BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Kajian Potensi Pengembangan Rumah-Hotel di Kawasan Permukiman Kelurahan Aur

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Arsitektur tidak hanya berperan sebagai suatu konstruksi penanda identitas saja, melainkan juga sebagai sebuah ekspresi budaya, ekonomi, teknologi, dan sebuah refleksi dari sistem tata nilai kehidupan sosial masyarakat. Perpaduan antara ruang-ruang arsitektural yang menawarkan nilai-nilai yang kaya akan keragaman dengan lansekap keindahan alam dan keunikan tradisi budaya yang hidup di dalamnya adalah sumber motivasi mengapa wisatawan melakukan perjalanan serta menjadi titik sentral yang mendasari fenomena penting mengapa kebutuhan untuk berwisata merupakan hal yang sangat hakiki bahkan bagian dari hak asasi manusia (Nuryanti, 2009).

  Sejak enam dekade silam pariwisata senantiasa mengalami ekspansi dan diversifikasi yang terus berlanjut hingga akhirnya menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Kedatangan wisatawan internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang tak putus- putusnya kendati terjadi goncangan secara berkala seperti krisis ekonomi global dan bencana alam (UNWTO, 2013).

  Kota Medan sangat berpeluang untuk unggul di sektor pariwisata karena menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2012, Medan termasuk sepuluh besar kota yang paling banyak dikunjungi wisatawan di Indonesia (Nara, 2013). Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera, Medan adalah pintu gerbang ekonomi dan

  1 pariwisata di wilayah bagian barat Indonesia. Medan juga memiliki banyak potensi wisata dengan daya tarik tersendiri, baik yang berbasis sejarah, kebudayaan, maupun pendidikan. Apalagi semenjak bandara Kuala Namu International Airport (KNIA) diaktifkan, jumlah wisatawan yang datang semakin bertambah, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

  Namun, kenyataannya sampai saat ini Medan belum menjadi destinasi wisata yang sesungguhnya, hanya sekedar kota transit bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah-daerah tujuan wisata andalan Sumatera Utara, antara lain Danau Toba, Pulau Samosir, Bukit Lawang atau Berastagi. Padahal dari segi kualitas infrastruktur dan keragaman fasilitas, Medan jauh lebih baik dibandingkan daerah-daerah tersebut. Salah satu penyebabnya adalah penurunan kualitas kawasan yang mengaburkan citra kota Medan serta mengikis keunikannya. Akibatnya, potensi-potensi wisata yang dimiliki tidak dapat dikemas menjadi suatu atraksi wisata yang mampu membangkitkan minat wisatawan untuk berkunjung. Julukan Parijs van Sumatera pun tinggal kenangan karena pengelolaan dan pemeliharaan pusaka budaya dan elemen-elemen kota tidak dilakukan dengan serius dan bertanggung jawab, baik oleh pemerintah maupun masyarakat Kota Medan sendiri. Kondisi ini sangat merugikan jika dibiarkan begitu saja sebab sektor pariwisata yang dikelola dengan optimal terbukti mampu memberi dampak positif terhadap keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan suatu kota/daerah.

  Agar Medan dapat menjadi destinasi wisata yang layak perlu dilakukan program tourism recovery dengan cara membenahi unsur-unsur penting dari sebuah destinasi wisata yang menurut Spillane (1994) terdiri dari attractions (daya tarik), facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan), infrastructure (infrastruktur), transportations (transportasi), dan hospitality (keramah-tamahan).

  Salah satu fasilitas yang paling dibutuhkan oleh sebuah destinasi wisata adalah fasilitas penginapan atau akomodasi. Pariwisata nyaris tak terpisahkan dengan akomodasi sebab di sinilah seorang wisatawan melakukan aktivitas vital selama berwisata seperti tidur/beristirahat, mandi, makan dan minum. Pengeluaran wisatawan yang paling besar pun dihabiskan untuk fasilitas akomodasi (di luar pengeluaran untuk transportasi angkutan udara pulang-pergi) dan hampir 30% dari seluruh pengeluaran dilakukan oleh wisatawan mancanegara (Hadinoto, 1996). Oleh karena itu, fasilitas akomodasi harus mendapat perhatian yang lebih tanpa mengabaikan unsur-unsur penting lainnya.

  Indikator keberhasilan suatu destinasi wisata antara lain ialah tingkat kepuasan wisatawan. Sangatlah penting untuk menyediakan akomodasi yang mutu dan tarifnya bervariasi sesuai dengan permintaan atau tren pasar wisata. Adakalanya pasar menuntut hotel berbintang yang mewah dengan fasilitas lengkap dan terkadang pula para wisatawan malah membanjiri hotel-hotel kelas melati sebab kini pariwisata bukan lagi aktivitas mahal yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kalangan atas saja, para backpacker yang ber-budget kecil alias hemat juga gemar melakukan perjalanan wisata ke berbagai pelosok dunia.

  Akomodasi dengan konsep “a home away from home” merupakan bentuk akomodasi yang sedang populer beberapa tahun terakhir ini mengingat sekarang tren pariwisata dunia sedang mengarah ke negara-negara berkembang, terutama di Asia Tenggara yang kental dengan warisan budaya dan keunikan gaya hidupnya. Salah satu jenis akomodasi tersebut adalah rumah-hotel, sebuah istilah untuk menyebut akomodasi sederhana yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat di sekitar kawasan wisata dengan menyewakan kamar-kamar kosong di rumah mereka sebagai alternatif tempat menginap bagi wisatawan (istilah populernya adalah homestay). Ditinjau dari segi operasionalnya, pengembangan rumah-hotel di Medan dapat menjadi strategi jitu untuk meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisatawan karena selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekonomi dan sosial-budaya masyarakat setempat, jaringan rumah-hotel dapat juga menjadi obyek atau daya tarik wisata baru asalkan dikelola secara profesional menurut kekhasan dan kearifan lokal. Yang menjadi fokus utama adalah pemilihan lokasi sebab karakteristik kawasan yang unik dan identitas/citra lokasi yang tegas merupakan faktor utama yang mampu memberi makna serta pengalaman tak terlupakan bagi para wisatawan, sehingga mereka merasa tertarik untuk mengunjunginya dan tergugah untuk kembali lagi di lain waktu.

  Adapun kawasan Kelurahan Aur di Kecamatan Medan Maimun posisinya strategis terhadap pusat industri jasa pariwisata Kota Medan (koridor Jalan Sisingamangaraja) dan obyek-obyek wisata sejarah andalan Kota Medan, yakni Istana Maimun, Mesjid Raya Al-Mashun, dan Taman Sri Deli. Lokasinya pun tidak terlalu jauh dari kawasan Kesawan yang memiliki banyak obyek heritage berupa gedung-gedung peninggalan kolonial Belanda. Permukiman penduduknya yang terletak di dekat aliran Sungai Deli yang bernilai historis juga memberi kesan tersendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan kajian untuk mengetahui seberapa besar potensi pengembangan rumah hotel di lokasi ini.

  1.2 Perumusan Masalah

  Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Lokasi manakah yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi rumah-hotel di Kelurahan Aur?

  2. Bagaimana karakteristik rumah-hotel yang diinginkan oleh wisatawan- wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan?

  3. Bagaimana konsep desain rumah-hotel yang sesuai untuk diterapkan di kawasan permukiman Kelurahan Aur?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Menemukan lokasi yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi rumah-hotel di Kelurahan Aur.

  2. Menemukan karakteristik rumah-hotel yang diinginkan oleh wisatawan- wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.

  3. Menemukan konsep desain rumah-hotel yang sesuai untuk diterapkan di kawasan permukiman Kelurahan Aur.

1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Memberikan usulan-usulan yang berguna bagi pemerintah daerah mengenai kepariwisataan Kota Medan.

  2. Menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terkait dengan pengembangan rumah-hotel di kawasan permukiman kota.

  3. Sebagai literatur dan referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi Departemen Arsitektur USU .

1.5 Batasan Penelitian

  Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Rekomendasi konsep pengembangan rumah-hotel hanya untuk satu unit bangunan rumah-hotel di tapak terpilih yang berada di satu lingkungan permukiman terpilih dari empat lingkungan permukiman yang dikaji.

  2. Rekomendasi yang dimaksud terbatas pada konsep desain arsitektural mulai dari jalan utama hingga ke tapak terpilih, tidak mencakup konsep operasional pelayanan, administrasi, dan promosi.

  3. Data-data dari kuesioner tidak dikaji secara mendalam, hanya sebagai data pendukung atau masukan untuk memperkuat analisa-analisa dan konsep desain pengembangan rumah-hotel yang direkomendasikan.

1.6 Kerangka Berpikir PERMASALAHAN

  Kondisi pariwisata Kota Medan masih memprihatinkan (hanya sebagai kota transit) PELUANG

Tren pariwisata sedang mengarah pada negara-negara ASEAN yang kental akan warisan

budaya dan keunikan gaya hidup GAGASAN Mengembangkan rumah-hotel di kawasan permukiman Kelurahan Aur yang strategis dapat

membentuk citra kawasan yang kuat bahkan menjadi daya tarik wisata yang baru bagi para

wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.

  • Menemukan lokasi yang paling potensial sebagai site rumah-hotel di Kelurahan Aur • Menemukan karakteristik rumah-hotel yang diinginkan para wisatawan
  • Menemukan konsep desain rumah-hotel yang sesuai untuk diterapkan Observasi Studi Literatur

  Kues ione r

  Variabel analisis Variabel Data kondisi eksisting Kel. Aur makro kawasan permintaaan (fisik,sosbud,pasar wisata) kajian wisatawan (ASEAN

  Lingk. I Lingk. II Variabel analisis Homestay Standard) mikro kawasan

  Lingk. III Lingk. IV kajian Karakteristik rumah-hotel

  Analisa aksesibilitas Analisa fasilitas Analisa aktivitas Pemilihan

  Konsep desain tapak (site) rumah-hotel Analisa layout /orientasi

  Analisa gaya arsitektur Analisa kebutuhan ruang Gambar 1.Diagram kerangka pemikiran

  Sumber: Hasil olah data penulis