Transformasi Struktural Kelembagaan dan Akumulasi Kapital Asing pada Pertumbuhan Ekonomi Etiopia

  Tra n s fo rm a s i S tru ktu ra l Ke le m b a ga a n d a n Aku m u la s i Ka p ita l As in g p a d a Pe rtu m b u h a n Eko n o m i Etio p ia D ya h N u rrizkin a N u gra h e n i

  Departem en Hubungan Internasion al, Fakultas Ilm u Sosial dan Ilm u Politik, Universitas Airlan gga

  Em ail: Dyah.nurrizkina@gm ail.com

  Abstract This w ork explain s about how Ethiopia could becom e one of the highest econom ic grow th coun tries in the w orld in 20 15, giv en the state of Ethiopia is loaded w ith fam ine an d civ il w ar for m ore than three decades. Econ om ic grow th is n ot the first tim e reached by Ethiopia. In 1992, econ om ic grow th soared chart happened but its nature is un stable an d con tinue to decline. W riter looked after the regim e change in 1991, Ethiopia im prov e herself in tern ally through structural an d in stitution al tran sform ation . But after the outbreak of w ar betw een Ethiopia w ith Eritrea in the period 1998 -20 0 0 , Ethiopia back to im prov e herself but this tim e using foreign capital sources. Ethiopia conducts m ore in ten siv e capital accum ulation then build public in frastructure such as roads, tran sport, energy an d telecom m un ications an d in form ation techn ology . Using a dev elopm ental state an d the big push theory , this w ork explains how state took on the role as host of the nation al econom ic dev elopm en t an d the accum ulation of foreign capital as capital in frastructure dev elopm ent so that Ethiopia can catch up in econ om ic grow th.

  

K e y w o r d s : s t r u ct u r a l t r a n s fo r m a t io n , in s t it u t io n a l t r a n s fo r m a t io n ,

d e v e lo p m e n t a l s t a t e , fo r e ig n ca p it a l a ccu m u la t io n , Et io p ia , e co n o m ic g r o w t h .

  Abstrak Tulisan ini m enjelaskan m engenai bagaim ana Etiopia dapat m enjadi salah satu negara pertum buhan ekonom i tertinggi di dunia pada 20 15, m engingat kondisi Etiopia yang sarat dengan bencana kelaparan dan perang sipil selam a lebih dari tiga dekade terakhir. Pertum buhan ekonom i ini bukan pertam a kalinya dicapai Etiopia. Pada tahun 1992, grafik pertum buhan ekonom i yang m elejit juga pernah terjadi nam un sifatnya tidak stabil dan berkelanjutan hingga grafiknya terus m enurun. Penulis m elihat setelah pergantian rezim pada 1991, Etiopia m em perbaiki diri secara internal lewat transform asi struktural dan kelem bagaan. Nam un setelah pecah perang diantara Etiopia dengan Eritrea pada periode tahun 1998 -20 0 0 , Etiopia kem bali m em perbaiki diri kali ini dengan m enggunakan sum ber-sum ber pendanaan eksternal. Etiopia m elakukan akum ulasi kapital secara lebih intensif untuk kem udian m em bangun infrastruktur publik seperti jalan raya, transportasi, energi dan teknologi telekom unikasi dan inform asi. Dengan m enggunakan pendekatan developm ental state dan big push theory, tulisan ini m enjelaskan bagaim ana negara m engam bil peran sebagai pem andu pem bangunan ekonom i nasional dan m elakukan akum ulasi kapital asing sebagai m odal pem bangunan infrastruktur agar Etiopia dapat m engejar ketinggalan dalam pertum buhan ekonom i.

  K a t a K u n ci : tran sform asi struktural, transform asi kelem bagaan , developm en tal state, akum ulasi kapital asin g, Etiopia, pertum buhan ekonom i.

  salah satu n egara dengan pertum buhan

  Pe n d a h u lu a n ekonom i tertinggi di dunia pada 20 15.

  Bank Dunia m elaporkan bahwa pada Etiopia telah m en capai kem ajuan periode tahun 20 11-20 15, Etiopia pesat yaitu dari n egara pem ban gunan sanggup m em pertahankan an gka ekonom i terendah dan m em iliki tin gkat pertum buhan ekonom i pada kisaran 8 %- kem iskin an tertin ggi di dunia m enjadi 126 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 Transformasi Struktural Kelembagaan 127 13%.

1 Dua digit angka yang dicapai

  Etiopia ini m en gejutkan para pen gam at ekonom i m en gingat perekon om ian Etiopia tidak tum buh berdasarkan ekspor m inyak, non -oil econom y, ataupun sum ber hasil tam ban g lain yan g biasa disebut dengan resource boom . Menurut laporan Overseas Developm en t Institute, Etiopia tidak hanya berhasil m en capai pertum buhan ekonom i pesat nam un prestasi ini juga dibarengi den gan peningkatan m ultidim ensi yan g salah satunya adalah pen urun an angka kem iskin an .

  Etiopia m em iliki tingkat kem iskinan tertin ggi di dunia yakni 56% (persen ) dari total populasi bertahan hidup den gan penghasilan kuran g dari US $ 1,25

  

   per hari dan 44% berada di bawah garis kem iskinan n asional. Angka kem iskin an tersebut kem udian m enurun dari 56% m en jadi 31% dalam kurun waktu sebelas tahun . Peningkatan m ultidim en si ini juga terlihat pada akselerasi akses terhadap pendidikan dasar. H anya terdapat 26% dari populasi anak di Etiopia pada tahun 1991 yang dapat m endapatkan fasilitas pendidikan sekolah dasar. Prosentase tersebut m enin gkat tajam pada tahun 20 12 yaitu 95% dari populasi anak di Etiopia telah m en erim a pendidikan dasar

   .

  Selain m en galam i pertum buhan ekonom i dan peningkatan m ultidim ensi, Etiopia juga m am pu m em pertahankan indeks ketidakm erataan pendapatan pada tingkat yang ren dah. Bersam aan den gan pertum buhan ekonom i, ketidakm erataan pendapatan sering kali akan ikut m eningkat. Seperti yang terjadi di Tiongkok, ketika terjadi pertum buhan ekonom i, koefisien Gini Tion gkok sem akin m eningkat yaitu dari 0 ,32 pada tahun 1990 m en jadi0 ,37 pada 20 11. Sebaliknya, Etiopia justru m engalam i penurunan koefisien Gini yaitu dari 1,4 pada tahun 1995 m en jadi 0 ,34 pada tahun 20 11

2 Tercatat pada tahun 20 0 0 ,

   .

  Gra fik 1: P e rtu m bu h a n Eko n o m i Etio p ia Sum ber: Bank Dun ia, 20 16 1 Bank Dunia. “Etiopia’s Charts” [online] dalam http:/ / www.theglobaleconom y.com / Etiopia/ (diakses pada 23 Maret 20 16) 2 Am anda Lenhardt et al. 20 15. “One Foot on the Ground, one foot in the air: Ethiopia’s delivery on an am bitious developm ent agenda”. Overseas Developm ent Institute. 3 Pada tahun 20 0 0 nilai tukar dolar Am erika Serikat berada dalam kisaran 60 0 0 -90 0 0 rupiah. 4 EFME, Ethiopian Federal Ministry of Education. “Education Statistic Annual Abstract 20 0 5 E.C (20 12/ 20 13 G.C). Addis Ababa. 20 13. 5 Am anda Lenhardt et al. “One Foot on the Ground, One Foot in the Air: Ethiopia’s Delivery on an Am bitious Developm ent Agenda”.

  Nama Penulis 128 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017

  

  Robinson. W hy N ations Fail: The Origins of Pow er, Prosperity and Pov erty .

  penem uan dengan m en am bahkan kontribusi sektor m anufaktur serta jasa dalam faktor pertum buhan ekonom i

   Batu kem udian m em barui

  kem udian dilengkapi dengan pen em uan Gebru m en ggunakan indikator m akroekonom i lain seperti ekspor, ban tuan luar negeri, hutang eksternal dan akum ulasi kapital yan g juga ikut m en dorong pertum buhan ekonom i Etiopia.

  Penem uan Mustefa

  Mustefa m en em ukan bahwa investasi baik pada sektor publik m aupun privat m erupakan pen entu pertum buhan ekonom i Etiopia.

   Secara spesifik,

  Fokus pada topik pertum buhan ekonom i Etiopia, beberapa literatur sebelum nya m en jelaskan fenom ena ini m erupakan hasil dari akum ulasi kapital. Balcha m enjelaskan bahwa kebijakan liberalisasi Etiopia berdam pak pada peningkatan akum ulasi total faktor produksi Etiopia.

   Berbeda dengan Sachs, Radelet serta Acem oglu dan Robinson m enitikberatkan hipotesis kelem bagaan sebagai faktor utam a perlam batan ekonom i di Afrika. Kebijakan yang buruk, hasil dari pengam bilan keputusan oleh lem baga n egara m enjadi penyebab utam a pengahalang pertum buhan ekonom i di Afrika

  Berdasarkan grafik 1.2, Etiopia m en galam i gelom ban g pertum buhan ekonom i pertam a pada 1992 ketika pem erintahan Etiopia telah diam bil alih oleh kelom pok resisten gabungan EPRDF (Ethiopian People’s Revolution ary Dem ocratic Front) yang m en jatuhkan rezim m iliter. Nam un pertum buhan ekonom i tersebut tidak dapat dipertahankan karena konflik perbatasan antara Etiopia dengan Eritrea pada tahun 1998 . Konflik perbatasan ini sem akin m em anas hin gga pada tahun 1999 terjadi peran g terbuka diantara keduanya

  

  tersebut dengan m en ggunakan hipotesis geografi, dan kelem bagaan. Selain Collier dan Gunnin g, J effrey Sachs m enyetujui bahwa kontur geografis seperti penyebaran sum ber daya alam (SDA) yang tidak m erata, iklim tropis yang m en yebabkan m erebaknya pen yakit m en ular dan lain sebagainya, m erupakan penyebab kelam batan ekonom i di Afrika

  di http:/ / www.bbc.com / news/ world-africa- 13351397 (diakses pada 4 Februari 20 16). 7 The Global Econom y.http:/ / www.theglobaleconom y.com / co m pare-countries/ data diam bil dari Bank Dunia (diakses pada 4 Februari 20 16). 8 Sachs, “The End of Poverty: Econom ic Possibilities for Our Tim es”. 56-66. 9 Radelet, “Success Stories from Em erging Africa”. 90 . Daron Acem oglu dan J am es A.

  Secara um um , negara-negara di Afrika m en galam i halangan pertum buhan ekonom i dikaren akan beberapa hal. Collier dan Gun ning secara rinci telah m en jelaskan halan gan - halan gan pertum buhan ekonom i 6 BBC.Ethiopia Profile: Tim eline. 20 16. Tersedia

  . Gelom bang pertum buhan ekonom i kedua ini lebih berkelanjutan daripada gelom bang pertam a, dilihat dari nilai rata-rata pertum buhan ekonom i sam pai pada tahun 20 14, berdasarkan grafik 1.2 sebesar 10 ,6%. Dari fakta-fakta di atas m en jadi m enarik untuk m en getahui bagaim an a Etiopia, sebagai negara yang baru pulih dari serangkaian peristiwa ketakstabilan politik dan tidak m engan dalkan kom oditi m inyak, dapat bertran sform asi m en jadi salah satu n egara yang m em iliki pertum buhan ekonom i tertinggi di dunia pada tahun 20 15.

  

  . Seran gkaian kejadian yang m en yebabkan ketakstabilan politik tersebut sem akin m elem ahkan perekonom ian Etiopia pada saat itu. Nam un kem udian, m ulai pada tahun 20 0 4, terjadi gelom bang pertum buhan ekonom i kedua yan g m encapai nilai 13,57%

  

  39. 10 Balcha. “Sources of Econom ic Growth in Etiopia: A Tim e Series Em pirical Analysis, 1981- 20 0 9”. 11 Mustefa. “Private Investm ent and Econom ic Growth Evidence From Etiopia”. 12 Gebru. “The Determ inants of Econom ic Growth in Ethiopia: A Tim e Series Analysis”. Transformasi Struktural Kelembagaan 129 Etiopia.

13 Nam un , tulisan sebelum n ya

  belum secara rin ci m enjelaskan bagaim ana peran pem erintah Etiopia di balik pertum buhan ekonom i yan g pesat sehingga tulisan ini akan m engisi kekoson gan tersebut.

  Dalam H ubungan In ternasional, isu m engenai pertum buhan ekonom i suatu n egara tidak dapat lepas dari konteks ekonom i politik internasional. Asum sin ya ialah setiap pengam bilan kebijakan ekonom i dalam suatu n egara pasti dipengaruhi oleh konteks intern asional yang sedang terjadi. Beran gkat dari asum si tersebut, teori pem ban gun an ekonom i dalam hubungan intern asional berupaya untuk m em persiapkan tatanan kelem bagaan yang sesuai dalam m en dukung aktivitas ekonom i. Tatan an kelem bagaan yang baik bagi suatu n egara tidak dapat dipukul rata. Nam un setelah Peran g Dingin berakhir, terdapat pola yang m erebak di dunia yaitu gelom ban g transform asi struktural dan kelem bagaan dari paradigm a kom unism e m enjadi liberalism e. Kekalahan Uni Soviet m em buktikan kejatuhan ideologi kom unis dan sejenisnya sehingga ban yak n egara dunia ketiga kem udian m en galam i transform asi baik struktural m aupun kelem bagaan dengan m engadopsi paket liberalism e dan dem okrasi. Adopsi ini dilakukan lebih karen a kedua sistem inilah yan g kem udian diterim a dalam pergaulan intern asional. Nam un konsekuensi dari adopsi oleh n egara dunia ketiga adalah m ereka harus m en ghadapi fase transisi dari tertutup, kom unism e, m en jadi terbuka, liberalism e.

  Dalam m asa transisi dari tertutup m en uju terbuka, aktivitas ekonom i dalam n egara m iskin tidak dapat dilepas sendiri atau dibiarkan benar-benar terbuka. Zenawi dalam disertasinya m en un jukkan bahwa adopsi liberalism e dan dem okrasi tidak dapat sepenuhnya dilakukan oleh negara-n egara 13 Batu. “Drivers of Ethiopian Econom ic Growth: A System atic Review”. berkem bang, terutam a negara-negara yang sedang terjebak pada siklus kem iskin an . Prinsip perdagangan bebas tidak dapat serta m erta m en um buhkan rasa kewirausahaan warga dan kem udian m en ggerakkan roda ekonom i inklusif. Halangan pertum buhan ekonom i yan g dihadapi negara-n egara berkem ban g ini hanya dapat dihapuskan oleh tindakan negara. Zenawi m enyim pulkan bahwa pem ban gun an m em iliki dim en si politik yang m ana harus distabilkan terlebih dahulu. Menyusul kem udian proses ekonom i dan sosial. Pen ciptaan stabilitas politik yang kondusif dapat m em percepat proses pem bangunan hanya ketika teori developm ental state diterapkan. Teori developm ental state kem udian dapat m elengkapi paradigm a altern atif dengan m enun jukkan bagaim ana sebuah negara dapat m elakukan intervensi untuk m em percepat pengangkatan kem iskinan warganya dan m em bawa n egara pada pertum buhan ekonom i yang pesat.

   Di

  dalam paradigm a developm en tal state, transform asi struktural dilakukan den gan m em indahkan faktor produksi den gan kuan titas dan kualitas produktivitas ren dah ke sektor produktivitas yang lebih tinggi. Sedan gkan transform asi kelem bagaan dilakukan dengan m elengkapi regulasi keterbukaan perdagan gan.

  Nam un , transform asi struktural serta kelem bagaan lewat paradigm a developm en tal state saja tidak cukup untuk m en jelaskan pen capaian Etiopia sebagai negara pertum buhan ekon om i tercepat pada 20 15. Pem erin tah n egara yang baru m em ulai proyek pem ban gun an ekonom i m em butuhkan m odal yan g tidak dapat diandalkan hanya dengan pendapatan n egara dari keterbukaan perdagangan. Pem erintah harus m elakukan akum ulasi kapital lebih dari sekedar m elakukan ekspor yaitu den gan akum ulasi kapital asing berupa investasi, dana hibah dan ban tuan luar negeri. Akum ulasi kapital asing sebagai pendorong pertum buhan ekonom i 14 Zenawi. “African Developm ent: Dead Ends and New Beginnings”.

  Dyah Nurrizkina Nugraheni 130 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 negara m iskin ini dijelaskan dalam big push theory. Big push theory m en jelaskan bahwa negara-n egara m iskin dapat keluar dari jebakan kem iskin an setelah pem erintah m elakukan intervensi dalam m en gum pulkan kapital asing sebagai m odal pem ban gun an ekonom i. Salah satu bentuk kapital asin g yang dijelaskan Rosenstein dan Rodan dalam big push theory adalah ban tuan luar n egeri.

  Bantuan luar negeri m erupakan salah satu alat yang dapat digun akan sebagai m odal untuk m enjalankan industri serta kegiatan ekonom i di sebuah negara. Bantuan luar n egeri m em iliki peran sebagai dorongan besar untuk lepas dari jebakan kem iskinan. Ketika bantuan luar n egeri berjum lah kecil, produktivitas ekonom i, m elalui industri tidak bisa dianggap m elewati garis depresiasi. Hal yang sam a terjadi ketika bantuan ekonom i hanya diberikan dalam jangka waktu pendek. Proses big push tersebut naik dan berhenti pada satu titik terten tu, nam un ketika ban tuan luar n egeri dihentikan , m aka pertum buhan ekonom i tersebut turun dan kem bali lagi ke titik awal

  

  . Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan luar negeri dalam jum lah besar dan untuk jan gka waktu yang panjang untuk m en ggerakkan dan m endorong pertum buhan ekonom i tersebut. Nam un seringkali, bantuan luar negeri dan hibah den gan ben tuk aliran dana tentu akan sekedar habis untuk konsum si

  

   Maka dari itu, dibutuhkan ben tuk kapital asing lain yaitu in vestasi.

  Berbagai bentuk akum ulasi kapital asin g ini kem udian dim anfaatkan untuk proyek pem ban gun an ekonom i jan gka pan jan g salah satunya adalah pem ban gun an infrastruktur. Pem ban gun an ekon om i berbasis 15 Paul Narcyz Rosenstein-Rodan, “Big Push”

  dalam N atura Facit Saltum Analy sis of the Disequilibrum Grow th Process. 1961. 211 16 Alexander Culiuc dan Michael Walton, “The Big Push: what does it m ean, and does it m ake sense for Ethiopia,” dalam Application and Cases in International Dev elopm ent, 1.

  infrastruktur m em iliki asum si dasar bahwa porsi substansial dari sum ber daya n egara harus dialokasikan untuk aset jan gka pan jan g sekaligus bersifat publik seperti akses jalan raya, transportasi, en ergi, fasilitas pendidikan dan kesehatan, teknologi telekom unikasi serta inform asi. Hal ini dilakukan untuk m em astikan pertum buhan ekonom i yang berkelan jutan.

   Tra n s fo rm a s i S tru ktu ra l Etio p ia Pe rio d e Ta h u n 19 9 2 -2 0 15

  Pertam a, penulis terlebih dahulu m en jelaskan ketika Etiopia m asih berbentuk m on arki. Sejak Kerajaan Etiopia berdiri pada awal abad ke-12 sam pai pertengahan periode Kaisar Haile Selassie I (1930 -1974), Etiopia hanya m en gan dalkan sistem ekonom i subsisten yang ditopang dengan sektor agrikultur. Sistem ekonom i subsisten m erupakan ekonom i n on-m on eter yan g bertum pu hanya pada sum ber daya alam untuk m en yediakan kebutuhan dasar. Metode yang dilakukan dalam sistem ekon om i subsisten antara lain adalah berburu, pengum pulan bahan pangan dan subsisten agrikultur. Subsisten agrikultur sendiri m erupakan swasem bada pertanian yang m ana petani hanya fokus untuk m en um buhkan hasil panen yan g cukup untuk m em beri m akan diri sendiri dan keluarga, sehingga tidak akan m uncul surplus atau perdagan gan dalam sistem ini. Sektor agrikultur yang m erupakan sektor utam a Etiopia, diolah den gan m etode prim itif sehingga nilai produktivitas tetap padahal populasi sem akin m enin gkat. Sistem ekonom i subsisten ini dipertahan kan sam pai perten gahan periode H aile Selassie I.

   Sistem

  ekonom i subsisten m erupakan sistem ekonom i yang paling prim itif dan sistem ini dipertahankan sam pai tahun 1953 17 Teklebirhan Alem new. “Public Infrastructure

  Investm ent, Private Capital Form ation and Econom ic Growth in Ethiopia” 20 16. Arba Minch University. 17 Library Congress. “Country Profile:Ethiopia”. 18 ibid

  Transformasi Struktural Kelembagaan 131 oleh Etiopia sehingga tidak m en gejutkan apabila pem bangunan ekonom i di Etiopia tidak dapat dikem bangkan .

  Walaupun tiga periode repelita tersebut tidak dapat dikatakan gagal, nam un efek yang ditim bulkan dari peningkatan pertum buhan ekonom i m asih belum terasa. Masa transisi dari sektor agrikultur ke agro-industri juga tidak berjalan m ulus. Tiga per em pat penduduk Etiopia m asih bekerja sebagai petani subsisten yang hidup m iskin. Hingga pada awal 1970 -an , perekonom ian Etiopia terus m engalam i defisit, elit politik m en coba untuk kem bali m elakukan pelaran gan im por dan m elan jutkan in dustri subsisten untuk m eningkatkan keseim bangan perdagan gan. Nam un , usaha ini tidak terlalu m em bantu sehingga hibah dan pinjam an eksternal kem udian dim anfaatkan untuk m enutupi defisit ekonom i. Kondisi perekonom ian yang sem akin m em buruk berujun g pada penggulin gan kekuasaan feodal Kerajaan Etiopia oleh kekuatan m iliter pada tahun 1974.

  pada rezim Derg dapat dikelom pokkan m en jadi em pat fase. Fase pertam a terjadi pada 1974-1978 , m erupakan periode revolusi yang identik den gan pergolakkan politik internal, konflik bersenjata dan reform asi kelem bagaan radikal. Pada fase kedua, 1978 -198 0 , kondisi perekonom ian m ulai pulih seiring den gan im plem entasi reform asi kelem bagaan dan konsolidasi pem erintah. Nam un kondisi ini tidak bertahan lam a. Fase ketiga yaitu pada 198 0 -198 5, kondisi perekon om ian m en galam i ban yak halangan. Pertam a, pada kurun waktu 198 4-198 5 Etiopia m en galam i kekeringan berkepanjan gan sehingga produktivitas sektor agrikultur m en urun. Kedua, pen geluaran pem erintah m enitikberatkan pada sektor pertahanan yan g m engam bil 40 -50 % 19 Ofcansky dan Berry, ` ` Ethiopia: A Country Study´ ´ . 20 ibid dari total pengeluaran sehingga hal ini sangat m em bebani perekon om ian Etiopia. Fase keem pat m endekati penggulin gan rezim Derg yaitu pada periode 198 5-1990 , kondisi perekonom ian tetap stagnan walaupun cuaca sudah m em baik.

   Kondisi

  tersebut m em buktikan bahwa kondisi iklim tidak ben ar-ben ar m enentukan pertum buhan ekonom i suatu n egara.

  Ketidakpuasan terhadap kondisi perekonom ian m em un culkan kelom pok perlawan an dari berbagai daerah di Etiopia. Kelom pok perlawan an ini berkoalisi dan m em bentuk EPRDF. EPRDF kem udian m en ggeser rezim Derg dan m en gam bil alih kekuasaan pada 1991. EPRDF m en dom inasi struktur kekuasaan dalam pem erintahan Etiopia dan secara terbuka m en gadopsi kebijakan ekonom i berorientasi pasar. Hal ini dilakukan karen a ideologi sosialism e tidak terim a baik secara dom estik m aupun in ternasional, setelah Peran g Din gin berakhir. Maka dari itu, pem erintah Etiopia kem udian m en gadopsi liberalisasi dan sen tralisasi yang m ana m erupakan an titesis dari sosialism e.

19 Peform a pertum buhan ekonom i

   Tra n s fo rm a s i Ke le m ba ga a n Etio p ia Pe rio d e Ta h u n 19 9 2 -2 0 15

  Transform asi kelem bagaan berkaitan dengan perubahan lem baga negara yang sebelum nya tertutup m en jadi terbuka. Dikatakan tertutup ketika lem baga bersifat m em batasi akses m asyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonom i serta politik dan begitu pula sebaliknya bila dikatakan terbuka. Transform asi dari tertutup m enjadi terbuka ini adalah m asa yang palin g berbahaya bagi negara. Walaupun dikatakan n egara tersebut m en gadopsi dari pen galam an n egara lain yang berhasil dengan sistem yang sam a nam un pada ken yataan nya transform asi ini sem ua tentan g trial and error. Hal ini 21 Geda A. “Macroeconom ic Perform ance in Post-

  Derg Ethiopia”. 20 0 1. Northeast African Studies, Vol. 8, No 1, 159-20 4.

  Dyah Nurrizkina Nugraheni 132 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 terjadi karena seperti yang pen eliti m en egaskan sebelum nya bahwa setiap negara, walaupun m en gadopsi sistem yang sam a, akan m enghasilkan derajat adopsi yan g berbeda-beda.

  Lem baga ekonom i yan g terbuka, m en urut Acem oglu Robinson adalah lem baga ekonom i yan g bersifat inklusif. Lem baga ekonom i inklusif akan m em bentuk insentif ekonom i untuk m asyarakat sehingga m ereka teredukasi untuk m enabung, berinvestasi dan m em iliki rasa kewiraswastaan . Nam un untuk m ewujudkan lem baga ekonom i inklusif, lem baga tersebut harus m en ciptakan kondisi perekonom ian ram ah bisnis sehingga halan gan - halan gan dalam berbisnis sem akin tereduksi.

22 Halangan dalam berbisnis

  diawali dengan m enjelaskan transform asi hak atas properti di Etiopia. Bagi Etiopia properti paling berharga dari m asa kekaisaran sam pai sekaran g adalah lahan. Pada era kekuasaan Kaisar Haile Selassie I, lahan hanya dim iliki oleh m inoritas elit feodal dan m ayoritas m asyarakat Etiopia hanya dapat m en yewa lahan tersebut. Walaupun secara hukum fun gsi lahan baik untuk disewakan m aupun digun akan sendiri m erupakan hak setiap lapisan m asyarakat, nam un kaum elit ini m em anfaatkan sistem kepem ilikan lahan m en jadi m akar para elit. Pada era kekuasaan Derg, sistem feodal tersebut dihapuskan dan sistem ekonom i berubah m en jadi sistem kom ando sosialis. Sistem hubungan tuan tanah degan penyewa dihapuskan dan m asyarakat m em iliki hak atas lahan m ereka m asing-m asing. Nam un , keam anan hak atas properti tidak terjam in pada m asa Derg karena pem erintah sendiri m elakukan kebijakan nasionalisasi bahkan atas properti 22 Acem oglu dan Robinson. “Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity and Poverty”.50 . 23 Tt. “Constitution of The Federal Dem ocratic Republic of Ethiopia”. 1995. Tersedia di

  diakses pada 30 Novem ber 20 16).

  swasta. Pen yitaan properti swasta ini kem udian sem akin m enyuram kan perekonom ian Etiopia. Ketika koalisi pem beron tak, EPRDF, m enggulin gkan rezim Derg pada 1991, dan m enjadi partai yang paling berkuasa di Etiopia, pem erintah m en erapkan sistem hak atas properti yang sam a sekali berbeda den gan dua rezim sebelum nya. Pem erintah m engatur keam anan kepem ilikan properti swasta dan tidak m em bedakan kelas m aupun gen der, dapat m em iliki dan m enggun akan properti m ereka tanpa perlu m en gkhawatirkan akan disita, kecuali m em an g diatur dem ikian dalam hukum sebagai san ksi tertentu. Persam aan hak atas kepem ilikan properti tertera dalam konstitusi tahun 1995, pasal 40 , hak atas kepem ilikan , penggunaan dan pem buangan hak atas lahan dengan cara dijual atau diwariskan, baik lahan pedesaan m aupun perkotaan . Konstitusi 1995 juga m enyatakan bahwa lahan m erupakan properti um um yang dapat dim iliki baik pem erintah m aupun rakyat Etiopia.

   Setelah adanya pen jam inan atas

  keam an an dari kepem ilikan properti privat, selanjutnya, un tuk m ewujudkan lem baga ekonom i inklusif, dibutuhkan kem udahan untuk m em ulai bisnis. Kem udahan dalam m em ulai bisnis dapat ditentukan dari kem udahan m en dapatkan ijin pem bangunan, aliran en ergi listrik, pen daftaran properti, pengajuan kredit, besar pajak dan regulasi perdagangan lintas batas.

   Aku m u la s i H u m a n Ca p ita l s e b a ga i Mo d a l Pe m ba n gu n a n S e kto r S o s ia l

  Sebelum Tiongkok m ulai inten sif m en jalin hubungan dengan n egara- negara Afrika secara um um , pem ain ban tuan luar negeri di Afrika dipenuhi 24 The World Bank. “Doing Business: Ethiopia”.

  20 16. Tersedia di (diakses pada 30 Novem ber 20 16). Transformasi Struktural Kelembagaan 133 oleh n egara-n egara Eropa dan Am erika

  Serikat. Negara-n egara di Eropa dan Am erika Serikat tergabung dan m erujuk pada istilah donor tradisional. Donor tradisional lebih fokus pada sektor sosial seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, usaha pen gurangan kem iskin an den gan sun tikan dana untuk APBN. Dikarenakan Etiopia lebih dulu m en jalin hubun gan erat dengan donor tradisional, hal ini kem udian m em engaruhi arah kebijakan m ereka.

  Pem ban gun an ekonom i yang dicanangkan Etiopia m em iliki tolak ukur yaitu un tuk m encapai tujuan-tujuan Millennium Developm en t Goals (MDGs). MDGs m erupakan rencan a pem ban gun an yang dilun curkan Perserikatan Ban gsa-Bangsa (PBB) pada tahun 20 0 7 yang fokus pada penin gkatan hum an capital.

  Mo d a l Pe m bia ya a n In fra s tru ktu r

  Berbeda dengan donor tradisional, Tiongkok m em iliki pola sendiri dalam pem berian bantuan luar negeri. Shim om ura dan Ohashi m en yebutnya sebagai Trinitas Kerjasam a Pengem ban gan yang m eliputi bantuan luar negeri, perdagan gan, dan investasi. Selam a beberapa dekade, terbukti bagaim ana konsep ban tuan , investasi, dan perdagangan m am pu m eningkatkan pertum buhan ekonom i negara-negara berkem bang. Melalui m odel ini, Tiongkok juga m em perken alkan perusahaan swasta yan g didukun g oleh Tiongkok untuk m enjalankan perdagan gan dan m enanam kan investasi di negara-n egara berkem bang tersebut. Lewat Bank Exim (Export-Im port) m ilik Tiongkok m erupakan salah satu aktor penting dalam m en distribusikan ban tuan luar n egeri dari Tion gkok. Melalui m odel ban tuan luar n egeri 25 X Furtado., W. J . Sm ith. “Ethiopia: Retaining

  Sovereignty in Aid relations” dalam L. Whitfield (ed.), The Politics of Aid. African Strategies for Dealing w ith Donors . 20 0 9.

  Oxford: Oxford University Press, pp. 131-155.

  tersebut pula, Tiongkok gencar m en gerjakan proyek pem bangunan infrastruktur di negara-n egara berkem bang, yan g dalam pen elitian ini difokuskan di Afrika.

   Sejak diadakan pertem uan

  FOCAC (Forum on China Africa Cooperation) yang pertam a pada tahun 20 0 0 di Beijing, Tiongkok, dan pertem uan kedua pada tahun 20 0 3 di Addis Ababa, Etiopia, delegasi Tion gkok m en gum um kan program perlakuan tarif preferensial khusus untuk 29 n egara term asuk Etiopia. Program ini m en ghilan gkan bea im por pada 190 produk berbeda antara lain pan gan, tekstil, m ineral, dan m esin. FOCAC sangat m em bantu Etiopia terlebih setelah sebelum n ya m engalam i m asa stagnasi ekonom i sam pai tahun 20 0 2 karena perang dengan Eritrea, berkat hubungan Sino-Etiopia ini, ekspor Etiopia tum buh pesat. Kopi m erupakan kom oditas utam a yang sejak dulu diunggulkan Etiopia sebagai kom oditas ekspor. Kom oditas kopi tercatat berkontribusi sebesar 53% dalam total ekspor Etiopia. Nam un pada 20 12 angka tersebut m enjadi 31%. Hal ini bukan dikarenakan adan ya penurunan produktivitas kopi nam un lebih karena adan ya pergeseran pada pola kom oditas ekspor yang m engarah pada kom oditas bernilai tinggi lain seperti wijen, bunga, dried chickpeas, dried beans, sayuran dan hewan ternak.

25 Aku m u la s i Ka p ita l Fis ik s e ba ga i

   Diversifikasi

  agrikultur ini m enandakan transform asi struktural Etiopia m em buahkan hasil.

  Selain dari sisi perdagan gan , pem berian ban tuan luar n egeri juga m erupakan salah satu Trinitas Kerjasam a Pengem bangan Tiongkok. Sejak tahun 20 0 6 sam pai 20 12, Tion gkok telah m em berikan dana pinjam an sebesar $ 3,3 m ilyar un tuk m elakukan 46 26 Yasutam i Shim om ura dan Hideo Ohashi. “A

  Study of Tiongkok’s Foreign Aid: An Asian Perspective”. 20 13. Palgrave Macm illan. 130 . 27 Com os Ochieng. “Mapping Chinese Developm ent Assistance in Africa: Study Case Ethiopia”. AFRODA. 20 11.

  Dyah Nurrizkina Nugraheni 134 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017 proyek pem bangunan di Etiopia. Pinjam an tersebut dialokasikan untuk im plem en tasi proyek pem bangunan seperti Ethio-Tiongkok Friendship Road, peningkatan teknologi telekom unikasi, institut pelatihan vokasi skala besar yang ditem patkan di Addis Ababa, pem ban gun an rum ah sakit, pabrik gula, jalur kereta dan lain sebagainya. Bantuan pem ban gun an infrastruktur dari Tiongkok untuk Etiopia sebesar 96%, dialokasikan pada tiga sektor berikut, antara lain pem ban gkit dan suplai en ergi sebesar 52%, transportasi sebesar 32% dan in dustri sebesar 12%. Tidak hanya pinjam an, pada tahun 20 0 7, Etiopia dan Tiongkok m enandatan gani kesepakatan penghapusan hutang di Addis Ababa sebesar $ 18 .5 juta. Pem erintah Tion gkok juga m em batalkan tem po pem bayaran hutang-tanpa bunga yang jatuh pada tahun 20 0 9.

  ini sem akin intensif ketika Pem erintah Tiongkok dan Etiopia telah m en dirikan kom isi gabungan yan g terdiri dari Kem en trian Keuangan dan Pem ban gun an Ekon om i (MoFED) Etiopia dan perwakilan dari Menteri Perdagan gan Tiongkok. Kom isi gabun gan ini berfun gsi sebagai wadah diskusi pada isu-isu um um tentan g perdagan gan dan investasi.

  luar negeri, Trinitas Kerjasam a Pengem ban gan Tiongkok juga m em iliki unsur investasi. Investasi Tiongkok di Etiopia, sam a halnya den gan n egara Afrika lain , m em iliki tiga kategori yaitu FDI (Foreign Direct In vestm ent) pada sektor pencarian SDA yang m erupakan industri ekstraktif seperti m inyak dan gas. Kedua, pen anam an FDI sebagai 28 World Bank Group. “Ethiopia’s Great Run: The Growth Acceleration and How to Pace It”. 29 Christopher L. Burke, Lucy Corkin dan Nastasya Tay. “China’s Engagem ent of Africa:

  Prelim inery Scoping of African case studies, Angola, Ethiopia, Gabon, Uganda, South Africa, Zam bia”. 20 0 7. Tersedia di (diakses pada 2 Desem ber 20 16).

  m otif pencarian pasar seperti pada sektor m an ufaktur, pem bangun an dan transportasi. Terakhir, penan am an FDI untuk tujuan efisiensi, terutam a pada sektor agrikultur atau sektor lain yan g m em produksi baran g lebih efisien untuk kem udian dijadikan bahan produksi di Tiongkok.

   Relasi Sino-Etiopia sem akin

  m en guat terutam a pada ketiga sektor penan am an FDI di atas seperti sektor pem ban gun an jalan, suplai baran g- barang m anufaktur dari Tiongkok, telekom unikasi dan instalasi listrik oleh perusahaan Tiongkok. Perusahaan Tiongkok yang m enyediakan pelayanan telekom unikasi dan instalasi listrik tersebut dapat dikatakan sebagai pem berian bantuan dikarenakan perusahaan barat m enolak untuk m elakukan hal tersebut.

   Dari penjelasan tentang m asing-

28 Hubungan Sino-Etiopia

  m asing pola sum ber akum ulasi kapital ekstern al yaitu donor tradisional dan Tiongkok, terlihat bahwa keduanya am at bertolak belakan g. Kebijakan Tiongkok pada Etiopia san gat berbeda dengan kebijakan negara-n egara donor tradisional pada Etiopia. Para donor tradisional m em perlakukan Etiopia sebagai penerim a ban tuan sedan gkan Tiongkok m en gem ban gkan hubungan persekutuan dengan Etiopia.

29 Selain perdagan gan dan ban tuan

  Negara-

  negara don or baru seperti Tion gkok bukan m erupakan bagian dari donor tradisional seperti yang disepakati dalam OECD (Organisation for Econom ic Co- operation and Developm ent), Developm en t Assistan ce Com m ittee

  30 Davies, M. et al. “How China delivers developm ent assistance to Africa”. 20 0 8. Centre for Chinese Studies, University of Stellenbosch. 31 Seifudden Adem . “China in Ethiopia: Diplom acy and Econom ics of Sino-optim ism ”.

  20 12. African Studies Review, 55 (1), 143– 160 . 32 Seifudden Adem . “China in Ethiopia: Diplom acy and Econom ics of Sino-optim ism ”.

  African Studies Review, 55 (1), 143– 160 . Transformasi Struktural Kelembagaan 135

  (DAC) dalam hal kerjasam a m ereka den gan negara-n egara Afrika.

  perbedaan m en dasar yaitu dalam m en definisikan pem berian kapital asing. Donor tradisional m endefinisikan ban tuan pem bangunan sebagai dana hibah, pinjam an , subsidi APBN, ban tuan dalam program spesifik seperti ban tuan pangan , penghapusan hutang dan lain sebagainya. Di lain pihak bentuk kapital asing yan g dikeluarkan Tiongkok adalah cendurung pada pen gadaan kerjasam a Tiongkok dengan Etiopia yan g sarat den gan perdagangan dan investasi. Selain itu, Tiongkok tidak m enghitung aliran kapital yang dikeluarkan seperti standar DAC sehingga sulit untuk m elacaknya.

  dan fakta yang dijelaskan dua bab sebelum nya, dapat dilihat bahwa dari ketiga periode transform asi rezim yang telah dilalui Etiopia, m enjadi sem akin jelas bahwa kebijakan ekon om i pem ban gun an yan g diterapkan dalam tiap rezim berbeda. Oleh karena itu, peneliti m enyim pulkan bahwa Etiopia m em iliki perm asalahan pada level struktural dan kelem bagaan . H al ini dapat dibuktikan dari bagaim ana periode Kaisar Haile Selassie gagal dalam m en gim plem en tasi kebijakan agro- industri sedangkan kebijakan tersebut sukses sebagai inisiator pertum buhan ekonom i Etiopia. Etiopia sukses dalam m elewati transisi kebijakan dari subsisten agrikultur m en uju agro-in dustri kem udian diversifikasi lebih m eluas pada sektor jasa juga didukun g oleh kebijakan transform asi kelem bagaan. Kesuksesan transisi Etiopia ini dapat dilihat dari m enin gkatn ya diversifikasi lapangan pekerjaan dan sum ber kontribusi PDB yang tidak hanya ditopang lewat 33 Cristine Hackenesch. “Com peting for

  Developm ent? The European Union and China in Ethiopia”. 20 11. Stellenbosch Centre for Chinese Studies.

  kom oditi agrikultur seperti kopi nam un juga m ulai m eram bah pada kom oditas sepatu dan kom oditas m an ufaktur lainnya. Lebih jauh daripada itu, diversifikasi ini juga m eram bah pada sektor jasa teurtam a pada sub-sektor finansial dan pariwisata. Selain berhasil m en gahadapi transisi struktural, pem erintah juga berhasil m em bawa Etiopia m enuju transform asi kelem bagaan den gan m em buka akses warga Etiopia pada sektor ekonom i dan politik. Pem bukaan akses tersebut dim ulai dengan m en genali hak atas properti privat bagi warga Etiopia. Penjam in an hak atas properti privat ini m erupakan instrum en bagi warga Etiopia untuk dapat m en gem ban gkan lem baga ekonom i yan g lebih inklusif.

33 Hal ini dikaren akan adanya

34 Berdasarkan pada paparan data

  Nam un , perbaikan secara intern al saja tidak cukup untuk m em bawa Etiopia m enjadi salah satu negara den gan pertum buhan ekonom i tertin ggi pada 20 15. Dibutuhkan dorongan akum ulasi kapital asin g baik dari donor tradisional m aupun Tion gkok yang dilakukan oleh pem erin tah Etiopia dapat m em enuhi syarat big push theory. Pertam a, Tiongkok sebagai donor akum ulai kapital asin g, m enyediakan jenis akum ulasi kapital yang m ayoritas berupa kapital fisik. Kapital fisik yang paling berkontribusi pada pertum buhan ekonom i Etiopia adalah investasi jan gka panjang pada infrastruktur publik. Setelah kualitas dan kuantitas infrastruktur publik m eningkat, hal ini kem udian dim anfaatkan Etiopia sebagai m odal dalam pem ban gun an ekonom i. Kedua, don or tradision al yan g m em iliki fokus pada sektor sosial, m asuk dalam akum ulasi hum an capital. Donor tradisional m am pu m eningkatkan m odal hum an capital di Etiopia lewat pem berian program bantuan pan gan, kesehatan dan pendidikan. 34 Michael Geiger, Chorching Goh, J ingyi Zhang,

  Xiaochen Fu, Danqing Zhu, J ingyang Zhang, Su Qian. Chinese FDI in Ethiopia.The World Bank Group. 20 12.Geiger et.al. “Chinese FDI in Ethiopia”. The World Bank Group. 20 12.

  Dyah Nurrizkina Nugraheni 136 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 6 No. 1, Januari 2017

  Politics and the Ethiopian Famine, 1984- 1985. Cambridge, M.A: Cultural Survival.

  [8] Rodrik, Dani. “Imperfect Competition, Scale

  Contemporary African Economies: Structure Policy and Sustainability. (Palgrave Macmillan, 2015), 182.

  [7] Onyeiwu,Steve.Emerging Issues in

  ``Ethiopia: A Country Study´´. Washington: GPO

  [6] Ofcansky, P. T. and Berry L. (1991),

  Douglass North, John Joseph Wallis dan Barry R. Weingast.Violence and Social Orders. Cambridge: Cambridge University Press. 2009.

  1986. [5]

  New York: Simon & Schuster. 2006. [4] Clay, Jason W. dan Bonnie K. Holcomb.

  Walaupun pada sub-sub bab sebelum nya dijelaskan bagaim an a akum ulasi kapital dari donor tradisional berbeda den gan donor Tiongkok n am un bukan berarti kem udian Etiopia akan m en ghen tikan salah satunya. Segala bentuk bantuan untuk Etiopia baik dari donor tradisional atau baru, bersifat kom plem en ter atau saling m elengkapi karena m ereka bergerak di sektor yang berbeda-beda sehingga jenis pem berian ban tuan pun m en jadi berbeda. H al in i kem udian yan g m en dorong pertum buhan ekonom i Etiopia dari berbagai sisi. Pertum buhan ekonom i yang tidak hanya berasal dari akum ulasi kapital fisik nam un juga hum an capital m em bawa Etiopia un tuk m em enuhi indikator pengangkatan kem iskinan dalam agen da MDGs. Akum ulasi kapital fisik kem udian m em bawa Etiopia dalam keberhasilan agenda GTP I yan g berakhir pada 20 15.

  Bremmer, Ian. The J Curve: A New Way to Underst and Why Nations Rise and Fall.

  Jakarta: Indeks. 2006. [3]

  [2] Blaxter, et al. How to Reasearch (terj.).

  Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity and Poverty. New York: Crown Business. 2012.

  Buku dan Artikel dalam Buku [1] Acemoglu, Daron dan James A. Robinson.

  D a fta r Pu s ta ka

  Pada akhirnya, pen eliti sam pai pada kesim pulan bahwa transform asi struktural serta kelem bagaan dan akum ulasi kapital asing yang m em biayai pem ban gun an infrastruktur publik, berhasil m em bawa Etiopia m en jadi salah satu n egara den gan pertum buhan ekonom i tertinggi pada 20 15. Peneliti tidak m enam pik bahwa Etiopia belum m en galam i pertum buhan ekonom i secara m erata. Untuk m enuju pada kesejahteraan, Etiopia m asih harus m en gejar ketinggalan yang jauh. Nam un , progres Etiopia ini patut diapresiasi karena Etiopia dapat m enjadi represen tatif negara-negara m iskin yang berhasil m encapai pertum buhan ekonom i. Pertum buhan ekonom i sendiri bukan m erupakan indikator yang m en un jukkan bahwa negara tersebut sejahtera. Nam un pertum buhan ekonom i suatu negara dapat m en un jukkan bahwa negara tersebut m en galam i kem ajuan m enuju pem ban gun an ekonom i yang lebih baik..

  Sifat kom plem enter yan g terlihat dari dua tipe donor non -tradisional yaitu antara Turki dan Tiongkok dapat diibaratkan sam a den gan tipe donor tradisional dengan non-tradisional. Keduan ya sam a-sam a bergerak dalam pem ban gun an infrastruktur, tekn ologi dan perdagangan n am un m em iliki preferensi sektor m asing-m asing. Tiongkok fokus pada tiga sektor yaitu en ergi, tran sportasi dan telekom unikasi sedangkan Turki fokus pada infrastruktur sosial, seperti pendidikan, kesehatan dan ketersediaan air, infrastruktur produksi serta infrastruktur ekonom i seperti sektor ban k dan finansial. Baik bantuan luar negeri Turki m aupun Tiongkok tidak kem udian m en un jukkan suatu bentuk pendekatan pem berian bantuan luar negeri yan g baru. Hal tersebut hanya m en un jukkan bagaim an a pem ain baru m em asuki tatan an ban tuan luar negeri di Afrika. Sedangkan donor tradisional m elen gkapi akum ulasi kapital asing Etiopia dengan m em berikan m odal untuk pem bangunan sektor sosial seperti kesehatan, pangan dan pendidikan.

  Economies and Trade Policy in Developing Countries” dalam Trade Policy Issues and Empirical Analysis, ed. Robert Transformasi Struktural Kelembagaan 137

  Baldwin,109-144. Chicago: University Chicago Press, 1998. [9]

  Disequilibrum Growth Process. 1961. [32]

  Development? The European Union and China in Ethiopia. Stellenbosch 2011. Centre for Chinese Studies. [27]

  Hulten, Charles R. “The Measurement of Capital” dalam Fifty Years of Economic Measurement: The Jubilee of the Conference on Research in Income and Wealth. 1991.

  University of Chicago Press. Tersedia di http://www.nber.org/chapters/c5974 (diakses pada 30 Oktober 2016). [28]

  Ngwa, Nkwah Akongwi. 2015. “The Comparative Impact Analysis of Chinese and Turkish Development Assistance to Ethiopia from a South-South Cooperation Perspective”. Paper prepared for the EY International Congress on Economics II “ Growth, Inequality and Poverty” Ankara 2015. Ekonomic Yaklasim.

  [29] Radelet, Steven. “Success Stories from

  Emerging Africa”.Journal of Democracy 21, no. 4, (2010): 87-101. [30]

  Rahel Kassahun. 2003. “Ethiopia’s Recent Growth Performance: A survey of the literature”.

  [31] Paul Narcyz Rosenstein-Rodan, “Big Push” dalam Natura Facit Saltum Analysis of the

  Tegenu, Tsegaye. Structural Transformation is a defining Moment that Leads Ethiopia to Modern Development. 2011. [33]

  Geda A. and Degefe B. (2005): ``Explaining African Economic Growth Performance: The Case of Ethiopia´´. African Economic Research Consortium, Working paper 45.

  Thakur, M. 2009. “Building on Progress? Chinese Engagement in Ethiopia.” Occasional paper, no. 38, China in Africa Project, South African Institute of International Affairs. http://www.saiia.org.za/occasional- papers/building-on-progress-chinese- engagement-in-ethiopia.

  Artikel Daring [34]

  Alebachew, Habtamu. “Ethiopian Characteristic of Economic Growth and the Politics of Growth Bump”. 2013. Tersedia di http://www.meleszenawi.com/ethiopian- characteristics-of-economic-growth-and-the- politics-of-growth-bumps/ (diakses pada 14 September 2016). [35]

  Bank Dunia. “Etiopia’s Charts” [online] dalam http://www.theglobaleconomy.com/Etiopia/ (diakses pada 23 Maret 2016)

  [36] BBC. Ethiopia Profile: Timeline. 2016.

  Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-africa- 13351397 (diakses pada 4 Februari 2016). [37] Library Congress. Country Profile: Ethiopia.

  2005. Tersedia di https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/Ethiop ia.pdf (diakses pada 29 Juni 2016). [38]

  Pasquali, Valentina. “Countries with Highest GDP Growth 2015”.Global Finance.8 Desember 2015.Tersedia di http://hdr.undp.org/sites/all/themes/hdr_the me/ country-notes/ETH.pdf (diakses pada 7 Desember 2016).

  [26] Hackenesch, Cristine.Competing for

  Post-Derg Ethiopia”. 2001. Northeast African Studies, Vol. 8, No 1, 159-204. [25]

  Rostow, Walt Whitman. The Stages of Economic Growth: A Non-Comunist Manifesto. Cambridge University Press.

  Batu, Muhdin Muhammedhussen. “Drivers of Ethiopian Economic Growth: A Systematic Review”. International Journal of Scientific and Research Publications, Vol. 6, Issue 3, 2016. [16]

  [10] Sachs, Jeffrey D. The End of Poverty:

  Economic Possibilities for Our Times. New York: The Penguin Press. 2006. [11]

  Shimomura, Yasutami dan Hideo Ohashi, A Study of Tiongkok’s Foreign Aid: An Asian Perspective. Palgrave Macmillan. 2013.

  [12] Singarimbun, Irawati. “Metode dan Proses Penelitian”. 1981.

  [13] Thakkar, Ashish J. The Lion Awakes: Adventures in Africa’s Economic Miracle.

  New York: St. Martin’s Press. 2015. Jurnal dan Jurnal Elektronik

  [14] Adem, S. 2012. China in Ethiopia:

  Diplomacy and Economics of Sino- optimism. African Studies Review, 55 (1), 143–160. [15]

  Burke, C. L. dan N. Tay Corkin. China’s Engagement of Africa: Preliminery Scoping of African case studies, Angola, Ethiopia, Gabon, Uganda, South Africa, Zambia. www.ccs.org.za/wp- content/uploads/2009/04/rf_paper_final.pdf (diakses pada 2 Desember 2016). [17]

  [24] Geda A. “Macroeconomic Performance in

  Culiuc, Alexander dan Michael Walton, “The Big Push: what does it mean, and does it make sense for Ethiopia,” dalam Application and Cases in International Development.

  [18] Collier, Paul dan Willem Jan Gunning,

  “Why Has Africa Grown Slowly?,” Journal of Economic Perspective 13, no. 31 (1999): 3-22. [19]