Tingkah Laku Makan Kambing Muara (Capra Aegagrus Hircus) Di Desa Batubinumbun Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Chapter III V
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batubinumbun, Kecamatan Muara,
Kabupaten Tapanuli Utara dan penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli
sampai dengan Agustus 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kambing muara (Capra aegagrus hircus)
sebanyak 30 ekor yang terdiri dari jantan dewasa 2 ekor, betina dewasa 13 ekor,
jantan muda 6 ekor, betina muda (dara) 4 ekor dan anakan 5 ekor (jantan 2 ekor
dan betina 3 ekor). Pakan yang diberikan terdiri hijauan. Air minum disediakan
pada saat kambing berada di kandang.
Alat
Padang penggembalaan terdiri dari 4 padang penggembalaan. Peralatan
pendukung lainnya terdiri atas stopwatch untuk mengukur durasi tingkah laku
makan, kamera digunakan untuk mendokumentasikan gambar aktivitas makan dan
ruminasi kambing boerka (Capra aegagrus hircus), teropong sebagai alat untuk
mengamati ternak, daftar pengamataan dan alat tulis sebagai alat pencatat data
selama penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Ternak yang
digunakan sebanyak 30 ekor yang terdiri dari jantan dewasa 2 ekor, betina dewasa
13 ekor, jantan muda 6 ekor, betina muda (dara) 4 ekor dan anakan 5 ekor (jantan
2 ekor dan betina 3 ekor) (Bailey, 1994).
Pengamatan tingkah laku makan dilakukan pada 4 kelompok, yakni:
kelompok I (pejantan dewasa dan betina dewasa dengan perbandingan 1:9),
kelompok II (pejantan dewasa dan betina dewasa dengan perbandingan 1:4),
kelompok III (jantan muda 6 ekor dan betina muda atau dara 4 ekor) dan
kelompok IV (anakan terdiri dari jantan 2 ekor dan betina 3 ekor).
Kambing muara digembalakan pada 4 padang penggembalaan. kelompok I
menempati padang penggembalaan A dan C, kelompok II menempati padang
penggembalaan B dan D, kelompok III menempati padang penggembalaan A dan
C dan kelompok IV menempati padang penggembalaan B dan D. Masa
penggembalaan di setiap padang penggembalaan selama 6 hari dengan waktu
pengamatan pada pukul 08.00-12.00.
Tabel 3. Rotasi pengamatan dan pengambilan data selama penelitian
Waktu
Populasi
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-4
Minggu ke-5
Minggu ke-6
Minggu ke-7
Minggu ke-8
I
I
II
II
III
III
IV
IV
Lokasi
Pengambilan Data
Padang
penggembalaan A
Padang
penggembalaan C
Padang
penggembalaan B
Padang
penggembalaan D
Padang
penggembalaan A
Padang
penggembalaan C
Padang
Luas
Tipe Padang
penggembalaan
3 ha
2 ha
2 ha
3 ha
3 ha
2 ha
2 ha
3 ha
Datar
Curam
Curam
Datar
Datar
Curam
Curam
Datar
Universitas Sumatera Utara
penggembalaan B
Padang
penggembalaan D
Pencatatan tingkah laku makan dilakukan dengan metode One Zero
dengan interval 15 menit. Setiap parameter diberi nilai satu bila dilakukan dan nol
bila tidak dilakukan, dalam selang 15 menit.
Hasil pencatatan tingkah laku, dihitung berdasarkan proporsi frekuensi
yang terjadi selama interval tertentu dengan membagi jumlah tingkah laku yang
teramati dalam tingkah laku keseluruhan dengan rumus:
Tingkah laku
Keterangan:
X=
frekuensi suatu tingkah laku tertentu dalam empat jam per individu.
Y=
frekuensi keseluruhan tingkah laku yang diamati dalam empat jam per
individu.
Data yang diperoleh akan disajikan dan dianlisis secara deskriptif,
persentase dan grafik untuk menguraikan tingkah laku makan.
Parameter Yang Diamati
Aktivitas Makan
Aktivitas makan terdiri atas: aktivitas mencium hijauan yaitu awal
aktivitas mencium hijauan hingga kambing mulai melakukan aktivitas lainnya.
Aktivitas merenggut makanan yaitu awal perenggutan hijauan hingga diangkat
untuk dikunyah, aktivitas mengunyah makanan yaitu aktivitas yang dimulai dari
hasil perenggutan hijauan yang telah dikumpulkan didalam mulut hingga aktivitas
Universitas Sumatera Utara
menelan, dan aktivitas menelan makanan yang dimulai dari menelan hasil
kunyahan hingga aktivitas lainnya.
Aktivitas Ruminasi
Aktivitas ruminasi terdiri atas: aktivitas mengeluaran bolus yaitu aktivitas
yang dimulai dari dikeluarkan bolus ke mulut hingga kambing melakukan
aktivitas mengunyah bolus, aktivitas mengunyah bolus yaitu aktivitas yang
dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari rumen ke mulut
hingga aktivitas menelan beberapa bolus, dan aktivitas menelan bolus yaitu
aktivitas yang dimulai dari bolus yang langsung ditelan setelah dikeluarkan dari
rumen ke mulut atau menelan yang melalui proses pengunyahan hingga aktivitas
mengeluarkan bolus kembali.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan yang digunakan terdiri dari 4 tipe (lampiran). Yaitu
padang penggembalaan A, B, C, dan D. Padang penggembalaan A memiliki tipe
datar dengan luas sekitar 3 ha, padang penggembalaan B memiliki tipe curam
dengan kemiringan 30 derajat dan dengan luas 2 ha, padang penggembalaan C
memilki tipe curam dengan kemiringan 30 derajat dan dengan luas 2 ha, dan
padang penggembalaan D memilki tipe datar dengan luas 3 ha.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian Nomor Kambing
Kambing yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor, dengan
pembagian kelompok, yakni: kelompok I (pejantan dewasa dan betina dewasa
dengan perbandingan 1:9), kelompok II (pejantan dewasa dan betina dewasa
dengan perbandingan 1:4), kelompok III (jantan muda 6 ekor dan betina muda
atau dara 4 ekor) dan kelompok IV (anakan terdiri dari jantan 2 ekor dan betina 3
ekor). Pemberian nomor dilakukan pada setiap ternak saat pengamatan dalam 1
kelompok, tergantung pada jumlah ternak pada setiap kelompok. Pemberian
nomor kambing menggunakan pilox berwarna terang pada setiap bagian perut
kambing.
Pengamatan Kambing
Pengamatan kambing dilakukan secara individu sesuai nomor kambing.
Pengamatan pada saat kambing baru saja masuk ke dalam padang penggembalaan
(Pukul 08.00 dan pengamatan selanjutnya dalam interval 15 menit hingga pukul
12.00).
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setiap hari pada pukul 08.00-12.00 selama 48
hari. Data dicatat pada tabel pengamatan. Apabila dilakukan diberi nilai 1, dan
apabila tidak dilakukan diberi nilai 0.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok I
Kelompok satu terdiri dari perbandingan jantan dan betina dewasa 1:9.
Pada penelitian kelompok 1 menempati 2 padang penggembalaan yakni padang
penggembalaan A (3 ha) dan padang penggembalaan C (2 ha). Pengamatan yang
dilakukan ialah pengamatan aktivitas makan dan aktivitas ruminasi. Aktivitas
makan terdiri dari mencium, merenggut, mengunyah, dan menelan. Aktivitas
ruminasi terdiri dari mengeluarkan bolus, mengunyah bolus, dan menelan bolus.
Tabel 4. Frekuensi tingkah laku makan kelompok I padang penggembalaan A
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 1
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
70,09
8,97
17,33
16,93
16,87
29,9
9,68
10,59
9,63
Frekuensi (%)
Jantan
74,93
14,28
20,22
20,21
20,22
25,07
8,36
8,58
8,13
Betina
69,53
19,53
16,99
16,55
16,46
30,47
9,84
10,82
9,81
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Frekuensi tingkah laku makan kelompok I padang penggembalaan C
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke- 2
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
60,75
9,69
17,29
16,98
16,79
39,25
13,78
14,10
11,37
Frekuensi (%)
Jantan
76,41
12,26
21,14
22,01
21,00
23,59
8,45
9,89
5,25
Betina
70,09
19,40
17,20
17,10
16,39
29,91
9,98
10,91
9,02
Tabel 4 dan 5 menunjukkan perbedaan tingkah laku kelompok I
(perbandingan jantan dan betina dewasa 1:9) pada padang penggembalaan A dan
padang penggembalaan C. Tingkah laku aktivitas makan tertinggi terdapat pada
padang penggembalaan A (70,09%) dengan luas 3 ha dan lokasi datar.
Berdasarkan hasil pengamatan, dimana semakin luas padang penggembalaan dan
ragam tanaman dan datarnya permukaan padang penggembalaan maka semakin
tinggi pula aktivitas makan yang dilakukan oleh ternak. Hal ini dikarenakan
ternak dewasa lebih tenang dibandingkan ternak muda dalam mencari hijauan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Malachek dan Provenza (1981), yang menyatakan
bahwa kambing mampu merumput (makan) rumput yang sangat pendek, meragut
dedaunan yang biasanya tidak dimakan oleh ternak lainnya. Disamping itu,
kambing merupakan pemakan yang lahap, dengan pakan yang beragam dari
tanaman.
Frekuensi ruminasi lebih tinggi pada padang penggembalaan C (39,25%).
Hal ini dikarenakan sedikitnya aktivitas makan sehingga membuat ternak lebih
cepat melakukan
aktivitas ruminasi. Pada padang penggembalaan C jantan
Universitas Sumatera Utara
melakukan aktivitas ruminasi sebanyak 23,59% dan betina 29,91%. Kambing
muara betina dewasa lebih sering malakukan aktivitas ruminasi dibandingkan
kambing muara jantan dewasa.
Pada kedua tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas ruminasi tertingi
pada padang penggembalaan A (3 ha) dan padang penggembalaan C (2 ha)
terdapat pada aktivitas mengunyah bolus. Dimana pada padang penggembalaan A
sebesar 10,59% dan padang penggembalaan C sebesar 14,10%. Menurut
Wodzicka-Tomaszewska et al (1993), pengunyahan selama makan dan ruminasi
dapat mengurangi ukuran partikel dan mengubah bentuk pakan. Tingkat
pengurangan ukuran partikel pakan yang dicerna atau bahan yang diruminasi akan
ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk makan, ruminasi dan jumlah
kunyahan per satuan waktu dalam setiap kegiatan dan oleh tingkat keefektifan
pengunyahan.
Kelompok II
Kelompok dua terdiri dari perbandingan jantan dan betina dewasa 1:4.
Pada penelitian kelompok 2 menempati 2 padang penggembalaan (padang
penggembalaan)
yakni padang
penggembalaan B (2
ha)
dan padang
penggembalaan D (3 ha).
Hasil pengamatan kelompok II pada padang penggembalaan B (2 ha) dan
padang penggembalaan D (3 ha) dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Frekuensi tingkah laku makan kelompok II padang penggembalaan B
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke-3
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
65,99
15,03
16,82
17,07
17,07
33,08
10,80
12,04
11,14
Frekuensi (%)
Jantan
66,05
11,39
18,22
18,22
18,22
33,91
10,88
12,15
10,88
Betina
65,98
15,92
16,48
16,79
16,79
34,00
10,78
12,01
11,21
Tabel 7. Frekuensi tingkah laku makan kelompok II padang penggembalaan D
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 4
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
69,02
16.01
16,99
18,02
18,00
30,98
10,45
13,44
7,09
Frekuensi (%)
Jantan
67,81
12,20
18,01
20,25
17,35
32,19
10,67
13,00
8,52
Betina
67,16
16,00
16,86
16,90
17,40
32,84
10,21
12,87
9,76
Tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa aktivitas tertinggi pada kelompok II
terdapat pada aktivitas makan. Dimana pada padang penggembalaan B sebesar
65,99% dan padang penggembalaan D sebesar 69,02% dengan aktivitas tertinggi
pada merenggut 16,82% pada padang penggembalaan B dan 16,99% pada padang
penggembalaan D sedangkan aktivitas ruminasi pada padang penggembalaan B
sebesar 33,08% dan padang penggembalaan D sebesar 30,98% dengan aktivitas
tertinggi pada aktivitas mengunyah bolus sebesar 12,04% pada padang
penggembalaan B dan 13,44% pada padang penggembalaan D.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengamatan yang dilakukan untuk kelompok II dengan tipe
padang penggembalaan yang datar dan curam dapat disimpulkan bahwa kambing
muara dewasa akan lebih sering melakukan aktivitas makan apabila padang
penggembalaan memiliki tipe yang lebih datar. Hal ini disebabkan pada tipe
padang penggembalaan yang lebih datar jenis dan jumlah hijauan yang tersedia
lebih banyak dan beragam dibandingkan dengan tipe padang penggembalaan yang
curam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwasannya
tingkah laku makan tertinggi terdapat pada aktivitas makan dimana pada padang
penggembalaan B sebesar 65,99% dan pada padang penggembalaan D 69,02%.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Devendra dan Burns (1994), yang menyatakan
bahwa kambing menyukai pakan yang beragam, dan kambing dikatakan tidak bisa
tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu lama;
kambing lebih suka memilih pakannya dari berbagai jenis pakan yang ada, seperti
campuran rerumputan dan tanaman semak belukar atau daun pepohonan.
Dari hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 6 dan 7 dapat dilihat bahwa
aktivitas ruminasi memiliki frekuensi lebih rendah daripada aktivitas makan. Dan
aktivitas ruminasi tertingi terdapat pada aktivitas mengunyah bolus, dimana pada
padang penggembalaan B sebesar 12,04% dan pada padang penggembalaan D
sebesar 13,44%. Perbedaan frekuensi ini juga dikarenakan oleh tipe padang
penggembalaan (curam atau datar). Tipe padang penggembalaan yang datar lebih
tinggi aktivitas makan yang dilakukan sehingga sebaliknya aktivitas ruminasi pun
juga semakin rendah dikarenakan waktu tersimpannya hijauan didalam rumen.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wodzicka-Tomaszewska et al (1991), yang
menyatakan bahwa proses pengunyahan pada saat makan dan ruminasi merupakan
Universitas Sumatera Utara
aktivitas lengkap didalam pengurangan partikel. Partikel yang lebih kecil mungkin
mempunyai waktu retensi yang relatif lebih pendek di dalam rumen, sehingga
tingkat kecernaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kecernaan ingesta tetapi
juga oleh waktu tersimpan didalam rumen.
Kelompok III
Kelompok III terdiri dari perbandingan jantan muda dan betina dara 6:4.
Pada penelitian kelompok III menempati padang penggembalaan A dan C.
Frekuensi tingkah laku makan kelompok III dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9.
Dimana aktivitas tertinggi terdapat pada aktivitas makan sebesar 70,97% (padang
penggembalaan A) dan 70,53 (padang penggembalaan C), kemudian diikuti
aktivitas ruminasi.
Tabel 8. Frekuensi tingkah laku makan kelompok III padang penggembalaan A
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 5
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
70,97
10,81
20,44
19,86
19,86
28,99
9,91
9,81
9,27
Frekuensi (%)
Jantan
67,87
9,64
19,93
19,15
19,15
32,1
11,19
10,93
9,98
Betina
75,5
12,52
21,20
20,89
20,89
24,27
8,05
8,18
8,24
Tabel 9. Frekuensi tingkah laku makan kelompok III padang penggembalaan C
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke- 6
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Populasi
70,53
10,20
21,22
18,90
Frekuensi (%)
Jantan
68,43
10,32
19,25
18,99
Betina
73,71
11,17
23,21
20,21
Universitas Sumatera Utara
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
20,21
29,47
10,01
9,28
10,18
19,87
31,57
13,10
10,14
8,33
19,12
26,29
9,03
8,17
9,09
Pada Tabel 8 dan 9 dapat dilihat bahwa tingkah laku makan tertingi
terdapat pada aktivitas makan (70,97% dan 70,53%) pada pukul 08.00-09.00 pada
jantan dan betina setiap padang penggembalaan, dimana aktivitas tersebut terus
menurun pada waktu berikutnya. Hal ini dikarena pada saat di lepas ke padang
penggembalaan kambing muara langsung melakukan aktivitas makan yakni
merengut sebanyak-banyaknya. Persentase aktivitas tertinggi terjadi pada aktivitas
merenggut (20,44% dan 21,22%) dan terendah mencium (10,81% dan 10,20%)
pada masing-masing padang penggembalaan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
renggutan dikumpulkan dimulut dalam jumlah banyak, kemudian dilanjutkan
dengan aktivitas mengunyah (19,86% dan 18,90%) dan dilanjutkan dengan
aktivitas menelan (19,86% dan 20,21%).
Pada kambing muara jantan muda aktivitas mencium lebih rendah (9,64%
dan 10,32%) dibandingkan kambing muara dara (12,52% dan 11,17%) pada
masing-masing padang penggembalaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kambing muara jantan muda kurang selektif dalam memilih makanan
dibandingkan kambing muara dara. Diikuti dengan aktivitas merenggut dan
mengunyah lebih rendah di masing-masing padang penggembalaan pada kambing
muara jantan muda. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa kambing muara betina
dara lebih aktif melakukan aktivitas makan dibandingkan kambing muara jantan
muda.
Universitas Sumatera Utara
Pada kelompok III untuk masing-masing padang penggembalaan,
frekuensi aktivitas ruminasi lebih tinggi pada ternak jantan muda (32,1% dan
31,57%) dibandingkan ternak betina muda atau dara (24,27% dan 26,29%).
Ruminasi tertinggi pada kelompok III ialah pada kambing jantan dan kambing
betina dara pada pukul 11.00-12.00. Hal ini dikarenakan pada waktu tersebut
kambing sudah akan kembali ke kandang. Kambing mengetahui waktu kembali ke
kandang secara naluriah.
Dari hasil pengamatan pada kelompok III dapat diketahui bahwa luas
padang penggembalaan dan tipe padang penggembalaan tidak terlalu berpengaruh
nyata terhadap tingkah laku makan kambing muara jantan muda dan kambing
muara betina dara. Hal ini dapat dilihat pada hasil aktivitas makan pada padang
penggembalaan A (70,97%) dan padang penggembalaan C (70,53%) serta
aktivitas ruminasi pada padang penggembalaan A (28,99%) dan padang
penggembalaan (29,47%). Hal ini dikarenakan kambing muara jantan muda dan
kambing muara betina dara lebih agresif dalam mencari makan pada semua
medan padang penggembalaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy-Smith
(1981), yang menyatakan bahwa kambing muda dapat memanfaatkan dengan baik
rambanan dan padang rumput alami.
Menurut Devendra dan Burns (1994), kambing mempunyai kebiasaan
makan yang berbeda dengan ruminansia lainnya. Bila tidak dikendalikan,
kebiasaan makan dapat mengakibatkan kerusakan. Bibirnya yang tipis mudah
digerakkan dengan lincah untuk mengambil pakan.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok IV
Kelompok IV adalah kelompok kambing muara anakan, yang terdiri dari 2
jantan dan 3 betina. Hasil pengamatan kelompok IV pada padang penggembalaan
B (2 ha bertipe curam) dan padang penggembalaan D (3 ha bertipe datar) dapat
dilihat pada Tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Frekuensi tingkah laku makan kelompok IV padang penggembalaan B
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke-7
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
78,52
31,57
15,65
15,65
15,65
21,44
7,30
7,43
6,71
Frekuensi (%)
Jantan
80,42
33,86
15,52
15,52
15,52
19,57
7,23
6,52
5,82
Betina
77,41
30,32
15,73
15,73
15,73
22,55
7,34
7,97
7,24
Tabel 11. Frekuensi tingkah laku makan kelompok IV padang penggembalaan D
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 8
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
71,73
30,47
16,00
15,04
10,22
28,27
9,45
11,32
7,50
Frekuensi (%)
Jantan
81,90
34,43
14,82
18,72
13,93
18,1
7,45
5,89
4,76
Betina
76,56
30,78
17,23
14,54
14,01
23,44
6,78
7,99
8,67
Pada Tabel 10 dan 11 dapat dilihat bahwa anakan kambing muara lebih
banyak melakukan aktivitas makan dibandingkan aktivitas ruminasi. Tabel 10
menunjukkan aktivitas makan sebesar 78,52% sedangkan aktivitas ruminasi
Universitas Sumatera Utara
sebesar 21,44% dan pada Tabel 10 aktivitas makan sebesar 71,73% dan aktivitas
ruminasi sebesar 28,27%.
Dari hasil penelitian aktivitas makan kelompok IV pada masing-masing
padang penggembalaan didapat bahwa aktivitas mencium memiliki frekuensi
yang lebih tinggi dibandingkan aktvitas lainnya. Hal ini dikarenakan rumen pada
anakan kambing muara belum terlalu mampu untuk mencerna pakan hijauan atau
pakan padat sehingga aktivitas makan anakan kambing muara lebih banyak
melakukan aktivitas mencium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Devendra dan
Burns (1994), yang menyatakan bahwa anak kambing mulai mencicipi pakan
padat, seperti dedaunan, semak, rerumputan, atau tebon kering ketika mereka
berumur sekitar dua sampai tiga minggu dan hal ini didorong mengingat
pengaruhnya terhadap perkembangan rumen yang tertunda bila hewan tidak diberi
pakan padat.
Pada tabel hasil penelitian kelompok IV dapat diketahui bahwa kambing
muara anakan jantan lebih banyak melakukan aktivitas mencium pada padang
penggembalaan D dibandingkan pada padang penggembalaan B. Hal ini
dikarenakan lebih luasnya ukuran padang penggembalaan D (3 ha) daripada
ukuran padang penggembalaan B (2 ha), sehingga kambing muara anakan jantan
lebih leluasa melakukan aktivitas mencium. Sedangkan pada kambing muara
anakan betina memiliki frekuensi mencium yang tidak jauh berbeda pada masingmasing padang penggembalaan. Berdasarkan hasil pengamatan, hal ini didasari
oleh lebih aktifnya kambing muara anakan jantan dalam melakukan aktivitas
makan dibandingkan kambing muara anakan betina.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil peneltian kelompok IV diketahui bahwa frekuensi
aktivitas ruminasi lebih tinggi pada padang penggembalaan D (28,27%)
dibandingkan padang penggembalaan B (21,44%). Hal ini dikarenakan padang
penggembalaan D memiliki tipe padang penggembalaan lebih datar dibandingkan
padang penggembalaan B yang lebih curam sehingga ternak lebih tenang
melakukan aktivitas ruminasi ketika pada posisi padang penggembalaan yang
datar dibandingkan dengan posisi yang curam.
Menurut French (1970), kebiasaan kambing yang merumput sangat
beragam, beragam tidak saja karena lingkungan ekologinya, tetapi juga karena
musim dalam setahunnya; demikian pula kambing yang berproduksi tinggi serta
tipe kambing gunung yang liar. Mackenzie (1980), menganggap bahwa pemilihan
pakan yang berbeda dalam musim yang berbeda berkaitan dengan keadaan
fisiologi kambing itu (apakah sedang tumbuh, bunting, menyusi, dan lain-lain)
dan juga dengan keragamann musiman pada tanamannya sendiri.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Parameter
Aktivitas
Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas
Ruminasi
Mengeluarkan
Bolus
Mengunyah
Bolus
Menelan
Bolus
Kelompok I
Pd A Pd C
Kelompok II
Pd B Pd D
Kelompok III
Pd A Pd C
Kelompok IV
Pd B Pd D
70,09
60,75
65,99
69,02
70,97
70,53
78,52
71,73
8,97
17,33
16,93
16,87
9,69
17,29
16,98
16,79
15,03
16,82
17,07
17,07
16.01
16,99
18,02
18,00
10,81
20,44
19,86
19,86
10,20
21,22
18,90
20,21
31,57
15,65
15,65
15,65
30,47
16,00
15,04
10,22
29,9
39,25
33,08
30,98
28,99
29,47
21,44
28,27
9,68
13,78
10,80
10,45
9,91
10,01
7,30
9,45
10,59
14,10
12,04
13,44
9,81
9,28
7,43
11,32
9,63
11,37
11,14
7,09
9,27
10,18
6,71
7,50
Keterangan : Pd : Padang Penggembalaan
Universitas Sumatera Utara
Hasil rekapitulasi data diperoleh aktivitas makan tertinggi terdapat pada
kelompok IV padang penggembalaan B (2 ha) yaitu 78,52% dan aktivitas makan
terendah terdapat pada kelompok I padang penggembalaan C (2 ha). Aktivitas
ruminasi tertinggi terdapat pada kelompok I padang penggembalaan C (2 ha).
Pada
hasil
rekapitulasi
aktivitas
tertinggi
pada
setiap
padang
penggembalaan ialah aktivitas makan, diikuti aktivitas ruminasi. Seperti
pernyataan Sumoprastowo (1994), kambing makan hanya pada pagi hari dan pada
sebagian sore hari. Siang hari dipakai untuk memamah biak.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkah laku makan kambing muara (Capra aegagrus hircus) di Desa
Batubinumbun Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara memiliki aktivitas
tertinggi pada aktivitas makan, dan diikuti aktivitas ruminasi. Aktivitas makan
tertinggi terdapat pada kelompok IV (kambing muara anakan) dengan persentase
78,52% dimana aktivitas yang paling dominan adalah mencium (31,57%) , dan
aktivitas ruminasi tertinggi terdapat pada kelompok I (kambing muara dewasa)
dengan persentase 39.25% dimana aktivitas yang paling dominan adalah
mengunyah bolus (14,10%) dimana aktivitas yang paling dominan adalah
mengunyah bolus (14,10%).
.
Saran
Disarankan adanya penelitian lanjutan yang lebih spesifik, misalnya
tingkah laku makan kambing muara selama 24 jam.
Universitas Sumatera Utara
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batubinumbun, Kecamatan Muara,
Kabupaten Tapanuli Utara dan penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli
sampai dengan Agustus 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kambing muara (Capra aegagrus hircus)
sebanyak 30 ekor yang terdiri dari jantan dewasa 2 ekor, betina dewasa 13 ekor,
jantan muda 6 ekor, betina muda (dara) 4 ekor dan anakan 5 ekor (jantan 2 ekor
dan betina 3 ekor). Pakan yang diberikan terdiri hijauan. Air minum disediakan
pada saat kambing berada di kandang.
Alat
Padang penggembalaan terdiri dari 4 padang penggembalaan. Peralatan
pendukung lainnya terdiri atas stopwatch untuk mengukur durasi tingkah laku
makan, kamera digunakan untuk mendokumentasikan gambar aktivitas makan dan
ruminasi kambing boerka (Capra aegagrus hircus), teropong sebagai alat untuk
mengamati ternak, daftar pengamataan dan alat tulis sebagai alat pencatat data
selama penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Ternak yang
digunakan sebanyak 30 ekor yang terdiri dari jantan dewasa 2 ekor, betina dewasa
13 ekor, jantan muda 6 ekor, betina muda (dara) 4 ekor dan anakan 5 ekor (jantan
2 ekor dan betina 3 ekor) (Bailey, 1994).
Pengamatan tingkah laku makan dilakukan pada 4 kelompok, yakni:
kelompok I (pejantan dewasa dan betina dewasa dengan perbandingan 1:9),
kelompok II (pejantan dewasa dan betina dewasa dengan perbandingan 1:4),
kelompok III (jantan muda 6 ekor dan betina muda atau dara 4 ekor) dan
kelompok IV (anakan terdiri dari jantan 2 ekor dan betina 3 ekor).
Kambing muara digembalakan pada 4 padang penggembalaan. kelompok I
menempati padang penggembalaan A dan C, kelompok II menempati padang
penggembalaan B dan D, kelompok III menempati padang penggembalaan A dan
C dan kelompok IV menempati padang penggembalaan B dan D. Masa
penggembalaan di setiap padang penggembalaan selama 6 hari dengan waktu
pengamatan pada pukul 08.00-12.00.
Tabel 3. Rotasi pengamatan dan pengambilan data selama penelitian
Waktu
Populasi
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-4
Minggu ke-5
Minggu ke-6
Minggu ke-7
Minggu ke-8
I
I
II
II
III
III
IV
IV
Lokasi
Pengambilan Data
Padang
penggembalaan A
Padang
penggembalaan C
Padang
penggembalaan B
Padang
penggembalaan D
Padang
penggembalaan A
Padang
penggembalaan C
Padang
Luas
Tipe Padang
penggembalaan
3 ha
2 ha
2 ha
3 ha
3 ha
2 ha
2 ha
3 ha
Datar
Curam
Curam
Datar
Datar
Curam
Curam
Datar
Universitas Sumatera Utara
penggembalaan B
Padang
penggembalaan D
Pencatatan tingkah laku makan dilakukan dengan metode One Zero
dengan interval 15 menit. Setiap parameter diberi nilai satu bila dilakukan dan nol
bila tidak dilakukan, dalam selang 15 menit.
Hasil pencatatan tingkah laku, dihitung berdasarkan proporsi frekuensi
yang terjadi selama interval tertentu dengan membagi jumlah tingkah laku yang
teramati dalam tingkah laku keseluruhan dengan rumus:
Tingkah laku
Keterangan:
X=
frekuensi suatu tingkah laku tertentu dalam empat jam per individu.
Y=
frekuensi keseluruhan tingkah laku yang diamati dalam empat jam per
individu.
Data yang diperoleh akan disajikan dan dianlisis secara deskriptif,
persentase dan grafik untuk menguraikan tingkah laku makan.
Parameter Yang Diamati
Aktivitas Makan
Aktivitas makan terdiri atas: aktivitas mencium hijauan yaitu awal
aktivitas mencium hijauan hingga kambing mulai melakukan aktivitas lainnya.
Aktivitas merenggut makanan yaitu awal perenggutan hijauan hingga diangkat
untuk dikunyah, aktivitas mengunyah makanan yaitu aktivitas yang dimulai dari
hasil perenggutan hijauan yang telah dikumpulkan didalam mulut hingga aktivitas
Universitas Sumatera Utara
menelan, dan aktivitas menelan makanan yang dimulai dari menelan hasil
kunyahan hingga aktivitas lainnya.
Aktivitas Ruminasi
Aktivitas ruminasi terdiri atas: aktivitas mengeluaran bolus yaitu aktivitas
yang dimulai dari dikeluarkan bolus ke mulut hingga kambing melakukan
aktivitas mengunyah bolus, aktivitas mengunyah bolus yaitu aktivitas yang
dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari rumen ke mulut
hingga aktivitas menelan beberapa bolus, dan aktivitas menelan bolus yaitu
aktivitas yang dimulai dari bolus yang langsung ditelan setelah dikeluarkan dari
rumen ke mulut atau menelan yang melalui proses pengunyahan hingga aktivitas
mengeluarkan bolus kembali.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan yang digunakan terdiri dari 4 tipe (lampiran). Yaitu
padang penggembalaan A, B, C, dan D. Padang penggembalaan A memiliki tipe
datar dengan luas sekitar 3 ha, padang penggembalaan B memiliki tipe curam
dengan kemiringan 30 derajat dan dengan luas 2 ha, padang penggembalaan C
memilki tipe curam dengan kemiringan 30 derajat dan dengan luas 2 ha, dan
padang penggembalaan D memilki tipe datar dengan luas 3 ha.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian Nomor Kambing
Kambing yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor, dengan
pembagian kelompok, yakni: kelompok I (pejantan dewasa dan betina dewasa
dengan perbandingan 1:9), kelompok II (pejantan dewasa dan betina dewasa
dengan perbandingan 1:4), kelompok III (jantan muda 6 ekor dan betina muda
atau dara 4 ekor) dan kelompok IV (anakan terdiri dari jantan 2 ekor dan betina 3
ekor). Pemberian nomor dilakukan pada setiap ternak saat pengamatan dalam 1
kelompok, tergantung pada jumlah ternak pada setiap kelompok. Pemberian
nomor kambing menggunakan pilox berwarna terang pada setiap bagian perut
kambing.
Pengamatan Kambing
Pengamatan kambing dilakukan secara individu sesuai nomor kambing.
Pengamatan pada saat kambing baru saja masuk ke dalam padang penggembalaan
(Pukul 08.00 dan pengamatan selanjutnya dalam interval 15 menit hingga pukul
12.00).
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setiap hari pada pukul 08.00-12.00 selama 48
hari. Data dicatat pada tabel pengamatan. Apabila dilakukan diberi nilai 1, dan
apabila tidak dilakukan diberi nilai 0.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok I
Kelompok satu terdiri dari perbandingan jantan dan betina dewasa 1:9.
Pada penelitian kelompok 1 menempati 2 padang penggembalaan yakni padang
penggembalaan A (3 ha) dan padang penggembalaan C (2 ha). Pengamatan yang
dilakukan ialah pengamatan aktivitas makan dan aktivitas ruminasi. Aktivitas
makan terdiri dari mencium, merenggut, mengunyah, dan menelan. Aktivitas
ruminasi terdiri dari mengeluarkan bolus, mengunyah bolus, dan menelan bolus.
Tabel 4. Frekuensi tingkah laku makan kelompok I padang penggembalaan A
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 1
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
70,09
8,97
17,33
16,93
16,87
29,9
9,68
10,59
9,63
Frekuensi (%)
Jantan
74,93
14,28
20,22
20,21
20,22
25,07
8,36
8,58
8,13
Betina
69,53
19,53
16,99
16,55
16,46
30,47
9,84
10,82
9,81
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Frekuensi tingkah laku makan kelompok I padang penggembalaan C
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke- 2
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
60,75
9,69
17,29
16,98
16,79
39,25
13,78
14,10
11,37
Frekuensi (%)
Jantan
76,41
12,26
21,14
22,01
21,00
23,59
8,45
9,89
5,25
Betina
70,09
19,40
17,20
17,10
16,39
29,91
9,98
10,91
9,02
Tabel 4 dan 5 menunjukkan perbedaan tingkah laku kelompok I
(perbandingan jantan dan betina dewasa 1:9) pada padang penggembalaan A dan
padang penggembalaan C. Tingkah laku aktivitas makan tertinggi terdapat pada
padang penggembalaan A (70,09%) dengan luas 3 ha dan lokasi datar.
Berdasarkan hasil pengamatan, dimana semakin luas padang penggembalaan dan
ragam tanaman dan datarnya permukaan padang penggembalaan maka semakin
tinggi pula aktivitas makan yang dilakukan oleh ternak. Hal ini dikarenakan
ternak dewasa lebih tenang dibandingkan ternak muda dalam mencari hijauan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Malachek dan Provenza (1981), yang menyatakan
bahwa kambing mampu merumput (makan) rumput yang sangat pendek, meragut
dedaunan yang biasanya tidak dimakan oleh ternak lainnya. Disamping itu,
kambing merupakan pemakan yang lahap, dengan pakan yang beragam dari
tanaman.
Frekuensi ruminasi lebih tinggi pada padang penggembalaan C (39,25%).
Hal ini dikarenakan sedikitnya aktivitas makan sehingga membuat ternak lebih
cepat melakukan
aktivitas ruminasi. Pada padang penggembalaan C jantan
Universitas Sumatera Utara
melakukan aktivitas ruminasi sebanyak 23,59% dan betina 29,91%. Kambing
muara betina dewasa lebih sering malakukan aktivitas ruminasi dibandingkan
kambing muara jantan dewasa.
Pada kedua tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas ruminasi tertingi
pada padang penggembalaan A (3 ha) dan padang penggembalaan C (2 ha)
terdapat pada aktivitas mengunyah bolus. Dimana pada padang penggembalaan A
sebesar 10,59% dan padang penggembalaan C sebesar 14,10%. Menurut
Wodzicka-Tomaszewska et al (1993), pengunyahan selama makan dan ruminasi
dapat mengurangi ukuran partikel dan mengubah bentuk pakan. Tingkat
pengurangan ukuran partikel pakan yang dicerna atau bahan yang diruminasi akan
ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk makan, ruminasi dan jumlah
kunyahan per satuan waktu dalam setiap kegiatan dan oleh tingkat keefektifan
pengunyahan.
Kelompok II
Kelompok dua terdiri dari perbandingan jantan dan betina dewasa 1:4.
Pada penelitian kelompok 2 menempati 2 padang penggembalaan (padang
penggembalaan)
yakni padang
penggembalaan B (2
ha)
dan padang
penggembalaan D (3 ha).
Hasil pengamatan kelompok II pada padang penggembalaan B (2 ha) dan
padang penggembalaan D (3 ha) dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Frekuensi tingkah laku makan kelompok II padang penggembalaan B
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke-3
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
65,99
15,03
16,82
17,07
17,07
33,08
10,80
12,04
11,14
Frekuensi (%)
Jantan
66,05
11,39
18,22
18,22
18,22
33,91
10,88
12,15
10,88
Betina
65,98
15,92
16,48
16,79
16,79
34,00
10,78
12,01
11,21
Tabel 7. Frekuensi tingkah laku makan kelompok II padang penggembalaan D
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 4
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
69,02
16.01
16,99
18,02
18,00
30,98
10,45
13,44
7,09
Frekuensi (%)
Jantan
67,81
12,20
18,01
20,25
17,35
32,19
10,67
13,00
8,52
Betina
67,16
16,00
16,86
16,90
17,40
32,84
10,21
12,87
9,76
Tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa aktivitas tertinggi pada kelompok II
terdapat pada aktivitas makan. Dimana pada padang penggembalaan B sebesar
65,99% dan padang penggembalaan D sebesar 69,02% dengan aktivitas tertinggi
pada merenggut 16,82% pada padang penggembalaan B dan 16,99% pada padang
penggembalaan D sedangkan aktivitas ruminasi pada padang penggembalaan B
sebesar 33,08% dan padang penggembalaan D sebesar 30,98% dengan aktivitas
tertinggi pada aktivitas mengunyah bolus sebesar 12,04% pada padang
penggembalaan B dan 13,44% pada padang penggembalaan D.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengamatan yang dilakukan untuk kelompok II dengan tipe
padang penggembalaan yang datar dan curam dapat disimpulkan bahwa kambing
muara dewasa akan lebih sering melakukan aktivitas makan apabila padang
penggembalaan memiliki tipe yang lebih datar. Hal ini disebabkan pada tipe
padang penggembalaan yang lebih datar jenis dan jumlah hijauan yang tersedia
lebih banyak dan beragam dibandingkan dengan tipe padang penggembalaan yang
curam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwasannya
tingkah laku makan tertinggi terdapat pada aktivitas makan dimana pada padang
penggembalaan B sebesar 65,99% dan pada padang penggembalaan D 69,02%.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Devendra dan Burns (1994), yang menyatakan
bahwa kambing menyukai pakan yang beragam, dan kambing dikatakan tidak bisa
tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu lama;
kambing lebih suka memilih pakannya dari berbagai jenis pakan yang ada, seperti
campuran rerumputan dan tanaman semak belukar atau daun pepohonan.
Dari hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 6 dan 7 dapat dilihat bahwa
aktivitas ruminasi memiliki frekuensi lebih rendah daripada aktivitas makan. Dan
aktivitas ruminasi tertingi terdapat pada aktivitas mengunyah bolus, dimana pada
padang penggembalaan B sebesar 12,04% dan pada padang penggembalaan D
sebesar 13,44%. Perbedaan frekuensi ini juga dikarenakan oleh tipe padang
penggembalaan (curam atau datar). Tipe padang penggembalaan yang datar lebih
tinggi aktivitas makan yang dilakukan sehingga sebaliknya aktivitas ruminasi pun
juga semakin rendah dikarenakan waktu tersimpannya hijauan didalam rumen.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wodzicka-Tomaszewska et al (1991), yang
menyatakan bahwa proses pengunyahan pada saat makan dan ruminasi merupakan
Universitas Sumatera Utara
aktivitas lengkap didalam pengurangan partikel. Partikel yang lebih kecil mungkin
mempunyai waktu retensi yang relatif lebih pendek di dalam rumen, sehingga
tingkat kecernaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kecernaan ingesta tetapi
juga oleh waktu tersimpan didalam rumen.
Kelompok III
Kelompok III terdiri dari perbandingan jantan muda dan betina dara 6:4.
Pada penelitian kelompok III menempati padang penggembalaan A dan C.
Frekuensi tingkah laku makan kelompok III dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9.
Dimana aktivitas tertinggi terdapat pada aktivitas makan sebesar 70,97% (padang
penggembalaan A) dan 70,53 (padang penggembalaan C), kemudian diikuti
aktivitas ruminasi.
Tabel 8. Frekuensi tingkah laku makan kelompok III padang penggembalaan A
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 5
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
70,97
10,81
20,44
19,86
19,86
28,99
9,91
9,81
9,27
Frekuensi (%)
Jantan
67,87
9,64
19,93
19,15
19,15
32,1
11,19
10,93
9,98
Betina
75,5
12,52
21,20
20,89
20,89
24,27
8,05
8,18
8,24
Tabel 9. Frekuensi tingkah laku makan kelompok III padang penggembalaan C
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke- 6
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Populasi
70,53
10,20
21,22
18,90
Frekuensi (%)
Jantan
68,43
10,32
19,25
18,99
Betina
73,71
11,17
23,21
20,21
Universitas Sumatera Utara
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
20,21
29,47
10,01
9,28
10,18
19,87
31,57
13,10
10,14
8,33
19,12
26,29
9,03
8,17
9,09
Pada Tabel 8 dan 9 dapat dilihat bahwa tingkah laku makan tertingi
terdapat pada aktivitas makan (70,97% dan 70,53%) pada pukul 08.00-09.00 pada
jantan dan betina setiap padang penggembalaan, dimana aktivitas tersebut terus
menurun pada waktu berikutnya. Hal ini dikarena pada saat di lepas ke padang
penggembalaan kambing muara langsung melakukan aktivitas makan yakni
merengut sebanyak-banyaknya. Persentase aktivitas tertinggi terjadi pada aktivitas
merenggut (20,44% dan 21,22%) dan terendah mencium (10,81% dan 10,20%)
pada masing-masing padang penggembalaan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
renggutan dikumpulkan dimulut dalam jumlah banyak, kemudian dilanjutkan
dengan aktivitas mengunyah (19,86% dan 18,90%) dan dilanjutkan dengan
aktivitas menelan (19,86% dan 20,21%).
Pada kambing muara jantan muda aktivitas mencium lebih rendah (9,64%
dan 10,32%) dibandingkan kambing muara dara (12,52% dan 11,17%) pada
masing-masing padang penggembalaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kambing muara jantan muda kurang selektif dalam memilih makanan
dibandingkan kambing muara dara. Diikuti dengan aktivitas merenggut dan
mengunyah lebih rendah di masing-masing padang penggembalaan pada kambing
muara jantan muda. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa kambing muara betina
dara lebih aktif melakukan aktivitas makan dibandingkan kambing muara jantan
muda.
Universitas Sumatera Utara
Pada kelompok III untuk masing-masing padang penggembalaan,
frekuensi aktivitas ruminasi lebih tinggi pada ternak jantan muda (32,1% dan
31,57%) dibandingkan ternak betina muda atau dara (24,27% dan 26,29%).
Ruminasi tertinggi pada kelompok III ialah pada kambing jantan dan kambing
betina dara pada pukul 11.00-12.00. Hal ini dikarenakan pada waktu tersebut
kambing sudah akan kembali ke kandang. Kambing mengetahui waktu kembali ke
kandang secara naluriah.
Dari hasil pengamatan pada kelompok III dapat diketahui bahwa luas
padang penggembalaan dan tipe padang penggembalaan tidak terlalu berpengaruh
nyata terhadap tingkah laku makan kambing muara jantan muda dan kambing
muara betina dara. Hal ini dapat dilihat pada hasil aktivitas makan pada padang
penggembalaan A (70,97%) dan padang penggembalaan C (70,53%) serta
aktivitas ruminasi pada padang penggembalaan A (28,99%) dan padang
penggembalaan (29,47%). Hal ini dikarenakan kambing muara jantan muda dan
kambing muara betina dara lebih agresif dalam mencari makan pada semua
medan padang penggembalaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roy-Smith
(1981), yang menyatakan bahwa kambing muda dapat memanfaatkan dengan baik
rambanan dan padang rumput alami.
Menurut Devendra dan Burns (1994), kambing mempunyai kebiasaan
makan yang berbeda dengan ruminansia lainnya. Bila tidak dikendalikan,
kebiasaan makan dapat mengakibatkan kerusakan. Bibirnya yang tipis mudah
digerakkan dengan lincah untuk mengambil pakan.
Universitas Sumatera Utara
Kelompok IV
Kelompok IV adalah kelompok kambing muara anakan, yang terdiri dari 2
jantan dan 3 betina. Hasil pengamatan kelompok IV pada padang penggembalaan
B (2 ha bertipe curam) dan padang penggembalaan D (3 ha bertipe datar) dapat
dilihat pada Tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Frekuensi tingkah laku makan kelompok IV padang penggembalaan B
(Luas 2 ha, tipe curam) Minggu ke-7
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
78,52
31,57
15,65
15,65
15,65
21,44
7,30
7,43
6,71
Frekuensi (%)
Jantan
80,42
33,86
15,52
15,52
15,52
19,57
7,23
6,52
5,82
Betina
77,41
30,32
15,73
15,73
15,73
22,55
7,34
7,97
7,24
Tabel 11. Frekuensi tingkah laku makan kelompok IV padang penggembalaan D
(Luas 3 ha, tipe datar) Minggu ke- 8
Tingkah Laku Makan
Aktivitas Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas Ruminasi
Mengeluarkan Bolus
Mengunyah Bolus
Menelan Bolus
Populasi
71,73
30,47
16,00
15,04
10,22
28,27
9,45
11,32
7,50
Frekuensi (%)
Jantan
81,90
34,43
14,82
18,72
13,93
18,1
7,45
5,89
4,76
Betina
76,56
30,78
17,23
14,54
14,01
23,44
6,78
7,99
8,67
Pada Tabel 10 dan 11 dapat dilihat bahwa anakan kambing muara lebih
banyak melakukan aktivitas makan dibandingkan aktivitas ruminasi. Tabel 10
menunjukkan aktivitas makan sebesar 78,52% sedangkan aktivitas ruminasi
Universitas Sumatera Utara
sebesar 21,44% dan pada Tabel 10 aktivitas makan sebesar 71,73% dan aktivitas
ruminasi sebesar 28,27%.
Dari hasil penelitian aktivitas makan kelompok IV pada masing-masing
padang penggembalaan didapat bahwa aktivitas mencium memiliki frekuensi
yang lebih tinggi dibandingkan aktvitas lainnya. Hal ini dikarenakan rumen pada
anakan kambing muara belum terlalu mampu untuk mencerna pakan hijauan atau
pakan padat sehingga aktivitas makan anakan kambing muara lebih banyak
melakukan aktivitas mencium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Devendra dan
Burns (1994), yang menyatakan bahwa anak kambing mulai mencicipi pakan
padat, seperti dedaunan, semak, rerumputan, atau tebon kering ketika mereka
berumur sekitar dua sampai tiga minggu dan hal ini didorong mengingat
pengaruhnya terhadap perkembangan rumen yang tertunda bila hewan tidak diberi
pakan padat.
Pada tabel hasil penelitian kelompok IV dapat diketahui bahwa kambing
muara anakan jantan lebih banyak melakukan aktivitas mencium pada padang
penggembalaan D dibandingkan pada padang penggembalaan B. Hal ini
dikarenakan lebih luasnya ukuran padang penggembalaan D (3 ha) daripada
ukuran padang penggembalaan B (2 ha), sehingga kambing muara anakan jantan
lebih leluasa melakukan aktivitas mencium. Sedangkan pada kambing muara
anakan betina memiliki frekuensi mencium yang tidak jauh berbeda pada masingmasing padang penggembalaan. Berdasarkan hasil pengamatan, hal ini didasari
oleh lebih aktifnya kambing muara anakan jantan dalam melakukan aktivitas
makan dibandingkan kambing muara anakan betina.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil peneltian kelompok IV diketahui bahwa frekuensi
aktivitas ruminasi lebih tinggi pada padang penggembalaan D (28,27%)
dibandingkan padang penggembalaan B (21,44%). Hal ini dikarenakan padang
penggembalaan D memiliki tipe padang penggembalaan lebih datar dibandingkan
padang penggembalaan B yang lebih curam sehingga ternak lebih tenang
melakukan aktivitas ruminasi ketika pada posisi padang penggembalaan yang
datar dibandingkan dengan posisi yang curam.
Menurut French (1970), kebiasaan kambing yang merumput sangat
beragam, beragam tidak saja karena lingkungan ekologinya, tetapi juga karena
musim dalam setahunnya; demikian pula kambing yang berproduksi tinggi serta
tipe kambing gunung yang liar. Mackenzie (1980), menganggap bahwa pemilihan
pakan yang berbeda dalam musim yang berbeda berkaitan dengan keadaan
fisiologi kambing itu (apakah sedang tumbuh, bunting, menyusi, dan lain-lain)
dan juga dengan keragamann musiman pada tanamannya sendiri.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Parameter
Aktivitas
Makan
Mencium
Merenggut
Mengunyah
Menelan
Aktivitas
Ruminasi
Mengeluarkan
Bolus
Mengunyah
Bolus
Menelan
Bolus
Kelompok I
Pd A Pd C
Kelompok II
Pd B Pd D
Kelompok III
Pd A Pd C
Kelompok IV
Pd B Pd D
70,09
60,75
65,99
69,02
70,97
70,53
78,52
71,73
8,97
17,33
16,93
16,87
9,69
17,29
16,98
16,79
15,03
16,82
17,07
17,07
16.01
16,99
18,02
18,00
10,81
20,44
19,86
19,86
10,20
21,22
18,90
20,21
31,57
15,65
15,65
15,65
30,47
16,00
15,04
10,22
29,9
39,25
33,08
30,98
28,99
29,47
21,44
28,27
9,68
13,78
10,80
10,45
9,91
10,01
7,30
9,45
10,59
14,10
12,04
13,44
9,81
9,28
7,43
11,32
9,63
11,37
11,14
7,09
9,27
10,18
6,71
7,50
Keterangan : Pd : Padang Penggembalaan
Universitas Sumatera Utara
Hasil rekapitulasi data diperoleh aktivitas makan tertinggi terdapat pada
kelompok IV padang penggembalaan B (2 ha) yaitu 78,52% dan aktivitas makan
terendah terdapat pada kelompok I padang penggembalaan C (2 ha). Aktivitas
ruminasi tertinggi terdapat pada kelompok I padang penggembalaan C (2 ha).
Pada
hasil
rekapitulasi
aktivitas
tertinggi
pada
setiap
padang
penggembalaan ialah aktivitas makan, diikuti aktivitas ruminasi. Seperti
pernyataan Sumoprastowo (1994), kambing makan hanya pada pagi hari dan pada
sebagian sore hari. Siang hari dipakai untuk memamah biak.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkah laku makan kambing muara (Capra aegagrus hircus) di Desa
Batubinumbun Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara memiliki aktivitas
tertinggi pada aktivitas makan, dan diikuti aktivitas ruminasi. Aktivitas makan
tertinggi terdapat pada kelompok IV (kambing muara anakan) dengan persentase
78,52% dimana aktivitas yang paling dominan adalah mencium (31,57%) , dan
aktivitas ruminasi tertinggi terdapat pada kelompok I (kambing muara dewasa)
dengan persentase 39.25% dimana aktivitas yang paling dominan adalah
mengunyah bolus (14,10%) dimana aktivitas yang paling dominan adalah
mengunyah bolus (14,10%).
.
Saran
Disarankan adanya penelitian lanjutan yang lebih spesifik, misalnya
tingkah laku makan kambing muara selama 24 jam.
Universitas Sumatera Utara