Perilaku Bidan Dalam Pemberian Asuhan Asi Eksklusif (Studi Kasus Di Kecamatan Simangumban Kabupaten Tapanuli Utara) Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Perilaku Bidan dalam pemberian Asuhan ASI Eksklusif

2.1.1

Defenisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari
orang yang bersangkutan.
Dilihat dari respons terhadap stimulus tersebut, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua :

1.

Perilaku Tertutup ( covert behavior )
Respons yang terjadi dalam stimuus ini masih dibatasi perhatian, persepsi,
pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2.

Perilaku Terbuka ( overt behavior )
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka .
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut

13

Universitas Sumatera Utara

14

determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :

1.

Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya.

2.

Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan
faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri
seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
1.

Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang.
Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik,
maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.


2.

Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang.
Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat
berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan
sebagainya.

2.1.2

Domain Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku manusia dibentuk oleh faktor eksternal
yang memiliki peranan besar yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana
orang tersebut berada. Notoatmodjo mengutip pendapat Benyamin Bloom, seorang
ahli psikologi pendidikan yang membagi kedalam tiga domain atau kawasan
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang tegas.

Universitas Sumatera Utara

15


Pembagian kawasan ini, dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri
dari:
2.1.2.1 Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Pengetahuan dibagi atas 6 ting tingkatan :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara

16

5. Sintesis (Synthesis)
Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek.
2.1.2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
Menurut Purwanto (1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri ciri sikap (Purwanto, 1999)
adalah :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan

itu

dalam

hubungan

dengan

obyeknya.


Sifat

ini

Universitas Sumatera Utara

17

membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimiliki orang.
Selain itu sikap juga memiliki tingkatan. Tingkatan dalam sikap adalah sebagai
berikut :
1. Menerima ( receiving )
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Merupakan suatu indikasi dari sikap dengan memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena

Universitas Sumatera Utara

18

dengan suatu usaha menjawab pertanyaan atau menegrjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga dimana mengajak orang lain
untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi . Sedangkan fungsi
sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
 Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri
Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang
mudah menjalar, sihngga menjadi mudah pula menjadi milik
bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan
kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya.
 Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan
yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umumnya
tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya
proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

Universitas Sumatera Utara

19

 Sikap sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar
sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua
berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi
manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu
dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.
 Sikap sebagai pernyataan kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini disebabkan karena
sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh
karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit
banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi, sikap
merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2.3 Tindakan
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari
pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan-tingkatan
praktik itu adalah :
1.


Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.

Universitas Sumatera Utara

20

2.

Respon terpimpin (guided response) adalah bila seseorang dapat melakukan
sesuatu sesuai urutan yang benar.

3.

Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4.

Adaptasi (adaptation) adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Rogers (1983) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa proses

perubahan keputusan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
1.

Knowledge, yaitu seseorang terbuka akan adanya perubahan dan memiliki
pemahaman yang berkaitan bagaimana perubahan itu dapat dimanfaatkan.

2.

Persuasion, yaitu terjadi ketika seseorang memiliki sikap yang baik maupun
yang tidak baik terhadap suatu perubahan.

3.

Decision, yaitu ketika seseorang menggunakan suatu perubahan dalam kehidupan
dan aktivitasnya dan memutuskan untuk memilih, mengadopsi atau menolak
perubahan tersebut.

4.

Implementatiom, yaitu tahap dimana seseorang memutuskan untuk melakukan
suatu perubahan.

5.

Confirmation, yaitu tahap dimana seseorang mencari penguatan diri sebuah
perubahan keputusan yang telah dibuat, tetapi sesorang bisa merubah keputusan
yang sebelumnya telah dibuat bila terdapat berita yang bertentangan dengan
perubahan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

21

2.1.3

Teori Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

2.1.3.1 Teori Lawrence Green
Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Perilaku
tersebut ditentukan oleh tiga faktor :
a.

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b.

Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c.

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku seseorang.

2.1.3.2 Teori Snehandu B. Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa
perilaku itu merupakan fungsi dari (Notoatamodjo,2003) :
a.

Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior intention).

b.

Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

c.

Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accessebility of information).

Universitas Sumatera Utara

22

d.

Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil keputusan
(personal autonomy).

e.

Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action
situation).

2.1.3.3 Teori WHO
Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu:
a.

Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b.

Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu.

c.

Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

d.

Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, terutama anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang – orang
yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang
ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

Universitas Sumatera Utara

23

e.

Sumber – sumber daya (resources)
Maksudnya adalah fasilitas – fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya. Semua
itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat, yang
dapat bersifat positif ataupun negatif.

f.

Perilaku normal, kebiasaan nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya
disebut kebudayaan (Notoatamodjo,2003).

2.2

Peran Bidan dalam Asuhan ASI Eksklusif

2.2.1 Defenisi Bidan
Menurut International Confederation Of Midwives (ICM), Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya,
telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan.
Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberi dukungan, asuhan, dan nasehat selama
hamil, masa persalinan, dan masa nifas, memimpin proses persalinan atas
pertanggungjawaban sendiri dan memberi asuhan kepada bayi. Asuhan ini mencakup
upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak,
dan akses bantuan medis atau bantuan lainnya yang sesuai, serta melaksanakan
tindakan kegawatdaruratan. Selain itu, bidan juga memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk
memenuhi pemberian ASI (Depkes RI, 2007)

Universitas Sumatera Utara

24

2.2.2 Kompetensi Bidan
Bidan sebagai tenaga ahli sekaligus sebagai sebuah profesi memiliki kompetensi
tertentu yang membedakannya dengan profesi atau bidang pekerjaan lainnya.Bidan
memiliki 9 kompetensi.Kompetensi bidan untuk pemberian asuhan ASI Eksklusif
terdapat di kompentensi ke 4 dan ke 5.
a.

Kompetensi ke 4:
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan

setempat selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat
daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru
lahir.
Pengetahuan Dasar:
1. Pemenuhan kebutuhan fisik Bayi Baru Lahir (BBL) meliputi: pernafasan,
kehangatan dan memberikan ASI/PASI Eksklusif 6 bulan
2. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif
Keterampilan Dasar:
1. Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan
kasih sayang ibu dan BBL dengan inisiasi dini
2. Memfasilitasi ibu untuk menyusui segera mungkin dan mendukung ASI
Eksklusif

Universitas Sumatera Utara

25

b.

Kompetensi ke 5:
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan

tanggap terhadap budaya setempat.
Pengetahuan Dasar:
1. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan
yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, putting
susu lecet, putting susu masuk
2. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir
3. Indikator masalah-masalah laktasi
Keterampilan Dasar:
1. Memulai dan mendukung pemberian ASI Eksklusif
2.2.3 Asuhan ASI Eksklusif dalam Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan pada klien yang memiliki kebutuhan atau
masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana,
kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat) (Pastuty, 2009).
Asuhan Kebidanan terdiri dari 4, yaitu: a) Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) b)
Asuhan Kebidanan II (Persalinan) c) Asuhan Kebidanan III (Nifas) d) Asuhan
Kebidanan IV (Patologi).

Universitas Sumatera Utara

26

Asuhan Kebidanan dalam pemberian asuhan tentang ASI Eksklusif terdapat
dalam Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), dan Asuhan Kebidanan III (Nifas):
2.2.3.1 Asuhan Kebidanan I (Kehamilan)
Asuhan kebidanan I atau asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan
bantuan, didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta evidance based dalam
praktik antenatal yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Dalam
melakukan pemeriksaan antenatal, bidan harus memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar. Pelayanan antenatal dalam pemberian asuhan ASI
Eksklusif adalah pemberian KIE kepada para ibu hamil mengenai perawatan
payudara, IMD dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

Universitas Sumatera Utara

27

±12 minggu

±34 minggu

KIE awal tentang manfaat ASI eksklusif
dan informasi kelas persiapan menyusui

Kelas persiapan menyusui & konseling
individual untuk mendapatkan tips sukses
menyusui, persiapan IMD & rawat
gabung

Setiap
ibu
yang
memutuskan
menggunakan formula pengganti ASI
diberikan peragaan & penjelasan atas
penggunaan & penyajian formula, serta
informasi relevan tentang kemungkinan
untuk tetap dapat menyusui (dengan
relaktasi)

Gambar 2.1 Alur KIE ASI Eksklusif pada saat pelayanan Antenatal care
Sumber: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan (2013)
2.2.3.2 Asuhan Kebidanan III (Nifas)
Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan
didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta evidance based. Pokok bahasan
dalam asuhan kebidanan III meliputi: konsep dasar masa nifas, proses laktasi dan
menyusui, respon orang tua terhadap bayi baru lahir, proses adaptasi fisiologi dan
psikologi masa nifas, kebutuhan dasar masa nifas, melaksanakan asuhan kebidanan

Universitas Sumatera Utara

28

pada masa nifas, melaksanakan kunjungan rumah pada ibu masa nifas, deteksi dini
komplikasi masa nifas dan pendokumentasiannya.
1.

Proses Laktasi dan Menyusui
Bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses laktasi. Laktasi

adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Ketika bayi mengisap
payudara, oksitosin membuat ASI mengalir ke dalam alveoli, melalui saluran susu
menuju reservoir susu yang berlokasi dibelakang areola, lalu ke dalam mulut bayi
(Maryunani, 2009).
1) ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel
darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi.ASI membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi terhadap
penyakit (Depkes RI, 2013). Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu kepada
bayinya, tidak dibatasi (ASI on demand) yaitu memberikan ASI sesering yang bayi
mau, pagi, siang dan malam.
ASI Eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2017) adalah
memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada
bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan
berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, tetapi tetap
diberikan kepada anak sampai berusia 2 tahun.

Universitas Sumatera Utara

29

A. Keuntungan Menyusu Eksklusif secara Umum (Maryunani, 2009)
a) Memberikan nutrisi yang optimal dalam hal kualitas dan kuantitas bagi bayi.
Dalam ASI terkandung kolostrum, yang merupakan cairan kental dan
berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh payudara ibu pada
periode akhir atau trimester ketiga kehamilan kolostrum dikeluarkan pada
hari-hari pertama setelah kelahiran. Kolostrum sangat penting pada bayi
karena kaya akan zat nutrisi dan antibodi yang dapat melindungi bayi
terhadap infeksi dan alergi, kaya akan vitamin A yang dapat mencegah
berbagai penyakit infeksi dan penyakit mata. Kolostrum juga mengandung
laksatif yang merupakan pencahar membersihkan meconium dan growth
factor yang membantu mematangkan usus.
b) Meningkatkan

kecerdasan

secara

asuh

(pertumbuhan

otak),

asah

(stimulasi/pendidikan), asih (fisik-biomedis).
B.

Manfaat ASI bagi Bayi (Maryunani, 2009).
a) ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi
b) Secara alamiah, ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia
kelahiran bayi
c) ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi
d) Memperkuat ikatan bathin bayi dengan ibu

C. Manfaat ASI bagi Ibu (Maryunani, 2009)
a) Mencegah perdarahan postpartum
b) Mempererat hubungan emosi ibu dan bayi

Universitas Sumatera Utara

30

c) Menunda kesuburan
d) Memperkecil risiko terjadinya kanker payudara dan ovarium
e) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli
D. Tujuh (7) Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif (Maryunani, 2009)
a) Mempersiapkan payudara bila diperlukan
b) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui
c) Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan lingkungan
d) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI Eksklusif
e) Menciptakan sikap yang positif tentang ASI dan menyusui
2.2.4

Praktik Pelayanan Kebidanan

Keputusan

Menteri

kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

900/MENKES/SK/2002 tentang registrasi dan praktik Bidan menegaskan bahwa
pelayanan kebidanan kepada ibu adalah: (1) Penyuluhan dan konseling, (2)
Pemeriksaan fisik, (3) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal dan abnormal, (4)
Pelayanan ibu nifas normal dan abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan
dan infeksi ringan, (5) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang
meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid, (6) Pelayanan dan
pemeliharaan Air Susu Ibu (ASI).

Universitas Sumatera Utara

31

2.2.4.1 Penyuluhan dan konseling ASI Eksklusif dalam praktik kebidanan
(Novita, 2012)
a.

Bayi
Bayi terletak pada rentang pada usia 0-12 bulan. Bayi baru lahir merupakan

masa kehidupan yang rentan dan beresiko tinggi untuk mengalami berbagai
komplikasi dan gangguan kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu
diberikan promosi kesehatan yang terangkum dalam asuhan kebidanan pada ibu,
keluarga, dan petugas kesehatan. Promosi kesehatan yang dapat diberikan kepada ibu
bayi mengenai gizi bayi adalah komposisi zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi
yaitu dengan memberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan, dan tetap
diberikan sampai usia 24 bulan di damping makanan pendamping ASI (MP-ASI).
b.

Ibu Hamil
Memberikan KIE kepada ibu hamil pada saat pelayanan antenatal mengenai

perawatan payudara, pentingnya IMD dan pemberian ASI Eksklusif.
c.

Ibu Nifas
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan mencakup enam

minggu berikutnya. Ibu dalam masa nifas memerlukan informasi mengenai cakupan
nutrisi seimbang, perawatan payudara, teknik menyusui yang benar, konseling
mengenai pengasuhan anak, dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
d.

Ibu Menyusui
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa pada ibu menyusui terutama

dalam menunjang pemberian ASI. Dukungan dari bidan dalam pemberian ASI adalah

Universitas Sumatera Utara

32

antara lain informasi tentang cara merawat payudara yang sehat, teknik menyusui
yang benar, posisi menyusui yang benar, dan mengajar ibu menyusui untuk
memberikan ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa memakai
jadwal.
2.2.4.2 Pelayanan dan pemeliharaan Air Susu Ibu (ASI)
Salah satu pelayanan bidan kepada ibu adalah pelayanan dan pemeliharaan Air
Susu Ibu (ASI). Seorang bidan harus memberikan pelayanan dan pemeliharaan ASI
kepada ibu dengan baik dan benar. Bidan harus memberikan nasehat dan asuhan yang
dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan pasca persalinan.
Bidan memberikan penjelasan kepada ibu tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2
tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. Bidan membantu ibu mulai
menyusui bayinya segera setelah lahir ( melakukan Inisiasi Menyusu Dini ) dan juga
membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar. Pelayanan bidan selanjutnya
adalah membantu ibu bagaimana caranya mempertahankan menyusui dan tidak
memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
Bidan melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24
jam sehari, membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembatasan terhadap lama dan
frekuensi menyusui dan tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi
ASI. Bidan mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan
rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Pondok bersalin desa
(Polindes) (Depkes RI, 2007).

Universitas Sumatera Utara

33

2.3

Alur Pikir

Pemberian ASI
Eksklusif oleh Ibu

Cakupan ASI
Eksklusif di
Kecamatan
Simangumban
rendah

Perilaku Bidan dalam
pemberian Asuhan
ASI Eksklusif

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Produsen
Susu Formula

IBI (Ikatan Bidan
Indonesia)

Gambar 2.2 Alur Pikir Perilaku Bidan dalam Pemberian Asuhan ASI Eksklusif

Universitas Sumatera Utara