Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Antara Penanaman Modal Asing Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI ANTARA

PENANAMAN MODAL ASING DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA

Skripsi

Diajukan Oleh :

Febrina Damayanti A 070501122

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2011


(2)

ABSTRACT

This research titled “Analysis Causality and Cointegration between Foreign Investment and Economic Growth in North Sumatera”. The goal of this research try to analysis the causality and cointegration relationship between foreign investment and economic growth in North Sumatera.

This research uses annual data during 1986 until 2008, by using method of cointegration test and granger causality test and it’s processed by using Eviews 5. Before using cointegration test and granger causality test, this research unit roots test to show statisionery time series data.

The unit roots test that foreign investment and economic growth has statisionary at 2difference data with confidence level α = 1%. The cointegration test show that foreign investment and economic growth in North Sumatera has a consistent relationshop in the long term. And, granger causality test show there is one way relation between economic growth and foreign investment which is economic growth is the function of foreign investment in other word, economic growth causes the increase or decrease of foreign investment in North Sumatera.

Kata Kunci: Cointegration Test, Granger Causality Test, Foreign Investment, Economic Growth


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi antara Penanaman Modal Asing dengan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara penanaman modal asing dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 1986-2008, dengan menggunakan Cointegration test dan Granger Causality Test dan diproses dengan menggunakan Eviews 5. Sebelum menggunakan Cointegration Test dan Granger Causality Test, penelitian ini menggunakan uji akar unit untuk melihat apakah data yang digunakan telah statisioner.

Hasil uji akar unit menunjukan bahwa variabel penanaman modal asing dengan pertumbuhan ekonomi telah statisioner pada derajat integrasi 2 atau I(2) dengan tingkat kepercayaan 1%. Hasil cointegration test menunjukan bahwa penanaman modal asing dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara memiliki keseimbangan jangka panjang. Dan, Granger Causality Test menunjukan bahwa terdapat hubungan satu arah antara pertumbuhan ekonomi dan penanaman modal asing. Yang mana pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari penanaman modal asing. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan dan penurunan penanaman modal asing di Sumatera Utara.

Kata Kunci : Cointegration test, Granger Causality Test, Penanaman Modal Asing,


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang btelah melimpahkan anugerah-Nya yang luar biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai gelar sarjana di program strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi antara Penanaman Modal Asing dengan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara”. isi dan materi skripsi ini didasarkan pada penelitian kepustakaan dan data-data sekunder yang terkait dengan hal yang diteliti

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syarif Fauzi M.Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan kritikan selama dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rujiman selaku Dosen Penguji I dan Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku Dosen Penguji II.


(5)

6. Seluruh staff pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Ayahanda tersayang B. Arironang dan Ibunda E. Br Manullang teristimewa sebagai rasa hormat dan penghargaan atas doa, perhatian, didikan, nasihat, dukungan sehingga membuat penulis semangat selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku GMTJ (Tisar, Melia, Nita, Agnes, Magdalena) yang telah banyak

memberi dukungan dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan di Ekonomi Pembangunan Stambuk 2007 (Gea, Vido, Ida, Nesia, Maria, Grace, Juni, Ony, Shara, Evie, Riris, Ikhsan, Linda, Willy, Ernest, Harly, Alex, Kristina, Dika, Chandra, dan namanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu) dan teman-teman di Ekonomi Pembangunan 2008 dan 2009.

10. Rekan-rekan seperjuangan di organisasi mahasiswa GMKI Komisariat Fakultas Ekonomi Sumatera Utara (Karina, Manumpan, Nova, Maslin, Monang, Agus, Rina, Ernest, Bang Andre, Bang Jadi, Ester, Putri, Martin, Josri, Maruli, Parulian, Tamba, Romedina, Susi, Grace, dan namanya yang tidak disebutkan satu per satu)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Maret 2011 Penulis

Febrina Damayanti A 070501122


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT... i

ABSTRAK ... ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

DAFTAR ISI... ... v

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesis ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS ... 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 8

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 8

2.1.2 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi... 9

2.1.3 Faktor yang Mempengarugi Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 19

2.2.1 Metode Penghitungan PDRB ... 19


(7)

2.3 Penanaman Modal Asing ... 21

2.3.1 Pengertian Penanaman Modal Asing ... 21

2.3.2 Kebijakan Pemerintah Tentang PMA di Indonesia... 23

2.3.3 Keuntungan Dengan Adanya PMA... 24

2.4 Teori Investasi Luar Negri... 25

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 29

2.5 Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 32

2.6 Penelitian Empiris... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 36

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.3 Metode dan Teknik Pengumpilan Data ... 36

3.4 Pengolahan Data ... 37

3.5 Metode Analisis Data…………... 37

3.5.1 Uji Akar Unit (Unit Roots Test) ... 37

3.5.2 Uji Kointegrasi (cointegration Test) ... 38

3.5.3 Uji Granger Causality... 39

3.6 Defenisi Operasional……... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 4.1 Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara………... 41

4.1.1 Kondisi Geografis ... 41

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi... 42

4.1.3 Kondisi Demografi ... 43

4.1.4 Potensi Wilayah ... 45

4.2 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara... 46


(8)

4.2.2 Perkembangan PDRB Sumatera Utara... 50

4.2.3 Perkembangan PDRB berdasarkan Lapangan Usaha ... 52

4.3 Perkembangan PMA di Sumatera Utara………... 54

4.4 Analisis Data……….. 58

4.4.1 Uji Akar Unit (Unit Roots Test) ... 58

4.4.2 Uji Kointegrasi ... 60

4.4.3 Uji Kausalitas Granger (Granger Causality Test)……….. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 5.1 Kesimpulan ………... 63

5.2 Saran ………... 64 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel JUDUL Halaman

4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota 44

di Sumatera Utara

4.2 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Sumatera Utara Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 47

4.3 PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia serta Pertumbuhan Ekonomi

Tahun 2004-2008 49

4.4 Banyaknya Proyek dan Investasi Proyek Penanaman Modal Asing

Menurut Rencana dan Realisasi (1986-2008) 55

4.5 Hasil Uji AKAR Unit dengan Menggunakan

Augmented Dickey Fuller (ADF) 59

4.6 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar JUDUL Halaman

4.1 Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara dan PDB Nasional

Tahun 2004-2008 50

4.2 PDRB Berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku Sumatera Utara

Tahun 1986-2008 51

4.3 Perkembangan PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha

Tahun 2004-2008 53

4.4 Rencana dan Realisasi Banyaknya Proyek PMA Sumatera Utara

Tahun 1986-2008 57

4.5 Rencana dan Realisasi Nilai Investasi PMA Sumatera Utara


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran JUDUL

1. Data Variabel Skripsi Tahun 1986-2008 2. Hasil Uji Akar Untuk PMA dengan 2nd Difference Intercept 3. Hasil Uji Akar Untuk Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

dengan 2nd Difference Intercept

4. HasiL Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen 5. Hasil Uji Granger Causality


(12)

ABSTRACT

This research titled “Analysis Causality and Cointegration between Foreign Investment and Economic Growth in North Sumatera”. The goal of this research try to analysis the causality and cointegration relationship between foreign investment and economic growth in North Sumatera.

This research uses annual data during 1986 until 2008, by using method of cointegration test and granger causality test and it’s processed by using Eviews 5. Before using cointegration test and granger causality test, this research unit roots test to show statisionery time series data.

The unit roots test that foreign investment and economic growth has statisionary at 2difference data with confidence level α = 1%. The cointegration test show that foreign investment and economic growth in North Sumatera has a consistent relationshop in the long term. And, granger causality test show there is one way relation between economic growth and foreign investment which is economic growth is the function of foreign investment in other word, economic growth causes the increase or decrease of foreign investment in North Sumatera.

Kata Kunci: Cointegration Test, Granger Causality Test, Foreign Investment, Economic Growth


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Kausalitas dan Kointegrasi antara Penanaman Modal Asing dengan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara penanaman modal asing dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan data tahunan dari tahun 1986-2008, dengan menggunakan Cointegration test dan Granger Causality Test dan diproses dengan menggunakan Eviews 5. Sebelum menggunakan Cointegration Test dan Granger Causality Test, penelitian ini menggunakan uji akar unit untuk melihat apakah data yang digunakan telah statisioner.

Hasil uji akar unit menunjukan bahwa variabel penanaman modal asing dengan pertumbuhan ekonomi telah statisioner pada derajat integrasi 2 atau I(2) dengan tingkat kepercayaan 1%. Hasil cointegration test menunjukan bahwa penanaman modal asing dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara memiliki keseimbangan jangka panjang. Dan, Granger Causality Test menunjukan bahwa terdapat hubungan satu arah antara pertumbuhan ekonomi dan penanaman modal asing. Yang mana pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari penanaman modal asing. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan dan penurunan penanaman modal asing di Sumatera Utara.

Kata Kunci : Cointegration test, Granger Causality Test, Penanaman Modal Asing,


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara. Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan sasaran utama bagi negara yang sedang berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik bagi penduduknya. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara seperti pertambahan dan jumlah barang industri, perkembangan infrastuktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2004:423)

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka di butuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya. Pembangunan mencakup pendidikan dan kesempatan kerja yang lebih setara, kesetaraan gender yang lebih besar, kesehatan dan nutrisi yang lebih baik, serta kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. Pembangunan ekonomi dengan tujuan utama yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk menjadi tolok ukur kemapanan suatu negara. Bagi negara berkembang mempercepat pertumbuhan ekonomi merupakan sasaran yang harus tercapai agar dapat mensejajarkan diri dengan negara-negara maju.


(15)

Stok modal atau investasi merupakan salah satu faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno,2000:367). Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian terjadi penambahan output dan pendapatan baru pada faktor produksi tersebut akan menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi. Kekurangan modal dalam proses ekonomi di negara berkembang menyebabkan negara tersebut tetap miskin.

Harrod-Domar menyatakan, untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang teguh, penanaman modal harus terus menerus mengalami pertambahan dari tahun ketahun. Sekiranya keadaan ini tidak berlaku, pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan dan mungkin akan menghadapi resesi (Sukirno,2000:451). Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. Investasi menghubungkan masa kini dan masa depan. Investasi menghubungkan pasar uang dan pasar barang. Dan fluktuasi investasi berpengaruh besar pada siklus bisnis yang mengakibatkan berperan luas pada gejolak PDB serta dari sisi penawaran, investasi dalam jangka panjang menentukan jumlah stok modal dan berperan dalam pertumbuhan dalam jangka panjang (Dornbusch, 2004:331).


(16)

Penanaman modal ini bertujuan antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional, mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan, mengelolah ekonomi potensi menjadi kekuatan sector riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam maupun dari luar negri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jelas dengan demikian bahwa investasi memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah output dan pendapatan.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut sangat dibutuhkan sumber pembiayaan guna mendorong dunia usaha. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Disamping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing Langsung

Ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki, daerah Sumatera Utara mempunyai kemungkinan yang sangat besar untuk aktifitas penanaman modal khususnya penanaman modal asing (PMA) Karena banyaknya tersedia berbagai bahan mentah dari berbagai sektor seperti sektor pertanian, perkebunan, dan juga potensi daerah yang dapat dijadikan objek wisata sehingga apabila potensi-potensi daerah ini diberdayakan maka sangat besar manfaatnya dalam menghasilkan devisa negara dan juga menunjang terciptanya kegiatan ekonomi disekitar daerah tersebut yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.


(17)

Indonesia khususnya Sumatera Utara sangat membutuhkan Penanaman Modal Asing karena APBN tidak mampu menutupi kebutuhan pembangunan yang sangat besar, selain itu terjadi gap antara tabungan dan investasi dan juga untuk memenuhi pembiayaan barang-barang impor. Penanaman Modal Asing merupakan usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu Negara dengan tujuan untuk menciptakan suatu produksi. UU no. 1 tahun 1967 tentang PMA menyatakan bahwa, Penanaman Modal Asing meliputi penanaman modal asing secara langsung yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia.

Indonesia terbuka resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan Undang Penanaman Modal Dalam Negri tahun 1968. Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU No.1/1967) dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun ekonomi nasional. Di Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan ijin atas investasi lansung luar negri. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi, dimana kebijakan devaluasi rupiah tahun 1983 mempengaruhi tingkat pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral. Dalam decade terakhir ini pemodal asing enggan menanamkan modalnya di sumatera utara karena tidak stabilnya kondisi ekonomi dan politik

Arus masuk modal asing, jika dikelolah dengan baik maka dapat kontribusi yang positif. Masuknya modal asing juga mampu menggerakan kegiatan ekonomi yang lesu akibat dari kurangnya modal bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Selain itu, masuknya arus modal asing ini juga memberikan sumbangan positif melalui aliran industrialisasi dan modernisasi. Pesatnya aliran modal merupakan kesempatan baik guna memperoleh pembiayaan pembangunan ekonom, yaitu suatu pembangunan berkelanjutan yang diharapkan


(18)

dapat mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan pancasila dan UUD 1945, sehingga untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka pembangunan nasional dipusatkan pada pertumbuhan ekonomi. Namun karena adanya keterbatasan dana (tercermin pada rendahnya tingkat tabungan nasional) sedangkan kebutuhan dana pembangunan ekonomi tersebut adalah dengan berusaha meningkatkan investasi termasuk Penanaman Modal Asing.

Melalui uraian diatas, maka dapat dikatakan Investasi khususnya Penanaman Modal Asing memegang peranan penting dalam menggairakan perekonomian atau dunia usaha. Dengan posisi semacam itu investasi pada hakikatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi dan penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia khususnya wilayah Sumatera Utara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang kondusif untuk menggairahkan investasi khususnya untuk menarik minat investor asing agar menanamkan modalnya di Sumatera Utara. Iklim investasi yang baik akan mendorong tumbuhnya investasi sector swasta yang produktif sebagai penggerak pertumbuhan dan mengurangi tingkat kemiskinan (The World Bank, 2005:31). Yang kemudian peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat meningkatkan minat investor di dalam melakukan Penanaman Modal Asing. Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan adanya peningkatan ukuran pasar sehingga wilayah yang mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat menjadi wilayah yang menjadi basis di dalam melakukan investasi, khusnya PMA.

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis tentang Kausalitas dan Kointegrasi Kredit Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara dalam bentuk skripsi.


(19)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang) antara

Penanaman Modal Asing dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

2. Apakah terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara Penanaman Modal Asing dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

1.3Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan permasalahan dan teori di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang) antara Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara.

2. Terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang) antara Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui hubungan kausalitas (timbal balik) antara Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara.


(20)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan disiplin ilmu penulis.

4. Sebagai pertimbangan dalam memproyeksi dan mengambil kebijakan mengenai


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan ekonomi

Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya”.

Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).

Selain itu menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan.


(22)

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output perkapita harus dianalisis dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk di pihak lain, pertumbuhan ekonommi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

2.1.2. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

A. Teori Ekonomi Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi.


(23)

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (Stasionary State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.

Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.


(24)

B. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongna yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisiensi dalam memproduksikan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru.

Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisanya dengan memisahkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, merekan akan meminjam modal dan akan melakukan peminjaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.

Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan mencapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan


(25)

yang tinggi. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat tersebut dicapai pada waktu perekonomian telah berada kembali pada tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat rendah.

C. Teori Harrod-Domar

Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu:

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.

2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan.

3. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.

4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output Ratio atau COR) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Rratio atau ICOR).

Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh.


(26)

D. Teori Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Solow (1970) dari Amerika

Serikat dan Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antar kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal output dalam rasio modal tenaga kerja.

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori neo-klasik.

Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat.

Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menunjukkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran luas informasi pasar.


(27)

2.1.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yakni faktor ekonomi dan faktor non ekonomi.

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi didalam faktor produksi tersebut. Beberapa factor ekonomi tersebut akan dibahas di bawah ini.

1. Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah. “Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat

2. Akumulasi Modal

Faktor ekonomi kedua yang penting dalam pertumbuhan adalah akumulasi modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam ungkapan Nurkse, “makna pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, akan tetapi menggairahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat, mesin-mesin, pabrik dan peralatannya”. Dalam arti ini pembentukan modal


(28)

merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju pembangunan ekonomi.

Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahapan yang saling berkaitan. (a) Keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya; (b) Keberadaan lembaga keuangan dan menyalurkan ke jalur yang dikehendaki; (c) Menggunakan tabungan untuk investasi barang modal.

Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak ia mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi produksi di masa depan. Pembentukan modal mempunyai arti penting khusus bagi Negara kurang berkembang. Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk di Negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa kea rah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannyamembawa ke arah spesialisasi dan penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan overhead social dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga, pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang membawa kea rah penggalian sumber alam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi.


(29)

3. Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktifitas. Dalam ekonomi modern para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil resiko dalam ketidakpastian. Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. Menurut schumputer, seorang wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi).

4. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan dalam teknologi telah menaikkan prokduktifitas buruh, modal, dan sektor produksi lain.

Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah: penemuan ilmiah atau penyempurnaan pengetahuan teknik; invensi; inovasi; penyempurnaan, dan penyebar luasan penemuan yang biasanya di ikuti dengan penyempurnaan. Seperti Schumputer, ia menganggap inovasi sebagai factor teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahan apapun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut.


(30)

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktifitas. Keduanya membawa perekonomian kearah ekonomi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri. Hal ini menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien daripada sebelumnya.

b. Faktor Non ekonomi

Faktor non ekonomi bersama sektor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan perekonomian. Dalam kenyataan pada umumnya sektor non ekonomi mempengaruhi keadaan faktor ekonomi yang dibicarakan diatas.

1. Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan kebudayaan barat kearah penalaran (reasioning) dan skeptisme. Ia menanamkan semangat yang menghasilkan berbagai penemuan baru, juga merubah cara pandang, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial. Namun sikap sosial masyarakat yang masih tradisional dapat menghambat berjalannya pertumbuhan ekonomi. Untuk menghilangkan sistem sosial dan sikap masyarakat yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah harus selalu berusaha untuk melakukan perombakan dalam sistem sosial seperti penghapusan kekuasaan tuan tanah memberikan tanah tersebut kepada para petani yang tidak memiliki tanah.


(31)

2. Faktor Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada sumber daya manusia saja tetapi lebih menekankan pada efisiensi dari produktifitas mereka. Penduduk memiliki dua kedudukan dalam produksi. Yaitu sebagai tenaga kerja dan juga sebagai konsumen. Sehingga jumlah penduduk yang besar disatu sisi memiliki dampak yang baik dalam pertumbuhan ekonomi karena dengan jumlah penduduk yang besar tentunya dapat memperluas pangsa pasar produksi namun jumlah penduduk yang terlalu banyak tanpa diimbangi produktifitas yang tinggi dapat menjadi problem bagi suatu negara dimana dapat menimbulkan pengangguran. Namun apabila pertambahan jumlah penduduk tersebut disertai dengan mutu yang tinggi serta berketerampilan maka dapat mengurangi resiko meningkatnya pengangguran.

Selain itu problem pengangguran, masalah lain yang dapat muncul akibat dari pertambahan jumlah penduduk yang tinggi adalah tidak seimbangnya jumlah penduduk yang ada dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Akibat dari keseimbangan ini produktifitas marjinal penduduk akan rendah sekali atau negatif. Apabila didalam perekonomian sudah berlaku keadaan dimana pertambahan kerja tidak dapat menaikkan produksi yang tingkatnya lebih cepat dari tingkat pertumbuhan penduduk, maka pendapatan per kapita akan menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebihan akan menimbulkan kemerosotan atas kemakmuran masyarakat.

3. Faktor Politik dan Administratif

Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju merupakan hasil dari stabilitas politik dan administrasi yang kokoh.


(32)

2.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur kinerja perekonomian.

2.2.1. Metode Perhitungan PDRB 1. Metode Langsung

A. Pendekatan produksi

Pendekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk menghitung netto barang dan jasa yang di produksi oleh seluruh sektor ekonomi selama setahun disemua wilayah. Barang dan jasa yang di produksi ini dimulai dari harga produsen yaitu harga yang belum termasuk biaya transport dan pemasaran karena biaya transport akan dihitung sebagai pendapatan sektor transport, sedang biaya pemasaran akan dihitung sebagai pendapatan sektor perdagangan.

Nilai barang dan jasa pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto (NPB), sebab masih termasuk didalamnya biaya-biaya barang dan jasa-jasa yang dipakai dan dibeli dari sektor lain.

Untuk menghindari perhitungan dua kali (double account), maka biaya-biaya barang dan jasa-jasa harus dikeluarkan sehingga diperoleh nilai produksi netto atau disebut juga nilai tambah bruto (termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung).

B. Pendekatan Pendapatan

PDRB dirumuskan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi (berupa gaji dan upah, bunga, sewa dan laba) yang ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun, berdasarkan pengertian diatas, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, anak keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.


(33)

C. Pendekatan Pengeluaran

PDRB dihitung jumlah seluruh komponen pengeluaran akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto serta ekspor netto (yaitu ekspor dikurangi impor) didalam suatu wilayah/region dengan jangka tertentu/setahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dan barang dan jasa yang diproduksi.

2. Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.

2.2.2. PDRB Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan regional suatu propinsi dapat dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan itu dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:

- Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli penduduk (kenaikan riel).


(34)

- Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang disertai kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan semacam ini merupakan kenaikan pendapatan yang semu (tidak riel).

Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas, untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (riel) maka faktor inflasi harus dieliminir.

Pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga yang berlaku. Sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas harga konstan.

2.3. PENANAMAN MODAL ASING

2.3.1 Pengertian Penanaman Modal Asing

Yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan undang-undang No.1 Tahun 1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. (Widjaya, 2000:25). Penanaman modal asing terbagi 2 yaitu:

1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign direct Investment)

Penanaman modal asing yang bersifat langsung dilakukan oleh pihak asing atau dapat juga dikatakan sebagai investasi perusahaan secara penuh, dimana pengelolaan baik manajemen maupun sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jenis penanaman modal asing ini biasanya dilakukan oleh perusahaan raksasa yang bergabung dalam Multi


(35)

National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan mengendalikan berbagai kegiatan produktif dilebih dari satu negara.

Penanaman modal secara langsung meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik dan biasanya menggunakan teknik-teknik produksi negara asal investor, jasa manajerial, pemasaran dan iklan yang ditentukan oleh penanam modal asing tersebut

Investasi asing langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara de facto dan de jure melakukan pengawasan atas assets (aktiva) yang ditanam di negara dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan cara investasi itu, investasi itu langsung dapat mengambil beberapa bentuk, diantaranya pembentukan suatu cabang perusahaan dinegara pengimpor modal, pembentukan satu perusahaan tersebut sepenuhnya dibiayai oleh perusahaan asing, atau mendirikan asset tetap di negara lain oleh perusahaan asing.

Menurut analisis Neo-Klasik tradisional, penanaman modal asing merupakan hal yang sangat positif. Karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang dihimpun dari dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu pembentukan modal domestik bruto.

Penanaman modal asing secara langsung dapat diartikan sebagai dana-dana investasi yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat, fasilitas produksi seperti membeli bahan, membuka pabrik, membeli mesin-mesin, membeli bahan baku, dan sebagainya. Yang bertindak sebagai kreditur disini adalah perusahaan-perusahaan swasta asing yang hendak memperluas usahanya hingga kenegara-negara berkembang.


(36)

2. Join Ventura

Join ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih pihak yang merupakan badan hukum dimana masing-masing pihak memasukkan sejumlah modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan berdasarkan proporsi modal tersebut. Jadi Join Ventura merupakan kerja sama antara pemilik modal asing dengan modal nasional. Tentang pengelolaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, investor asing bisa saja hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolaan perusahaan dan tenaga kerja.

2.3.2. Kebijakan Pemerintah Tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia

Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia sesuai dengan semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan terutama untuk pembangunan tersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik dana investor asing dengan memberikan berbagai kemudahan melalui barbagai kebijaksanaan.

Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal asing yang meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan undang-undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal asing tersebut.

Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal asing adalah Undang-Undang No. I/1967. penanaman modal asing yang dimaksud sesuai dengan undang-undang ini adalah hanya penanaman modal asing yang meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan undang-undang yang digunakan


(37)

untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal asing tersebut :

a. Undang-undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman modal melainkan hanya mengatur tentang penanaman modal asing.

b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut dijalankan dengan modal asing sebelumnya.

c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tapi juga kekuasaan dan

pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan sejauh mana kebutuhannya tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum yang berlaku di Indonesia.

d. Penggunaan kredit dan resikonya ditanggung oleh investor tersebut.

2.3.3 Keuntungan Dengan Adanya Penanaman Modal Asing

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya penanaman modal asing antara lain:

a. Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor (dengan penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia) akan meningkat kuantitas dan kualitasnya.

B. Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung oleh penanam modal dalam investasi langsung (investor asing).

c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja, dan dapat membiasakan dari dengan teknologi modern.


(38)

d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang sejenis, sehingga akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan di daerah.

e. Devisa negara akan meningkat sehingga dana untuk pembangunan juga meningkat.

f. Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri pendukung atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing.

g. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembali pada pengembangan atau modernisasi industri terkait.

h. Kemungkinan terjadinya pelarian modal berkurang.

2.4. Teori Investasi Luar Negeri

Teori penanaman modal asing pada dasarnya berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi luar negeri langsung sebagai suatu bentuk keterlibatan nasional. Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori investasi luar negri (Panglaykim, 1984:3-7) antara lain:

1.Sthepen Hymer (1976)

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan keunggulan khas perusahaan dan ketidak sempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan motivasi yang mendasari perusahaan dalam melakukan suatu investasi.

Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi diluar negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal. Karena pengembalian investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak


(39)

memerlukan pemindahan perusahaan. Sehubungan dengan pengembalian investasi yang lebih tinggi dari perusahaan yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang sudah ada atau yang potensial di negara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidakunggulan operasi perusahaan tersebut diluar negeri.

Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang ada di negara tuan rumah. Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya akses ke sumber modal yang lebih mudah dan besar, adanya pasar bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan memiliki keahlian seperti keahlian manajemen, keterampilan pemasaran dan sebagainya.

2. R. Vernon (1966)

Vernon mengemukakan suatu teori investasi luar negeri dimana teori ini dikenal dengan nama teori Product cycle dalam produksi internasional, model ini terdiri atas beberapa tahap.

Tahapan pertama yaitu tahapan inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan dipasarkan di dalam negeri, perusahaan mempunyai keuntungan teknologi yang bersifat sementara untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusaha di dekat pasar. Pada waktu permintaan meningkat, suatu tingkat standarisasi dan dipasarkan di dalam negeri.

Tahapan kedua, yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar-pasar baru di negara-negara yang relatif maju dan eksporpun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi-strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multi national corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.


(40)

Tahap terakhir dimana produk sudah distandarisasi sehingga riset dan keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak kenegara-negara yang sedang berkembang dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk-produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan di impor kembali ke negara asal dan juga kepasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovasinya.

3.Kiyoshi Kojima (1978)

kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara dalam perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar negeri. Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan keunggulan tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar negeri.

4.S. Hirsch (1976)

Menurut Hirsch, investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan yang diharapkan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengawasan di luar negeri. Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri tersebut lebih rendah daripada biaya-biaya produksi dalam negeri ditambah biaya-biaya pemasaran ekspor.

Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka deferensiasi biaya pemasaran menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate goods dalam negeri dapat terlaksana. Hircsh berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan spesialisasi


(41)

berdasarkan keunggulan komparatif yaitu melalui ekspansi penghasilan atau pembentukan pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya serendah-rendahnya. Ini dapat pula dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar di dalam negeri dari lokasi tersebut.

5. J.H.Dunning (1977)

Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba elektrik (memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori perdagangan, lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan internasional. Dunning berargumen bahwa luasnya keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan dan investasi) antar negara mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan lebih memilih untuk berproduksi di luar negeri yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari negara lain.

Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat mempengaruhi pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif, sifat-sifat di dalam negeri seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan persaingan di dalam negeri, kendala-kendala perdagangan baik tarif maupun non tarif, jarak dari negara yang melakukan investasi, lingkungan politik sosial dan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran keuntungan.


(42)

2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi suatu negara adalah sebagai berikut:

• Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan • Tingkat bunga

• Ramalan yang mengenai keadaan ekonomi dimasa depan • Kemajuan teknologi

• Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya • Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

• Situasi politik

• Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah setempat

Ke-8 (delapan) faktor yang mempengaruhi investasi, seperti yang disebutkan diatas akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan, yaitu :

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada pengusaha mengenai jenis-jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa depan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

2. Tingkat bunga

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pengusaha, dan para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang ditanam yaitu berupa persentase keuntungan netto


(43)

(belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar), modal yang diperoleh dari tingkat bunga.

Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang dimilikinya yaitu: pertama; dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito); kedua; dengan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal dimana pendapatan yang akan diperoleh adalah lebih dari tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah mendepositokan uang tersebut, dan akan menggunakannya untuk investasi apa bila tingkat keuntungan yang diperoleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan di bayar.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan

Dengan adanya ramalan tentang kondisi dimasa depan akan dapat menentukan tingkat investasi yang akan tercipta dalam perekonomian. Apabila ramalan dimasa depan adalah baik maka investasi akan naik. Sebaliknya, apabila ramalan kondisi ekonomi dimasa akan datang adalah buruk, maka tingkat investasi akan rendah.

4. Kemajuan teknologi

Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat investasi yang dicapai.


(44)

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total agregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain (included investment).

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan

Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para pengusaha untuk menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperolehnya untuk investasi-investasi baru.

7. Situasi politik

Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para investor terutama para investor asing untuk menanamkan modalnya. Mengingat investasi memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang ditanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang akan sangat diharapkan oleh investor.


(45)

8. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah

Tersedianya berbagai sarana dan prasarana awal, seperti jalan raya, listrik dan sistim komunikasi akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya disuatu daerah.

Begitu pula dengan bentuk intensif lainnya seperti keringanan di dalam perpajakan (tax holiday), yaitu suatu keringanan di dalam pembebanan pajak apabila suatu perusahaan mau menanamkan keuntungan yang diperolehnya ke dalam investasi baru, ataupun apabila perusahaan yang bersangkutan mau dan bersedia menanamkan investasinya di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

2.5 Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut sangat dibutuhkan sumber pembiayaan guna mendorong dunia usaha, salah satunya melalui realisasi investasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi investasi, khususnya penanaman modal asing karena pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator makroekonomi yang menjadi dasar penilaian investor. Investasi penanaman modal asing, jika dikelolah dengan baik maka akan mendapat kontribusi yang positif. Pesatnya aliran modal merupakan kesempatan baik guna memperoleh pembiayaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan


(46)

ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian, pertumbuhan merupakan fungsi Investasi.

Secara teori, PMA berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi pada khususnya di negara tuan rumah lewat beberapa jalur. Pertama, lewat pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti juga penambahan output atau produk domestic bruto (PDB), total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Ini adalah suatu dampak langsung. Pertumbuhan X berarti penambahan cadangan devisa (CD) yang selanjutnya peningkatan kemampuan dari negara penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M). Kedua, masih dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah sebagai berikut: adanya PP baru berarti ada penambahan permintaan di dalam negeri terhadap barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input lainnya. Jika permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor domestik lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Ini berarti telah terjadi suatu efek penggandaan dari keberadaan PMA terhadap output agregat di negara penerima. Dalam kata lain, semakin besar komponen M dari sebuah proyek PMA.

Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan: peningkatan kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar dalam negeri. Sama seperti kasus sebelumnya, jika penambahan permintaan konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap.


(47)

Sebaliknya, jika ekstra permintaan konsumsi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan impor, maka efenya nihil. Bahkan jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada pertumbuhan ekspor yang disebabkan oleh adanya PMA, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Ini berarti kehadiran PMA memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif terhadap negara tuan rumah.

Keempat, peran PMA sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan-perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari perusahaan PMA ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau subcontracting antara PMA dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah, seperti kasus PT Astra Internasional dengan banyak subkontraktor skala kecil dan menengah.

Implikasi kebijakan dari adanya hubungan timbal balik antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan tersebut adalah pada pembuatan proyeksi/per-kiraan kebutuhan investasi tahunan dan target pertumbuhan ekonomi. Dengan memegang asumsi bahwa hubungan timbal balik tersebut terjadi, maka dalam membuat proyeksi investasi harus mem-perhitungkan variabel pertumbuhan ekonomi; dan sebaliknya dalam mempro-yeksikan angka pertumbuhan ekonomi, variabel investasi harus dijadikan salah satu faktor penentu.


(48)

2.6Penelitian Empiris

Berbagai studi empiris yang mengaitkan hubungan antara investasi penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi antara lain penelitian yang dilakukan oleh Jonatan (2003) dalam jurnal yang berjudul Analisis Vektor Auto (VAR) Terhadap Korelasi antara Pendapatan Nasional dan Investasi Pemerintah di Indonesia 1983/1984-199/2000. juga membuktikan adanya hubungan kointegrasi dan kausalitas (dua arah) antara Investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam jurnal tersebut, pertumbuhan ekonomi diproxy dengan produk domestik bruto. Begitu juga hasil studi yang dilakukan falianty (2006) dalam jurnal yang berjudul Foregn Direct Investment di Indonesia: Perannya Terhadap Kinerja Makrokonomi, Masalah-masalah yang Dihadapi dan Tantangan ke Depan. Dalam jurnal tersebut, Foregn Direct Investment memiliki pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan metode kointegrasi Engle dan Granger didapatkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang atau kointegrasi antara foregn direct investment dan pertumbuhan ekonomi.selanjutnya, dengan metode granger causality test didapatkan bahwa terdapat kausalitas atau hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan FDI.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Tambunan (2007) dalam jurnal yang berjudul Daya Saing Indonesia dalam Menarik Investasi Asing juga membuktikan adanya hubungan kointegrasi dan kausalitas (dua arah) antara penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis kausalitas dan kointegrasi antara Penanaman Modal Asing dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara selama kurun waktu 1986-2008.

3.2Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1986-2008 yang diperoleh dari berbagai sumber seperti Kantor Bank Indonesia Medan (KBI Medan), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Investasi dan Promosi (BAINPROM) dan sumber bacaan lainnya seperti buku-buku, jurnal-jurnal, dan website-website yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi.

3.3Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni dengan menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data runtun waktu (time series) dari tahun 1986-2008.


(50)

3.4Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data, digunakan bantuan software utama pengolah data statistic yaitu Eviews 5. Disamping itu juga digunakan software aplikasi Microsoft Excel 2007 sebagai software pembantu dalam mengelolah data dan mengkonversi data dalam bentuk baku kedalam bentuk yang lebih representative untuk digunakan pada software utama di atas.

3.5Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah Cointegration Test dan Granger Causaility Test. Analisis Cointegration Test (Johansen Test) bertujuan untuk melihat hubungan Penanaman Modal Asing dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara dalam keseimbangan jangka panjang. Sedangkan Granger Causaility Test adalah untuk melihat hubungan timbal balik (causal) antara Penanaman Modal Asing dan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

Dalam kaitannya dengan metode tersebut, maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakannya metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

3.5.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji akar unit dari Dickey Fuller maupun Phillips-Perron adalah untuk melihat stasionaritas data time series yang diteliti dengan program Eviews 5. Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut:


(51)

Uji dilakukan dengan hipotesis null γ=0 untuk ADF. Stasioner tidaknya data

didasarkan pada nilai statistik ADF yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien γ dengan nilai

kritis statistik dari Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari nilai kritis Mackinnon, maka data stasioner dan jika sebaliknya maka data tidak stasioner.

3.5.2 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan Johansen test. Untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi tersebut, maka Johansen menyarankan untuk melakukan dua uji statistik.

Uji statistik pertama adalah uji trace (Trace test, λtrace) yaitu menguji hipotesis nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai berikut:

λtrace (r) = -T (1-λi) ………...(2)

Dimana λ adalah nilai eigenvectors terkecil (p-r). null hypothesis yang disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan kata lain, jmlah vektor kointegrasi lebih kecil atau sama dengan (≤) r.

Untuk uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue (λ) yang dilakukan dengan formula sebagai berikut:


(52)

Uji ini berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vektor kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan vektor kointegrasi. Untuk melihat hubungan kointegrasi tersebut, maka dapat dilihat dari besarnya nilai Trace statistic dan Max-Eigen statistic dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5 persen. Jika nilai trace statistic lebih besar dari nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5 persen, maka terdapat hubungan kointegrasi antara kedua variable. (Hidayat, 2007)

3.5.3 Uji Granger Causality

Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antara Penanaman Modal Asing dan pertumbuhan ekonomi sehinngga dapat diketahui variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini:

PDRBt = iPMAt-i + jPDRBt-j + µ1t ……….(4)

PMAt = iPMAt-i + jPDRBt-j + µ2t ………...(5)

Dimana µ1t dan µ2t adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial


(53)

Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear di atas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (12) dan (13) adalah sebagai berikut:

(1) Jika ji ≠ 0 dan + j = 0, maka terdapat kausalitas satu arah dari PDRB ke

PMA.

(2) Jika ji = 0 dan + j ≠ 0, maka terdapat kausalitas satu arah dari PMA ke

PDRB.

(3) Jika ji = 0 dan + j = 0, maka PMA dan PDRB tidak saling berhubungan.

(4) Jika ji ≠ 0 dan + j≠ 0, maka terdapat kausalitas dua arah antara PMA dan

PDRB.

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas seperti yang disebutkan di atas, maka dilakukan F-test untuk masing-masing model regresi.

3.6 Definisi Operasional

1. Penanaman Modal Asing adalah jumlah investasi yang dilakukan oleh pihak asing di Sumatera Utara dalam satuan Milyar Rupiah..

2. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa oleh penduduk di Sumatera Utara setiap tahunnya yang diproxy dengan PDRB atas dasar harga berlaku dalam satuan Milyar Rupiah.


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara 4.1.1. Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1o- 4o LU dan 980 - 1000 BT. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.160,68 km2 atau 3,72 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Letak provinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh tiga provinsi dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Riau 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas tiga kelompok wilayah, yaitu:

a. Pantai Barat (Tapanuli Selatan, tapanuli tengah, Sibolga dan Nias)

b. Dataran Tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo dan Dairi) c. Pantai Timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai Dan Labuhan Batu).


(55)

4.1.2. Kondisi Iklim dan Topografi

Propinsi Sumatera Utara terletek dekat garis khatulistiwa dan mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin passat dan muson. Kelembapan utara rata-rata 78%-91% per tahun, curah hujan kurang lebih 1800-4000 mm per tahun dan menyinari matahri 43%. Ketinggian permukaan daerah Propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas, bisa mencapai 35.80 C, sedangkan sebagian daerahnya lagi berbukit dengan kemiringan landai, beriklim sedang dan berada pada ketinggian yang suhu minimalnya bias mencapai 140 C.

Berdasarkan topografi daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 bagian yaitu bagian timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah pantai timur yang merupakan dataran rendah seluas 24921,99 km2 atau 34,77% dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula.

Wilayah dataran tinggi dan wilayah pantai barat seluas 46758,69 km2 atau 65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya stabil.


(56)

4.1.3. Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara keadaan 31 Oktober 1990 berjumlah sebesar 10,26 juta jiwa, dan dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2008 diperkirakan sebesar 13.042.317 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2008 meningkat menjadi 182 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37% per tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2000-2008 mencapai 1,57%.

Provinsi Sumatera Utara didiami oleh penduduk dari berbagai suku seperti Suku Batak (Karo, Pakpak, Toba, Mandailing), Betawi, Banten, Sunda, Jawa, Melayu, Madura, India, China, dan lain-lain. Berdasarkan agama dan kepercayaan pada tahun 2000 penduduk Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 7,530 juta jiwa menganut agama Islam (65,54%), Kristen Katolik sebesar 0,55 juta jiwa (4,78%), Kristen Protestan sebesar 3,062 juta jiwa (26,6%), Hindu sebesar 0,119%, Budha sebesar 3,32% dan kepercayaan lain 0,23%.


(57)

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Kabupaten / Kota Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (jiwa)

Kabupaten: Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara

Padang Lawas Utara Padang Lawas

Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Kota: Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padang Sidempuan Jumlah/Total: 3495,39 6620,70 4352,86 2158,00 3764,65 2352,35 2561,38 3675,79 4368,60 1927,80 2127,25 2486,14 6263,29 1625,91 2297,20 1218,30 2433,50 1913,33 904,96 3918,05 3892,74 3116,00 3545,80 10,77 61,52 79,97 38,44 265,10 90,24 114,65 71680,68 443.492 423.712 263.812 314.632 267.595 171.833 1.027.964 688.529 853.112 271.983 360.880 1.738.431 1.042.523 272.848 155.290 41.062 131.549 630.728 382.474 193.278 185.209 x x 94.614 163.679 238.773 141.059 2.102.105 252.652 188.499 13.042.317 Sumber : BPS (Sumatera Utara Dalam Angka 2009)


(58)

4.1.4. Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur, dimana sangat mendukung perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Sebagian besar dari wilayah itu merupakan areal pertanian. Oleh sebab itu, sector pertanian merupakan sektor andalan dalam kegiatan perekonomian dari Sumatera Utara.

Potensi laut, danau, dan sungai juga berperan penting. Potensi ini digunakan sebagai sarana perhubungan dan perikanan, sedangkan potensi keindahan alamnya dijadikan umtuk pengembangan industri, perdagangan, dan lain-lain. Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang, seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, diatome, emas, batu bara, minyak dan gas bumi.

Faktor lain yang menunjang perekonomian dari Sumatera Utara adalah posisinya yang strategis yang terletak di jalur perdagangan internasional, dimana hal ini didukung oleh sarana pelabuhan yang ada, baik itu pelabuhan laut, seperti Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan Bilik. Dan juga sarana perhubungan udara, seperti Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang. Di samping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti perhubungan darat, telepon, teleks, faximile, pos dan giro, telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar kecamatan.

Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara yang merupakan pusat dari seluruh aktivitas masyarakat. Selain sebagap pusat pemerintahan, Kota Medan juga merupakan sentral dari seluruh kegiatan ekonomi, bisnis, pendidikan dan yang lainnya. Sebagai pusat pengembangan wilayah di Sumatera Utara, Kota Medan memiliki fasiitas yang menunjang kegiatan perekonomian seperti komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan wilayah yang masih terbelakang di Sumatera Utara.


(59)

Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi termasuk politeknik, balai penelitian, balai pelatihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hal hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

4.2 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara 4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun, disajikan melalui PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan penurunan.

Pertumbuhan ekonomi tahun Sumatera Utara 2008 yang ditunjukan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6.39 persen, menunjukan adanya pertumbuhan yang melambat, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 6.90 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh semua sektor perekonomian di Sumatera Utara.


(1)

Data Variabel

Tahun

Penanaman Modal

Asing (Rp Milyar )

PDRB

( Rp Milyar )

1986

19.09

5182.1

1987

10.63

6439.86

1988

105.12

7907.19

1989

12.94

9324.4

1990

1118.95

10772.79

1991

97.93

12111.55

1992

266.59

14316.66

1993

117.51

18215.45

1994

44.56

21700.99

1995

1547.9

24630.55

1996

143.04

28173.1

1997

285.54

34006.27

1998

655.39

50705.97

1999

423.28

61957.56

2000

668.43

69154.11

2001

422.21

79331.33

2002

186.18

89670.14

2003

699.03

103401.37

2004

935.43

118100.51

2005

1061.03

139618.31

2006

5466.31

160376.79

2007

2325.23

181819.73

2008

811.33

213931.69


(2)

Lampiran 2

Hasil Uji Akar Unit Untuk Penanaman Modal Asing ( PMA ) dengan 2nd

Difference-Intercept

Null Hypothesis: D(PMA,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.677683 0.0002 Test critical values: 1% level -3.831511

5% level -3.029970

10% level -2.655194

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 19

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PMA,3)

Method: Least Squares Date: 02/27/11 Time: 17:50 Sample (adjusted): 1990 2008

Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PMA(-1),2) -3.363755 0.592452 -5.677683 0.0000 D(PMA(-1),3) 1.171810 0.383974 3.051791 0.0076 C -5.593543 366.1327 -0.015277 0.9880 R-squared 0.875760 Mean dependent var 95.46579 Adjusted R-squared 0.860230 S.D. dependent var 4204.081 S.E. of regression 1571.733 Akaike info criterion 17.70168 Sum squared resid 39525519 Schwarz criterion 17.85081 Log likelihood -165.1660 F-statistic 56.39129 Durbin-Watson stat 2.132004 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Hasil Uji Akar Unit Untuk Pertumbuhan Ekonomi ( PDRB) dengan 2nd

Difference-Intercept

Null Hypothesis: D(PDRB,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.307183 0.0035 Test critical values: 1% level -3.808546

5% level -3.020686

10% level -2.650413

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PDRB,3) Method: Least Squares

Date: 02/27/11 Time: 17:49 Sample (adjusted): 1989 2008

Included observations: 20 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PDRB(-1),2) -1.183206 0.274705 -4.307183 0.0004 C 1717.134 957.3051 1.793716 0.0897 R-squared 0.507549 Mean dependent var 522.9725 Adjusted R-squared 0.480190 S.D. dependent var 5683.557 S.E. of regression 4097.722 Akaike info criterion 19.56889 Sum squared resid 3.02E+08 Schwarz criterion 19.66846 Log likelihood -193.6889 F-statistic 18.55183 Durbin-Watson stat 1.828263 Prob(F-statistic) 0.000424


(4)

Lampiran 4

Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen

Date: 02/27/11 Time: 21:04 Sample (adjusted): 1988 2008

Included observations: 21 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: PDRB PMA

Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.556611 24.76888 15.49471 0.0015 At most 1 * 0.306611 7.689440 3.841466 0.0056 Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.556611 17.07944 14.26460 0.0175 At most 1 * 0.306611 7.689440 3.841466 0.0056 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I):

PDRB PMA

1.19E-05 0.001217 6.37E-05 -0.001164


(5)

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(PDRB) 1770.444 1488.871

D(PMA) -878.3912 280.0028

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -372.1309

Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

PDRB PMA

1.000000 102.0734 (25.6065)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(PDRB) 0.021113

(0.00902) D(PMA) -0.010475 (0.00270)


(6)

Lampiran 5

Hasil Uji Granger Causality

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 02/27/11 Time: 21:05

Sample: 1986 2008

Lags: 4

Null Hypothesis:

Obs

F-Statistic Probability

PMA does not Granger Cause PDRB

19

2.77260

0.08697