Pengaruh Suhu dan Waktu Terhadap Pemadatan Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba)

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu merupakan hasil hutan primer yang memiliki keragaman jenis

dan

kelebihan masing-masing jenis kayu. Manfaat kayu seperti kontruksi ringan sampai
perabotan rumah tangga. Namun, saat ini kualitas kayu yang berkualitas dari hutan alam
semakin berkurang ketersediannya disebabkan penebangan liar, degradasi, kebakaran
hutan, dan konfersi lahan menjadi lahan perkebunan. Penebangan yang semakin marak
mengakibatkan

penyebab

masalah

utama

pada


kerusakan hutan.

Pada awal tahun 1990-an, hutan alam Indonesia mampu memasok 60-80 juta m3
kayu gergajian per tahun, tetapi pada tahun 2011 menurun menjadi hanya 20 juta m3 per
tahun. Sejalan dengan itu, luas hutan alam yang dapat dimanfaatkan potensi kayunya
menurun dari 61 juta hektar pada tahun 1993-1994 menjadi hanya 23,64 juta hektar
pada tahun 2011 (Kementerian Kehutanan, 2012). Departemen Kehutanan RI
(Departemen Kehutanan 2010) menyatakan bahwa total produksi kayu bulat di
Indonesia sebesar 34,32 juta m3, sebanyak 55,22% (18,95 juta m3) diantaranya
dihasilkan dari Hutan Tanaman Industri (HTI) dan 11,07% (3,80 juta m3) dihasilkan dari
hutan rakyat dan kayu perkebunan. Hutan tanaman adalah hutan yang dibangun dengan
teknik silvikultur dan ditanami jenis-jenis tanaman tertentu untuk tujuan pelestarian
lingkungan

dan menjadi

suplai

bahan baku industry.


Pengembangan hutan masih menghadapi beberapa kendala antara lain kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pengembangan hutan tanaman. Upaya yang dilakukan
pemerintah adalah mengajak rakyat untuk bekerjasama mengembangkan hutan tanaman
rakyat melalui penanaman jenis-jenis pohon cepat tumbuh. Salah satu jenis tanaman

1

Universitas Sumatera Utara

2

hutan rakyat yang sedang marak dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini
adalah tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Miq) (Savitri, 2011).
Menurut penelitian (Nair dan Sumardi 2000) Jabon merupakan salah satu jenis
pohon yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri dan tanaman
reboisasi (penghijauan) di Indonesia, karena pertumbuhannya yang sangat cepat,
kemampuan beradaptasinya pada berbagai

kondisi tempat tumbuh, perlakuan


silvikulturnya yang relatif mudah, serta relatif bebas dari serangan hama dan penyakit
yang serius. Keunggulan lain dari kayu jabon terletak pada tingkat kelurusan batangnya
yang sangat bagus dengan batang bebas cabang sampai 60% serta lebih tahan terhadap
penyakit. Tekstur kayu jabon yang agak halus dengan arah serat lurus (kadang
agak berpadu) serta tahan terhadap rayap kayu kering (Martawijaya et al. 2005).
Potensial untuk bahan baku industri bahan bangunan non-konstruksi, produk
biokomposit (kayu lapis, papan partikel, papan semen), papan, peti pembungkus,
cetakan beton, mainan anak-anak, alas sepatu, korek api, konstruksi darurat yang ringan,
cocok untuk pulp (Pratiwi 2003). Kayu Jabon (Antochepalus cadadamba) juga memiliki
kualitas yang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku industri bingkai kayu (
Widiyanto dan Siarudin, 2016).
Namun pada dasarnya kayu-kayu yang berasal dari hutan tanaman dan hutan
rakyat merupakan jenis yang cepat tumbuh dan memiliki beberapa kelemahan jika
dibandingkan dengan kayu yang berasal dari hutan alam terutama dari segi kekuatan
(berat jenis rendah) dan keawetan. Kayu Jabon mempunyai berat jenis 0,42 (0,29-0,56),
kelas kuat III—IV, dan kelas awet V (Mulyana et al., 2010). Oleh karena itu, salah satu
cara untuk meningkatkan daya guna kayu berkualitas rendah untuk keperluan konstruksi

Universitas Sumatera Utara


3

dilakukan usaha perbaikan sifat fisis mekanis kayu yaitu dengan cara meningkatkan
kerapatannya melalui teknik densifikasi atau pemadatan kayu.
Densifikasi kayu merupakan suatu proses pemadatan kayu yang bertujuan untuk
meningkatkan kerapatan dan kekuatan kayu. Prinsip kerja metode ini adalah dengan
memodifikasi kondisi pemadatan kayu sehingga terjadi deformasi/perubahan bentuk
yang akan menghasilkan dimensi kayu yang tetap (fiksasi) dan peningkatan sifat-sifat
kayu (Sulistyono dan Surjokusumo 2001). Pemadatan kayu Jabon dipengaruhi oleh jenis
kayu, plastisitas kayu, kadar air, suhu kempa, waktu dan penerapan besarnya tekanan
kempa. Proses plastisasi dan pemadatan kayu yang sesuai akan meningkatkan sifat fisik
dan mekanik kayu terpadatkan dan berkualitas tinggi. Kualitas yang dimaksud adalah
kemudahan proses pemadatan, stabilitas dimensi, keseragaman dan peningkatan
kekuatan papan kayu, kehalusan corak permukaan papan dan fiksasi permanen
(Sulistyono dan Surjokusumo, 2003).
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kerapatan kayu sehingga
diharapkan kekuatan kayu jabon meningkat. Kekuatan kayu meningkat seiring
dengan meningkatnya kerapatan kayu dan menentukan sifat fisis dan mekanis kayu.
Sampai saat ini belum ditemukan pengaruh nyata suhu dan waktu terhadap pemadatan

kayu jabon. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mengajukan penelitian pengaruh
suhu dan waktu pada kayu jabon.

Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh suhu dan waktu kempa terhadap peningkatan kekuatan
sifat fisis mekanis dan menghasilkan kualitas yang lebih baik pada kayu Jabon
(Anthocephalus cadamba).

Universitas Sumatera Utara

4

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan informasi penggunaan bahan baku kayu jabon pengganti
kayu berkerapatan tinggi yang semakin berkurang ketersediannya
2. Dapat memberikan informasi sifat fisis dan mekanis kayu jabon setelah
mendapatkan perlakuan pengempaan.

Universitas Sumatera Utara