Analisis Transformasi Struktural Perekonomian di Kota Pematang Siantar

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR

OLEH

Ahmad Irsyah 080501070

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2012

NIM. 080501070 Ahmad Irsyah


(3)

ABSTRAK

ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR

Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur

perekonomian. Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor primer ke sektor sekunder kemudian bergeser ke sektor tersier, seperti halnya yang terjadi di Kota Pematang Siantar. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat dilihat sebagai suatu perubahan yang berkaitan dengan komposisi pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB suatu wilayah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur ekonomi daerah serta pergeseran sektor primer, sekunder, dan jasa dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB di Kota Pematang Siantar dalam kurun waktu tahun 2004-2010. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Untuk melihat struktur perekonomian di Kota Pematang Siantar periode tahun 2004-2010 digunakan alat analisis shift share. Hasil dari analisis shift share

menunjukkan bahwa adanya pergeseran penyerapan tenaga kerja dari sektor sekunder sebesar -0,37 % ke sektor primer sebesar 13,72 % dan ke sektor tersier sebesar 86,64 %. Kontribusi terhadap PDRB dari sektor primer sebesar 0,82 % ke sektor sekunder sebesar 15,63 % dan ke sektor tersier sebesar 83,55 % di Kota Pematang Siantar. Ini berarti telah terjadi perubahan struktur perekonomian dari perekonomian tradisional menjadi perekonomian modern di Kota Pematang Siantar.

Kata Kunci : Transformasi struktur ekonomi, penyerapan tenaga kerja,


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE STRUCTURAL TRANSFORMATION OF THE ECONOMY IN PEMATANG SIANTAR

Economic growth has led to changes in economic structure. Structural transformation is a process of change in economic structure from the primary sector to secondary sector and then shifted to the tertiary sector, as was the case in Pematang Siantar. Changes in the structure or the transformation from traditional to modern economics in general can be viewed as a change related to a shift in the composition of labor absorption and contribution to the GDP of a region. The purpose of this study was to analyze the regional economic structure and shift in the primary sector, secondary, and service views of labor absorption and contribution to GDP in Pematang Siantar in the period 2004-2010. The data used in this analysis is the secondary data obtained from the Central Statistics Agency (BPS).

To view the structure of the economy in Pematang Siantar year period 2004-2010 are used shift share analysis tools. Results of shift share analysis shows that the shift of labor absorption from the secondary sector of -0,37 % to 13,72 % for the primary sector and the tertiary sector by 86,64 %. Contribution to the GDP of the primary sector by 0,82 % to 15,63 % for the secondary sector and tertiary sector by 83,55 % in Pematang Siantar. This mean that it has changed the economic structure of the traditional economies into modern economies in Pematang Siantar.

Key Words: Transformation of economic structure, labor absorption,


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Transformasi Struktural Perekonomian di Kota Pematang Siantar”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuihi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak. Maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis Bapak Muhayar dan Ibu Nurbaiyah, terima kasih yang tak terhingga atas segala kasih sayang dan doanya yang tiada terputus pada penulis. Alhamdulillah sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah. Semoga ALLAH SWT meridhoi niat penulis untuk membalas semua kasih sayang serta doa bapak dan ibu. Abang serta adik penulis, yang tak pernah berhenti memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Syahrir Hakim Nasution, SE, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Bapak Drs. Coki A. Syahwier, MP, selaku Dosen Pembimbing penulis yng telah banyak memberikan motivasi, arahan, dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg Sirojuzilam, SE, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan petunjuk, saran, kritik yang membangun serta penilaian kepada penulis demi selesainya skripsi ini.

7. Kepada Bapak/Ibu Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam setiap administrasi yang diperlukan oleh penulis.

9. Teman-teman mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan 2008 dan teman-teman terdekat penulis yang telah memberikan kegembiraan dan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini memiliki kekurangan atau pun kelemahan dalam penyusunannya serta jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis menerima segala masukan yang konstruktif dari para pembaca guna penyempurnaan isi maupun teknik penulisan yang benar. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Juni 2012 Penulis

Ahmad Irsyah


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ………. ix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 8

1.3 Tujuan Penelitian ………... 8

1.4 Manfaat Penelitian ………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 10

2.1 Landasan Teori ……… 10

2.1.1 Teori Perubahan Struktural ……… 10

2.1.1.1 Teori W. Arthur Lewis ……….. 10

2.1.1.2 Teori Hollis B. Chenery ……… 13

2.1.1.3 Teori John Fei dan Gustav Ranis ……… 17

2.1.1.4 Teori Isard ………. 19

2.1.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ……….. 20

2.1.2.1 Teori Ekonomi Neo Klasik ……… 21

2.1.2.2 Teori Basis Ekonomi ………. 22

2.1.2.3 Teori Tempat Sentral ………. 22

2.1.2.4 Teori Kausasif Kumulatif ……….. 23

2.1.2.5 Teori Lokasi ………... 23

2.1.2.6 Teori Model Daya Tarik ……… 23

2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ……… 24

2.1.3.1 Teori Adam Smith ……….. 24

2.1.3.2 Teori Whilt Whitman Rostow ………... 24

2.1.3.3 Teori Friedrich List ……… 25

2.1.3.4 Teori Bruno Hilderbrand ……… 25

2.1.3.5 Teori Karl Bucher ……….. 25

2.1.3.6 Teori Harrod Domar ……….. 26

2.1.3.7 Teori Robert Malthus ……… 26

2.1.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah …………... 26

2.1.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ………... 27

2.1.5.1 Pengertian PDRB ……….. 28

2.1.5.2 Metode Penghitungan PDRB ……… 28

2.1.5.3 Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan ………... 30


(8)

2.1.6.1 Definisi Tenaga Kerja ……… 33

2.1.6.2 Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB) ……… 34

2.1.7 Analisis Shift Share ………... 35

2.2 Penelitian Terdahulu ……….. 36

2.3 Kerangka Konseptual ………. 42

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 43

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ……….. 43

3.2 Jenis dan Sumber Data ………... 43

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………. 43

3.4 Model Analisis Data ………... 44

3.5 Definisi Operasional ………... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 47

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian ……….. 47

4.1.1 Gambaran Umum Kota Pematang Siantar ………… 47

4.1.2 Perekonomian Kota Pematang Siantar ……….. 51

4.2 Perkembangan dan Struktur Perekonomian Kota Pematang Siantar ……… 52

4.2.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pematang Siantar ……… 52

4.2.2 Peranan Sektor terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pematang Siantar ……… 53

4.2.3 Perkembangan Tenaga Kerja Kota Pematang Siantar 57 4.2.4 Peranan Sektor terhadap Tenaga Kerja Kota Pematang Siantar ………... 58

4.3 Analisis Data ………. 59

4.3.1 Hasil Analisis Shift Share Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja di Kota Pematang Siantar tahun 2004- 2010 pada masing-masing Sektor Ekonomi ……… 60

4.3.2 Hasil Analisis Shift Share Berdasarkan Nilai PDRB di Kota Pematang Siantar tahun 2004-2010 pada masing-masing Sektor Ekonomi ………. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 68

5.1 Kesimpulan ……….. 68

5.2 Saran ………... 69

DAFTAR PUSTAKA ……… 71


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Indeks Produktivitas Relatif Sektor-

sektor Ekonomi tahun 2004 dan 2010 Kota

Pematang Siantar ……….... 5

2.1 Cara-cara yang Digunakan untuk Menunjukkan

Corak Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses

Pembangunan ………. 16

4.1 Luas Daerah Menurut Kecamatan Kota Pematang

Siantar ……… 48

4.2 Pertumbuhan Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin

Kota Pematang Siantar ……….. 49

4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kota Pematang

Siantar tahun 2004-2010 ………... 52

4.4 Rata-rata Pertumbuhan dan Persentase Pertumbuhan

PDRB Kota Pematang Siantar Atas Dasar Harga

Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 ……….. 53

4.5 Distribusi Persentase PDRB Kota Pematang Siantar

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

tahun 2004-2010 ………... 54

4.6 Distribusi Persentase PDRB Kota Pematang Siantar

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

2000 tahun 2004-2010 ……….. 56

4.7 Tenaga Kerja Kota Pematang Siantar tahun 2004-2010 58

4.8 Rata-rata Pertumbuhan dan Persentase Pertumbuhan

Tenaga Kerja Kota Pematang Siantar ………... 58

4.9 Distribusi Persentase Tenaga Kerja Kota Pematang

Siantar Berdasarkan Sektor Primer, Sekunder dan

Tersier tahun 2004-2010 ………... 59

4.10 Hasil Analisis Shift Share Jumlah Tenaga Kerja Kota

Pematang Siantar tahun 2004-2010 ……….. 60

4.11 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kota


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Model Pertumbuhan Sektor Modern dalam

Perekonomian Dua Sektor yang Mengalami Surplus

Tenaga Kerja Hasil Rumusan Lewis ……… 12

2.2 Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses

Pembangunan Ekonomi ……… 15

2.3 Pertumbuhan Relatif Sektor-sektor ……….. 20

2.4 Kerangka Konseptual ………... 42

4.1 Grafik ShiftShare Tenaga Kerja di Kota Pematang

Siantar tahun 2004-2010 ……….. 60

4.2 Grafik ShiftShare PDRB di Kota Pematang Siantar


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha /

Sektor Sumatera Utara Tahun 2004-2010 ……….... 73

2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha /

Sektor Pematang Siantar Tahun 2004-2010 ………. 74

3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Sumatera Utara 2004-2010 ………... 75

4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Pematang Siantar 2004-2010 ……….... 76

5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

Pematang Siantar 2004-2010 ……….... 77

6 Hasil Shift Share Tenaga Kerja ……… 78

7 Hasil Shift Share PDRB ………... 80

8 Jumlah Hasil Shift Share Tenaga Kerja dan PDRB


(12)

ABSTRAK

ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR

Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur

perekonomian. Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor primer ke sektor sekunder kemudian bergeser ke sektor tersier, seperti halnya yang terjadi di Kota Pematang Siantar. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat dilihat sebagai suatu perubahan yang berkaitan dengan komposisi pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB suatu wilayah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur ekonomi daerah serta pergeseran sektor primer, sekunder, dan jasa dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB di Kota Pematang Siantar dalam kurun waktu tahun 2004-2010. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Untuk melihat struktur perekonomian di Kota Pematang Siantar periode tahun 2004-2010 digunakan alat analisis shift share. Hasil dari analisis shift share

menunjukkan bahwa adanya pergeseran penyerapan tenaga kerja dari sektor sekunder sebesar -0,37 % ke sektor primer sebesar 13,72 % dan ke sektor tersier sebesar 86,64 %. Kontribusi terhadap PDRB dari sektor primer sebesar 0,82 % ke sektor sekunder sebesar 15,63 % dan ke sektor tersier sebesar 83,55 % di Kota Pematang Siantar. Ini berarti telah terjadi perubahan struktur perekonomian dari perekonomian tradisional menjadi perekonomian modern di Kota Pematang Siantar.

Kata Kunci : Transformasi struktur ekonomi, penyerapan tenaga kerja,


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE STRUCTURAL TRANSFORMATION OF THE ECONOMY IN PEMATANG SIANTAR

Economic growth has led to changes in economic structure. Structural transformation is a process of change in economic structure from the primary sector to secondary sector and then shifted to the tertiary sector, as was the case in Pematang Siantar. Changes in the structure or the transformation from traditional to modern economics in general can be viewed as a change related to a shift in the composition of labor absorption and contribution to the GDP of a region. The purpose of this study was to analyze the regional economic structure and shift in the primary sector, secondary, and service views of labor absorption and contribution to GDP in Pematang Siantar in the period 2004-2010. The data used in this analysis is the secondary data obtained from the Central Statistics Agency (BPS).

To view the structure of the economy in Pematang Siantar year period 2004-2010 are used shift share analysis tools. Results of shift share analysis shows that the shift of labor absorption from the secondary sector of -0,37 % to 13,72 % for the primary sector and the tertiary sector by 86,64 %. Contribution to the GDP of the primary sector by 0,82 % to 15,63 % for the secondary sector and tertiary sector by 83,55 % in Pematang Siantar. This mean that it has changed the economic structure of the traditional economies into modern economies in Pematang Siantar.

Key Words: Transformation of economic structure, labor absorption,


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale

(relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, atau dapat dilihat sebagai suatu hipotesis, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang membuat semakin tinggi atau semakin cepat proses peningkatan pendapatan masayarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku dan teknologi tersedia (Tambunan, 2001).

Menurut Kuznets perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari perubahan persentase tenaga kerja yang bekerja diberbagai sektor tetapi juga dapat dilihat dari perubahan sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional dalam proses pembangunan ekonomi (Sukirno, 2006).

Perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, menurut Kuznets dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang


(15)

saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara-negara kurang maju (LDCs), yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer khususnya industri dan jasa. Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam penganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi), dan Hollis Chenery (teori transformasi struktural). Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan (rural) dan daerah

perkotaan (urban). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa

perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi maka terjadi kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten. Sebaliknya, diperkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Sesuai perilaku rasional pengusaha, yakni mencari keuntungan maksimal, kondisi


(16)

pasar buruh seperti ini membuat produktivitas tenaga kerja sangat tinggi. Sesuai hukum pasar, tingginya produktivitas membuat tingkat upah riil per pekerja di sektor perkotaan tersebut juga tinggi.

Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama seperti model

Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development,

memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di negara-negara kurang maju (LDCs), yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsisten) ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin (1975) mengidentifikasi bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat per kapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan konsumer dari penekanan pada makanan dan barang-barang kebutuhan pokok lain ke berbagai macam barang-barang manufaktur dan jasa, akumulasi kapital fisik dan manusia (SDM), perkembangan kota-kota dan industri-industri di urban bersamaan dengan proses migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan family size yang semakin kecil, struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian atau sektor pertambangan menuju ke sektor-sektor nonprimer, khususnya industri (Tambunan, 2001).

Menurut Chenery dan Syrquin (Sukirno, 2006) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan dalam struktur perekonomian yang berlaku dalam proses pembangunan negara berkembang dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu: (i) perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang


(17)

sebagai perubahan dalam proses akumulasi; (ii) perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses alokasi sumber daya (resources); dan (iii) perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses demografis dan distribusi.

Perubahan struktural atau transformasi perekonomian suatu negara atau daerah dalam Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli (2010) adalah perubahan dari sistem sekonomi tradisional ke sistem modern, atau perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri kemudian dari sektor industri ke sektor jasa-jasa. Perubahan struktural ini melibatkan seluruh fungsi ekonomi termasuk transformasi produksi dan perubahan dalam komposisi permintaan konsumen, perdagangan internasional dan sumber daya serta perubahan faktor-faktor sosio ekonomi serta urbanisasi, pertumbuhan dan distribusi penduduk.

Dalam konteks perubahan struktural di atas ada satu tahap yang dikenal dengan era tinggal landas. Dalam era tinggal landas transformasi struktural terjadi secara otomatis dengan pertumbuhan ekonomi berjalan secara berkelanjutan (suistanable).

Perubahan struktur ekonomi juga terjadi dalam bentuk perubahan pangsa (share) relatif dari sektor primer, sektor sekunder dan sektor tertier dalam PDRB, kesempatan kerja dan ekspor impor. Perubahan struktur ekonomi atau transformasi struktural ditandai dengan beberapa ciri-ciri, yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk. 2. Share sektor primer menurun.


(18)

3. Share sektor sekunder meningkat, sedangkan share sektor jasa relatif konstan.

4. Konsumsi pangan menurun, ini dikenal sebagai “Engel’s Law”,

implikasinya adalah diisi produksi, peran sektor primer berkurang dan diisi permintaan peran faktor konsumsi berkurang, sedangkan sektor industri dan investasi meningkat (Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010).

Yang dimaksudkan dengan sektor primer adalah kegiatan ekonomi dalam bidang pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Termasuk dalam sektor sekunder adalah industri-industri pengolahan, industri air dan listrik, dan industri bangunan. Sektor tertier meliputi kegiatan dalam bidang pengangkutan dan perhubungan, pemerintahan, perdagangan dan jasa-jasa perorangan (Sukirno, 2006).

Implikasi dari perbedaan perubahan struktur PDRB dan tenaga kerja menyebabkan terjadinya pergeseran dalam indeks produktivitas relatif (Rahardjo, 1984). Pergeseran dalam indeks produktivitas relatif sektor primer, sekunder, dan tersier Pematang Siantar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Indeks Produktivitas Relatif Sektor-sektor Ekonomi tahun 2004 dan 2010 Kota Pematang Siantar (%)

Tahun Sektor

2004 2010

PDRB TK IPR PDRB TK IPR

1. Primer 4,31 3,41 1,26 2,74 8,63 0,32

2. Sekunder 35,47 16,02 2,21 28,68 13,50 2,12

3. Tersier 60,20 80,57 0,75 68,57 77,87 0,88


(19)

Catatan:

1. PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (dalam persen)

2. TK = Tenaga Kerja (dalam persen)

3. IPR = Indeks Produktivitas Relatif (dalam persen)

IPR = Persen sumbangan sektor terhadap PDRB

Persen sektor terhadap Tenaga Kerja

Pada tahun 2004, IPR sektor primer adalah sebesar 1,26 %, yang pada tahun 2010 merosot menjadi 0,32 %, sektor sekunder yang pada tahun 2004 sebesar 2,21 % juga merosot menjadi 2,12 % pada tahun 2010 dan IPR sektor tersier naik pada tahun 2004 sebesar 0,75 % menjadi 0,88 % pada tahun 2010. Dalam pergeseran itu IPR sektor tersier tidak saja menjadi jauh lebih besar pada tahun 2010, tetapi juga terbesar di antara ketiga sektor. Ini menjelaskan bahwa ketika sumbangan PDRB sektor primer telah merosot dari 4,31 % menjadi 2,74 % pada tahun 2010, tetapi mereka yang bekerja di sektor primer mengalami kenaikan dari 3,41 % menjadi 8,63 %. Sebaliknya, ketika PDRB sektor tersier telah meningkat dari 60,20 % menjadi 68,57 %, terjadi penurunan pada tenaga kerja yaitu pada tahun 2004 sebesar 80,57 % menjadi 77,87 % pada tahun 2010. Disini kita melihat pula bahwa sumbangan sektor sekunder tidak meningkat selama periode tersebut bahkan mengalami penurunan baik sumbangan PDRB maupun tenaga kerja. Jadi mereka yang tergeser dan lari dari sektor sekunder ternyata tidak bekerja atau ditampung di sektor tersier, melainkan ke sektor primer.

Berdasarkan Indeks Produktivitas Relatif (IPR), pada Kota Pematang Siantar terjadi pergeseran terhadap kontribusi terhadap PDRB dan tenaga kerja pada masing-masing sektor ekonomi baik penurunan maupun peningkatan. Menurut Rahardjo (1984), perubahan struktural mempunyai tiga wajah.


(20)

Pertama, sumbangan suatu sektor secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain semakin besar peranannya dalam produksi nasional. Kedua, mereka yang bekerja di suatu sektor, secara absolut jumlahnya bisa saja meningkat, namun persentasenya dalam jumlah lapangan kerja keseluruhan, akan makin kecil. Sebaliknya, bagian yang bekerja di sektor-sektor lainnya akan meningkat. Dan ketiga, sifat produksi di semua bidang akan juga berubah sifatnya.

Berdasarkan pernyataan Rahardjo, Kota Pematang Siantar mengalami perubahan struktural pada sektor ekonominya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 dimana sektor yang mengalami penurunan kontribusinya terhadap PDRB seperti sektor primer dan sekunder, dan pada sektor yang lain mengalami peningkatan seperti sektor tersier. Pada sektor ekonomi yang mengalami peningkatan kontribusi terhadap PDRB Kota Pematang Siantar yaitu sektor tersier ternyata tidak diikuti dengan peningkatan kontribusi terhadap tenaga kerja Kota Pematang Siantar, sebaliknya mengalami penurunan, tetapi pada sektor tersebut mengalami peningkatan produktivitas. Pada sektor ekonomi yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Kota Pematang Siantar yaitu sektor primer ternyata tidak diikuti dengan penurunan kontribusi terhadap tenaga kerja Kota Pematang Siantar, sebaliknya mengalami peningkatan, tetapi pada sektor primer terjadi penurunan produktivitas. Hal yang berbeda juga terjadi pada sektor sekunder, dimana pada sektor tersebut terjadi penurunan kontribusi terhadap PDRB Kota Pematang Siantar ternyata juga diikuti dengan


(21)

penurunan kontribusi terhadap tenaga kerja, dan juga diikuti dengan penurunan produktivitas.

Berdasarkan uraian diatas, terjadi fenomena yang berbeda pada masing-masing sektor ekonomi di Kota Pematang Siantar. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan analisis

shift share (pergesaran pangsa) dalam bentuk skripsi dengan judul “ Analisis Transformasi Struktural Perekonomian di Kota Pematang Siantar “.

1.2.Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat diambil pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur ekonomi daerah berdasarkan pendekatan shift share

dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB di Kota Pematang Siantar tahun 2004-2010 ?

2. Bagaimana pergeseran sektor primer, sekunder, dan tersier dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB di Kota Pematang Siantar tahun 2004-2010 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis struktur ekonomi daerah berdasarkan pendekatan

shift share dilihat penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB di Kota Pematang Siantar tahun 2004-2010.

2. Untuk menganalisis pergeseran sektor primer, sekunder, dan tersier dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB Kota


(22)

Pematang Siantar tahun 2004-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai sarana informasi kepada masyarakat untuk dapat mengetahui transformasi struktural perekonomian Kota Pematang Siantar.

3. Sebagai masukan maupun bahan kajian bagi kalangan akademisi dan peneliti lain yang tertarik untuk membahas topik yang sama.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Teori Perubahan Struktural

Teori-teori perubahan struktural (struktural change theory)

memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang akan memungkinkan negara-negara terbelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari perekonomian pertanian subsisten tradisional yang hanya mampu mencukupi keperluan sendiri ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, dan lebih bervariasi, serta memiliki sektor industri manufaktur dan jasa-jasa yang tangguh (Todaro, 2000).

2.1.1.1. Teori W. Arthur Lewis

Teori Lewis membahas proses pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga yang mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja. Menurut model yang diajukan oleh Lewis, perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor :

1) Sektor tradisional, yaitu sektor pedesaan subsisten yang kelebihan

penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupkan situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan kondisi “surplus” tenaga kerja sebagai suatu fakta bahwa sebagian tenaga kerja tersebut ditarik dari sektor pertanian dan sektor itu tidak akan kehilangan outputnya sedikit pun.


(24)

2) Sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten.

Perhatian utama dari model Lewis ini diarahkan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja di sektor yang modern. Pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan kesempatan kerja tersebut dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor modern tersebut.


(25)

Total Produk (Manufaktur) Total Produk (Manufaktur) TPM=f(LM,K,t) K3> K2> K1 TPA=f(LA,K,t)

TP3 TPM (K3)

TPM (K2)

TP2 T TPA(K)

TPM (K1)

O’T/O’LA=A

TP1

QLM QLA

0 0

Upah riil APLA

(MP) (MPLA)

MPLA

W F G H SL

A A D3 (K3)

D2 (K2) APLA

D1 (K1)

0 L1 L2 L3 0 LA

Jumlah Tenaga Kerja (QLM) Jumlah Tenaga Kerja (QLA)

a.Sektor Modern (Industri) b.Sektor Tradisional (Pertanian)

Sumber : M.L. Jhingan (2008)

Gambar 2.1

Model Pertumbuhan Sektor Modern dalam Perekonomian Dua Sektor yang Mengalami Surplus Tenaga Kerja Hasil Rumusan Lewis


(26)

2.1.1.2 Teori Hollis B. Chenery

Teori Chenery mengidentifikasikan karakteristik-karakteristik yang sekiranya berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses pembangunan. Faktor-faktor yang didapatinya penting antara lain adalah kelancaran transisi dari perekonomian agraris ke perekonomian industri; kesinambungan akumulasi modal fisik dan manusia; perubahan jenis permintaan konsumen dari produk kebutuhan pokok ke berbagai macam barang dan jasa; perkembangan daerah perkotaan terutama pusat-pusat industri berkat migrasi para pencari kerja dari daerah-daerah pertanian di pedesaan dan kota-kota kecil; serta pengurangan jumlah anggota dalam setiap keluarga dan kenaikan populasi pada umumnya (Todaro, 2000).

Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan peningkatan sumber daya (Human Capital).

a) Dilihat dari Permintaan Domestik

Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap barang- barang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan peningkatan anggaran belanja pemerintah yang


(27)

mengalami peningkatan dalam struktur GNP yang ada. Di sektor perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor.

b) Dilihat dari Tenaga Kerja

Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal (lag) dibandingkan proses perubahan struktural itu sendiri. Dengan keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut.

Secara umum negara-negara yang memiliki tingkat populasi tinggi yang pada dasarnya menggambarkan tingkat permintaan potensial yang tinggi, cenderung untuk mendirikan industri yang bersifat substitusi impor. Artinya mereka memproduksi sendiri barang-barang yang dulunya impor untuk kemudian dijual di pasaran dalam negeri. Sebaliknya negara-negara dengan jumlah penduduk yang relatif kecil, cenderung akan mengembangkan industri yang berorientasi ke pasar internasional. Teori perubahan struktural menjelaskan bahwa percepatan dan pola transformasi struktural yang terdaji pada suatu negara dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lain.


(28)

Dari pengamatan “Chenery dan Syrquin” di peroleh pola yang sistematik bahwa dalam tahap awal pembangunan ekonomi sektor pertanian sangat menonjol, kemudian dengan semakin tingginya Produk Nasional Bruto (PNB) peran pertanian akan semakin menurun. Sedangkan pangsa industri dan jasa-jasa semakin meningkat, landasan dari terjadinya perubahan dengan arah seperti di atas diawali dengan kesenjangan produktivitas marginal dari sumber daya yang dipakai di sektor pertanian dan industri (Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010).

Sumber : Tulus Tambunan (2001)

Gambar 2.2

Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan Ekonomi Secara lengkap faktor-faktor yang dianalisis oleh Chenery dan Syrquin untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi dalam proses pembangunan, dan cara-cara yang digunakan untuk menunjukkan corak perubahan tersebut, dikemukakan dalam tabel 2.1.


(29)

Tabel 2.1

Cara-cara yang Digunakan untuk Menunjukkan Corak Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan

Faktor-faktor yang Dianalisis Cara-Cara Yang Digunakan Untuk

Menunjukkan Perubahan yang Terjadi

I. Proses Akumulasi 1. a. b. c. 2. a. b. 3. a. b. Pembentukan modal.

Tabungan domestik bruto

Pembentukan modal domestik bruto Aliran masuk modal (di luar impor barang dan jasa)

Pendapatan pemerintah.

Pendapatan pemerintah Pendapatan dari pajak

Pendidikan.

Pengeluaran untuk pendidikan

Tingkat pemasukan anak-anak ke sekolah dasar dan sekolah menengah

Dengan melihat perubahan nilai-nilainya dan dinyatakan sebagai persentase dari Produk Domestik Bruto (GDP).

 Dengan menunjukkan

perubahan persentase GDP untuk pendidikan.

 Dengan menunjukkan

perubahan persentase anak-anak yang bersekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah.

II. Proses Alokasi Sumber Daya 4. a. b. c. d. 5. a. b. c. d. 6. a. b. c. d.

Struktur permintaan domestik.

Pembentukan modal domestik bruto Konsumsi rumah tangga

Konsumsi pemerintah

Konsumsi atas bahan makanan

Struktur produksi.

Produksi sektor primer Produksi sektor industri Produksi perusahaan utilities Produksi sektor jasa

Struktur perdagangan.

Ekspor

Ekspor bahan mentah

Ekspor barang-barang industri Impor

Dengan melihat perubahan nilai-nilainya dan dinyatakan sebagai persentase dari Produk Domestik Bruto (GDP).


(30)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Faktor-faktor yang Dianalisis Cara-Cara Yang Digunakan Untuk

Menunjukkan Perubahan yang Terjadi

III. Proses Demografis dan Distribusi 7. a. b. c. 8. 9. a. b. 10. a. b.

Alokasi tenaga kerja.

Dalam sektor primer Dalam sektor industri Dalam sektor jasa

Urbanisasi.

Penduduk daerah urban

Transisi demografis.

Tingkat kelahiran Tingkat kematian

Distribusi pendapatan.

Bagian dari 20 persen penduduk yang menerima pendapatan paling tinggi Bagian dari 40 persen penduduk yang menerima pendapatan paling rendah

Dengan melihat perubahan jumlahnya dan dinyatakan sebagai persentase dari keseluruhan jumlah tenaga kerja.

Dengan melihat perubahan jumlahnya dan dinyatakan sebagai persentase dari

keseluruhan jumlah penduduk

Dengan melihat perubahan persentase Produk Nasional Bruto (GNP) yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan tersebut.

Sumber : Sadono Sukirno (2006)

2.1.1.3 Teori John Fei dan Gustav Ranis

Teori Fei-Ranis berkenaan dengan suatu negara terbelakang yang kelebihan buruh disertai perekonomian yang miskin sumberdaya, di mana sebagian besar penduduk bergerak di bidang pertanian di tengah pengangguran hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Ekonomi pertaniannya mandeg. Kebanyakan orang bergerak di lapangan pertanian tradisional. Bidang-bidang nonpertanian memang ada, tetapi tidak begitu banyak mempergunakan modal. Disitu juga ada sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan terdiri dari pengalokasian kembali surplus tenaga kerja di bidang pertanian, yang sumbangannya terhadap ouput adalah nol atau dapat diabaikan,


(31)

ke sektor industri dimana mereka menjadi produktif dengan upah yang sama dengan upah di bidang pertanian.

Di dalam mengemukakan teori pembangunan ekonominya, Fei dan Ranis membuat asumsi berikut:

1. Ada ekonomi dua muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional

yang mandeg, dan sektor industri yang aktif.

2. Output sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja.

3. Di sektor pertanian tidak ada akumulasi modal selain dalam bentuk

penggarapan tanah kembali (reklamasi).

4. Persediaan atau penawaran tanah bersifat tetap.

5. Kegiatan pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap dengan buruh sebagai faktor variabel.

6. Diasumsikan bahwa produktivitas marginal buruh adalah nol. Jika

penduduk melampaui jumlah di mana produktivitas marginal buruhnya nol, buruh dapat dialihkan ke sektor industri tanpa mengurangi keluaran (output) pertanian.

7. Output sektor industri adalah fungsi dari modal dan buruh saja. Tanah

tidak mempunyai peranan sebagai faktor produksi.

8. Pertumbuhan penduduk dianggap sebagai fenomena eksogen.

9. Upah nyata di sektor industri dianggap tetap dan sama dengan tingkat

pendapatan nyata (sebelumnya) sektor pertanian. Mereka menyebutnya upah institusional.


(32)

10. Pekerja di masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk pertanian.

Berdasarkan asumsi ini, Fei dan Ranis menelaah pembangunan

ekonomi surplus-buruh menjadi tiga tahap. Pada tahap pertama, para

penganggur tersamar, yang tidak menambah output pertanian, dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Pada tahap kedua, pekerja pertanian menambah keluaran pertanian tetapi memproduksi lebih kecil dari pada upah institusional yang mereka peroleh. Para pekerja semacam ini juga dialihkan ke sektor industri. Jika migrasi para pekerja ini berlangsung terus, akan dicapai suatu titik di mana pekerja pertanian menghasilkan ouput yang sama dengan upah institusional. Ini mengawali tahap ketiga yang menandai akhir tahap tinggal landas dan awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan lebih besar daripada perolehan upah institusional. Di dalam tahap ini kelebihan buruh sudah terserap dan sektor pertanian berangkat menjadi komersial (Jhingan, 2008).

2.1.1.4. Teori Isard

Isard (1960) dalam Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli (2010) memberikan suatu pola pergeseran struktur ekonomi dearah dalam penyerapan tenaga kerja. Pola yang dikembangkannya adalah perbandingan perubahan tenaga kerja daerah dengan perubahan tenaga kerja daerah yang lebih luas. Pola tersebut disesuaikan menjadi suatu grafik sebagai berikut :


(33)

Perubahan Tenaga Perbandingan Perusahaan Kerja Daerah Tenaga Kerja Daerah Dengan Nasional

Y 1000

0 100 X Perubahan Tenaga

Kerja Nasional

Sumber: Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli (2010) Gambar 2.3

Pertumbuhan Relatif Sektor-sektor 2.1.2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1999).

Menurut Blakely (1989), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang


(34)

lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 1999).

Pembangunan ekonomi oleh beberapa ekonom dibedakan

pengertiannya dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai :

a) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan PDRB/GNP pada suatu tingkat tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan penduduk.

b) Perkembangan PDRB/GNP yang berlakudalam suatu daerah/negara

diikuti oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya.

Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah yaitu :

a) Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya.

b) Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004). 2.1.2.1. Teori Ekonomi Neo Klasik

Pada teori ini terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu

negara dengan perbedaaan kemakmuran daerah (regional disparity) pada


(35)

(negara yang sedang berkembang), tingkat perbedaan kemakmuran antar wilayah cenderung menurun (convergence). Hal ini disebabkan pada negara yang sedang berkembang lalu lintas modal masih lancar sehingga proses penyesuaian ke arah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi (Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010).

2.1.2.2. Teori Basis Ekonomi

Menurut teori basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah tergantung kepada adanya permintaan dari luar terhadap produksi wilayah tersebut, sehingga perekonomian wilayah dibagi menjadi sektor basis atau basis ekspor dan sektor non basis. Sektor basis yang mengekspor produksinya keluar wilayah disebut basis ekonomi. Apabila permintaan dari luar wilayah terhadap sektor basis meningkat, maka sektor basis tersebut berkembang, dan pada gilirannya dapat membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor non basis didalam wilayah yang bersangkutan, sehingga akhirnya mengakibatkan berkembangnya wilayah yang bersangkutan (Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010).

2.1.2.3. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place teory) menganggap bahwa ada hirarki tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya. Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.


(36)

2.1.2.4. Teori Kausasif Kumulatif (Cummulative Causation)

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dari teori kausasif kumulatif (cumulative causation). Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah maju dan terbelakang. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah lain (Arsyad, 1999).

2.1.2.5. Teori Lokasi

Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi maupun sosial.

Berbagai penelitian teori lokasi oleh para ahli telah banyak dilakukan untuk memberikan suatu konsentrasi dan yang berhubungan dengan pengetahuan umum tentang lokasi industri. Dalam perkembangannya teori geografi berhubungan dengan beberapa masalah tentang tata letak permukiman, penyebaran, keterkaitan ruang dan lokasi dari kegiatan ekonomi yang pada akhirnya berhubungan erat dengan teori lokasi (Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010).

2.1.2.6. Teori Model Daya Tarik

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap


(37)

industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif (Arsyad, 1999). 2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

2.1.3.1. Adam Smith

Menurut Adam Smith ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output (GDP) total, dan pertumbuhan penduduk (Boediono, 1981).

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok taman, masa berdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja. Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting (Hasani, 2010).

2.1.3.2. Whilt Whitman Rostow

W.W. Rostow memakai pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses perkembangan ekonomi. Ia membedakan adanya lima tahap pertumbuhan ekonomi yaitu (1) masyarakat tradisional, (2) prasyarat untuk tinggal landas, (3) tinggal landas, (4) dewasa (maturity), dan (5) masa konsumsi massal (Jhingan, 2008).


(38)

2.1.3.3. Friedrich List

Menurut List, sistem liberalisme yang laissez-faire dapat

menjamin alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi sebenarnya tergantung pada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi hanya akan terjadi, menurut List, jika dalam masyarakat ada kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan.

Perkembangan ekonomi, menurut List, melalui 5 fase yaitu primitif, beternak, pertanian, pertanian dan industri pengolahan (manufaktur), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. Pendekatan List dalam menentukan tahap-tahap perkembangan ekonomi tersebut berdasarkan pada “cara produksinya”nya. 2.1.3.4. Bruno Hilderbrand

Hilderbrand mengatakan bahwa perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada “cara produksi” ataupun “cara konsumsi”, tetapi pada “ cara distribusi” yang digunakan. Oleh karena itu ia mengemukakan 3 sistem distribusi yaitu perekonomian barter (natura), perekonomian uang, dan perekonomian kredit.

2.1.3.5. Karl Bucher

Menurut Bucher, perkembangan ekonomi melalui 3 tahap yaitu produksi untuk kebutuhan sendiri (subsisten), perekonomian kota dimana pertukaran sudah meluas, dan perekonomian nasional dimana peran pedagang menjadi semakin penting.


(39)

2.1.3.6. Harrod Domar

Menurut teori ini, setiap perekonomian harus mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah ataupun mengganti barang-barang modal (gedung, alat-alat, bahan baku) yang telah aus atau rusak. Namun untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock) (Todaro, 2000).

2.1.3.7. Thomas Robert Malthus

Malthus tidak menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Malahan proses pembangunan ekonomi memerlukan berbagai usaha yang konsisten di pihak rakyat. Dia tidak memberikan gambaran adanya gerakan menuju keadaan stasioner tetapi menekankan bahwa perekonomian mengalami kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari pembangunan. Jadi menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu proses naik-turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar tidaknya aktivitas ekonomi.

Menurut Malthus pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan ekonomi. Malahan, pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan (Jhingan, 2008).

2.1.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam


(40)

menganalisis perubahan stuktur ekonomi daerah dibanding perekonomian nasional. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu:

a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan sektor yang sama diperekonomian yang dijadikan acuan. b) Pergeser proposional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau

penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.

c) Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa jauh

daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan (Arsyad, 1999).

2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau


(41)

merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomis. Sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke tahun.

2.1.5.1. Pengertian PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila ditinjau dari segi pendapatan merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu. 2.1.5.2. Metode Penghitungan PDRB

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu : 1. Metode Langsung

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan.


(42)

a. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi.

b. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.

c. Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor), di dalam suatu wilayah/region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang dipakai.


(43)

2. Metode Tidak Langsung / Alokasi

Penghitungan dengan menggunakan metode ini merupakan penghitungan nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Indikator yang digunakan adalah indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam menghitung dalam pembanding bagi data daerah.

2.1.5.3. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 1. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.

NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya antara masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan


(44)

subsektor dan sektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor, maka penilaian NPB/Output dilakukan sebagai berikut :

a. Sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari

alam seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, pertama kali dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu ditentukan kualitas dari jenis barang yang dihasilkan.

b. Sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan sektor bangunan, penghitungannya sama dengan sektor primer. Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor yang bersangkutan.

c. Sektor tersier yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa-jasa, untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing-masing kegiatan, subsektor, sektor. Pemilihan indikator produksi didasarkan pada karakteristik jasa yang dihasilkan serta disesuaikan dengan data penunjang lainnya yang tersedia.

2. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan

Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan


(45)

perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun.

Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Revaluasi

Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya nilai tambah atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan.

b. Ekstrapolasi

Nilai tambah masing-masing tahun atas tahun dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor, dan sektor yang dihitung.

Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap


(46)

output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. c. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi hasil nilai tambah atas dasar berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK), indeks harga perdagangan besar (IHPB) dan sebagainya, tergantung mana yang lebih cocok.

Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam keadaan dimana nilai tambah atas harga berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

d. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan adalah IHK atau IHPB sesuai cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.

2.1.6. Ketenagakerjaan 2.1.6.1. Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa


(1)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

PEMATANG SIANTAR 2004-2010 (JUTAAN RUPIAH)

No.

Lapangan Usaha / Sektor

Tahun

2010

%

2009

%

2008

%

2007

%

2006

%

2005

%

2004

%

1

Pertanian

65305.07

3.20

64932.23

3.37

65107.61

3.56

65502.00

3.79

71527.32

4.35

73011.58

4.70

72188.80

4.92

2

Pertambangan & Penggalian

410.16

0.02

412.18

0.02

412.30

0.02

437.52

0.03

436.18

0.03

370.84

0.02

3449.93

0.24

Sektor Pertanian (Primer)

65715.23

3.22

65344.41

3.39

65519.91

3.58

65939.52

3.82

71963.50

4.38

73382.42

4.72

75638.73

5.16

3

Industri Pengolahan

247452.39

12.14

243448.94

12.64

239599.01

13.11

230422.46

13.32

223071.07

13.56

209884.97

13.52

209604.31

14.28

4

Listrik, Gas, & Air Minum

23269.87

1.14

22662.58

1.18

22073.78

1.21

21662.82

1.25

22331.39

1.36

20308.10

1.31

19472.19

1.33

5

Bangunan

166337.07

8.16

160619.14

8.34

155477.50

8.50

154914.72

8.96

153940.96

9.36

144876.55

9.33

135383.01

9.22

Sektor Industri (Sekunder)

437059.33

21.44

426730.66

22.16

417150.29

22.82

407000.00

23.53

399343.42

24.28

375069.62

24.16

364459.51

24.83

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

659345.73

32.34

604040.83

31.36

554676.65

30.34

504743.18

29.19

480854.87

29.23

460024.76

29.63

422646.75

28.79

7

Pengangkutan & Komunikasi

343378.16

16.84

328735.55

17.07

314459.69

17.20

300125.39

17.36

283836.03

17.25

270605.17

17.43

251644.65

17.14

8

Keuangan & Jasa Perusahaan

268873.13

13.19

248541.63

12.90

232015.59

12.69

215245.21

12.45

192260.99

11.69

175106.53

11.28

166890.65

11.37

9

Jasa-jasa

264552.88

12.98

252906.48

13.13

244429.01

13.37

236220.15

13.66

216854.82

13.18

198335.34

12.78

186598.87

12.71

Sektor Jasa (Tersier)

1536149.90

75.35

1434224.49

74.46

1345580.94

73.60

1256333.93

72.66

1173806.71

71.35

1104071.80

71.12

1027780.92

70.01


(2)

Lampiran 6

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2004

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer 2551 2886747 9365 2901462 5167931 6125571 6814 14715 957640 2.6711094 0.005097 0.185304 -0.18021 2.66601 6814 472.711 -459.707798 6800.99645 6814

Sektor Sekunder 11983 541752 14649 773767 5167931 6125571 2666 232015 957640 0.2224818 0.428268 0.185304 0.24296 -0.2058 2666 2220.5 2911.432631 -2465.9344 2666

Sektor Tersier 60266 1739432 84499 2450342 5167931 6125571 24233 710910 957640 0.4021007 0.408702 0.185304 0.2234 -0.0066 24233 11167.6 13463.30684 -397.85769 24233

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2005

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer 3042 2732366 9365 2901462 5204816 6125571 6323 169096 920755 2.0785667 0.061886 0.176904 -0.11502 2.01668 6323 538.143 -349.885171 6134.7419 6323

Sektor Sekunder 14293 570910 14649 773767 5204816 6125571 356 202857 920755 0.0249073 0.355322 0.176904 0.17842 -0.3304 356 2528.49 2550.125278 -4722.6203 356

Sektor Tersier 71885 1901540 84499 2450342 5204816 6125571 12614 548802 920755 0.1754747 0.288609 0.176904 0.1117 -0.1131 12614 12716.8 8029.899836 -8132.6747 12614

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2006

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer 6150 2739257 9365 2901462 5290416 6125571 3215 162205 835155 0.5227642 0.059215 0.157862 -0.09865 0.46355 3215 970.851 -606.678526 2850.82798 3215

Sektor Sekunder 11825 582711 14649 773767 5290416 6125571 2824 191056 835155 0.2388161 0.327874 0.157862 0.17001 -0.0891 2824 1866.72 2010.397689 -1053.1144 2824


(3)

Sektor Primer 7775 2713982 9365 2901462 5582160 6125571 1590 187480 543411 0.2045016 0.069079 0.097348 -0.02827 0.13542 1590 756.879 -219.787528 1052.90838 1590

Sektor Sekunder 15603 712419 14649 773767 5582160 6125571 -954 61348 543411 -0.061142 0.086112 0.097348 -0.01124 -0.1473 -954 1518.92 -175.308366 -2297.6094 -954

Sektor Tersier 64873 2155759 84499 2450342 5582160 6125571 19626 294583 543411 0.3025296 0.136649 0.097348 0.0393 0.16588 19626 6315.24 2549.607409 10761.1487 19626

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2008

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12) 18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer 11388 2626637 9365 2901462 5567597 6125571 -2023 274825 557974 -0.177643 0.10463 0.100218 0.00441 -0.2823 -2023 1141.28 50.24257561 -3214.5263 -2023

Sektor Sekunder 14517 757544 14649 773767 5567597 6125571 132 16223 557974 0.0090928 0.021415 0.100218 -0.0788 -0.0123 132 1454.87 -1143.98088 -178.8853 132

Sektor Tersier 72183 2183416 84499 2450342 5567597 6125571 12316 266926 557974 0.1706219 0.122252 0.100218 0.02203 0.04837 12316 7234.04 1590.44075 3491.51605 12316

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2009

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer 9461 2716430 9365 2901462 5765643 6125571 -96 185032 359928 -0.010147 0.068116 0.062426 0.00569 -0.0783 -96 590.616 53.82865258 -740.44427 -96

Sektor Sekunder 20094 809055 14649 773767 5765643 6125571 -5445 -35288 359928 -0.270976 -0.04362 0.062426 -0.10604 -0.2274 -5445 1254.39 -2130.8212 -4568.5737 -5445

Sektor Tersier 74182 2240158 84499 2450342 5765643 6125571 10317 210184 359928 0.1390769 0.093826 0.062426 0.0314 0.04525 10317 4630.91 2329.254202 3356.83492 10317

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2010

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12) 18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer 9365 2901462 9365 2901462 6125571 6125571 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sektor Sekunder 14649 773767 14649 773767 6125571 6125571 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(4)

Lampiran 7

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2004

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer

103636 30276251 113935 66971590 116608388 275700200 10299.2 36695339 159091812 0.099379 1.212017 1.3643256 -0.15231 -1.11264 10299.2 141393 -15784.602

-115309.176 10299.24

Sektor Sekunder

851511 36682643 1194068 83423130 116608388 275700200 342557 46740487 159091812 0.402293 1.274185 1.3643256 -0.09014 -0.87189 342557 1161739 -76755.41

-742426.547 342556.6

Sektor Tersier

1445436 49649495 2855435 1.25E+08 116608388 275700200 1409999 75655985 159091812 0.975484 1.523802 1.3643256 0.159476 -0.54832 1409999 1972045 230512.47

-792558.783 1409998.94

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2005

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer

104899 35203651 113935 66971590 139618314 275700200 9036.2 31767939 136081886 0.086142 0.902405 0.9746707 -0.07227 -0.81626 9036.2 102242 -7580.6297

-85625.0305 9036.2

Sektor Sekunder

895024 45406001 1194068 83423130 139618314 275700200 299044 38017129 136081886 0.334119 0.837271 0.9746707 -0.1374 -0.50315 299044 872353 -122976.02

-450333.269 299044.12

Sektor Tersier

1556874 59008661 2855435 1.25E+08 139618314 275700200 1298561 66296819 136081886 0.834083 1.12351 0.9746707 0.148839 -0.28943 1298561 1517439 231723.837

-450601.775 1298561.24

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2006

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12) 18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer

104177 37846902 113935 66971590 160376799 275700200 9758.02 29124688 115323401 0.093668 0.76954 0.7190778 0.050462 -0.67587 9758.02 74911.4 5256.95155 -70410.3388 9758.02

Sektor Sekunder

965765 52472801 1194068 83423130 160376799 275700200 228303 30950329 115323401 0.236396 0.589836 0.7190778 -0.12924 -0.35344 228303 694460 -124817.54 -341339.508 228303.01

Sektor Tersier


(5)

Sektor Primer

99778.2 43415073 113935 66971590 181819737 275700200 14156.9 23556517 93880463 0.141883 0.542588 0.5163381 0.02625 -0.40071 14156.9 51519.3 2619.21078 -39981.6449 14156.86

Sektor Sekunder

1074637 57977198 1194068 83423130 181819737 275700200 119430 25445932 93880463 0.111136 0.438896 0.5163381 -0.07744 -0.32776 119430 554876 -83222.727 -352223.035 119430.47

Sektor Tersier

1920141 80427467 2855435 1.25E+08 181819737 275700200 935294 44878013 93880463 0.487097 0.557994 0.5163381 0.041655 -0.0709 935294 991442 79984.409 -136131.996 935294.23

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2008

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer

104962 51835650 113935 66971590 213931697 275700200 8973.52 15135940 61768503 0.085493 0.291999 0.28873 0.003269 -0.20651 8973.52 30305.6 343.080428 -21675.1109 8973.52

Sektor Sekunder

1130979 66489971 1194068 83423130 213931697 275700200 63088.9 16933159 61768503 0.055783 0.254672 0.28873 -0.03406 -0.19889 63088.9 326548 -38518.482 -224940.13 63088.94

Sektor Tersier

2228746 95627468 2855435 1.25E+08 213931697 275700200 626689 29678012 61768503 0.281184 0.31035 0.28873 0.02162 -0.02917 626689 643506 48186.0703 -65003.411 626688.61

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2009

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer

109056 57760760 113935 66971590 236453610 275700200 4879.14 9210830 39246590 0.04474 0.159465 0.1659801 -0.00651 -0.11473 4879.14 18101.1 -710.48887 -12511.4835 4879.14

Sektor Sekunder

1157277 72276770 1194068 83423130 236453610 275700200 36791.3 11146360 39246590 0.031791 0.154218 0.1659801 -0.01176 -0.12243 36791.3 192085 -13612.286 -141681.266 36791.3

Sektor Tersier

2479883 1.06E+08 2855435 1.25E+08 236453610 275700200 375551 18889400 39246590 0.151439 0.177505 0.1659801 0.011525 -0.02607 375551 411611 28580.768 -64640.5509 375551.47

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2010

Lapangan Usaha

Yij Yin Y*ij Y*in Yn Y*n (Y*ij-Yij) (Y*in-Yin) (Y*n-Yn) Rij Rin Rn (Rin-Rn) (Rij-Rin) Dij Nij Mij Cij Dij

1 2 3 4 5 6 7=3-1 8=4-2 9=6-5 10=(3-1)/1 11=(4-2)/2 12=(6-5)/5 13=11-12 14=10-11 15=3-1 16=1x12 17=1x(11-12)

18=1x(10-11) 19=16+17+18

Sektor Primer

113935 66971590 113935 66971590 275700200 275700200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sektor Sekunder

1194068 83423130 1194068 83423130 275700200 275700200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sektor Tersier


(6)

Lampiran 8

Jumlah Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2004-2010

Lapangan Usaha

Nij

%

Mij

%

Cij

%

Dij

%

Sektor Primer

4471

6.63

-1532

-4.26

12885

108.34

15823

13.72

Sektor Sekunder

10844

16.08

4022

11.18

-15287 -128.54

-421

-0.37

Sektor Tersier

52119

77.29

33500

93.08

14295

120.20

99914

86.64

Jumlah

67434 100.00

35990 100.00

11893

100.00

115316 100.00

Jumlah Hasil Shift Share PDRB Tahun 2004-2010

Lapangan Usaha

Nij

%

Mij

%

Cij

%

Dij

%

Sektor Primer

418472

3.82

-15857

-6.10

-345513

8.12

57103

0.82

Sektor Sekunder

3802061

34.68 -459903 -176.85

-2252944

52.93 1089214

15.63

Sektor Tersier

6743977

61.51

735806

282.95

-1658091

38.95 5821692

83.55

Jumlah

10964510 100.00

260046

100.00

-4256548 100.00 6968009 100.00