BAB 10 Aspek Kelembagaan Pembangunan - DOCRPIJM 9478ff0d2f BAB XBAB 10 Aspek Kelembagaan Pembangunan

  Bab

  10 Aspek Kelembagaan Pembangunan

BAB 10 Aspek Kelembagaan Pembangunan

10.1 Petunjuk Umum

  Pada era pasca krisis ini, reformasi lembaga pemerintahan pusat dan daerah mengalami tantangan yang berat. Di satu sisi pemerintah sebagai penyelenggara negara dituntut untuk melakukan transformasi internal agar lebih adaptif terhadap kebutuhan globalisasi, dengan tetap mengedepankan aspek akuntabilitas, transparansi, dan profesionalisme, namun di pihak lain yang bersangkutan masih mengalami permasalahan keterbatasan sumber daya yang tersedia.

  Dalam kerangka inilah maka pelaksanaan implementasi e-government kerap mengalami kendala di lapangan sehingga banyak inisiatifnya yang berjalan secara lambat dan tersendat-sendat. Bercermin pada keberhasilan sejumlah pengembangan e-government di negara lain, salah satu jawaban terhadap isu terkait adalah dijalinnya kemitraan strategis antara pemerintah dan swasta (baca: industri) dalam merencanakan dan mengembangkan berbagai inisiatif e- government.

  Kemitraan yang tangguh tidak saja akan dapat menjawab tantangan jangka pendek implementasi e-government semata, namun dapat menjamin tingginya tingkat sustainabilitas dan kesinambungan program yang ada. Tantangan terbesar dalam proses menjalin kemitraan ini adalah ditemukannya model bisnis (baca: business model) yang disepakati oleh kedua belah pihak. Penentuan model bisnis yang dimaksud tidaklah semudah yang diduga, karena selain harus bersifat ‘win-win’ bagi kedua belah pihak, bentuknya tidak boleh bertentangan dengan peraturan maupun etika bisnis dan pemerintahan yang berlaku. Terlepas dari perlunya kerja sama antara pemerintah dan swasta, maka pemerintah sendiri perlu menganalisis kemampuan instansinya. Hal ini tentu saja bertujuan agar pihak pemerintah mampu mengkoordinir semua aspek pembangunan dengan baik. Tanpa menyadari kemampuan dan memaksakan pembangunan diluar batas kemampuan akan merugikan pemerintah sendiri. Karena itu perlu analisis kondisi masing-masing kelembagaan, seperti lembaga/instansi yang terkait dengan RPIJM.

  Pelaksanaan penyusunan RPIJM membutuhkan keterlibatan seluruh instansi terkait. Sebagai langkah awal adalah koordinasi antar instansi dengan satu konsep kepahaman bersama. Sehingga tidak terjadi perbedaan konsep pemikiran dan operasional. Masing-masing instansi memberikan kontribusi sesuai bidangnya. Namun tentu saja selain adanya satu konsep kesepahaman, perlu adanya upaya peningkatan kondisi kelembagaan, baik itu kaitannya dengan sistem kerja masing-masing instansi maupun kualitas dari sumber daya manusianya sendiri. Peningkatan kelembagaan dapat dilakukan dengan perbaikan dan peningkatan sistem kerja instansi, sistem yang tepat dan terarah, perbaikan dan peningkatan kualitas sumber daya, seperti kualitas pegawai-pegawainya maupun aset instansi lainya.

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

10.2 Kondisi Kelembagaan

10.2.1 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya Pemerintah Kab. Kutai Kartanegara

1. Bidang Persampahan

  Dasar Hukum Persampahan adalah : Undang-Undang Persampahan No 28 tahun 2008 dan beberapa Peraturan Daerah Kab. Kutai Kartanegara, antara lain :

  1. PERDA No. 7 Tahun 1985 No.06/I-II/1985 Tentang kebersihan dan keindahan dalam daerah Kabupaten DATI II Kutai tanggal 16 Maret 1985 2. tentang : Retribusi Kebersihan, Pengangkutan dan

  PERDA No. 6 Tahun 1997 Pembuangan Sampah di Kabupaten Kutai Kartanegara.

  3. PERDA No.11 Tahun 2003 tentang Pengangkutan Sampah / Kebersihan 4.

  PERDA No. 19 Tahun 2003 tentang Retribusi Pengelolaan Kakus Persampahan di Kabupaten Kutai Kartanegara dikelola oleh Kantor Kebersihan dan Pertamanan dan Pemakaman. Namun terjadi perubahan nama sesuai dengan perda Kab. Kutai Kartanegara No. 15 Tahun 2008 tanggal 7 Agustus 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara, dimana berubah menjadi Kantor Kebersihan dan Pertamanan.

  • 1.

  Kedudukan Kantor Kebersihan dan Permakaman;

  Kantor Kebersihan dan Pertamanan adalah instansi yang bertanggung jawab atas pengelolaan kebersihan,pertamanan dan pemakaman di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara 2. Kantor Kebersihan dan Pertamanan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah

  3. Untuk kelancaran koordinasi Kepala Kantor dibantu oleh Kassubag Tata Usaha dan Kepala Seksi 4. Apabila Kepala Kantor berhalangan, tugas pokok dan fungsi Kepala Kantor dilaksanakan oleh Kassubag Tata Usaha

  Kantor Kebersihan dan Pertamanan (KKP) mempunyai tugas merencanakan dan melaksanakan usaha kebersihan dan pertamanan yang meliputi : Penampungan, pengangkutan dan pemusnahan segala macam dan jenis sampah, mengelola lokasi pembuangan sampah akhir dan melaksanakan pengadaan taman, perawatan taman dan lapangan olah raga, pemakaman, memungut retribusi serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas seusia bidang tugasnya. Petugas kebersihan : membantu Kepala Unit dalam merencanakan dan melaksanakan usaha penampungan, pengangkutan, pembuangan dan pemusnahan segala macam jenis sampah, serta mengelola lokasi pembuangan sampah akhir.

  • diatas, menyelenggarakan fungsi :

  Kantor Kebersihan dan Pertamanan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

  a. pelaksanaan perumusan kebijakan dan program kebersihan dan pertamanan;

  b. pelaksanaan pelayanan Teknis sarana dan prasarana persampahan;

  c. pelaksanaan penataan, perneliharaan kebersihan dan pertamanan;

  d. pelaksanaan program kebersihan dan pertamanan; dan

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  e. pelaksanaan pengelolaan administrasi umum yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, peralatanlperlengkapan dan organisasi Kantor kebersihan dan pertamanan;

  Susunan organisasi Kantor Kebersihan dan Pertamanan, terdiri dari :

  a. Kepala;

  b. Sub Bagian Tata Usaha;

  c. Seksi-seksi, terdiri dari : I) Seksi Kebersihan; 2) Seksi Sarana dan Prasarana Persampahan; dan 3) Seksi Pertamanan.

  

Gambar 10-1

susunan organisasi kantor kebersihan dan pertamanan kabupaten kutai kartanegara

(Sumber :Perda Kukar No 15 Tahun 2008, 2009)

  Masalah sampah di Indonesia dalam waktu lima tahun diyakini akan terselesaikan jika ada kemauan kuat dari pemerintah dan dilakukan dengan all out. Sejalan dengan itu pemerintah menganjurkan agar pengurangan sampah dimulai dari sumbernya. Pemerintah juga memberi waktu lima tahun untuk pemerintah daerah sebagai penanggung jawab untuk menyelesaikan masalah sampah di daerahnya terhitung sejak Undang-undang Persampahan disahkan. Untuk itu dalam waktu dekat, pemerintah melalui Menteri PU akan mengumpulkan pemerintah kota besar/metro untuk dimintai komitmen dan diminta menyusun program-program bidang persampahan selama lima tahun ke depan atau setidaknya sampai 2009. Jika selama lima tahun tidak mampu, mereka akan terkena pinalti. Undang-undang Persampahan sendiri sampai saat ini masih berada di Departemen Kehakiman dan HAM dalam bentuk rancangan dan belum sampai tahap pembahasan di DPR. Berlarut- larutnya pengesahan itu disebabkan masih terdapat tarik ulur isi undang-undang oleh departemen-departemen terkait dan stakeholder lain. Diharapkan dengan kebijakan mengenai persampahan dapat tergali pola-pola investasi untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan yang akan menguntungkan semua pihak. Selama ini pemerintah daerah masih banyak yang menganggarkan di bawah 2% dari total APBD. Hal itu dirasa belum cukup, bahkan untuk operasional, belum lagi untuk investasinya. Dengan kondisi seperti itu mau tidak mau harus mencari investasi swasta. Namun selama ini minat swasta di bidang persampahan masih sangat

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

2. Bidang Perumahan dan Permukiman

  3. Dinas PU Kota Kabupaten Kutai Kartanegara – Subdin Permukiman dan Penataan Ruang.

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  4. BAPPEDA Kabupaten Kutai Kartanegara – Bidang Sarana dan Prasarana Perkotaan dan Perdesaan – Sub Bidang Sarana dan Prasarana Perkotaan. Dasar Hukum Pembentukan BAPPEDA Kabupaten Kutai Kartanegara adalah Perda Kabupaten Kutai No. 39 Tahun 2000 dan Perda No 15 Tahun 2008.

  minim dan cenderung masih ragu-ragu. Keraguan mereka antara lain disebabkan masih belum jelasnya keuntungan yang akan didapat.

  Kelembagaan pembangunan PSD Permukiman saat ini adalah: 1.

  Satker PBL Ditjen. Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBN

  2. Bidang Cipta Karya Dinas PU & Kimpraswil Provinsi Kalimantan Timur mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBD Provinsi.

  • Kedudukan Bappeda;
  • Tugas Membantu Bupati dalam menentukan kebijakan bidang perencanaan pembangunan daerah serta penilaian atas pelaksanaannya. Bidang perencanaan dimaksud meliputi penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana serta evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.
  • Fungsi 1. Menyusun Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah Badan staf yang langsung berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

  F. Bidang Perencanaan Evaluasi dan Pengendalian Berikut skema susunan organisasi BAPPEDA Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan Perda Kabupaten Kutai No. 15 Tahun 2008.

  E. Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana Perkotaan dan Perdesaan

  D. Bidang Perencanaan Sosial Budaya

  C. Bidang Perencanaan Ekonomi

  B. Sekretariat

  A. Kepala

  9. Melakukan kegiatan lain dalam rangka perencanaan sesuai petunjuk dan arahan Bupati.

  8. Melakukan pengumpulan, pengkajian dan penyajian data serta menyusun sistem informasi untuk kepentingan perencanaan pembangunan daerah.

  7. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan daerah.

  6. Melakukan pengendali terhadap pelaksanaan pembangunan daerah.

  5. Melakukan kerjsaama dan koordinasi Perencanaan dengan Dinas/Instansi/Unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.

  3. Menyusun Dokumen Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah.

  2. Menyusun Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka menengah Daerah.

  4. Menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.

  • Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri dari :

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

Gambar 10-2

Susunan Organisasi Bappeda Kabupaten Kutai Kartanegara

  Sebagai salah satu Lembaga Teknis Daerah, BAPPEDA mempunyai fungsi dalam menyusun Dokumen Perencanaan Pembangunan termasuk Pembangunan PSD Permukiman melalui Sub Bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan dan Perdesaan. Tugas Bidang ini adalah Membantu Kepala Bidang untuk melakukan koordinasi, evaluasi dan analisis penyusunan program pembangunan bidang prasarana pemerintahan, perumahan dan pemukiman. Sedangkan fungsinya yaitu :  Menyusun rencana pembangunan dalam lingkup kegiatan di Bidang prasarana pemerintahan, perumahan dan prmukiman.

   Menetapkan rencana pembangunan dalam lingkup kegiatan di prasarana pemerintahan, perumahan dan permukiman.  Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan di Bidang prasarana pemerintahan, perumahan dan pemukiman.  Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan di Bidang prasarana pemerintahan, perumahan dan pemukiman.  Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan arahan dan petunjuk Kepala Bidang

3. Bidang Pekerjaan Umum

  Secara umum Organisasi pengelola sektor Tata Bangunan dan Lingkungan, Drainase, Air minum dan air limbah (fasilitas sanitasi) di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah PU Cipta Karya dengan koordinasi instansi-instansi lainnya. Seperti halnya untuk SPAM, lembaga pelaksanaan kegiatannya yaitu PDAM Tirta Mahakam. Sedangkan air limbah, adanya koordinasi dengan Bappedalda dan Kantor Kebersihan, dan Pertamanan sebagai perwujudan pengembangan sarana prasarana air limbah.

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  Pembentukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan Perda No 17 Tahun 2004 tentang Restrukturisasi Lembaga Perangkat Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Peraturan Bupati Kutai Kartanegara No. 47 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam hal ini terjadi penggabungan antara Dinas Cipta Karya, Dinas Bina Marga dan Pengairan.

  • Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur Pelaksana Teknis Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

  Kedudukan

  • Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dibidang Pekerjaan Umum.

  Tugas Pokok

  • Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara adalah Unsur Pelaksana Teknis Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan dibidang keciptakaryaan, kebinamargaan dan pengairan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi : a.

  Fungsi

  Perumusan kebijaksanaan teknis operasional dibidang pekerjaan umum.

  b.

  Pelaksanaan kebijaksanaan operasional, pemberian bimbingan dan pembinaan dibidang pekerjaan umum.

  c.

  Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

  d.

  Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas Pekerjaan Umum.

  • Susunan Organisasi Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari : a.

  Kepala Dinas b.

  Sekretariat, membawahi ; 1.

  Sub Bagian Umum 2. Sub Bagian Keuangan 3. Sub Bagian Kepegawaian c. Bidang Bina Marga, membawahi ; 1.

  Seksi Pengelolaan Jalan 2. Seksi Pengelolaan Jembatan 3. Seksi Pengelolaan Peralatan d. Bidang Pengairan, membawahi ; 1.

  Seksi Sarana Teknis Pengairan 2. Seksi Sarana Teknis Irigasi 3. Seksi Tata Guna Air dan Irigasi e. Bidang Cipta Karya, membawahi ; 1.

  Seksi Penataan Permukiman 2. Seksi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 3.

  Seksi Jasa Kontruksi f. Bidang Perumahan Formal dan Swadaya, membawahi ; 1.

  Seksi Pembangunan Perumahan Baru 2. Seksi Pemanfaatan Perumahan 3. Seksi Perbaikan dan Pemeliharaan Perumahan g. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perumahan, membawahi ; 1.

  Seksi Pemberdayaan Hukum dan Pertanahan 2. Seksi Pemberdayaan Teknologi dan Industri 3. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Perumahan h. Bidang Penataan Ruang Wilayah. membawahi ; 1.

  Seksi Bidang Perencanaan Tata Ruang 2. Seksi Pemanfaatan Ruang 3. Seksi Pengendalian Pemanfaatan Ruang i. Kelompok Jabatan Fungsional

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  Aspek Kelembagaan Pembangunan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dijelaskan berikut ini.

  

KEPALA DINAS

KELOMPOK JAFUNG SEKRETARIAT SUB BAG SUB BAG SUB BAG UMUM KEUANGAN KEPEGAWAIAN

BIDANG BIDANG PENGAIRAN BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG

PENATAAN RUANG BINA MARGA

  CIPTA KARYA PERUMAHAN FORMAL PEMBERDAYAAN DAN SWADAYA MASYARAKAT PERUMAHAN WILAYAH Seksi Seksi Seksi

  Seksi Seksi Seksi

Sarana Teknis Pengairan Penataan Permukiman Pembangunan Perumahan Pemberdayaan Hukum dan

Pengelolaan Jalan

  Perencanaan Tata Ruang Baru Pertanahan Seksi Seksi Seksi Seksi

  Seksi Seksi Pemanfaatan Perumahan Pemberdayaan Teknologi dan Pemanfaatan Ruang Pengelolaan Jembatan Penataan Bangunan Gedung

  Sarana Teknis Irigasi Industri dan Lingkungan

  Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi

  Bappeda Kab. Kutai Pengendalian Pemanfaatan Perbaikan dan Pemeliharaan Pemberdayaan Masyarakat

  Pengelolaan Peralatan Tata Guna Air dan Irigasi Kartanegara

  Ruang Perumahan Perumahan

  Gambar 10-3 Susunan Organisasi Dinas PU Kabupaten Kutai Kartanegara LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  260

  Bab

  10 Aspek Kelembagaan Pembangunan

10.2.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintahan

  Untuk saat ini karena kurangnya sosialisasi kegiatan RPIJM di daerah Kab. Kutai Kartanegara, maka masih banyak pihak yang tidak mengetahui atau kurang mengerti akan fungsi dan tujuan kegiatan RPIJM. Hal ini juga membuat pihak kelembagaan non pemerintahan yang terkait RPIJM kurang mengetahui kegiatan tersebut. Selain kurangnya sosialisasi sebagai aspek kendala kegiatan RPIJM, kurangnya data pendukung juga membuat sub bahasan ini tidak teruraikan dengan jelas.

10.2.3 Masalah, Analisis dan Usulan Program

10.2.3.1 Masalah yang Dihadapi

  Berbagai masalah yang dihadapi, yaitu : 1.

  Kurangnya koordinasi antar instansi sehingga menyulitkan untuk membuat satu kesepakatan bersama.

  2. Kurangnya sosialisasi kegiatan RPIJM membuat instansi yang seharusnya bertanggung jawab tidak mengetahui tupoksinya.

  3. Sumber daya manusia yang masih rendah.

  4. Prasarana Fisik instansi meliputi banyaknya yang rusak, kurangnya kualitas dan kuantitas prasarana kantor.

10.2.3.2 Analisis Permasalahan

  Kemitraan pada hakikatnya merupakan wujud yang ideal dalam peran serta masyarakat dalam pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antarpelaku yang bertumpu pada ikatan usaha yang saling menunjang dan saling menguntungkan, serta saling menghidupi berdasarkan asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku usaha memiliki potensi, kemampuan dan keistimewaan sendiri, walaupun berbeda ukuran, jenis, sifat, dan tempat usahanya. Setiap pelaku usaha juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dengan kelebihan dan kekurangan itu timbul kebutuhan kerjasama dan kemitraan. Dengan demikian, kelebihan-kelebihan akan dilipatgandakan dengan memaksimalkan manfaat yang mungkin diperoleh. Sedangkan kekurangan-kekurangan dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan kerjasama yang saling menutupinya.

  Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya. Kemitraan yang setara memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung jawab serta peranan dari masing-masing pelaku.

  Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan suasana yang mendorong tumbuhnya kemitraan dan mengembangkan pola-pola yang praktis dan menarik,serta menjamin keuntungan bagi semua pihak. Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab,

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim yang merangsang bagi usaha kemitraan, antara lain dengan: a) Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin baik pada tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy indicators).

  b) Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha dan masyarakat. Untuk itu perlu kesepakatan di antara berbagai pelaku pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog.

  c) Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. Transparansi erat kaitannya dengan tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal mekanisme kemitraan yang transparan harus dikembangkan dan dimantapkan.

  d) Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup kepentingan-kepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan pembangunan.

  e) Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.

  f) Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan terutama bagi swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha. Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang sifatnya memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang semula merupakan tugas pemerintah. Atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin pemanfaatan aset milik pemerintah (konsesi)kepada pihak swasta dan masyarakat untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum. Kedua, kerjasama kemitraan antara masyarakat, swasta dan pemerintah melalui pengembangan formula pembagian modal kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Dalam rangka ini dikembangkan pola -pola kerjasama kemitraan yang mencakup pembagian keuntungan dan sekaligus juga risikonya. Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya mempertimbangkan aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap spekulatif, tetapi sudah harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran investasi yang berwawasan jangka panjang. Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh makin meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan perkotaan yang makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan masyarakat saat ini sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia. Di kabupaten/kota, kegiatan yang digerakkan oleh swasta dan masyarakat mencapai sekitar 60- 70 persen. Saat ini pihak swasta telah melaksanakan kegiatan pembangunan dalam berbagai sektor, dalam skala mikro maupun makro serta secara mandiri maupun bermitra dengan

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  pemerintah. Peran swasta itu dapat diperkirakan akan terus meningkat. Selama ini kemitraan telah berkembang dalam prasarana ekonomi yang kelayakannya tinggi, seperti jalan tol, listrik, telepon. Namun, khusus di kota-kota megapolitan, metropolitan, dan kota-kota besar lainnya, peluang kemitraan dalam penyediaan air bersih, prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, persampahan, jalan kota, rumah sakit, sekolah-sekolah unggulan, dan prasarana serta sarana sosial lainnya terbuka cukup lebar.

  Berdasarkan cara pandang kota sebagai pusat pelayanan ekonomi wilayah/kawasan, maka hendaknya kota tidak hanya dilihat sebagai unit yang berdiri sendiri secara individual, tetapi dipandang sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem. Berkaitan dengan peningkatan peran swasta dalam berbagai bentuk pembangunan skala besar seperti pembangunan perumahan, kota baru, kota satelit dan lain -lain, maka kegiatannya perlu dilaksanakan dalam suatu kerangka sistem perkotaan yang lebih luas, di samping pembangunan sistem internal kotanya sendiri. Dengan demikian, dapat terwujud keterpaduan dan sinkronisasi system prasarana kota dan antara kota yang berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun yang dibangun oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam kota intinya dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.

  Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak swasta. Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro, tetapi sudah sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti pengembangan permukiman skala besar atau kota baru, penyediaan sistem telekomunikasi melalui satelit, pembangunan pusat-pusat tenaga listrik, dan sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai partisipasi swasta dalam pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka sinkronisasi investasi pembangunan menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal antara berbagai pelaku pembangunan. Kegiatan yang saling tumpang tindih harus dapat dihilangkan. Di sisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi ‘gap’ atau kekosongan dari suatu kegiatan pembangunan.

  Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang seluas- luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan. Kemitraan juga dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan kesempatan, karena efisiensi tidak mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu. Kemitraan merupakan jawaban terhadap monopoli yang dalam sistem ekonomi pasar dan liberal menjadi penyakit yang senantiasa menjadi masalah bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong tidak saja antara peme rintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi, serta antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah usaha yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar, dalam membangun ekonomi yang berda sarkan demokrasi.

  Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan masih diketemukan beberapa hal diantaranya : lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien,

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

  Sasaran pembangunan dan pengelolaan bidang keciptakaryaan pada tahun 2008 berorientasi pada tersedianya pelayanan kepada publik bidang keciptakaryaan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Selanjutnya dengan terpenuhinya pelayanan minimal kepada publik akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang menggunakan infrastruktur keciptakaryaan sebagai salah satu sarana pendukung faktor produksinya. Sasaran kedua adalah meningkatnya partisipasi swasta yang antara lain dalam bentuk investasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur di kabupaten/kota.

10.2.3.3 Usulan Program Usulan program peningkatan kelembagaan yang dapat diusulkan antara lain.

  Badan Layanan Umum untuk pengelolaan sampah

   Kerjasama pemerintah dan swasta untuk penyediaan air bersih

   Kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk melawan limbah

   Partisipasi masyarakat untuk penataan lingkungan

   Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat

   Perkuatan institusi untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur Cipta  Karya

10.2.4 Kedudukan, Fungsi dan Tugas Instansi dalam Pelaksanaan RPIJM Beberapa instansi yang terkait dengan RPIJM memiliki kedudukan dan tugas masing-masing.

  Berikut gambaran secara umum kedudukan instansi terkait ;

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan Kedudukan : Sebagai badan perencana pembangunan Bappeda Kab. Kutai

  Kartanegara Fungsi dan Tugas: Penyusunan Dokumen Perencanaan pembangunan Kedudukan : Sebagai instansi pelaksana teknis perencanaan dan pengelola

  Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kutai Kartanegara Fungsi dan Tugas: Merumuskan dan Melaksanakan pembangunan di bidang pekerjaan umum (Penataan Bangunan dan Lingkungan, Koordinasi dengan perumahan permukiman, drainase, air beberapa instansi lainnya limbah dan air minum)

  Kedudukan : Instansi yang bertanggung jawab atas pengelolaan kebersihan,pertamanan dan

  Kantor Kebersihan dan pemakaman di wilayah Kabupaten Kutai Pertamanan Kab. Kutai Kartanegara Kartanegara

  Fungsi dan Tugas: merencanakan dan melaksanakan usaha kebersihan, pertamanan dan pemakaman

  

Gambar 10-4

Skema Kedudukan, Fungsi dan Tugas Instansi RPIJM Kutai Kartanegara

(Sumber : Hasil Analisis, 2009)

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

10.2.5 Diagram Hubungan Antar Instansi

  Dalam penyusunan dan pelaksanaan pembangunan RPIJM perlu koordinasi dari seluruh instansi terkait. Berikut ini akan dijelakan skema hubungan antar instansi RPIJM ;

  Bappeda Kab. Kutai Kartanegara Kantor Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum

  Kab. Kutai Kartanegara Pertamanan Kab. Kutai Kartanegara Koordinasi dengan instansi lainnya

  Bidang Air Minum Bidang Air Limbah Bapedalda Kab. Kutai Instansi terkait PDAM TIRTA

  Kartanegara Wadah lainnya Pewadahan MAHAKAM Pewadahan komunal Gambar 10-5 Skema Hubungan Antar Instansi RPIJM Kutai Kartanegara

   (Sumber : Hasil Analisis, 2009)

10.3 Format Umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaaan

  Tujuan Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah antara lain agar terbangun hubungan kerja antar lembaga di lingkungan Pemda baik lembaga eksekutif maupun legislatif dan hubungan kerja lembaga pemerintah dengan lembaga masyarakat. Selain itu, adanya upaya pemberdayaan kelembagaaan. Pemberdayaan kelembagaan diarahkan kepada terbentuknya struktur dan kewenangan organisasi yang bersifat luwes dan fleksibel, akordion, kejelasan dalam pembaganan dan pembagian tugas, ramping, serta memperbanyak tenaga- tenaga ahli fungsional. Beberapa rencana dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan yaitu : 1.

  Adanya hubungan Kerjasama dan pembagian wewenang dalam pengambilan keputusan.

  2. Saling memberi informasi dan mengadakan konsultasi antar intstansi.

  3. Pemberdayaan yang mencakup wewenang atas pengambilan keputusan dan atas pemanfaatan sumberdaya.

  4. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang ada di masing-masing instansi. Sedangkan pemberdayaan kelembagaan dapat dilakukan melalui;

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  • Pemberdayaan merupakan suatu upaya menempatkan manusia sebagai subyek dari dunianya sendiri, melalui pemberian atau pengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada individu atau kelompok agar menjadi lebih berdaya. Ini berarti bahwa untuk mencapai pemberdayaan kelembagaan dalam suatu organisasi, perlu dilakukan dengan strategi pendelegasian wewenang. Sistem organisasi yang terlalu terpusat (sentralistis), rantai hierarkhi komando serta berorientasi kepada peraturan, diperkirakan tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dilayaninya. Untuk itu, diperlukan adanya transformasi dalam organisasi yang menekankan pada desentralisasi wewenang, mempersingkat hierarkhi, memfokuskan pada kualitas, dan berorientasi pada masyarakat. Delegasi sendiri dapat diartikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggungjawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan. Karena itu, delegasi wewenang menyangkut empat kegiatan sebagai berikut : 1) pemberi delegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan ; 2) pemberi delegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau tugas ;

  Pemberdayaan Kelembagaan Melalui Pendelegasian Wewenang

  3) penerimaan delegasi

  • – baik implisit atau eksplisit –menimbulkan kewajiban atau tanggungjawab ; 4) pemberi delegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai. Dengan demikian pendelegasian wewenang adalah alat manajemen paling efektif dalam upaya mencapai sasaran organisasi melalui orang lain. Dalam hal ini, prinsip utama yang mendasari pendelegasian wewenang dari pimpinan organisasi kepada bawahan adalah desentralisasi pengambilan keputusan dalam organisasi. Dan dengan adanya desentralisasi pengambilan keputusan dalam organisasi ini, diharapkan dapat dicapai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

  1. Pendelegasian memungkinkan bawahan dapat mencapai kinerja yang lebih baik dibandingkan jika mereka menangani sendiri setiap tugasnya. Artinya, dengan pendelegasian wewenang, bawahan dapat memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting. Dan dalam kerangka organisasional, delegasi wewenang dari atasan ke bawahan merupakan proses yang diperlukan agar organisasi/lembaga dapat berfungsi lebih efektif dan efisien.

  2. Disisi lain, pendelegasian memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat digunakan sebagai alat untuk belajar dari kesalahan. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pendelegasian wewenang yang efektif ini, Stoner (dalam Sardjudin, 1995 : 100) mengemukakan tiga prinsip klasik yang harus ditaati, yaitu :

  1. Prinsip Skalar, dimana dalam proses pendelegasian harus ada garis wewenang yang jelas mengalir setingkat demi setingkat dari tingkatan organisasi paling atas ke tingkatan paling bawah.

  2. Prinsip Kesatuan Perintah, yaitu bahwa setiap bawahan dalam pelaksanaan tugas seharusnya melaporkan kepada atasan. Pelaporan kepada lebih dari satu atasan membuat individu mengalami kesulitan untuk mengetahui kepada siapa pertanggungjawaban dapat diberikan dan instruksi mana yang harus ditaati.

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  3. Tanggung jawab,wewenang dan akuntabilitas. Prinsip ini menyatakan bahwa :

  a. Agar organisasi/lembaga dapat menggunakan seluruh sumber dayanya dengan lebih efisien, tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu diberikan ke tingkatan organisasi yang paling bawah dimana ada cukup kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya.

  b. Konsekuensi wajar peranan tersebut adalah bahwa setiap individu dalam organisasi untuk dapat melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya dengan efektif, diperlukan wewenang secukupnya.

  c. Bagian penting dari delegasi tanggungajwab dan wewenang adalah akuntabilitas penerimaan tanggungjawab dan wewenang, yang berarti bahwa individu juga setuju untuk menerima tuntutan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat diketahui bahwa desentralisasi melalui kebijakan pendelegasian wewenang sangat penting peranannya dalam menciptakan efisiensi, produktivitas dan pemberdayaan organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sady (1967), desentralisasi dalam manajemen pembangunan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan tentang masalah-masalah kecil pada tingkat lokal dan memberikan peluang untuk koordinasi pelaksanaan pada tingkat lokal.

  2. Meningkatkan pengertian rakyat serta dukungan mereka dalam kegiatan usaha pembangunan sosial ekonomi, dan pada tingkat lokal dapat merasakan keuntungan dari kontribusi kegiatan tersebut..

  3. Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat lokal sehingga dapat lebih realistis.

  4. Melatih rakyat untuk dapat mengatur urusannya sendiri, serta merupakan pembinaan kesatuan nasional.

  • Produktivitas Organisasi

  Pemberdayaan Kelembagaan Dalam Rangka Menciptakan Daya Saing dan

  Uraian diatas sedikit banyak telah mampu menjelaskan bahwa pelimpahan wewenang atau pemberian otonomi kepada unit-unit kerja tertentu, unit pelaksana teknis atau lembaga hierarkhi yang lebih rendah, dapat diartikan juga adanya pemberian kepercayaan kepada lembaga yang bersangkutan, sehingga diharapkan akan menumbuhkan semangat dan tanggungjawab untuk meningkatkan produktivitas dan profesionalismenya. Dan peningkatan produktivitas dan profesionalisme suatu organisasi dapat dianggap pula sebagai suatu kondisi tercapainya pemberdayaan kelembagaan bagi organisasi yang bersangkutan. Dalam konteks “reinventing government”, maka pemberdayaan kelembagaan (khususnya pada sektor publik) dapat dikatakan berhasil jika memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

  1. Organisasi pemerintah lebih beorientasi pada pemberian wewenang kepada masyarakat dari pada sekedar melayani. Sebab, dengan pemberian wewenang kepada masyarakat

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018

  Aspek Kelembagaan Pembangunan

  sangat membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, seperti berkurangnya kendala kontrol terhadap masyarakat.

  2. Organisasi pemerintah memiliki daya kompetisi (competitiveness) yang cukup kuat. Dengan adanya semangat kompetisi ini organisasi sektor public dipacu untuk selalu cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan dalam masyarakat, berusaha untuk memuaskan pelanggannya, serta menekan biaya operasionalnya.

  3. Organisasi pemerintah lebih menekankan partisipasi dan tim kerja daripada hierarkhi. Ini merupakan tuntutan yang diperlukan bagi organisasi sektor publik karena memiliki berbagai keuntungan seperti fleksibel dan adaptif, inovatif dan efektif, menghasilkan semangat kerja yang tinggi, sehingga lebih banyak menghasilkan produktivitas.

  4. Organisasi pemerintah lebih berorientasi kepada pelanggan / masyarakat. Sehubungan dengan hal ini, saat ini sedang dipikirkan bagaimana membentuk suatu organisasi baru birokrasi yang lebih mengandalkan kepada tenaga-tenaga terampil dan ahli dalam fungsinya masing-masing (jabatan fungsional). Disamping itu juga sedang dirancang suatu struktur yang lebih pipih (flat organization) dengan harapan akan dapat memberikan dampak kepada kelincahan organisasi tersebut dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Dengan mengarahkan kelembagaan sektor publik kedalam sifat-sifat demikian, maka dapat diharapkan bahwa dalam menghadapi era perdagangan dan investasi bebas, kelembagaan aparatur negara Indonesia telah set up untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang ditimbulkan oleh proses globalisasi tersebut.

  Salah satu contoh instansi, Bappeda Kab. Kutai Kartanegara. Dalam upayanya meningkatkan kapasitas kelembagaan , yaitu tidak lepas dari fungsinya sebagai institusi perencana pembangunan, Bappeda harus berperan sebagai pelaksana fungsi manajemen dalam bidang perencanaan. Institusi perencanaan pembangunan harus mampu mengkoordinasikan proses perencanaan pembangunan daerah secara intensif dan menyeluruh serta melakukan kajian/analisis dalam rangka pengendalian perencanaan yang telah dirumuskan. Dan yang paling penting adalah terjalinnya komunikasi dan koordinasi perencanaan pembangunan seluruh stakeholders

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018