Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

8.1.3. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan per mukiman ter dir i dar i pengembangan per mukiman kaw asan per kotaan dan kaw asan per desaan. Pengembangan per mukiman kaw asan per kotaan ter dir i dar i:

  1. Pengembangan kaw asan per mukiman bar u dalam bentuk pembangunan Rusunaw a ser ta 2. Peningkatan kualitas per mukiman kumuh dan RSH.

  Sedangkan untuk pengembangan kaw asan perdesaan ter diri dar i:

  1. Pengembangan kaw asan per mukiman per desaan untuk kaw asan potensial (Agr opolitan dan Minapolitan), r aw an bencana, ser ta per batasan dan pulau kecil,

  2. Pengembangan kaw asan pusat per tumbuhan dengan pr ogr am PISEW (RISE), 3. Desa ter tinggal dengan pr ogr am PPIP dan RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik di atas pr ogr am/ kegiatan pengembangan per mukiman dapat ber upa kegiatan non-fisik seper ti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun r eview bilamana diper lukan.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

   Infr astr uktur kaw asan per mukiman kumuh

   Infr astr uktur per mukiman RSH  Rusunaw a beser ta infr astr uktur pendukungnya

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

   Infr astr uktur kaw asan per mukiman per desaan potensial (Agr opolitan/ Minapolitan)

   Infr astr uktur kaw asan per mukiman r aw an bencana  Infr astr uktur kaw asan per mukiman per batasan dan pulau kecil

   Infr astr uktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)

   Infr astr uktur per desaan PPIP  Infr astr uktur per desaan RIS PNPM

  Adapun alur fungsi dan pr ogr am pengembangan per mukiman ter gambar dalam gambar 8.8.

  Sumber : Dit . Pengembangan Per mukiman 2012

Gambar 8.8 Alur Program Pengembangan Permukiman

  Kriteria Kesiapan ( Readiness Cr iter ia)

   Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA

   Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW

   Kabupaten r eguler / sebelumnya dengan kiner ja baik

   Usulan bupati, ter utama kabupaten ter tinggal yang belum ditangani pr ogr am Cipta Kar ya lainnya

   Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

   Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dar i BLM. PPIP

   Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.

  RIS PNPM  Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesr a.

   Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

 Ada calon penghuni

  2. Khusus Rusunaw a

  Dalam pengembangan per mukiman ter dapat kr iter ia yang menentukan, yang ter dir i dar i kr iter ia umum dan khusus, sebagai ber ikut.

   Ada lembaga pengelola pasca konstr uksi.

   Ter sedia Dana Daer ah untuk Ur usan Ber sama (DDUB) dan dana daer ah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa ber fungsi.  Ada unit pelaksana kegiatan.

  Agr opolitan & Minapolitan, dan KSK)

   Ter sedia Dokumen Per encanaan Ber basis Kaw asan (SPPIP, RPKPP, Master plan Kw s.

   Sudah ter sedia DED.

   Indikator kiner ja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstr a.  Kesiapan lahan (sudah ter sedia).

   Ada r encana kegiatan r inci yang diur aikan secar a jelas.

  1. Umum

   Ber basis pengembangan wilayah

   Pembangunan infr astr uktur dasar per desaan yang mendukung (i) tr anspor tasi, (ii)

  pr oduksi per tanian, (iii) pemasar an per tanian, (iv) air ber sih dan sanitasi, (v) pendidikan, ser ta (vi) kesehatan

   Mendukung komoditas unggulan kaw asan

  Selain kr iter ia kesiapan seper ti di atas ter dapat beber apa kr iter ia yang har us diper hatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan per mukiman seper ti untuk penanganan kaw asan kumuh di per kotaan. Mengacu pada UU No. 1/ 2011 tentang Per umahan dan Kaw asan Per mukiman, per mukiman kumuh memiliki cir i (1) ketidakter atur an dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan pr asar ana, sar ana, dan utilitas umum, (3) penur unan kualitas r umah, per umahan, dan per mukiman, ser ta pr asar ana, sar ana dan utilitas umum, ser ta (4) pembangunan r umah, per umahan, dan per mukiman yang tidak sesuai dengan r encana tata r uang w ilayah. Lebih lanjut kr iter ia ter sebut ditur unkan ke dalam kr iter ia yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Kar ya meliputi sebagai ber ikut:

  1. Vitalitas Non Ekonomi

  a. Kesesuaian pemanfaatan r uang kaw asan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang per lu sebagai legalitas kaw asan dalam r uang kota.

  b. Fisik bangunan per umahan per mukiman dalam kaw asan kumuh memiliki indikasi ter hadap penanganan kaw asan per mukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian ber dasar kan intensitas bangunan yang ter dapat didalamnya.

  c. Kondisi Kependudukan dalam kaw asan per mukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi ter hadap penanganan kaw asan per mukiman kumuh ber dasar kan ker apatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kaw asan

  a. Tingkat kepentingan kaw asan dalam letak kedudukannya pada w ilayah kota, apakah apakah kaw asan itu str ategis atau kur ang str ategis.

  b. Fungsi kaw asan dalam per untukan r uang kota, dimana keter kaitan dengan faktor ekonomi member ikan keter tar ikan pada investor untuk dapat menangani kaw asan kumuh yang ada. Kaw asan yang ter masuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan per dagangan seper ti pasar , ter minal/ stasiun, per tokoan, atau fungsi lainnya.

  c. Jar ak jangkau kaw asan ter hadap tempat mata pencahar ian penduduk kaw asan per mukiman kumuh.

  3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kaw asan per umahan per mukiman. b. Status ser tifikat tanah yang ada.

  4. Keadaan Pr asar ana dan Sar ana

  a. Kondisi Jalan

  b. Dr ainase

  c. Air ber sih

  d. Air limbah

  5. Komitmen Pemer intah Kabupaten/ Kota

  a. Keinginan pemer intah untuk penyelenggar aan penanganan kaw asan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

  b. Keter sediaan per angkat dalam penanganan, seper ti halnya r encana penanganan (

  gr and scenar io ) kaw asan, r encana induk ( mast er plan ) kaw asan dan lainnya.

8.1.4. Usulan Program dan Kegiatan

  A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antar a kondisi eksisting dengan kebutuhan maka per lu disusun usulan pr ogr am dan kegiatan. Namun usulan pr ogr am dan kegiatan ter batasi oleh w aktu dan kemampuan pendanaan pemer intah Kabupaten Situbondo. Sehingga untuk jangka w aktu per encanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kr iter ia untuk menentukan pr ior itasi dar i tahun per tama hingga kelima.

  Setelah memper hatikan kr iter ia kesiapan maka dapat dir umuskan usulan pr ogr am dan kegiatan pengembangan per mukiman Kabupaten Situbondo yang disusun ber dasar kan pr ior itasnya seper ti tabel ber ikut.

Tabel 8.1 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Per mukiman Kabupaten Situbondo

  Biaya No. Kegiatan Volume Satuan ( Rp) Lokasi x 1.000

  1. Pendampingan Penyusunan Rencana Kaw asan

  1 Lapor an 800.000 Kab. Situbondo Per mukiman

  B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

  Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabar kan usulan pembiayaan baik dar i APBD Kabupaten/ Kota, APBD Pr ovinsi, APBN, maupun dar i masyar akat dan sw asta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemer intah Kabupaten Situbondo.

Tabel 8.2 Usulan Pembiayaan Proyek

  APBD APBD Swasta CSR Total APBN Masyarakat Prov. Kab/ Kota ( Rp x ( Rp x ( Rp x No. Kegiatan ( Rp x ( Rp x ( Rp x ( Rp x 1.000) 1.000) 1.000) 1.000) 1.000) 1.000) 1.000) 1.

  Pendampingan Penyusunan

  • 800.000

  800.000

  Rencana Kaw asan Per mukiman

  Usulan pr ior itas kegiatan dan pembiayaan secar a lebih r inci dapat dituangkan ke dalam tabel ber ikut.

  Tabel 8.3

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Situbondo

  Tahun Sumber Pembiayaan ( Rp) x 1.000 APBN No. Kegiatan/ Output/ Sub Output/ Paket Detail Lokasi Volume Satuan APBD APBD Perusahaan Swasta/ Rupiah DAK CSR

  1

  2

  3

  4

  5 PHLN Provinsi Kab/ Kota Daerah Masyarakat Murni PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  1. PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1.a. PENYUSUNAN NORMA, STANDAR, PEDOMAN, DAN KRITERIA ( NSPK)

  2. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 2.a PENDAMPINGAN PENYUSUNAN PRODUK PENGATURAN TENTANG KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH 2.b. FASILITASI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 2.c. PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN

  Pendampingan Penyusunan Rencana Kab. Situbondo

  1 Dokumen 800,000 2016 2017

  Kaw asan Per mukiman

  2.d. PENGAWASAN DAN EVALUASI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  3. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN 3.a. PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

  Penataan/ Peningkatan Infr astr uktur Kab. Situbondo

  1 Kaw asan 3,600,000 201 2017

  6 Per mukiman Kaw asan Kumuh 3.b. PERMUKIMAN KEMBALI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

  4. RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA 4.a. RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA ( SUB OUTPUT)

  5. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN 5.a. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL 5.b. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN BERBASIS KOMUNITAS/ MASYARAKAT 6.

  INFRASTRUKTUR PENDUKUNG KEGIATAN EKONOMI DAN SOSIAL ( RISE) 6.a. INFRASTRUKTUR PENDUKUNG KEGIATAN EKONOMI DAN SOSIAL ( RISE) ( sub output)

  Tahun Sumber Pembiayaan ( Rp) x 1.000 APBN No. Kegiatan/ Output/ Sub Output/ Paket Detail Lokasi Volume Satuan APBD APBD Perusahaan Swasta/ Rupiah DAK CSR

  1

  2

  3

  4

  5 PHLN Provinsi Kab/ Kota Daerah Masyarakat Murni 7.

  INFRASTRUKTUR PERDESAAN ( PPIP) 7.a. INFRASTRUKTUR PERDESAAN ( PPIP) ( sub output)

  8. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KHUSUS 8.a. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA 8.b. PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERBATASAN/ PULAU TERLUAR/ TERPENCIL

  9. KESWADAYAAN MASYARAKAT 9.a. KESWADAYAAN MASYARAKAT ( sub output) TOTAL

8.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah ser angkaian kegiatan yang diper lukan sebagai bagian dar i upaya pengendalian pemanfaatan r uang, ter utama untuk mew ujudkan lingkungan binaan, baik di per kotaan maupun di per desaan, khususnya w ujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan per atur an antar a lain:

  1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Per umahan dan Kaw asan Per mukiman member ikan amanat bahw a penyelenggar aan penyelenggar aan per umahan dan kaw asan per mukiman adalah kegiatan per encanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, ter masuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, ser ta per an masyar akat yang ter koor dinasi dan ter padu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah diper siapkan har us sesuai dengan per syar atan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang ter cantum pada r encana r inci tata r uang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 member ikan amanat bangunan gedung har us diselenggar akan secar a ter tib hukum dan diw ujudkan sesuai dengan fungsinya, ser ta dipenuhinya per syar atan administr atif dan teknis bangunan gedung. Per syar atan administr atif yang har us dipenuhi adalah:

  a. Status hak atas tanah, dan/ atau izin pemanfaatan dar i pemegang hak atas tanah;

  b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendir ikan bangunan gedung. Per syar atan teknis bangunan gedung melingkupi per syar atan tata bangunan dan per syar atan keandalan bangunan. Per syar atan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup per untukan dan intensitas bangunan gedung, ar sitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, per syar atan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahw a dalam penyelenggar aan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestar ian dan pembongkar an, juga diper lukan per an masyar akat dan pembinaan oleh pemer intah.

  

3. PP 36/ 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

  Secar a lebih r inci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang per atur an pelaksana dar i UU No. 28/ 2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, per syar atan bangunan gedung, penyelenggar aan bangunan gedung, per an masyar akat, dan pembinaan dalam penyelenggar aan bangunan gedung. Dalam per atur an ini ditekankan pentingnya bagi pemer intah daer ah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan r ancang bangun ser ta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

  

4. Permen PU No. 06/ PRT/ M/ 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Per men PU No. 06/ PRT/ M/ 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam per atur an ter sebut, dijelaskan bahw a RTBL disusun pada skala kaw asan baik di per kotaan maupun per desaan yang meliputi kaw asan bar u ber kembang cepat, kaw asan ter bangun, kaw asan dilestar ikan, kaw asan r aw an bencana, ser ta kaw asan gabungan dar i jenis-jenis kaw asan ter sebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui per atur an w alikota/ bupati.

  

5. Permen PU No.14 / PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Per men PU No: 14 / PRT/ M/ 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Peker jaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Peker jaan Umum dan Penataan Ruang yang mer upakan ur usan w ajib daer ah yang ber hak diper oleh setiap w ar ga secar a minimal. Pada Per men ter sebut dilampir kan indikator pencapaian SPM pada setiap Dir ektor at Jender al di lingkungan Kementer ian PU beser ta sektor -sektor nya.

  Lingkup Tugas dan Fungsi Dir ektorat PBL ( Permen PU No. 8 tahun 2010)

  Sebagaimana dinyatakan pada Per men PU No.8 tahun 2010 tentang Or ganisasi dan Tata Ker ja Kementer ian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahw a Dir ektor at Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Dir ektor at Jender al Cipta Kar ya di bidang per umusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan pr oduk pengatur an, pembinaan dan pengaw asan ser ta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan ter masuk pembinaan pengelolaan gedung dan r umah negar a.

  Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahw a Dir ektor at Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggar akan fungsi:

  a. Penyusunan kebijakan teknis dan str ategi penyelenggar aan penataan bangunan dan lingkungan ter masuk gedung dan r umah negar a; b. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik, fasilitasi ser ta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan r umah negar a ter masuk fasilitasi bangunan gedung istana kepr esidenan; c. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi penyelenggar aan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan kesw adayaan masyar akat dalam penataan lingkungan; d. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi r evitalisasi kaw asan dan bangunan ber sejar ah/ tr adisional, r uang ter buka hijau, ser ta penanggulangan bencana alam dan ker usuhan sosial;

  e. Penyusunan nor ma, standar , pr osedur dan kriter ia, ser ta pembinaan kelembagaan penyelenggar aan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Dir ektor at.

  Lingkup tugas dan fungsi ter sebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan per mukiman, kegiatan penyelenggar aan bangunan gedung dan r umah negar a dan kegiatan pember dayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seper ti ditunjukkan pada gambar 8.9.

Gambar 8.9 Lingkup Tugas PBL Lingkup kegiatan untuk dapat mew ujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga ter jadi peningkatan kualitas per mukiman dan lingkungan meliputi: a. Kegiatan penataan lingkungan per mukiman

   Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

   Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Ter buka Hijau ( RTH);

   Pembangunan Pr asar ana dan Sar ana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;

   Pembangunan pr asar ana dan sar ana penataan lingkungan pemukiman tr adisional.

  b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

  

 Diseminasi per atur an dan per undangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pengembangan sistem infor masi bangunan gedung dan ar sitektur ;  Pelatihan teknis.

  c. Kegiatan pember dayaan masyar akat di per kotaan

   Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di per kotaan;  Paket dan Replikasi.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

A. Isu Strategis

  Untuk dapat mer umuskan isu str ategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dar i Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengar uhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Pr ogr am PNPM Mandir i, yaitu Pr ogr am Nasional Pember dayaan Masyar akat Mandiri, sebagai w ujud ker angka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan pr ogr am-pr ogr am penanggulangan kemiskinan ber basis pember dayaan masyar akat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Peker jaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan ter layaninya masyar akat dalam pengur usan IMB di kabupaten/ kota dan ter sedianya pedoman Har ga Standar Bangunan Gedung Negar a (HSBGN) di kabupaten/ kota.

  Agenda inter nasional yang ter kait diantar anya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestar ian lingkungan hidup. Tar get MDGs yang ter kait bidang Cipta Kar ya adalah tar get 7C, yaitu menur unkan hingga separ uhnya pr opor si penduduk tanpa akses ter hadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, ser ta tar get 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di per mukiman kumuh pada tahun 2020.

  Agenda inter nasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global War ming). Pemanasan global yang disebabkan ber tambahnya kar bondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi ener gi yang ber lebihan mengakibatkan naiknya suhu per mukaan global hingga 6.4 °C antar a tahun 1990 dan 2100, ser ta meningkatnnya tinggi muka laut di selur uh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini member ikan dampak bagi kaw asan-kaw asan yang ber ada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seper ti banjir , kebakar an ser t a dampak sosial lainnya.

  Agenda Habitat juga mer upakan salah satu Agenda Inter nasional yang juga mempengar uhi isu str ategis sektor PBL. Konfer ensi Habitat I yang telah diselenggar akan di Vancouver , Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar ter bentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengur usi per masalahan per umahan dan per mukiman ser ta pembangunan per kotaan. Konfer ensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Tur ki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Ur banizing Wor ld", sebagai ker angka dalam penyediaan per umahan dan per mukiman yang layak bagi masyar akat.

  Dar i agenda-agenda ter sebut maka isu str ategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dir umuskan adalah sebagai ber ikut:

  1. Penataan Lingkungan Per mukiman

  a. Pengendalian pemanfaatan r uang melalui RTBL;

  b. PBL mengatasi tingginya fr ekuensi kejadian kebakar an di per kotaan;

  c. Pemenuhan kebutuhan r uang ter buka publik dan r uang ter buka hijau (RTH) di per kotaan; d. Revitalisasi dan pelestar ian lingkungan per mukiman tr adisional dan bangunan ber sejar ah ber potensi w isata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam r angka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

  f. Pelibatan pemer intah daer ah dan sw asta ser ta masyar akat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  2. Penyelenggar aan Bangunan Gedung dan Rumah Negar a

  a. Ter tib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); b. Pengendalian penyelenggar aan bangunan gedung dengan per da bangunan gedung di kab/ kota; c. Tantangan untuk mew ujudkan bangunan gedung yang fungsional, ter tib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ ber kelanjutan; d. Ter tib dalam penyelenggar aan dan pengelolaan aset gedung dan r umah negar a; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan r umah Negar a.

  3. Pember dayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  a. Jumlah masyar akat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta or ang atau sekitar 11,96% dar i total penduduk Indonesia;

  b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen aw al ter masuk shar ing in-cash sesuai MoU PAKET;

  c. Keber lanjutan dan siner gi pr ogr am ber sama pemer intah daer ah dalam penanggulangan kemiskinan.

  Isu str ategis PBL ini ter kait dengan dokumen-dokumen seper ti RTR, skenar io pembangunan daer ah, RTBL yang disusun ber dasar skala pr ior itas dan manfaat dar i r encana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tr adisional/ ber sejar ah dan d) penanggulangan kebakar an, bagi pencapaian ter w ujudnya pembangunan lingkungan per mukiman yang layak huni, ber jati dir i, pr oduktif dan ber kelanjutan.

  B. Kondisi Eksisting

  Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan pr ogr am dir ektor at PBL adalah dengan jumlah kelur ahan/ desa yang telah mendapatkan fasilitasi ber upa peningkatan kualitas infr astr uktur per mukiman per desaan/ kumuh/ nelayan melalui pr ogr am P2KP/ PNPM adalah sejumlah 10.925 kelur ahan/ desa. Untuk jumlah Kabupaten/ Kota yang telah menyusun Per da Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/ Kota. Untuk RTBL yang sudah ter susun ber upa Per atur an Bupati/ Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/ Kota, 9 Kabupaten/ Kota dengan per janjian ber sama, dan 32 Kabupaten/ Kota dengan kesepakatan ber sama.

  Ber dasar kan Renstr a Ditjen Cipta Kar ya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pember dayaan, Dir ektor at PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan pr asar ana lingkungan per mukiman di 1.240 kaw asan ser ta penyelenggar aan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/ kota.

  C. Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan ter dapat beber apa per masalahan dan tantangan yang dihadapi, antar a lain:

  1. Penataan Lingkungan Per mukiman:

   Masih kur ang diper hatikannya kebutuhan sar ana sistem pr oteksi kebakar an;