BABVI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
RPI2-JM 2015-2019 Kabupaten Pinrang B B A A B B
V V
I I
I I
I I ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Pada bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta penyehatan lingkungan permukiman. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah fanalisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
8.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Mengacu pada UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Pinrang terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan 8.1.1.1. Arah Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturan perundangan, antara lain :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Pengembangan Permukiman di Kabupaten Pinrang dilaksanakan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan, dan desa Nelayan. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa / Desa Pusat Pertumbuhan dan pada Desa terpencil / Desa tertinggal melalui program pemberdayaan masyarakat. Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut : A.
Tugas 1.
Pemerintah Pusat
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
e) kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
f) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
2. Pemerintah Provinsi
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional. b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.
h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i)
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j)
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B.
Wewenang 1.
Pemerintah Pusat
a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. i)
Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. j)
Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.
h) Menetapkan Kebijakan dan Strategi daerah dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang- undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.
f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.
g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i)
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
8.1.1.2. Lingkup Kegiatan
Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Pinrang adalah : a.
Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju pada Desa/ kelurahan di Kecamatan Watang Sawitto, Paleteang dan Tiroang khususnya pada Kelurahan Kecamatan Watang Sawitto sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan.
b.
Pembangunan infrasturktur perdesaan; Program pembangunan infrastruktur perdesaan tahun 2012, 2013, dan 2014 diarahkan kepada desa-desa tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat, sasaran yang dicapai adalah menyeluruh di 12 kecamatan.
8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
8.1.2.1 Isu Strategis
Setiap Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis didaerahnya, berikut penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Pinrang yang disajikan pada Tabel 8.1.
Tabel 8.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten
Pinrang
No Strategis Keterangan Kedudukan Kawasan Perkotaan Pinrang baik secara geografis maupun dalam tatanan kebijakan spasial nasional dan provinsi1 yang menempatkannya sebagai pusat kegiatan ekonomi yangdalam berbagai kegiatan pembangunan, jelas ini menjadi faktor kuat menarik arus penduduk masuk ke kawasan ini. Fungsi dan peran Pinrang sebagai tempat pemusatan berbagai aktivitas wilayah, seperti pemusatan permukiman perkotaan, pusat pelayanan kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan Kota Pinrang pemerintahan, tentunya memerlukan pendekatan pola penanganan yang lebih terpadu, terintegrasi, komprehensif,
2 dan berkelanjutan guna mewadahi aktivitas masyarakat dalam satu tatanan pengaturan pemanfaatan ruang yang harmonis, nyaman, dan produktif, sehingga dalam mengelola kawasan perkotaan Pinrang ini perlu melibatkan berbagai sektor pembangunan. Penting bagi kawasan perkotaan ini menjadikan bidang ke-ciptakaryaan sebagai katalisator penciptaan lingkungan perkotaan yang layak huni. Orientasi kawasan perkotaan pada Kawasan Perkotaan lingkungan yang layak huni. dimana berkembang kelompok di
3 permukiman kumuh yang kondisinya cukup memprihatinkan utamanya dari aspek prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman. Alokasi realisasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman pada Kawasan Perkotaan Pinrang ini belum
4 mampu mengatasi secara signifikan permasalahan- permasalahan di seputar permukiman perkotaan, terutama kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah. Kawasan perkotaan Pinrang menjadi pusat distribusi pergerakan lintas provinsi yang tentunya menjadikan kawasan
5 ini sebagai tempat transit bagi pelintas di jalur trans Sulawesi lintas barat.
Sumber: RTRW Kabupaten Pinrang 2012
8.1.2.2 Kondisi Eksisting
Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar baik diperkotaan maupun di daerah pedesaan seperti peningkatan kualitas lingkungan perumahan kota, pembangunan infrastruktur pedesaan seperti peningkatan jalan/jembatan desa, ketersediaan air minum dan sanitasi serta fasiilitas umum lainnya. Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan
Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan sosial ekonomi masayarakat baik perkotaan maupun di pedesan seperti peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan/ nelayan, pembangunan infrastruktur pedesaan, yang lebih baik diperioritaskan pada desa
- – desa tertinggal dan pengembangan wilayah kecamatan terisolir.
No PERDA
Perda Kabupaten Pinrang tentang Rencana Program Jangka Panjang Daerah
1 (RPJPD) Kabupaten Pinrang
Perda Kabupaten Pinrang tentang Rencana Program Jangka Menengah Daerah
2 (RPJMD) Kabupaten Pinrang; Perda Kabupaten Pinrang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
3 Kabupaten Pinrang Tahun 2012 - 2032;
Tabel 8.3. Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh di Perkotaan Pinrang Jumlah PenghuniLokasi Luas Kawasan Jumlah Rumah No (Lokasi,Desa,Kel, Kec) (Ha) (Unit) KK jiwa Kec. Watang Sawitto (Kel. Penrang, Kel. Jaya dan Kel.Bentengnge)
1 20,64 ha 470 2.350
dan Kec. Paleteang (Kel. Temmasarangnge dan Kel. PacongangSumber: Bappeda Kab Pinrang
8.1.2.3 Permasalahan
Masalah permukiman dapat dilihat pada dinamika perkembangan kota dan wilayah, serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pembangunan permukiman di Kabupaten Pinrang adalah : 1.
Masih Luasnya Kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
4. Aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat.
8.1.2.4 Tantangan
Secara umum yang menjadi tantangan pembangunan dan pengembangan permukiman di Kabupaten Pinrang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kelembagaan daerah yang menangani bidang kecipta-karyaan masih lemah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan permukiman.
2. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
3. Pelaksanaan pembangunan bidang perumahan/ permukiman belum optimal, hal ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sumberdaya manusia, organisasi, ketatalaksanaan, serta dukungan prasarana dan sarana dasar.
4. Aspek pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, dalam hal ini mengintensifkan pembiayaan melalui sumber-sumber pembiayaan dari pihak swasta dan swadaya masyarakat, tentunya didukung oleh APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN.
5. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya yang masih rendah
6. Aspek peran serta masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada.
8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Pinrang, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai berikut : 1.
Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.
2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten,
APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.
4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.
8.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
8.1.4.1 Program Kerja 1.
Pembinaan Pengembangan Permukiman a.
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas
(RPKPP) 2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan a.
Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH 3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya 4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan a.
Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial b. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana c. Infrastruktur Kawasan Pemukiman di Perbatasan dan Pulau terluar 5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).
8.1.4.2 Kesiapan (Readiness Criteria)
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut : 1.
Umum Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia). Sudah tersedia DED. Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP,
Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. Ada unit pelaksana kegiatan. Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Kel. perkotaan dengan penduduk miskin ≥ 10%
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25%. Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP
c) RIS PNPM Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi
o DDUB sebesar 20 – 30% o BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota
Kab/Kota menyediakan :
yang sudah, tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%
Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
sudah ditetapkan oleh Menko Kesra
a) Rusunawa
b) PNPM Perkotaan
Ada calon penghuni
Bersih, dan PSD lainnya
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air
Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan minimal 5% dari BLM.
d) PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25%
8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
Sasaran yang dicapai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Pinrang memasuki tahun 2015 adalah Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan di Kecamatan Watang Sawitto sebagai prioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten Pinrang. Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Berikut Uraian Rencana Kegiatan Prioritas Keciptakaryaan sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Pinrang yang diperlihatkan pada Tabel 8.4.
Tabel 8.4. Usulan Prioritas Pembangunan Infrastruktur Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Pinrang 2015-2019TAHUN NO OUTPUT / SUB OUTPUT DETAIL LOKASI ANGGARAN
1
2
4
12
1 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1.a STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR . PERKOTAAN (SPPIP) 1.b RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN . (RP2KP) Penyusunan RP2KP kota Pinrang 2015
2 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
2.a
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH . kel Jaya, kel Penrang kec. Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Watang Sawitto, Pacongan, 2015 Kec paleteang
Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan (Kawasan Pemukiman Kws. Pinrang 2016 Kumuh ) kel Jaya, kel Penrang kec.
Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Watang Sawitto, Pacongan, 2016 Kec paleteang kel Jaya, kel Penrang kec. Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Watang Sawitto, Pacongan, 2017 Kec paleteang kel Jaya, kel Penrang kec. Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Watang Sawitto, Pacongan, 2018 Kec paleteang kel Jaya, kel Penrang kec. Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Watang Sawitto, Pacongan, 2019 Kec paleteang
4 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN 4.a
INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL . YANG MENINGKAT KUALITASNYA Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan (Perdesaan Potensial Ds. Paria Kec. Duampanua 2015 yang Meningkat Kualitasnya) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Permukiman
Kaw. Wtg. Sawitto 2015 Perdesaan Potensial Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Permukiman Kaw. Wtg. Sawitto 2016 Perdesaan Potensial Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Permukiman
Kaw. Lanriseng 2017 Perdesaan Potensial Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Permukiman Kaw. Lanriseng 2018 Perdesaan Potensial
Sumber : Usulan Prioritas Keg Keciptakaryaan Sektor Pengembangan Permukiman Kab Pinrang T.A 2015- 2019
8.2 PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN
8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Pinrang yaitu :
1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan lingkungan.
2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat 3.
Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No.
36/2005 4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait
5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah Negara
6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melalui pemberdayaan masyarakat.
7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya.
Bidang Tata Bangunan Kabupaten Pinrang mempunyai fungsi : 1.
Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada; 2. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya; 3. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya; 4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;
5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi : 1.
Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan; Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan; Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; Pelatihan teknis.
3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; Paket dan Replikasi
8.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
8.2.2.1 Isu Strategis 1.
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan; Masalah kemiskinan di Kabupaten Pinrang sudah sangat mendesak untuk ditangani khususnya di Perkotaan. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah minimnya infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memperkuat kelembagaan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Pinrang.
2. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh; Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan dalam luasan sangat tinggi, kualitas bangunan tidak memadai dan tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan hidup dan penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawawan kumuh tidak hanya pada aspek fisik saja tetapi juga melalui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.
3. Kualitas Lingkungan Kawasan Peningkatan
Tradisional/Bersejarah; Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional Kabupaten Pinrang.
4. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Merupakan kegiatan berupa pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen dalam pengelolaan GRN. Kegitan-kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan kegiatan fisik. Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Pinrang sebagai berikut :
Tabel 8.5. Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Pinrang Tahun 2014ISU STRATEGIS SEKTOR PBL NO KEGIATAN SEKTOR PBL KAB PINRANG a.
Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh
1 Penataan Lingkungan Permukiman b.
Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
2 Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Rumah Negara Pemberdayaan Komunitas dalam
3 Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Penanggulangan Kemiskinan Sumber: RPIJM Kab Pinrang 2013
8.2.2.2 Kondisi Eksisting
Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Pinrang dilakukan melalui kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini belum banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis- garis sempadan bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pantai dan pinggiran sungai sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.
Tabel 8.6. Peraturan Daerah / Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Di Kabupaten Pinrang Tahun 2014Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya No Ket No Tahun Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
1 Perda Prov Sulsel No 9 2009 Provinsi Sulsel
2 Perda Kab Pinrang No 4 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pinrang
3 Perda Kab Pinrang 2013 Bangunan Gedung
Tabel 8.7. Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Pinrang Tahun 2014Kegiatan No Kab/Kota Kegiatan PNPM Mandiri Lainnya
1 Kab Pinrang P2KP
8.2.2.3 Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
1. Penataan Lingkungan Permukiman Rendahnya Kualitas lingkungan di kawasan pesisir ,pusat kota, percampuran fungsi perdagangan dan perumahan.
Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman. Belum tersedianya system proteksi kebakaran Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan; Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan; Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan.
sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di revitalisasi dan di relokasi.
3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau: Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka hijau Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten
4. Kapasitas Kelembagaan Daerah
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
8.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan belum dilakukan dengan baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri. Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No.
8 Tahun 2010 yaitu : 1.
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.
a) RTBL ( Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan ) Kawasan Pinrang.
Panduan bangunan Kawasan Pinrang yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan Pinrang. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kab Pinrang meliputi : 1)
Program Bangunan dan Lingkungan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan di Kota Pinrang adalah meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Pinrang sebagai kawasan berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi, nyaman dan berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya kota Pinrang sebagai kawasan strategis pertumbuhan. 2)
Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Pinrang adalah penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas perancangan kawasan.
3) Konsep Komponen Perancangan Kawasan
Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kabupaten Pinrang yang di dalamnya berkembang fungsi-fungsi pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa dan pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter kawasan urban epicentrum memperlihatkan ciri-ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan di dalamnya yang berlangsung sangat intensif. Pengembangan dan pembangunan kawasan perencanaan harus mampu memadukan unsur-unsur serta nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor- sektor pembangunan serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi masyarakat. Dalam perkembangannya, kawasan perencanaan ini diharapkan menjadi atau memiliki perbedaan dengan kawasan lainnya di Kota Pinrang, baik secara fisik, visual, lingkungan maupun suasana tempatnya. 4)
Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya Zona pengembangan kawasan di Kota Pinrang dibagi kedalam 3 pusat utama pertumbuhan yaitu : Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Paleteang, dan Kecamatan Tiroang. 5)
Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Struktur Peruntukan Lahan Upaya menegaskan Kawasan Pinrang sebagai kawasan urban epicentrum sekaligus mem-vital-kannya secara optimal dan efisien, memerlukan suatu upaya untuk menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung fungsi dan kegiatan utama pusat kota.
6) Rencana Perpetakan
Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri dari gabungan beberapa persil, dan sistem kapling/persil .
7) Rencana Tapak
Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak mengalami perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat kota. Namun untuk menunjang peranannya sebagai kawasan pusat kota maka perlu diciptakan suatu karakter khas pada masing- masing blok perencanaan. Hal yang dapat dilakukan adalah :
jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di beberapa bagian blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan dengan wilayah lain di sekitarnya.
unit perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.
Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan semua
Mengupayakan agar bantaran bisa menjadi urban green space.
Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa
sehingga tercipta building alignment yang serasi.
roof-lineyang berirama dan menghasilkan koridor jalan sebagai ruang closure.
Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan menghasilkan
dibuat „Gerbang ‟ sebagai focal point untuk kawasan melalui pengarahan ketinggian bangunan di sisi kiri-kanan jalan, sehingga bisa membentuk image sebagai gerbang, juga dapat dilakukan dengan membuka node yang ada serta menempatkan landmark berupa patung dan sejenisnya pada bundaran jalan (roundabout).
Untuk memperkuat „entrance masuk‟ pada kawasan dapat
Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/ koridor bagi pejalan kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa disebut sebagai kawasan yang pedestrian friendly.
8) Intensitas Pemanfaatan lahan
Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Pinrang adalah tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan / daerah perencanaan yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas pemanfaatan lahan erat hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan, terutama menyangkut besaran ruang yang ditempati oleh peruntukkan yang telah ditetapkan. Intensitas pemanfaatan lahan merupakan luas lantai maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang lahan, hal tersebut memberi gambaran tentang skala pembangunan bagi kawasan Pinrang. Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan jumlah total luas bangunan terhadap luas lantai dasar. Ketinggian bangunan ini perlu diatur agar terjadi keselarasan dan keharmonisan antar bangunan dan lingkungan. Penetapan besar KLB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)
Harga lahan
Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan
Ekonomi dan pembiayaan
Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut : Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar
antara 3
- – 4 lantai (KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 20 meter dari lantai dasar.
antara 2
Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar
- – 3 lantai (KLB maks = 3 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 16 meter dari lantai dasar.
maks = 2 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 12 meter dari lantai dasar.
Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 2 lantai (KLB
Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan luasan beberapa meter persegi pada tapak dimaksudkan agar masih terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di dalam tapak tersebut. Dengan menyisakan luasan kapling agar tidak didirikan bangunan, juga berdampak secara psikologis. Apabila seluruh kapling dipenuhi bangunan, maka kesan padat dan sesak akan sangat terasakan. Penetapan besar KDB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)
Besar pengaliran air
Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Pinrang : Permukiman, terdiri dari perumahan dengan KDB 50 – 60 %
Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan
Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA,
Akademi/PT, dan Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.
puskesmas, apotik, dan balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin,
gereja, dan vihara dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla,
pemerintahan kota, kecamatan, balai desa, dan lain-lain dengan KDB 40 – 50 %.
Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan, terdiri dari kantor
pertokoan, pasar swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB maksimum 70 % disesuaikan dengan lokasi dan karakteristik kegiatannya.
Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar,
gedung pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan sarana rekreasi lainnya dengan KDB 60 – 70 %.
Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung
lingkungan, lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB
Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman
5 – 10 %. 9)
Rencana Investasi
Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan kawasan Pinrang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pinrang, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan masyarakat Kabupaten Pinrang.
Tata Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang.
Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada panduan
fisik bangunan di dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan ketentuan berlaku.
Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan
10) Ketentuan Pengendalian Rencana
tahapan kegiatan diantaranya; penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disensitif, serta pengenaan sanksi.
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan penegendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
undang-undang penataan ruang diatur oleh pemerintah Kabupaten Pinrang berdasarkan kewenangan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan pemerintah dapat membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.
Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam
benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pinrang sesuai dengan kewenangannya.
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang
penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai rencana tata ruang.
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya
daerah Kabupaten Pinrang sesuai dengan kewenangannya masing- masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah