Hubungan Sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Rahun 2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk yang dapat menularkan
penyakit demam berdarah dengue adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Virus demam berdarah dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu virus DEN-
1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di
negara-negara tropis, termasuk di Indonesia (Depkes RI, 2010).
Menurut WHO (2005), definisi Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih manifestasi seperti
sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia , atralgia , ruam kulit, manifestasi
perdarahan, leukopenia , trombositopenia (100.000 sel per mm3 atau kurang).
2.1.1
Tanda dan Gejala Klinik
Menurut Soegijanto (2003), gejala klinik utama pada DBD adalah
demam danmanifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun
setelah uji torniquet.Gejala klinik :
1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan
a. Uji torniquet positif
b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena.
8
Universitas Sumatera Utara
9
3. Hepatomegali
4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau
nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah
Menurut Depkes RI (2003), secara klinis ditemukan demam, suhu tubuh
pada umumnya antara 39°C–40°C menetap antara 5–7 hari, pada fase awal
demam terdapat ruam yang tampak di muka leher dan dada. Selanjutnya
pada fase penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh
pada tangan dan kaki. Perdarahan pada kulit pada DBD terbanyak
dilakukan uji tourniquet positif.Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan
kriteria diagnosis WHO tahun 1997terdiri dari kriteria klinis dan
laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD (overdiagnosis).
1) Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas
yang berlangsung 2–7 hari.Terdapat manifestasi perdarahan yang
ditandai dengan uji tourniquet positif, petechiae, echymosis,
pupura,
perdarahan
mukosa,
epitaksis,
pendarahan
gusi,
hematemesis dan melena , pembesaran hati. Adanya syok yang
ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan penderita
tampak gelisah.
2) Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 sel/ml atau
kurang dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan
hemotokrit 20% atau lebih. Dua kriteria klinis ditambah
Universitas Sumatera Utara
10
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosa klinis
DBD.
Menurut WHO (2004), derajat penyakit DBD dapat dikelompokkan dalam
empat derajat:
a. Derajat I : Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya
gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet posititf.
b. Derajat II : Gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah terjadinya
perdarahan spontan juga terjadi biasanya dalam bentuk perdarahan kulit atau
perdarahan lain.
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan
lemah, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
ditandai kulit dingin dan lembab serta pasien gelisah.
d. Derajat IV : Syok yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi
yang tidak terdeteksi.
2.1.2
Mekanisme Penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya akan terinfeksi virus dengue saat
menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam (viremik) akut
penyakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air
liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif
menggigit dan menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah
masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari) sering kali
terjadi rangkaian mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit
kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifik
lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.
Universitas Sumatera Utara
11
Viraemia biasanya ada pada saat atau tepat sebelum gejala awal penyakit
dan akan berlangsung selama rata-rata lima hari setelah timbulnya penyakit. Ini
merupakan masa yang sangat kritis karena pasien berada pada tahap yang paling
infektif untuk nyamuk vektor dan akan berkontribusi dalam mempertahankan
siklus penularan jika pasien tidak dilindungi dari gigitan nyamuk (WHO, 2004).
Penularan DBD antara lain dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk penularan penyakit DBD antara
lain (Sitio, 2008):
a. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD.
b. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang, orang
dating dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel,
puskesmas, rumah sakit dan sebagainya.
c. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk umumnya
berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat
penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari
masing-masing lokasi asal.
2.1.3
Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD
Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD
adalah :
Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang
dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe
virus dengue cukup besar yaitu :
Universitas Sumatera Utara
12
1. Sekolah Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk
terserang penyakit DBD.
2. Puskesmas/rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya orang datang
dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD,
demam dengue (DD) atau carrier virus dengue.
3. Tempat-tempat umum lainnya :
a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat
tempat ibadah.
b. Wilayah rawan DBD (endemis)
c. Pemukiman baru di pinggir kota
Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang
kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus
dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. (Depkes RI, 2005).
2.2 Nyamuk Penularan Demam Berdarah
2.2.1
Pengertian Nyamuk (Mosquito)
Nyamuk adalah vector mekanis atau vector siklik penyakit pada manusia
dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Nyamuk dari genus
Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari,
membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myasis pada
kulit manusia atau pada mamalia lain. Nyamuk yang penting ada tiga genus yang
menjadi vector penyakit penting di Indonesia, yaitu genus Culex, Anopheles, dan
Aedes (Soemirat, 2009).
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.2 Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Ae. aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau
tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis
dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang
menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median
dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking).
Dalam siklus hidupnya, Ae. aegypti mengalami empat stadium yaitu
telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air
tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat
perindukannya (breeding place) adalah genangan air yang terdapat di salah satu
wadah atau container, bukan genangan air di tanah. Tempat-tempat perindukan
yang paling potensial adalah tempat penampungan air (TPA) yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari seperti drum, bak mandi, bak WC, gentong/tempayan,
ember dan lain-lain. Tempat-tempat perindukan lainnya yang non-TPA adalah vas
bunga, pot tanaman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, tempat minuman
burung, dan lain-lain serta tempat penampungan air alamih : lubang pohon,
pelepah daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain. Tempat
perindukan yang paling disukai adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan
terlindungi dari sinar matahari langsung.
Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Ae. aegypti
perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi, bionomic,
siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Ae. aegypti dan virus Dengue,
transivarial transmission, dan pengendalian vektor (Soegijanto, 2006).
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.3
Taksonomi dan Morfologi
Nyamuk Ae. aegypti L (Diptea : Culicidae) disebut black-white mosquito
karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas
dasar hitam. Di Indonesia nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari
nyamuk-nyamuk rumah.
Menurut Richard dan Davis, kedudukan nyamuk Ae. aegypti dalam
klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Bangsa
: Diptera
Suku
: Culicidae
Marga
: Aedes
Jenis
: Aedes aegypti
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti dapat dibagi menjadi
4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa, sehingga termasuk metamorphosis
sempurna (hotometabola ).
a.
Telur
Telur Aedes berwarna hitam, oval dan diletakkan di dinding wadah air,
biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah air ini mengering, telur
bisa tahan lama selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika
wadah air berisi air kembali dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu akan
menetas menjadi jentik. wadah air seperti bak mandi jangan hanya dikeringkan
airnya saja tetapi di dindingnya pun harus digosok sampai bersih (Anies, 2006).
Universitas Sumatera Utara
15
Telur diletakkan satu per satu pada permukaan yang basah tepat di atas
permukaan air. Sebagian besar nyamuk Aedes aegypti betina meletakkan telurnya
di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik. Perkembangan embrio
biasanya selesai dalam 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab. Begitu
proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan yang lama
(lebih dari satu tahun). Telur akan menetas pada saat penampung air penuh, tidak
semua telur akan menetas pada waktu yang sama. Kapasitas telur untuk menjalani
masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies ini
selama kondisi iklim buruk (WHO, 2004)
b.
Jentik (Larva)
Menurut Depkes RI (2008), ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan
pertumbuhan larva tersebut, yaitu:
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5-3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
Larva nyamuk Ae. aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulubulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini tubuhnya langsing dan
bergerak sangat lincah, bersifat fototaksisnegatif, dan waktu istirahat membentuk
sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.
Lamanya perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan
makanan, kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum waktu yang
dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan
berlangsung sedikitnya selama tujuh hari termasuk dua hari untuk masa menjadi
Universitas Sumatera Utara
16
kepompong. Akan tetapi pada suhu rendah mungkin akan membutuhkan beberapa
minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa.
c.
Pupa
Kepompong berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar namun lebih
ramping
dibanding
jentiknya.
Kepompong
berukuran
lebih
kecil
jika
dibandingkan dengan rata-rata kepompong nyamuk lain (Depkes RI, 2008).
Kepompong merupakan tahapan yang tidak memerlukan makan namun
tidak seperti sebagian besar insekta, kepompong nyamuk berenang sangat aktif
dapat berenang dengan mudah saat terganggu. Tahap kepompong pada nyamuk
Aedes aegypti umumnya berlangsung selama 2-3 hari. Saat nyamuk akan
melengkapi perkembangannya dalam cangkang kepompong, kepompong akan
naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air untuk persiapan
munculnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).
d.
Nyamuk Dewasa
Nyamuk Ae. aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada,
dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang
berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan
termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan
bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia,
Karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk
betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.
Dada nyamuk ini tersusun dari 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan
metathorax. Setiap ruas dada ada sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha),
tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih,
Universitas Sumatera Utara
17
tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada
juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung
(mesontum) ada gambaran garis-garis putih yang dapat dipakai untuk
membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Ae. aegypti berupa
sepasang garis lengkung putih (bentuk :lyre) pada tepinya dan sepasang garis
submedian tengahnya.
Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik
putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Ae. aegypti ini tubuhnya sejajar dengan
bidang permukaan yang dihinggapinya (Anies, 2006).
Gambar 2.1 Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Sumber: Depkes RI
2.2.4
1.
Bionomik Nyamuk Aedes aegypti
Perilaku Makan
Aedes aegypti sangat antropofilik walaupun ia juga bisa makan dari
hewan berdarah panas lainnya. Nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas
Universitas Sumatera Utara
18
menggigit, pertama di pagi hari beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari
hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang
sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. jika masa makannya
terganggu, Aedes aegytpi dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini
semakin memperbesar efisiensi penyebaran epidemik. Dengan demikian bukan
hal yang luar biasa jika beberapa anggota keluarga yang sama mengalami
rangkaian penyakit yang terjadi dalam 24 jam, memperlihatkan bahwa mereka
terinfeksi nyamuk infektif yang sama. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit di
malam hari tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang terang (WHO, 2004).
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga
untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina
ini lebih menyukai darah manusia daripada binatang (bersifat antropofilik). Darah
(proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma
nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan
biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut satu siklus
gonotropik (gonotropic cycle).
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas
menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas
antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes
aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites)
dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit (Depkes,
2008).
Universitas Sumatera Utara
19
2.
Perilaku Istirahat
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab dan
tersembunyi didalam rumah atau bangunan termasuk di kamar tidur , kamar
mandi, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di
tumbuhan atau di tempat terlindung lainnya. Permukaan yang nyamuk suka di
dalam ruangan adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju,
gorden serta di dinding (WHO, 2004).
Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau
kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya.
Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk
menunggu proses pematangan telurnya (Depkes RI, 2008).
3.
Tempat Perkembangbiakan
Menurut Depkes RI ( 2008), tempat perkembangbiakan utama aedes
aegypti ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang
tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempattempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini
biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes
aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti:
drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:
tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang
bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
20
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina
akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas
permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2
hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air)
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila tempattempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur
dapat menetas lebih cepat.
4.
Jarak Terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi
tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan (WHO, 2004).
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa
dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang
nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan
demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk
mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang
nyamuk menjadi terbatas.
Aktifitas dan jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
faktor eksternal dan faktor internal. Eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk
seperti kecepatan angin, temperatur, kelembaban dan cahaya. Adapun faktor
internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot
Universitas Sumatera Utara
21
nyamuk. Meskipun Aedes aeegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh,
karena tiga macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan
darah, dan tempat istirahat ada dalam satu rumah. Keadaan tersebut yang
menyebabkan Aedes aegypti bersifat lebih menyukai aktif di dalam rumah.
Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang mencapai 2 km dari tempat
perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau terbawa alat
transportasi (Sitio, 2008).
2.2.5
Siklus Hidup
Telur nyamuk Ae. aegypti berwarna hitam, oval, dan diletakkan di
dinding wadah air, biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah ini
mongering, telur bisa tahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.
Ketika wadah air itu berisi air lagi dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu
akan menetas menjadi jentik. Wadah air seperti bak mandi jangan hanya
dikeringkan airnya saja, tetapi di dindingnya pun haus digosok sampai bersih.
Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari
dan kemudian berubah menjadi pupa (kepompong). Stadium pupa ini adalah
stadium tak makan. Jika terganggu, dia akan bergerak naik turun di dalam wadah
air. Dalam waktu lebih kurang dua hari, dari pupa akan muncul nyamuk dewasa.
Jadi total siklus hidup bisa diselesaikan dalam waktu 9 – 12 hari.
Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk
mengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk
perkembangan telur demi keturunannya (Anies, 2006).
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Ae.aegypti
Sumber: Depkes RI
2.3 Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya
(Notoadmodjo,2007).
Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus di hadapi dan sangat
mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan
bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan non hayati
dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi
sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut. Perilaku
Universitas Sumatera Utara
23
yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan
timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
2.3.1
Sanitasi Lingkungan Pemukiman
Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik,
kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis
kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya
atau gangguan kesehatan (Soedjadi, 2005). Persyaratan kesehatan lingkungan
perumahan dan permukiman sangat di perlukan karena pembangunan perumahan
berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat. Sanitasi lingkungan pemukiman meliput pengelolaan
sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah, dan jamban.
2.3.2
Fasilitas Sanitasi
2.3.2.1 Tempat Penampungan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia selama hidupnya
selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk serta
laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air.
Beban pengotoran air juga bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan.
Sebagai akibatnya saat ini, sumber air tawar dan bersih menjadi semangkin
langka. Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun 1992 menyatakan bahwa air
sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi. Karena itu pengelolaan sumber
daya air menjadi sangat penting pengelolaannya sumber daya air ini sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
24
dilakukan secara terpadu, baik dalam pemanfaatannya maupun dalam pengelolaan
kualitas (Slamet, 2002).
Sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara
lain;
untuk
kepentingan
rumah
tangga
(domestik),
industri,
pertanian,
perikanan,dan sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air dan
kemajuan teknologi, air permukaandapat di manfaatkan lebih luas lagi antara lain
untuk sumber baku air minum dan air industri (Sumantri, 2010).
Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
digunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada
disekitar rumah. Ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu perhari sekitar antara 150-200 liter atau 35-40 galon.
Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar
kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).
1.
Sumber Air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang
bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman ini, antara lain
(Sumantri, 2010) :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
Universitas Sumatera Utara
25
d. Dapat digunakan untuk mencakupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Dapertemen
Kesehatan RI.
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahanbahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa
(hujan), air permukaan, dan air tanah.
Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air menjadi air murni
yang ketika turun melalui udara akan melarutkan benda- benda yang terdapat
didalam. Diantaranya benda–benda yang larut diudara itu seperti gas, oksigen,
karbondioksida,
nitrogen,
jasad-jasad
renik
dan
debu.
Kelarutan
gas
karbondioksida didalam air hujan akan membentuk asam karbonat yang menjadi
air hujan menjadi asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula diudara,
diantaranya yang penting ialah belerang dan oksida nitrogen. Kedua oksida ini
bersama- sama dengan air hujan akan membentuk larutan asam nitrat dan asam
sulfat. Setelah mencapai permukaaan bumi, air hujan bukan merupakan air murni
lagi.
Air permukaan merupakan salah satu sumber yang bisa dipakai untuk
bahan baku air bersih. Dalam penyediaan air bersih terutama untuk air minum
dalam sumbernya diperhatikan tiga hal penting yaitu mutu air baku, dan
kontiunitas air baku. Di bandingkan dengan sumber lain, air permukaan
merupakan sumber air yang paling tercemar. Hal ini terutama berlaku bagi tempat
Universitas Sumatera Utara
26
yang dekat dengan tinggal penduduk karena hampir semua buangan dan sisa
kegiatan manusia ditumpahkan kepada air atau dicuci kepada air yang pada
waktunya akan dibuang pada badan air. Agar air bersih tidak menyebabkan
penyakit bagi manusia maka air tersebut hendaknya diusahakan mendekati
persyaratan–persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati
persyaratan yang telah ditentukan.
Menurut Key (1978), dalam pendapatnya menyebutkan bahwa air
tersebut tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya, secara
langsung ataupun tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia. Sehingga air
itu menjadi kurang berguna bagi kehidupan atau kebutuhan tertentu maupun
semua kebutuhan dibandingkan apabila air berada dalam keadaan alamiahnya
semula (Slamet, 2002).
Selanjutnya menurut Pickford (1978), dalam pendapatnya menekankan
bahwa pencemaran air semata-mata disebabkan oleh kegiatan manusia sendiri saja
sedangkan tanah, tumbuh-tumbuhan, ganggang dan pengotor-pengotor alamiah
lain yang turut mengotor air hanya digolongkan kedalam kotoran (impurity). Air
tanah bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dengan cara membuat
sumber atau pompa air (Slamet, 2002).
A.
Tempat Penampungan Air
Tempat penampungan air adalah: tempat-tempat penampungan air di dalam
dan di luar rumah sekitar rumah. Nyamuk Aedes aegypti tidak berkembang biak
di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat
perindukan nyamuk Ae.aegypti dapat di kelompokan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
27
a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti
drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain.
b. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum
burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng,
botol, plastik dan lain-lain).
1. Tempat minum hewan peliharaan
Tempat minum hewan peliharaan
yang dimaksud adalah tempat-
tempat minum hewan piaraan yang dimiliki oleh responden yang
berada di lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun di
luar rumah, misalnya tempat minum burung, tempat minum ayam, dan
hewan piaraan yang lain.
2. Barang-barang bekas
Barang-barang bekas yang dimaksud adalah barang-barang yang sudah
tidak terpakai yang dapat menampung air, yang berada di dalam
maupun di luar rumah responden. Barang-barang tersebut antara lain:
kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas, dll.
3. Vas bunga
Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang
terletak di dalam rumah responden yang memungkinkan nyamuk
Ae.aegypti berkembang biak di dalam vas bunga tersebut.
4. Perangkap semut
Perangkap semut yang di maksud adalah tempat perangkap semut yang
berisi air yang biasanya diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
28
semut-semut naik keatas meja yang berisi makanan yang terletak di
dalam rumah responden.
5. Penampung air dispenser
Penampungan
air
dispenser
yang
dimaksud
adalah
tempat
penampungan air yang menyatu dengan dispenser yang terletak di
bawah alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam
wadah/galon dispenser, letaknya di dalam rumah responden.
6. Pot tanaman air
Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot-pot berisi air yang
digunakan sebagai media tanaman air untuk hidup, yang terletak di
dalam maupun di luar rumah responden.
a. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun,
tempurung kelapa, talang penampung air hujan (Surono, 2009 dan
Soedarmo, 1998).
Adapun 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai
media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 2000) :
1.
Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang
terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau karier misalnya
cholera, Typhoid, Hepatitis, dan Dysentri Basiler.
2.
Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain
melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya
schistosomiasis.
3.
Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air
untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-
Universitas Sumatera Utara
29
alat terutama alat dapur dan alat makan. Diantaranya adalah penyakit kulit
penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare.
4.
Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan
dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air,
misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever, Trypanosomiasis.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416, 1990). Syarat-syarat kualitas air bersih
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat fisik: tidak berbau, tidak berasa.
b. Syarat kimia: kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan
maksimal 500 mg/l.
c. Syarat mikrobiologis: jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa
maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk
air yang berasal dari perpipaan.
Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur
pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air
hujan, penampungan mata air dan perpipaan (Slamet, 2002).
2.3.2.2 Pembuangan Sampah
Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan
sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak perpakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam
Universitas Sumatera Utara
30
pengertian lain sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang
punya dan bersifat padat,ada yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat
organik, seperti sisa sayuran, sisa daging, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak
membusuk dapat berupa kertas, plastik, karet, logam, kaca, dan sebagainya
(Slamet, 1994).
1. Gangguan yang ditimbulkan oleh sampah
a.
Pencemaran lingkungan
Sampah yang dibuang sembarangan dalam kurun waktu tertentu akan
membusuk. Hasil penguraian sampah organik berupa cairan dan gas akan
mencemari tanah, air dan udara.Gas yang dihasilkan berbau busuk
menyengat akan mencemari udara.
b.
sampah merupakan sumber penyakit
Dengan timbulnya bau busuk akan mengundang Diarelalatberkembang biak
sehingga populasi lalat meningkat. Populasi lalat yang meningkat akan
memudahkan membantu penularan penyakit seperti . Typhus, Cholera,
Disentri dll. Selain lalat, binatang penular penyakit lainnya seperti kecoa,
nyamuk, tikus dll akan berkembang biak pada sampah yang tentunya akan
menularkan penyakit kepada kita yang tinggal disekitar sampah (Yuniati,
2012).
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistrem
pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga
menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat
Universitas Sumatera Utara
31
menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular
(Sumantri, 2010).
c.
Menimbulkan kecelakaan
Sampah berupa pecahan kaca, paku, duri dll dapat menyebabkan
kecelakaan.Sampah
yang
dibakar
tanpa
pengawasan
tidak
jarang
menimbulkan kebakaran.
2.
Pengelolahan Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah
tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit ( bacteri
patogen ), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (
vektor ). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil
mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan
sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk
keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah
meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau
pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengolaan sampah antara
lain:
b. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh karena itu,
mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah.
Universitas Sumatera Utara
32
c. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan atau pengelolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain:
1. Ditanam ( landfill ), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lobang di
tanah kemudian sampah dimasukkan dan di timbun dengan tanah.
2. Dibakar ( inceneration ), yaitu memusnahkan sampah dengana jalan
membakar di dalam tungku pembakaran ( incenerator ).
3. Dijadikan pupuk ( composting ), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
( kompos ), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan,
dan sampah lain yang membusuk.
2.3.2.3 Pembuangan Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001,
air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air
limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat
yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya
muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995).
Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang berasal dari
buangan kamar mandi, dapur, air cuci pakaian, dan lain-lain yang mungkin
mengandung mikroorganisme patogen. Ada beberapa cara pembuangan air limbah
rumah tangga yaitu pembuangan umum, digunakan untuk menyiram tanaman
kebun, dibuang ke lahan peresapan, dialirkan ke saluran terbuka, dan dialirkan ke
saluran tertutup atau selokan (Chandra, 2007).
Syarat dan upaya untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk dari air
limbah diperlukan kondisi dan persyaratan serta upaya sedemikian rupa, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
33
a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.
b. Tidak menyebabkan pencemaran air.
c. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.
d. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor.
e. Kondisi tidak terbuka karena jika terbuka saat tidak diolah terkena udara
luar akan menganggu pernafasan, terutama anak-anak.
f. Baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003).
2.4 Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan demam berdarah terutama
adalah
banyaknya
tanaman
hias
dan
tanaman
perkarangan,
yang
mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah. Kelembaban
yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang
disenangin oleh nyamuk untuk istirahat (Sugijanto,2003).
2.4.1
Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya
yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di
samping kurang nyaman, juga merupakan media (tempat) yang baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Nyamuk Ae.aegypti
menyukai tempat hinggap dan beristirahat di tempat-tempat yang agak
gelap, oleh karena itu cahaya yang masuk ke dalam ruangan terutama
cahaya matahari haruslah cukup. Cahaya berdasarkan sumbernya
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
34
a.
Cahaya Alamiah
Cahaya alamiah yakni matahari, cahaya ini sangat penting
karena dapat menghambat pertumbuhan Ae.aegypti di dalam
rumah. Oleh karena itu, rumah yang cukup sehat harus
mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela). Luasnya
sekurang-kurangnya 15%-20%. Perlu diperhatikan agar sinar
matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak
terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain
sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya. Selain itu,
jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan
genteng kaca.
b.
cahaya buatan
pencahayaan buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan
tidak menyilaukan juga dapat membunuh kuman patogen. Jika
pencahayaan kurang sempurna mengakibatkan ketegangan
mata (Kepmenkes RI No 829,1999).
2.4.2
Ventilasi
Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak
yang buruk terhadap kesehatan penghuni rumah tersebut, untuk itu
pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan. Luas penghawaan atau
ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai rumah.
Berdasarkan penelitian Maria (2013) di Kota Makassar diketahui bahwa
Universitas Sumatera Utara
35
ventilasi tumah yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak berkasa menjadi
faktor resiko terhadap kejadian DBD dengan nilai OR=9,048.
2.4.3 Kelembaban
Nyamuk Ae.aegypti menyukai tempat hinggap dan beristirahat di dalam
ruang relatif lembab dengan internsitas cahaya yang rendah (agak gelap).
Pengaruh buruk kurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar CO2,
adanya bau pengap, suhu udara ruang naik dan kelembaban udara ruang
bertambah (Tanjung, 2016).
2.5 Pemberantasan Sarang Nyamuk
Menurut Depkes RI (2005), pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti
yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:
a. Fisik
Pemberantasan jentik secara fisik dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu:
1.
Menguras (dan menyikat) tempat penampungan air (TPA) seperti bak
mandi, bak WC, dan lain-lain seminggu sekali secara teratur untuk
mencegah perkembangbiakan nyamuk di tempat tersebut. Pengurasan
tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang
biak di tempat tersebut.
2.
Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, ember,
dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
36
3.
Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas
(kaleng, ban, dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan. Selain itu,
ditambah dengan cara lain seperti :
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah.
d. Menaburkan bubuk larvasida di tempat-tempat penampungan air yang
sulit dikuras atau dibersihkan dan di daerah yang sulit air.
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air.
f. Memasang kawat kasa.
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
i. Menggunakan kelambu.
j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M Plus (Depkes
RI, 2005).
b. Kimia
Menurut Widyastuti (2007), pengendalian jentik Aedes aegypti secara
kimia adalah dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik. Insektisida
pembasmi jentik ini dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang biasa
digunakan adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules
(sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok
Universitas Sumatera Utara
37
makan rata) temephos untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini
mempunyai efek residu 3 bulan (Widyastuti, 2007).
c. Biologi
Menurut Gandahusada (2008), pengendalian jentik secara biologi adalah
dengan menggunakan ikan pemangsa sebagai musuh alami bagi jentik.
Beberapa jenis ikan sebagai pemangsa untuk pengendalian jentik Aedes aegypti
adalah Gambusia affinis (ikan gabus), Poecilia reticulata (ikan guppy),
Aplocheilus panchax (ikan kepala timah), Oreochromis mossambicus (ikan
mujair), dan Oreochromis niloticus (ikan nila). Penggunaan ikan pemakan larva
ini umumnya digunakan untuk mengendalikan larva nyamuk Aedes aegypti pada
kumpulan air yang banyak seperti kolam atau di kontainer air yang besar.
Sedangkan untuk kontainer air yang lebih kecil dapat menggunakan Bacillus
thuringlensis var. Israeliensis sebagai pemakan jentik (Gandahusada, 2008).
Gambar 2.3 Kegiatan PSN
Universitas Sumatera Utara
38
Menurut Depkes RI (2014), metode pengendalian vektor yaitu secara
kimiawi, biologis, managemen lingkungan, pemberantasan sarang nyamuk/PSN,
pengendalian vektor terpadu (Integrated Vector Management/IVM)
1.
Kimiawi
Pengendalian vektor secara kimiawi dengan menggunakan insektisida
merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih popular di
masyarakat disbanding dengan cara pengendalian lain. Secara insektisida
adalah stadium dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun,
maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan dan organism bukan sasaran. Disamping itu penentuan jenis
insektisida, dosis dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting
untuk dipahami dalma kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida
yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan resistensi serangga
sasaran.
2.
Biologi
Penegndalian vektor biologi seperti predator/pemangsa, parasit,
bakteri, sebagai musuh alami stadium pra-dewasa vektor DBD.Jenis
predator yang digunakan adalah ikan pemakan jentik, seperti ikan
guppy, cupang, tampalo, dan ikan gabus. Jenis pengendalian vektor
biologi untuk parasit yaitu Romanomermes iyengeri dan untuk
bakteri menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis. Golongan
insektisida biologi untuk pengendalian DBD ditujukan untuk
stadium pra-dewasa yang diaplikasikan ke dalam habitat
perkembangan vektor.
Universitas Sumatera Utara
39
3.
Managemen Lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana dan prasarana
penyediaan air, vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap
tersedianya habitat perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor
DBD. Manajemen lingkungan adalah upaya [engelolaan lingkungan
sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau
dikenal sebagai source reduction seperti 3M plus dan mengelola atau
menghambat pertumbuhan vektor.
4.
Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD
Pengendalian vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah
dengan memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik.
Pelaksanaannya dalam bentuk 3M plus yang harus dilakukan secara
serempak dan terus menerus.
5.
Pengendalian Vektor Terpadu
Pengendalian vektor trpadu merupakan konsep pengendalian vektor
yang diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan
pemberantasan vektor oleh berbagai institusi yang lebih difokuskan
pada peningkatan peran serta sector lain seperti PSN anak sekolah.
Pada metode ini menggunakan kombinasi beberapa metode
pengendalian dengan pertimbangan efektivitasnya.
Universitas Sumatera Utara
40
2.5 Kerangka Konsep
Sanitasi Lingkungan
Pemukiman
1. Tempat Penampungan
Air Bersih
2. Pengelolaan sampah
3. Ventilasi
4. Tempat perindukan
nyamuk
5. Pencahayaan
6. Kelembaban
Kejadian Demam
Berdarah
Pemberantasan Sarang
Nyamuk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengubur
Menguras
Menutup
Mengganti Air Vas
Bunga
Memperbaiki Saluran
dan Talang Air
Memaburkan Bubuk
Abate
Memasang Kawat
Kasa
Tidak Menggantung
Pakaian
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk yang dapat menularkan
penyakit demam berdarah dengue adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Virus demam berdarah dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu virus DEN-
1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di
negara-negara tropis, termasuk di Indonesia (Depkes RI, 2010).
Menurut WHO (2005), definisi Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih manifestasi seperti
sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia , atralgia , ruam kulit, manifestasi
perdarahan, leukopenia , trombositopenia (100.000 sel per mm3 atau kurang).
2.1.1
Tanda dan Gejala Klinik
Menurut Soegijanto (2003), gejala klinik utama pada DBD adalah
demam danmanifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun
setelah uji torniquet.Gejala klinik :
1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan
a. Uji torniquet positif
b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena.
8
Universitas Sumatera Utara
9
3. Hepatomegali
4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau
nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah
Menurut Depkes RI (2003), secara klinis ditemukan demam, suhu tubuh
pada umumnya antara 39°C–40°C menetap antara 5–7 hari, pada fase awal
demam terdapat ruam yang tampak di muka leher dan dada. Selanjutnya
pada fase penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh
pada tangan dan kaki. Perdarahan pada kulit pada DBD terbanyak
dilakukan uji tourniquet positif.Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan
kriteria diagnosis WHO tahun 1997terdiri dari kriteria klinis dan
laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD (overdiagnosis).
1) Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas
yang berlangsung 2–7 hari.Terdapat manifestasi perdarahan yang
ditandai dengan uji tourniquet positif, petechiae, echymosis,
pupura,
perdarahan
mukosa,
epitaksis,
pendarahan
gusi,
hematemesis dan melena , pembesaran hati. Adanya syok yang
ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan penderita
tampak gelisah.
2) Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 sel/ml atau
kurang dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan
hemotokrit 20% atau lebih. Dua kriteria klinis ditambah
Universitas Sumatera Utara
10
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosa klinis
DBD.
Menurut WHO (2004), derajat penyakit DBD dapat dikelompokkan dalam
empat derajat:
a. Derajat I : Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya
gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet posititf.
b. Derajat II : Gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah terjadinya
perdarahan spontan juga terjadi biasanya dalam bentuk perdarahan kulit atau
perdarahan lain.
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan
lemah, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
ditandai kulit dingin dan lembab serta pasien gelisah.
d. Derajat IV : Syok yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi
yang tidak terdeteksi.
2.1.2
Mekanisme Penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya akan terinfeksi virus dengue saat
menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam (viremik) akut
penyakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air
liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif
menggigit dan menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah
masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari) sering kali
terjadi rangkaian mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit
kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifik
lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.
Universitas Sumatera Utara
11
Viraemia biasanya ada pada saat atau tepat sebelum gejala awal penyakit
dan akan berlangsung selama rata-rata lima hari setelah timbulnya penyakit. Ini
merupakan masa yang sangat kritis karena pasien berada pada tahap yang paling
infektif untuk nyamuk vektor dan akan berkontribusi dalam mempertahankan
siklus penularan jika pasien tidak dilindungi dari gigitan nyamuk (WHO, 2004).
Penularan DBD antara lain dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk penularan penyakit DBD antara
lain (Sitio, 2008):
a. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD.
b. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang, orang
dating dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel,
puskesmas, rumah sakit dan sebagainya.
c. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk umumnya
berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat
penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari
masing-masing lokasi asal.
2.1.3
Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD
Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD
adalah :
Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang
dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe
virus dengue cukup besar yaitu :
Universitas Sumatera Utara
12
1. Sekolah Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk
terserang penyakit DBD.
2. Puskesmas/rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya orang datang
dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD,
demam dengue (DD) atau carrier virus dengue.
3. Tempat-tempat umum lainnya :
a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat
tempat ibadah.
b. Wilayah rawan DBD (endemis)
c. Pemukiman baru di pinggir kota
Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang
kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus
dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. (Depkes RI, 2005).
2.2 Nyamuk Penularan Demam Berdarah
2.2.1
Pengertian Nyamuk (Mosquito)
Nyamuk adalah vector mekanis atau vector siklik penyakit pada manusia
dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Nyamuk dari genus
Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari,
membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myasis pada
kulit manusia atau pada mamalia lain. Nyamuk yang penting ada tiga genus yang
menjadi vector penyakit penting di Indonesia, yaitu genus Culex, Anopheles, dan
Aedes (Soemirat, 2009).
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.2 Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Ae. aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau
tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis
dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang
menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median
dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking).
Dalam siklus hidupnya, Ae. aegypti mengalami empat stadium yaitu
telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air
tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat
perindukannya (breeding place) adalah genangan air yang terdapat di salah satu
wadah atau container, bukan genangan air di tanah. Tempat-tempat perindukan
yang paling potensial adalah tempat penampungan air (TPA) yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari seperti drum, bak mandi, bak WC, gentong/tempayan,
ember dan lain-lain. Tempat-tempat perindukan lainnya yang non-TPA adalah vas
bunga, pot tanaman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, tempat minuman
burung, dan lain-lain serta tempat penampungan air alamih : lubang pohon,
pelepah daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain. Tempat
perindukan yang paling disukai adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan
terlindungi dari sinar matahari langsung.
Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Ae. aegypti
perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi, bionomic,
siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Ae. aegypti dan virus Dengue,
transivarial transmission, dan pengendalian vektor (Soegijanto, 2006).
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.3
Taksonomi dan Morfologi
Nyamuk Ae. aegypti L (Diptea : Culicidae) disebut black-white mosquito
karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas
dasar hitam. Di Indonesia nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari
nyamuk-nyamuk rumah.
Menurut Richard dan Davis, kedudukan nyamuk Ae. aegypti dalam
klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Bangsa
: Diptera
Suku
: Culicidae
Marga
: Aedes
Jenis
: Aedes aegypti
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti dapat dibagi menjadi
4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa, sehingga termasuk metamorphosis
sempurna (hotometabola ).
a.
Telur
Telur Aedes berwarna hitam, oval dan diletakkan di dinding wadah air,
biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah air ini mengering, telur
bisa tahan lama selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika
wadah air berisi air kembali dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu akan
menetas menjadi jentik. wadah air seperti bak mandi jangan hanya dikeringkan
airnya saja tetapi di dindingnya pun harus digosok sampai bersih (Anies, 2006).
Universitas Sumatera Utara
15
Telur diletakkan satu per satu pada permukaan yang basah tepat di atas
permukaan air. Sebagian besar nyamuk Aedes aegypti betina meletakkan telurnya
di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik. Perkembangan embrio
biasanya selesai dalam 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab. Begitu
proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan yang lama
(lebih dari satu tahun). Telur akan menetas pada saat penampung air penuh, tidak
semua telur akan menetas pada waktu yang sama. Kapasitas telur untuk menjalani
masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies ini
selama kondisi iklim buruk (WHO, 2004)
b.
Jentik (Larva)
Menurut Depkes RI (2008), ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan
pertumbuhan larva tersebut, yaitu:
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5-3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
Larva nyamuk Ae. aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulubulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini tubuhnya langsing dan
bergerak sangat lincah, bersifat fototaksisnegatif, dan waktu istirahat membentuk
sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.
Lamanya perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan
makanan, kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum waktu yang
dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan
berlangsung sedikitnya selama tujuh hari termasuk dua hari untuk masa menjadi
Universitas Sumatera Utara
16
kepompong. Akan tetapi pada suhu rendah mungkin akan membutuhkan beberapa
minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa.
c.
Pupa
Kepompong berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar namun lebih
ramping
dibanding
jentiknya.
Kepompong
berukuran
lebih
kecil
jika
dibandingkan dengan rata-rata kepompong nyamuk lain (Depkes RI, 2008).
Kepompong merupakan tahapan yang tidak memerlukan makan namun
tidak seperti sebagian besar insekta, kepompong nyamuk berenang sangat aktif
dapat berenang dengan mudah saat terganggu. Tahap kepompong pada nyamuk
Aedes aegypti umumnya berlangsung selama 2-3 hari. Saat nyamuk akan
melengkapi perkembangannya dalam cangkang kepompong, kepompong akan
naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air untuk persiapan
munculnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).
d.
Nyamuk Dewasa
Nyamuk Ae. aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada,
dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang
berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan
termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan
bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia,
Karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk
betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.
Dada nyamuk ini tersusun dari 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan
metathorax. Setiap ruas dada ada sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha),
tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih,
Universitas Sumatera Utara
17
tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada
juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung
(mesontum) ada gambaran garis-garis putih yang dapat dipakai untuk
membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Ae. aegypti berupa
sepasang garis lengkung putih (bentuk :lyre) pada tepinya dan sepasang garis
submedian tengahnya.
Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik
putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Ae. aegypti ini tubuhnya sejajar dengan
bidang permukaan yang dihinggapinya (Anies, 2006).
Gambar 2.1 Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Sumber: Depkes RI
2.2.4
1.
Bionomik Nyamuk Aedes aegypti
Perilaku Makan
Aedes aegypti sangat antropofilik walaupun ia juga bisa makan dari
hewan berdarah panas lainnya. Nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas
Universitas Sumatera Utara
18
menggigit, pertama di pagi hari beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari
hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang
sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. jika masa makannya
terganggu, Aedes aegytpi dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini
semakin memperbesar efisiensi penyebaran epidemik. Dengan demikian bukan
hal yang luar biasa jika beberapa anggota keluarga yang sama mengalami
rangkaian penyakit yang terjadi dalam 24 jam, memperlihatkan bahwa mereka
terinfeksi nyamuk infektif yang sama. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit di
malam hari tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang terang (WHO, 2004).
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga
untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina
ini lebih menyukai darah manusia daripada binatang (bersifat antropofilik). Darah
(proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma
nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan
biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut satu siklus
gonotropik (gonotropic cycle).
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas
menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas
antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes
aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites)
dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit (Depkes,
2008).
Universitas Sumatera Utara
19
2.
Perilaku Istirahat
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab dan
tersembunyi didalam rumah atau bangunan termasuk di kamar tidur , kamar
mandi, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di
tumbuhan atau di tempat terlindung lainnya. Permukaan yang nyamuk suka di
dalam ruangan adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju,
gorden serta di dinding (WHO, 2004).
Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau
kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya.
Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk
menunggu proses pematangan telurnya (Depkes RI, 2008).
3.
Tempat Perkembangbiakan
Menurut Depkes RI ( 2008), tempat perkembangbiakan utama aedes
aegypti ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang
tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempattempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini
biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes
aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti:
drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:
tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang
bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
20
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina
akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas
permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2
hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air)
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila tempattempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur
dapat menetas lebih cepat.
4.
Jarak Terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi
tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan (WHO, 2004).
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa
dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang
nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan
demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk
mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang
nyamuk menjadi terbatas.
Aktifitas dan jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
faktor eksternal dan faktor internal. Eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk
seperti kecepatan angin, temperatur, kelembaban dan cahaya. Adapun faktor
internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot
Universitas Sumatera Utara
21
nyamuk. Meskipun Aedes aeegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh,
karena tiga macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan
darah, dan tempat istirahat ada dalam satu rumah. Keadaan tersebut yang
menyebabkan Aedes aegypti bersifat lebih menyukai aktif di dalam rumah.
Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang mencapai 2 km dari tempat
perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau terbawa alat
transportasi (Sitio, 2008).
2.2.5
Siklus Hidup
Telur nyamuk Ae. aegypti berwarna hitam, oval, dan diletakkan di
dinding wadah air, biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah ini
mongering, telur bisa tahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.
Ketika wadah air itu berisi air lagi dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu
akan menetas menjadi jentik. Wadah air seperti bak mandi jangan hanya
dikeringkan airnya saja, tetapi di dindingnya pun haus digosok sampai bersih.
Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari
dan kemudian berubah menjadi pupa (kepompong). Stadium pupa ini adalah
stadium tak makan. Jika terganggu, dia akan bergerak naik turun di dalam wadah
air. Dalam waktu lebih kurang dua hari, dari pupa akan muncul nyamuk dewasa.
Jadi total siklus hidup bisa diselesaikan dalam waktu 9 – 12 hari.
Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk
mengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk
perkembangan telur demi keturunannya (Anies, 2006).
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Ae.aegypti
Sumber: Depkes RI
2.3 Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya
(Notoadmodjo,2007).
Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus di hadapi dan sangat
mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan
bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan non hayati
dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi
sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut. Perilaku
Universitas Sumatera Utara
23
yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan
timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
2.3.1
Sanitasi Lingkungan Pemukiman
Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik,
kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis
kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya
atau gangguan kesehatan (Soedjadi, 2005). Persyaratan kesehatan lingkungan
perumahan dan permukiman sangat di perlukan karena pembangunan perumahan
berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat. Sanitasi lingkungan pemukiman meliput pengelolaan
sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah, dan jamban.
2.3.2
Fasilitas Sanitasi
2.3.2.1 Tempat Penampungan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia selama hidupnya
selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk serta
laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air.
Beban pengotoran air juga bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan.
Sebagai akibatnya saat ini, sumber air tawar dan bersih menjadi semangkin
langka. Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun 1992 menyatakan bahwa air
sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi. Karena itu pengelolaan sumber
daya air menjadi sangat penting pengelolaannya sumber daya air ini sebaiknya
Universitas Sumatera Utara
24
dilakukan secara terpadu, baik dalam pemanfaatannya maupun dalam pengelolaan
kualitas (Slamet, 2002).
Sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara
lain;
untuk
kepentingan
rumah
tangga
(domestik),
industri,
pertanian,
perikanan,dan sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air dan
kemajuan teknologi, air permukaandapat di manfaatkan lebih luas lagi antara lain
untuk sumber baku air minum dan air industri (Sumantri, 2010).
Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
digunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada
disekitar rumah. Ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu perhari sekitar antara 150-200 liter atau 35-40 galon.
Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar
kehidupan dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).
1.
Sumber Air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang
bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman ini, antara lain
(Sumantri, 2010) :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
Universitas Sumatera Utara
25
d. Dapat digunakan untuk mencakupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Dapertemen
Kesehatan RI.
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahanbahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa
(hujan), air permukaan, dan air tanah.
Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air menjadi air murni
yang ketika turun melalui udara akan melarutkan benda- benda yang terdapat
didalam. Diantaranya benda–benda yang larut diudara itu seperti gas, oksigen,
karbondioksida,
nitrogen,
jasad-jasad
renik
dan
debu.
Kelarutan
gas
karbondioksida didalam air hujan akan membentuk asam karbonat yang menjadi
air hujan menjadi asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula diudara,
diantaranya yang penting ialah belerang dan oksida nitrogen. Kedua oksida ini
bersama- sama dengan air hujan akan membentuk larutan asam nitrat dan asam
sulfat. Setelah mencapai permukaaan bumi, air hujan bukan merupakan air murni
lagi.
Air permukaan merupakan salah satu sumber yang bisa dipakai untuk
bahan baku air bersih. Dalam penyediaan air bersih terutama untuk air minum
dalam sumbernya diperhatikan tiga hal penting yaitu mutu air baku, dan
kontiunitas air baku. Di bandingkan dengan sumber lain, air permukaan
merupakan sumber air yang paling tercemar. Hal ini terutama berlaku bagi tempat
Universitas Sumatera Utara
26
yang dekat dengan tinggal penduduk karena hampir semua buangan dan sisa
kegiatan manusia ditumpahkan kepada air atau dicuci kepada air yang pada
waktunya akan dibuang pada badan air. Agar air bersih tidak menyebabkan
penyakit bagi manusia maka air tersebut hendaknya diusahakan mendekati
persyaratan–persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati
persyaratan yang telah ditentukan.
Menurut Key (1978), dalam pendapatnya menyebutkan bahwa air
tersebut tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya, secara
langsung ataupun tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia. Sehingga air
itu menjadi kurang berguna bagi kehidupan atau kebutuhan tertentu maupun
semua kebutuhan dibandingkan apabila air berada dalam keadaan alamiahnya
semula (Slamet, 2002).
Selanjutnya menurut Pickford (1978), dalam pendapatnya menekankan
bahwa pencemaran air semata-mata disebabkan oleh kegiatan manusia sendiri saja
sedangkan tanah, tumbuh-tumbuhan, ganggang dan pengotor-pengotor alamiah
lain yang turut mengotor air hanya digolongkan kedalam kotoran (impurity). Air
tanah bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dengan cara membuat
sumber atau pompa air (Slamet, 2002).
A.
Tempat Penampungan Air
Tempat penampungan air adalah: tempat-tempat penampungan air di dalam
dan di luar rumah sekitar rumah. Nyamuk Aedes aegypti tidak berkembang biak
di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat
perindukan nyamuk Ae.aegypti dapat di kelompokan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
27
a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti
drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain.
b. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum
burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng,
botol, plastik dan lain-lain).
1. Tempat minum hewan peliharaan
Tempat minum hewan peliharaan
yang dimaksud adalah tempat-
tempat minum hewan piaraan yang dimiliki oleh responden yang
berada di lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun di
luar rumah, misalnya tempat minum burung, tempat minum ayam, dan
hewan piaraan yang lain.
2. Barang-barang bekas
Barang-barang bekas yang dimaksud adalah barang-barang yang sudah
tidak terpakai yang dapat menampung air, yang berada di dalam
maupun di luar rumah responden. Barang-barang tersebut antara lain:
kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas, dll.
3. Vas bunga
Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang
terletak di dalam rumah responden yang memungkinkan nyamuk
Ae.aegypti berkembang biak di dalam vas bunga tersebut.
4. Perangkap semut
Perangkap semut yang di maksud adalah tempat perangkap semut yang
berisi air yang biasanya diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
28
semut-semut naik keatas meja yang berisi makanan yang terletak di
dalam rumah responden.
5. Penampung air dispenser
Penampungan
air
dispenser
yang
dimaksud
adalah
tempat
penampungan air yang menyatu dengan dispenser yang terletak di
bawah alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam
wadah/galon dispenser, letaknya di dalam rumah responden.
6. Pot tanaman air
Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot-pot berisi air yang
digunakan sebagai media tanaman air untuk hidup, yang terletak di
dalam maupun di luar rumah responden.
a. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun,
tempurung kelapa, talang penampung air hujan (Surono, 2009 dan
Soedarmo, 1998).
Adapun 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai
media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 2000) :
1.
Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang
terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau karier misalnya
cholera, Typhoid, Hepatitis, dan Dysentri Basiler.
2.
Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain
melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya
schistosomiasis.
3.
Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air
untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-
Universitas Sumatera Utara
29
alat terutama alat dapur dan alat makan. Diantaranya adalah penyakit kulit
penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare.
4.
Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan
dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air,
misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever, Trypanosomiasis.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416, 1990). Syarat-syarat kualitas air bersih
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat fisik: tidak berbau, tidak berasa.
b. Syarat kimia: kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan
maksimal 500 mg/l.
c. Syarat mikrobiologis: jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa
maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk
air yang berasal dari perpipaan.
Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur
pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air
hujan, penampungan mata air dan perpipaan (Slamet, 2002).
2.3.2.2 Pembuangan Sampah
Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan
sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak perpakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam
Universitas Sumatera Utara
30
pengertian lain sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang
punya dan bersifat padat,ada yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat
organik, seperti sisa sayuran, sisa daging, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak
membusuk dapat berupa kertas, plastik, karet, logam, kaca, dan sebagainya
(Slamet, 1994).
1. Gangguan yang ditimbulkan oleh sampah
a.
Pencemaran lingkungan
Sampah yang dibuang sembarangan dalam kurun waktu tertentu akan
membusuk. Hasil penguraian sampah organik berupa cairan dan gas akan
mencemari tanah, air dan udara.Gas yang dihasilkan berbau busuk
menyengat akan mencemari udara.
b.
sampah merupakan sumber penyakit
Dengan timbulnya bau busuk akan mengundang Diarelalatberkembang biak
sehingga populasi lalat meningkat. Populasi lalat yang meningkat akan
memudahkan membantu penularan penyakit seperti . Typhus, Cholera,
Disentri dll. Selain lalat, binatang penular penyakit lainnya seperti kecoa,
nyamuk, tikus dll akan berkembang biak pada sampah yang tentunya akan
menularkan penyakit kepada kita yang tinggal disekitar sampah (Yuniati,
2012).
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistrem
pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga
menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat
Universitas Sumatera Utara
31
menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit menular
(Sumantri, 2010).
c.
Menimbulkan kecelakaan
Sampah berupa pecahan kaca, paku, duri dll dapat menyebabkan
kecelakaan.Sampah
yang
dibakar
tanpa
pengawasan
tidak
jarang
menimbulkan kebakaran.
2.
Pengelolahan Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah
tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit ( bacteri
patogen ), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (
vektor ). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil
mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan
sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk
keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini adalah
meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau
pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara pengolaan sampah antara
lain:
b. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh karena itu,
mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah.
Universitas Sumatera Utara
32
c. Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan atau pengelolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain:
1. Ditanam ( landfill ), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lobang di
tanah kemudian sampah dimasukkan dan di timbun dengan tanah.
2. Dibakar ( inceneration ), yaitu memusnahkan sampah dengana jalan
membakar di dalam tungku pembakaran ( incenerator ).
3. Dijadikan pupuk ( composting ), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
( kompos ), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan,
dan sampah lain yang membusuk.
2.3.2.3 Pembuangan Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001,
air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air
limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat
yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya
muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995).
Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang berasal dari
buangan kamar mandi, dapur, air cuci pakaian, dan lain-lain yang mungkin
mengandung mikroorganisme patogen. Ada beberapa cara pembuangan air limbah
rumah tangga yaitu pembuangan umum, digunakan untuk menyiram tanaman
kebun, dibuang ke lahan peresapan, dialirkan ke saluran terbuka, dan dialirkan ke
saluran tertutup atau selokan (Chandra, 2007).
Syarat dan upaya untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk dari air
limbah diperlukan kondisi dan persyaratan serta upaya sedemikian rupa, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
33
a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.
b. Tidak menyebabkan pencemaran air.
c. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.
d. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor.
e. Kondisi tidak terbuka karena jika terbuka saat tidak diolah terkena udara
luar akan menganggu pernafasan, terutama anak-anak.
f. Baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo, 2003).
2.4 Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan demam berdarah terutama
adalah
banyaknya
tanaman
hias
dan
tanaman
perkarangan,
yang
mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah. Kelembaban
yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang
disenangin oleh nyamuk untuk istirahat (Sugijanto,2003).
2.4.1
Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya
yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di
samping kurang nyaman, juga merupakan media (tempat) yang baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Nyamuk Ae.aegypti
menyukai tempat hinggap dan beristirahat di tempat-tempat yang agak
gelap, oleh karena itu cahaya yang masuk ke dalam ruangan terutama
cahaya matahari haruslah cukup. Cahaya berdasarkan sumbernya
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
34
a.
Cahaya Alamiah
Cahaya alamiah yakni matahari, cahaya ini sangat penting
karena dapat menghambat pertumbuhan Ae.aegypti di dalam
rumah. Oleh karena itu, rumah yang cukup sehat harus
mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela). Luasnya
sekurang-kurangnya 15%-20%. Perlu diperhatikan agar sinar
matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak
terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain
sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya. Selain itu,
jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan
genteng kaca.
b.
cahaya buatan
pencahayaan buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan
tidak menyilaukan juga dapat membunuh kuman patogen. Jika
pencahayaan kurang sempurna mengakibatkan ketegangan
mata (Kepmenkes RI No 829,1999).
2.4.2
Ventilasi
Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak
yang buruk terhadap kesehatan penghuni rumah tersebut, untuk itu
pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan. Luas penghawaan atau
ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai rumah.
Berdasarkan penelitian Maria (2013) di Kota Makassar diketahui bahwa
Universitas Sumatera Utara
35
ventilasi tumah yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak berkasa menjadi
faktor resiko terhadap kejadian DBD dengan nilai OR=9,048.
2.4.3 Kelembaban
Nyamuk Ae.aegypti menyukai tempat hinggap dan beristirahat di dalam
ruang relatif lembab dengan internsitas cahaya yang rendah (agak gelap).
Pengaruh buruk kurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar CO2,
adanya bau pengap, suhu udara ruang naik dan kelembaban udara ruang
bertambah (Tanjung, 2016).
2.5 Pemberantasan Sarang Nyamuk
Menurut Depkes RI (2005), pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti
yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:
a. Fisik
Pemberantasan jentik secara fisik dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu:
1.
Menguras (dan menyikat) tempat penampungan air (TPA) seperti bak
mandi, bak WC, dan lain-lain seminggu sekali secara teratur untuk
mencegah perkembangbiakan nyamuk di tempat tersebut. Pengurasan
tempat-tempat penampungan air (TPA) perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang
biak di tempat tersebut.
2.
Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, ember,
dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
36
3.
Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas
(kaleng, ban, dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan. Selain itu,
ditambah dengan cara lain seperti :
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu dan pohon dengan tanah.
d. Menaburkan bubuk larvasida di tempat-tempat penampungan air yang
sulit dikuras atau dibersihkan dan di daerah yang sulit air.
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air.
f. Memasang kawat kasa.
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
i. Menggunakan kelambu.
j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M Plus (Depkes
RI, 2005).
b. Kimia
Menurut Widyastuti (2007), pengendalian jentik Aedes aegypti secara
kimia adalah dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik. Insektisida
pembasmi jentik ini dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang biasa
digunakan adalah temephos. Formulasi temephos yang digunakan adalah granules
(sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok
Universitas Sumatera Utara
37
makan rata) temephos untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini
mempunyai efek residu 3 bulan (Widyastuti, 2007).
c. Biologi
Menurut Gandahusada (2008), pengendalian jentik secara biologi adalah
dengan menggunakan ikan pemangsa sebagai musuh alami bagi jentik.
Beberapa jenis ikan sebagai pemangsa untuk pengendalian jentik Aedes aegypti
adalah Gambusia affinis (ikan gabus), Poecilia reticulata (ikan guppy),
Aplocheilus panchax (ikan kepala timah), Oreochromis mossambicus (ikan
mujair), dan Oreochromis niloticus (ikan nila). Penggunaan ikan pemakan larva
ini umumnya digunakan untuk mengendalikan larva nyamuk Aedes aegypti pada
kumpulan air yang banyak seperti kolam atau di kontainer air yang besar.
Sedangkan untuk kontainer air yang lebih kecil dapat menggunakan Bacillus
thuringlensis var. Israeliensis sebagai pemakan jentik (Gandahusada, 2008).
Gambar 2.3 Kegiatan PSN
Universitas Sumatera Utara
38
Menurut Depkes RI (2014), metode pengendalian vektor yaitu secara
kimiawi, biologis, managemen lingkungan, pemberantasan sarang nyamuk/PSN,
pengendalian vektor terpadu (Integrated Vector Management/IVM)
1.
Kimiawi
Pengendalian vektor secara kimiawi dengan menggunakan insektisida
merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih popular di
masyarakat disbanding dengan cara pengendalian lain. Secara insektisida
adalah stadium dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun,
maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan dan organism bukan sasaran. Disamping itu penentuan jenis
insektisida, dosis dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting
untuk dipahami dalma kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida
yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan resistensi serangga
sasaran.
2.
Biologi
Penegndalian vektor biologi seperti predator/pemangsa, parasit,
bakteri, sebagai musuh alami stadium pra-dewasa vektor DBD.Jenis
predator yang digunakan adalah ikan pemakan jentik, seperti ikan
guppy, cupang, tampalo, dan ikan gabus. Jenis pengendalian vektor
biologi untuk parasit yaitu Romanomermes iyengeri dan untuk
bakteri menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis. Golongan
insektisida biologi untuk pengendalian DBD ditujukan untuk
stadium pra-dewasa yang diaplikasikan ke dalam habitat
perkembangan vektor.
Universitas Sumatera Utara
39
3.
Managemen Lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana dan prasarana
penyediaan air, vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap
tersedianya habitat perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor
DBD. Manajemen lingkungan adalah upaya [engelolaan lingkungan
sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau
dikenal sebagai source reduction seperti 3M plus dan mengelola atau
menghambat pertumbuhan vektor.
4.
Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD
Pengendalian vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah
dengan memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik.
Pelaksanaannya dalam bentuk 3M plus yang harus dilakukan secara
serempak dan terus menerus.
5.
Pengendalian Vektor Terpadu
Pengendalian vektor trpadu merupakan konsep pengendalian vektor
yang diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan
pemberantasan vektor oleh berbagai institusi yang lebih difokuskan
pada peningkatan peran serta sector lain seperti PSN anak sekolah.
Pada metode ini menggunakan kombinasi beberapa metode
pengendalian dengan pertimbangan efektivitasnya.
Universitas Sumatera Utara
40
2.5 Kerangka Konsep
Sanitasi Lingkungan
Pemukiman
1. Tempat Penampungan
Air Bersih
2. Pengelolaan sampah
3. Ventilasi
4. Tempat perindukan
nyamuk
5. Pencahayaan
6. Kelembaban
Kejadian Demam
Berdarah
Pemberantasan Sarang
Nyamuk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengubur
Menguras
Menutup
Mengganti Air Vas
Bunga
Memperbaiki Saluran
dan Talang Air
Memaburkan Bubuk
Abate
Memasang Kawat
Kasa
Tidak Menggantung
Pakaian
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara