7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman 7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara - DOCRPIJM 8e76c3e41c BAB VII7. Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur

BAB RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

  VII

CIPTA KARYA

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman 7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara

   Pola Permukiman dan Perumahan di Kabupaten Buton Utara Pola tempat tinggal atau perumahan di permukiman ibukota kabupaten dan kecamatan pada umumnya mempunyai ciri yang kurang teratur, prasarana dan sarana kurang memenuhi syarat, penduduknya membaur antara penduduk kelas ekonomi atas dan ekonomi tidak layak. Tingkat ekonomi memiliki spectrum dari yang miskin sampai menengah. Disamping itu, permukiman di setiap pulau Kabupaten Buton Utara mempunyai tingkat kepadatan yang sedang atau hanya sekitar 5% saja yang mampu dan mempunyai minat untuk pindah. Sedangkan 95% karena kemampuan ekonomi yang kurang dan mata pencaharian yang tergantung pada wilayah kabupaten sehingga mempunyai kecenderungan untuk tetap bertempat tinggal dekat dengan tempat kerjanya.

   Perkembangan Perumahan dan Permukiman Akhir –akhir ini, walaupun wilayah permukiman penduduk tampak masih dalam kota, namun ada tanda-tanda bergeser kearah pinggiran kota dengan menggusur lahan pertanian. Pada kawasan “pinggiran kota” ini di mungkinkan adanya pembangunan perumahan baru. Seiring dengan perkembangan Kabupaten Buton Utara, maka banyak tumbuh pusat-pusat perekonomian baru berbentuk “ruko” (rumah toko), khususnya pada Ibukota Kabupaten Buton Utara walaupun masih mempergunakan bangunan lama dan tanah yang ada. Belum ada pembelian kawasan khusus dari investor untuk pembangunan ruko yang dengan serta merta menggusur permukimam penduduk.

7.1.1.1. Luas Kawasan Kumuh

  Keputusan Bupati Buton Utara Nomor 225 Tahun 2015 menetapkan Lokasi Perumahan Kumuh dan Perumahan Kumuh di Kabupaten mencakup 14 (empat belas) lokasi di 8 (delapan) kecamatan dengan luas total sebesar 143,76 (seratus empat puluh tiga koma tujuh puluh enam) hektar. Lokasi merupakan satuan perumahan dan permukiman dalam lingkup wilayah Kabupaten Buton Utara yang dinilai tidak laik huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

7.1.1.2. Evaluasi Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Penyediaan kawasan permukiman sebagai kebutuhan pokok manusia telah mewajibkan Pemda Kabupaten Buton Utara untuk berkomitmen dalam terus mengalokasikan sebagian anggaran belanja daerahnya bagi penyediaan kawasan bermukim layak melalui berbagai pembangunan bidang pengembangan kawasan permukiman.

  7.1.2. Sasaran Program Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara Gerakan 100

  • – 0 – 100 telah mentargetkan bahwa luas kawasan kumuh pada tahun 2019 harus mencapai 0%.

  7.1.3. Program Kawasan Permukiman Kabupaten Buton Utara Untuk mencapai tujuan, kebijakan dan strategi yang telah disepakati maka dirumuskan program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Buton Utara baik dalam skala kota ataupun skala kawasan. Perumusan program ini merupakan langkah aplikatif dalam pelaksanaan strategi (skala kota dan kawasan) dengan tetap memperhatikan implikasi (dampak) dan korelasi dengan pembangunan sektor lainnya.

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan 7.2.1. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Buton Utara

  Sebagai kabupaten otonom yang sedang berkembang, pembangunan di Kabupten Buton Utara semakin hari semakin pesat perkembangannya. Hampir setiap saat ijin-ijin pembangunan kawasan permukiman, sebagian bangunan perdagangan (ruko), bangunan toserba/mini mall, bangunan wisata/hotel/losmen, perkantoran, dan pergudangan yang dikeluarkan oleh SKPD terkait. Semakin pesatnya perkembangan pembangunan tersebut bila tidak dilakukan kontrol sejak dini maka Kabupten Buton Utara akan menjadi kabupaten kepulauan yang kumuh, berantakan, miskin, tidak tertata yang pada akhirnya akan tercipta ketidakaturan.

  Saat ini dibentuk Tim Koordinasi Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian Pembangunan dan Penataan Lingkungan Permukiman yang mempunyai tugas:

  1. Melakukan koordinasi dengan dinas terkait dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengendalian pembangunan dan penataan lingkungan perkotaan;

  2. Menyusun program perencanaan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan secara lintas sektoral yang terpadu;

  3. Melakukan pengendalian terkait dengan perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan ruang dan penataan lingkungan permukiman;

  4. Merumuskan dan menganalisis pengambilan keputusan strategis sebagai bahan

masukan Bupati Buton Utara dan/atau Wakil Bupati Buton Utara, terkait pembangunan

lingkungan permukiman yang berkelanjutan; 5. Melakukan rapat koordinasi secara berkala maupun pertemuan-pertemuan setiap bulan

sesuai dengan perkembangan pembangunan dan lingkungan perkotaan yang sedang

berjalan; 6. Melaporkan hasilnya kepada Bupati Buton Utara dan/atau Wakil Bupati Buton Utara. Selain itu Peraturan Bupati Buton Utara Nomor 25 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan garis SEMPADAN telah diterapkan di Kabupaten Buton Utara sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang telah diperdakan sekarang ini. Guna lebih menata bangunan di Kabupaten Buton Utara telah ditetapkan rencana pembangunan dan pemanfaatan lahan di kawasan kulisusu dan bonegunu.. Seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Indonesia tentunya permasalahan di bidang penataan bangunan pasti ada, begitu pula di Kabupaten Buton Utara. Adapun permasalahan tersebut yaitu: 1.

  Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung.

  2. Masih kurangnya penerapan dan pengawasan aturan garis sempadan jalan, sungai/kali dan laut.

  3. Rendahnya kualitas koordinasi dinas terkait tentang pelayanan publik dan perijinan bangunan gedung.

  4. Kurang diperhatikannya aturan pembangunan kawasan dalam pemberian ijin membangun dan ijin usaha, sehingga masih terdapat bangunan yang tidan sesuai dengan peruntukan kawasan.

  5. Masih banyak bangunan gedung yang pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat, bahaya kebakaran, dan ancaman bencana alam.

  7. Kabupaten Buton Utara belum memiliki atau belum membentuk lembaga institusi dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang teridiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan. Hasil dari proses perencanaan penataan bangunan dan lingkungan yaitu dokumen RTBL yang memuat panduan-panduan dalam penataan bangunan dan lingkungan.

7.2.2. Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Buton Utara 7.2.3. Usulan Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Buton Utara

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 7.3.1. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Buton Utara

  Berdasarkan data jumlah penduduk yang diperoleh dari BPS Kabupaten Buton Utara, diperoleh bahwa sampai pada tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Buton Utara adalah 59.139 jiwa, yang tersebar di 6 kecamatan. Sampai saat ini belum terbentuk PDAM di Kabupaten Buton Utara namun telah dibentuk UPTD (Unit Pelayan Teknis Daerah) yang membidangi air minum. Selain itu terdapat pula Badan Usaha Milik Swasta (BUS) yang mengelola air minum di Kabupaten Buton Utara, yaitu PT. IDRAP. Beberapa sistem penyediaan air minum telah terbangun di Buton Utara, baik yang didanai oleh APBN, PNPM, PAMSIMAS dan juga Swasta (PT. IDRAP). Berdasarkan data lapangan, diperoleh bahwa dari 59,139 jiwa penduduk Buton Utara terdapat 14,811 jiwa yang telah terlayani oleh air minum dengan sistem Jaringan Perpipaan atau Tingkat Pelayanan Air Minum adalah 25.04%. Adapun jumlah penduduk yang dilayani Jaringan Perpipaan yang dibangun oleh PNPM, PAMSIMAS Swasta dan Swadaya masing- masing adalah 5,377 jiwa 216 jiwa 8028 jiwa dan 1,190 jiwa.

1. SPAM Kabupaten a. Jaringan Perpipaan

  Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa secara administratif, Ibu Kota Kabupaten Buton Utara terletak di Buranga Kecamatan Bonegunu. Berdasarkan hasil survei lapangan diperoleh bahwa saat ini belum tersedia SPAM Ibu Kota Kabupaten. Namun demikian telah terbangun intake dan instalasi pengolahan air dan reservoar, yang di danai oleh APBN tahun 2010. Masalahnya SPAM tersebut belum dapat melayani masyarakat dikarenakan pipa distribusi ke pelanggan belum terpasang. Adapun deskripsi unit air baku, unit produksi, unit ditribusi, dan unit pelayanan SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  .Tabel 3. 1. Deskripsi Unit air baku, unit distribusi dan unit pelayanan SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara No Item Penjelasan

1 Unit Air Baku

  a. Lokasi Lokasi air baku di kelurahan Burangan, yaitu sungai Buranga Secara kulaitis sumber air baku di Buranga cukup baik yang tandai dengan b. Kualitas nilai PH = 8.13, warna 14 dan Kekeruhan =17.16

  Secara kuantitas sumber air baku di Buranga kurang ideal karena menurut

c. Kuantitas informasi masyarakat debit sungai Buranga pada musim kemarau sangat kecil. Berdasarkan hasil pengukuran debit diperoleh debit Q = 48 liter/det.

  Berdasarkan pengamatan di lapangan diperoleh bahwa Air Sungai Pengambilan air yang

d. Buranga tidak dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, sehingga

dijinkan memungkinkan untuk dijadikan sumber air minum. Cara pengambilan Pengambilan air baku dari sungai Buranga dilakukan dengan membauat e. sumber air intake di sisi sungai tanpa melakukan pembendungan sungai. Jenis atau tipe

  f. Tipe bangunan intake adalah konstruksi beton bertulang bangunan SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara di Buranga dibangun pada tahun

  g. Tahun Pembangunan 2010 Berdasakan pengamatan lapangan diperoleh bahwa sumber air dari

  h. Kapasitas pengambilan sungai Buranga diambil sekitar 80% untuk rencana air minum sistem pengaliran air di sumber air Buranga adalah sistem gravitasi dari sumber ke IPA selanjutnya ke penampungan air dari penampungan ke i. Jenis pengaliran masyarakat menggunakan sistem gravitasi pula. Namun hingga saat ini, belum ada pipa distribusi dari penampungan (reservoir) ke pelanggan. Pipa transmisi yang digunakan adalah Pipa Galvanis, dengan diameter 8 j. Pipa transmisi inchi dari intake ke IPA SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara di Buranga tidak menggunakan k. Pompa pompa, karena sistem pengalirannya adalah sistem gravitasi

  Saat ini telah terbangun unit pengolahan air berupa tangki penjernihan air panjang 15 m, lebar 7 m dan tinggi 5 m. Bak penampung dengan ukuran panjan 12 m, lebar 12 m dan tinggi 3 m. Fasilitas pengolahan air yang telah terbangun adalah kantor, laboratorium, rumah pompa untuk

  2 Unit Produksi penerangan dan pengolahan air. Namun demikian unit produksi SPAM Kabupaten Buton Utara di Burangan belum beroperasi. Akan tetapi air telah mengalir sampai ke unit pengolahan dan selanjutnya mengalir tanpa diamnfaatkan.

  Unit distribusi SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara memiliki reservoir

  

3 Unit Distribusi dengan ukuran 12m panjang, 12 m lebar dan 3 m tinggi atau kapasitas

  3 tampungan 432 m .

  SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara diproyeksikan untuk melayani Ibu Kota Kabupaten di Kecamatan Burangan secara khusus di kelurahan dan

  

4 Unit Pelayanan desa yang berdekatan dengan sumber. Namun hingga saat ini belum

terpasang pipa distribusi ke pelanggan. Jadi jumlah pelanggan dan hidran umum belum ada.

b. Bukan Jaringan Perpipaan

  Sebagaimana diketahui pada uraian sebelumya ibu kota Kabupaten Buton Utara terletak di Kecamatan Bonegunu tepatnya di Kelurahan Bonegunu dan Kelurahan Buranga. Berdasarkan hasil survei lapangan diperoleh bahwa SPAM Ibu Kota Kabupaten Buton Utara belum menggunakan jaringan perpipaan (JP). Oleh sebab itu sumber air minum untuk penduduk di Ibu Kota Kabupaten Buton Utara adalah sumur gali atau bukan jaringan perpipaan. Adapun jumlah modul atau sumur gali dan jumlah rumah tangga yang terlayani oleh SPAM bukan jaringan perpipaan di Ibu Kota Kabupaten Buton Utara dapat di lihat pada tabel berikut

  Tabel 3. 2. Jumlah rumah tangga yang terlayani SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) di Ibu Kota Kabupaten Buton Utara Parameter Lokasi

  Jumlah No Desa/Kelurahan Modul Kecamatan Rumah Tingkat Tangga Pelayanan Jenis Jumlah Terlayani

  Sumur

  1 Bonegunu Kel. Bonegunu 63 313 100%

Gali

Sumur

2 Buranga Kel. Buranga

  10 51 100%

Gali

Berdasarkan Tabel 3.2. diperoleh bahwa penduduk Ibu Kota Kabupaten Buton Utara 100 %

terlayani oleh SPAM bukan jaringan pepipaan (BJP).

2. SPAM IKK a. Jaringan Perpipaan

  Kabupaten Buton Utara memiliki 3 unit SPAM IKK, yaitu IKK Kambowa di Kecamatan Kambowa, IKK Wakorumba di kecamatan Wakorumba, IKK Kulisusu Utara di kecamatan Kulisusu Utara.

  IKK Kambowa memanfaatkan sumber air di Mata air Kasisi dengan kapasitas sumber 18,24 L/s. Sistem pengaliran di IKK Kambowa adalah dengan sistem

gravitasi dari sumber langsung ke reservoar kemudian dialirkan ke pelanggan.

  Sumber air di IKK Wakorumba di kecamatan Wakorumba adalah adalah Mata Air Labuan dengan kapasitas sumber 85 L/s. Sistem pengaliran air baku adalah dengan sistem gravitasi dari sumber ke reservoar lalu kepelanggan selain di gunakan untuk air baku juga digunakan sebagai pembangkit listrik (PLTA). Sumber air di IKK Kulisusu Utara di kecamatan Kulisusu Utara adalah Mata Air Emokula dengan kapasitas sumber 32 L/s. Sistem pengaliran air baku adalah dengan pompanisasi ke bak penampungan, kemudian dari penampungan dialirkan secara gravitasi ke pelanggan. Berdasarkan dengan hasil survei di enam Kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Utara untuk jaringan perpipaan Ibu kota Kecamatan, ditemukan bahwa jaringan perpipaan yang berfungsi hanya terdapat di tiga Ibu Kota Kecamatan yaitu Ibu Kota Kecamatan Kambowa, Wakorumba dan Kulisusu Utara.

  b.

   IKK Bukan Jaringan Perpipaan Kabupaten Buton utara terdiri dari 6 Kecamatan,diantara 6 Kecamatan tersebut berdasarkan hasil survei masih ada IKK yang belum menggunakan jaringan perpipaan melainkan menggunakan sumur gali, untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel IKK terlayani bukan jaringan perpipaan berikut.

Tabel 7.1 Jumlah Penduduk IKK yang terlayani SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) di Ibu Kota Kecamatan

  

Penduduk IKK Terlayani Bukan Jaringan

Jumlah

Perpipaan (SR)

Desa / Penduduk

  No Keterangan Sumur Kelurahan Thn 2015 Sumur Tingkat Tingkat Gali (Jiwa) Bor Pelayanan Pelayanan Terbuka Kec.

  A.

  100% Bonegunu - 1.495 374 Kel.

  Telah terpasang intake dan

  1 100%

  Bonegunu 1.287 322

  IPA serta Reservoi namun belum beroperasi karena

  2 Kel. Buranga 100%

  208

  52 pipa distribusi dan sambungan rumah belum terpasang. Sumber air baku yang digunakan adalah Sungai Buranga Kec.

  B.

  100% Kulisusu - 11.380 2.845

  Kel. Bone Telah terpasang intake dan

  1 100%

  Lipu 1.277 319 reservoi namun belum beroperasi karena pipa

  2 Kel. Lemo 100% 819 205 distribusi dan sambungan

  

Penduduk IKK Terlayani Bukan Jaringan

Jumlah

Perpipaan (SR)

Desa / Penduduk

  No Sumur Keterangan Kelurahan Thn 2015 Sumur Tingkat Tingkat Gali (Jiwa) Bor Pelayanan Pelayanan Terbuka Kel.

  rumah belum terpasang.

  3 100%

  Lakonea 693 173 Sumber air baku yang digunakan adalah mata air

  4 Kel. Lipu 100%

  1.807 452 Engkoruru Kel.

  5 100%

  Bangkudu 2.298 575

  6 Kel. Saraea 100%

  1.618 404 Kel.

  7 100%

  Wandaka 2.869 717 Kec.

C. Kulisusu

  100% - 427 107 Barat

  1 Kel. Kotawo 100% 427 107

3. SPAM Pedesaan a. SPAM Pedesaan Jaringan Perpipaan

  Selain SPAM Kabupaten dan IKK, terdapat pula beberapa SPAM Pedesaan yang terdapat di Kabupaten Buton Utara. SPAM Pedesaan yang terdapat di Kabupaten Buton Utara terdiri dari SPAM Gunung Sari terdapat di Kecamtan Bonegunu memiliki kapasitas 32,43 liter/detik dengan jumlah sambunga rumah 434 rumah, SPAM Ngapa Ea terdapat di Kecamatan Bonegunu dengan kapasitas 91 liter/detik dan sambungan rumah 199 rumah, SPAM Mata di Kecamatan Kambowa dengan kapasitas 8 liter/detik dan dan sambungan rumah 111, SPAM Bente terdapat Di Kecamatan Kambowa dengan kapasitas 18 liter/ detik dan jumlah sambungan 53 rumah, SPAM Konde terdapat di Kecamatan Kambowa dengan kapasitas 18 liter/detik dengan sambungan rumah 146 rumah, SPAM Lahumoko terdapat di Kecamatan Kambowa dengan kapasitas 18 liter/detik dan jumlah sambungan rumah 144 rumah , SPAM Labuan Wolio terdapat di Kecamatan Wakorumba dengan kapasitas 41 liter/detik dan jumlah sambungan rumah 219 rumah, SPAM Wamorapa terdapat di Kecamatan Wakorumba dengan kapasitas 16 liter/detik jumlah sambungan rumah 78 rumah, SPAM Wontulasi terdapat di Kecamatan Wakorumba dengan kapasitas 136 liter/detik dan sambungan rumah 1,35 liter/detik,

  SPAM Lakansai dengan kapasitas 200 liter/detik dan sambungan rumah 250 rumah dan SPAM Lamoahi terdapat di Kecamatan Kulisusu Utara dengan kapasitas 8 liter/detik dan jumlah sambungan rumah 71 rumah.

b. SPAM Pedesaan Bukan Jaringan Perpipaan

  Kabupaten Buton utara yang terdiri dari enam kecamatan masih memiliki desa-desa yang belum memiliki jaringan perpipaan sebagian besar desa yang ada di buton utara hanya mengandalkan sumur gali untuk pemenuh kebutuhan air minum berdasarkan hasil survei lapangan masyarakat pedesaan yang tidak memiliki jaringan perpipaan menggunakan sumur galian terbuka dan juga sumur galian tertutup desa-desa tersebut tersebar di Kecamatan Buton Utara, di kecamatan Bonegunu desa yang menggunakan sumur gali yaitu Desa Laonipi, Ensumala, Koepisino, Langere, Koboruno, Damai Laborona dan desa Tatombuli, di Kecamatan Kecamatan kambowa desa yang menggunakan sumur gali yaitu Desa Bubu dan Bubu Barat, untuk kecamatan Wakorumba desa yang masih menggunakan sumur gali yaitu Desa Matalagi, Laeya, Labaraga, Lasiwa, Labuan Bajo, Labajaya, Sumapeno, Labuko, Di Kecamatan Kulisusu desa-desa yang menggunakan sumur galian yaitu Desa Rombo, Linsowu, Loji, Kalibu, Elahaji, Jampaka, Tomoahi, Wacu La’ea, Tri Wacu-Wacu, Kadacua, Banua-Banua Jaya, Wasalambose, Walangke, Lemo’Ea, Lantangi, Malalanda, di Kecamatan Kulisusu Barat desa-desa yang masih menggunakan sumur gali adalah Desa Soly Agung, rahmat Baru, Bumi Lapero, Dampala Jaya, Kasulatombi, Karya Bakti, Marga Karya, Lauki, Lambale, Mekar Jaya, Labulanda, Lapandewa, Karya Mulya, dan di Kecamatan Kulisusu Utara desa-desa yang yang masih menggunakan sumur gali adalah desa Ulunambo, Patetea, Torombia, Kurolabu, Eerinere, Labelete dan Bira.

4. Permasalahan SPAM

  Berdasarkan pengamatan lapangan pada saat survey, diperoleh permasalahan SPAM di Kabupaten Buton Untara seperti yang diuraikan berikut ini.

  a. Aspek Keuangan Dari sudut padang keuangan permasalahan utama SPAM di Buton Utara adalah pada umumnya masyarakat tidak membayar air minum terutama SPAM

  

yang dibangun oleh Pemerintah (PNPM). Hal ini dikarenakan SPAM yang dibangun

tersebut tidak memiliki petugas yang dipercayakan untuk mengelola SPAM yang

telah dibangun.

  b. Aspek Pelayanan Hingga saat ini tingkat pelayanan SPAM Perpipaan di Kabupaten Buton

Utara adalah 58.26%. Nilai masih tergelombang snagat rendah, jika dibandingkan

dengan target MGDs pada tahun 2019 sebesar 100%.

  c.

  Aspek Operasional Berdasrakan hasil survey lapangan, baik kunjungan langsung ke sumber-

sumber air, pengolahan dan distribusi serta wawancana dengan masyrakatan,

diperoleh permasalahan sebagai berikut :

  1. Terdapat beberpa bangunan intake, pipa transmisi, bak penliampungan telah mengalami kerusakan yang parah

  2. Sumber mata air yang relative keruh pada musim hujan 3.

  Terdapat sumber mata air yang mengalami kekeringan pada musim kemarau 4. Beberapa pipa yang hilang akibat terseret arus banjir di musim penghujan 5. Terdapat sumber yang nelum berfungsi sampai saat ini dikarenakan reservoir lebih tinggi dibandingkan sumber, padahal sistem yang digunakan adalah pengaliran secara gravitasi 6. Untuk SPAM yang dibangun oleh Pemerintah, belum dilengkapi dengan meteran ai

  7. Belum ada pipa distribusi ke pelanggan misalnya di sumber air sungai Buranga dan sumber air Enkoruru. .

  d. Aspek Sumber Daya Manusia

Untuk SPAM yang dibangun oleh Pemerintah, hingga saat ini belum ada

penunjukan secara resmi tentang pengelola dari setiap SPAM yang telah dibangun,

kecuali inisiatif masyarakat sendiri untuk memperbaiki kerusakan pipa jika terjadi

masalah.

  7.3.2. Sasaran Program Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan

yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor

pengembangan SPAM baik di tingkat pusat maupun di tingkat Kab/Kota.

  7.3.3. Usulan Kebutuhan Program Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Buton Utara Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air untuk masing-masing sistem serta banyaknya sambungan rumah yang diperlukan untuk setiap tahapan pengembangan maka berikut ini disajikan rencana pengembangan SPAM di Kabupaten Buton Utara.

Tabel 7.1. Rencana pengembangan SPAM

  No Pengembangan Program Pengembangan

  1 Jangka Pendek (2016- 2020) o Pengembangan kapasitas intake menjadi 100 L/det o Pengembangan kapasitas IPA menjadi 125 L/s o Pengembangan kapasitas Reservoar menjadi 10.820 m

  3 o Penambahan sambungan rumah menjadi 15.984 sambungan dengan cara mengoptimalkan sumber Buranga dan Enkoruru o

  Pembentukan pengelola SPAM di Kabupaten Buton Utara

  2 Jangka Pendek (2021- 2025) o Pengembangan kapasitas intake menjadi 108 L/det o Pengembangan kapasitas IPA menjadi 135 L/s o Pengembangan kapasitas Reservoar menjadi 11.622 m

  3 o Penambahan sambungan rumah menjadi 17.042 sambungan dengan cara memanfaatkan sumber-sumber yang telah dipetakan dalam laporan ini o Mengurangi tingkat kebocoran air

  3 Jangka Pendek (2026- 2035) o Pengembangan kapasitas intake menjadi 124 L/det o Pengembangan kapasitas IPA menjadi 135 L/s o Pengembangan kapasitas Reservoar menjadi 13.385 m

  3 o Penambahan sambungan rumah menjadi 19.594 sambungan dengan cara memanfaatkan sumber-sumber yang telah dipetakan dalam laporan ini o Mengurangi tingkat kebocoran air

a. Kapasitas Sistem

  Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk, jumlah dan jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar pemakaian air. Dengan menggunakan proyeksi penduduk serta standar pemakaian air maka kebutuhan pemakaian air minum untuk keperluan domestik maupun non domestik di Kabupaten Buton Utara dapat dihitung. Klasifikasi penggunaan air adalah untuk kebutuhan air domestik dan non domestic. Adapun kebutuhan air yang dibutuhkan sesuai dengan pentahapan dan jenis kebutuhan air di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Kapasitas sistem SPAM Buton Utara

PENGEMBANGAN KOMPONEN SAPAM 2014-2019 2014-2024 2014-2029

  SPAM Bonegunu

  10.90

  11.69

  13.44 SPAM Kambowa

  13.70

  14.69

  16.89 SPAM Wakorumba

  11.51

  12.53

  14.62 SPAM Kulisusu

  44.44

  47.65

  54.79 INTAKE (L/det) SPAM Kulisusu Barat

  12.93

  13.86

  15.94 SPAM Kulisusu Utara

  6.71

  7.19

  8.27 Jumlah 100 108 124 SPAM Bonegunu

  14

  15

  17 SPAM Kambowa

  17

  18

  21 SPAM Wakorumba

  14

  16

  18 SPAM Kulisusu

  56

  60

  68 IPA (L/det) SPAM Kulisusu Barat

  16

  17

  20 SPAM Kulisusu Utara

  8

  9

  10 Jumlah 125 135 155 SPAM Bonegunu 1,177 1,262 1,451 SPAM Kambowa 1,480 1,587 1,824 SPAM Wakorumba 1,243 1,353 1,579

  RESERVOAR (M ) 3 SPAM Kulisusu 4,800 5,146 5,917 SPAM Kulisusu Barat 1,396 1,497 1,721 SPAM Kulisusu Utara 724 777 893 Jumlah 10,820 11,622 13,385 SPAM Bonegunu 1,706 1,830 2,103 SPAM Kambowa 2,369 2,540 2,920 SPAM Wakorumba 2,171 2,328 2,677 SPAM Kulisusu 7,413 8,523

  6,914 SR (Unit)

  SPAM Kulisusu Barat 1,684 1,806 2,076 SPAM Kulisusu Utara 1,050 1,126 1,294 Jumlah 15,894 17,042 19,594

b. Penurunan Tingkat Kebocoran Penurunan Kebocoran Teknis

  Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:  Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang  Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik  Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan  Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan  SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan  SOP untuk O&M perpipaan Penurunan Kebocoran Non Teknis

  Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:  Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian airnya  Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan

   Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur 7.4.

   Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) 7.4.1. Kondisi Eksisting 7.4.1.1. Pengelolaan Air Limbah

Pada dasarnya pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-site atau

sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini : 1.

  Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

  2. Sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan

  Septik Komunal

  (KK) Tangki

  5 Kecamatan Kulisusu Utara 614 810 436 254

  4 Kecamatan Kulisusu Barat 444 534 292 249

  3 Kecamatan Bonegunu 461 704 462 278

  2 Kecamatan Kambowa 764 452 180 274

  1 Kecamatan Kulisusu 1395 2127 1405 603

  (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

  (KK) Sambungan Rumah (KK)

  IPAL Komunal

  (KK)

  dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau dilokasi sumber.

  (KK) MCK++

  Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara 2014  * Yang termasuk BABS: (i) mempunyai jamban keluarga (individual) tanpa tangki septik (black water disalurkan ke badan air atau lingkungan; (ii) BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.

  /Jamban Bersama

  (KK) MCK umum

  Jamban keluarga dgn tangki septik aman

  Tangki septik tidak aman** (KK)

  (KK) Cubluk,

  Individual Berbasis Komunal Kawasan / terpusat

  Sarana Layak Onsite System Offsite System

  BABS* Sarana tidak layak

  Kecamatan/ Kelurahan

  No Nama

  Tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada di Kabupaten Buton Utara

  6 Kecamatan Wakorumba Utara 912 338 108 258

  • Aman: sesuai kriteria SNI

  Pengelolaan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Buton Utara masih menggunakan sistem on site individual belum menggunakan sistem onsite komunal maupun sistem offsite. Jumlah keluarga yang menggunakan jamban keluarga sendiri yaitu 5563 sedangkan yang menggunakan jamban keluarga umum sebanyak 177.

7.4.1.2. Pengelolaan Persampahan

   Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang

besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH

  4 ) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Skala pengelolaan sampah secara berurutan (draft Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Persampahan, Kementerian PU, 2006) yang meliputi :

1. Skala individual, yaitu pengelolaan individual yang dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut.

  2. Skala kawasan/lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok

masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 Kepala Keluarga tetapi tidak lebih dari

1 wilayah kecamatan.

  3. Skala kabupaten/kota, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian

masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu yang karena alasan kelayakan

ekonomi dan teknis maka perlu terdiri atas sekurang-kurangnya 10% dari jumlah penduduk

permukiman tersebut atau sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) wilayah administrasi

kecamatan.

  4. Skala regional, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau keseluruhan

masyarakat yang tinggal di lebih dari satu wilayah kota/kabupaten yang mengadakan

kerjasama pengelolaan.

  5. Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa bentuk pengelola yang dapat berupa : a) Pengelola Kebersihan Kota/Kabupaten

  Pengelola Kebersihan Kota yang merupakan unsur pelaksana teknis di bawah Walikota/Bupati dapat berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator).

  Untuk ini perlu ada unit lain yang berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator). Status pengelola kebersihan dapat berupa: Perusahaan Daerah, Dinas/Badan (tersendiri), Sub Dinas atau Bidang (di bawah Dinas/Badan gabungan), Badan Layanan Umum (BLU), UPTD atau Seksi di bawah Dinas/Sub Dinas/Kecamatan.

  b) Badan Usaha/Swasta Badan Usaha/Swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan Pengelola Kebersihan Kota yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator). Kerja sama di pihak swasta dapat dilakukan secara investasi dan/atau manajemen di tahap pengangkutan, Stasiun Peralihan Antara (SPA), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dll.

  c) Lembaga Kemitraan Lembaga kemitraan yang dibentuk bersama antara Pengelola Kebersihan Kabupaten dan Badan Usaha/Swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan Pengelola Kebersihan Kabupaten yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator) Pelayanan pengangkutan sampah merupakan pelayanan yang diberikan oleh Dinas TRKP3K

  Kabupaten Buton Utara untuk melayani pengangkutan sampah dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung untuk kemudian di teruskan ke TPA. Untuk pelayanan pengangkutan sampah yang ada di Kabupaten Buton Utara terbagi dalam 3 jenis pelayanan pengangkutan yaitu ;

  1. Pelayanan Langsung

Pelayanan langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang

dilaksanakan secara door to door oleh truk sampah milik Dinas TRKP3K dan langsung ke

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Komala. Untuk pelayanan langsung daerahnya mencakup

permukiman penduduk yang berada di jalur pelayanan langsung itu sendiri maupun kawasan-

kawasan perdagangan seperti pasar-pasar, permukiman dan lain sebagainya. Pelayanan

oleh Dinas TRKP3K hanya pada kawasan Ibukota Kabupaten Buton Utara yakni Kota Wangi-

Wangi. Sementara pada kawasan diluar ibukota masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan

cara dibawa ke kebun, dibuang dipekarangan rumah, dibakar, dibuang dilaut dan dipantai.

  2. Pelayanan Tidak Langsung

Pelayanan tidak langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang

dilaksanakan dari Tempat Penumpukan/Pembuangan Sementara (TPS) kemudian diangkut

  TPA (orang) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3))

  ke Tempat Penumpukan Akhir (TPA). Pelayanan tidak langsung ini kebanyakan dilaksanakan untuk wilayah-wilayah permukiman penduduk yang memiliki TPS-TPS.

  3. Pelayanan Umum Pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang menyangkut kepentingan umum baik itu dari pembersihan sampai pengangkutan, kebanyakan

dilaksanakan di tempat fasilitas-fasilitas umum seperti jalan, pasar, dan lain sebagainya.

  Untuk mengetahui cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.16. Cakupan Layanan Persampahaan Yang Ada di Kabupaten Buton Utara

  No Nama Kecamatan/

  Kelurahan Volume Terlayani Tidak

  Terlayani Jumlah Penduduk

  Timbulan Sampah

  3R Institusi Pengelola

1. Kecamatan

  • 20 160 -

  Kulisusu 7139 845,9 / hari

  80 685,9

  1.1 Kelurahan Lipu

  Belum Lama Pemekaran (jumlah Penduduk/ Kelurahan/Desa Belum ada Data)

  1.2 Desa Bangkudu

  1.3 Desa Lakonea

  1.4 Desa Loji

  1.5 Desa Wapala

  • Gerobak unit - -
  • Becak/Becak
  • Bak Biasa unit
  • Container unit -
  • Transfer Depo unit -
  • Dump Truck unit
  • Arm Roll Truck unit - -
  • Compaction Truck unit - -
  • TPS 3R unit -
  • SPA (stasiun peralihan antara) unit -
  • Sanitary landfill
  • Controlled landfill
  • Open dumping
  • Bulldozerl unit
  • Whell/truck loader unit -
  • Excavator / backhoe unit -
  • Sistem - 7.4.1.3.

  3. Pengangkutan

  7 IPL

  1 Sistem sewa

  6 Alat Berat

  Ha 1/4 √

  Ha -

  Ha -

  5 TPA/TPA Regional

  Akhir Terpusat

  4 (Semi) Pengolahan

  1 √

  2

  26 √

Tabel 3.17. Kondisi Prasarana dan Sarana Sampah Yang Ada di Kabupaten Buton Utara

  Sementara

  2 Penampungan

  1

  2

  Motor unit 3 -

  Setempat

  1 Pengumpulan

  (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

  Berfungsi Tdk berfungsi

  Kondisi Keterangan

  No Jenis Prasarana / Sarana Satua n Jumlah/ Kapasitas

Ritasi

/hari

   Saluran Drainase Permukiman Sistem saluran drainase di Kabupaten Buton Utara mengikuti kondisi topografi yang mempunyai kecenderungan kemiringan cukup menguntungkan bagi pembuangan kearah kawasan rendahan yang akan disiapkan melalui bak-bak sumur resapan. Sistem pembuangan air hujan dilayani dengan menggunakan sistem pembuangan terbuka yang diperkeras dengan pasangan beton-beton dan baru terdapat di sepanjang jalan utama permukiman. Sedangkan, untuk daerah luar permukiman belum terlayani oleh sistem jaringan utama dan umumnya disetiap desa sistem pembuangan disalurkan ke kali atau saluran alami hujan. Kondisi Saluran/ jaringan yang ada di Kabupaten Buton Utara terbagi atas 3 jenis yaitu Saluran A, B, C. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.27. Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase di Kabupaten Buton Utara No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah/ Kapasitas Kondisi Frekuensi Pemeliharaan (kali/tahun)

  Berfungsi Tdk berfungsi (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

  1 Saluran Primer

  • S. Primer A m - - - -
  • S. Primer B m - - - -

  2 Saluran Sekunder

  • Saluran Sekunder m 8,115.00 3,500.00 -

  3. Bangunan Pelengkap

  • Rumah Pompa unit - - - -
  • Pintu Air unit - - - - Berikut ini, akan dijelaskan tentang kondisi genangan yang ada dikelompok sub sistem yang terdapat di Kecamatan di Kabupaten Buton Utara. Sehingga diharapkan, akan diketahui nama-nama sub sistem lengkap beserta datanya.

Tabel 7.1. Kondisi Genangan di Kabupaten Buton Utara N o Nama Kecamatan/ Kelurahan Wilayah Genangan

  Luas Ketinggian Lama Frekuensi Penyebab

(Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun)

Tidak ada data yang detail 177 - -

  • - 7.5. Tantangan dan permasalahan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.

7.5.1. Tantangan dan permasalahan bidang air limbah a. Aspek Pengembangan Sarana Prasarana

  1) Adanya potensi pencemaran akibat warga yang masih membuang air besar sembarangan karena tidak memiliki jamban (termasuk warga di wilayah pesisir) 2)

  

Masih terdapat jamban yang tidak sesuai standar teknis/standar kesehatan

3) Adanya potensi pencemaran akibat 100% warga masih membuang grey water (air buangan) ke badan tanah atau badan air tanpa pengolahan

  4) Adanya potensi pencemaran akibat jamban warga yang tidak memiliki/tidak bermuara ke tangki septik (dikawasan yang diproyeksikan memiliki kepadatan >50 jiwa/ha)

  5) Adanya Potensi Pencemaran Akibat Tangki Septik Yang Bocor/Tidak Sesuai Standar Teknis 6)

  Kurangnya Sarana Operasional Pengelolaan Air Limbah 7) Belum ada IPLT b. Aspek Kebijakan

  Belum Adanya Kebijakan Mengenai Aturan Umum Dan Aturan Teknis Yang Mengatur

Pengelolaan Air Limbah (User Interface Sampai Dengan Pemrosesan Akhir)

c.

  Aspek Kelembagaan Masih Kurangnya Sumberdaya Manusia Di Bidang Pengelolaan Air Limbah Domestik

  d. Aspek Pemberdayaan masyarakat Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam O & M sarana umum air limbah (MCK, MCK++ dan Septiktank komunal)

  e. Aspek Komunikasi dan media Belum optimalnya kampanye, sosialisasi dan advokasi terkait kesadaran masyarakat mengenai sub sektor air limbah

  f. Aspek Pendanaan Masih rendahnya alokasi dana APBD untuk sub sektor Air limbah

7.5.2. Tantangan dan permasalahan bidang persampahan a. Aspek Pengembangan Sarana Prasarana a.

  Masih rendahnya pengurangan timbulan sampah domestik dari sumbernya (rumah tangga) b.

  Belum ada percontohan 3R c. Masih terdapat titik-titik lokasi pembuangan sampah rumah tangga ilegal di permukiman disebabkan masih kurangnya armada pengumpulan setempat (motor sampah/gerobak sampah, dll) d. Rendahnya kesadaran warga mengenai perlunya membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan (TPS) e.

  Belum adanya armada pengumpulan setempat yang mendukung 3R b.

   Aspek Kebijakan

1) Masih perlunya peninjauan kembali kebijakan pengelolaan persampahan

2) Kurangnya sosialisasi kebijakan

3) Kurangnya implementasi kebijakan yang mengatur pengelolaan persampahan c.

   Aspek Kelembagaan Masih kurangnya sumberdaya manusia di bidang pengelolaan persampahan 7.5.3.

   Tantangan dan permasalahan bidang drainase a. Aspek Pengembangan Sarana Prasarana 1) Meningkatnya jumlah hunian dan bangunan komersil 2) Sebagian besar warga masih menyalurkan grey water dan air hujan langsung ke drainase 3)

  Masih rendahnya cakupan layanan drainase 4) Adanya kondisi drainase yang buruk dan tidak sesuai standar teknis dibeberapa titik

  5) Menurunnya kapasitas drainase di beberapa titik 6) Teluk sebagai muara akhir dari saluran mengalami pendangkalan dan Penyempitan dan bahkan sudah tidak berfungsi lagi 7)

  Sebagian Sungai beralih fungsi menjadi lahan permukiman atau sudah tidak berfungsi lagi (telah ditimbun) 8) Adanya perubahan fungsi lahan yang mengakibatkan berubahnya luas wilayah resapan air

b. Aspek pemberdayaan Masyarakat

  1) Banyaknya Prilaku masyarakat yang sering buang sampah di Saluran Drainase 2)

Kesadaran Masyarakat untuk menyediakan lahan drainase masih Kurang.

3)

Partisipasi masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat saluran rendah

4) Adanya masyarakat yang memanfaatkan lahan pinggir drainase untuk pemukiman.

c. Aspek Kebijakan

  Belum adanya Perda yang mengatur pengelolaan Drainase d.

   Aspek Kelembagaan 1) Masih kurangnya SDM di sub sektor Drainase 2) Belum optimalnya pengawasan, sinkronisasi pembangunan drainase tersier di kawasan permukiman 7.6.