IX SMP.

Kriteria Inklusi - Anak murid SMP.

- Tidak crowded yang berat.

- Tidak memakai pesawat ortodonti.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Penelitian dilakukan di SMP Yayasan Perguruan Nurul Islam Jl. Krakatau, Medan Timur.

b. Waktu penelitian akan dijalankan selama 6 bulan, dimulai dari pembuatan dan pengajuan proposal sehingga laporan penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas : Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut Variabel tergantung : DMF-T dan OHIS


(41)

Variabel Perantara : Plak , mikroorganisme, pemberian fluor, pengalaman karies, makanan, saliva, umur, jenis kelamin, sosial ekonomi.

3.5 Defenisi Operasional

Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera dan sesuatu yang diketahui yang terbentuk dari pengalaman yang berulang-ulang.

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.1

Karies adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, mulai dari permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit karena mikroorganisme merusak struktur jaringan (email, dentin dan sementum).1

Indeks DMFT

Indeks ini digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang), dan F (gigi yang ditambal) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tambalan permanen dimasukan dalam kategori D.


(42)

Misalnya :

- 1 gigi dengan 3 buah tambalan tetap diberi nilai F = 1 - 1 gigi dengan beberapa lubang tetap diberi nilai D = 1. - Gigi dengan karies sekunder dimasukkan dalam kategori D.

4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori M. 5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan

ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.

6. Semua gigi dengan tambalan permanen dimasukkan dalam kategori F.

7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F. 8. Pencabutan normal selama masa gigi pergantian gigi geligi tidak dimasukkan

dalam kategori M.1

Cara Pengukurannya :

Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi dengan menggunakan sonde dan kaca mulut serta lampu penerangan. Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu kategori saja, D, M, atau F.1

Tabel 1. Cara pengukuran Angka Kriteria

0 Bila gigi tidak ada kelainan.

1 Bila ada kelainan dan dimasukkan dalam kategori D, M, atau F.

Oral Higiene Indeks Simplified

Indeks ini dikembangkan oleh Greene dan Vemillion. Indeks oral higiene digunakan untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi.


(43)

Pemeriksaan dilakukan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya. Indeks ini merupakan salah satu indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis. Pemeriksaannya terdiri atas pemeriksaan skor debris dan kalkulus.1

Debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang terdiri dari mucin, mikroorganisme dan sisa makanan dan yang berwarna putih kehijau-hijauan atau jingga.1

Indeks Debris digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap

debris.1

Cara Pengukuran1 :

a. Deretan gigi pada masing-masing rahang dibagi atas 3 segmen : 1. Segmen yang berada di distal dari gigi kaninus kanan posterior. 2. Segmen yang berada di distal dari gigi kaninus kiri posterior.

3. Segmen yang berada di mesial dari gigi premolar satu kiri dan kanan anterior. b. Yang diperiksa gigi yang telah full erupted, tiap gigi diperiksa permukaan bukal


(44)

c. Untuk setiap segmen, baik permukaan bukal atau lingual, diambil 1 angka yang terbesar atau angka yang menunjukkan permukaan yang terbanyak ditutupi oleh debris. Angka terbesar untuk permukaan bukal dan lingual (permukaan dari tiap segmen tidak harus diambil dari gigi yang sama).

d. Cara pemeriksaan :

- Gigi-gigi rahang atas segmen posterior kanan, permukaan bukalnya diberi masing-masing satu angka pengukuran. Dilanjutkan kepermukaan palatal segmen tersebut.

- Kemudian gigi-gigi di rahang atas segmen anterior, permukaan labial diberi masing-masing satu angka pengukuran, dilanjutkan kepermukaan palatalnya. - Demikian juga dengan gigi-gigi di rahang atas segmen posterior kiri sama

pengukurannya dengan sebelah kanan.

- Gigi-gigi di rahang bawah, cara pengukurannya sama dengan yang di rahang atas, dimulai dari segmen posterior kiri dan dilanjutkan ke segmen kanan.1

KODE KRITERIA DEBRIS 0 Tidak ada debris/stein

1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut

2 Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan gigi

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.


(45)

Jumlah angka tiap segmen Indeks Debris =

Jumlah segmen yang diberi angka (6)1

Kalkulus adalah jaringan keras yang melekat erat pada gigi dan berwarna

kuning.1

Indeks Kalkulus digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap kalkulus.1

Cara Pengukuran :

Sama dengan pengukuran dari indeks oral debris dengan memakai sonde, kaca mulut dan lampu penerangan.1

Jumlah skor

Indeks Kalkulus =

Jumlah segmen yang diberi angka1

OHIS adalah indeks oral debris ditambah dengan indeks kalkulus. OHIS = ODI + CI.1

KODE KRITERIA KALKULUS 0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi yang terkena

2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena adanya kalkulus subgingiva berupa flek di sekeliling leher gigi

3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva berupa pita yang tidak terputus disekeliling gigi


(46)

Umur

Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies oleh karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.1

Jenis kelamin

Pada masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria, walaupun oral higiene wanita lebih baik daripada pria.1 Tabel 2. Kuesioner Pengetahuan Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Pengetahuan Umum

NO PERTANYAAN JAWABAN

1. Makanan apa yang menyebabkan gigi berlubang?

A. Wortel B. Coklat C. Apel 2. Bagaimana Anda mengetahui gigi yang

bersih ?

A. Tidak ada plak gigi B. Gigi putih

C. Ada gigi berlubang 3. Apakah yang terjadi apabila plak

dibiarkan saja ? (jawaban boleh lebih dari satu)

A. Gigi berlubang B. Gusi berdarah C. Karang gigi 4. Apakah yang terjadi jika gigi sudah

berlubang dan sudah mencapai dentin ?

A. Sakit tidak bisa makan B. Bengkak

C. Ngilu 5. Apakah yang terjadi jika gigi sudah

berlubang dan sudah mencapai pulpa ?

A. Bengkak

B. Sakit tidak bisa makan C. Ngilu

6. Apakah penyebab dari gusi berdarah ? (jawaban boleh lebih dari satu)

A. Plak yang tidak dibersihkan

B. Kekurangan vitamin C C. Karang gigi yang tidak dibersihkan

7. Apakah tanda-tanda gusi yang sehat ? A. Gusi tidak mudah berdarah pada waktu


(47)

makan dan sikat gigi B. Bengkak

C. Gusi berwarna merah 8. Apakah akibat dari gigi tidak teratur ?

(jawaban boleh lebih dari satu)

A. Kurang baik fungsi pengunyahan B. Malu berbicara dan

tertawa

C. Sisa-sisa makanan mudah tertimbun di celah-celah gigi.

9. Apakah penyebab gigi tidak teratur ? (jawaban boleh lebih dari satu)

A. Menghisap ibu jari B. Ukuran rahang gigi yang

tidak sesuai dengan besarnya gigi yang tumbuh

C. Gigi susu yang tanggal sebelum dan sesudah waktunya

Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut

10. Makanan apakah yang sehat untuk gigi ? (jawaban boleh lebih dari satu)

A. Wortel B. Donat

C. Buah-buahan

11. Bagaimana cara menghilangkan plak ? A. Berkumur-kumur dengan air

B. Plak akan hilang sendiri C. Menyikat gigi

12. Apakah kegunaan menyikat gigi ? (jawaban boleh lebih dari satu)

A. Mencegah gigi berlubang B. Mencegah bau mulut C. Mematikan kuman-kuman

pada plak 13. Berapa kali dalam sehari Anda menyikat

gigi ?

A. Dua kali sehari B. Satu kali sehari C. Kadang-kadang

14. Kapan saja anda menyikat gigi ? A. Setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam B. Setelah bangun tidur dan

mandi sore C. Tidak teratur 15. Berapa lama menyikat gigi yang benar ? A. 1 menit

B. 2 – 3 menit C. 5 menit 16. Bagian gigi yang mana sajakah yang

harus disikat ? (jawaban boleh lebih dari

A. Bagian luar gigi depan atas dan bawah


(48)

satu) B. Bagian belakang samping gigi atas dan bawah C. Permukaan kunyah gigi

belakang atas dan bawah 17. Apa kegunaan pasta gigi ? (Jawaban boleh

lebih dari satu)

A. Membersihkan gigi B. Mematikan kuman-kuman

pada plak

C. Menyegarkan bau mulut 18. Apakah Anda menyikat gigi

menggunakan pasta gigi berfluor ?

A. Ya B. Tidak

C. Kadang-kadang 19. Apa yang Anda lakukan setelah

memakan-makanan yang manis dan lengket?

A. Kumur-kumur B. Dibiarkan saja C. Menyikat gigi 20. Bagaimana perawatan gigi berlubang ? A. Gigi dicabut

B. Gigi ditambal C. Dibiarkan saja 21. Seberapa sering Anda ke dokter gigi ? A. 6 bulan sekali

B. Satu tahun sekali C. Bila sakit gigi

Jumlah nilai maksimum adalah 36 dan nilai minimum adalah 0. dengan kategori : Pengetahuan Baik : ≥ 80%

Pengetahuan Sedang : 60% - 80% Pengetahuan Buruk : < 60%

3.6Cara Pengambilan Data

Setelah surat ethical clearance dan izin dari kepala sekolah diperoleh peneliti, murid dibagikan surat persetujuan untuk diisi oleh orangtua dan dikembalikan pada peneliti.

Langkah-langkah cara pengambilan data yaitu :

a. Pengambilan data dilakukan pada ruangan yang telah disediakan pihak sekolah dengan penerangan matahari melalui jendela kelas.


(49)

b. Setiap 5 murid yang memenuhi kriteria dipanggil dari kelasnya masing-masing dan dikumpulkan di ruang pemeriksaan, kemudian didudukkan di bangku yang telah disediakan. Posisi pemeriksa dan subjek saling berhadapan.

c. Pemeriksa mengisi formulir yang meliputi nama, umur, jenis kelamin dan tanggal pemeriksaan.

d. Anak diberi pertanyaan mengenai pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.

e. Pemeriksaan karies dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde tajam ½ lingkaran dengan penerangan senter untuk mengetahui skor DMF-T responden. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Indeks karies yang digunakan adalah indeks DMF-T menurut Klein.

f. Pemeriksaan indeks oral higiene dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde berbentuk sabit saja tanpa menggunakan zat pewarna plak. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingiva, 1/3 tengah dan 1/3 insisal, untuk mengukur skor indeks debris, sonde ditempatkan pada 1/3 insisal gigi kemudian digerakkan ke arah 1/3 gingiva. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang telah tersedia.

Sebelum dilakukan penelitian, kalibrasi dilakukan dengan sesama pemeriksa untuk penyamaan persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Science) dan dianalisis uji Anova dan Chi-Square.


(50)

3.8 Anggaran Penelitian

1. Biaya pengumpulan literatur = Rp. 100.000,00 2. Biaya konsumsi

a. Pemeriksa 5 orang @ Rp. 15.000,00 x 4 hari = Rp. 300.000,00

b. Hadiah = Rp. 150.000,00

c. Pengangkutan @ Rp. 50.000,00 x 4 hari = Rp. 200.000,00 3. Alat dan bahan

a. Sonde, pinset, dan kaca mulut @ Rp. 30.000,00 x 5 = Rp. 150.000,00

b. Masker 2 kotak = Rp. 100.000,00

c. Sarung tangan 2 kotak = Rp. 100.000,00

d. Aqua gelas 8 dus @ Rp. 18.000,000 = Rp. 144.000,00 e. Senter mini @ Rp. 20.000,00 x 5 orang = Rp. 100.000,00 f. Tisu @ Rp. 10.000,00 x 5 buah = Rp. 50.000,00 g. Cotton bud @ Rp. 5.000,00 x 2 buah = Rp. 10.000,00

h. Alkohol 96% = Rp. 20.000,00

i. Dettol = Rp. 24.000,00

k. Handuk kecil @ Rp. 3000 x 10 buah = Rp. 30.000,00 4. Biaya alat tulis kantor

a. Kertas kuarto 4 rim @ Rp. 29.000,00 = Rp. 116.000,00 b. Biaya fotokopi lembar kuesioner, lembar pemeriksaan

dan informed consent (460 lembar) x Rp. 125,00 = Rp. 57.500,00


(51)

5. Biaya Laporan

a. Penjilidan skripsi = Rp. 150.000,00

6. Biaya seminar proposal dan laporan akhir penelitian = Rp. 300.000,00 Jumlah = Rp. 2.200.500,00 10% = Rp. 220.050,00


(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Jumlah seluruh siswa yang terdapat di sekolah ini sebanyak 594 orang yang terdiri dari 16 kelas. Kelas VII mempunyai 5 kelas yang terdiri dari 209 orang, kelas VIII mempunyai 5 kelas yang terdiri dari 180 orang, serta kelas IX mempunyai 6 kelas yang terdiri dari 205 orang.

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 240 orang yang diambil secara systematic random sampling dari kelas VII sampai IX berdasarkan kriteria inklusi, yaitu anak tidak memiliki crowded yang berat dan tidak memakai pesawat ortodonti cekat. Jumlah sampel yang dilakukan pemeriksaan 230 orang, 7 anak menolak dilakukan pemeriksaan dan 3 anak tidak hadir pada saat pemeriksaan. Gambaran responden dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. GAMBARAN RESPONDEN

Kriteria Keterangan Jumlah %

Kelas Kelas VII

Kelas VIII Kelas IX

38 91 101

16,52 39,57 43,91

Umur 11 tahun

12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun

11 28 65 81 45

4,78 12,17 28,26 35,22 19,57


(53)

Hasil penelitian pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dari siswa SMP Nurul Hasanah kriteria pengetahuan baik jika nilai ≥29, sedang jika nilai 22 -28, dan buruk jika nilai ≤21. Siswa kelas VII sebanyak 38 orang berpengetahuan baik 1 orang, sedang 9 orang, dan buruk 28 orang. Jumlah anak kelas VIII sebanyak 91 orang berpengetahuan baik 9 orang, sedang 32 orang, dan buruk 50 orang. Jumlah anak kelas IX sebanyak 101 orang berpengetahuan baik 8 orang, sedang 30 orang, dan buruk 63 orang. (Tabel 4)

Tabel 4. GAMBARAN PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SMP NURUL HASANAH BERDASARKAN KELAS

Kelas Kriteria Pengetahuan

Baik Sedang Buruk Total

VII 1 9 28 38

VIII 9 32 50 91

IX 8 30 63 101

Total 18 71 141 230

4.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut 4.2.1 Status Kejadian Karies

Kejadian karies gigi pada siswa kelas VII, VIII, dan IX pada SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah terdiri dari bebas karies sebanyak 45 orang (19,56%) dan karies sebanyak 185 orang (80,44%). (Tabel 5)

Tabel 5. PREVALENSI KARIES SISWA SMP NURUL HASANAH TAHUN 2010

Karies Jumlah %

Ya 185 80,44

Tidak 45 19,56


(54)

4.2.2 Rata-Rata Pengalaman Karies Gigi

Hasil penelitian pengalaman karies gigi terhadap siswa SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah, pada anak yang termasuk kriteria baik dari pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 18 orang dengan rata-rata decay 0,72; missing 0,55; filling 0,11; dengan DMFT 0,88; sedang sebanyak 71 orang dengan rata-rata decay 1,35; missing 0,84; dan filling 0,09; dengan DMFT 1,53; buruk sebanyak 141 orang dengan rata-rata decay 2,73; missing 0,25; dan filling 0,10; dengan DMFT 3,09. Di dapat rata-rata DMFT pada siswa SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah adalah 2,44. (Tabel 6)

Tabel 6. RATA-RATA PENGALAMAN KARIES SISWA SMP YAYASAN

PERGURUAN NURUL HASANAH BERDASARKAN

PENGETAHUAN Kriteria

Pengetahuan N

Mean

D M F DMFT

Baik 18 0,72 0,55 0,11 0,88

Sedang 71 1,35 0,84 0,09 1,53

Buruk 141 2,73 0,25 0,10 3,09

Total 230 2,15 0,19 0,10 2,44

4.2.3 Oral Higiene Indeks Simplified

Hasil penelitian berdasarkan kriteria pengetahuan, diperoleh anak dengan kriteria pengetahuan baik rata-rata OHIS 1,5140 (indeks kalkulus 0,8801 dan indeks debris 0,6339). Anak dengan kriteria pengetahuan sedang rata-rata OHIS 1,7448 (indeks kalkulus 0,9824 dan indeks debris 0,7624). Anak dengan kriteria pengetahuan buruk rata-rata OHIS 3,3172 (indeks kalkulus 1,6753 dan indeks debris 1,6420).


(55)

Sehingga rata-rata Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada siswa SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah adalah 1,9048. (Tabel 7)

Tabel 7. RATA-RATA OHIS SISWA SMP YAYASAN PERGURUAN NURUL HASANAH BERDASARKAN PENGETAHUAN

Kriteria

Pengetahuan N

Mean

Indeks Kalkulus Indeks Debris OHIS

Baik 18 0,8233 0,6944 1,5178

Sedang 71 0,9459 0,6262 1,6027

Buruk 141 1,1429 0,9953 2,1064

Total 230 1,0571 0,8578 1,9048

4.3 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan

Pengalaman Karies dan Indeks Oral Higiene

Hasil penelitian yang telah diperoleh diproses untuk melihat hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT) dan juga hubungannya dengan indeks oral higiene.

4.3.1 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Pengalaman Karies

Hasil uji statistik, diperoleh nilai p = 0,000 pada hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies (DMFT). (Tabel 8) Tabel 8. UJI STATISTIK ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN

MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES (DMFT) PADA SISWA SMP YAYASAN PERGURUAN NURUL HASANAH

Kriteria

Pengetahuan N

DMFT Nilai

minimum

Nilai

maksimum Mean SD P

Baik 18 0 3 0,88 0,900

0,000

Sedang 71 0 8 1,53 1,432

Buruk 141 0 10 3,09 2,073


(56)

Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga kemudian dilakukan post hoc dan diperoleh hasil, yaitu :

- Antara kriteria pengetahuan Buruk dan Sedang ; p = 0,000 - Antara kriteria pengetahuan Buruk dan Baik ; p = 0,000 - Antara kriteria pengetahuan Baik dan Sedang ; p = 0,000

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Indeks Oral Higiene Simplified

Hasil uji statistik, diperoleh nilai p = 0,000 pada hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies. (Tabel 9)

TABEL 9. UJI STATISTIK ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN INDEKS ORAL HIGIENE SIMPLIFIED (OHIS) PADA SISWA SMP YAYASAN PERGURUAN NURUL HASANAH Kriteria

Pengetahuan N

OHIS Nilai

minimum

Nilai

maksimum Mean SD P

Baik 18 0,50 3,00 1,5178 0,74558

0,000

Sedang 71 0,33 3,83 1,6027 0,83136

Buruk 141 0,00 5,34 2,1064 1,119976

Total 230 0,00 5,34 1,9048 1,04124

Perolehan hasil analitik tersebut memiliki hubungan bermakna, sehingga kemudian dilakukan post hoc test dan diperoleh hasil, yaitu :

- Antara kriteria pengetahuan baik – sedang, p = 0,75 - Antara kriteria pengetahuan baik – buruk, p = 0,000 - Antara kriteria pengetahuan sedang – buruk, p = 0,000


(57)

4.4 Analisa Pengetahuan

Hasil uji statistik diperoleh adanya pengetahuan yang bemakna (p < 0,05) tentang kesehatan gigi dan mulut siswa SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah dengan kriteria pengetahuan (baik, sedang, dan buruk). Berdasarkan hasil uji One Way Anova terhadap kuesioner pengetahuan murid SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah menunjukkan pada 9 pertanyaan (6,8,9,12,13,15,16,19,20) yang bermakna dan 12 pertanyaan (1-5,7,10,14,17,18,21) tidak bermakna.

Tabel 10. UJI STATISTIK ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KRITERIA PENGETAHUAN

No Pertanyaan

Pengetahuan

Jumlah

p Baik Sedang Buruk

N % N % N % N % 1. Makanan apa yang

menyebabkan gigi berlubang ? - Wortel - Coklat

- Apel 0 18 0 0 7,83 0 0 71 0 0 30,87 0 2 138 1 0,87 60 0,43 2 227 1 0,87 98,5 0,43 0,751

2. Bagaimana Anda mengetahui gigi yang bersih ?

- Tidak ada plak gigi

- Gigi putih

- Ada gigi berlubang Tidak di isi

8 10 0 0 3,48 4,35 0 0 20 51 0 0 8,7 22,2 0 0 33 105 2 1 14,3 45,65 0,87 0,43 61 166 2 1 26,5 72,2 0,87 0,43 0,487

3. Apakah yang terjadi apabila plak dibiarkan saja ? (Jawaban boleh lebih dari satu)

- Gigi berlubang

- Gusi berdarah

- Karang gigi

Tidak di isi

16 11 6 0 7 4,78 2,6 0 63 38 26 0 27,4 16,5 11,3 0 94 69 68 1 40,8 30 29,6 0,43 173 118 100 1 75,2 51,3 43,5 0,43 0,67


(58)

4. Apakah yang terjadi jika gigi sudah berlubang dan sudah mencapai dentin ? - Sakit tidak bisa makan - Bengkak - Ngilu 4 8 6 1,74 3,47 2,6 18 26 27 7,83 11,3 11,7 52 44 45 22,6 19,1 19,56 74 78 78 32,2 34 34 0,390

5. Apakah yang terjadi jika gigi sudah berlubang dan sudah mencapai pulpa ? - Bengkak

- Sakit tidak bisa makan

- Ngilu Tidak di isi

6 6 6 0 2,6 2,6 2,6 0 36 19 16 0 15,65 8,3 7 0 60 41 39 1 26,08 17,8 17 0,43 102 66 61 1 44,3 28,7 26,5 0,43 0,819

6. Apakah penyebab dari gusi berdarah ? (Jawaban boleh lebih dari satu) - Plak yang tidak dibersihkan

- Kekurangan vitamin c

- Karang gigi yang tidak dibersihkan 10 8 11 4,35 21,74 4,78 50 34 52 21,7 14,78 22,6 65 54 83 28,26 23,48 36,08 125 96 146 54,35 41,74 63,48 0,022

7. Apakah tanda-tanda gusi yang sehat ?

- Gusi tidak mudah berdarah pada waktu makan dan sikat gigi

- Bengkak

- Gusi berwarna merah

15 0 3 6,52 0 1,3 49 2 20 21,3 0,87 8,7 99 7 35 43,04 3,04 15,2 163 9 58 70,8 3,9 25,2 0,440

8. Apakah akibat dari gigi tidak teratur ? (Jawaban boleh lebih dari satu) - Kurang baik fungsi pengunyahan

- Malu berbicara dan tertawa

- Sisa-sisa makanan mudah tertimbun di celah-celah gigi 12 7 14 5,2 3,04 6,08 45 28 58 19,56 12,17 25,22 62 38 78 27 16,5 33,91 119 73 150 51,74 31,74 65,22 0,000


(59)

9. Apakah penyebab gigi tidak teratur ? (Jawaban boleh lebih dari satu) - Menghisap ibu jari

- Ukuran rahang gigi yang tidak sesuai dengan besarnya gigi yang tumbuh

- Gigi susu yang tanggal sebelum dan sesudah waktunya 2 15 8 13,5 36,5 20,8 21 61 36 9,57 26,5 9,57 42 97 33 5,2 11,7 14,3 65 173 77 28,3 75,2 33,5 0,000

10. Makanan apakah yang sehat untuk gigi ?

(Jawaban boleh lebih dari satu)

- Wortel

- Donat

- Buah-buahan

Tidak di isi

12 1 16 0 5,2 0,43 7 0 29 3 65 1 12,6 1,3 28,3 0,43 42 8 123 1 18,3 3,5 53,5 0,43 83 12 204 2 36,1 5,2 88,7 0,87 0,064

11. Bagaimana cara menghilangkan plak ? - Berkumur-kumur dengan air

- Plak akan hilang sendiri - Menyikat gigi

Tidak di isi

6 1 13 0 2,6 0,43 5,7 0 22 1 47 0 9,56 0,43 20,4 0 54 12 73 1 23,5 5,2 31,7 0,43 82 13 134 1 35,65 5,65 58,3 0,43 0,180

12. Apakah kegunaan menyikat gigi ? (Jawaban boleh lebih dari satu) - Mencegah gigi berlubang

- Mencegah bau mulut

- Mematikan

kuman-kuman pada plak

Tidak di isi

16 14 12 0 7 6,08 5,2 0 60 53 58 0 26 23 25,2 0 96 61 64 1 41,7 26,5 27,8 0,43 172 128 134 1 74,78 55,65 58,3 0,43 0,000

13. Berapa kali dalam sehari Anda menyikat gigi ? - Dua kali sehari

- Satu kali sehari - Kadang-kadang Tidak di isi

14 2 0 2 6,08 0,87 0 0,87 60 6 5 0 26,08 2,6 2,17 0 97 40 2 2 42,17 17,4 0,87 0,87 171 48 7 4 74,3 20,9 3,04 1,74 0,000


(60)

14. Kapan saja Anda menyikat gigi ?

- Setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam

- Setelah bagun tidur dan mandi sore

- Tidak teratur Tidak di isi

15 2 1 0 6,52 0,87 0,43 0 36 32 3 0 15,65 14 1,3 0 75 55 10 1 32,6 24 4,35 0,43 126 89 14 1 54,8 38,7 6,08 0,43 0,069

15. Berapa lama menyikat gigi yang benar ? - 1 menit

- 2-3 menit

- 5 menit Tidak di isi

1 12 5 0 0,43 5,2 2,17 0 10 53 8 0 4,35 23,04 3,5 0 36 74 30 1 15,65 32,17 13,04 0,43 47 139 43 1 20,43 60,43 18,7 0,43 0,040

16. Bagian gigi yang mana sajakah yang harus disikat ? (Jawaban boleh lebih dari satu)

- Bagian luar gigi atas dan bawah

- Bagian belakang samping gigi atas dan bawah

- Permukaan kunyah gigi belakang atas dan bawah

Tidak di isi

14 12 6 0 6,1 5,2 2,6 0 60 54 41 0 26,1 23,5 17,8 0 83 85 36 1 36,1 37 15,65 0,43 157 151 83 1 68,3 65,65 36,1 0,43% 0,000

17. Apakah kegunaan pasta gigi ? (Jawaban boleh lebih dari satu) - Membersihkan gigi

- Mematikan

kuman-kuman pada plak

- Menyegarkan bau mulut

Tidak di isi

14 9 9 0 6,1 4 4 0 49 36 33 0 21,3 15,65 14,3 0 91 54 39 2 39,56 23,5 17 0,87 154 99 81 2 67 43,04 35,2 0,87 0,105

18. Apakah Anda menyikat gigi menggunakan pasta gigi berfluor ?

- Ya

- Tidak

- Kadang-kadang Tidak di isi

9 4 5 0 4 1,74 2,2 0 42 14 15 0 18,3 6,1 6,5 0 68 43 27 3 30 18,7 11,7 1,3 119 61 47 3 51,7 26,5 20,4 1,3 0,445


(61)

19. Apakah yang Anda lakukan setelah

memakan-makanan yang manis dan lengket ? - Kumur-kumur - Dibiarkan saja - Menyikat gigi

Tidak di isi

12 0 6 0 5,2 0 2,6 0 21 2 48 0 9,1 0,87 20,87 0 77 6 57 1 33,5 2,6 24,78 0,43 110 8 111 1 47,8 3,5 48,7 0,43 0,008

20. Bagaimana perawatan gigi berlubang ? - Gigi dicabut - Gigi ditambal

- Dibiarkan saja Tidak di isi

17 1 0 0 7,4 0,43 0 0 44 26 1 0 19,1 11,3 0,43 0 107 27 6 1 46,5 11,7 2,6 0,43 168 54 7 1 73 23,5 3,04 0,43 0,032

21. Seberapa sering Anda ke dokter gigi ?

- 6 bulan sekali

- Satu tahun sekali - Bila sakit gigi Tidak di isi

3 2 13 0 1,3 0,87 5,65 0 22 4 44 1 9,56 1,7 19,1 0,43 27 15 98 1 11,7 6,5 42,6 0,43 52 21 155 2 22,6 9,1 67,4 0,87 0,480


(62)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, Hasil yang diperoleh, jumlah siswa yang termasuk kriteria pengetahuan baik dalam kesehatan gigi dan mulut sebanyak 18 orang (kelas VIII), sedang sebanyak 71 orang (kelas VIII), dan buruk sebanyak 141 orang (kelas IX),(Tabel 4) dan diperoleh persentase kejadian karies gigi pada SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah sebesar 80,44% (Tabel 5). Prevalensi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi karies gigi anak sekolah dasar berdasarkan penelitian Situmorang N. (2008) di beberapa kecamatan di Kota Madya Medan yaitu sebesar 74,69%.36 Berbeda pula pada penelitian Warni L (2009) di SD wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang dengan prevalensi karies gigi sebesar 74%.2 Tingginya prevalensi karies gigi pada penelitian ini, dapat disebabkan oleh karena subjek pada penelitian ini adalah siswa SMP, sedangkan subjek penelitian oleh Situmorang N. dan Warni L. adalah siswa SD. Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi karies gigi sejalan dengan bertambahnya umur.1

Hasil penelitian didapat DMF-T rata-rata siswa SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah adalah 2,44 dengan decay 2,15; missing 0,19; dan filling 0,10 (tabel 6). Rata-rata DMF-T ini termasuk kriteria rendah menurut WHO (rendah : 1,2-2,6) dan tidak lebih dari 3 sesuai skor DMF-T pada Oral Health Global Indicators for year 2015 yang ditetapkan oleh WHO.2 Sedangkan indeks DMF-T pada anak SD di Desa Cipondoh sebesar 5,87, berdasarkan kriteria karies gigi menurut WHO


(63)

tergolong tinggi (4,5-6,5).14 Indeks DMF-T SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah masih dalam indikator sehat 2000 (DMF-T < 3) dan masih jauh dari target kesehatan gigi Indonesia tahun 2010, yaitu skor DMF-T anak usia 12 tahun adalah < 2.28 Hal ini mungkin disebabkan pelayanan medik gigi dasar tidak dilaksanakan oleh petugas UKGS atau belum ada program UKGS di SMP ini.

Decay (D) rata-rata siswa SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah masih lebih tinggi dibandingkan dengan filling (F). Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya kesadaran anak untuk melakukan penambalan gigi dan mungkin orang tua siswa lebih memilih untuk membiarkan gigi anaknya berlubang daripada ditambal karena ekonomi yang lemah. Diperlukan upaya-upaya untuk memotivasi siswa agar pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang dimilikinya dapat diwujudkan dalam perilaku kesehatan giginya sehari-hari.

Kriteria rata-rata OHIS menurut Greene dan Vermillion, kriteria rendah (0-1,2), sedang (1,3-3,0), dan buruk (3,1-6).1 Hasil penelitian didapat rata-rata indeks oral higiene siswa SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah yaitu 1,9, tergolong sedang. Hasil penelitian Hutabarat N pada siswa SD di Medan didapatkan rata-rata indeks oral higiene 1,71 (kriteria sedang).6 Hasil yang sama terlihat pada penelitian Essie O dan Yati R. (2001) pada anak-anak Panti Karya Pungai di Binjai diperoleh indeks OHIS anak umur 6 – 14 tahun dengan rata-rata 2,37 termasuk kriteria sedang.38 Hal ini menunjukkan bahwa belum optimalnya anak menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam perilaku kesehatan gigi sehari-hari. Mungkin anak tidak sempat.


(64)

Pada penelitian diuji dengan Anova hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies gigi, diperoleh nilai p= 0,000 (tabel 8). Oleh karena p < 0,05 maka terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies gigi. Hasil yang sama terlihat pada penelitian Rumini E di SDN Mlati Yogyakarta, terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan pengalaman karies gigi dengan nilai p = 0,000.5 Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Kebiasaan membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, dan angka karies gigi. Pengetahuan kesehatan gigi seseorang dapat berhubungan dengan pengalaman karies giginya. Namun, pengetahuan tinggi belum cukup untuk mempengaruhi pengalaman karies giginya menjadi rendah apabila pengetahuan tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan oral higiene, diperoleh nilai p = 0,000 (tabel 9) Oleh karena p < 0,05 maka terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan oral higiene, tetapi status oral higiene sebesar 1,9, indeks OHIS SMP Yayasan Perguruan Nurul Hasanah masih termasuk kriteria sedang (menurut Green dan Vermillion). Hasil yang sama terlihat pada penelitian Pratiwi, rerata indeks OHIS untuk siswa SD di kota Binjai juga kriteria cukup 2,45.37 Hal ini mungkin disebabkan siswa yang tidak menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam perilaku kesehatan gigi sehari-hari,


(65)

menyikat gigi satu kali sehari atau menyikat gigi setelah bangun tidur dan mandi sore dan tidak pernah ke dokter gigi.

Untuk mengetahui kelompok yang memiliki hubungan atau perbedaan, maka dilakukan analisis post hoc. Hasil dari analisis post hoc dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang mempunyai perbedaan DMF-T adalah antara kelompok baik dan sedang, kelompok baik dan buruk dan kelompok sedang dan buruk. Perbedaan tersebut peneliti melihat pada prevalensi karies yang tinggi dan pengetahuan yang baik sangat sedikit. Hasil dari analisis post hoc dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki perbedaan OHIS adalah antara kelompok pengetahuan baik dan buruk serta kelompok pengetahuan sedang dan buruk, sedangkan antara kelompok pengetahuan baik dan sedang tidak terdapat perbedaan OHIS. Dapat dilihat kondisi indeks oral higiene yang sedang dan pengetahuan yang baik sangat sedikit. Artinya semakin kurangnya pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut maka prevalensi karies dan OHIS juga semakin bertambah tinggi.

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh melalui kuesioner meliputi pengetahuan makanan yang menyebabkan gigi berlubang, penyebab dan akibat dari gigi tidak teratur, penyebab gusi berdarah, menyikat gigi, dan kunjungan ke dokter gigi. Hal tersebut dianggap cukup berperan terhadap pengalaman karies gigi dan indeks oral higiene anak. Hasil uji statistik pengetahuan yang diukur menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Namun juga ditemukan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna pada salah satu pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. (Tabel 10)


(66)

Berdasarkan uji statistik pengetahuan siswa mengenai makanan yang menyebabkan gigi berlubang adalah coklat (98,5%) dan makanan yang sehat buah-buahan (88,7%) dan wortel (36,1%). Tingginya prevalensi karies gigi dapat disebabkan anak tidak menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam perilaku kesehatan gigi sehari-hari atau mungkin setelah memakan-makanan coklat atau sejenisnya tidak menyikat gigi. Coklat merupakan makanan yang lunak dan melekat pada gigi sehingga karbohidrat lama di dalam mulut dan pH akan menurun, sehingga terjadi demineralisasi dan menyebabkan kerusakan bahan organiknya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya invasi mikroorganisme dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Sedangkan buah-buahan dan wortel merupakan makanan yang bersifat membersihkan gigi, cenderung merupakan gosok gigi seperti apel dan jambu air.2,6,13

Berdasarkan uji statistik pengetahuan siswa mengenai plak dapat menyebabkan gigi berlubang (75,2%), gusi berdarah (51,3%) dan, karang gigi (43,5%). Prevalensi karies gigi tinggi dan OHIS sedang dapat disebabkan kurang pedulinya anak tentang kesehatan gigi dan mulut atau mungkin anak tidak meyikat gigi setelah memakan-makanan manis dan lengket dan menyikat gigi setelah bangun tidur dan mandi sore. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya gigi berlubang. Plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan mikroorganisme berkembang biak dan plak akan tebal. Plak yang tidak terangkat akan mengeras dan akan menjadi kalkulus. Plak dan kalkulus akan mengiritasi gusi mengakibatkan pembengkakan pada gusi dan mudah berdarah jika di sikat, apabila


(67)

kalkulus tidak dihilangkan akan menyebabkan gigi akan menjadi goyang dan lepas dengan sendirinya.7,12

Berdasarkan uji statistik pengetahuan siswa mengenai akibat dari gigi tidak teratur adalah kurang baik fungsi pengunyahan (51,74%), malu berbicara (31,74%) dan sisa-sisa makanan mudah tertimbun di celah-celah gigi (65,2%), sedangkan penyebab gigi tidak teratur adalah menghisap ibu jari (28,23%), ukuran rahang gigi yang tidak sesuai dengan besarnya gigi yang tumbuh (75,2%), dan gigi susu yang tanggal sebelum dan sesudah waktunya (33,5%). Sebagian siswa mengetahui akibat dan penyebab dari gigi tidak teratur, tetapi prevalensi karies gigi tinggi dan OHIS sedang pada SMP ini, mungkin disebabkan siswa yang tidak menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dalam perilaku kesehatan gigi sehari-hari, guru yang tidak memotivasi siswanya untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut, dan anak yang tidak pernah datang ke dokter gigi.

Berdasarkan uji statistik sebagian siswa mengetahui cara menghilangkan plak dengan menyikat gigi sebesar 134 orang (58,3%), pengetahuan siswa mengenai frekuensi menyikat gigi sudah baik yaitu sebesar 171 orang (74,3%) menyatakan dua kali sehari, waktu menyikat gigi sebagian sudah baik, menyikat gigi setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam sebesar 126 orang (54,8%), dan lamanya menyikat gigi sudah baik, selama 2-3 menit sebesar 139 orang (60,4%). Pengetahuan anak menyikat gigi sudah baik, mungkin disebabkan informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sudah banyak dipublikasikan di berbagai media baik cetak maupun elektronik, misalnya surat kabar, majalah, buletin-buletin kesehatan, internet, televisi dan radio. Prevalensi karies gigi tinggi dan OHIS sedang pada SMP ini, mungkin disebabkan


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh status kejadian karies anak SMP Nurul Hasanah tahun 2010 masih tergolong tinggi (80,44%) dan dengan indeks oral higiene yang termasuk kriteria sedang dan hampir mendekati jelek (1,9048). Hasil uji statistik pengetahuan yang diukur menunjukkan hubungan yang signifikan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang berhubungan secara bermakna dengan DMFT dan OHI-S adalah pengetahuan penyebab dari gusi berdarah (p = 0,022), akibat dari gigi tidak teratur (p = 0,000), penyebab gigi tidak teratur (p = 0,000), kegunaan menyikat gigi (p = 0,000), frekuensi menyikat gigi (p = 0,000), lama menyikat gigi (p = 0,040), bagian gigi yang harus disikat (p = 0,000), yang dilakukan setelah memakan-makanan yang manis dan lengket (p = 0,008), dan perawatan gigi berlubang (p = 0,032).

Maka, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutnya sangat penting untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan mencegah terjadinya karies. Peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam mendidik dan membina anak memelihara kesehatan giginya.


(2)

6.2 Saran

1. Mengingat pentingnya peranan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), perlu kebijakan dari pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan UKGS di sekolah.

2. Diharapkan agar guru dan orang tua lebih memperhatikan upaya pendidikan kebersihan mulut dan pencegahan terhadap karies gigi anak serta mendorong anak untuk memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan desain penelitian yang berbeda.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 1-6, 15-11-6, 29-30, 70-84.

2. Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009: 1-10.

3. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Dent J, 2005: 38 (3): 130-134.

4. Chemiawan E, Gartika M, Indriyanti R. Perbedaan prevalensi karies pada anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Padjadjaran Bandung, 2004: 2.

5. Rumini Evi. Hubungan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan gigi dan mulut

terhadap kejadian karies gigi. Skripsi. Yogyakarta:

<http://eprints.undip.ac.id/20344/1/2970.pdf>. (23 Agustus 2010)

6. Hutabarat N. Peran petugas kesehatan, guru dan orang tua dalam pelaksanaan UKGS dengan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar di kota medan. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009: 28-32. 7. Tarigan R. Kesehatan gigi dan mulut. Jakarta: EGC, 1995: 1-4,11.

8. Harshanur I.W. Anatomi gigi. Jakarta: EGC,1991: 1, 92-97, 211-215. 9. Muhadjir. Bugar Jasmaniku. Jakarta: Ganeca exact, 2007: 97-98.

10.Nasution M.I. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan: USU Press, 2008: 1


(4)

11.Syamsuri I, Sulisetijono, IbrOHISm, dkk. IPA biologi untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2007: 68-69.

12.Dalimunthe SH. Periodonsia. Medan: USU Press, 2008: 125.

13.Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1997: 4-10, 22.

14.Lelyati S. Kalkulus hubungannya dengan penyakit periodontal dan penangannya. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 1996: No 113. 17-20.

15.Malik I. Kesehatan gigi dan mulut. Ceramah di Badan Pengembangan Sistem Informasi dan Telematika Daerah. 2008: 8-15.

16.Washington State Departement of Helath. Oral health. 2007.

17.Departemen Kesehatan RI., 2007. Pedoman pengobatan dasar di puskesmas. Jakarta: 116-117.

18.Ruslawati Y. Diet Yang dapat Merusak Gigi Pada Anak-Anak. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 1991; No 73; 45-47.

19.Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 1995: 18-23.

20.Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Trans. Sumawinata N, Faruk Safrida. Jakarta: EGC, 1992: 5-8, 79-96.

21.Anne SA. Indeks def-t dan DMF-T. Bandung: Universitas Padjadjaran. <http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/ publikasi_ dosen/ Masyarakat% 20Desa%20 Cipondoh.pdf>. (23 Agustus 2010)


(5)

22.Koswara S. Makanan bergula dan kerusakan gigi. <http://www.ebookpangan.cpm/ARTIKEL/MAKANAN%20BERGULA%20TIN GGI%20DAN%20KESEHATAN%20GIGI.pdf>. (23 Agustus 2010)

23.Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti. Medan: Bina Insani Pustaka, 2002: 4

24.Julianti R, Dharma MS, Erdaliza. Gigi dan mulut. <http://pustaka.unri.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/gigi_dan_mulut.(23 Agustus 2010)

25.Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan ggi anak sejak dini. Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak Minggu 2005: 16.

26.Palupi DI. Status kesehatan gigi pada anak dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan gigi. Malang: Universitas Negeri Malang.

<http://pustaka.unm.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/status_kesehatan_gigi

anak_dan_faktor_faktor_yang_mempengaruhi_kesehatan_gigi. (23 Agustus 2010).

27.Mustahsen dkk. The relationship of caries with oral hygeine status and extra oral risk factors. J Ayub Med Coll Abbottabad 2008; 20 (1): 103-8.

28.Ismail Al, Hasson H, Sohn W. Dental caries in the second millenium. Journal of Dental Education 2001; 65: 953-9.

29.Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. Medan: USU Press, 1997: 8-18.

30.Chumbley J, Walters C. Merawat gigi bayi. Trans. Rudijanto F. Jakarta: Erlangga, 2003: 60-61.

31.Ariningrum R. Beberapa cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 2000: 45-51


(6)

33.Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Alih bahasa. Djaya Agus. Jakarta: Widya medika, 1992: 49.

34.Arlette PPS. Kunjungan pertama ke dokter gigi. Bandung: Universitas Padjadjaran.<http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/ 05/first_ visit . pdf> (23 Agusutus 2010)

35.Dahlan M.S. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2009: 40-43

36.Sharda A.J, Shetty S. Relationship of periodontal status and dental caries status with oral health knowledge, attitude and behavior among professional students in India. Int J Oral Sci, 2009; 1(4): 196-206

36. Situmorang N. Status dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah SD di 8 kecamatan di Kota Medan. Dentika Dent J 2008; 13(2):115-119. 37. Pratiwi N. Hubungan karakteristik organisasi dengan kinerja program UKGS

(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) kota Binjai tahun 2006: Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,2007.


Dokumen yang terkait

Perawatan Ekstrusi Dan Intrusi Gigi Permanen Anak Akibat Traumatik Injuri

8 154 33

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid

0 75 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KARIES GIGI PADA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

2 5 62

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

0 3 63

Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Di SDN V Jaten Karanganyar

0 5 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di Tk 01Pertiwi Karangbangun Karanganyar.

0 9 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di Tk 01Pertiwi Karangbangun Karanganyar.

0 1 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN V JATEN KARANGANYAR.

0 1 16

PENDAHULUAN HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN V JATEN KARANGANYAR.

0 2 10

DAFTAR PUSTAKA HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN V JATEN KARANGANYAR.

0 7 5