this PDF file AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS YANG RANGKAP JABATAN SEBAGAI PEJABAT NEGARA | Tanugraha | Hukum Bisnis dan Administrasi Negara 1 PB

AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS YANG RANGKAP JABATAN
SEBAGAI PEJABAT NEGARA
Jeffry Tanugraha
ABSTRAK
Profesi Notaris merupakan profesi yang terhormat karena tugas dari jabatannya adalah untuk
melayani kepentingan masyarakat khususnya dalam bidang hukum perdata. Pada kenyataannya
dalam praktik, seiring waktu dengan kian bertambahnya jumlah orang yang menjalani profesi
Notaris dari waktu ke waktu, ditambah dengan perkembangan teknologi dan adanya kesempatan
bagi sebagian Notaris untuk mendapatkan klien sebanyak mungkin, namun ada pula Notaris yang
susah dalam mendapatan klien. Hal ini membuat sebagian oknum Notaris sampai melakukan
rangkap. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh
Notaris yang rangkap jabatan sebagai pejabat negara; batasan jabatan pejabat negara yang dilarang
rangkap jabatan oleh Notaris; dan relevansi larangan bagi Notaris merangkap jabatan sebagai
pejabat negara dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya. Tipe penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif.
Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang rangkap jabatan sebagai pejabat
negara yakni terhadap akta yang dibuat tersebut akan kehilangan otentiknya, dan akta tersebut
hanya mempunyai kekuatan sebagai akta yang dibuat di bawah tangan apabila ditanda-tangani oleh
para pihak yang bersangkutan. Batasan dari rangkap jabatan Notaris secara eksplisit sudah jelas
diatur di dalam UUJN diantaranya adalah larangan Notaris merangkap sebagai Pegawai Negri,
Pejabat Negara, Advokat, Pemimpin atau pegawai Badan Usaha Milik Negara, Badan usaha Milik

Daerah atau Badan usaha Swasta, Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan Notaris.
Sedangkan Relevansi larangan bagi Notaris merangkap jabatan sebagai pejabat negara dalam
pelaksanaan tugas dan kewenangan Notaris, yakni larangan rangkap jabatan Notaris yang
merangkap sebagai pejabat negara diatur dalam Pasal 17 huruf (d) UUJN. Penjelasan dari pasal
tersebut bahwa Notaris sebagai profesi yang bersifat mandiri, independent, tidak memihak salah
satu pihak berbanding terbalik dengan profesi Advokat yang memihak kepada kliennya. Sehingga,
apabila Notaris merangkap sebagai pejabat negara maka akan terjadi benturan kepentingan ( conflict
interest).
Kata Kunci: Akibat Hukum, Notaris Rangkap Jabatan, dan Pejabat Negara.

ABSTRACT
Notary Profession is a respectable profession because the duty of his position is to serve the
public interest, especially in the field of civil law. In fact, in practice, over time with the increasing
number of people who undergo the Notary profession from time to time, coupled with the
development of technology and the opportunity for some Notaries to get as many clients as
possible, but there is also a notary who is difficult in obtaining clients. This makes some Notary's
person to duplicate. This study aims to analyze the legal effect of the deed made by the Notary who
doubles the position as a state official; the limit of the position of the state official who is prohibited
by multiple positions by Notary; and the relevance of the prohibition to the Notary concurrently
serving as a state official in the performance of his duties and authorities. This type of research is

normative legal research.
The legal consequences of a deed made by a Notary who is in position as state official to the
deed made will lose his authenticity, and the deed only has the power as a deed created under the
hand when signed by the parties concerned. The limitations of the multiple positions of the notary
are explicitly defined in the UUJN, such as the prohibition of Notary concurrently as a State
Employee, State Official, Advocate, Leader or employee of State-Owned Enterprise, Regional-

Owned Enterprise or Private Business Entity, Officer of Land Deed Officer territory of Notary.
Whereas the relevance of the prohibition for the Notary serves concurrently as a state official in the
performance of the duties and authorities of Notary Public, namely the double term of Notary's
position, which is also a state official stipulated in Article 17 letter (d) UUJN. The explanation of
the article that Notary as a profession that is independent, independent, impartial side of one side is
inversely proportional to Advocate profession in favor of his client. Thus, if a Notary also doubles
as a state official there will be a conflict of interest (conflict interest).
Keywords: Legal Effect, Notary Dual Position, and State Official.
*Jeffry Tanugraha Universitas Narotama Fakultas Hukum Progam Studi Magister Kenotariatan

PENDAHULUAN

notaris. Oleh karena itulah pemegang


1.

jabatan notaris harus menjaga keluhuran

Latar Belakang Masalah
Profesi Notaris merupakan suatu

martabat jabatannya dengan menghindari

profesi mulia, karena profesi Notaris

pelanggaran aturan dan tidak melakukan

sangat

kesalahan

erat


hubungannya

dengan

profesi

yang

dapat

kemanusiaan. Akta yang dibuat oleh

menimbulkan kerugian kepada orang

Notaris dapat menjadi alas hukum atas

lain.

status harta benda, hak dan kewajiban


Setiap orang yang memangku

seseorang. Kekeliruan atas akta yang

jabatan sebagai Notaris akan terikat dan

dibuat

harus tunduk oleh sebuah perangkat

Notaris

dapat

tercabutnya

hak

terbebaninya


seseorang

menyebabkan

seseorang

atau

peraturan yang mengatur tentang jabatan

suatu

Notaris yaitu Undang-Undang Nomor 02

kewajiban, oleh karena itu Notaris dalam

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

menjalankan


atas

tugas

jabatannya

harus

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

berbagai

ketentuan

yang

tentang Jabatan Notaris ( selanjutnya

tersebut dalam Undang-Undang tentang


disingkat UUJN ) dan diatur juga dalam

Jabatan Notaris.

Kode Etik Notaris.1

mematuhi

Notaris selaku pejabat umum

Inilah

yang

akan

menjadi

yang berfungsi menjamin otentisitas pada


pedoman serta pegangan bagi setiap

tulisan-tulisannya

Notaris

orang yang berprofesi sebagai Notaris

diangkat oleh penguasa negara dan

dimana dalam menjalankan tugas dan

kepadanya diberikan kepercayaan dan

kewajibannya tidak boleh bertentangan

pengakuan dalam memberikan jasa bagi

dengan apa yang telah diatur sedemikian


kepentingan masyarakat. Hanya orang-

rupa oleh peraturan tersebut. Tidak hanya

(akta).

orang yang sudah dikenal kejujurannya
serta

mempunyai

pengetahuan

dan

kemampuan dibidang hukum sajalah
yang diizinkan untuk memangku jabatan

1
Felly Faradina, Persaingan Tidak

Sehat Antar Rekan Notaris Sebagai Dampak dari
Penetapan Tarif Jasa Notaris Dibawah Standar
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris, Tesis,
Universitas Indonesia, 2011, h. 1.

mengatur

mengenai

bagaimana

tidak

melenceng

dari

aturan-aturan

seharusnya Notaris menjalankan tugas

tersebut, sehingga Notaris sebagai salah

jabatannya, tetapi juga mengatur prilaku

satu

Notaris mengenai bagaimana seharusnya

seharusnya turut membantu penegakkan

Notaris bersikap dan bertindak, bukan

hukum sesuai bidangnya dapat membuat

hanya terhadap klien atau pihak yang

hal tersebut terwujud.

profesi

Kode

memakai jasanya tetapi juga bagaimana

hukum

Etik

yang

memang

Notaris

kewajiban,

tersebut

bersikap terhadap sesama rekan profesi

memuat

larangan

atau notaris lainnya serta masyarakat

pengecualian

pada umumnya.

Pelaksanaan Jabatannya. Notaris dapat

bagi

Notaris

dan
dalam

sebagai

dikenakan sanksi apabila terbukti telah

pendukung dari UUJN juga merupakan

melakukan pelanggaran atas ketentuan-

pedoman

ketentuan yang dimuat dalam Kode Etik

Kode

Etik

bagi

Notaris

Notaris

dalam
Etik

Notaris.

INI

pelanggaran

merupakan aturan yang dibuat untuk

mendapatkan

mengatur perilaku dari setiap Notaris dan

mengingat sanksi tersebut dijatuhkan

juga harus ditaati oleh setiap notaris baik

oleh Organisasi Profesi Notaris dan tentu

didalam ataupun diluar jabatannya. Kode

berbeda dengan sanksi yang diberikan

Etik Notaris secara umum memuat

oleh Majelis Pengawas Notaris yang telah

pengertian-pengertian

diatur dalam UUJN.

menjalankan
Notaris

jabatannya.

yang

Kode

dirumuskan

oleh

yang

terkait

Penerapan

sanksi

atas

Kode

Etik

perlu

kajian

lebih

lanjut,

dengan Kode Etik Notaris, ruang lingkup

Pengawasan yang dilakukan oleh

dari Kode Etik Notaris, kewajiaban dan

Majelis Pengawas Notaris berdasarkan

larangan serta pengecualian, sanksi, tata

UUJN, dapat dikatakan bersifat preventif

cara penegakan Kode Etik Notaris,

dan represif, karena telah memiliki aturan

pemecatan

yang jelas, yang juga bertujuan untuk

sementara,

kewajiban

pengurus INI dan sebagainya. Kode Etik

menjaga

agar

para

Notaris

telah membentuk Dewan Kehormatan

menjalankan

untuk mengawasi terlaksananya Kode

mengabaikan keluhuran martabat atau

Etik Notaris tersebut.

tugas

profesinya

jabatannya,

tidak

dalam
tidak

melakukan

Notaris

pelanggaran terhadap peraturan yang

sesuai

berlaku, tidak melanggar sumpah jabatan,

dengan kaidah hukum yang ada agar

dan tidak melanggar Norma Kode Etik

dalam menjalankan profesi jabatannya

Profesinya. Kegiatan pengawasan tidak

akan tetap pada koridor yang benar dan

hanya bersifat preventif, tetapi juga

Pengemban
diharapkan

mampu

Profesi
berjalan

bersifat represif, dengan memberikan

c.

negeri;

penindakan atas pelanggaran pelanggaran
d.

yang telah dilakukan oleh Notaris.
Meskipun

pekerjaan

namun

pada

hakekatnya

mandiri,

pekerjaan

e.

individual,

Merangkap jabatan sebagai
advokat;

pekerjaan

Notaris adalah pekerjaan yang bersifat

Merangkap jabatan sebagai
pejabat negara;

Notaris

diawasi oleh Majelis Pengawas Notaris,

Merangkap sebagai pegawai

f.

Merangkap jabatan sebagai
pemimpin

tanpa

atau

pegawai

dan

badan usaha milik negara,

memerlukan moral yang kuat karena

badan usaha milik daerah

sangat

atau badan usaha swasta;

atasan,

pekerjaan

minim

kepercayaan

macam

peraturan

perundang-undangan,

pada

g.

Merangkap jabatan sebagai

pelaksanaannya sangat rentan dengan

Pejabat Pembuat Akta Tanah

berbagai

dan/atau

Pejabat

Lelang

satunya yakni rangkap jabatan. Pada

Kelas

di

tempat

kenyataannya

kedudukan Notaris;

macam

pelanggaran,

dalam

praktik,

salah

seiring

waktu dengan kian bertambahnya jumlah

h.

kewaktu,

ditambah

dengan

luar

Menjadi Notaris Pengganti;
atau

orang yang menjalani profesi Notaris dari
waktu

II

i.

Melakukan

pekerjaan

perkembangan teknologi dan adanya

yang

kesempatan bagi sebagian Notaris untuk

norma

mendapatkan klien sebanyak mungkin,

atau kepatutan yang dapat

namun ada pula Notaris yang susah

mempengaruhi

dalam

dan martabat jabatan Notaris.

mendapatan

klien.

Hal

ini

membuat sebagian oknum Notaris sampai

bertentangan

lain

agama,

dengan

kesusilaan,

kehormatan

Ketentuan ini walaupun terdapat

menjadi

dalam Undang-Undang, namun pada

seorang Advokat, menjadi PPAT di

prakteknya seringkali ditemui banyak

tempat kedudukan Notaris, dan maupun

Notaris yang merangkap jabatan atau ada

profesi lainnya.

pekerjaan

melakukan

rangkap

jabatan

lain.

Berdasarkan

uraian

Terkait dengan larangan Notaris

tersebut, maka peneliti tertarik untuk

rangkap jabatan telah diatur pada Pasal

meneliti suatu penelitian yang berjudul :

17 ayat (1) huruf c, d, e, f, g, h, i UUJN

“Akibat

yang

Rangkap

menentukan

dilarang :

bahwa

Notaris

Negara”.

Hukum Bagi Notaris yang
Jabatan

Sebagai

Pejabat

2.

adalah kegunaan atau manfaat suatu teori

Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

bagi

masalah di atas, maka dapat dirumuskan

Berdasarkan

rumusan

masalah

yang telah ditentukan di atas, maka

akta yang dibuat oleh Notaris

tujuan dari penelitian ini adalah :
a.

Untuk menganalisis akibat

pejabat negara ?

hukum terhadap akta yang

b. Apa relevansi larangan bagi
Notaris

yang

jabatan

sebagai

dibuat oleh Notaris
rangkap

merangkap

negara

dalam

pelaksanaan

tugas

dan

kewenangan

jabatan

yang

sebagai

pejabat negara.

pejabat

b. Untuk menganalisis relevansi
larangan

Notaris ?

bagi

Notaris

merangkap jabatan sebagai
pejabat

Tujuan Penelitian
Ada dua jenis tujuan penelitian

penelitian hukum sebagai berikut :
Pertama

:

tujuan

negara

pelaksanaan

hukum. Bruggink 2 membedakan tujuan

dalam

tugas

dan

kewenangan Notaris.
4.

Manfaat Penelitian
Manfaat

dari

dari

onderzoek ).

pengembangan ilmu hukum, khususnya
tujuan

dalam

hukum

bermanfaat

ini

diharapkan

:

dapat

penelitian

penelitian ( het doel van het

Kedua

kenotariatan,

sehingga

bagi

dapat

penelitian ( het doel in het

memperkaya khazanah keilmuan ilmu

onderzoek ).

hukum

Bruggink menjelaskan bahwa het
doel van het onderzoek adalah hal

penentuan tujuan ( doelsteling ) atau
berkaitan

(

Apa akibat hukum terhadap

yang rangkap jabatan sebagai

3.

kemasyarakatan

kennis doel ).

2 ( dua ) rumusan masalah, yaitu :
a.

kepentingan

dengan

kepentingan

ilmu

kenotariatan

yang

berkaitan

dengan larangan bagi Notaris rangkap
jabatan.
Bagi
dijadikan

Notaris,
sebagai

dapat

pedoman

dalam

sebagai

Notaris

pengetahuan ( kennis belang ) . Kennis

mengemban

belang ditujukan untuk kepentingan ilmu

terkait dalam pelaksanaan jabatannya

hukum itu sendiri atau untuk membangun

tersebut merangkap jabatan lain. Serta

teori

penelitian.

memberikan suatu pedoman dan standar

Sedangkan het doel in het onderzoek

terkait akibat hukum terhadap akta yang

hukum

dari

sudut

jabatan

dapat

dibuat oleh Notaris yang rangkap jabatan.
2
J.J.H. Bruggink, Rechtsreflecties,
Citra Aditya, Bandung, 2004, h.216-217.

Menurut E. Utrecht, bahwa

Bagi pemerintah, dapat digunakan

5.

sebagai pedoman dalam menetapkan atau

jabatan

menerbitkan

lingkungan pekerjaan tetap (kring

suatu

peraturan

yang

(ambt)

berkaitan dengan batasan notaris dalam

van vaste

merangkap

diadakan

suatu

jabatan,

dan

ialah

suatu

werkzaamheden) yang

dan

dilakukan

guna

memberikan suatu pedoman dan standar

kepentingan

terkait penerapan saksi terhadap notaris

umum). 5 Jabatan merupakan subjek

yang rangkap jabatan, serta relevansi

hukum (persoon), yakni pendukung

larangan bagi Notaris merangkap jabatan

hak

sebagai pejabat negara.

personifikasi). Oleh Hukum Tata

kepada

Teori Jabatan
Istilah

“Jabatan”

menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia,
berarti

pekerjaan

(tugas)

dalam

pemerintahan atau organisasi. 3 Arti
jabatan seperti ini dalam arti yang
umum, untuk setiap bidang pekerjaan
(tugas) yang sengaja dibuat untuk
keperluan yang bersangkutan baik
dan pemerintahan maupun organisasi
yang dapat diubah sesuai dengan
keperluan. Jabatan dalam arti sebagai
Ambt,

4

wilayah

merupakan fungsi, tugas,
kerja

dan

(kepentingan

kewajiban

(suatu

Negara kekuasaan tidak diberikan

Tinjauan Pustaka
a.

negara

pemerintah

pada

umumnya atau badan perlengkapan
pada khususnya. lstilah atau sebutan
Jabatan merupakan suatu istilah yang
dipergunakan sebagai fungsi atau
tugas ataupun wilayah kerja dalam
pemerintahan.
3
Departemen Pendidikan Nasional,
Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi Ketiga, Balai
Pustaka, Jakarta, 2007, h. 448.
4
N.E. Algra, H.R.W. Gokkel, dkk,
Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, BelandaIndonesia , Bina Cipta, Jakarta, 1983, h. 29.

Penjabat

diberikan

(orang),

kepada

tetapi
Jabatan

(lingkungan pekerjaan). 6
b. Konsep Jabatan Notaris
Sejarah
lahirnya

mencatat

profesi

jabatan

awal
Notaris

adalah profesi kaum terpelajar dan
kaum yang dekat dengan sumber
kekuasaan. 7 Para Notaris ketika itu
mendokumentasikan

sejarah

dan

titah raja. Para Notaris juga menjadi
orang dekat Paus yang memberikan
bantuan

dalam

hubungan

keperdataan.

Bahkan

pada

abad

kegelapan (Dark Age 500 - 1000
setelah Masehi) di mana penguasa
tidak

bisa

kepastian

memberikan
hukum,

para

jaminan
Notaris

menjadi rujukan bagi masyarakat
5
E. Utrecht, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia , Penerbitan dan Balai Buku
Ichtiar, Jakarta, 1963, h. 159.
6
Ibid., h. 160.
7
Pengurus Pusat Ikatan Notaris
Indonesia (INI), Editor : Anke Dwi Saputro, Jati Diri
Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang, dan Dimasa
Mendatang, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2009, h. 32.

yang bersengketa untuk meminta

yang

kepastian hukum atas sebuah kasus.

keseluruhan

Dari uraian di atas dapat ditarik

berkenaan dengan perolehan dan

kesimpulan

penggunaan

bahwa

sejak

awal

dijelaskan

sebagai

aturan-aturan

yang

wewenang

lahirnya profesi jabatan Notaris,

pemerintahan oleh subyek hukum

termasuk jabatan yang prestisius,

publik berdasarkan hukum publik

mulia,

(bevegdheid is een begrip uit het

bernilai

keluhuran

dan

bermartabat tinggi. 8

besturlijke

organisatorirecht,

wat

Menurut Herlien Budiono,

kan warden omscreven als het geheet

kewenangan Notaris yang utama

van regels dat betreking heef op de

adalah

verkrijging

membuat

mengenai

akta

semua

perjanjian,

dan

diharuskan

otentik

perbuatan,

ketetapan
oleh

dikehendaki

kemampuan

dalam

akta

yang

untuk

dinyatakan

otentik,

menjamin

van

Soekanto

menguraikan beda antara kekuasaan
dan

oleh

uitoefening

Sedangkan

yang

peraturan

en

besturechtelijke rechtsverker)”.10

perundang-undangan dan/atau yang

berkepentingan

c.

dapat

wewenang

pihak

untuk

lain

kekuasaan,

“Setiap

bahwa:

memengaruhi

dapat

dinamakan

sedangkan

wewenang

kepastian tanggal pembuatan akta,

adalah kekuasaan yang ada pada

menyimpan

memberikan

seseorang atau sekelompok orang

grosse, salinan dan kutipan akta,

yang mempunyai dukungan atau

semuanya itu sepanjang pembuatan

mendapat

akta-akta

masyarakat”.11

akta,

tersebut

tidak

juga

pangkuan

dari

ditugaskan atau dikecualikan kepada

Kewenangan atau wewenang

pejabat lain atau orang lain atau

adalah suatu istilah yang biasa

orang lain yang ditetapkan oleh

digunakan dalam lapangan hukum

UUJN.9

publik; namun sesunggunya terdapat

Teori Wewenang

perbedaan

Menurut

H.D.

Stout

Kewenangan

sebagimana dikutip oleh Ridwan

disebut

HR, pengertian wewenang berasal

kekuasaan

dari hukum organisasi pemerintahan,

kekuasaan

8
Ibid., h. 33.
9
Herlien Budiono , Dasar Teknik
Pembuatan Akta Notaris, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2013, h. 1.



diantara
adalah

apa

kekuasaan
yang
yang

keduanya.
yang

formal

”,

berasal

dari

diberikan

oleh

10
Ridwan H.R. Hukum Adimistrasi
Negara , Rajawali Press, Jakarta, 2006, h. 101.
11
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok
Sosiologi Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, h. 91-92.

Undang-Undang atau legislatif dari

wewenang untuk itu oleh penguasa

kekuasaan

menurut

eksekutif

atau

ketentuan

yang

telah

administrtif. Karenanya, merupakan

ditetapkan, baik dengan atau tanpa

kekuasaan dari segolongan orang

bantuan

tertentu atau kekuasaan terhadap

berkepentingan, yang mencatat apa

suatu

atau

yang dimintakan untuk dimuat di

urusan pemerintahan tertentu yang

dalamnya oleh pihak-pihak yang

bulat. Sedangkan wewenang hanya

berkepentingan.

mengenai suatu bagian tertentu dari

tersebut memuat keterangan seorang

kewenangan.

Wewenang

pejabat yang menerangkan tentang

( authority ) adalah hak untuk

apa yang dilakukannya atau dilihat di

memberi perintah, dan kekuasaan

hadapannya. Dalam Pasal 165 H.I.R

untuk meminta dipatuhi. 12

disebutkan bahwa :

bidang

Dalam

pemerintahan

dari

pihak-pihak

Akta

Akta

yang

otentik

otentik

yaitu

pengertian

hukum,

menyatakan

bahwa

suatu akta yang dibuat oleh

wewenang merupakan kemampuan

atau di hadapan pejabat yang

yang

diberi wewenang untuk itu,

Indroharto

diberikan

oleh

perundang-undangan

peraturan
untuk

merupakan

bukti

yang

menimbulkan akibat hukum, 13 dan

lengkap antara para pihak dan

dimaknai secara luas dan bersifat

para

umum

sebagai

mereka yang mendapat hak

wewenang untuk berbuat atau tidak

dari padanya tentang apa

berbuat sesuatu. Namun demikian

yang tercatum di dalamnya

konsep wewenang ini selalu dalam

dan bahkan tentang apa yang

kaitannya dengan konsep negara

tercantum

hukum, oleh karena itu penggunaan

sebagai

wewenang tersebut dibatasi atau

belaka,

selalu tunduk pada hukum yang

terakhir

tertulis maupun yang tidak tertulis.14

sepanjang yang diberitahukan

yang

disebut

d. Pengertian Akta Otentik
Akta otentik adalah akta yang
dibuat oleh pejabat yang diberi
12
Ibid.
13
Indroharto,
Usaha
Memahami
Peradilan Tata Usaha Negara , Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 2002, h. 68
14
Ibid., h. 69.

ahli

warisnya

di

dan

dalamnya

pemberitahuan
akan
ini

tetapi

yang

hanyalah

itu erat hubungannya dengan
pokok dari pada akta.
Berdasarkan definisi tersebut
diketahui bahwa suatu akta dapat
dikatakan sebagai akta otentik harus
memenuhi syarat-syarat yaitu dibuat

dalam

e.

bentuk

yang

hukum di dalam produk

ditentukan

Undang-Undang, dibuat oleh seorang

yang

dihasilkan,

pejabat atau pegawai umum, dan

etik

ini

pejabat atau pegawai umum tersebut

senantiasa meningkatkan

harus berwenang untuk membuat

jabatannya

untuk

akta tersebut ditempat di mana akta

senantiasa

menjunjung

dibuat.

tinggi keseluruhan dari

Kode Etik Notaris

martabat

Dalam
tugasnya,

melaksanakan

seorang

notaris

harus

kode

diharapkan

dan

tugas

jabatannya,

serta

menjalankan

tugas

menerapkan disiplin ilmu hukum di

dengan

dalam

masyarakat.

persyaratan

yang

Jabatan

Notaris

harus

dikontrol

ditentukan

oleh

dengan

Kode

Etik

Notaris,

Pelaksanaan

sebagaimana dikatakan oleh Frans

memenuhi

perundang-undangan. 15
6.

Metode Penelitian

beberapa

Tipe penelitian dalam penelitian

pertimbangan yuridis yang harus kita

ini adalah penelitian hukum normatif.

perhatikan, antara lain :

Pendekatan

Hendra

a.

Winata,

ada

penelitian

publik

Perundang-undangan

yang

bertugas

melaksanakan

menjalankan
tidak

d.

Pendekatan

Konseptual

yang digunakan adalah bahan hukum

boleh

primer dan bahan hukum sekunder.
Teknik

profesi hukum;

tidak

Statute

tugasnya

hukum

menjalankan

(

Kasus ( Case Approach ). Bahan hukum

dari korps pengemban

Notaris

Pendekatan

dalam

mencemarkan nama baik

c.

),

adalah

dalam

( Conceptual Approach ), dan Pendekatan

jabatan publik;
Notaris

Approach

ini

digunakan

Notaris adalah pejabat

untuk

b.

yang

dalam

pengumpulan

dilakukan

bahan

dengan

cara

mengumpulkan

bahan-bahan

yang

bersifat

hukum,

praktik

selanjutnya

tugasnya

dikumpulkan bahan hukum primer dan

boleh

bahan hukum sekunder yaitu, peraturan

mencemarkan nama baik

perundang-undangan

dari lembaga notaris;

dengan hukum kenotariatan, dan buku-

Karena notaris bekerja
dengan

menerapkan

yang

berkaitan

15
Frans Hendra Winata, Persepsi
Masyarakat Terhadap Profesi Hukum di Indonesia ,
Renvoi, Jakarta, 2005, h. 12.

buku hukum yang berkaitan dengan isu

sanksi yang sama jenisnya tersebar dalam

yang

pasal-pasal yang lainnya, yaitu :

dikaji.

Selanjutnya

dilakukan

1.

pengolahan bahan hukum dengan cara

Akta

Notaris

yang

melakukan klasifikasi terhadap bahan

mempunyai

hukum

pembuktian sebagai akta di

primer

yang

mengkaitkan

terkumpul dan

kekuatan

bawah tangan.

kesesuaian-kesesuaian
2.

pasal-pasal perundang-undangan yang ada

Akta Notaris menjadi batal
demi hukum.

dalam bahan hukum primer dengan bahan
hukum sekunder, setelah itu dicari untuk

Akibat dari akta Notaris yang

ditemukan prinsip-prinsipnya atau asas-

seperti itu, maka ini dapat menjadi alasan

asas hukumnya dalam doktrin-doktrin

bagi pihak yang menderita kerugian

hukum yang terdapat dalam buku-buku

untuk menuntut penggantian biaya, ganti

hukum atau bahan hukum sekunder

rugi, dan bunga kepada Notaris. Akta

kemudian

Notaris

dilakukan

analisis

dan

yang

mempunyai

kekuatan

pembuktian sebagai akta di bawah tangan

disimpulkan.
Untuk menganalisis bahan hukum,

dan akta Notaris menjadi batal demi

maka peneliti terlebih dahulu menelaah

hukum adalah dua istilah yang berbeda.

bahan

dengan

Pasal 84 UUJN tidak menentukan secara

menghubungkannya dengan bahan hukum

tegas ( membagi ) ketentuan ( pasal-

sekunder

pasal ) yang dikategorikan seperti itu.

hukum

yang

primer

kemudian

dikaitkan

Pasal

dengan isu hukum yang hendak dicarikan
jawabannya,

selanjutnya

peneliti

melakukan klasifikasi, interpretasi,

dan

84

UUJN

mencampur-

adukkan atau tidak memberikan batasan
kedua

sanksi

tersebut,

dan

untuk

dirumuskan dalam sebuah kesimpulan

menentukannya bersifat alternatif dengan

yang menjawab isu hukum yang diteliti.

kata atau pada kalimat “....mengakibatkan
suatu akta hanya mempunyai kekuatan

PEMBAHASAN

pembuktian sebagai akta di bawah tangan

1.

Akibat Hukum Terhadap Akta yang

atau suatu akta menjadi batal demi

Dibuat oleh Notaris yang Rangkap

hukum....”. Oleh karena dua istilah

Jabatan Sebagai Pejabat Negara

tersebut

mempunyai

pengertian

dan

Dalam Pasal 84 UUJN ditentukan

akibat hukum yang berbeda, maka perlu

ada 2 (dua) jenis sanksi perdata, jika

ditentukan ketentuan (pasal-pasal) mana

Notaris melakukan tindakan pelanggaran

saja

terhadap pasal-pasal tertentu dan juga

pelanggaran dengan sanksi akta Notaris

yang

dikategorikan

sebagai

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

Dengan

akta di bawah tangan atau akta menjadi

demikian

dapat

batal demi hukum. Kemudian juga perlu

disimpulkan bahwa akta Notaris yang

ditegaskan,

terhadap

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

Notaris kedua hal tersebut sebagai akibat

akta di bawah tangan, jika disebutkan

langsung dari akta Notaris mempunyai

dengan

kekuatan pembuktian sebagai akta di

bersangkutan, dan yang tidak disebutkan

bawah tangan atau akta menjadi batal

dengan

demi hukum. 16

bersangkutan

apakah

sanksi

Untuk menentukan akta Notaris

tegas

dalam

tegas

pasal

dalam
termasuk

yang

pasal

yang

sebagai

akta

menjadi batal demi hukum. 18
Pasal

yang mempunyai kekuatan pembuktian

1869

BW

menentukan

sebagai akta di bawah tangan dapat

batasan akta notaris yang mempunyai

dilihat dan ditentukan dari :

kekuatan pembuktian sebagai akta di

1.

Isi ( dalam ) pasal-pasal

bawah tangan dapat terjadi jika tidak

tertentu

memenuhi ketentuan karena : (1) Tidak

yang

secara langsung jika Notaris

berwenangnya

melakukan

pelanggaran,

bersangkutan, atau (2) Tidak mampunya

maka akta yang bersangkutan

pejabat umum yang bersangkutan, atau

termasuk

(3) Cacat dalam bentuknya. Meskipun

akta

mempunyai

2.

menegaskan

yang
kekuatan

demikian

akta

pejabat

umum

seperti

itu

yang

tetap

pembuktian sebagai akta di

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

bawah tangan.

akta dibawah tangan jika akta tersebut

Jika tidak disebutkan dengan

ditandatangani oleh para pihak.

pasal

yang

Ketentuan-ketentuan tersebut di

sebagai

akta

bawah ini dicantumkan secara tegas

yang mempunyai kekuatan

dalam pasal-pasal tertentu dalam UUJN

pembuktian sebagai akta di

yang menyebutkan jika dilanggar oleh

bawah tangan, maka pasal

Notaris,

lainnya

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

tegas

dalam

bersangkutan

yang,dikategorikan

melanggar menurut Pasal 84

sehingga

akta

Notaris

akta di bawah tangan, yaitu :
1.

UUJN. termasuk ke dalam
akta batal demi hukum. 17

Melanggar ketentuan Pasal
16 ayat (1) huruf i, yaitu tidak
membacakan akta di hadapan

16
Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris
& PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan), Mandar maju,
Bandung, 2009 (selanjutnya disingkat Habib Adjie I),
h. 100.
17
Ibid.

penghadap dengan dihadiri
oleh paling sedikit 2 (dua)
18

Ibid.

orang

2.

saksi

melakukan

ditandatangani pada saat itu

perbuatan

juga oleh penghadap, saksi

atau

dan Notaris.

oleh

Melanggar ketentuan Pasal

penghadap lainnya.

16 ayat (7) dan ayat (8),

2) Pasal

hukum

diperkenalkan
2

40

(dua)

menjelaskan

yaitu, jika Notaris pada akhir

bahwa

akta

dibacakan oleh Notaris

tidak

mencantumkan

setiap

akta

para

dengan dihadiri paling

penghadap menghendaki agar

sedikit 2 (dua) orang,

akta tidak dibacakan karena

saksi

penghadap membaca sendiri,

berumur 18 tahun atau

mengetahui, dan memahami

telah

isi akta.

melakukan

Melanggar ketentuan Pasal

hukum, mengerti bahasa

41 dengan rnenunjuk kepada

yang digunakan dalam

Pasal 39 dan Pasal 40, yaitu

akta

dan

dapat

tidak

membubuhkan

tanda

kalimat

3.

cakap

dan

bahwa

dipenuhi

ketentuan-

paling

sedikit

menikah,

cakap

perbuatan

ketentuan :

tangan dan paraf serta

1) Pasal 39 bahwa:

tidak

mempunyai

hubungan

perkawinan

a.

b.

Penghadap

paling

sedikit berumur 18

atau

tahun

telah

dalam garis lurus ke atas

meriikah dan cakip

atau ke bawah tanpa

melakukan

derajat

perbuatan hukum.

derajat

Penghadap

kesamping

atau

harus

hubungan

darah

pembatasan
dan

garis
sampai

dikenal oleh Notaris

dengan

atau

dengan Notaris atau para

diperkenalkan

kepadanya
(dua)

oleh

orang

2

saksi

derajat

ketiga

pihak.
3) Melanggar

ketentuan

pengenal

yang

Pasal 52, yaitu membuat

berumur

paling

akta untuk diri sendiri,

sedikit 18 tahun atau

istri/suami, atau orang

telah menikah dan

lain

yang

mempunyai

hubungan
dengan

kehendak yang bersangkutan,

kekeluargaan
Notaris,

karena

dan

baik

telah

pembacaan

perkawinan

dilakukan

tersebut

wajib

pada

bagian

maupun hubungan darah

dicantumkan

dalam garis keturunan

akhir akta Notaris, demikian

lurus ke bawah dan/atau

pula

ke atas tanpa pembatasan

membacakan di hadapan para

derajat, serta dalam garis

pihak,

kesamping

sampai

berkehendak untuk membaca

dengan derajat

ketiga,

sendiri akta tersebut, maka

pihak

kehendak para pihak tersebut

serta

menjadi

untuk

diri

maupun

dalam

kedudukan
dengan

harus

sendiri,

jika

Notaris

tapi

para

tidak

pihak

dicantumkan

pada

suatu

bagian akhir akta Notaris.

ataupun

Dengan demikian, baik akta
dibacakan

perantaraan

atau

tidak

dibacakan harus dicantumkan

kuasa.
batasan

pada akhir akta, jika tidak

sebagaimana tersebut dalam Pasal 1869

dilakukan ada aspek formal

BW, maka pasal-pasal tersebut dalam

yang

UUJN yang menegaskan pelanggaran

mengakibatkan akta tersebut

terhadap

cacat dari segi bentuk.

Dengan

ukuran

atau

ketentuan

tersebut

mengakibatkan akta Notaris mempunyai

2.

tidak

Pasal 41

dipenuhi

yang

menunjuk

kekuatan pembuktian sebagai akta di

kepada Pasal 39 dan 40

bawah tangan, dapat dianalisis sebagai

berkaitan

berikut :

subjektif sahnya akta Notaris,

1.

dengan

aspek

Pasal 16 ayat (1) huruf I dan

yaitu cakap bertindak untuk

Pasal 16 ayat (7) dan ayat (B)

melakukan suatu perbuatan

termasuk

cacat

hukum. Pelanggaran terhadap

bentuk akta Notaris, karena

pasal ini termasuk ke dalam

pembacaan akta oleh Notaris

tidak

mampunya

di hadapan para pihak dan

umum

yang

saksi

suatu

untuk

memahami

batasan

kewajiban untuk menjelaskan

umum

dewasa

untuk

bahwa

melakukan suatu perbuatan

tersebut

kedalam

merupakan

akta

yang

sesuai

dibuat
dengan

hukum.

pejabat

bersangkutan

3.

menunjuk

kekuatan, ini membuktikan bahwa setiap

kepada Pasal 40, khususnya

perjanjian harus mempunyai kausa yang

tidak

hubungan

halal, tetapi menurut Pasal 1336 BW, jika

perkawinan dengan Notaris

tidak dinyatakan sesuatu sebab, tetapi ada

perkawinan atau hubungan

sesuatu sebab yang halal ataupun jika ada

darah dalam garis lurus ke

sesuatu

atas atau ke bawah tanpa

dinyatakan

derajat pembatasan derajat

demikian adalah sah.

Pasal 41

yang

ada

sebab

lain

daripada

yang

persetujuannya

namun

dan garis kesamping sampai

Suatu sebab adalah terlarang,

dengan derajat ketiga dengan

apabila dilarang oleh Undang-Undang,

Notaris atau para pihak, dana

atau

Pasal 52, termasuk kedalam

kesusilaan atau ketertiban umum ( Pasal

tidak berwenangnya pejabat

1337 BW ). Dengan demikian suatu

umum

bersangkutan,

perjanjian batal demi hukum, jika: Tidak

artinya ada penghalang bagi

mempunyai obyek tertentu yang dapat

Notaris untuk menjalankan

ditentukan; dan Mempunyai sebab yang

kewenangannya. 19

dilarang

Suatu

yang

perjanjian

memenuhi

syarat

yang

objektif,

apabila

oleh

tidak

berlawanan

yaitu

ketertiban umum.

obyeknya tidak tertentu dan kausa yang

berlawanan

Undang-Undang

dengan

kesusilaan

Ketentuan-ketentuan

atau

jika

dilanggar

demi hukum. Mengenai perjanjian harus

kekuatan pembuktian sebagai akta di

mempunyai objek tertentu ditegaskan

bawah tangan disebutkan dengan tegas

dalam Pasal 1333 BW, yaitu suatu

dalam pasal-pasal tertentu dalam UUJN

perjanjian harus mempunyai sebagai

yang bersangkutan sebagaimana tersebut

pokok suatu barang yang paling sedikit di

di atas, maka dapat ditafsirkan bahwa

tentukan jenisnya yang dikemudian hari

ketentuan-ketentuan

jumlah

disebutkan dengan tegas akta Notaris

barang

)

tersebut

dapat

Notaris

atau

terlarang, maka perjanjian tersebut batal

(

akta

dengan

mempunyai

yang

tidak

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

ditentukan atau dihitung.
menegaskan

akta di bawah tangan, maka selain itu

bahwa suatu perjanjian tanpa sebab atau

termasuk kedalam akta Notaris yang batal

yang telah dibuat karena sesuatu sebab

demi hukum, yaitu :

Pasal

yang

palsu

1335

atau

BW

terlarang,

maka

perjanjian tersebut tidak mempunyai

a.

Melanggar

kewajiban

sebagaimana tersebut dalam
Pasal 16 ayat (1) huruf i,

19

Ibid., h. 102-103.

b.

yaitu tidak membuat daftar

tanda pengesahan lain oleh

akta wasiat dan mengirimkan

penghadap, saksi dan Notaris,

ke Daftar Pusat Wasiat dalam

atas

waktu 5 ( lima ) hari pada

penambahan

minggu pertama setiap bulan

penulisan tindih, penyisipan,

( termasuk memberitahukan

pencoretan, atau penghapusan

bilamana nihil ).

dan

Melanggar

lain

dengan

dengan

penambahan,

Pasal 15 ayat (1) huruf k,

atau pencoretan.

cara

penggantian

Melanggar ketentuan Pasal

stempel

yang

memuat

49, yaitu tidak menyebutkan

lambang

Negara

Republik

atas perubahan akta yang

Indoriesia dan pada ruang

dibuat tidak di sisi kiri akta,

yang

tapi untuk perubahan yang

melingkarinya

dituliskan nama, jabatan, dan

dibuat

tempat kedudukannya.

sebelum

Melanggar ketentuan Pasal

dengan

44, yaitu pada akhir akta

yang diubah atau dengnn

tidak

menyisipkan

disebutkan

dinyatakan

atau

dengan

pada

akhir

,penutup
menunjuk

dilakukan tanpa

telah dibacakan untuk akta

bagian

yang

mengakibatkan

dibuat

akta,
bagian

lembar

mengenai penyebutan akta

tidak

akta

tambahan. Perubahan yang

tegas

dalarn

yang

menunjuk
diubah
perubahan

tersebut batal.

Bahasa indonesia atau bahasa
f.

Melanggar ketentuan Pasal

lainnya

yang

digunakan

dalam

akta,

memakai

50, yaitu tidak melakukan

resmi,

pencoretan, pemarafan dan

penterjemah

d.

berupa

sebagaimana tersebut dalam

e.

atau

menggantinya

yang

kewajiban

yaitu tidak mempunyai cap /

c.

pengubahin

penjelasan, penandatanganan

atas

akta di hadapan penghadap,

pencoretan kata, huruf, atau

Notaris

angka, hal tersebut dilakukan

dan

penterjemah

perubahan

rupa

berupa

resmi.

sedemikian

Melanggar ketentuan Pasal

tetap dapat dibaca sesuai

48, yaitu tidak memberikan

dengan

paraf atau tidak memberikan

semula, dan jumlah kata,

yang

sehingga

tercantum

huruf,

atau

angka

para pihak yang jelas tidak memenuhi

yang

syarat objektif. 21

dicoret dinyatakan pada sisi

g.

akta, juga tidak menyatakan

Berdasarkan penelusuran isi tiap

pada akhir akta mengenai

pasal tersebut, tidak ditegaskan akta yang

jumlah perubahan, pencoretan

dikualifikasikan

dan penambahan.

mempunyai kekuatan pembuktian di

Melanggar ketentuan Pasal

bawah tangan dan akta yang batal demi

51, yaitu tidak membetulkan

hukum dapat diminta ganti kerugian

kesalahan

dan/atau

kepada Notaris berupa penggantian biaya,

kesalahan ketik yang terdapat

ganti rugi dan bunga. Hal ini dapat

pada Minuta Akta yang telah

ditafsirkan akta Notaris yang terdegradasi

ditandatangani,

tidak

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

membuat berita acara tentang

akta di bawah tangan dan akta Notaris

pembetulan tersebut dan tidak

yang batal demi hukum keduanya dapat

menyampaikan berita acara

dituntut penggantian biaya, ganti rugi dan

pembetulan tersebut kepada

bunga, hanya ada satu pasal, yaitu Pasal

pihak yang tersebut dalam

52 ayat (3) UUJN yang menegaskan,

akta.20

bahwa akibat akta yang mempunyai

tulis

juga

sebagai

akta

yang

Ketentuan tersebut di atas yang

kekuatan pembuktian sebagai akta di

dapat dikualifikasikan akta Notaris batal

bawah tangan, Notaris wajib membayar

demi

biaya, ganti rugi dan bunga.22

hukum,

sebenarnya

hanya

merupakan tindakan kewajiban yang
harus dilakukan oleh Notaris dalam

2.

Batasan Jabatan Pejabat Negara yang

menjalankan tugas jabatannya tanpa ada

Dilarang

obyek tertentu dan sebab yang halal,

Notaris

Rangkap

Jabatan

oleh

sehingga jika ukuran akta Notaris batal

Sebagaimana diketahui bahwa

demi hukum berdasarkan kepada unsur-

berdasarkan Pasal 17 huruf d UUJN

unsur yang ada dalam Pasal 1335, 1336,

bahwa “Notaris dilarang merangkap

1337 BW, maka penggunaan istilah batal

sebagai pejabat Negara”. UUJN juga

demi hukum untuk akta Notaris karena

mengatur untuk Notaris yang diangkat

melanggar pasal-pasal tertentu dalam

menjadi Pejabat Negara. Jika seorang

Pasal 84 UUJN menjadi tidak tepat,

Notaris akan diangkat menjadi Pejabat

karena secara substansi sangat tidak

Negara maka wajib mengambil cuti

mungkin Notaris membuatkan akta untuk
20

Ibid., h. 104-105.

21
22

Ibid., h. 105-106.
Ibid., 106.

selama

memangku

jabatan

sebagai

Indonesia Nomor 10 Tahun 2008

pejabat negara (Pasal 11 ayat (1) dan (2)

tentang Pemilihan Umum

UUJN), dan wajib mengangkat Notaris

Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan

Pengganti

menerima

Perwakilan

dan

Dewan

protokolnya, dan setelah tidak lagi

Perwakilan

Daerah.

Untuk

memangku

anggota DPD disebutkan dalam Pasal

yang

akan

jabatan sebagai Pejabat

Negara,

maka

melanjutkan

Notaris

lagi

tugas

dapat

Daerah,
Rakyat

Anggota

12 huruf l disebutkan bahwa :
“ Bersedia untuk tidak

jabatannya

sebagai Notaris (Pasal 11 ayat (3)

berpraktek

sebagai

sampai

publik,

advokat/pengacara,

dengan

ayat

(6)

UUJN).

akuntan

Ketentuan semacam ini untuk tetap

notaris, pejabat pembuat akta

menjaga

tanah

kesinambungan

jabatan

(PPAT),

dan

tidak

melakukan pekerjaan penyedia

Notaris.

barang

Dengan demikian serta merta
seorang

Negara.

yang

berhubungan dengan keuangan

jabatan sebagai Pejabat

negara serta pekerjaan lain yang

Jika

ketentuan

jaa

untuk

Notaris

merangkap

dan

dilarang

Notaris

tersebut

dapat

melanggar

(artinya

menimbulkan

kepentingan

tidak

dengan

konflik
tugas,

mengambil cuti) akan dijatuhi Sanksi

wewenang, dan hak sebagai

Administratif sebagaimana diatur dalam

anggota DPD sesuai peraturan

Pasal 85 UUJN. Hal yang sama diatur

perundang-undangan ”.

pula dalam Pasal 30 Peraturan Kepala

Untuk anggota DPRD Kota /

BPN Nomor 1/2006 tentang Ketentuan

Kabupaten/Propinsi dan Pusat dalam

Pelakanaan

Peraturan

Pasal 50 ayat (1) huruf l disebutkan

Nomor

Tahun

37

Pemerintah
1998

Peraturan Jabatan Pejabat

tentang

bahwa :
“Bersedia

Pembuat

untuk

tidak

Akta Tanah yang dalam ayat (1) huruf c

berpraktek

sebagai

berbunyi : “ PPAT dilarang merangkap

publik,

advokat/pengacara,

jabatan atau profesi lain-lain jabatan

notaris, pejabat pembuat akta

yang dilarang peraturan perundang-

tanah

undangan ”.

melakukan pekerjaan penyedia

Ketentuan Notaris/PPAT yang

barang

(PPAT),

dan

dan

jasa

akuntan

tidak

yang

menjadi anggota legisiatif tersebut lebih

berhubungan dengan keuangan

tegas lagi jika ditinjau atau dikaitkan

negara serta pekerjaan lain yang

dengan

dapat

Undang-Undang

Republik

menimbulkan

konflik

tugas,

Jika ternyata ada Notaris yang

sebagai

terpilih sebagai anggota legislatif tersebut

anggota DPR, DPRD provinsi,

tidak mengundurkan diri sebagai Notiris /

dan

PPAT,

kepentingan
wewenang,

dengan
dan

DPRD

sesuai

hak

Kabupaten/Kota

peraturan

perundang-

tapi

malah

mengangkat

Notaris/PPAT pengganti, maka tindakan

undangan”.

Notaris/PPAT

Ketentuan hukum yang mengatur

sebagai tindakan atau perbuatan di luar

kedudukan Notaris / PPAT yang menjadi

wewenang atau sudah tidak mempunyai

anggota

secara

kewenangan lagi, sehingga akta-akta

substansi sangat berbeda. Berdasarkan

yang dibuat oleh atau di hadapannya

Pasal 11 ayat (1) dan (2) UUJN, untuk

tidak mempunyai kekuatan mengikat

Notaris

secara hukum dan bukan lagi sebagai

legislatif

wajib

Pengganti

memangku

mengangkat

yang

protokolnya,

tersebut,

akan

Notaris
menerima

dan setelah tidak
jabatan

sebagai

lagi

pejabat

tersebut

akta otentik.

Jika

dikategorikan

ini terjadi yang

dirugikan sudah tentu masyarakat, dan
INI / IPPAT

akan dinilai sebagai

Negara, maka Notaris dapat melanjutkan

organisasi

yang

tidak

mampu

lagi tugas jabatannya sebagai Notaris

menegakkan

aturan

hukum

tersebut

( Pasal 11 ayat (3) - (6) UUJN ), dan

kepada para anggotanya. Dan lebih jauh

untuk PPAT berdasarkan Pasal 30 ayat

lagi, dengan demikian secara otomatis

(1), (2) dan (3) Peraturan Kepala BPN

secara keorganisasian ( INI / IPPAT ),

Nomor

bukan lagi sebagai Anggota Biasa, tapi

1/2006 PPAT, bahwa

yang

bersangkutan wajib berhenti, dan jika

terdegradasi

masa

Anggota Luar Biasa saja.

jabatannya

berakhir

dapat

mengajukan permohonan kembali sesuai

kedudukannya

Profesi-profesi

dan

menjadi

pekerjaan-

aturan hukum yang berlaku, sedangkan

pekerjaan yang secara khusus dilarang

menurut Pasal 12 huruf l dan 50 ayat (1)

untuk dirangkap oleh Notaris berdasarkan

huruf

UUJN dan tertera dengan jelas dalam

l

Indonesia

Undang-Undang
Nomor

10

Republik

Tahun

2008,

Notaris/PPAT dilarang berpraktik atau
dilarang menjalankan tugas jabatannya

Undang-Undang tidak boleh dirangkap
oleh seorang Notaris :
a.

sebagai Notaris / PPAT.23

Pegawai Negeri ( Pasal 3
huruf g, dan Pasal 17 ayat [1]
huruf c UUJN );

b.
23
Habib
Adjie,
Bernas-bernas
Pemikiran di Bidang Notaris dan PPAT, Mandar maju,
Bandung, 2012 (selanjutnya disingkat Habib Adjie II),
h. 4.

Pejabat Negara ( Pasal 17
ayat [1] huruf d UUJN );

c.

d.

Advokat ( Pasal 17 ayat [1]

kewenangan Notaris, yaitu membuat akta

huruf e UUJN );

secara umum, dengan batasan sepanjang :

Pemimpin

atau

pegawai

Tidak dikecualikan kepada

badan usaha milik negara

pejabat lain yang ditetapkan

( Pasal 17 ayat [1] huruf f

oleh Undang-Undang.
2.

UUJN );
e.

1.

Pemimpin

atau

Menyangkut akta yang harus
dibuat

pegawai

atau

benvenang

badan usaha milik swasta

membuat

akta

( Pasal 17 ayat [1] huruf f

mengenai semua perbuatan,

UUJN ).

perjanjian,

dan

otentik

ketetapan

yang

yang diharuskan oleh aturan

disebutkan secara eksplisit dilarang untuk

hukum atau dikehendaki oleh

dirangkap, terdapat beberapa profesi yang

yang bersangkutan.

Selain

profesi-profesi

tidak disebutkan secara eksplisit dilarang

3.

Mengenai

subjek

hukum

yaitu: Dokter, Konsultan hukum yang

(orang atau badan hukum)

membuka praktek hukum tapi tidak

untuk kepentingan siapa akta

beracara ( bukan advokat ), dan pekerjaan

itu dibuat atau dikehendaki

lainnya yang tidak disebut dilarang untuk

oleh yang berkepentingan.

dirangkap dalam Undang-Undang antara

4.

Berwenang mengenai tempat,

dan

di mana akta itu dibuat, hal

pengusaha. Sebenarnya masih banyak

ini sesuai dengan tempat

profesi dan pekerjaan lain yang tidak

kedudukan

disebutkan di dalam Undang-Undang

jabatan Notaris.

lain

misalnya:

broker

tanah

sebagai contoh adalah yang disebutkan di

5.

dan

wilayah

Mengenai waktu pembuatan

atas adalah pengusaha atau bisa juga

akta, dalam hal ini Notaris

sebagai pemilik toko. Apakah pekerjaan

harus

tersebut dilarang untuk dirangkap oleh

waktu

seorang Notaris.

penghadap yang tercantum

menjamin

kepastian

menghadap

para

dalam akta.
3.

Notaris

Akta yang dibuat di hadapan atau

Merangkap Jabatan Sebagai Pejabat

oleh Notaris berkedudukan sebagai akta

Negara dalam Pelaksanaan Tugas dan

otentik menurut bentuk dan tata cara

Kewenangan Notaris

yang ditetapkan dalam UUJN, bahwa

Relevansi

Pasal
menegaskan

Larangan

15

ayat

bahwa

bagi

(1)
salah

UUJN

syarat akta otentik, yaitu: (1) Di dalam

satu

bentuk yang ditentukan oleh Undang-

Undang ( bentuknya baku ), dan (2)

mempunyai

Dibuat oleh dan di hadapan pejabat

untuk

Umum.

tersebut.25

Dikemukakah pula oleh Irawan

Notaris

wewenang

membuat

merupakan

akta

seseorang

Soerodjo, bahwa ada 3 (tiga) unsur

yang

esenselia agar terpenuhinya syarat formal

mengambil sumpah, menerangkan isi

suatu akta otentik, yaitu :

sesuatu dokumen, mengesahkan keaslian

a.

Di

dalam

ditentukan

b.

c.

bentuk
oleh

ditunjuk

oleh

Negara

untuk

yang

tanda tangan dam menjalankan, pekerjaan

Undang-

resmi lainnya yang ditentukan dibidang

Undang,

komersil. Notaris dapat menjalankan

Dibuat oleh dan di hadapan

tugasnya

pejabat Umum,

dipengaruhi badan eksekutif dan badan

Akta yang dibuat oleh atau di

lainnya,

hadapan pejabat Umum yang

menjalankan jabatannya bertindak netral

berwenang untuk itu dan di

dan independen.

tempat

dimana

akta

itu

dibuat.24

dengan

kebebasan

bebas,

di

tanpa

sini

untuk

Adapun syarat untuk diangkat
menjadi Notaris diatur dalam Pasal 3

Menurut Habib Adjie, Pasal 1868

UUJN dan Pasal 16 ayat (1) tentang

BW merupakan sumber untuk otensitas

kewajiban dan larangan bagi Notaris, dan

akta Notaris

juga merupakan dasar

larangan bagi Notaris terdapat dalam

legalitas eksistensi akta Notaris; dengan

Pasal 17 ayat (1) UUJN. Adapun salah

syarat-syarat sebagai berikut:

satu larangan bagi Notaris adalah Notaris

a.

b.

c.

Akta itu harus dibuat

dilarang

oleh ( door ) atau di

pejabat negara yang diatur dalam Pasal

hadapan ( ten overstaan )

17 ayat (1) huruf d UUJN: “merangkap

seorang pejabat Umum.

jabatan sebagai pejabat negara”. Dan

Akta itu harus dibuat

bertalian dengan Pasal 3 huruf g UUJN,

dalam

yang

yaitu : “ tidak berstatus sebagai pegawai

ditentukan oleh Undang-

negeri, pejabat negara, advokat, atau

Undang.

tidak sedang memangku jabatan lain yang

Pejabat Umum oleh -

oleh Undang-Undang dilarang untuk

atau di hadapan siapa

dirangkap dengan jabatan Notaris ”.

bentuk

jabatan

sebagai

Setiap profesi baik iti sebagai

akta itu dibuat, harus
24
Irawan soerodjo, Kepastian Hukum
Hak Atas Tanah di Indonesia, Arkola, Surabaya, 2003,
h. 148.

merangkap

notaris maupun sebagai pejabat negara,
25

Habib Adjie I, op.cit., h. 43-44.

dan profesi jabatan lainnya menuntut

fungsional. Mereka memiliki tingkat

pemenuhan

dari

ketelitian, kehati-hatian, ketekunan, kritis

pengembannya. Nilai moral merupakan

dan pengabdian yang tinggi karena

kekuatan

dan

mereka bertanggungjawab kepada diri

mendasari perbuatan luhur. Franz Magnis

sendiri dan kepada sesama anggota

Suseno mengemukakan tiga nilai moral

masyarakat, bahkan kepada Tuhan Yang

yang dituntut dari pengemban profesi,

Maha Esa. Mereka bekerja sesuai dengan

yaitu :

kode etik profesinya. Apabila terjadi
1.

2.

nilai

yang

moral

mengarahkan

Berani

berbuat

untuk

memenuhi tuntutan profesi;

etik,

Menyadari kewajiban yang

mempertanggungjawabkan

harus

sesuai

dipenuhi

selama

Idealisme

mereka

dengan

harus

rela
akibatnya

tuntutan

kode

etik.

Biasanya dalam organisasi profesi, ada

menjalankan profesi;
3.

penyimpangan atau pelanggaran kode

sebagai

perwujudan misi organisasi
profesi. 26

Dewan

kehormatan

yang

akan

mengoreksi pelanggaran kode etik. 28
Dalam

pembahasan

profesi

Atas dasar ketiga nilai moral

hukum, Sumaryono menyebutkan lima

itulah setiap profesional dituntut untuk

masalah yang dihadapi sebagai kendala

bertindak sesuai dengan cita-cita dan

yang cukup serius, yaitu :

tuntunan profesi, serta memiliki nilai

1.

profesional

harus

bertindak

2.

enggan

bertindak

atau

3.

4.

profesi hukum adalah segala pekerjaan
yang ada kaitannya dengan masalah

bekerja

secara

profesional

kegiatan

hukum
dan

26
Ignatius Ridwan Widyadharma, Etika
Profesi Hukum Dan Keperanannya , Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2001, h. 17.
27
Ibid.

Penurunan

kesadaran

dan

kepedulian sosial;

K. Lubis, yang menyimpulkan bahwa

profesi

menjadi

profesi

bisnis;

Menurut pendapat Suhrawardi

Pengemban

penyalagunaan

Kecenderungan
hukum

terlalu

mengutamakan keuntungan besar. 27

hukum.

Terjadinya
profesi hukum;

objektif, artinya bebas dari rasa takut,
malu, sentimen, benci, sikap malas,

pengetahuan

profesional hukum;

moral yang kuat. Dalam melakukan tugas
profesi,

Kualitas

5.

Kontinuasi sistem yang sudah
usang.29

Terkait
penyalahgunaan

dengan
profesi

terjadinya
hukum

28
Ibid., h. 62.
29
Muhammad
Abdulkadir,
Etika
Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, h.
67.

sebagaimana angka 2 tersebut di atas,

profesional hukum tidak kembalil kepada

Sumaryono menyatakan, penyalagunaan

Etika Profesi Hukum.

dapat terjadi karena persaingan individu

Dalam Pasal 17 ayat (1) huruf d

profesional hukum, atau karena tidak ada

UUJN telah disebutkan dengan tegas

disiplin diri. Dalam profesi hukum dapat

bahwa

dilihat dua hal yang sering berkontradiksi

jabatan sebagai pejabat negara. Sanksi-

satu sama lain, yaitu di satu sisi cita-cita

sanksi

Etika yang jauh terlalu tinggi, dan di sisi

diberikan terhadap pelanggaran rangkap

lain praktek penggembalaan hukum yang

jabatan ini diatur dalam Pasal 17 ayat (2)

berada jauh di bawah cita-cita profesi

UUJN yang menyebutkan :

Notaris

dilarang

adminisitrarif

merangkap

yang

dapat

karenanya

Notaris yang melanggar

memberikan pelayanan yang cenderung

ketentuan sebagaimana dimaksud

mementingkan

pada ayat (1) dapat dikenai sanksi

yang

terlalu

tinggi

diri

dan

sendiri.

Banyak

profesional hukum menggunakan status

berupa :

profesinya untuk menciptakan uang atau

a.

peringatan tertulis;

untuk maksud-maksud politik. 30

b.

pemberhentian

Penyalagunaan

profesi

sementara;

hukum
c.

dapat juga terjadi karena desakan pihak

hormat; atau

klien yang menginginkan perkaranya
d.

cepat selesai dan tentunya menang. Dia

pemberhentian dengan
tidak hormat.

tidak segan-s

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24