PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN SUATU STUDI KASUS

PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN SUATU STUDI KASUS

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Oleh: Anastasia Juwita Asih Pangesti

  NIM: 011114042

  PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILM U PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  

MOTTO

J angan per nah menyesali hidup saat ini.

  

J alanilah sekalipun it u hanya unt uk sat u har i.

Har i- har i baik mendat angkan KEBAHAGI AAN,

har i- har i yang kur ang baik member i PENGALAMAN.

  

Kedua-duanya member i ar t i bagi kehidupan ini .

  

PERSEMBAHAN

Teriring ucapan t erimakasih, skripsi ini ku persembahkan kepada :

Allah Bapa yang selalu ada dalam hat iku yang membuat ku mampu

menyelesaikan skripsi ini.

K edua orangt uaku: Yohanes Eddy Supeno dan I gnat ia Hert at i

K et iga adikku : Agnes Asa Paramit a, L ucia I maniast ri dan

  

M argaret ha Panca Wardhani.

  

K ekasihku Sehelbert L eo

D an

Taman Asuhan Anak Pert iwi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Juli 2008 Penulis

  Anastasia Juwita Asih Pangesti

  

ABSTRAK

PENGUASAAN TUGAS PERKEMBANGAN ANAK

USIA 4-5 TAHUN

SUATU STUDI KASUS

  

Anastasia Juwita Asih Pangesti

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

  Penelitian ini mengenai Penguasaan Tugas Perkembangan Anak. Subjek penelitian ini adalah seorang anak bernama Dewi (bukan nama sebenarnya) yang berusia 4 tahun, dan pada saat ini sedang dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tugas perkembangan apa saja yang belum terpenuhi oleh subjek yang dititipkan di Taman Asuhan Anak, untuk mengetahui latar belakang permasalahan mengapa subjek belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik dan memberikan bantuan kongkret pada subjek agar dapat memenuhi tugas perkembangannya.

  Jenis penelitian ini adalah deskritif kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode wawancara informatif dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa subjek belum mampu memenuhi Tugas Perkembangan anak usia 4-5 tahun, sehingga berdampak dalam perkembangan diri subjek selanjutnya dan membuat subjek tidak bahagia, kurang diterima dalam lingkungan masyarakat dan kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangan selanjutnya. Hal ini dikarenakan subjek dikondisikan oleh orang tuanya untuk tidak memenuhi Tugas Perkembangannya sehingga subjek merasa tidak perlu menyelesaikan Tugas Perkembangannya.

  Mengingat pentingnya menyelesaikan Tugas Perkembangan maka diambil langkah-langkah sebagai berik ut : (1) memanggil orang tua subjek untuk meminta kesedia nnya bekerjasama agar subjek mampu menyelesaikan Tugas Perkembangannya. (2) melatih Toilet Training pada subjek, dan setelah 5 minggu berhasil membantu subjek menyelesaikan Tugas Perkembangannya. (3) mengambil langkah- langkah kongkret lain untuk membantu subjek memenuhi Tugas Perkembangan lain yang belum dapat dipenuhi oleh subjek sehingga subjek mampu menyelesaikan Tugas Perkembangannya yang lain. Langkah- langkah yang diambil demi membantu subjek memenuhi Tugas Perkembangannya cukup berhasil membantu subjek menyelesaikan Tugas Perkembangannya sehingga subjek menjadi lebih percaya diri dan ceria.

  

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF TASK MASTERY

OF 4-5 YEAR OLD CHILD

A CASE STUDY

  

Anastasia Juwita Asih Pangesti

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

  This research was about The Development of task masteryof 4-5 year old child. This research subject was a girl name Dewi (not the real name) ages 4 years old and this time is being entrusted at Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji, central Jakarta. This research aimed to know all about domination of assignment that is fulfilled yet at The place, to know what the problems background why this subject cannot finish her development better and give a concrete helps to the subject so she can fulfill her development.

  This research was Descriptive Qualitative with design case study research. The collecting data method used to observe were interview informative method, documentation study and home visit. From this result the subject was not capable to fulfill the child growth of age 4 years old, so affecting the subject then and make the subject unhappy, not quite accepted in the society and difficulty to fulfill next assignment. It is because the subject has been conditioned by her parents not to fulfill her assignment so she feels that is no need to finish it.

  Considering the importance to finish her assignment, that were taken steps as follow : (1) invite her parents to ask their cooperation so the subject capable to finish her assignment. (2) Train the Toilet Training to the subject and after 5 weeks it can be done. (3) Take another concrete step to help her to fulfill another assignment. The step that has beentaken to help subject to fulfill her assignment wasquite successful so she can more self confidence and more cheerful.

KATA PENGANTAR

  Syukur kepada Bapa di surga atas segala rahmat, karunia dan bimbingan mulai dari awal kehidupan hingga saat ini, sehingga skripsi yang berjudul "Penguasaan Tugas Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Suatu Studi Kasus" telah dapat diselesaikan. Puji syukur atas kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi hingga perguruan tinggi. Menyadari bahwa jalan kehidupan masih panjang membentang, dan memerlukan proses belajar yang terus menerus, tidak cukup sampai di sini, maka pada kesempatan ini ingin berbagi kebahagiaan atas selesainya proses penyusunan skripsi dengan menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang berkenan memberikan pengarahan, dukungan dan menjadi teman diskusi dalam proses penyusunan skripsi.

  2. Drs. T.A. Prapancha Hary, M.Si., dosen pembimbing II yang berkenan memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.

  3. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  5. Drs. Wens Tanlain, M.Pd., selaku dosen penguji III yang berkenan menyediakan waktu dalam pelaksanaan ujian skripsi.

  6. Seluruh dosen prodi BK dan karyawan Universitas Sanata Dharma atas

  7. Bapak dan ibu tercinta (Yohanes Eddy Supeno & Ignatia Hertati) yang berkenan menjaga, merawat, membesarkan, membimbing, dan menyediakan segala fasilitas hingga saat ini. Terimakasih untuk semuanya.

  8. Ketiga adikku (Asa, Iim & Reta) tempatku berbagi kasih. Terimakasih untuk dukungan serta doa untukku.

  9. Teman teman yang selalu mendukungku dalam Studi : Nur, Endra, Agus dan Desy terima kasih untuk persahabatan yang indah dan dukungan.

  10. Alfon, Deni, Arny, Sipry, Paul Tere, U-nee, Sr Floren, Bety, yang telah memberikan masukan, dukungan dan doa untukku.

  11. Semua teman prodi BK angkatan 2001 kelas A dan B. Terima kasih telah menjadi sahabat dan saudara untuk saling memperkembangkan.

  12. Ibu Kost yang selalu mendukung dan mendorongku dengan banyak nasehat dan petuah untuk menyelesaikan skripsi ini dan teman-teman kost di Bener 3 Tegal Rejo : Epi, Ica, Ila, Shinta, Adel, Lia yang telah dan akan tetap menjadi keluargaku.

  13. Sahabat-sahabatku di Bekasi : Ica, Nona, Ndoenk, Mario, Hans, Rika, Lim.

  Terima kasih atas dukungan dan persahabatan yang indah dan selalu siap sedia mendengar semua keluh kesahku.

  14. Keluarga Om Yossy& Tante Lina Kemitbumen. Terima kasih atas tempat tinggal selama 3 tahun selama kuliah di Jogja serta dukungan dan doanya.

  15. Keluarga besar Pakde Tik dan Bude Yanti Sidoarum. Terimaksih atas dukungan, doa dan tempat tinggal selama mengurus skiripsi sampai selesai.

  16. Sehelbert Leo yang selalu menungguku dengan setia dan mendukungku selalu dalam setiap keputusan yang kupilih. Terima kasih untuk semua kesabaran dan kasih sayang untukku.

  17. Keluarga Besar TAA Pertiwi Sangaji : Ibu Fatmawati, Ibu Sri, Ibu Dirah, Ibu Deby, Ibu Ema, Pak Topo, Mba Midah, Mba Rahma, Mas Elan dan Mas Jalmo yang telah memberi informasi saat penyusunan skripsi. Terimakasih untuk semuanya.

  18. Untuk semua murid-muridku di TAA Pertiwi yang aku sayangi : Kristine, Diva, Thoriq, Zia, Vira, Ikke, Helwa, Kanz, yang telah membuat hari-hariku semakin berwarna. Terimakasih untuk semuanya.

  19. Semua pribadi dan pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu.

  Terima kasih. Tuhan memberkati.

  Penulis menyadari bahwa “tak ada gading yang tak retak”, demikian juga dengan skripsi ini. Semoga hasil karya pemikiran ini berguna bagi pribadi-pribadi yang berkenan membacanya.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... . i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

  BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4 E. Batasan Istilah .......................................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................ 7 A. Perkembangan Anak ................................................................................ 7 1. Pengertian ……………………………………….…………….……. 7

  B.

  Tugas Perkembangan Anak ...................................................................... 19

  1. Pengertian ............................................................................................. 19 2.

  Sumber-sumber Tugas Perkembangan ……………………………….. 21 3. Tugas perkembangan Anak …………………..………………………… 23 4. Tujuan Tugas Perkembangan Anak……………………………………. 31 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penguasaan Tugas Perkembangan... 32 6. Bahaya Tugas Perkembangan………………………………………….. 33

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 35 A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 35 B. Subjek Penelitian ...................................................................................... 36 C. Sumber Data ............................................................................................. 36 D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 36 E. Analisis Data……. .................................................................................... 37 BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 42 A. Observasi.................................................................................................... 42 B. Studi Dokumentasi ………………………………………………………. 53 C. Wawancara Informasi ……………………………………………………. 54 D. Kunjungan Rumah………………………………………………………… 60 E. Analisis Masalah …………………………………………………………. 61 F. Penyelesaian Masalah …………………………………………………….. 64 BAB V PENUTUP ......................................................................................... 69 A. Ringkasan ................................................................................................. 69

  C.

  Saran ......................................................................................................... 71 Daftar Pustaka Lampiran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini perkembangan individu mulai dari periode pralahir sampai

  masa puber semakin disoroti oleh berbagai kalangan, terutama para pendidik, ahli psikologi dan orangtua. Perkembangan individu meliputi berbagai aspek dan melalui tahapan yang sama dengan mengikuti pola-pola yang dapat diramalkan dan mempengaruhi kehidupan individu. Para orangtua dewasa ini juga mulai memberikan perhatian yang lebih besar pada perkembangan anak-anak mereka terutama pada fase-fase awal. Orangtua menginginkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan wajar, dalam arti sesuai dengan standar sosial dalam lingkungan mereka.

  Standart sosial yang dimaksud ini adalah tugas perkembangan yang terjadi tiap tahapan hidup manusia. Misal saja pada usia 2 tahun anak dapat berbicara atau berceloteh walaupun belum jelas, sehingga bila ada anak yang belum dapat berbicara atau berceloteh maka anak tersebut tidak memenuhi standart sosial dalam masyarakat / Tugas Perkembangan. Apabila standart sosial dalam masyarakat / Tugas Perkembangan tersebut belum terpenuhi maka dapat menimbulkan berbagai dampak negatif dalam diri anak, yaitu : anak menjadi kurang percaya diri, memiliki konsep diri yang rendah, dikucilkan dari lingkungan, dicemooh dan kesulitan dalam memenuhi standar sosial yang lain. timbul pada / sekitar kehidupan individu tertentu, keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagian dan keberhasilan pelaksanaan tugas lainnya kelak, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan masyarakat, dan kesulitan dalam pelaksaan tugas lainnya kelak.

  Tugas Perkembangan yang hadir berikutnya adalah lanjutan dari tugas perkembangan sebelumnya. Misal saja seorang anak tidak akan bisa berjalan apabila anak belum pernah merangkak dan rambatan, atau seorang anak tidak akan bisa membaca apabila anak belum dapat mengenal huruf. Jadi apabila anak belum dapat memenuhi Tugas Perkembangan pada awal kehidupannya maka akan mengalami kesulitan dalam memenuhi tugas perkembangan tahap selanjutnya.

  Dewi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang anak berusia 4 tahun yang masih belum mampu mengontrol saat buang air besar dan air kecil dan masih menggunakan pampers. Dewi juga masih belum dapat berbicara dengan lancar. Pada umumnya seorang anak usia 4 tahun sudah tidak menggunakan pampers dan mampu mengontrol pembuangan tubuh dengan baik. Hal lain yang ditemukan pada Dewi adalah Dewi seorang anak yang tidak ceria seperti anak-anak pada umumnya. Dewi lebih banyak diam dan suka melamun baik saat bermain maupun saat belajar dikelas.

  Ketidak mampuan Dewi untuk mengontrol pembuangan fisiologik dalam dirinya menimbulkan dampak yang negatif bagi Dewi yaitu mengganggu Dewi dalam kehidupan sosialnya dikarenakan Dewi sering mendapat olok-olok dari teman sebayanya kerena masih suka buang air besar dan buang air kecil di celana. Dewi menjadi kurang percaya diri, kurang ceria dan banyak melamun karena tidak mendapat penerimaan sosial yang baik dari lingkungan sosialnya.

  Ketertarikan mengangkat masalah ini adalah karena keingintahuan untuk mengetahui tugas perkembangan apa yang sudah terpenuhi dan belum terpenuhi oleh Dewi. Mengetahui lebih dalam hal yang melatarbelakanginya dan keinginan untuk membatu Dewi agar mampu memenuhi Tugas perkembangannya. Sehingga pada akhirnya dapat membantu anak-anak lain yang dititipkan di TAA Pertiwi untuk memenuhi tugas perkembangannya dengan baik sehingga anak-anak tidak tertekan karena belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya, dalam hal ini terutama Dewi.

B. RUMUSAN MASALAH 1.

  Tugas perkembangan mana sajakah yang belum diselesaikan oleh Dewi, yang dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat?

  2. Apakah penyebab utama Dewi belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya?

  3. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh penulis untuk membantu Dewi agar dapat memenuhi tugas perkembangannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk: 1.

  Mengetahui tugas perkembangan apa saja yang belum terpenuhi oleh Dewi yang dititipkan di Taman Asuhan Anak Pertiwi Sangaji Jakarta Pusat.

  2. Mengetahui latar belakang permasalahan yang menyebabkan Dewi belum dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik.

  3. Memberikan bantuan konkret pada Dewi agar dapat memenuhi tugas perkembangannya.

D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Bagi Guru : a.

  Mengetahui lebih dalam tentang tugas perkembangan anak dan permasalahan yang timbul akibat belum terpenuhinya Tugas Perkembangan dan penyebabnya.

  b.

  Berlatih mengaplikasikan ilmu untuk membantu subjek menyelesaikan Tugas Perkembangannya.

  2.Bagi Orangtua : a.

  Menambah wawasan tentang Tugas Perkembangan dan masalah-masalah yang timbul akibat belum terpenuhinya Tugas Perkembangan.

  b.

  Mampu mengambil tindakan apabila timbul masalah serupa.

  3. Bagi Taman Asuhan Anak Pertiwi : a.

  Menjadi semakin tahu bahwa belum terpenuhinya Tugas Perkembangan mampu menimbulkan masalah pada anak dan mempengaruhi pemenuhan Tugas perkembangan selajutnya.

  b.

  Menambah wawasan tentang Tugas Perkembangan pada masa kanak- kanak awal.

  c.

  Mampu mengambil tindakan apabila timbul masalah serupa di lain waktu.

E. BATASAN ISTILAH

  1. Tugas Perkembangan adalah : tugas-tugas yang harus dilakukan, dipecahkan dan diselesaikan oleh individu dalam tahap-tahap perkembangannya agar individu bahagia dan tidak dikucilkan dari lingkungannya.

  2. Studi Kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang individu secara utuh dan mendalam dengan tujuan memahami keberadaan dirinya dengan lebih baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Anak 1. Pengertian Perkembangan yang terjadi pada manusia merupakan akibat dari proses

  kematangan dan pengalaman yang terjadi pada serangkaian perubahan yang progresif, sistematis, dan berkesinambungan. Perkembangan dapat disebut sebagai suatu proses yang mengarah ke depan dan tidak akan kembali atau tidak begitu saja dapat diulang kembali (Baradja, 2005: 1-2). Menurut Chaplin (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006: 2) perkembangan diartikan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati; pertumbuhan; perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional; dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.

  Baradja (2005: 3) juga mengungkapkan bahwa perkembangan dapat dikatakan proses yang tetap dan kekal, yaitu tetap dalam arti bahwa setiap individu akan dan pasti melakukan atau melalui proses perkembangan yang menuju kepada tingkatan integrasi yang lebih tinggi. Kekal disini berarti bahwa jika perkembangan tersebut telah berjalan maka tidak akan kembali atau mundur ke belakang.

  Menurut Hurlock perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sedangkan Van den Daele (dalam Hurlock, 1978: 2) mengatakan bahwa perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. Perkembangan pada manusia tidak dapat dipisahkan dari adanya pertumbuhan. Keduanya memiliki persamaan, yaitu keduanya mengalami perubahan secara kualitatif dan kuantitatif. Namun keduanya juga memiliki perbedaan yaitu; pertumbuhan dikhususkan pada perubahan fisik dan bentuk tubuh, sedangkan untuk perkembangan lebih difokuskan pada perubahan yang bersifat psikologis.

  Perkembangan berlangsung melalui sejumlah tahapan, dimana masing- masing tahapan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan. Beberapa teori menekankan tahapan seluruh bidang perkembangan anak yang dapat diramalkan, sementara yang lain membatasi diri pada bidang perkembangan tertentu (Hurlock, 1978: 5). Perkembangan terjadi secara bertahap dengan pola-pola yang dapat diramalkan. Ericson (dalam Hurlock, 1978: 5) berpendapat serupa tentang anak bahwa perkembangan ego setiap anak tumbuh melalui tahapan yang dapat diramalkan dan tahapan ini tidak terbatas pada masa kanak-kanak tetapi berlanjut sampai usia tua.

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah pengalaman yang terjadi dalam diri manusia secara terus-menerus ke arah depan dan tidak dapat begitu saja kembali ke belakang, dalam hal ini lebih banyak bersifat kualitatif karena berkenaan dengan aspek kejiwaan.

  Para ahli psikologi perkembangan (Baradja, 2005: 3) mengungkapkan bahwa manusia berkembang sesuai dengan proses yang terjadi pada individu itu sendiri dan lingkungannya. J.P Chaplin (dalam Baradja, 2005: 3) mengungkapkan bahwa psikologi perkembangan mempelajari proses perubahan dan kematangan perilaku pada individu sebelum kelahiran maupun setelah kelahir an.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

  Setiap makhluk hidup yang berkembang akan mengalami perubahan dari rendah menjadi tinggi, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.

  Perubahan didasari oleh proses yang terjadi dalam diri dan proses pembelajaran yang dialami dari luar diri individu. Seberapa cepat dan besarnya proses perkembangan itu berpengaruh dari faktor hereditas dan faktor lingkungan.

  a. Faktor Hereditas Hereditas merupakan suatu faktor bawaan individu yang diperoleh dari orangtua kandung. Dalam hal ini hereditas diturunkan oleh orangtua kepada anak melalui struktur genetik. Hereditas berasal dari hasil pembuahan yang terjadi dari perpaduan atau pertemuan antara kromosom. Ada perbedaan kromosom pada laki-laki dan perempuan, pada laki-laki terdapat kromosom "XY" sedangkan pada perempuan terdapat kromosom "XX".

  Dari sel-sel yang membentuk kromosom itulah yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya yaitu sifat-sifat, bakat dan bentuk fisik. Kromosom ibu dan kromosom ayah melebur saat terjadi pembuahan dalam rahim yaitu saat sel telur bertemu dengan sel sperma. Peleburan antara kromosom ayah dan kromosom ibu itulah yang diwariskan kepada anaknya. Kromosom tersebut mengandung bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang akan membawa faktor keturunan yang sesungguhnya, bagian itu disebut gen.

  Pembawaan anak tergantung pada kromosom mana yang lebih dominan. Penurunan gen tersebut tidak hanya sebatas fisik saja dan bukan berlaku pada tingkah laku yang berasal dari pengalaman dan proses belajar. Seperti telah diketahui bahwa perkembangan fisik individu sangat dipengaruhi oleh faktor hereditas, namun tidak dipungkiri ada pengaruh dari luar individu pada masa konsepsi. Pengaruh dari luar juga dapat menghambat perkembangan individu.

  Aliran Navitisme ini berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli aliran navitisme (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006: 33) berpendapat bahwa setiap individu yang dilahirkan dibekali (membawa) bakat-bakat, baik yang berasal dari orangtuanya, nenek moyang, atau jenisnya. Jika pembawaannya itu baik maka akan baik pula anak itu kelak, demikian juga sebaliknya.

  Menurut anggapan aliran ini segala pengaruh lingkungan atau pendidikan tidaklah akan berarti apa-apa, karena segala bakat atau pembawaan itu akan berkembang dengan sendirinya tanpa dapat dirubah (Mubin dan juga bakat, minat dan sifat. Contoh yang nyata dalam kehidupan adalah adanya kemiripan dalam bentuk fisik yaitu kemiripan pada wajah dan bentuk tubuh.

  Selain itu apabila ayah atau ibu seorang seniman maka ada dari anaknya yang juga menjadi seniman. Jadi anggapan bahwa faktor genetik hanya menurunkan fisik saja itu tidak benar karena ada sifat, bakat dan minat yang diturunkan oleh orangtua kepada anaknya melaui genetik.

  b. Faktor Lingkungan Menurut paham empirisme yang menentukan kehidupan dan pola hidup manusia serta perkembangannya adalah lingkungan. Paham tersebut berpendapat bahwa lingkungan sangat mempengaruhi proses perkembangan individu. Salah satu tokoh paham empirisme adalah Watson yang menyatakan "berikan seribu anak akan saya bentuk seribu manusia". (dalam Baradja, 2005:

  68) hal ini membuktikan bahwa kepribadian seseorang dapat dibentuk melalui lingkungan.

  Selain itu John Locke (dalam baradja, 2005: 68) yang berpendapat bahwa manusia dapat dibentuk sesuai dengan keinginan kita, menyatakan bahwa manusia itu bagaikan kertas putih, jika diberi warna merah maka akan jadi merah, teori ini dikenal dengan nama Tabularasa. Lingkungan tidak hanya mempengaruhi perkembangan individu tetapi individu yang ada juga mempengaruhi lingkungannya. Sehingga akan terjadi hukum alam yaitu saling mempengaruhi.

  Faktor lingkungan terdiri dari : 1)

  Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang bersifat universal, maksudnya adalah lingkungan ini ada dalam masyarakat luas (Baradja, 2005:

  68). Keluarga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan individu dan merupakan lingkungan sosial yang utama (kelompok primer) bagi individu.

  Keluarga sangat mempengaruhi perkembangan individu karena keluarga yang memberikan stimulus pada individu untuk berkembang. Setiap kondisi yang kurang baik dalam hubungan keluarga akan menyebabkan bahaya psikologis dengan akibat yang serius dan luas terutama dalam kepribadian individu.

  Keluarga merupakan tempat individu untuk mengembangkan jasmani, afektif dan psikomotor karena dalam keluarga individu memperoleh pemenuhan kebutuhan secara fisik dan psikis (Baradja, 2005: 69). Keluarga merupakan penetapan dasar dalam hidup individu dalam keluarga individu diperkenalkan dengan nilai agama, nilai moral, budaya dan keterampilan hidup. Keluarga memberikan penanaman, pembimbingan, dan membiasakan individu hidup dalam nilai yang di pegang teguh oleh keluarga yang merupakan pendidikan awal dalam hidup individu. Dengan menanamkan nilai-nilai hidup ini keluarga khususnya orangtua berharap individu (anak) menjadi pribadi sesuai dengan harapan keluarga.

  Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 55) keluarga merupakan tempat dimana anak diasuh dan dibesarkan. Keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan orangtua dalam merawat anak sangat mempengaruhi pertumbuhan jasmani anak. Anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kondisi ekonomi yang cukup umumnya sehat dan cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan anak dari keluarga kurang mampu. Demikian pula anak yang orangtuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.

  Hal lain lagi yang mempengaruhi perkembangan individu yang berasal dari keluarga adalah cara bersosialisasi atau bergaul, baik dengan orangtua, saudara kandung ataupun dengan anggota keluarga lainnya. Selain bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain individu juga belajar untuk bertanggung jawab, bekerjasama, bertoleransi dan menghargai orang lain melalui keluarga.

  Jadi keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan individu karena melalui keluarga individu belajar banyak hal utama dari keluarga. Mulai dari agama sampai cara bergaul yang pada akhirnya membantu individu dalam rentang kehidupan selanjutnya. Selain itu keluarga juga membentuk kepribadian individu. 2)

  Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perkembangan individu karena di sekolah individu mendapatkan pendidikan formal. Di sekolah individu mendapatkan bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang berguna untuk mengembangkan potensi dasar yang dimiliki individu (Baradja, 2005:

  Lingkungan sekolah berpengaruh pada pengenalan diri dan pembentukan konsep diri individu (Baradja, 2005: 75). Sekolah memberikan proses identifikasi individu melalui berbagai kegiatan yang mampu mengembangan potensi dasar yang ada dalam diri individu. Pada perkembangan selanjutnya individu mencontoh hal-hal yang diajarkan dan dilatihkan di sekolah, kemudian individu memproses dengan identitas dirinya.

  Dengan demikian lingkungan sekolah membantu anak untuk mengenal dirinya dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri individu dengan lebih baik.

  Menurut Havighurs (dalam Baradja, 2005: 75) sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab dalam membantu anak mencapai kematangan tugas perkembangannya. Untuk mencapai kematangan perkembangan maka sekolah menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan potensi dasar yang ada dalam diri individu dengan cara mengembangkan kreativitas.

  Sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong perkembangan individu, karena sekolah merupakan pengaruh pembanding atas pengaruh perkembangan anak dalam lingkungan keluarga. Pendidikan yang di terima oleh individu di rumah akan di bandingkan dengan pendidikan yang didapatkan di sekolah dan pada akhirnya individu menentukan sendiri pilihannya dan diterapkan dalam hidupnya.

  Menurut Yusuf (2006: 54) sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berprilaku. Menurut Yusuf ada beberapa alasan sekolah memainkan peran penting dalam perkembangan kepribadian anak, yaitu: a)

  Para siswa harus hadir di sekolah

  b) Sekolah memberikan pengaruh pada anak secara dini, seiring dengan perkembangan "konsep diri" anak c)

  Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dari pada di tempat lain di luar rumah d)

  Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses e)

  Sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuanya secara realistik.

  Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 55-56) sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Individu yang tidak sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal, karena sekolah berperan dalam meningkatkan pola pikir individu. Melalui sekolah individu dapat belajar berbagai ilmu pengetahuan yang turut menentukan pola pikirnya. Individu yang kuliah di Fakultas Keguruan akan berbeda kepribadiannya dengan individu yang kuliah di Fakultas Teknik. Demikian pula individu yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan individu yang tidak sekolah.

  3) Lingkungan Teman Sebaya

  Teman sebaya menurut Baradja (2005: 76) membantu individu untuk menyatukan perasaan, pemikiran motif dan tingkah laku dirinya dengan orang lain. Teman sebaya memungkinkan individu untuk menjalin hubungan sosial, antara satu dengan lainnya dan pada akhirnya akan saling mempengaruhi.

  Dorongan untuk menjadi sama antara satu dengan yang lain sesuai dan seragam akan menimbulkan konformitas, agar dapat diterima dalam kelompok sebaya.

  Teman sebaya lebih berpengaruh dari pada lingkungan keluarga terutama orangtua. Alasannya adalah (Baradja, 2005: 76-77) : a)

  Mempunyai kesamaan dalam perasaan, pikiran dan tingkah laku antara satu dengan yang lain. Tumbuhnya rasa saling mengerti dan memahami.

  b) Komunikasi dengan teman sebaya, terdapat interaksi yang nyata dan saling menanggapi tanpa adanya perintah dan tekanan.

  c) Munculnya keinginan yang sama sesuai dengan perkembangan dan usianya, sama-sama mempunyai kebutuhan yang sesuai dengan perkembangannya.

  d) Teman sebaya melakukan pola tingkah laku yang meminta individu untuk mengikuti dan melakukannya.

  Menurut Yusuf (2006: 59) kelompok teman sebaya sangat mempengaruhi kepribadian anak terlihat dari beberapa aspek : a)

  Social Cognition yaitu kemampuan untuk berpikir tentang pandangan, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain karena adanya kesamaan usia. Kemampuan ini berpengaruh kuat terhadap minatnya untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya.

  b) Konformitas yaitu motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam dengan nilai- nilai kebiasaan, kegemaran, (hobi) atau budaya teman sebayanya.

  4) Lingkungan Masyarakat

  Masyarakat menurut Ahmadi dan Soleh (2005: 56) adalah lingkungan tempat tinggal anak mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah.

  Kondisi orang-orang di desa atau di kota tempat tinggal juga turut mampengaruhi perkembangan jiwanya.

  Anak-anak yang dibesarkan di kota akan berbeda pola pikirnya dengan anak-anak yang dibesarkan di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif dibanding dengan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Anak kota lebih berani mengungkapkan pendapatnya, ramah dan luwes sikapnya dalam pergaulan sehari-hari. Bertolak belakang dengan anak kota, anak desa umumnya kurang berani mengeluarkan pendapat, pemalu, agak penakut dan kaku dalam pergaulan. Semua perbedaan sikap dan pola pikir diatas adalah akibat pengaruh dan lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.

  5) Keadaan alam Sekitar

  Keadaan alam sekitar tempat tinggal juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal, di kota atau di desa, di pantai atau di pegunungan (Ahmadi dan Soleh, 2005: 56).

  Menurut John Locke dan diperkuat oleh Sigaud dan Mac Aulife ada beberapa tipe manusia berdasarkan hasil bentukan lingkungan tempat tinggalnya (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006: 36-37), yaitu :

  a) Tipe Muskuler adalah orang yang hidup di daerah-daerah yang sukar

  (pegunungan, desa terpencil, pulau kecil yang jauh dari kota besar) memiliki otot dan anggota badan yang kuat.

  b) Tipe Respiratoris adalah orang yang hidup di daerah pertanian, yang mempunyai dada bidang dan rongga yang besar.

  c) Tipe Digestif adalah orang yang kaya atau tuan-tuan tanah, yang mempunyai perut gendut, mata kecil, leher pendek dan rahang besar.

  d) Tipe Cerebral adalah orang yang hidup di kota besar yang banyak memerlukan kerja dengan otak penuh dengan problem-problem kehidupan, memiliki dahi menonjol ke depan, rambut jarang bahkan botak, telinga lebar, mata bersinar,kaki dan tangan kecil.

  Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak individu berada dalam konsepsi, lingkungan telah ikut mengambil andil bagi mineral, kesehatan jasmani, aktivitas dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Antara Hereditas dan lingkungan terjadi hubungan atau interaksi, yaitu sama-sama menyumbangkan bagi pertumbuhan fisiologis dan tingkah laku individu secara bersama-sama. (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 57-58)

B. Tugas Perkembangan Anak

1. Pengertian

  Dalam perkembangan individu pada setiap tahapannya terdapat harapan sosial yang harus dipenuhi oleh individu. Harapan sosial tersebut disebut tugas perkembangan. Menurut Havighurst tugas perkembangan adalah tugas yang timbul pada atau sekitar periode kehidupan individu tertentu dalam rentang kehidupan individu, keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagiaan dan keberhasilan pelaksanaan tugas berikutnya kelak, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan masyarakat dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas lainnya kelak (Hurlock, 1978: 40). Achdiyat (1981: 1) mengungkapkan kembali pendapat Havighurst tentang tugas perkembangan. Menurut Achdiyat tugas perkembangan adalah suatu atau sejumlah tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, keberhasilannya dalam menunaikan tugas itu dapat membawa kebahagiaan dalam menunaikan tugas-tugas berikut, sedangkan bilamana gagal dalam menunaikan tugas itu, maka yang diperoleh adalah ketidakbahagiaan, kekecewaan, dicela oleh masyarakat, dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

  Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya bila dilihat dari prespektif psikososial (Yusuf, 2006: 65). Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Mubin dan Cahyadi (2006: 34) berpendapat tugas perkembangan adalah tugas yang harus dilakukan, dipecahkan, dan diselesaikan oleh setiap inividu dalam tahap-tahap perkembangannya agar individu tersebut menjadi bahagia. Tugas perkembangan menuntut adanya korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang diterima anak, serta norma-norma sosial budaya yang ada. Sebab konsep diri dan harga diri seseorang akan dianggap turun jika tidak dapat melaksanakan tugas perkembanganya dengan baik.

  Tugas perkembangan menurut Ahmadi dan Soleh (2005: 67) dipengaruhi oleh daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau aktif dalam mengadakan percobaan-percobaan. Anak akan berusaha mencoba segenap potensinya untuk mencari pengalaman baru, sebab dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki maka anak akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara cepat dan sehat.

  Menurut Kartono (1995: 245) Tugas Perkembangan adalah tugas-tugas khusus yang harus dilakukan oleh sebab didorong oleh kemasakan pribadi dan didorong oleh tekanan-tekanan sosial (norma-norma sosial) agar individu yang bersangkutan bisa mempertahankan perkembangan yang normal sebagai makhluk mempunyai masa-masa kematangan dan masa pekanya, yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Misal saja bila anak mulai mencoret sebaiknya diarahkan untuk menggambar benang kusut dengan menggunakan crayon sehingga secara tidak langsung anak diperkenalkan dengan menggambar dan mewarnai.

  Tugas perkembangan yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Bila terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan bahagia. Sedangkan bila tidak terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan rendah diri dan mendapat kecaman dari masyarakat dan perasaan sedih.

2. Sumber-sumber Tugas Perkembangan

  Individu yang tumbuh akan menemukan dirinya memiliki sumber-sumber kekuatan yang baru, baik dari fisik maupun dari psikis yang memungkinkan individu untuk belajar. Individu juga menemukan bahwa dirinya memiliki tantangan dan harapan-harapan baru dari masyarakat sekitar. Kekuatan dari dalam dan luar individu inilah yang menempatkan individu pada serangkaian tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai agar individu dapat menjadi manusia yang berhasil.

  Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurs ini muncul dari (Achdiyat, 1981: 2-3) :

  a. Kematangan fisik Kematangan fisik adalah kematangan pada otot-otot tangan dan kaki sehingga mampu menerima rangsangan dan menjalankan fungsinya. mengangkat badannya. Selain itu jika ingin berdiri diawali dengan duduk terlebih dahulu untuk melatih keseimbangan yang baik, selanjutnya baru bisa mulai belajar berjalan.

  b. Tuntutan kultural dari masyarakat Setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Seringkali tugas perkembangan ini akan dipengaruhi oleh tuntutan masyarakat, sehingga anak tidak boleh melakukan aktivitas tertentu sebelum mencapai usia tertentu. Sehingga tugas perkembangan mengalami perbedaan antara budaya satu dengan budaya lainnya. Contoh: membaca, menulis, berjalan, memakan-makanan, berbicara dan sebagainya.

  c. Nilai-nilai dan aspirasi individual yang merupakan bagian kepribadiannya Salah satu sumber dari munculnya tugas perkembangan adalah adanya tuntutan dari dalam diri individu untuk menyelesaikan tugas perkembangannya berdasarkan potensi yang dimiliki dan sesuai dengan kepribadiannya. Contoh : memilih pekerjaan dan memilih jodoh.

3. Tugas Perkembangan Anak

  a. Tugas Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun dirumuskan oleh Baradja (2005: 83-85) :

  1) Secara Fisik

  a) Dapat berdiri dan melompat dengan satu kaki Adanya kematangan pada otot kaki, tulang dan syaraf-syaraf pada kaki untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan.

  b) Menangkap bola yang dipantulkan dilantai Kemampuan motorik dan koordinasi tubuh (mata, tangan dan kaki) untuk menangkap dan melempar bola/benda yang lain.

  c) Mengayuh dengan baik sepeda roda tiga Kemampuan pada otot kaki untuk menggoes sepeda dan tangan serta mata untuk mengendalikan laju sepeda.

  d) Naik dan turun tangga tanpa berpeganggan Memiliki keseimbangan dan koordinasi gerak yang baik pada saat naik dan turun tangga tanpa pegangan.

  e) Belajar memakai dan melepas pakaian sendiri Kemampuan motorik untuk dapat memakai dan melepas pakaian sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

  f) Belajar buang air kecil dan buang air besar Kesiapan dan kemampuan otot-otot dibagian pembuangan untuk g) Belajar memakan makanan padat Kemampuan untuk mencerna makanan padat dimulai dari proses mengunyah sampai penyerapan makanan dalam tubuh.

  h) Belajar berbicara Kemampuan untuk mengeluarkan suara-suara yang dapat dimengerti oleh orang lain sebagai respon dari stimulus (suara-suara) yang diberikan oleh orang lain. 2) Secara Emosional

  a) Sedikit sulit membedakan antara khayalan dan kenyataan

  Memiliki khayalan yang berasal dari hal-hal yang pernah dilihat atau didengar tetapi dianggap nyata.

  b) Membayangkan bayangan aneh tak dikenal sebagai monster

  Memiliki rasa takut yang berasal dari hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas.

  c) Marah atau mengamuk bila keinginannya tidak terpenuhi

  Mampu mengekspresikan rasa marah dengan cara menangis atau ngambek.

  d) Dapat merundingkan pemecahan masalah Kemampuan untuk membuat kesepakatan dengan orang lain.

  e) Menjadi semakin mandiri

  Mulai memiliki rasa percaya diri sehingga mampu melakukan beberapa kegiatan sendiri tanpa bantuan dari orang lain. f) Mampu mengadakan hubungan emosional dengan orangtua, saudara dan orang lain.

  Memiliki keterikatan batin dengan orang-orang terdekat (rasa sayang, tergantung, percaya dan aman.) g)

  Mampu mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati Kemampuan untuk berteman atau bersosialisasi dengan orang lain setelah mengadakan pengamatan atau penilaian pada orang lain.

  3) Secara Kecerdasan

  a) Mulai menyalin huruf besar Kemampuan untuk membuat huruf sesuai dengan contoh.

  b) Dapat membedakan beberapa warna

  Kemampuan untuk membedakan dan mengenal warna

  c) Mengetahui sejumlah bilangan Kemampuan untuk mengenal angka dan berhitung.

  d) Mulai memiliki konsep waktu

  Memahami dan mampu membedakan siang dan malam berdasarkan ciri-cirinya.

  e) Dapat bercerita

  Mampu menceritakan kejadian yang telah terjadi atau menjelaskan sesuatu hal. f) Mengenal perbedaan jenis kelamin

  Mampu membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan ciri- cirinya.

  b. Tugas Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun dirumuskan oleh Baradja (2005: 83-85) 1) Secara fisik

  a) Melompat-lompat kecil ditempat

  Adanya kematangan pada otot kaki, tulang dan syaraf-syaraf pada kaki untuk menopang berat badan dan menjaga keseimbangan dan dilakukan secara berulang-ulang.