T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Kehadiran Pariwisata terhadap Perkembangan Usaha Akomodasi di Banda Neiraabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku T2 BAB I

BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan
salah satu industri yang dikembangkan dalam upaya untuk
meningkatkan laju pembangunan nasional (Soebagyo, 2012). Selain itu
juga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
dikatakan bahwa kehadiran pariwisata merupakan sektor ekonomi
alternatif
yang
dipandang
mampu
untuk
mempercepat
penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui
penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata. Berdasarkan data dari
Bappenas (2011), sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 8,53 juta
orang, 7,75% dari tenaga kerja nasional.
Dengan mengembangkan sektor pariwisata sebagai sumber
devisa negara, maka pemasukan devisa dari sektor ini terus

menunjukan peningkatan yang berarti. Kontribusinya terhadap
perolehan devisa secara substansial terus meningkat dari tahun ke
tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappenas (2011)
sepanjang Januari - Agustus 2010 sektor pariwisata telah menyumbang
devisa sebesar US$ 4.63 miliar. Pada tahun 2011, kontribusi yang
diberikan melalui sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) nasional adalah sebesar US$ 8,55 miliar. Dan pada tahun 2012,
sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 9,12 miliar.
Peningkatan penerimaan devisa dalam sektor pariwisata pada tahun
2012 tidak hanya bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta
ditahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata
pengeluaran dari US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di
tahun 2012.
Begitu juga dengan perkembangan pariwisata yang terjadi di
berbagai daerah. Hadirnya pariwisata menjadi salah satu sektor yang
1

ikut berperan dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat
(Wijaya, 2013) khususnya di wilayah-wilayah tertentu yang memiliki

potensi objek wisata. Namun dalam kenyataannya, perkembangan
pariwisata pada tingkat nasional yang berdampak positif terhadap
peningkatan devisa negara juga dapat memberikan dampak negatif bagi
masyarakat pada daerah tujuan wisata yang memanfaatkan peluang
kehadiran pariwisata sebagai sumber penghasilan ekonomi. Hal ini
diakibatkan karena masalah kebocoran (Leakage) dalam pembangunan
pariwisata.
Dalam buku tentang Kebijakan pengembangan Pariwisata
berbasis Democratic Governance (2011) dijelaskan bahwa kebocoran
yang terjadi dalam pembangunan pariwisata dapat diakibatkan karena
kebocoran import dimana permintaan terhadap pemenuhan kebutuhan
wisatawan yang yang berstandar internasional dalam industri
pariwisata seperti penyediaan fasilitas, bahan makanan dan minuman
import yang tidak mampu untuk disediakan oleh masyarakat setempat.
Dan kebocoran export yang disebabkan karena dalam pembangunan
destinasi wisata khususnya pada daerah-daerah yang cenderung
memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun
infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan
mengundang masuknya penanam modal asing yang memiliki modal
yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan

infrastruktur pariwisata. Sebagai imbalannya, keuntungan dari usaha
dan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal akan mendorong
uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi.
Sedangkan masyarakat setempat yang tinggal di daerah dimana
kegiatan pariwisata itu hadir dan berkembang tidak memperoleh
manfaat sehingga berpengaruh kepada ketidaksejahteraan kehidupan
ekonomi rumah tangga.
Kehadiran pariwisata pada sebuah daerah akan memberikan
manfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat setempat apabila tidak
terjadi kebocoran dalam pembangunan pariwisata karena pemenuhan
akan kebutuhan dapat dipenuhi oleh masyarakat pada daerah tersebut.
Akan tetapi ketika masalah kebocoran tidak dapat dihindari maka
kehadiran pariwisata tidak dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
masyarakat setempat karena pendapatan yang diperoleh dari kehadiran
2

pariwisata tidak berputar di lokasi dimana pariwisata itu berkembang.
Oleh karena itu pembangunan usaha untuk pertumbuhan ekonomi
pada tingkat lokal juga menjadi bagian penting bagi peningkatan
kehidupan ekonomi masyarakat pada sebuah daerah (Saarinen, 2014).

Hal serupa seperti yang ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Sudipa (2014) bahwa hadirnya pariwisata tidak mampu
untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat namun membuat
kehidupan masyarakat di daerah setempat menjadi lebih miskin.
Berbagai alasan yang membuat sehingga manfaat yang diterima oleh
masyarakat melalui kehadiran pariwisata tidak memberikan dampak
positif terhadap peningkatan ekonomi hal ini dikarenakan masyarakat
tidak dilibatkan dalam partisipasi mendukung jalannya kegiatan
pariwisata. Penyebab dari tidak dilibatkan masyarakat dalam kegiatan
pariwisata antara lain kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh
masyarakat lokal dan adanya penanaman modal asing (Chheang, 2010).
Hal inilah yang mengakibatkan sehingga keuntungan yang diperoleh
dari usaha dan investasi yang dilakukan akan mendorong uang mereka
kembali ke pemilik modal tanpa bisa dihalangi sehingga membuat
masyarakat menjadi kelompok yang termarjinalkan dari kesempatan
berusaha di bidang pariwisata.
Namun dari penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe
(2007), ditemukan bahwa ketika kehadiran pariwisata yang direspon
dengan baik oleh daerah maupun masyarakat maka akan memberikan
kontribusi yang positif terhadap peningkatan ekonomi. Peningkatan

ekonomi dari hadirnya pariwisata tersebut akan berpengaruh terhadap
kondisi wilayah sekitar dimana kegiatan pariwisata itu dikembangkan
(Nurdihayati, 2012). Dengan hadirnya pariwisata tentunya dapat
memberikan peningkatkan bagi pendapatan daerah dan juga
peningkatan bagi pendapatan masyarakat setempat. Terjadinya
peningkatan pendapatan masyarakat dalam sebuah daerah melalui
kehadiran pariwisata dikarenakan adanya aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat dalam merespon kegiatan pariwisata sehingga terjadi
peningkatan di sektor ekonomi maupun sektor lainnya.
Kehadiran pariwisata pada dasarnya mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, meningkatkan
3

penghasilan, meningkatkan standar hidup, serta menstimulasi sektorsektor produktif lainnya (Wijaya, 2014). Karyono (1997 dalam
Setiyanti, 2011) menjelaskan bahwa tumbuhnya peluang usaha dan
kerja akibat pariwisata menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja
meningkat. Makin banyak wisatawan yang berkunjung maka makin
banyak pula jenis usaha yang tumbuh di daerah wisata sehingga makin
luas lapangan kerja yang tercipta. Lapangan kerja yang tercipta tidak
hanya yang langsung berhubungan dengan pariwisata, tetapi juga di

bidang yang tidak langsung berhubungan dengan pariwisata. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pariwisata mempunyai potensi yang
besar dalam menyediakan lapangan kerja bagi para tenaga kerja yang
membutuhkan lapangan kerja baru. Oleh karena itu pembangunan
usaha untuk pertumbuhan ekonomi pada tingkat lokal juga menjadi
bagian bagi peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat pada sebuah
daerah.
Untuk itu khusus untuk tesis ini akan mengangkat tema
mengenai perkembangan usaha akomodasi yang dilakukan oleh pelaku
usaha yang melakukan diversifikasi mata pencaharian ketika kegiatan
pariwisata berkembang pada sebuah daerah. Upaya yang dilakukan
oleh masyarakat dalam merespon kehadiran pariwisata ialah dengan
cara melakukan diversifikasi mata pencaharian oleh masyarakat
setempat melalui berbagai usaha dalam mendukung jalannya kegiatan
pariwisata.
Seperti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Suardana
(2015) tentang dampak pariwisata terhadap mata pencaharian
masyarakat pesisir Karangasem: pendekatan pro poor tourism. Dari
hasil penelitian ini ditemukan bahwa hadirnya pariwisata pada daerah
tersebut memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat melalui

upaya diversifikasi mata pencaharian yang dilakukan sehingga
berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi rumah tangga.
Diversifikasi mata pencaharian merupakan sebuah upaya yang
dilakukan oleh masyarakat setempat yang tidak hanya untuk individu
atau kelompok yang mengalami goncangan atau kesulitan hidup, tetapi
upaya diversifikasi juga dilakukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kehidupan ekonomi rumah tangga (Niegoft, 2004 dalam
Martopo dkk, 2013) melalui kehadiran pariwisata pada sebuah daerah.
4

Terdapat beberapa faktor yang yang membuat masyarakat
belum dapat melakukan upaya diversifikasi mata pencaharian dalam
kegiatan pariwisata, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Suardana (2015) antara lain: kondisi alam yang tidak mendukung
untuk melakukan diversifikasi mata pencaharian, tingkat pendidikan
yang rendah, terbatasnya infrastruktur, dan sikap mental serta budaya
yang dimiliki oleh masyarakat setempat, jumlah kunjungan wisatawan
yang sedikit, dan aturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai
pengembangan kegiatan pariwisata namun tidak dapat dilakukan
dengan baik oleh masyarakat.

Selain itu juga faktor-faktor eksternal yang menyebabkan
masyarakat melakukan upaya diversifikasi mata pencaharian dalam
kegiatan pariwisata dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Emmanuel Ngaruiya Wanyoikel (2015)
dalam penelitiannya tentang Community Based Eco-Tourism
Enterprises as Livelihood Diversification Strategy yang dilakukan di
daerah Kenya ditemukan bahwa kegiatan pastoralisme merupakan
mata pencaharian utama dari masyarakat di daerah tersebut akan tetapi
karena berbagai faktor yang dihadapi, seperti: terjadinya perubahan
iklim, berkurangnya padang sebagai tempat kehidupan para pastoralis,
serta semakin sedikit permintaan pasar untuk produk-produk yang
dihasilkan oleh masyarakat pastoralism sehingga pilihan untuk
melakukan diversifikasi mata pencaharian merupakan salah satu
pilihan yang harus dilakukan oleh masyarakat. Upaya diversifikasi
yang dilakukan dengan melakukan kegiatan ekowisata.
Sedangkan bagi masyarakat yang berinisiatif melakukan
diversifikasi mata pencaharian berdasarkan hasil penelitian dari
Monica (2010) tentang Rural Tourism and Livelihood Strategies in
Romania, kebanyakan dari mereka dapat melakukan upaya
diversifikasi mata pencaharian karena: memiliki pendidikan yang

cukup, memiliki modal, memiliki peluang untuk berusaha, serta
memiliki kemudahan akan akses sumber daya alam serta budaya yang
dimiliki di daerah dimana diversifikasi mata pencaharian akan
dilakukan.

5

Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya mengenai
diversifikasi mata pencaharian yang dilakukan dalam kegiatan
pariwisata maka keterlibatan masyarakat memiliki peranan penting
dalam pembangunan pariwisata yang dilakukan karena masyarakat
menjadi salah satu elemen esensial bagi tercapainya pembangunan
yang berkelanjutan. Dalam proses pembangunan, upaya untuk
mencapai aspek keberlanjutan (Sustainable Development) menjadi hal
yang sangat penting, guna untuk menjaga keseimbangan ekonomi,
sosial dan budaya, lingkungan, serta politik (Brundtland, 1987). Dalam
konteks pembangunan pariwisata, keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan pariwisata sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses
dalam sistem pengembangan pariwisata yang bisa menjamin

keberlangsungan atau keberadaan sumber daya alam dan kehidupan
sosial budaya serta memberikan manfaat ekonomi hingga kepada
generasi yang akan datang. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam
pengembangan pariwisata dapat meningkatkan rasa memiliki (sense of
belonging) sehingga dapat mendorong partisipasi untuk mencapai
tujuan pembangunan. Dengan demikian diharapkan melalui
pembangunan pariwisata, kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat
dirasakan oleh masyarakat tanpa mengabaikan kondisi sumber daya
alam sekitar sehingga tujuan dari pembangunan dapat tercapai.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata pada sebuah
daerah juga dilatarbelakangi oleh upaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari (Wowor, 2011). Selain itu dalam kaitan dengan kegiatan
pariwisata, berbagai usaha dan pekerjaan untuk menghasilkan barang
dan jasa yang berbeda akan memberikan sesuatu yang berarti bagi
perekonomian masyarakat yang berada di daerah dimana pariwisata itu
hadir. Adanya keterkaitan antar berbagai sektor usaha dalam
mendukung kegiatan pariwisata yang secara tidak langsung akan juga
memberikan pengaruh positif terhadap daerah itu sendiri. Misalnya
berbagai hotel membutuhkan beras, sayur mayur, ikan, dan daging
yang bisa disediakan oleh petani, nelayan, maupun peternak lokal.

Ketika hubungan ini berjalan dengan baik maka akan memberikan
multiplier effect – efek pengganda (Meyer, 2006 dalam Wowor, 2011)
bagi daerah tersebut. ketika efek multiplier ini dapat terjadi pada
6

sebuah daerah, maka dengan sendirinya diyakini dapat membuat
pendapatan masyarakat lain juga menjadi lebih baik dan berdampak
kepada kesejahteraan ekonomi masyarakat dan perekonomian daerah.
Berdasarkan penjelasan mengenai diversifikasi mata
pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat dalam meningkatkan
ekonomi rumah tangga hal ini pun terjadi dalam konteks kehadiran
pariwisata pada sebuah daerah. Hadirnya sektor pariwisata membuka
peluang diversifikasi ekonomi rumah tangga melalui partisipasi
penyediaan kebutuhan wisatawan oleh masyarakat. Akan tetapi dari
berbagai penelitian yang dijelaskan sebelumnya belum ada yang
melakukan penelitian yang melihat mengenai bagaimana masyarakat
mengembangkan jenis usaha dalam sektor pariwisata khususnya pada
usaha akomodasi dengan memanfaatkan peluang dari kehadiran
pariwisata khususnya bagi para pelaku usaha akomodasi dalam
menjalankan usaha mulai dari tahapan memulai usaha, pengembangan
usaha yang dilakukan serta kendala yang dihadapi dalam
mengembangkan usaha. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan melihat celah dari kehadiran
pariwisata terhadap perkembangan usaha akomodasi dengan lebih
memfokuskan penelitian ini untuk melihat bagaimana perkembangan
usaha akomodasi yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk
pemanfaatan peluang dari kehadiran pariwisata.
Untuk kepentingan tersebut, penelitian ini akan dilakukan di
daerah Banda Neira. kepulauan ini merupakan gugusan kepulauan
yang tersebar di laut Banda dengan luas wilayah sebesar 28, 99 Km 2.
Secara administratif, Kepulauan Banda adalah wilayah kecamatan
dengan ibu kota kecamatan yaitu Neira yang berada di bawah
pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Daya Tarik Pariwisata di Banda Neira
Daerah Banda Neira selain sebagai pusat administrasi
kecamatan, daerah ini juga memiliki beragam daya tarik wisata yang
dapat dinikmati oleh wisatawan ketika berkunjung di daerah ini.
Perkembangan daerah Banda Neira sebagai daerah tujuan wisata
dilatarbelakangi oleh sejarah dimana daerah ini merupakan daerah
penghasil rempah-rempah seperti pala dan fuli yang adalah komoditas
7

yang paling dicari pada masa penjajahan. Negara pertama yang berada
di daerah Banda Neira adalah negara Portugis yang berkuasa selama 70
tahun, mulai dari tahun 1522 hingga tahun 1592. Kemudian setelah
dikalahkan oleh negara Belanda, maka kepemimpinan di daerah Banda
Neira kemudian diambil alih oleh negara Belanda pada tahun 1599.
Dengan adanya negara Portugis maupun Belanda di daerah ini maka
tidak heran jika banyak bangunan yang dibangun mengikuti konsep
arsitektur kedua negara tersebut seperti beragam bangunan tua bekas
peninggalan saat penjajahan Belanda yang tetap kokoh seperti istana
mini yang merupakan bangunan kediaman dari para gubernur dan
residen Belanda yang memerintah pada saat itu di daerah Banda Neira.
Bangunan ini menyerupai Istana Negara di Bogor, oleh karena ukuran
bangunan ini lebih kecil sehingga masyarakat sekitar menyebutnya
sebagai Istana Mini, benteng benteng Belgica yang dibangun oleh
Portugis sebelum digunakan oleh Belanda. Oleh Portugis, benteng ini
digunakan untuk memantau kedatangan musuh. Saat pasukan VOC
datang dan menguasai Banda Neira menggantikan portugis, benteng ini
diperbarui dan digunakan untuk memantau lalu lintas kapal dagang di
perairan Banda Neira, gereja tua dan juga rumah-rumah tua bergaya
kolonial1. Sejarah yang terjadi di daerah ini pada masa lalu membuat
sehingga daerah ini menjadi terkenal tidak hanya bagi masyarakat
Indonesia tetapi juga di kalangan masyarakat luar negeri.
Selain bangunan-bangunan kuno peninggalan bangsa Belanda
dan juga Portugis, di daerah ini juga dijadikan sebagai tempat
pengasingan tokoh perjuangan bangsa Indonesia, seperti Mohhamad
Hatta, Sultan Syahrir, Dr Tjipto Mangunkusumo, dan iwa Kusuma
Sumantri. Berbagai bangunan bersejarah yang berada di daerah Banda
Neira menjadikan daerah ini sebagai daerah yang memiliki
peninggalan sejarah terbanyak yang berada di Kabupaten Maluku
Tengah2. Peninggalan sejarah yang berada di daerah Banda Neira

Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira: Brand Pariwisata Indonesia Timur,
Surabaya: Prenada Media Group, 2010
2 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPDA) Kabupaten Maluku
Tengah tahun 2007-2012

1

8

merupakan objek wisata sejarah yang dapat dinikmati oleh semua
orang yang berkunjung di Banda Neira.
Tidak hanya peninggalan sejarah yang dapat ditemukan di
Banda Neira, namun daerah ini dikenal juga di mata dunia dengan
keindahan alam bawah laut yang dimiliki sehingga wisatawan banyak
menghabiskan waktu di daerah ini hanya untuk dapat menikmati
indahnya alam bawah laut. Keindahan laut di Banda dapat dinikmati
melalui beberapa kegiatan seperti menyelam, menikmati taman laut
secara langsung dari atas perahu, memancing ikan tuna dan cakalang di
perairan Teluk Banda, melihat ikan lumba-lumba dan paus serta
burung laut. Petualangan penyelaman di salah satu dive spot terbaik di
dunia ini terkenal dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta
terumbu karang yang mempesona. Menyelam di sekitar Kepulauan
Banda Neira dan juga pada spot dive yang tersebar di pulau-pulau
sekitar daerah Banda Neira kejernihan air bisa sampai mencapai 40
meter, sehingga membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat
dengan jelas3.

Banda Interdive dan Perkembangan Pariwisata Banda Neira
Potensi-potensi wisata yang terdapat di daerah Banda Neira
mulai diperkenalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Maluku
Tengah bekerja sama dengan Pemerintah provinsi Maluku melalui
kegiatan Banda Interdive yang diselenggarakan pada tahun 1991.
Pelaksanaan kegiatan Banda Interdive sendiri sebagai upaya untuk
memperkenalkan daerah Banda Niera sebagai icon tujuan wisata yang
terdapat di Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki keindahan alam
baik itu alam bawah laut maupun sebagai daerah yang penuh dengan
peninggalan sejarah. Selain itu juga dengan diperkenalkannya Banda
Neira sebagai daerah tujuan wisata dapat memberikan peningkatkan
pendapatan daerah maupun pendapatan masyarakat setempat melalui
berbagai jenis usaha dalam mendukung jalannya kegiatan pariwisata
(Unga, 2011).

3

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPDA) Kabupaten Maluku
Tengah tahun 2007-2012

9

Upaya untuk memperkenalkan pariwisata di daerah Banda
Neira sejalan dengan kebijakan nasional pada saat itu di bawah
pemerintahan Presiden Soeharto. Pengembangan sektor pariwisata
yang dilakukan tidak terlepas dari kebijakan yang dilakukan untuk
dapat meningkatkan pendapatan negara dengan menetapkan
kebijaksanaan pokok Pembangunan Lima Tahun (Pelita) ke-V yang
mengandalkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi
peningkatan devisa negara. Untuk mendukung jalannya program
nasional tersebut maka dilakukan kebijakan strategi pokok pariwisata,
seperti: promosi pariwisata yang konsisten, penambahan aksesibilitas,
mempertinggi kualitas pelayanan dan produk wisata, pengembangan
daerah tujuan wisata, dan promosi daya tarik alam, satwa, serta wisata
bahari. Selain kebijakan tersebut, pada tahun 1991 pemerintah
Indonesia juga mencanangkan Visit Indonesia Year / Tahun Kunjungan
Indonesia (Setyadi, 2007).
Sebelum kehadiran pariwisata di daerah Banda Neira, aktivitas
pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat di daerah Banda Neira untuk
meningkatkan kebutuhan ekonomi rumah tangga pada awalnya
tidaklah mengarah kepada berbagai usaha yang difokuskan kepada
kegiatan pariwisata. Pekerjaan yang masyarakat geluti awalnya sebagai
nelayan, PNS, pegawai BUMN, pengusaha, maupun ibu rumah tangga.
Tetapi dengan adanya kegiatan pariwisata yang berkembang di daerah
ini memberikan peluang peningkatan ekonomi masyarakat melalui
upaya diversifikasi mata pencaharian khususnya dalam usaha
akomodasi yang dijalankan oleh masyarakat setempat untuk
mendukung jalannya kegiatan pariwisata di wilayah tersebut.
Dengan dilaksanakannya kegiatan Banda Interdive di daerah
Banda Neira kemudian memicu kepada berkembangnya industri
pariwisata khususnya usaha akomodasi di daerah ini. Bertumbuhnya
usaha akomodasi di daerah Banda Neira ditandai dengan dipilihnya
empat puluh rumah oleh pemerintah Provinsi Maluku untuk dijadikan
sebagai tempat tinggal wisatawan yang akan berkunjung ke Banda
Neira untuk mengikuti kegiatan Banda Interdive yang dilaksanakan
selama satu minggu. Hal ini dilakukan oleh pemerintah Provinsi
Maluku karena pada saat itu jumlah usaha akomodasi yang terdapat di
10

daerah Banda Neira tidak dapat mencukupi kebutuhan jumlah tempat
tinggal wisatawan yang akan mengikuti kegiatan Banda Interdive.
Rumah-rumah yang dijadikan sebagai tempat tinggal
wisatawan pada kegiatan tersebut dipilih sesuai dengan kriteria seperti:
setiap rumah harus memiliki empat ruang kamar tidur karena kamar
yang akan dipakai oleh pemerintah sebanyak tiga ruang kamar tidur,
memiliki bak mandi, WC, dan memiliki sumber air yang berasal dari
PAM atau sumur galian. Setiap rumah yang telah dipilih kemudian
diberikan bantuan oleh pemerintah berupa tiga tempat tidur dengan
kasur kapuk, dan jamban jongkok yang ada di setiap rumah diganti
dengan menggunakan jamban duduk. Selain itu juga pemerintah juga
memberikan bantuan uang sebesar Rp. 600.000,- bagi pemilik rumah
yang telah dipilih sebagai tempat tinggal bagi tamu yang akan
mengikuti kegiatan Banda Interdive untuk biaya konsumsi berupa
penyediaan sarapan pagi, dan juga makan malam.
Setelah berakhirnya kegiatan Banda Interdive, satu bulan
kemudian setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, pemerintah Provinsi
Maluku melakukan pertemuan dengan para pemilik rumah yang
dijadikan sebagai tempat tinggal wisatawan dengan maksud agar rumah
mereka dapat dijadikan sebagai homestay bagi wisatawan yang
nantinya akan berkunjung ke daerah Banda Neira. Dengan tujuan
pemanfaatkan rumah sebagai homestay selain agar dapat memenuhi
kebutuhan tempat tinggal wisatawan yang berkunjung pada daerah
tersebut karena belum banyak usaha akomodasi yang terdapat di
daerah Banda Neira pada saat itu, dan juga dengan menjadikan rumah
sebagai homestay dapat memberikan manfaat kepada peningkatan
penghasilan dari usaha yang akan dijalankan.
Dari keempat puluh rumah yang digunakan pada saat kegiatan
Banda Interdive hanya terdapat tujuh keluarga yang kemudian
memutuskan untuk menjadikan rumah mereka sebagai homestay.
Akan tetapi dari ketujuh keluarga itu juga yang bertahan hingga saat
ini ialah usaha homestay yang telah dikembangkan menjadi
penginapan milik bapak Abdullah Karmen4. Enam usaha homestay
4

Pemilik penginapan Mawar

11

yang tidak lagi beroperasi dikarenakan peristiwa kerusuhan yang
terjadi di daerah Banda Neira pada tahun 1999 sehingga membuat
pemilik usaha tersebut harus menutup usaha mereka dan mengungsi ke
daerah yang lebih aman5.
Usaha homestay yang dijalankan pertama kali setelah
berakhirnya kegiatan Banda Interdive oleh bapak Abdullah Karmen
dilakukan pada awal tahun 1992. Dengan cara menyewakan tiga ruang
kamar tidur yang telah dipakai sebelumnya pada saat kegiatan Banda
Interdive dan juga dengan menggunakan seluruh bantuan yang
diberikan oleh pemerintah Provinsi Maluku pada saat pelaksaan
kegiatan tersebut. Bantuan yang diberikan seperti: tiga tempat tidur
beserta kasur dan juga pemasangan jamban duduk.
Selain usaha penginapan yang dijalankan oleh bapak Abdullah
Karmen, ada juga usaha akomodasi lainnya yang berdiri sebelum
pariwisata berkembang di daerah Banda Neira, seperti homestay
Selecta yang telah berkembang dari usaha penginapan hingga menjadi
hotel New Selecta, penginapan Delfika, dan penginapan Flamboyan.
Pertama kali usaha homestay Selecta dibuka pada tahun 1970.
Sedangkan penginapan Delfika dibuka pada tahun 1982, penginapan
Flamboyan yang dibuka pada tahun 1986, homestay Rosmina yang
dibuka pada tahun 1992. Sedangkan untuk penginapan yang dibuka
pada tahun 2001 seperti pada penginapan Bintang Laut, pada tahun
2003 penginapan Vita dibuka dan Penginapan Babbu Sallam yang
dibuka pada tahun 2010.
Kehadiran pariwisata di daerah Banda Neira tidak hanya
berdampak kepada bertumbuhnya usaha akomodasi di daerah tersebut.
Tetapi juga dengan adanya perkembangan pariwisata di daerah ini juga
berdampak kepada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan setiap
tahunnya. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kebudayaan
dan Periwisata kabupaten Maluku tengah tercatat telah terjadi
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun
domestik yang berkunjung di daerah Banda Neira setiap tahunnya.

5

Hasil wawancara dengan bapak Abdullah Karmen, pemilik penginapan
Mawar, pada tanggal 2 Agustus 2016

12

Pada tahun 2013 disebutkan total wisatawan yang berkunjung
sebanyak 1.272 orang, tahun 2014 sebanyak 1631 orang, dan di tahun
2015 terjadi peningkatan menjadi 2129 orang. Peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan yang selalu meningkat setiap tahun tentunya
akan berpengaruh kepada perekonomian masayarakat setempat dalam
menjalankan usaha akomodasi di daerah tersebut.
Berkembangnya usaha akomodasi di daerah Banda Neira dapat
dilihat sebagai sebuah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan
memanfaatkan peluang dari kehadiran pariwisata dan juga
pemanfaatan aset yang dimiliki oleh pelaku usaha akomodasi tersebut
untuk mengupayakan peningkatan usaha akomodasi yang dijalankan
sehingga melalui usaha akomodasi yang dijalankan terjadi peningkatan
ekonomi rumah tangga melalui kegiatan pariwisata yang berkembang
di daerah Banda Neira. Oleh sebab itu penelitian yang dilakukan akan
berkaitan dengan pemanfaatan kehadiran pariwisata terhadap
perkembangan usaha akomodasi dalam upaya untuk meningkatkan
pendapatan ekonomi di daerah Banda Neira, Kabupaten Maluku
tengah, Provinsi Maluku.

Masalah Penelitian
Bertolak dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji adalah
bagaimana pengembangan usaha akomodasi yang dilakukan oleh
masyarakat di daerah Banda Neira sebagai pemanfaatan peluang dari
kehadiran pariwisata?

Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian diatas, guna mempertajam
fokus penelitian, maka yang menjadi persoalan penelitian dalam
penelitian ini adalah bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh
masyarakat di daerah Banda Neira dalam mengembangkan usaha
akomodasi?

13

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguraikan pengalaman
empirik para pelaku usaha yang memanfaatkan peluang dari kehadiran
pariwisata dalam perkembangan usaha akomodasi sebagai upaya untuk
meningkatkan kebutuhan ekonomi rumah tangga pelaku usaha
maupun masyarakat di yang tinggal di daerah sekitar lokasi usaha
akomodasi di daerah di daerah Banda Neira, Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap ilmu pengetahuan dengan menguatkan konsep keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan pariwisata dengan melakukan
diversifikasi mata pencaharian melalui pemanfaatan aset dalam
menjalankan usaha akomodasi. Disisi lain, melalui penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi pembaca dalam wawasan tentang mata
pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan melalui pengalaman
pelaku usaha akomodasi dalam menjalankan usaha di daerah Banda
Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Sistematika Penulisan
Tesis ini dimulai dengan Bab I sebagai pendahuluan. Dalam bab
ini didahulukan dengan latar belakang yang menjadi alasan
ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Dalam bab ini juga
peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yang menjadi dasar bagi
peneliti ketika melakukan kajian di lapangan. Selanjutanya peneliti
mengajukan tujuan dan manfaat dari penelitian yang merupakan halhal yang peneliti harapkan dapat dicapai dalam penelitian yang
dilakukan
Selanjutnya dalam bab II diuraikan tentang kajian pustaka yang
pada intinya memuat tentang literatur yang relevan dengan topik yang
dibahas oleh peneliti. Beberapa topik yang dibahas dalam bab ini
14

adalah yang berkaitan dengan konsep pembangunan pariwisata
berkelanjutan, konsep mata pencaharian berkelanjutan, konsep
pembangunan ekonomi lokal, diversifikasi mata pencaharian, dan
pemanfaatan aset.
Kemudian pada bab III, berisikan tentang metode penelitian
dimana akan dijelaskan bagaimana metode penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam hal menentukan jenis usaha yang akan diteliti,
pemilihan informan, dan juga teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti. Selain itu juga dalam bab ini dibahas
mengenai proses analisis data hingga menjadi sebuah karya ilmiah.
Bab IV dalam tesis ini akan menguraikan tentang data empirik
yang didapatkan. Dengan topik-topik yang diangkat dalam bab ini
seperti: profil pelaku usaha akomodasi, Banda Interdive dan
pengembangan usaha akomodasi oleh masyarakat, pemanfaatan aset
rumah tangga untuk pengembangan usaha akomodasi, manajemen
usaha akomodasi, pengembangan usaha akomodasi, pendapatan usaha
akomodasi, kendala dalam menjalankan usaha akomodasi, serta
manfaat yang diterima dalam menjalankan usaha akomodasi.
Bab V atau bab terakhir adalah kesimpulan, yang intinya
menarik keseluruhan isi tesis dan juga saran penelitian lanjutan.

15

16