DOCRPIJM 1504862090bab 4 profil kota pontianak
BAB. IV PROFIL KOTA PONTIANAK 4.1. Keadaan Geografis
Kota Pontianak merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah Kota Pontianak mencapai 107,82 km² yang terdiri atas 6 Kecamatan dan 29 kelurahan. Kota Pontianak terletak pada 0°
02’ 24” Lintang Utara sampai dengan 0° 05’ 37”
Lintang Selatan, dan 109° 16’
25” Bujur Timur sampai dengan 109° 23’ 01” Bujur
Timur. Berdasarkan garis lintang, maka Kota Pontianak dilalui garis katulistiwa. Ketinggian Kota Pontianak berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut.
Gambar 4.1. Peta Kota Pontianak
Wilayah Kota Pontianak secara keseluruhan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, yaitu:
Gambar 4.2. Lambang Kota Pontianak
: Kecamatan Siantan Kabupaten Mempawah Bagian Utara Bagian Selatan : Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
: Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Bagian Barat : Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Sungai Ambawang Bagian Timur Kabupaten Kubu Raya Kecamatan di Kota Pontianak yang mempunyai wilayah terluas adalah Kecamatan Pontianak Utara (34,52 persen), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat (15,25 persen), Kecamatan Pontianak Kota (14,39 persen), Kecamatan Pontianak Gambar 4.3.
Presentase Luas Kecamatan di Kota Pontianak
Tenggara (13,75 persen), Kecamatan Pontianak Selatan (13,49 persen) dan Kecamatan Pontianak Timur (8,14 persen). Di dalam wilayah Kota Pontianak banyak terdapat sungai dan parit yang keseluruhannya berjumlah 55 sungai/parit. Sungai/parit tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk keperluan sehari-hari dan sebagai penunjang sarana transportasi. Kondisi tanah di Kota Pontianak terdiri dari jenis tanah Organosol, Gley, Humus dan Aluvial yang masing-masing mempunyai karekteristik yang berbeda.
4.2. Keadaan Iklim
Hasil pencatatan dari Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak menunjukkan bahwa pada tahun 2013 rata- rata temperatur udara di Kota Pontianak berkisar antara 24,4 °C hingga 33,1°C, sedangkan rata- rata tekanan udaranya berkisar antara 1.010,5 mili bar hingga 1.012,4 mili bar Rata-rata kecepatan angin di Kota Pontianak berkisar antara 2,7 knot hingga 4,2 knot dengan kecepatan angin terbesar terjadi pada Bulan Mei yaitu sebesar 20 knot. Selama tahun 2013 hari hujan terbanyak terjadi pada Bulan Mei yaitu sebanyak 25 hari dengan curah hujan sebesar 297,7 mm.
Tabel 4.1. Luas Kecamatan di Kota Pontianak Tabel 4.2.
Sungai dan Parit yang ada di Kota Pontianak
4.3. Wilayah administrasi
Dalam perkembangan sejarahnya, Kota Pontianak pada awalnya merupakan daerah kesultanan, kemudian pada tahun 1959 dikembangkan menjadi Kotapraja dengan status Daerah Otonomi Tingkat
II. Selanjutnya daerah otonom ini disesuaikan dengan perkembangan dalam bidang pemerintahan, maka berdasarkan SK DPRD Gotong Royong No. 12/KPTS.DPRD.GR/65 tanggal
31 Desember 1965, terbentuklah Kota Pontianak yang terdiri dari tiga kecamatan.
Tabel 4.3. Sungai dan Parit yang ada di Kota Pontianak
Setelah mengalami beberapa kali pemekaran wilayah administrasi, pada tahun 2008 terbentuk lagi satu kecamatan baru yaitu Pontianak Tenggara yang terdiri dari empat kelurahan, sehingga di Kota Pontianak pada saat ini terdapat enam kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Pontianak Selatan
2. Kecamatan Pontianak Timur
3. Kecamatan Pontianak Barat
4. Kecamatan Pontianak Kota
5. Kecamatan Pontianak Utara
6. Kecamatan Pontianak Tenggara
Secara keseluruhan, di Kota Pontianak terdapat
29 kelurahan yang terbagi menjadi 548 Rukun warga (RW) dan 2.471 Rukun Tetangga (RT). Sejak ditetapkannya Pejabat pemerintah untuk memimpin Pontianak, maka pada saat ini Jabatan Walikota Pontianak dipimpin oleh H. Sutarmidji, SH,.M,Hum. untuk masa jabatannya yang kedua.
Tabel 4.4. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kota Pontianak 4.4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Anggota DPRD Kota Pontianak yang tercatat pada tahun 2013 berjumlah 45 orang, terdiri dari 40 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Jumlah anggota terbanyak berasal dari Partai Demokrat yaitu sebanyak 17,78 persen. Selama tahun 2013, DPRD Kota Pontianak yang diketuai oleh Drs. Hartono Azas L, MBA ini telah menerbitkan sebanyak 50 keputusan sebagai salah satu bentuk Produk DPRD.
4.5. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Berdasarkan catatan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Pontianak, jumlah Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Daerah Kota Pontianak pada tahun 2013 adalah sebanyak 6.861 pegawai yang terdiri dari 2.465 orang laki-laki dan 4.396 orang perempuan. Di Lingkungan Pemerintah Kota Pontianak terdapat 65 Instansi termasuk Kantor Camat dan Kantor Lurah, dimana secara keseluruhan pegawainya didominasi oleh pegawai yang berpendidikan D4/S1 yaitu sebanyak 34,25 persen, kemudian diikuti oleh pegawai yang berpendidikan D-1/D-2/D-3 sebanyak 31,99 persen, SLTA 28,63 persen, S-2/S-3 2,51 persen, SLTP 1,54 persen, dan SD sebanyak 1,09 persen. Dilihat dari golongan pegawai Pemerintah Kota Pontianak, terdapat 2.924 orang pegawai dengan golongan IV, 2.769 orang golongan III, 1.127 golongan II, dan 41 orang golongan I.
4.6. Administrasi Pemerintahan
Pada tahun 2013 Dinas Kependudukan dan Pencacatatan Sipil Kota Pontianak telah mengeluarkan sebanyak 24.131 akta. Tiga jenis akta yang paling banyak diterbitkan diantaranya adalah Akte Kelahiran, yaitu sebanyak 18.861 akta, kemudian Akta Kematian sebanyak 1.246 dan Akta Pengesahan Anak sebanyak 1.129
4.7. Penduduk
Kota Pontianak pada tahun 2013 diperkirakan berpenduduk sebanyak 587.169 jiwa. Kepadatan Penduduk Kota Pontianak dapat digambarkan bahwa setiap kilometer persegi wilayahnya rata- rata dihuni oleh 5.446 jiwa. Kecamatan Pontianak Timur merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terbesar yaitu dihuni oleh 9.932 jiwa per
Gambar 4.4.
Piramida Penduduk Kota Pontianak km2, sedangkan wilayah
kecamatan yang kepadatannya paling kecil adalah Kecamatan Pontianak Utara dengan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 3.201 jiwa per km2.
Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Pontianak pada periode 1990-2000 adalah 0,7 persen per tahun, sedangkan untuk periode 2000-2010 meningkat menjadi sebesar 1,8 persen per tahun.
Pada tiga tahun terakhir, perbandingan antara banyaknya penduduk laki- laki dan perempuan di Kota Pontianak menunjukkan jumlah yang cukup berimbang, hal ini dapat dilihat dari Sex Ratio yang rata-rata bernilai sekitar 100, ini berarti terdapat sekitar 100 penduduk laki-laki untuk sekitar 100 Tabel 4.5. penduduk perempuan.
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Pontianak 4.8.
Ketenagakerjaan
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, terdiri dari :
1. Angkatan Kerja, yaitu:
- Bekerja - Pengangguran
2. Bukan Angkatan Kerja, yaitu
- Sekolah - Mengurus rumah tangga - Lainnya (pensiun, jompo, dll).
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja.
Jumlah angkatan kerja di Kota Pontianak berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2013 adalah 264.090 jiwa atau sebesar 61,13 persen dari penduduk usia kerja, dengan kata lain TPAK Kota Pontianak pada tahun 2013 adalah sebesar 61,13 persen. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki yang masuk ke dalam angkatan kerja sebanyak 165.906 orang (77,67 persen), dan penduduk perempuan sebanyak 98.184 orang (44,96 persen). Hal ini menunjukkan bahwa pasar kerja di Kota Pontianak relatif didominasi oleh pekerja laki-laki.
Selama tiga tahun terakhir, tingkat pengangguran di Kota Pontianak cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2013, tingkat pengangguran Kota Pontianak adalah sebesar 6,12 persen atau sekitar 16.166 orang dari 264.090 angkatan kerja. Berdasarkan tingkat pendidikan, pengangguran di Kota Pontianak didominasi oleh tamatan SLTA ke atas. Upah Minimum Regional (UMR) di Kota Pontianak selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, UMR yang ditetapkan untuk Kota Pontianak adalah Rp. 1.165.000,- atau naik sebesar Rp. 170.000,- dibandingkan dengan tahun 2012. UMR ini merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawainya.
4.9. Pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan, sehingga pendidikan menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan secara serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Beberapa Indikator dalam subbab ini dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai keadaan pendidikan di Kota Pontianak.
Pada tahun 2013, angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Pontianak untuk golongan umur 7-12 tahun adalah 98 persen. Hal tersebut menandakan bahwa penduduk Kota Pontianak usia sekolah 7-12 tahun sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada sesuai dengan usia jenjang pendidikannya. Sementara itu, APS untuk kelompok umur 13-15 tahun adalah sebesar 89 persen.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Pontianak, pada tahun 2013 Kota Pontianak memiliki sebanyak 114 Taman Kanak-Kanak, 159 SD, 72 SMP, 44 SMA, dan 29 SMK. Secara ratarata, rasio murid guru di Kota Pontianak adalah 21:1 untuk SD, 13:1 untuk SMP, dan 13:1 untuk SMA.
4.10. Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2013 di kota Pontianak yang tercatat oleh Badan Pemberdayaan masyarakat, Perempuan, Anak dan KB Kota Pontianak adalah sebanyak 90.785 pasangan, dimana pasangan yang menggunakan KB aktif adalah sebanyak 69,26 persen. Dari berbagai macam metode kontrasepsi yang ada, metode suntik KB adalah yang paling banyak digunakan.
4.11. Sosial Masyarakat
Jumlah sarana peribadatan masingmasing pemeluk agama yang ada di Kota Pontianak pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : Masjid 305 buah, Surau 459 buah, Mushola 118 buah, Gereja Kristen 86 buah, Gereja Katolik 8 buah, Kapel 22 buah, Vihara Budha 40 buah, Cetiya Budha 7 buah, dan Kelenteng kong Hu Cu 15 buah.
4.12. Tanaman Pangan
Data tentang Tanaman Pangan yang disajikan pada sub bab ini meliputi tanaman padi (padi sawah dan padi ladang) dan Palawija (jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar).
Jenis tanaman padi yang dihasilkan di Kota Pontianak seluruhnya merupakan jenis padi sawah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas lahan sawah di Kota Pontianak pada tahun 2013 berkurang sebanyak 91 Ha, hal ini secara langsung juga mempengaruhi jumlah padi sawah yang diproduksi. Pada tahun 2012, ada sebanyak 1.075 ton padi sawah yang diproduksi di Kota Pontianak, sedangkan pada tahun 2013 produksi padi sawah adalah sebanyak 666 ton, atau dengan kata lain produksi padi sawah pada tahun 2013 berkurang sebanyak 38 persen bila dibandingkan dengan tahun 2012.
Sebagian besar produksi padi sawah di Kota Pontianak berasal dari Kecamatan Pontianak Utara dimana konstribusinya mencapai 42 persen, sedangkan Kecamatan Pontianak Selatan merupakan kecamatan dengan kontribusi produksi padi sawah terkecil, yaitu hanya sebesar 1 persen.
Jenis tanaman palawija yang hasil produksinya paling besar di Kota Pontianak adalah tanaman ubi kayu, dimana pada tahun 2013 produksinya mencapai 1.884 ton, kemudian diikuti oleh Ubi jalar sebanyak 322,5 ton, dan jagung sebanyak 85 ton.
4.13. Tanaman Holtikultura
Data tentang Tanaman Holtikultura yang disajikan pada sub bab ini meliputi sayur- sayuran, buah-buahan, dan tanaman biofarmaka. Khusus untuk tanaman sayur-sayuran, tampak bahwa tanaman kangkung, petsai/sawi dan kacang panjang merupakan komoditi yang dominan di Kota Pontianak, dimana pada tahun 2013 produksi masing-masing tanaman tersebut adalah sebesar 1.560 ton, 1.063 ton, dan 592 ton. Berdasarkan Tabel 5.2.2, dapat dilihat bahwa Kecamatan Pontianak Utara merupakan kecamatan penghasil sayuran terbesar di Kota Pontianak.
4.14. Peternakan
Data yang disajikan pada subbab ini meliputi ternak besar (sapi potong, sapi perah), ternak kecil (kambing dan babi) serta Unggas (ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik). Tahun 2013, Dinas pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak mencatat bahwa populasi sapi potong mencapai 3.550 ekor, sapi perah sebanyak 12 ekor, kambing 2.707 ekor, dan babi 200 ekor. Untuk ternak unggas, ayam pedaging merupakan populasi yang terbesar dibandingkan dengan unggas lainnya, yaitu mencapai 70.000 ekor, sedangkan ayam kampung dan itik masing-masing sebanyak 21.620 ekor dan 9.870 ekor.
4.15. Perikanan
Berdasarkan data pada tahun 2013 produksi ikan tangkap di Kota Pontianak secara total mengalami kenaikan sebanyak 28 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jenis ikan yang memiliki jumlah produksi paling besar adalah ikan Ekor Kuning dan Ikan Manyong, dimana jumlah produksi dari masing-masing jenis ikan mencapai 1.085 ton dan 963 ton.
4.16. Perindustrian
Data industri Kota Pontianak bersumber pada data yang dikumpulkan melalui Survei Perusahaan Industri Besar dan Sedang Tahunan Badan Pusat Statistik. Kategori industri yang digunakan sebagai berikut :
- Industri Besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih
- Industri Sedang dengan tenaga kerja 20 – 99 orang
- Industri Kecil dengan tenaga kerja 5 – 19 orang • Industri Mikro dengan tenaga kerja 1– 4 orang. Jumlah perusahaan Industri Besar/Sedang di Kota Pontianak pada tahun 2013 sebanyak 26 perusahaan yaitu 15 perusahaan di Kecamatan Pontianak Utara, 4 perusahaan di Kecamatan Pontianak Kota, 4 perusahaan di Kecamatan Pontianak Selatan, 2 perusahaan di Kecamatan Pontianak Barat, dan 1 perusahaan di Kecamatan Pontianak Timur. Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan Industri Besar/Sedang tersebut berjumlah 1.765 orang, terdiri dari 1.069 laki-laki dan 696 perempuan.
4.17. Energi
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Cabang Pontianak, bahwa pada kondisi akhir tahun 2013 yakni Bulan Desember, ada sebanyak 333.224 pelanggan yang tercatat di PT. PLN. Pelanggan ini meliputi rumah tangga, Industri, Perkantoran, Bisnis, Sosial, dan pelanggan prabayar. Produksi listrik PLN yang terjual selama tahun 2013 adalah sebanyak 796 milyar KWH, dimana golongan pelanggan yang paling banyak menggunakan listrik PLN adalah golongan rumah tangga dengan konsumsi listrik sebanyak 56,53 persen dari total listrik yang diproduksi PLN, sedangkan pelanggan listrik Prabayar hanya mengkonsumsi listrik sebesar 4,03 persen.
4.18. Perdagangan
Kondisi perdagangan antarpulau dan antar negara dapat dilihat salah satunya dengan melihat kondisi bongkar muat untuk perdagangan antarpulau dan antar negara. Dari data yang ada terlihat bahwa untuk tahun 2013, barang yang dibongkar sebanyak 2,2 juta ton yang terdiri atas perdagangan antarpulau 2 juta ton dan perdagangan luar negeri 237 ribu ton. Sedangkan untuk barang yang dimuat sebanyak
954 ribu ton yang terdiri atas 695 ribu ton untuk perdagangan antarpulau dan 259 ribu ton untuk perdagangan luar negeri.
Tabel 4.6. Banyaknya air PDAM yang disalurkan di Kota Pontianak
4.19. Koperasi
Koperasi sebagai pondasi utama bagi tumbuhnya perekonomian rakyat perlu terus didorong perkembangannya dalam rangka mewujudkan Demokrasi Ekonomi. Untuk Keadaan koperasi di Kota Pontianak, pada tahun 2013, total jumlah koperasi aktif di Kota Pontianak yang tercatat oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Pontianak adalah sebanyak 477 buah koperasi, terdiri dari 75 KPN, 39 KOPKAR, 3 KOPPAS, 8 KOPWAN, dan 352 koperasi lainnya.
4.20. Transportasi
Pada tahun 2013, panjang jalan di Kota Pontianak mencapai 3.489,94 km. Dilihat dari Jenis permukaannya, sebagian besar jalan di Kota Pontianak merupakan jalan aspal yang panjangnya mencapai 86 persen dari total panjang jalan di Kota Pontianak, sedangkan sisanya berupa jalan telford, tanah dan beton.
4.21. Komunikasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. POS Indonesia Cabang Pontianak, tercatat bahwa produksi Surat Pos terbesar selama tahun 2013 adalah Surat Kilat Khusus yaitu sebanyak 5,7 juta lembar dengan nilai sebesar 25,8 milyar rupiah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah produksi Surat Kilat Khusus meningkat sangat tajam, namun
Tabel 4.7. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Status Pengawasan di Kota Pontianak hal ini juga diiringi dengan penurunan produksi dari Surat Biasa dan Surat Kilat Biasa yang hanya berjumlah 50.331 lembar dan 111.004 lembar.
4.22. Pariwisata
Penghunian Kamar Hotel (TPK) adalah perbandingan antara banyaknya malam kamar yang terpakai dengan banyaknya malam kamar yang tersedia. TPK Hotel Berbintang dan non Berbintang di Kota Pontianak masih terbilang kecil. Pada tahun 2013, rata-rata TPK Hotel Berbintang adalah sebesar 54,94 persen, keadaan ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana terdapat peningkatan rata-rata TPK sebanyak 4,41 persen. Sementara itu, TPK hotel Non bintang di Kota Pontianak pada tahun 2013 adalah sebesar 47,10 persen, atau naik sebanyak 2,36 poin dibandingkan dengan rata-rata TPK pada tahun 2012.
4.23. Keuangan Daerah
Data mengenai Keuangan Daerah Kota Pontianak dikumpulkan melalui Survey Statistik Keuangan dan diperoleh dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kota Pontianak. Nilai Realisasi Pendapatan Daerah Kota Pontianak pada tahun anggaran 2013 mencapai 1,25 triliun rupiah, atau meningkat sebanyak 16 persen dari tahun 2012.
Jumlah ini sebagian besar berasal dari Pos Dana Perimbangan yang memberikan kontribusi sebesar 56,12 persen terhadap total pendapatan, sementara itu Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak yang didominasi oleh Pajak Daerah hanya memberikan kontribusi sebesar 21,27 persen. Dilihat dari sisi Pengeluaran, Belanja Daerah Kota Pontianak untuk tahun anggaran 2013 menelan biaya sebesar 1,309 triliun rupiah, atau meningkat sebanyak 30 persen dibandingkan dengan tahun 2012.
4.24. Inflasi dan Harga
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Laju inflasi secara umum di Kota Pontianak selama beberapa tahun terakhir cukup berfluktuatif. Pada tahun 2013 laju Inflasi Kota Pontianak mencapai angka 9,48 persen atau naik sebanyak 2,74 poin. Dari beberapa kelompok pengeluaran yang merupakan komponen pembentuk inflasi, Kelompok Transportasi dan Komunikasi adalah kelompok dengan inflasi tertinggi pada tahun 2013, yaitu mencapai 16,96 persen, sedangkan kelompok dengan tingkat inflasi yang terkecil adalah kelompok sandang yaitu sebesar 1,89 persen.
4.25. Perbankan
Industri Perbankan di Kota Pontianak selama empat tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari bertambahnya jumlah Kantor Bank dengan berbagai bentuk pelayanannya, dimulai dari Kantor Pusat hingga ATM. Pada Tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencatat bahwa di Kota Pontianak terdapat 4 Bank Umum Pemerintah, 24 Bank Umum Swasta, 2 Bank Pembangunan, dan 9 Bank Perkreditan Rakyat.
Dilihat dari banyaknya dana yang berhasil dihimpun oleh Bank umum di Kota Pontianak pada tahun 2013, simpanan berbentuk Tabungan rata-rata mencapai nilai 12,14 triliun rupiah per bulan, sementara dana yang berasal dari Deposito dan Giro rata-rata perbulannya adalah sebesar 6,47 triliun rupiah dan 3,39 triliun rupiah. Untuk posisi dana pinjaman yang berhasil disalurkan oleh Bank Umum rata-rata perbulannya mencapai nilai 17,65 triliun rupiah.
4.26. Pola Konsumsi Rumah Tangga
Pola konsumsi rumah tangga di Kota Pontianak selama tiga tahun terakhir cenderung beralih ke kebutuhan sekunder/tersier (bukan makanan), artinya proporsi pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan bukan makanan lebih besar dari makanan. Tahun 2013 rata- rata pengeluaran konsumsi rumah tangga selama sebulan untuk makanan tercatat sebesar 2.822.694 Rupiah atau 40 persen dari total pengeluaran, sedangkan pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan bukan makanan mencapai 4.086.247 Rupiah, secara persentase mendekati 60 persen.
Gambar 4.5. Inflasi Kota Pontianak Tahun 2013
Pola pengeluaran konsumsi yang demikian menunjukkan tingkat kesehjateraan penduduk yang lebih baik, karena semakin rendah proporsi pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat perekonomian penduduk. Dirinci menurut golongan pengeluaran, 80 persen lebih rumah tangga di Kota Pontianak rata- rata pengeluaran sebulan berada diatas 2 Juta Rupiah , sedangkan 15 persen diantaranya rata-rata pengeluaran sebulannya berkisar antara dibawah 2 Juta rupiah sampai 1,5 Juta, dengan demikian masih terdapat sekitar 5 persen rumah tangga yang rata-rata pengeluarannya dibawah 1,5 Juta Rupiah.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2013 mencatat bahwa distribusi penduduk dengan pengeluaran perkapita sebulan sebesar lebih dari 500 Ribu Rupiah sebanyak 68 persen, sedangkan 32 persen sisanya masih berkisar antara lebih dari 200 Ribu Rupiah sampai dibawah 500 Ribu Rupiah.
4.27. Pendapatan Regional
Untuk mengetahui gambaran mengenai kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam periode tertentu, dapat ditunjukkan oleh besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK). Sebagai salah satu indikator makro ekonomi, pada dasarnya PDRB merupakan jumlah total dari nilai barang dan jasa, atau nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu wilayah (regional).
PDRB Kota Pontianak menurut lapangan usaha ADHK 2000 tahun 2013 mencapai 7,95 triliun rupiah. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan di Kota Pontianak pada tahun 2013 meningkat sebanyak 514 milyar rupiah, atau dengan kata lain, kenaikan volume ini menunjukkan bahwa perekonomian di kota Pontianak tumbuh sebesar Tabel 4.8.
Realisasi Pendapatan Daerah Otonom Pontianak 2012-2013
6,91 persen. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan basis perekonomian di Kota Pontianak selama tiga tahun terakhir.
Hal ini dapat dilihat dari Distribusi persentase PDRB menurut lapangan usaha ADHB, dimana Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran memiliki peranan terbesar terhadap total PDRB dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu sebesar 26,7 persen menunjukkan bagaimana produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, maupun diperdagangkan dengan pihak luar negeri/ regional. Berdasarkan PDRB Penggunaan
ADHB, permintaan agregat Kota Pontianak pada tahun 2013 secara keseluruhan mengalami peningkatan sebanyak 14 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana komponen Konsumsi Rumah Tangga memberikan kontribusi paling besar yaitu sebanyak 9,62 triliun rupiah atau sebesar 53,2 persen.
4.28. Kemiskinan
Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Perempuan, anak, dan Keluarga Berencana Kota Pontianak, terdapat sebanyak 151.544 keluarga yang tercatat di Kota Pontianak pada tahun 2013, diantaranya terdiri dari 445 keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga Pra Sejahtera, dan 151.099 keluarga yang dikategorikan sebagai Keluarga Sejahtera.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Metode yang digunakan adalah dengan menghitung Garis Kemiskinan (GK), dimana penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK dikategorikan sebagai penduduk miskin. Selama delapan tahun terakhir, penduduk Tabel 4.9.
Realisasi Belanja Pembangunan Kota Pontianak 2012-2013 miskin di Kota Pontianak jumlahnya cukup berfluktuatif. Pada tahun 2013, BPS mencatat ada sekitar 5,56 persen penduduk miskin di Kota Pontianak.
Penduduk miskin ini memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya dibawah garis kemiskinan yang jumlahnya sebesar Rp. 341.422,-.
Tabel 4.10. Jumlah dan presentase Penduduk Miskin Kota Pontianak