Kohesi dan koherensi dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 - USD Repository

  

KOHESI DAN KOHERENSI

DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN

KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Rini Setyaningsih

  NIM: 05 4114 013 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2010

  

KOHESI DAN KOHERENSI

DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN

KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Rini Setyaningsih

  NIM: 05 4114 013 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2010

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Rini Setyaningsih Nomor Mahasiswa : 05 4114 013 Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul: KOHESI DAN KOHERENSI DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Di buat di Yogyakarta Pada tanggal 6 Maret 2010 Yang menyatakan Rini Setyaningsih

  

MOTTO

Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya

Karena itu kuserahkan hidupku

  

Ke dalam tangan-Nya

Sungguh indah rencana-Mu Tuhan

Dalam hidupku…

  

Ada saat-saat istimewa dalam kehidupan kita

Dan sebagian besar datang dari dorongan orang lain

(George Adams) PERSEMBAHAN Dengan setulus hati dan untaian kasih yang terindah Ku persembahkan skripsi ini kepada…

  Bapak Robertus Supajar dan Ibu Rubinah My sista Christina Rubiyanti Almamaterku

KATA PENGANTAR

  Segala hormat, pujian, dan syukur bagi kemuliaan Allah Bapa di surga yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, limpahan berkat, dan kasih-Nya bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis hingga skripsi ini bisa terselesaikan. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar dan perhatian memberikan dorongan serta membimbing selama penulisan skripsi ini.

  2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M,Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan selama penulisan skripsi ini.

  3. Dosen-dosen Sastra Indonesia: Dra. Francisca Tjandrasih Adji, M.Hum, S.E.

  Peni Adji, S.S., M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S. atas bimbingannya selama penulis belajar di Program Studi Sastra Indonesia.

  4. Segenap karyawan sekretariat Fakultas Sastra atas pelayanan dan bantuannya.

  5. Segenap staff Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas bantuannya selama penulis mencari referensi.

  6. Bapak R. Supajar dan Ibu Rubinah selaku orang tua yang telah memberikan kasih sayang dalam membesarkan penulis hingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

  7. Kakakku Christina Rubiyanti yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga buat Mas Sampurno Setidji atas doanya.

  8. Sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, semua masukan, saran, dan kritik untuk perbaikan skripsi ini, penulis terima dengan senang hati.

  Penulis ABSTRAK Setyaningsih, Rini. 2010. “Kohesi dan Koherensi dalam Surat Kabar Harian

  Kedaulatan Rakyat Edisi Juli 2009”. Skripsi. Program Studi Sastra

  Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Dalam skripsi ini dibahas tentang kohesi dan koherensi dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Ada dua pemasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, kohesi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009? Kedua, koherensi apa saja yang terdapat pada tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009?

  Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kohesi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 dan mendeskripsikan koherensi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data, dan (iii) tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu menyimak tajuk rencana dengan membaca, menelaah, dan memahami tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Teknik yang digunakan adalah teknik catat, yaitu mencatat data yang diperoleh dari sumber tertulis yang terdapat pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat kemudian dicatat sember datanya yang meliputi nama surat kabar, tanggal, bulan, dan tahun terbit. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode agih, yaitu metode penelitian yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik bagi unsur langsung, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan, yaitu teknik ganti, teknik sisip, teknik perluas, dan teknik parafrase. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa, dengan kata lain tidak menggunakan rumus.

  Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, struktur tajuk rencana pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 memiliki kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kemudian kohesi gramatikal dapat dirinci lagi menjadi empat, yaitu (i) kohesi penujukan, kohesi ini dibedakan menjadi dua yaitu penunjukan anaforis dan panunjukan kataforis dengan penanda kata itu, ini, dan tersebut, (ii) kohesi penggantian, dengan penanda kata mereka, -nya, dan ia, (iii) kohesi pelesapan, konstituen yang sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dalam bentuk morfem zero, (iv) kohesi perangkaian, dengan penanda kata sebab yang bermakna ‘sebab’, kata

  

bahkan yang bermakna ‘lebih’, kata namun yang bermakna ‘perlawanan’, kata

sehingga yang bermakna ‘akibat’, kata karena yang bermakna ‘sebab’. Kohesi leksikal dirinci menjadi enam, yaitu kohesi pengulangan, kohesi hiponimi, kohesi sinonimi, kohesi antonimi, kohesi kolokasi, dan kependekan. Kedua, tajuk rencana dalam surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 memiliki koherensi berpenanda. Koherensi berpenanada dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu (i) koherensi kausalitas, dengan penanda oleh karena itu, oleh sebab itu,

  

karena, dan akibatnya, (ii) koherensi kontras, dengan penanda kata namun,

sebaliknya, padahal, dan tapi, (iii) koherensi aditif, dengan penanda selain itu,

  (iv) koherensi temporal, dengan penanda ketika, (v) koherensi kronologis, dengan penanda kata kemudian, (vi) koherensi rincian, dengan penanada kata pertama dan kedua, (vii) koherensi intensitas, dengan penanda kata bahkan. Koherensi tidak berpenanda dirinci menjadi koherensi perian dan koherensi perincian.

  

ABSTRACK

  Setyaningsih, Rini. 2010. “Cohesion and Coherence in the Editorial of Daily Newspaper Kedaulatan Rakyat July 2009 Edition”. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters Study Programme, Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

  This thesis discusses cohesion and coherence in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition. There are two problems discussed in this study. First, what cohesions are contained in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition? Second, what coherences are contained in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition?

  The aim of this study is to describe any cohesions found in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition, and any coherences found in the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition.

  The kind of research used in this study is descriptive research. That is the research which describes the object of the study based on the facts. This study is conducted in three stages, (i) data collection phase, (ii) the data analysis phase, and (iii) the presentation phase of data analysis results. The method used to collect the data is the observing method, it is to observe the editorial by reading, reviewing, and understanding the editorial of daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition. The technique applied in this study is the recording technique, it is to record the data obtained from written sources in the daily newspaper

  

Kedaulatan Rakyat, and then the data sources, which cover the newspaper name,

  date, month and year of publication, are recorded too. The method used in the data analysis is distributional method; it is the research method that uses the language itself as the determining means. Technique used in data analysis is the technique of direct element division, then it is continued by the advanced techniques, those are replacement technique, parenthesis technique, extending technique, and paraphrase technique. Informal method is used in presenting the results of data analysis, it is by using ordinary words, or in other words, it does not use formula.

  The results of this study are as follows. First, the structure of the editorial in the daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition, has grammatical cohesion and lexical cohesion. Then, grammatical cohesion can be elaborated again into four, namely (i) referring cohesion. This cohesion is divided into two, they are the anaphoric reference and cataphoric reference with the word markers,

  

itu, ini, and tersebut; (ii) replacement cohesion, with the word markers, mereka, -

nya, and ia; (iii) deletion cohesion, a constituent that was mentioned in the

  previous sentence is mentioned again in the next sentence in the form of a zero morpheme; (iv) connection cohesion, the word marker sebab which means ‘cause’, the word bahkan which means 'more', the word namun which means 'resistance', the word so sehingga which means 'effect', and the word karena which means 'cause'. Lexical cohesion is elaborated into five; they are repetition cohesion, hyponymy cohesion, synonymy cohesion, antonym cohesion, and collocation cohesion. Second, the editorial in daily newspaper Kedaulatan Rakyat, July 2009 edition, has marker. Marker coherence is differentiated into seven types, namely (i) causality coherence, with the marker oleh karena itu, oleh sebab

  

itu, karena, and akibatnya; (ii) contrast coherence, with the word markers namun,

sebaliknya, padahal, and tapi; (iii) additive coherence, with the marker selain itu;

  (iv) temporal coherence, with the marker ketika; (v) chronological coherence, with the word marker kemudian; (vi) detail coherence, with the word markers pertama and kedua; (vii) intensity coherence, with the word markers bahkan.

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS v HALAMAN MOTTO vi

  HALAMAN PERSEMBAHAN vii

  KATA PENGANTAR viii

  ABSTRAK x

  ABSTRACK xii

  DAFTAR ISI xiv

  BAB I PENDAHULUAN

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah

  2

  1.2 Rumusan Masalah

  3

  1.3 Tujuan Penelitian

  3

  1.4 Manfaat Penelitian

  3

  1.5 Tinjauan Pustaka

  4

  1.6 Landasan Teori

  5

  1.6.1 Pengertian Wacana

  5

  1.6.2 Pengertian Kohesi

  6

  1.6.2.1 Kohesi Gramatikal

  6

  1.6.2.2 Kohesi Leksikal

  7

  1.6.3 Pengertian Koherensi

  8

  1.7 Metode Penelitian

  8

  1.7.1 Tahap Pengumpulan Data

  8

  1.7.2 Tahap Analisis Data

  9

  1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

  11

  1.8 Sistematika Penyajian

  11 BAB II KOHESI DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KADAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009

  12

  12

  2.1 Kohesi Gramatikal

  12

  2.1.1 Penunjukan

  13

  2.1.1.1 Penunjukan dengan Penanda Kata Itu

  17

  2.1.1.2 Penunjukan dengan Penanda Kata Ini

  19

  2.1.1.3 Penunjukan dengan Penanda Kata

  Tersebut

  22

  2.1.2 Penggantian

  22

  25

  2.1.2.1 Penggantian dengan Penanda Kata Mereka

  27

  2.1.2.2 Penggantian dengan Penanda –Nya

  30

  2.1.2.3 Penggantian dengan Penanda Kata Ia

  32

  2.1.3 Pelesapan

  32

  2.1.4 Perangkaian

  2.1.4.1 Perangkaian Bermakna ‘sebab’ dengan

  35 Penanda Kata Sebab dan Karena

  2.1.4.2 Perangkaian Bermakna ‘lebih’ dengan

  36 Penanda Kata Bahkan

  2.1.4.3 Perangkaian Bermakna ‘perlawanan’

  37 dengan Penanda Kata Namun

  39

  2.1.4.4 Perangkaian Bermakna ‘akibat’ dengan Penanda Kata Sehingga

  39

  43

  2.2 Kohesi Leksikal

  49

  2.2.1 Pengulangan

  54

  2.2.2 Hiponimi

  56

  2.2.3 Sinonimi

  60

  2.2.4 Antonimi

  60

  2.2.5 Kolokasi

  63

  2.2.6 Kependekan

  2.2.6.1 Singkatan

  2.2.6.2 Akronim BAB

  III KOHERENSI DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009

  65

  3.1 Hasil Analisis Koherensi

  66

  3.1.1 Koherensi Berpenanda

  66

  3.1.1.1 Koherensi Kausalitas

  67

  3.1.1.2 Koherensi Kontras

  71

  3.1.1.3 Koherensi Aditif

  77

  3.1.1.4 Koherensi Temporal

  80

  3.1.1.5 Koherensi Kronologis

  81

  3.1.1.6 Koherensi Perincian

  82

  3.1.1.7 Koherensi Intensitas

  83 BAB IV PENUTUP

  86

  4.1 Kesimpulan

  86

  4.2 Saran

  88 DAFTAR PUSTAKA

  89 LAMPIRAN 91

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Objek penelitian ini adalah kohesi dan koherensi yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedulatan Rakyat edisi Juli 2009. Penulis yang ada dalam sebuah surat kabar menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan pembacanya. Misalnya dalam tajuk rencana, penulis tajuk rencana menggunakan bahasa tulis untuk menuangkan ide yang ada dalam pikirannya sehingga akan menciptakan sebuah wacana yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

  Dalam sebuah wacana terdapat keterkaitan antarbagian dan hubungan makna antara bagian-bagian wacana tersebut. Berikut adalah data yang akan dianalisis.

  (1) (a) Walaupun polisi telah memastikan pelaku bom bunuh diri bukan

  Nur Said dan Ibrohim, namun sampai sekarang Densus 88 masih

  mencari keberadaan mereka. (b) Keluarga kedua orang tersebut juga mengaku tidak tahu keberadaan mereka. (c) Keluarga sangat yakin Nur Said dan Ibrohim tak terlibat jaringan teroris.

   (Kedaulatan Rakyat, 28 Juli 2009) Pada contoh (1) terdapat tiga kalimat, yaitu kalimat (1a), (1b), dan (1c).

  

Mereka pada kalimat (1b) merupakan penggantian kata Nur Said dan Ibrohim.

  Dari contoh tersebut tampak adanya hubungan antarbagian pada kalimat-kalimat tersebut.

  (2) (a) Ketiga calon presiden sama-sama mengusung ekonomi kerakyatan yang akan membuka lapangan kerja baru. (b) Namun program ekonomi ketiga capres untuk mengurangi penggangguran tidak menawarkan suatu konsep yang jelas, dan lebih bersifat wacana. (c) Seharusnya dipaparkan apa yang akan dikerjakan untuk memperbaiki aset, melakukan perubahan paradigma pendidikan, perubahan dalam mendapatkan kredit dan sebagainya.

  (Kedaulatan Rakyat, 4 Juli 2009)

  Pada contoh (2) terdapat tiga kalimat, yaitu (2a), (2b), dan (2c). Kalimat (2a) mempunyai hubungan makna kontras (pertentangan) dengan kalimat (2b) dan (2c) yang ditandai dengan konjungsi namun. Antara kalimat-kalimat tersebut terdapat hubungan makna pertentangan.

  Alasan peneliti memilih kohesi dan koherensi dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 sebagai objek penelitian karena dalam sebuah wacana terdapat hubungan bentuk dan hubungan makna antara bagian-bagian wacana yang bermacam-macam. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui macam-macam hubungan bentuk dan hubungan makna yang terdapat dalam tajuk rencana SHK Kedaulatan Rakyat. Selain itu, peneliti juga berharap dapat menemukan variasi baru kohesi dan koherensi dalam wacana. Pemilihan sumber data dilakukan dengan cara acak atau undian. Hasil undian tersebut jatuh pada surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Surat kabar harian

  

Kedaulatan Rakyat merupakan salah surat kabar yang terdapat di kota Yogyakarta

yang dapat dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1.2.1 Kohesi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian

  Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009?

  1.2.2 Koherensi apa saja yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mendeskripsikan kohesi yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009.

  1.3.2 Mendeskripsikan koherensi yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009.

  1.4 Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini adalah deskripsi kohesi dan koherensi yang terdapat pada tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Hasil penelitian tersebut mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah berguna bagi perkembangan ilmu linguistik, khususnya dalam bidang analisis wacana. Manfaat praktisnya, memberikan gambaran dan contoh yang jelas mengenai kohesi dan koherensi dalam sebuah wacana.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Kusumantara (2004) dalam skripsinya berjudul Analisis Wacana

  

Advertorial pada Surat Kabar Kompas Bulan Januari-Juni 2004 menghasilkan

  beberapa kesimpulan. Pertama, struktur wacana yang terdiri dari lima bagian, yaitu bagian rubrik, bagian awal, bagian tubuh, dan bagian penutup. Kedua, jenis- jenis tuturan dibagi menjadi tuturan deskripsi, dan narasi. Ketiga, macam-macam kohesi dan koherensi pada wacana adventorial pada surat kabar Kompas bulan Januari-Juli 2004.

  Puspitasari (2004) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Wacana

  

Rubrik “Psikoterapi” dalam Surat Kabar Minggu Pagi juga menghasilkan

  beberapa kesimpulan, yaitu pertama wacana rubrik “psikoterapi” memiliki wacana lengkap, yang terdiri dari bagian awal, bagian tubuh, dan bagian penutup. Kedua, kohesi wacana rubrik “psikoterapi” yang berupa pertalian unsur semantik diwujudkan menjadi bentuk kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Ketiga, koherensi yang ditemukan dalam rubrik “psikoterapi” dibedakan menurut penanda anatarkalimat, yaitu koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda.

  Ernawati (2007) dalam skripsinya yang berjudul Kohesi dan Koherensi

  

Antarparagraf dalam Wacana Opini Surat Kabar Kompas Edisi Nasional Bulan

April 2005 menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu pertama, dilihat dari segi

  kohesi, keutuhan suatu wacana dibentuk oleh beberapa aspek, aspek itu diantaranya adalah kohesi. Kedua, kohesi dapat membentuk keutuhan suatu wacana dalam kaitannya dengan perpaduan bentuk antarparagraf maupun antarklausa yang membangun suatu wacana yang utuh. Ketiga, koherensi dalam peranannya sebagai keutuhan wacana berkaitan denga keterpautan makna kalimat- kalimat yang mambangun suatu wacana.

  Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari skripsi Kusumantara (2004), Puspitasari (2004), dan Ernawati (2007) dapat dicatat bahwa sudah pernah dilakukan kajian tentang kohesi dan koherensi. Hal tersebut berupa kohesi dan koherensi antarkalimat dan antarparagraf yang terdapat dalam rubrik advertorial, wacana narasi dan opini. Namum, apa yang telah diteliti oleh Kusumantara (2004), Puspitasari (2004), dan Ernawati (2007) sebatas apa yang telah dipaparkan dalam buku. Oleh sebab itu, penelitian tentang kohesi dan koherensi antarkalimat dalam tajuk rencana surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009 ini layak untuk dilakukan.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Pengerian Wacana

  Wacana dalam linguistik dimengerti sebagai satuan lingual yang berada di atas tataran kalimat (Stubbs dan Mc-Houl via Baryadi, 2002:1-2).

  Menurut Tarigan (1987:179), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir, nyata disampaikan secara lisan dan tertulis.

  Menurut Kridalaksana (1993:179), wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dsb), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

1.6.2 Kohesi

  Kohesi merupakan hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Berdasarkan perwujudan lingualnya, kohesi dibagi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

1.6.2.1 Kohesi gramatikal

  Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal antara bagian-bagian kalimat (Baryadi, 2002:17). Kohesi gramatikal dapat dirinci lagi menjadi penunjukan, penggantian, pelesapan dan perangkaian (Baryadi, 1990:39-50; Ramlan, 1993).

  Penunjukan merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang menunjuk satuan lingual yang mendahuluinya atau mengikutinya. Berdasarkan arahnya, penunjukan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penunjukan anaforis dan penunjukan kataforis. Penunjukan anaforis ditandai dengan adanya konstituen yang menunjuk konstituen lainnya yang ada di sebelah kiri. Adapun penunjukan kataforis ditandai dengan adanya konstituen yang menunjuk konstituen yang ada di sebelah kanan.

  Menurut Ramlan (1993) penggantian adalah kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain. Dalam kohesi ini ada dua unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu unsur pengganti dan unsur terganti. Pelesapan atau penghilangan adalah kohesi gramatikal yang berupa pelesapan konstituen yang telah disebutkan sebelumnya. Perangkaian adalah kohesi gramatikal yang berwujud kata hubung atau konjungsi. Perangkaian berupa konjungsi yang menyatakan relasi makna tertentu.

1.6.2.2 Kohesi leksikal

  Kohesi leksikal adalah keterkaitan leksikal antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Ada lima jenis kohesi leksikal, yaitu (i) pengulangan, (ii) hiponimi, (iii) sinonimi, (iv) antonimi, dan (v) kolokasi. Pengulangan adalah kohesi yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebutkan sebelumnya.

  Hiponimi adalah kohesi yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan yang lainnya. Relasi makna terlihat dari konstituen yang memiliki hubungan makna umum (superordinat) dan yang memiliki hubungan makna khusus (hiponim).

  Kohesi sinonimi adalah kohesi yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan yang lain. Sinonimi juga sering disebut sebagai ekuivalensi leksikal.

  Antonimi merupakan kohesi yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan. Sedangkan kohesi kolokasi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang berdekatan antara konstituen yang satu dengan yang lain.

1.6.3 Koherensi Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana.

  Koherensi dibedakan menjadi dua, yaitu koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda. Koherensi berpenada diungkapkan dengan konjungsi, sedangakan tidak berpenanda sebaliknya (Baryadi, 2002:29). Koherensi ada berpenanda ada enam jenis, yaitu (i) kausalitas, (ii) kontras, (iii) aditif, (iv) rincian, (v) temporal, dan (vi) perturutan. Koherensi tidak berpenanda ada dua jenis, yaitu perincian dan perian (Baryadi, 2002)

1.7 Metode Penelitian

  Dalam setiap penelitian bahasa memiliki tiga tahapan strategis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1988: 57). Tahapan itu dikatakan strategis karena terkumpulnya data dan terolahnya data serta disajikannya hasil analisis data itu berturut-turut merupakan strategi yang kedua dan ketiga.

1.7.1 Tahap Pengumpulan Data

  Cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:132). Teknik simak atau penyimakan yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam penelitian ini yang disimak dan dicatat adalah paragraf yang terdapat dalam wacana tajuk rancana.

  Untuk melaksanakan metode simak digunakan metode tertentu, yaitu teknik catat. Teknik catat dilakukan pada kartu datayang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto:1993:135).

1.7.2 Tahap Analisis Data

  Metode analisis data yang digunakan adalah metode agih. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto via Kesuma, 2007:54). Dalam metode agih masih terdapat pula teknik untuk menganalisis data, yaitu teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian- bagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Kesuma, 2007:55). Untuk teknik lanjutan digunakan teknik ganti, sisip, perluas, dan parafrase.

  Teknik ganti adalah teknik analisa data dengan cara mengganti satuan kebahahasaan tertentu didalam suatu konstruksi dengan satuan kebahasaan yang lain di luar konstruksi yang bersangkutan. Teknik ini berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori satuan kebahasan seperti dengan penggantinya (Kesuma, 2007:58). Teknik ini dapat digunakan, misalnya, untuk menguji kesamaan antara Partai Golkar dan Partai berlambang pohon beringin dalam kalimat berikut.

  (3) (a) Pasca Pilpres 8 Juli 2009, muncul wacana baru berkait koalisi partai-partai. (b) Secara tegas Partai Gerindra menyatakan akan tetap setia bergabung dengan PDIP, sebagaimana koalisi yang telah terbangun dalam pilpres. (c) Sedang Partai Golkar diwacanakan meninggalkan Partai Hanura yang menjadi mitra koalisinya seperti tercermin dalam duet Jusuf Kalla-Wiranto. (d) Partai berlambang

  pohon beringin itu dikabarkan tengah berusaha mendekat ke Partai Demolrat.

  (Kedaulatan Rakyat, 17 Juli 2009) Dengan menerapkan teknik ganti, dapat diketahui bahwa Partai Golkar dan partai berlambang pohon beringin mempunyai kesamaan karena dalam pemakaiannya dapat saling menggantikan seperti tampak dalam contoh (3A) berikut ini.

  (3A) Pasca Pilpres 8 Juli 2009, muncul wacana baru berkait koalisi partai- partai. Secara tegas Partai Gerindra menyatakan akan tetap setia bergabung dengan PDIP, sebagaimana koalisi yang telah terbangun dalam pilpres. Sedang partai berlambang pohon beringin diwacanakan maninggalkan Partai Hanura yang menjadi mitra koalisinya seperti tercermin dalam duet Jusuf Kalla-Wiranto. Partai

  Golkar itu dikabarkan tengah berusaaha mendekat ke Partai Demokrat.

  Teknik perluas adalah teknik analisis data dengan cara memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu.

  Teknik perluas digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan satuan kebahasaan tertentu. Misalnya, teknik perluasan dapat digunakan untuk membuktikan hubungan makna antar-klausa yang tidak berkata penghubung (Kesuma, 2007:59).

  Teknik sisip adalah teknik dengan cara menyisipkan satuan kebahasaan lain di antara konstruksi yang dianalisis (Kesuma, 2007: 60). Teknik ini digunakan untuk membuktikan kohesi pelesapan.

1.7.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan secara formal dan informal.

  Penyajian hasila analisis data secara formal adalah peenyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah. Kaidah itu dapat berupa rumus, bagan/diagram, tabel, dan gambar (Kesuma, 2007: 73). Menurut Sudaryanto (1993: 145), penyajian data secara informal adalah metode penyajian atau perumusan hasil analisis data dengan kata-kata biasa.

1.8 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian dapat dipaparkan sebagai berikut: Bab I pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II kohesi yang terdapat dalam wacana tajuk rencana SHK

  

Kedaulatan Rakyat, bab ini berisi kohesi apa saja yang terdapat dalam wacana

  tajuk rencana SHK Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Bab III koherensi yang terdapat dalam wacana tajuk rencana SHK Kedaulatan Rakyat, bab ini berisi uraian tentang koherensi apa saja yang terdapat dalam wacana tajuk rencana SHK

  

Kedulatan Rakyat edisi Juli 2009. Bab IV kesimpulan dan saran, bab ini berisi

kesimpulan dan saran dari pembahasan yang telah dijabarkan oleh penulis.

BAB II KOHESI DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI 2009 Pada bab ini diuraikan jenis-jenis kohesi yang terdapat pada tajuk rencana

  surat kabar harian Kedaulatan Rakyat edisi Juli 2009. Kohesi merupakan hubungan perkaitan antarpreposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur- unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Alwi, 2998:427). Berdasarkan perwujudan lingualnya, kohesi dibagi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

2.1 Kohesi Gramatikal

  Kohesi gramatikal adalah keterkaitan gramatikal antara bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002: 18). Kohesi gramatikal dapat dirinci menjadi kohesi penunjukan, kohesi penggantian, kohesi pelesapan, dan kohesi perangkaian. Dalam penelitian ini ditemukan dan dibahas unsur-unsur yang menyangkut kohesi gramatikal beserta contohnya.

2.1.1 Penunjukan

   Kohesi penunjukan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa

  satuan lingual tertentu yang menunjuk satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya (Baryadi, 2002:18). Kohesi penunjukan dibedakan menjadi dua, yaitu penunjukan anaforis dan penunjukan kataforis. Penunjukan anaforis ditunjukan dengan adanya konstituen yang menunjuk konstituen yang berada di sebelah kirinya.

2.1.1.1 Penunjukan dengan Penanda Kata Itu

  Dari hasil penelitian ditemukan dua macam penunjukan dengan penanda kata itu, yaitu menunjuk hanya kata itu dan menunjuk x + itu. Perhatikan contoh berikut.

  (4) (a) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan

  Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas itu, terungkap bahwa tingkat

  keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (b) Lebih menohok lagi, dalam dialog itu juga sempat dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang sudah terlebih dahulu melarang maskapai penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia.

  (Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009) Contoh (4) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (4a) dan kalimat (4b).

  Kata itu pada kalimat (4b) menunjuk ke sebelah kiri, yaitu wawancara dengan

  

redaktur senior jurnal manajemen penerbangan ‘Air Transport World’ yang

  terdapat pada kalimat (4a). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penunjukan anaforis. Contoh (4A) berikut menjelaskan hal tersebut. Hubungan tersebut terjadi antara dialog itu dan wawancara dengan redaktur senior jurnal

  manajemen penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas. Frase dialog

itu berfungsi sebagai penunjuk bagian kalimat sebelumnya, yaitu wawancara dengan redaktur senior jurnal manajemen penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas.

  Frase dialog itu merupakan alat penunjukan. Frase dialog itu pada contoh (4) merupakan frase nomina yang menunjuk pada kalimat sebelumnya.

  Unsur yang terpenting dari frase dialog itu adalah kata dialog. Kata dialog menunjuk pada wawancara dengan redaktur senior jurnal manajemen

  penerbagan ‘Air Transport World’.

  (4A) (a) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan ‘Air Transport Worls’, Geoffrey Thomas itu, terungkap bahwa tingkat keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (b) Lebih menohok lagi, dalam wawancara dengan redaktur senior jurnal

  manajemen penerbangan ‘Air Transport World’ itu juga sempat

  dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang sudah lebih dahulu melarang maskapai penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia.

  (5) (a) Mau tidak mau, momentum pemilihan presiden akan datang juga. (b) Jika kita menunggu momentum tersebut, maka pada

  Rabu, 8 Juli 2009, itulah saatnya tiba. (c) Pada saat itu kita harus

  menentukan pilihan dengan tegas setelah mencermati, memperhatikan, mengamati dan mengikuti kampanye yang dilakukan tiga calon presiden dan calon wakil presiden. (d) Karena formatnya adalah kampanye, maka isinya adalah memperkenalkan program-program, mungkin juga termasuk janji-janji yang akan dilaksanakan, dan meyakinkan rakyat agar menentukan pilihan pada dirinya.

  (Kedaulatan Rakyat, 2 Juli 2009)

  Contoh (5) terdiri dari empat kalimat, yaitu kalimat (5a), (5b), (5c), dan (5d). Pada kalimat (5c) terdapat kata penanda saat itu yang menunjuk ke arah sebelah kiri, yaitu Rabu, 8 Juli 2009 yang terdapat pada kalimat (5b). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penunjukan anaforis. Hubungan kohesi terjadi antara pada saat itu dan Rabu, 8 Juli 2009. Unsur terpenting dari frase saat itu adalah kata itu, kata itu yang menunjuk pada Rabu, 8 Juli 2009.

  (6) (a) Beberapa kalangan mengusulkan agar kabinet mendatang

  diisi kalangan profesional atau ahli di bidangnya. (b) Usulan semacam itu memang terasa masuk akal. (c) Namun, kiranya

  perlu diingat, dalam setiap penyusunan kabinet, selalu melibatkan kepentingan parpol pendukung. (d) Bila benar SBY- Boediono terpilih menjadi presiden-wakil presiden periode 2009- 2014, tentu tak bisa mengesampingkan koalisi parpol yang mendukungnya.

  (Kedaulatan Rakyat, 14 Juli 2009)

  Contoh (6) terdiri dari empat kalimat, yaitu kalimat (6a), (6b), (6c), dan (6d). Frase semacam itu pada kalimat (6b) mengacu pada kabinet mendatang diisi

kalangan profesional atau ahli di bidangnya, yang terdapat pada kalimat (6a).

  Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi penunjukan anaforis. Hubungan kohesi terjadi antara frase semacam itu dan kabinet mendatang diisi kalangan

  

profesional atau ahli di bidangnya. Kata itu pada frase semacam itu merupakan

  unsur yang menagarah pada kabinet mendatang diisi kalangan profesional atau ahli di bidangnya.

  (7) (a) Muncul opini, demokratisasi seharusnya menjadikan

  teknokrat menjadi politisi. (b) Tapi perkembangan sekarang

  sudah cendarung kearah itu, tapi merupakan keharusan untuk mengharmoniskan ekonomi dengan politik. (c) Jika tidak, kesalahan, kegagalan, dan sejarah orde baru bisa terulang.

  (Kedaulatan Rakyat, 11 Juli 2009) Contoh (7) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (7a), (7b), dan (7c).

  Kata itu pada kalimat (7b) menunjuk ke sebelah kiri, yaitu demokratisasi

  

seharusnya menjadikan teknokrat menjadi politisi yang terdapat pada kalimat

  (7a). Hubungan kohesi yang ada pada contoh (7) terjadi antara kata kata itu dan demokratisasi seharusnya menjadikan teknokrat menjadi politisi.

  (8) (a) Bahkan, dalam acara yang diisi dengan wawancara dengan Redaktur Senior Jurnal Manajemen Penerbangan ‘Air Transport World’, Geoffrey Thomas itu, Geoffrey Thomas itu, terungkap bahwa tingkat keselamatan berbagai maskapai penerbangan

  Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang jelek. (b) Lebih

  menohok lagi, dalam dialog itu juga sempat dipertanyakan mengapa pemerintah Australia tidak mengikuti langkah Uni Eropa yang terlebih dahulu melarang maskapai penerbangan dari 18 negara, termasuk Indonesia. (c) Perlu diketahui, sejauh ini, Garuda merupakan satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia yang terbang ke Australia untuk melayani rute penerbangan Denpasar-Sydney, Denpasar- Perth, dan Denpasar-Melbourne.

  (d) Memang bisa saja kita menepis semua asumsi itu dan mengabaikan tanyangan televisi di Australia tersebut. (e) Namun perlu juga dipahami bahwa sekecil apa pun pengaruh media tak bisa dianggap enteng. (f) Sehingga, pemberitaan terkait dengan citra penerbangan Indonesia tersebut mau tidak mau juga menjadi referensi publik dunia, sekecil apa pun imbasnya.

  (Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009) Contoh (8) terdiri tiga paragraf, paragraf pertama terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (8a) dan (8b). Paragraf kedua terdiri dari satu kalimat, yaitu kalimat (8c). Paragraf ketiga terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (8d), (8e), dan (8f). Frase asumsi itu pada kalimat (8d) mengacu pada tingkat keselamatan

  

berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda, masih dipandang

jelek yang ada pada kalimat (8a). Dari contoh tersebut tampak adanya kohesi

  penunjukan anaforis. Hubungan kohesi terjadi antara frase asumsi itu dan tingkat

  

keselamatan berbagai maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda,

masih dipandang jelek.

2.1.1.2 Penunjukan dengan Penanda Kata Ini

  Dari hasil penelitian ditemukan dua macam, yaitu menunjuk hanya pada kata ini dan menunjuk pada x + ini. Perhatikan contoh berikut.

  (9) (a) Pada debat terbuka di TV, ketiga calon presiden menegaskan akan mengurangi angka penganggura lewat pemerataan

  pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha. (b) Langkah-

  langkah ini menurut Susilo Bambang Yodhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indoensia yang mencapai 10 juta orang.

  (Kedaulatan Rakyat, 4 Juli 2009)

  Contoh (9) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat (9a) dan (9b). Kata ini pada kalimat (9b) mengacu pada pemerataan pembangunan dan peningkatan

  

kegiatan usaha yang ada pada kalimat (9a). Dari contoh tersebut tampak adanya

kohesi penunjukan anaforis. Contoh (9A) berikut menjelaskan hal tersebut.

  Hubungan kohesi terjadi antara ini dan mengurangi angka pengangguran lewat

  

pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha. Kata ini berfungsi

  sebagai penunjuk dari bagian kalimat sebelumnya, yaitu mengurangi angka pengangguran lewat pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha.

  (9A) (a) Pada debat terbuka di TV, ketiga calon presiden menegaskan akan mengurangi angka pengangguran lewat pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan usaha. (b) Langkah- langkah pemerataan pembangunan dan peningkatan kegiatan

  usaha menurut Susilo Bambang Yodhoyono, Megawati

  Soekarnoputri, dan Jusuf Kalla dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia yang mencapai 10 juta orang.

  (10) (a) Sehingga, semua pihak dituntut menata diri, menyatukan visi untuk benar-benar mewujudkan citra penerbangan yang

  kredibel, dipercaya, aman dan nyaman. (b) Hal ini hanya bisa

  terwujud dengan aksi konkret. (c) Komitmen untuk melakukan integrated marketing plan dan integrated marketing action harus benar-benar diwujudkan dan menjadi hymne bersama, baik pemerintah. Maupun pelaku bisnis penerbangan dan industri pariwisata.

  (Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2009)

  Contoh (10) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat (10a), (10b), dan (10c). Frase hal ini pada kalimat (10b) mengacu pada citra penerbangan yang

  

kredibel, dipercaya, aman dan nyaman pada kalimat (10a). Oleh karena itu pada

  contoh (10) terdapat kohesi penunjukan anaforis. Hubungan kohesi terjadi antara frase hal itu dan citra penerbangan yang kredibel, dipercaya, aman dan nyaman.

  Frase hal ini merupakan frase nomina yang terdiri dari kata hal yang merupakan unsur pusat yang diikuti kata ini sebagai unsur pelengkap.

2.1.1.3 Penunjukan dengan Penanda Kata Tersebut Berikut contoh yang terdapat penanda kata tersebut.

  (11) (a) Lagi, kredibilitas dan netralitas KPU dipertanyakan. (b) Seminggu menjelang pelaksanaan Pilpres 8 Juli 2009, paling tidak terdapat dua masalah melilit komisi penyelenggara pemilu

  tersebut. (c) Masalah pertama berkait dengan daftar pemilih tetap