Perubahan Demografi dan Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS PERUBAHAN DEMOGRAFI DAN

TRANSFORMASI STRUKTURAL EKONOMI

WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Perencanaan Wilayah Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan Wibawa Rektor Universitas

Sumatera Utara Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) Dipertahankan pada Tanggal 14 Desember 2011

Nama

: RUJIMAN

NIM

: 058105024

Program

: S3 Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Judul Disertasi : ANALISIS PERUBAHAN DEMOGRAFI DAN

TRANSFORMASI STRUKTURAL EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Rujiman Nomor Pokok : 058 105 024

Program Studi : Perencanaan Wilayah (PW)

Menyetujui,

Prof. Dr. Ramli, SE.MS

Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam,Se Dr. Ir. Rahmanta, MSi

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.DR.lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE) (

NIP. 196308181988031005 NIP. 195208151980031001

Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)


(3)

PERSYARATAN GELAR

ANALISIS PERUBAHAN DEMOGRAFI DAN

TRANSFORMASI STRUKTURAL EKONOMI

WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Perencanaan

Wilayah Pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Telah Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Tertutup

Pada Hari

: Rabu

Tanggal

: 9 November 2011

Pukul

: 10.00 WIB

Oleh :

NIM. 058105024

RUJIMAN


(4)

Telah Diuji pada Ujian Tertutup

Tanggal 09 Nopember 2011

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua

: Prof.Dr. Ramli, SE.MS

Anggota

: 1. Prof. Dr. Lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE

2. Dr.Ir.Rahmanta, Ms

3. Prof.Bachtiar Hassan Miraza

4. Prof. Erlina, SE.MSi. Ph.D, Ak

5. Prof.Dr.Said Muhammad, MA

Dengan Surat Keputusan

Rektor Universitas Sumatera Utara

Nomor

: 2560/UN5.1.R/SK/SSA/2011

Tanggal

: 5 Oktober 2011


(5)

Telah Diuji pada Ujian Disertasi (Promosi)

Tanggal 14 Desember 2011

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua

: Prof. Dr.Ramli, SE,MS

Anggota

:

1. Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE

2. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

3. Prof. Bachtiar Hassan Miraza

4. Prof. Erlina, SE.MSi. Ph.D, Ak

5. Prof. Dr. Said Muhammad, MA

Dengan Surat Keputusan

Rektor Universitas Sumatera Utara

Nomor

: 2974/UN5.1.R/SK/SSA/2011

Tanggal

: 30 Nopember 2011


(6)

TIM PROMOTOR

Prof. Dr. Ramli, SE.MS

Prof. Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE


(7)

TIM PENGUJI LUAR KOMISI

Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Prof. Erlina, SE.M.Si. Ph.D. Ak


(8)

ABSTRAK

Keberhasilan pembangunan ekonomi wilayah ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan perkapita riil dalam jangka panjang. Kenaikan pendapatan per kapita akan diikuti oleh terjadinya transformasi struktural ekonomi meningkatnya indeks pembangunan manusia, sebagai cerminan dari membaiknya sumber daya manusia. Seiring dengan membaiknya ke tiga hal tersebut, terjadi pula pertumbuhan penduduk yang rendah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembangunan ekonomi dan transformasi strukutural ekonomi wilayah Kabupaten Deli Serdang selama periode 2004-2009. Menganalisis korelasi antara kenaikan pendapatan dengan proporsi konsumsi barang primer, sekunder dan tertier. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil, migrasi dan jumlah keluarga terhadap pendapatan. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil, interaksi sosial, umur kawin pertama, migrasi, keluarga berencana dan pendapatan terhadap fertilitas. Menganalisis industrialisasi dan fertilitas terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan representasi dari pengembangan wilayah.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis

menggunakan shift share analisis, korelasi dan regresi ganda.

Hasil yang diperoleh adalah, selama periode 2004-2009 telah terjadi pembangunan ekonomi disertai Transformasi Struktural ekonomi wilayah Deli Serdang. Ada korelasi negatif yang signifikan diantara pendapatan dengan proporsi konsumsi barang primer dan korelasi positif dan signifikan antara pendapatan dengan proporsi konsumsi barang sekunder dan tertier.

Tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan penduduk Kabupaten Deli Serdang, sedangkan migrasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan penduduk Kabupaten Deli Serdang. Tingkat pendidikan dan umur kawin pertama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas sebaliknya pegawai negeri sipil dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap fertilitas.

Fertilitas tidak berpengaruh terhadap pengembangan wilayah Deli Serdang. Industrialiasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan wilayah.

Kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah Deli Serdang adalah memprioritaskan pengembangan sektor industri. Disamping itu karena Deli Serdang merupakan daerah yang bertetangga dengan Medan, agar kedua daerah dapat maju secara bersama, maka perlu kerjasama antar wilayah dalam penataan ruang dan aktivitas pembangunan wilayah.


(9)

ABSTRACT

The success of regional economic Development indicated by the increasing of real percapita income in the long run. Percapita income increased always be followed by the economic structural transformation and an increasing of population development index as a mirror an of improvement of human resources. Consistent with the improvement of three cases mention above, the population growth will be lower as well.

This research aims is to analyze the economic development and economic structural transformation in Kabupaten Deli Serdang during 2004-2009. And also to find out the correlation between the increasing income with the proportion of primary goods consumption, secondary and tertiery goods as well. Analysing effect of education, goverment civil official, migration and number of household on income. Analysing effect of education, goverment civil official, social interaction, age of 1st marriage, migration, family planning and income on the fertility change. Analysing industrialization and fertility on the economic growth. The economic growth is a representation of the regional development.

The applied data are primary and secondary data. The analysis tools are shift share analysis, correlation and multiple regression.

The results showed that, during 2004-2009, there was an economic development followed by transformation of economic structural in Deli Serdang. There are significant negatively correlation between income and primary goods consumption proportion and significant positively correlation between income and secondary goods consumption proportion, and tertiery as well. Educational level had a significantly positive effect on population income of Deli Serdang, while migration had a significantly negative effect on the population income of Deli Serdang. Level of education and age of 1st marriage had a negatively significant effect on the fertility change. Civil service and income had a positively significant effect on the fertility change. Industrualization had a positively significant effect on regional development.

Deli Serdang regional government policy encourage industrial sector as priority. It is preferable for local government of Deli Serdang and Medan, both of region develop simultaneously cross border spatial cooperation.


(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah (Subhanahu Wata’ala), atas semua karunia, kesehatan, waktu dan kesempatan yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan disertasi yang berjudul Perubahan Demografi dan

Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Deli Serdang ini dengan baik. Salawat dan salam penulis sampaikan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat sekalian

Selama proses penulisan Disertasi ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasihat, dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat mengikuti Pendidikan Program Doktor (S3).

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan dorongan pada penulis untuk menyelesaikan studi ini .

3. Bapak Prof. Dr. lic.rer. reg. Sirojuzilam, SE sebagai Ketua Program Studi


(11)

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, Ms, sebagai Promotor atas segala masukan dan saran

yang telah diberikan.

5. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, Sebagai Co-Promotor yang telah banyak meluangkan

waktu memberikan masukan dan saran yang sangat berguna.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S3 Perencanaan Wilayah SPs USU dan

Program Studi S2 PWD SPs USU beserta Staf.

7. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin belajar.

8. Rekan-rekan sejawat Angkatan ke-3 pada Program S3 Perencanaan Wilayah

yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas semua bantuannya selama ini.

9. Kepada yang terhormat dan tersayang Ayahanda Daud (Alm) dan Ibunda

Samnah (Alm). Istri tercinta Bina Rahayu, anak-anak yang tersayang Rahmadiani, SE, Muhammad Garibaldi, dan Rafi Rujiman atas doa’a-do’a mereka dan kerja sama yang baik.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada para penguji Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Erlina, SE. M.Si. Ph.D. Ak dan Prof. Dr. Said Muhammad, MA sebagai penguji tamu yang telah banyak memberikan masukan demi penyempurnaan materi disertasi.


(12)

Penulis berharap kiranya karya tulis ini bermanfaat bagi upaya untuk memperkaya konsep teori perencanaan dan pembangunan wilayah. Bagi Pemerintah Daerah diharapkan dapat menjadi referensi dalam hal menetapkan kebijakan dan prorioritas pembangunan wilayah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Amin.

Medan, 14 Desember 2011 Penulis

Rujiman NIM 058105024


(13)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Rujiman

2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 April 1951

3. Agama : Islam

4. Pekerjaan : Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara 5. Nama

a. Isteri : Bina Rahayu

b. Anak : 1. Rahmadiani, SE

2. Muhammad Garibaldi 3. Rafi Rujiman

6. Nama Orang Tua : a. Ayahanda : Daud (Alm)

b. Ibunda : Samnah (Alm)

7. Riwayat Pendidikan :

a. Lulus SD Negeri No. 14 Medan, tahun 1964

b. Lulus SMP Negeri II Medan, tahun 1967

c. Lulus SMEA Negeri I Medan, tahun1970

d. Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara,

tahun 1982

e. Memperoleh Gelar Magister Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan

pada Universitas Indonesia, tahun 1994

8. Riwayat Pekerjaan :

a. Pada tahun 1982 menjadi CPNS Golongan II/b pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

b. Pada tahun 1999 jabatan fungsional adalah sebagai Lektor kepala


(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 14

1.3. Tujuan Penelitian ... 16

1.4. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pengembangan Wilayah ... 18

2.2. Perencanaan Wilayah ... 20

2.3. Pembangunan Wilayah... 22

2.4. Pembangunan Ekonomi ... 23

2.5. Transformasi Struktural ... 26

2.6. Teori Perubahan Struktur Produksi dan Ketenagakerjaan .. 28

2.7. Teori Perubahan Demografi ... 32

2.8. Studi Terdahulu tentang Transformasi Struktural ... 39

2.9. Studi Terdahulu tentang Perubahan Demografi ... 44

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ... 53

3.2. Kerangka Konseptual ... 55

3.3. Hipotesis ... 58

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan ruang lingkup penelitian ... 59

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 59

4.3. Populasi dan Sampel ... 60

4.4. Ruang Lingkup dan Asumsi ... 63

4.5. Metode Analisis ... 64

4.6. Pengujian Instrumen... 73

4.6.1 Validitas Data ... 74

4.6.2 Reliabilitas Data ... 74

4.7. Uji Kesesuaian dan Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 75

4.7.1 Uji Kesesuaian ... 75

4.7.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 75

1) Uji Autokolerasi ... 76

2) Uji Normalitas ... 76

3) Uji Multikolinearitas ... 76

4) Uji Heteroskedastisitas ... 77


(15)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Letak dan keadaan Geografi Kabupaten Deli Serdang ... 80

5.2. Potensi Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 83

5.3. Gambaran Ketenagakerjaan Kabupaten Deli Serdang ... 85

5.4. Pembangunan Ekonomi Wilayah Deli Serdang ... 87

5.4.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Deli Serdang ... 88

5.4.2 Perkembangan Pendapatan Per Kapita Deli Serdang 91 5.4.3 Penurunan Angka Kemiskinan Deli Serdang ... 91

5.5. Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Deli Serdang .. 92

5.5.1. Komponen Nasional Share/Komponen Pertumbuhan Nasional ... 99

5.5.2. Proportional Share ... 102

5.5.3. Komponen Differential shift Share/Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah... 103

5.5.4. Pergeseran Struktur Ekonomi ... 104

5.6. Perubahan Demografi Kabupaten Deli serdang ... 109

5.6.1. Pertumbuhan Penduduk Deli Serdang ... 109

5.6.2. Komposisi Penduduk Deli Serdang 2004 dan 2009 111 5.6.3. Distribusi Penduduk Deli Serdang ... 119

5.6.4. Perubahan Fertilitas Kabupaten Deli Serdang ... 121

5.7. Profil Penduduk Wanita Urban Kabupaten Deli Serdang ... 123

5.7.1 Umur Responden ... 123

5.7.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 125

5.7.3 Pekerjaan Utama Responden ... 125

5.7.4 Kriteria Pekerjaan Responden ... 126

5.7.5 Jumlah Anak Kandung ... 127

5.7.6 Umur Kawin Pertama ... 128

5.7.7 Interaksi Sosial Program Keluarga Berencana ... 129

5.7.8 Status Migran Responden ... 130

5.7.9 Pendapatan Rumah Tangga Responden ... 131

5.8. Analisis Korelasi Antara tingkat Pendapatan Dengan Proporsi Konsums Barang Primer, Sekunder dan Tertier ... 133

5.9. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Penduduk Urban di Kabupaten Deli Serdang ... 135

5.9.1 Uji Validitas ... 135

5.9.2 Uji Reliabilitas ... 136

5.9.3 Analisis Hasil Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ... 137

5.9.4 Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) Pengaruh Pendidikan, Pegawai Negeri Sipil, Migrasi, dan Jumlah Keluarga Terhadap Pendapatan ... 138

5.9.5 Uji Asumsi Klasik ... 140

1) Uji Autokolerasi ... 141

2) Uji Normalitas ... 141

3) Uji Linearitas ... 142


(16)

5) Uji Multikolinearitas ... 145

5.10. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pegawai Negeri Sipil, Interaksi Sosial, Umur Kawin Pertama, Migrasi, Keluarga Berencana, dan Tingkat Pendapatan terhadap Fertilitas ... 146

5.10.1 Uji Validitas ... 147

5.10.2 Uji Reliabilitas ... 148

5.10.3 Penjelasan Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Fertilitas ... 150

5.10.4 Uji Asumsi Klasik ... 152

1) Uji Autokolerasi ... 152

2) Uji Normalitas ... 153

3) Uji Linearitas ... 154

4) Uji Heteroskedastisitas ... 155

5) Uji Multikolinearitas ... 157

5.11 Pengembangan Wilayah Deli Serdang ... 159

1) Uji Autokolerasi ... 163

2) Uji Normalitas ... 163

3) Uji Heteroskedastisitas ... 164

4) Uji Multikolinearitas ... 166

BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Deli Serdang .. 170

6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Struktural 171 6.3. Pengaruh Pendidikan dan Jumlah Keluarga Terhadap Pendapatan ... 173

6.4. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pegawai Negeri Sipil, Interaksi Sosial, Umur Kawin Pertama, dan Tingkat Pendapatan Terhadap Fertilitas (jumlah anak yang dimiliki) ... 174

6.5. Pengembangan Wilayah Deli Serdang ... 176

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 178

6.2. Saran ... 179


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Sumatera

Utara Menurut Lapangan Usaha 2009 ... 3

Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB Sumatera

Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2009 ... 3

Tabel 1.3 PDRB Deli Serdang dan Sumatera Utara 2004-2009 Atas

Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) ... 4

Tabel 1.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang

menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku (jutaan rupiah) tahun 2006–2009 ... 5

Tabel 1.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 6

Tabel 1.6 GNI Perkapita dan Struktur Ekonomi Negara–Negara Terpilih

2009 ... 7

Tabel 1.7 Pendapatan Per Kapita, Tingkat Urbanisasi dan TFR

Beberapa Negara Terpilih di Dunia tahun 2009 ... 9

Tabel 2.1 Perkembangan Ekonomi Indonesia Tahun 1969-2009 ... 41

Tabel 2.2 Mapping Penelitian Terdahulu tentang Transformasi

Struktural dan Perubahan Demografi ... 47

Tabel 4.1 Banyaknya Penduduk Deli Serdang Per Kecamatan Menurut

Jenis Kelamin Tahun2009 ... 62

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Terpilih Tahun 2009 dan

Jumlah Sampel ... 63

Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, PDRB Total, PDRB Per

Kapita (harga berlaku) dan TFR Kabupaten-Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2010.88... 84

Tabel 5.2 Angkatan Kerja Deli Serdang Berdasarkan Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin 2009. ... 86

Tabel 5.3 Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 87

Tabel 5.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (Milyar Rupiah) 2004-2009 ... 88 Tabel 5.5

Tabel 5.6 PDRB Per Kapita Deli Serdang 2004-2009 Atas Dasar Harga

Berlaku dan Harga Konstan 2000 ... 91 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (Milyar Rupiah) 2004-2009 ... 90

Tabel 5.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Deli Serdang Tahun

2004-2009 ... 92

Tabel 5.8 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) 2004-2009 ... 93


(18)

Tabel 5.9 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha Atas

Dasar Harga Berlaku (dalam%) 2004-2009 ... 95

Tabel 5.10 Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2009 ... 97

Tabel 5.11 Sumbangan Masing-masing Sektor Terhadap PDRB dan Peyerapan Tenaga Kerja tahun 2009 ... 98

Tabel 5.12 Analisis PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara Dengan Metode Shift Share ... 100

Tabel 5.13 Perhitungan Nasional Share ... 106

Tabel 5.14 Perhitungan Proporsional Share ... 107

Tabel 5.15 Perhitungan Differential Shift ... 108

Tabel 5.16 Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Deli Serdang 2004 – 2008 ... 108

Tabel 5.17 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Kecamatan Tahun 2004-2009 ... 110

Tabel 5.18 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan ... 113

Tabel 5.19 Banyaknya Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2004 ... 114

Tabel 5.20 Jumlah Penduduk Deli Serdang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 ... 116

Tabel 5.21 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Tahun 2009 ... 118

Tabel 5.22 Produk Domestik Bruto per Kapita, Indeks Pembangunan Manusia, dan Total Fertility Rate Deli Serdang 2004-2009 ... 122

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 124

Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 125

Tabel 5.25 Distribusi Pekerjaan Utama Responden ... 126

Tabel 5.26 Distribusi Kriteria Pekerjaan responden ... 127

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Kandung ... 127

Tabel 5.28 Distribusi Umur kawin Pertama Responden ... 128

Tabel 5.29 Distribusi Interaksi Sosial Program Keluarga Berencana ... 130

Tabel 5.30 Distribusi Status Migran Responden ... 131

Tabel 5.31 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga ... 132

Tabel 5.32 Hubungan antara Pendapatan dan Konsumsi Barang Primer, Sekunder serta Tertier. ... 134

Tabel 5.33 Uji Validitas Data ... 136

Tabel 5.34 Uji Reliability Cronbach’s Alpha... 137

Tabel 5.35 Kemampuan Variabel Independen menjelaskan Variasi Variabel Dependen ... 137

Tabel 5.36 Hasil Estimasi Model Penelitian ... 138

Tabel 5.37 Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 141

Tabel 5.38 Uji Linearitas ... 143

Tabel 5.39 Uji Multikolinearitas ... 146

Tabel 5.40 Uji Validitas ... 147


(19)

Tabel 5.42 Hasil Estimasi Model Penelitian ... 149

Tabel 5.43 Uji Autokorelasi ... 153

Tabel 5.44 Uji Linearitas ... 155

Tabel 5.45 Uji Multikolinearitas ... 158

Tabel 5.46 Proporsi Sektor Industri, TFR dan Pertumbuhan Ekonomi 2004-2009 ... 161

Tabel 5.47 Hasil Estimasi Model Penelitian ... 161

Tabel 5.48 Uji Autokorelasi Durbin Watson ... 163


(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Enam Pilar Pengembangan Wilayah

Gambar 2.2 Tahapan Proses Perubahan Struktur Ekonomi dan Model

Lewis

... 19

Gambar 2.3 Pembangunan Ekonomi dan Transformasi Struktural ... 30

Gambar 2.4 ... 32

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Sosial Ekonomi Dengan Demografi ... 35

Gambar 3.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 54

... 57

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 82

Gambar 5.2 Grafik Transformasi Struktural Ekonomi Deli Serdang ... 96

Gambar 5.3 Pirmida Penduduk Deli Serdang tahun 2004 ... 115

Gambar 5.4 Piramida Penduduk Kabupaten Deli Serdang 2009 ... 119

Gambar 5.5 Uji Normalitas ... 142

Gambar 5.6 Uji Heteroskedastisitas ... 144

Gambar 5.7 Uji Normalitas ... 154

Gambar 5.8 Uji Heteroskedastisitas ... 156

Gambar 5.9 Uji Normalitas ... 164


(21)

ABSTRAK

Keberhasilan pembangunan ekonomi wilayah ditunjukkan dengan meningkatnya pendapatan perkapita riil dalam jangka panjang. Kenaikan pendapatan per kapita akan diikuti oleh terjadinya transformasi struktural ekonomi meningkatnya indeks pembangunan manusia, sebagai cerminan dari membaiknya sumber daya manusia. Seiring dengan membaiknya ke tiga hal tersebut, terjadi pula pertumbuhan penduduk yang rendah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembangunan ekonomi dan transformasi strukutural ekonomi wilayah Kabupaten Deli Serdang selama periode 2004-2009. Menganalisis korelasi antara kenaikan pendapatan dengan proporsi konsumsi barang primer, sekunder dan tertier. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil, migrasi dan jumlah keluarga terhadap pendapatan. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil, interaksi sosial, umur kawin pertama, migrasi, keluarga berencana dan pendapatan terhadap fertilitas. Menganalisis industrialisasi dan fertilitas terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan representasi dari pengembangan wilayah.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis

menggunakan shift share analisis, korelasi dan regresi ganda.

Hasil yang diperoleh adalah, selama periode 2004-2009 telah terjadi pembangunan ekonomi disertai Transformasi Struktural ekonomi wilayah Deli Serdang. Ada korelasi negatif yang signifikan diantara pendapatan dengan proporsi konsumsi barang primer dan korelasi positif dan signifikan antara pendapatan dengan proporsi konsumsi barang sekunder dan tertier.

Tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan penduduk Kabupaten Deli Serdang, sedangkan migrasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan penduduk Kabupaten Deli Serdang. Tingkat pendidikan dan umur kawin pertama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fertilitas sebaliknya pegawai negeri sipil dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap fertilitas.

Fertilitas tidak berpengaruh terhadap pengembangan wilayah Deli Serdang. Industrialiasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan wilayah.

Kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah Deli Serdang adalah memprioritaskan pengembangan sektor industri. Disamping itu karena Deli Serdang merupakan daerah yang bertetangga dengan Medan, agar kedua daerah dapat maju secara bersama, maka perlu kerjasama antar wilayah dalam penataan ruang dan aktivitas pembangunan wilayah.


(22)

ABSTRACT

The success of regional economic Development indicated by the increasing of real percapita income in the long run. Percapita income increased always be followed by the economic structural transformation and an increasing of population development index as a mirror an of improvement of human resources. Consistent with the improvement of three cases mention above, the population growth will be lower as well.

This research aims is to analyze the economic development and economic structural transformation in Kabupaten Deli Serdang during 2004-2009. And also to find out the correlation between the increasing income with the proportion of primary goods consumption, secondary and tertiery goods as well. Analysing effect of education, goverment civil official, migration and number of household on income. Analysing effect of education, goverment civil official, social interaction, age of 1st marriage, migration, family planning and income on the fertility change. Analysing industrialization and fertility on the economic growth. The economic growth is a representation of the regional development.

The applied data are primary and secondary data. The analysis tools are shift share analysis, correlation and multiple regression.

The results showed that, during 2004-2009, there was an economic development followed by transformation of economic structural in Deli Serdang. There are significant negatively correlation between income and primary goods consumption proportion and significant positively correlation between income and secondary goods consumption proportion, and tertiery as well. Educational level had a significantly positive effect on population income of Deli Serdang, while migration had a significantly negative effect on the population income of Deli Serdang. Level of education and age of 1st marriage had a negatively significant effect on the fertility change. Civil service and income had a positively significant effect on the fertility change. Industrualization had a positively significant effect on regional development.

Deli Serdang regional government policy encourage industrial sector as priority. It is preferable for local government of Deli Serdang and Medan, both of region develop simultaneously cross border spatial cooperation.


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat, dilihat dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional per kapita.

Nasoetion mengatakan bahwa transformasi struktural adalah gejala alamiah yang harus dialami oleh setiap perekonomian yang sedang tumbuh. Perekonomian yang sedang tumbuh ditandai dengan meningkatnya pendapatan

per kapita. Dari sisi permintaan agregat (aggregate demand) dengan adanya

kenaikan pendapatan masyarakat akan merubah pola konsumsi mereka. Perubahan ini disebabkan oleh perubahan selera mereka dari semula mengkonsumsi bahan pokok (primer) seperti makanan, ke konsumsi barang-barang non primer.

Sedangkan dari sisi penawaran agregat (aggregate supply) faktor-faktor

pendorong utama adalah perubahan teknologi (technology progress), peningkatan

Proses pembangunan ekonomi juga akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur perekonomian yang disebut juga sebagai transformasi struktural. Transformasi struktural merupakan proses perubahan atau pergeseran struktur perekonomian dari dominan sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara-negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri.


(24)

sumber daya manusia (SDM), dan penemuan material-material baru untuk produksi (Hidayat dan Nazara, 2005, Tambunan, 2001).

Penerapan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, mendorong daerah untuk secara proaktif menyusun dan mengembangkan berbagai rencana dan kebijakan pembangunan daerahnya berdasarkan potensi wilayah yang dimilikinya. Dengan demikian daerah diberi kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai aturan yang berlaku, sehingga masa depan daerah akan ditentukan oleh kemampuan manajemen pemerintah daerah yang bersangkutan, termasuk dalam pembangunan dan pengembangan wilayah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang telah memperlihatkan kemajuan pembangunan ekonomi yang cukup cepat. Pembangunan ekonomi di Deli Serdang disertai pula dengan adanya transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Pada tahun 2009 transformasi struktural ekonomi Deli Serdang di sektor industri lebih cepat bila dibandingkan dengan Sumatera Utara. Tetapi untuk sektor jasa Sumatera Utara secara keseluruhan lebih cepat dari Deli Serdang. Tabel 1.1 memperlihatkan perbandingan kontribusi sektor-sektor ekonomi Deli Serdang dan Sumatera Utara. Pada tahun 2009, sektor industri menyumbang 53,03 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sementara Sumatera Utara sektor industrinya hanya menyumbang 31,95 persen dari total PDRB nya.


(25)

Tabel 1. 1. Distribusi PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha 2009

Lapangan Usaha Deli Serdang (%) Sumatera Utara (%) Pertanian Industri (Manufaktur) Jasa-jasa 10,60 53,03 (49,75) 36,37 23,04 31,95 (23,29) 45,01

Jumlah 100,00 100,00

Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 2010, BPS dan Bappeda Deli Serdang 2010.

Tabel 1. 2. Kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2009.

Industri manufaktur Deli Serdang menyumbang 49,75 persen dari total PDRB nya, sementara industri manufaktur Sumatera Utara hanya menyumbang 23,29 persen dari total PDRB nya. Tetapi untuk sektor jasa transformasi strukturalnya lebih cepat dari Deli Serdang. Sektor jasa Sumatera Utara menyumbang 45,01 persen dari total PDRB, sementara sektor jasa Deli Serdang hanya menyumbang 36,37 persen dari PDRB total.

Tahun

PDRB Deli Serdang (juta rupiah)

PDRB Sumatera Utara (juta rupiah)

Konstribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB

Sumatera Utara (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 15.861.076,58 19.136.227,10 21.459.069,56 26.041.787,53 30.116.831,18 34.172.480,34 118.100.511,82 139.618.313,54 160.376.799,09 181.819.737,32 213.931.696,78 236.353.615,83 13,43 13,71 13,38 14,32 14,08 14,46

Sumber: BPS Sumatera Utara, Kondisi Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi 2005-2010.

Kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap total PDRB Sumatera Utara pada periode 2004-2009 menunjukkan angka yang berfluktuasi, namun persentasenya cenderung naik. Pada tahun 2004 kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB Sumatera Utara besarnya 13,43 persen. Pada tahun 2009 angka ini naik menjadi


(26)

14,46 persen. Tabel 1.2 menunjukkan kontribusi PDRB Deli Serdang terhadap PDRB Sumatera Utara periode 2004-2009.

Pertumbuhan PDRB Deli Serdang Periode 2004-2008 setiap tahun lebih rendah dari pertumbuhan PDRB Sumatera Utara pada periode yang sama. Pada periode 2004/2005 pertumbuhan ekonomi Deli Serdang sebesar 4,97 persen. Pada periode yang sama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara besarnya 5,48 persen. Pada periode tahun 2007/2008 pertumbuhan ekonomi Deli Serdang sebesar 5,82 persen. Pada periode yang sama pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara besarnya 6,39 persen. Tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan PDRB Deli Serdang telah lebih tinggi dibanding Sumatera Utara, di mana pertumbuhan Deli Serdang sebesar 5,55 persen dan Sumatera Utara 5,07 persen (tabel 1.3). Kondisi terakhir ini menunjukkan bahwa kinerja ekonomi Deli Serdang memiliki prospek yang cerah di masa depan.

Tabel 1. 3. PDRB Deli Serdang dan Sumatera Utara Tahun 2004-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB Deli

Serdang Pertumbuhan (%) PDRB Sumatera Utara Pertumbuhan (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 10.478.375,19 10.999.416,23 11.598.334,85 12.264.029,20 12.977.936,98 13.698.060,00 - 4,97 5,45 5,74 5,82 5,55 83.328.948,58 87.897.791,21 93.347.404,39 99.792.273,27 106.172.360,10 111.559.224,82 - 5,48 6,20 6,90 6,39 5,07 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kondisi Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi 2005-2010.

Sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB Deli Serdang dari tahun ke tahun pada periode 2006-2009 menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 2006 sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB adalah sebesar 13,34%. Pada tahun 2009 sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB telah menurun


(27)

menjadi 10,60 persen. Sebaliknya sumbangan sektor industri termasuk di dalamnya industri manufaktur mengalami kenaikan yang cukup berarti. Pada tahun 2006 sumbangan sektor industri terhadap total PDRB adalah sebesar 49,74 persen. Pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 53,03 persen. Demikian juga halnya dengan industri pengolahan (manufaktur).

Pada tahun 2006 sumbangan sektor industri manufaktur terhadap total PDRB sebesar 46,22 persen. Pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 49,75 persen. Sementara sektor jasa menunjukkan tren yang relatif stabil pada periode tahun 2006-2009. Perkembangan ini menunjukkan telah terjadi transformasi struktural di Kabupaten Deli Serdang pada periode tersebut (tabel 1.4).

Tabel 1. 4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (jutaan rupiah) Tahun 2006–2009

Lapangan Usaha Tahun

2006 (%) 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%)

Pertanian Industri

(Industri Manufaktur) Jasa-jasa

13,34 49,74 (46,22) 36,92

12,19 53,01 (49,38) 34,80

10,82 52,41 (49,15) 36,77

10,60 53,03 (49,75) 36,37

Jumlah nominal 21.459.069,6 26.053.713,3 30.116.830,0 34.172.480,0

BPS Sumatera Utara, Kondisi Kesejahteraan Rakyat dan Ekonomi 2005-2010, BPS dan Bappeda Deli Serdang, Deli Serdang Dalam Angka, 2010.

Dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor pertanian menyerap jumlah tenaga kerja yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan sektor industri dan

jasa, tetapi perbedaannya tidak sebesar share yang ada dalam PDRB. Bila pada

tahun 2009 sumbangan sektor pertanian dalam PDRB hanya sebesar 10,06 persen, dalam hal tenaga kerja sektor pertanian menyumbang 24,00 persen dari total tenaga kerja pada tahun yang sama. Sebaliknya sektor industri menyumbang 53,03 persen dari total PDRB, dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor ini hanya


(28)

menyumbang 31,00 persen dari total tenaga kerja. Demikian juga dengan sektor jasa, sektor ini menyumbang 36,37 persen dari total PDRB, dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor ini menyumbang 45 persen dari total tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja di sektor pertanian produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor industri dan jasa (tabel 1.5).

Tabel 1. 5. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

Lapangan usaha Sumbangan Terhadap PDRB (%)

Pertanian Industri

(industri manufaktur) Jsasa-jasa

24,00 31,00 (19,00)

45,00 Sumber: BPS dan Bappeda Kabupaten Deli Serdang, 2010.

Secara empiris korelasi antara pembangunan dan perubahan struktur ekonomi dapat dilihat dalam tabel 1.6. Tabel tersebut menunjukkan hubungan antara pembangunan ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh pendapatan per

kapita atau Gross National Income (GNI per kapita) dengan struktur ekonomi

secara data cross section; dimana semakin tinggi GNI per kapita makin kecil

sumbangan sektor pertanian terhadap total Gross Domestic Product (GDP).

Sebaliknya makin tinggi GNI per kapita, sumbangan sektor industri dan industri manufaktur serta sektor jasa semakin tinggi. Burundi misalnya, dengan pendapatan per kapita sebesar US$150, sektor pertaniannya menyumbang 35% dari total GDP. Sementara sektor industri dan industri manufakturnya hanya menyumbang masing-masing sebesar 20 dan 9 persen. Sama halnya dengan Afghanistan, dengan pendapatan per kapita US$310, sektor pertanian menyumbang 33 persen dari total pendapatan nasionalnya. Sektor industri dan


(29)

industri manufaktur hanya menyumbang masing-masing 22 dan 13 persen dari total GDPnya.

Tabel 1. 6. GNI Perkapita dan Struktur Ekonomi Negara–Negara Terpilih di

Dunia Tahun 2009 No Gross National Income Per Kapita ($) Negara Struktur Output

Pertanian Industri Manufaktur Jasa

%GDP %GDP (%GDP) %GDP

1 2 3 4 5 Burundi Afghanistan Bangladesh Tajikistan 150 Laos 310 580 700 880 35 33 19 22 35 20 22 29 24 28 (9) (13) (18) (11) (9) 45 45 53 54 37 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Vietnam Uzbekistan Mongolia Srilangka Indonesia Syria Georgia Turkmenistan 1.000 Thailand 1.100 1.630 1.990 2.050 2.410 2.530 3.420 3.760 21 20 24 13 16 21 10 12 12 40 33 33 30 49 34 21 54 43 (20) (13) (5) (18) (27) (13) (12) (47) (34) 39 47 44 58 35 45 69 34 45 15 16 17 Iran Kazakhstan 4.530 Libanon 6.920 8.060 10 7 5 40 40 17 (11) (11) (9) 45 53 78 16 17 18 19 20 Saudi Arabia Korea Selatan Singapore Jepang 17.210 Norway 19.830 37.220 38.080 84.640 3 3 0 1 1 51 37 26 28 40 (10) (28) (19) (20) (10) 46 61 74 71 59 8.732

World 3 27 (17) 70

Sumber: The World Bank, World Development Indicators 2011

Catatan: Negara berpendapatan rendah, adalah Negara berpendapatan per kapita

≤ US$ 995. Negara berpendapatan menengah rendah, adalah negara

berpendapatan per kapita US $996-$3.945. Negara berpendapatan menengah atas, adalah negara berpendapatan perkapita US$3.946– US$12.195. Negara berpendapatan tinggi adalah negara berpendapatan per kapita US$12.196 atau lebih.

Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang dan Norway sebagian besar pendapatan nasionalnya berasal dari sektor industri dan sektor jasa. Jepang, misalnya dengan pendapatan per kapita sebesar US$38.080, sektor pertanian


(30)

hanya menyumbang 1 persen dari total GDP nya, sebaliknya sektor industri menyumbang 28 persen, termasuk di dalamnya industri manufaktur yang menyumbang sebesar 20 persen dan sektor jasa 71 persen dari total GDP nya. Demikian juga dengan Norway, negara Skandinavia ini dengan pendapatan per kapita sebesar US$84.640, hanya mendapatkan 1 persen bagian pendapatan nasionalnya dari sektor pertanian. Sebagian besar total GDP negara ini berasal dari sektor industri yaitu sebesar 40 persen, industri manufaktur (bagian dari sektor industri) sebesar 10 persen dan sektor jasa 59 persen.

Hubungan antara besarnya tingkat pendapatan dan tingkat urbanisasi dengan jumlah anak yang dimiliki oleh rata-rata seorang ibu dapat dilihat berdasarkan data empiris seperti pada tabel 1.7. Dengan mengambil contoh beberapa negara terpilih. Terlihat bahwa negara Burundi di Afrika dengan pendapatan per kapita sebesar US$150 per tahun, ibu-ibu di negara tersebut memiliki jumlah anak rata-rata 4,5 orang. Demikian juga halnya dengan Afghanistan di Asia, negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$310 per tahun ini, ibu-ibu di negara tersebut memiliki jumlah anak rata-rata 6,5 orang. Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang dengan pendapatan per kapita sebesar US$38.080 per tahun, rata-rata seorang ibu di negara tersebut hanya memiliki jumlah anak 1,4 orang. Demikian juga halnya dengan Norway, negara dengan pendapatan per kapita sebesar US$84.640, rata-rata seorang ibu di negara tersebut hanya memiliki anak 2,0 orang.

Dengan demikian nyatalah, bahwa makin baik tingkat pembangunan ekonomi di suatu negara yang diperlihatkan oleh tingginya pendapatan per kapita


(31)

(GNI per kapita) makin banyak penduduk tinggal di daerah perkotaan, dan makin

sedikit jumlah rata-rata anak yang dimiliki oleh seorang ibu (Total Fertility

Rate/TFR) di negara tersebut. Sebaliknya, makin rendah tingkat pembangunan disuatu negara, makin sedikit jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, dan semakin besar jumlah rata-rata anak-anak yang dimiliki oleh seorang ibu di negara tersebut.

Tabel 1. 7. Pendapatan Per Kapita, Tingkat Urbanisasi dan TFR Beberapa

Negara Terpilih di Dunia Tahun 2009. No

GNI per Kapita

Negara ($)

(2009) Urbanisasi % 2009 Total Fertility Rate 2009 1 2 3 4 5 Burundi Afghanistan Bangladesh Tajikistan 150 Laos 310 580 700 880 11 24 28 26 32 4,5 6,5 2,3 3,4 3,4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Vietnam Uzbekistan Mongolia Sri Lanka Indonesia Syria Georgia Turkmenistan 1.000 Thailand 1.100 1.630 1.990 2.050 2.210 2.530 3.420 3.760 28 37 57 15 53 55 53 49 34 2,0 2,7 2,0 2,3 2,1 3,1 1,6 2,4 1,8 15 16 17 Iran Kazakhstan 4.530 Libanon 6.920 8.060 69 58 87 1,8 2,6 1,8 18 19 20 21 22 Saudi Arabia Korea Selatan Singapore Jepang 17.210 Norway 19.830 37.220 38.080 84.640 82 82 100 67 78 3,0 1,3 1,2 1,4 2,0 8.732

Dunia 50 2,5


(32)

Berdasarkan uraian di atas, terlihat adanya alur seperti berikut;

Pembangunan menyebabkan naiknya pendapatan. Naiknya pendapatan menyebabkan terjadinya transformasi struktural ekonomi, dari dominan sektor pertanian bergeser ke sektor industri dan jasa. Berkembangnya sektor industri dan jasa menyebabkan makin terbukanya lapangan pekerjaan di daerah perkotaan. Keadaan ini mendorong terjadinya migrasi desa-kota. Hal ini meningkatkan urbanisasi. Penduduk yang berasal dari daerah perdesaan menyesuaikan pola hidup mereka dengan pola hidup perkotaan. Tingkat partisipasi kerja perempuan meningkat, tingkat pendidikan mereka juga meningkat, umur kawin pertama lebih tinggi. Akibat semua ini jumlah kelahiran atau fertilitas cenderung menurun.

Indonesia saat ini sedang mengalami transisi demografi yang cepat. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan fertilitas dan mortalitas dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah. Namun demikian, kecepatan transisi ini tidak merata di berbagai daerah (provinsi). Beberapa provinsi telah memiliki TFR yang sangat rendah yaitu Jakarta 2,04, Bali 2,12 dan Yogyakarta 1,85 pada tahun 1997 (Muhidin, 2003). Daerah-daerah yang memiliki angka TFR tersebut merupakan daerah yang berada di pulau Jawa dan Bali yang dalam kebijakan kependudukan telah melakukan program keluarga berencana sejak tahun 1970. Sebaliknya Sumatera Utara yang dalam Kebijakan Keluarga Berencana Nasional termasuk daerah Luar Jawa-Bali I mulai melakukan program keluarga berencana pada tahun 1975, pada tahun 2006 masih memiliki angka TFR sebesar 2,58 (BPS, 2008).


(33)

tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia meningkat menjadi 203.493.706. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah meningkat menjadi 237.641.326. Bila dihitung pertumbuhan rata-rata pada dua periode tersebut, pertumbuhan pada periode 1990 – 2000 rata-rata 1,35 persen per tahun. Pada periode 2000 – 2010 pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 1,58 persen per tahun. Seperti halnya Indonesia, meningkatnya pertumbuhan penduduk terjadi juga di Sumatera Utara. Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sumatera Utara berjumlah 10.256.027 jiwa. Pada tahun 2000 angka ini meningkat menjadi 11.513.973, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 12.982.204 jiwa. Bila dilihat rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode 1990 – 2000 sebesar 1,20 persen. Pada periode tahun 2000 – 2010 tingkat pertumbuhan meningkat menjadi 1,22 persen. Terlihat di sini bahwa baik Indonesia secara agregat, maupun Provinsi Sumatera Utara pada periode 10 tahun terakhir tingkat pertumbuhan penduduknya sama-sama lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode sepuluh tahun sebelumnya. Deli Serdang sebagai bagian dari Sumatera utara juga mengalami hal yang serupa.

Angka TFR Deli Serdang pada tahun 2008 sebesar 2,42. Angka ini lebih rendah dari angka kelahiran total Sumatera Utara yang besarnya 2,49. Angka

kematian bayi per 1000 kelahiran hidup (Infant Mortality Rate/IMR) Deli Serdang

pada tahun 2008 besarnya 20,4. Angka ini lebih rendah dari IMR Sumatera Utara yang besarnya 25,6. Umur harapan hidup penduduk Deli Serdang besarnya 69.8 tahun. Angka ini sedikit lebih tinggi dari angka Sumatera Utara yang besarnya 69,1 tahun. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Deli Serdang pada tahun 2008 besanya 74,36, lebih tinggi dari IPM Sumatera Utara yang besarnya 73,29.


(34)

Indikator-indikator di atas menunjukkan bahwa tingkat kesehatan penduduk Deli Serdang lebih baik dibanding Sumatera Utara secara rata-rata.

Selain pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan peningkatan pendapatan per kapita, maka indikator lain yang digunakan untuk melihat berhasilnya pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah adalah bagaimana keadaan tingkat pengangguran terbuka dan angka kemiskinan daerah tersebut.

Angka pengangguran yang masih relatif tinggi menunjukkan bahwa kinerja ekonomi Deli Serdang belum berada pada batas optimum; atau dapat dikatakan bahwa antara sumber daya yang tersedia dengan besarnya jumlah penduduk masih terjadi ketidakseimbangan. Untuk mencapai keseimbangan, ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu pembangunan ekonomi lebih cepat atau menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Dengan demikian tingkat pengangguran dan angka kemiskinan dapat dikurangi. Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan investasi. Investasi akan banyak Tingkat pengangguran terbuka Deli Serdang pada tahun 2010 sebesar 9,02 persen. Angka ini lebih tinggi dari tingkat pengangguran Sumatera Utara yang besarnya 7,43 persen pada tahun yang sama. Namun angka pengangguran Deli Serdang tahun 2010 lebih rendah dari tahun 2004 yang tingginya mencapai 17,78 persen. Tingkat kemiskinan Deli Serdang pada tahun 2009 sebesar 5,17 persen, merupakan yang terendah dibanding dengan angka kemiskinan semua kabupaten di Sumatera Utara. Angka kemiskinan Deli Serdang jauh lebih rendah dibanding angka kemiskinan Sumatera Utara yang besarnya 11,51 persen pada tahun yang sama.


(35)

ditanamkan investor di Deli Serdang apabila iklim investasi cukup kondusif. Selain mendorong investasi, hal yang penting lainnya adalah mengembangkan sektor industri dan jasa; karena sektor industri dan jasa merupakan sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi bila dibandingkan dengan sektor pertanian. Namun demikian bukan berarti sektor pertanian ditinggalkan. Sektor industri dan pertanian harus sama-sama dimajukan. Untuk mendorong kemajuan sektor industri, harus tersedia sumber daya alam sebagai bahan baku dan sumber daya manusia yang cukup. Agar sumber daya manusia yang berkualitas cukup tersedia maka tingkat pendidikan penduduk harus senantiasa ditingkatkan, demikian juga dengan kesehatan mereka.

Sumber daya manusia dengan kualitas yang baik serta tingkat kesehatan yang juga baik berkaitan dengan besarnya jumlah keluarga di masing-masing rumah tangga. Suatu rumah tangga dengan jumlah anak yang tidak terlalu besar akan lebih punya peluang memperoleh tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang memiliki jumlah anak yang lebih besar. Karena dengan jumlah pendapatan yang besarnya tertentu, anggota rumah tangga yang lebih kecil akan mendapatkan bagian yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih besar; sehingga jumlah keluarga yang lebih kecil akan lebih mungkin dapat mengakses pendidikan dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan keluarga yang jumlahnya lebih besar.

Dari uraian di atas, maka sangat menarik untuk diketahui bagaimana sebenarnya pembangunan ekonomi sosial yang telah dilakukan di Kabupaten Deli


(36)

Serdang pada periode lima tahun terakhir ini. Studi ini lebih menarik bila pembangunan sosial ekonomi dikaitkan dengan perubahan demografi; karena berbagai studi menunjukkan bahwa ada keterkaitan dan saling mempengaruhi antara pembangunan sosial ekonomi dengan perubahan demografi. Oleh sebab itu peneliti ingin melakukan studi mengenai bagaimana perkembangan pembangunan sosial ekonomi di Kabupaten Deli Serdang, dan bagaimana kaitannya dengan perubahan demografi. Semua ini dituangkan dalam suatu penelitian dengan judul

Analisis Perubahan Demografi dan Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Rumusan Masalah

Proses pembangunan ekonomi, akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Artinya pembangunan ekonomi yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan per kapita, akan membawa dengan sendirinya suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Oleh sebab itu, bila kita ingin mengetahui apakah pembangunan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang telah berjalan dengan baik, selain bisa dilihat dari meningkatnya pendapatan per kapita, juga harus dilihat apakah telah terjadi transformasi struktural ekonominya, di mana dominasi sektor pertanian telah diimbangi dengan kemajuan sektor industri, termasuk di dalamnya sektor industri manufaktur dan juga sektor jasa.

Pada umumnya perkembangan ekonomi suatu negara akan selalu diikuti oleh terjadinya perubahan demografi, antara lain terjadinya penurunan angka


(37)

kelahiran (fertilitas). Hal ini disebabkan penduduk suatu negara/daerah yang berpendapatan tinggi lebih menyukai jumlah anak yang sedikit tetapi dengan kualitas hidup yang baik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 telah terjadi

pembangunan ekonomi dan transformasi struktural ekonomi wilayah Deli Serdang?

2. Apakah naiknya pendapatan berkorelasi positif dengan konsumsi barang

sekunder dan tertier? Sebaliknya berkorelasi negatif dengan konsumsi barang primer?

3. Apakah pendidikan, pegawai negeri sipil, migrasi, dan jumlah keluarga,

berpengaruh terhadap pendapatan?

4. Apakah tingkat pendidikan, interaksi sosial, umur kawin pertama, pekerja

migran, mengikuti program KB, tingkat pendapatan, pegawai negeri sipil, berpengaruh terhadap fertilitas di Kabupaten Deli Serdang?

5. Apakah industrialisasi (transformasi struktural) dan fertilitas berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah, untuk:


(38)

1. Menganalisis pembangunan ekonomi dan transformasi struktural ekonomi wilayah di Kabupaten Deli Serdang selama periode 2004-2009.

2. Menganalisis korelasi antara tingkat pendapatan dengan proporsi konsumsi

barang primer, sekunder dan tertier.

3. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil, migrasi, dan jumlah

keluarga terhadap pendapatan.

4. Menganalisis pengaruh pendidikan, pegawai negeri sipil interaksi sosial,

umur kawin pertama, migrasi, keluarga berencana, dan pendapatan terhadap fertilitas (perubahan demografi)

5. Menganalisis pengaruh industrialisasi (transformasi struktural) dan fertilitas

terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1.

2. Pemerintah Daerah, penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dalam hal

pembuatan perencanaan yang berkaitan dengan pembangunan wilayah, sektor-sektor ekonomi yang mana perlu didahulukan guna mempercepat laju pembangunan ekonomi. Selain itu terkait dengan kependudukan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi perencanaan kependudukan dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi.

Lembaga pendidikan, dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan berkaitan dengan teori pembangunan ekonomi, transformasi struktural dan pengaruh pembangunan ekonomi terhadap perubahan demografi, serta faktor-faktor penentu turunnya fertilitas.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Teori Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tetentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/dan prasarana, barang dan jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2005).

Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh enam pilar/aspek; yaitu, aspek biogeofisik, aspek ekonomi,

aspek sosial dan budaya, aspek kelembagaan, aspek lokasi, dan aspek

lingkungan. Keenam pilar tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti gambar 2.1 berikut ini. Melalui diagram yang tergambar, dapat dilakukan analisis dari berbagai aspek berkaitan dengan pengembangan wilayah; yaitu aspek biogeofisik, meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut. Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam dan di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik, dan pertahanan dan keamanan (Hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia. Aspek kelembagaan meliputi peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat


(40)

Gambar 2. 1 Enam Pilar Pengembangan Wilayah Sumber: Budiharsono, 2005.

maupun pemerintah daerah, serta lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input yang berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak.

Analisis pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dilihat dari aspek ekonomi, kependudukan dan ketenagakerjaan serta aspek lokasi. Dari aspek ekonomi dilihat bagaimana pembangunan ekonomi dan transformasi struktural. Dari aspek demografi dilihat bagaimana terjadinya perubahan demografi akibat adanya pembangunan ekonomi. Dari aspek lokasi sejauh mana faktor lokasi dapat mendorong pembangunan wilayah, berkaitan dengan pembangunan yang terjadi di wilayah tetangga terdekat.

Aspek Biogeofisik

Aspek Ekonomi

Aspek Kelembagaan

Aspek Sosial

Aspek Lokasi

Aspek Lingkungan Pengembangan


(41)

2.2. Perencanaan Wilayah

Menurut Tarigan (Tarigan, 2004) perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. Misalnya, dalam bentuk perencanaan pembangunan jangka panjang (25 tahun sampai dengan 30 tahun), perencanaan jangka menengah (5 tahun sampai dengan 6 tahun), dan perencanaan jangka pendek (1 sampai dengan 2 tahun). Kedua bentuk perencanaan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan bersifat saling mengisi. Tata ruang wilayah merupakan landasan dan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah.

Perencanaan pembangunan wilayah tidak terlepas dari apa yang sudah ada saat ini di wilayah tersebut. Pelaku pencipta kegiatan wilayah adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah itu. Dalam kelompok pelaku, termasuk di dalamnya pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, investor asing, pengusaha swasta dalam negeri, BUMN, BUMD, koperasi, dan masyarakat umum. Dalam membuat perencanaan pembangunan wilayah, pemerintah harus memperhatikan apa yang ingin atau akan dilakukan oleh pihak swasta dan masyarakat umum.

Menurut Archibugi (Joni, 2010) berdasarkan penerapan teori perencanaan wilayah dapat dibagi atas empat komponen, yaitu:


(42)

1) Perencanaan Fisik (Physical Planning). Perencanaan yang perlu dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif. Dalam perkembangannya teori ini telah memasukkan kajian tentang aspek lingkungan.

2) Perencanaan Ekonomi Makro (Macro-Economic Planning). Dalam

perencanaan ini berkaitan dengan perencanaan ekonomi wilayah. Perencanaan ekonomi wilayah menggunakan teori yang sama dengan teori yang digunakan dalam ekonomi makro yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah dengan membuat kebijakan ekonomi wilayah guna merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah.

3) Perencanaan Sosial (Social Planning). Perencanaan sosial membahas tentang

pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial diarahkan untuk membuat perencanaan yang menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.

4) Perencanaan Pembangunan (Development Planning). Perencanaan ini

berkaitan dengan perencanaan program pembangunan secara komprehensif


(43)

Perencanaan Wilayah merupakan satu-satunya jalan yang terbuka untuk menaikkan pendapatan per kapita, mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesempatan kerja (Jhingan, 2000).

2.3. Pembangunan Wilayah

Pembangunan Wilayah (regional development) merupakan upaya untuk

memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan.

Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak

pada sifat keterbukaan dalam proses input-output barang dan jasa maupun orang.

Dalam sistem wilayah keluar masuk orang atau barang dan jasa relatif bersifat terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (Sirojuzilam, 2007).

Potensi dan kemampuan masing-masing wilayah berbeda-beda satu dengan yang lain, demikian pula masalah pokok yang dihadapi, sehingga usaha-usaha pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan harus disinkronisasikan


(44)

dengan usaha-usaha pembangunan regional. Hirschman mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi, terdapat keharusan utuk membangun sebuah atau beberapa buah pusat kekuatan ekonomi dalam wilayah

suatu negara, atau disebut sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (growth

pole). Terdapat elemen yang sangat menentukan dalam konsep kutub pertumbuhan, yaitu pengaruh yang tidak dapat dielakkan dari suatu unit ekonomi terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut adalah dominasi ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata ruang geografis dan dimensi tata ruang ekonomi.

Proses pertumbuhan adalah konsisten dengan teori tata ruang ekonomi (economic

space theory), di mana industri pendorong dianggap sebagai titik awal dan merupakan elemen esensial untuk pembangunan selanjutnya (Adisasmita, 2005).

2.4. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain adalah menaikkan standar hidup, memperbaiki tingkat pendidikan, kesehatan dan persamaan hak untuk memiliki kesempatan dalam memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.

Gerald Meier (Kuncoro, 2010) menyatakan:

“…perhaps the definition that would now gain widest approval is one that defines economic development as the process whereby the real per capita income of a country increase over a long period of time – subject to the stipulations that the number of people below an ‘absolut poverty line’

does not increase, and that the distribution of income does not more unequal.”


(45)

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses di mana pendapatan per kapita penduduk suatu negara secara riil cenderung naik secara terus menerus dalam jangka panjang; dengan syarat utama bahwa jumlah penduduk yang berada dalam “garis kemiskinan absolut” tidak bertambah dan distribusi pendapatan tidak menjadi lebih timpang.

Sejalan dengan Meier, Chenery dan Syrquin (1975), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses pertumbuhan ekonomi atau proses peningkatan pendapatan per kapita yang disertai antara lain, dengan proses transformasi dari suatu perekonomian yang dominan sektor – primer atau pertanian dan pertambangan – menjadi makin dominan sektor industri, terutama

industri manufaktur dan sektor jasa.

Kecenderungan menaik itu haruslah paling tidak dua atau tiga dasawarsa – waktu sepanjang itu cukup sebagai indikasi untuk melihat apakah suatu negara dalam keadaan berkembang atau tidak.

Melengkapi pandangan ahli-ahli ekonomi pembangunan di atas, Weiss juga menyatakan, Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non-primer, khususnya industri manufaktur

dengan increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan

pertumbuhann produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2006). Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan


(46)

masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lainnya mendukung proses tersebut, seperti manusia

(tenaga kerja), bahan baku dan teknologi tersedia.

Selain peningkatan pendapatan per kapita, transformasi struktural, pembangunan ekonomi juga harus memperhatikan kualitas proses pembangunan. Kualitas pembangunan ekonomi dapat diwujudkan dengan cara mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Dudley Seers (Kuncoro, 2010) menunjuk tiga sasaran utama pembangunan dengan mengatakan:

“…What has been happening to poverty? What has been happening to

unemployment? What has been to unequality? If all three of these have decline from high levels then beyond doubt this has been a period of development for the country concerned. If one or two these central problems have been growing worse, especially if all three have it would be strange to call the result ‘development’, even if per capita income doubled.”

Bila salah satu saja dari ke tiga sasaran pembangunan tidak berjalan semakin baik, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi di suatu negara akan menjadi tidak berarti; walaupun misalnya pendapatan per kapita negara tersebut meningkat dua kali lipat.

Selanjutnya United Nation Development Programme (UNDP)

memperkenalkan pembangunan manusia pada tahun 1990-an. Menurut UNDP,

Pembangunan manusia adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk (a


(47)

Dari sekian banyak pilihan, ada tiga pilihan yang paling penting, yaitu panjang umur dan sehat, berpendidikan, dan akses ke sumber daya yang dapat memenuhi standar hidup yang layak. Berdasarkan ketiga pilihan tersebut kemudian terbentuklah suatu indeks komposit yang dapat diukur menjadi Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

2.5. Transformasi Struktural

Menurut Kuznets, transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara-negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Perubahan struktur atau transformasi dari ekonomi tradisional menjadi ekonomi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan per kapita (Chenery and Syrquin, 1975, Amir dan Nazara, 2005, Tambunan, 2006).

Menurut Tambunan (Tambunan, 2001) perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan yang menurut sumbernya dapat dibedakan antara faktor-faktor dari sisi permintaan agregat dan faktor-faktor dari sisi penawaran agregat; serta dipengaruhi juga secara langsung dan/atau tidak langsung oleh intervensi pemerintah.


(48)

Dari sisi permintaan agregat, faktor yang sangat dominan adalah perubahan permintaan domestik disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera masyarakat (konsumer). Perubahan permintaan berarti peningkatan dan juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi. Perubahan komposisi ini dapat dijelaskan dengan

teori Engel: apabila pendapatan riil masyarakat meningkat, maka pertumbuhan

permintaan akan barang-barang nonmakanan akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan terhadap makanan. Peningkatan pendapatan riil per kapita dibarengi dengan perubahan selera pembeli selain memperbesar pasar (permintaan) bagi barang-barang yang ada, juga menciptakan pasar baru (diversifikasi pasar) bagi barang-barang baru (nonmakanan). Perubahan ini mendorong pertumbuhan industri-industri baru, dan meningkatkan laju pertumbuhan output di industri-industri yang sudah ada.

Dari sisi penawaran agregat, faktor-faktor penting yang mempengaruhi perubahan struktur ekonomi diantaranya adalah pergeseran keunggulan komparatif, perubahan/progres teknologi, peningkatan pendidikan atau kualitas sumber daya manusia (SDM), penemuan material-material baru untuk produksi, dan akumulasi barang modal. Semua ini memungkinkan untuk melakukan inovasi dalam produk atau/dan proses produksi dan pertumbuhan produktivitas sektoral dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Berkaitan dengan inovasi, salah satu

contoh konkrit adalah penemuan personal computer dan hand phone. Penemuan

ini menambah koleksi jenis-jenis industri yang membuat semakin besarnya pangsa output industri di dalam PDB.


(49)

Dalam hal intervensi pemerintah, kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi adalah misalnya pemberian insentif bagi sektor industri, atau tidak langsung lewat pengadaan infrastruktur. Intervensi ini mempengaruhi sisi penawaran agregat dari sektor tersebut. Dari sisi permintaan agregat, kebijakan yang berpengaruh langsung adalah misalnya pajak penjualan yang membuat harga jual barang bersangkutan menjadi lebih mahal, yang selanjutnya dapat mengurangi permintaan terhadap barang tersebut.

2.6. Teori Perubahan Struktur Produksi dan Ketenagakerjaan

Ada dua teori utama yang digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi struktural).

Lewis (Tambunan, 2001) mengamati adanya ekonomi yang terdiri dari dua sektor, yaitu sektor pertanian dengan penghasilan yang subsisten dan sektor industri yang kapitalistik. Di pedesaan, karena jumlah penduduknya yang besar terjadi kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat hidup masyarakatnya berada

pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten.

Over-supply tenaga kerja ini ditandai dengan produk marginalnya yang nilainya nol, artinya fungsi produksi di sektor pertanian (pedesaan) telah sampai pada tingkat

berlakunya hukum diminishing return, yaitu semakin rendahnya tingkat

produktivitas tenaga kerja. Dalam kondisi seperti ini pengurangan jumlah pekerja tidak akan mengurangi jumlah output di sektor tersebut, karena proporsi tenaga kerja terlalu banyak dibandingkan proporsi input lain seperti tanah dan kapital.


(50)

Akibat over-supply tenaga kerja ini, dimana penawaran tenaga kerja lebih besar

dari permintaan tenaga kerja (NpS > NpD

Sebaliknya, di perkotaan sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Sesuai perilaku rasional pengusaha, yakni mencari keuntungan maksimal, kondisi pasar tenaga kerja seperti ini membuat produktivitas pekerja sangat tinggi dan nilai produk marginal pekerja positif, menunjukkan bahwa fungsi produksinya belum berada pada tingkat optimal yang dapat dicapai. Sesuai hukum pasar, tingginya produktivitas membuat tingkat upah riil per pekerja di perkotaan tersebut juga tinggi.

), maka upah riil atau tingkat pendapatan di pertanian/pedesaan menjadi sangat rendah.

Perbedaan upah di pertanian/pedesaan dengan industri/perkotaan, di mana

upah di pertanian lebih rendah dari upah di perkotaan (Wp< Wi), menyebabkan

pendapatan pekerja di pertanian lebih rendah dari pendapatan pekerja di perkotaan

(Yp < Yi). Hal ini menyebabkan banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertanian

ke sektor industri; maka terjadilah suatu proses migrasi desa-kota dan urbanisasi. Tenaga kerja yang pindah ke industri mendapat penghasilan yang lebih tinggi daripada ketika masih bekerja di pertanian. Secara agregat berpindahnya sebagian tenaga kerja dari sektor dengan upah rendah ke sektor dengan upah tinggi membuat pendapatan di negara bersangkutan meningkat. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan, permintaan terhadap makanan meningkat, dan ini menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan output di sektor tersebut dari sisi permintaan agregat; dalam jangka panjang perekonomian pedesaan mengalami pertumbuhan. Di fihak lain, terjadi pola perubahaan permintaan konsumen


(51)

masyarakat/tenaga kerja yang mengalami peningkatan pendapatan. Sebagian besar dari pendapatannya digunakan untuk mengkonsumsi berbagai macam produk-produk industri dan jasa. Perubahan pola konsumsi ini menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produksi di sektor-sektor nonpertanian (gambar 2.2).

Gambar 2. 2 Tahapan Proses Perubahan Struktur Ekonomi, Model Lewis (sumber: Tambunan, 2001).

Proses migrasi desa-kota, menyebabkan terjadinya perkembangan kota-kota dan industri. Perkembangan industri menyebabkan terjadinya akumulasi kapital fisik dan sumber daya manusia. Akibat lebih jauh adalah menurunnya laju

pertumbuhan penduduk dan family size yang semakin kecil.

Teori Chenery dikenal dengan teori pattern of development, mengamati

perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di negara-negara

Ekonomi

Pedesaan (pertanian)

Tahap 1 : NpS > NpD Wp< Wi

Yp < Yi

Tahap 4 :

NpS = NpD Wp ↑ Q

p ↑ Y

p ↑

Ekonomi

Perkotaan (industri)

Tahap 3 : DiD ↑ Q

i ↑ Y

i ↑

Tahap 3 : Dp ↑

Tahap 5 : Dp ↑


(52)

sedang berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsisten) ke sektor industri sebagai mesin utama pembangunan ekonomi. Proses transformasi struktural oleh Chenery dan Syrquin diilustrasikan seperti gambar 2.3 berikut.

Garis horizontal menunjukkan tingkat pembangunan/pendapatan perkapita

dalam jangka waktu tertentu. Garis vertikal menunjukkan sumbangan (share)

masing-masing sektor (pertanian, industri dan jasa) terhadap total PDB. Ketika pendapatan per kapita masih rendah, hampir sebagian besar pendapatan berasal dari sektor pertanian (primer), ketika pendapatan makin meningkat sumbangan sektor pertanian semakin menurun. Keadaan ini ditunjukkan oleh kurva pertanian yang semakin menurun seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita. Sebaliknya sumbangan sektor industri (sekunder) dan sektor jasa (tertier) meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan per kapita. Keadaan ini ditunjukkan oleh kurva-kurva industri dan jasa yang melengkung ke atas.


(53)

2.7. Teori Perubahan Demografi

Notestein menyatakan, bahwa perubahan keadaan demografi dari tingkat fertilitas dan mortalitas tinggi menjadi keadaan tingkat fertilitas dan mortalitas rendah mengikuti kemajuan dalam pembangunan sosial ekonomi. Teori ini disebut sebagai teori transisi demografi. Teori transisi demografi menggunakan asumsi bahwa sifat rasional hanya terjadi dalam masyarakat industri dan urban. Dengan perkataan lain, transisi demografi hanya mungkin terjadi dalam masyarakat yang telah mengalami proses industrialisasi dengan tingkat urbanisasi yang tinggi (Chesnais, 1992).

t=0

Pangsa output Sektoral terhadap Pembentukan PDB

Tersier (jasa)

“rendah”

Tingkat Pembangunan/ Pendapatan Per kapita

Sekunder

(i d t i)

t=n “tinggi”

Gambar 2. 3 Pembangunan Ekonomi dan Transformasi Struktural (sumber: Tambunan, 2001)

Primer

( t i


(54)

Oshima (1983) mengajukan suatu teori transisi demografi dengan mengambil contoh transisi demografi yang dialami beberapa negara Asia. Ia memperlihatkan bahwa penyebaran mekanisasi di Asia Timur adalah suatu kekuatan besar yang merupakan kelanjutan dari dampak transisi industri dan transisi demografi. Ia menunjukkan bahwa belum pernah terjadi sebelumnya di mana turunnya fertilitas di Asia Timur disertai dengan perubahan yang cepat dari sektor pertanian ke sektor industri, dan suatu penurunan yang cepat atas ketimpangan pendapatan di masyarakat. Penyelesaian transisi industri bersamaan dengan penyelesaian transisi demografi.

Oshima menyatakan bahwa pada masa transisi di dalam suatu perekonomian industri orang-orang tua mulai merubah persepsi mereka mengenai nilai anak. Mereka menginginkan jumlah anak-anak lebih sedikit, tetapi dengan kualitas yang lebih tinggi; karena kenaikan biaya oportunitas bagi wanita-wanita dalam usia mampu melahirkan anak, kehilangan pendapatan bagi remaja-remaja yang berada di sekolah; lebih sedikit membutuhkan anak-anak untuk membantu mereka di masa tua, kurang dalam menggunakan tenaga anak-anak didalam berbagai kegiatan ekonomi, dan menaikkan permintaan untuk angkatan kerja yang lebih berpendidikan. Sekalipun demikian, penyelesaian perubahan demografi itu sendiri akan mengurangi tingkat pertumbuhan angkatan kerja, dimana peralatan-peralatan yang digunakan lebih bersifat mekanisasi; lebih sedikit pekerja yang bekerja di sektor pertanian, lebih tinggi pendapatan, lebih besar partisipasi angkatan kerja wanita, dan selanjutnya turun pula permintaan terhadap anak.


(55)

Ananta dan Pungut (1992) mendapatkan bahwa Indonesia telah mencapai suatu tahap transisi demografi dengan tingkatan yang lebih rendah dari transisi ekonomi yang pernah dialami oleh beberapa negara maju pada saat tingkat fertilitas negara-negara tersebut sama dengan Indonesia. Dengan demikian transisi demografi telah mendahului transisi ekonomi di Indonesia.

Ananta menyimpulkan bahwa pengalaman di Indonesia merupakan suatu bukti dari kegagalan teori transisi demografi. Mortalitas turun sangat lambat, sekitar dua abad di negara-negara Eropa Barat, tetapi di Indonesia mortalitas turun dalam jangka waktu relatif pendek sepanjang periode 1950. Indonesia tidak sampai menunggu kemajuan sosial-ekonomi untuk menghasilkan peralatan-peralatan medis untuk imunisasi dan anti-biotik. Teknologi telah ada tersedia, dengan demikian Indonesia mendapatkan manfaat dari telah tersedianya peralatan-peralatan medis. Kontras dengan negara-negara Eropa Barat yang harus mengembangkan teknologi sebelum dapat mengatur secara baik fertilitas mereka dengan menggunakan alat kontrasepsi modern. Studi Ananta, Wongkaren dan Mis Cicih (1995) juga menunjukkan bahwa transisi demografi di Indonesia terjadi lebih dahulu dibandingkan dengan transformasi ekonomi.

Hubungan antara transisi demografi dengan pembangunan ekonomi sering menjadi perdebatan. Aliran pembangunan ekonomi percaya bahwa pembangunan ekonomi akan diikuti transisi demografi. Sedangkan aliran pengendalian penduduk beranggapan bahwa tanpa kesadaran dari masyarakat tentang pembatasan kelahiran, maka transisi demografi tidak akan terjadi. Indonesia melakukan ke dua pendekatan tersebut secara bersamaan, yaitu pembangunan


(56)

ekonomi dan program keluarga berencana pada masa pemerintahan orde baru antara tahun 1970 sampai pertengahan tahun 1990-an. Hasilnya Indonesia berhasil menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk sesuai dengan yang diharapkan. Namun demikian penurunan fertilitas tidak merata di semua daerah. Ada beberapa daerah telah mencapai penurunan fertilitas yang begitu rendah, seperti Jakarta yang memiliki TFR 2,04, Yogyakarta 1,85 pada tahun 199. Sumatera Utara sendiri pada tahun 2008 memiliki angka TFR sebesar 2,49 dan Deli Serdang 2,42 (BPS, 2010).

Ruang Lingkup hubungan antara pembangunan ekonomi dan sosial terhadap demografi dapat dilihat dalam gambar 2.5. Dari gambar tersebut terlihat dampak dari kondisi jumlah, komposisi, dan pertumbuhan penduduk pada berbagai kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Ini merupakan hubungan antara kotak I dan kotak II. Selanjutnya berbagai kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik memberikan dampak pada kondisi fertilitas, mortalitas, dan mobilitas (dari kotak II ke kotak III); yang kemudian perubahan pada kotak III ini akan menyebabkan perubahan pada kotak I, demikian seterusnya.

Gambar 2. 4 Hubungan Antara Sosial Ekonomi Dengan Demografi (sumber: Ananta dan Wongkaren, 1995)

Jumlah, komposisi, Pertumbuhan

penduduk

Ekonomi, sosial, budaya, politik

Fertilitas, mortalitas, mobilitas


(57)

Hubungan antara pendapatan dengan fertilitas dapat dijelaskan oleh H. Leibenstein (Hatmadji et al 2010), mempunyai anak dapat dilihat dari dua segi

ekonomi, yaitu segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan

untuk membesarkan dan merawat anak. Kegunaan anak adalah dalam hal memberikan kepuasan kepada orang tua, dapat memberi transfer ekonomi (misalnya memberikan kiriman uang kepada orang tua pada saat dibutuhkan), atau dapat membantu dalam kegiatan produksi misalnya membantu mengolah tanah pertanian. Anak juga dapat menjadi sumber yang dapat membantu kehidupan orang tua di masa depan (investasi). Sementara itu, pengeluaran untuk membesarkan anak merupakan biaya dari kepemilikan anak tersebut.

Apabila ada kenaikan pendapatan orang tua, maka aspirasi orang tua untuk mempunyai anak akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang lebih baik. Misalnya, dengan menyekolahkan anak setinggi mungkin, memberi makanan bergizi dengan jumlah yang cukup, memberikan kursus-kursus di luar jam sekolah, membawa ke tempat perawatan kesehatan yang lebih berkualitas. Hal ini berarti biaya untuk membesarkan dan merawat anak menjadi besar. Di pihak lain, kegunaan anak akan turun, sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan psikologis, akan tetapi balas jasa ekonominya menurun. Waktu yang diberikan oleh anak untuk membantu orang tua akan menurun karena anak-anak lebih lama berada di sekolah atau di kegiatan lain untuk kepentingan anak sendiri. Disamping itu, orang tua modern dengan penghasilan yang cukup juga tidak lagi tergantung dari sumbangan anak. Singkatnya, biaya membesarkan anak menjadi lebih besar daripada kegunaannya. Secara ekonomi, hal ini


(1)

Lampiran 31

Lampiran 32

Model Summary Model

b

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .602a .362 .287 .07448 .310

a. Predictors: (Constant), TFR, Industri b. Dependent Variable: g

Lampiran 33

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VI

1 (Constant) -.798 1.651 -.483 .635

Industri .163 .070 .614 2.312 .034 .532 1.879

TFR .095 1.447 .017 .065 .949 .532 1.879


(2)

Kuesioner

Dalam Rangka Penelitian Disertasi Dengan Judul

Analisis Perubahan Demografi dan Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Kabupaten Deli Serdang

Peneliti

Rujiman 058105024

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara


(3)

2010

Lampiran 34

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010 KUESIONER

ANALISIS PERUBAHAN DEMOGRAFI DAN TRANSFORMASI STRUKTURAL EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG A. Identitas Responden

1. Nama Responden :

……… 2. Alamat :

a. Desa : b. Kecamatan: c. Kabupaten:

3. Umur : ………..Tahun

4. Pendidikan : a. Tidak Tamat SD d. SLTA/Sederajat b. SD/Sederajat e. D-I, D-II, D-III c. SMP/Sederajat f. S1, S2

(Lingkari jawaban yang sesuai)

5. Pekerjaan Utama : a. Wiraswasta (sebutkan lapangan usahanya)

b. Usaha Kecil (sebutkan lapangan usahanya) c. Pegawai Negeri

d. Pegawai Swasta ( sebutkan lapangan usahanya)

6. Kriteria Pekerjaan a. Sektor Formal b. Sektor Informal


(4)

7. Pendapatan Utama a. Suami ………..(Rp./bulan)

b. Isteri ………..(Rp./bulan)

8. Pendapatan Tambahan:

………...(Rp./bulan) 9. Jumlah Anak Kandung

N o

Anak Kandung Umur Pekerjaan Pendapatan 1 2 3 4 5 6 ………. . ………. . ………. . ………. . ………. . ………. . ………. . ………. . ………. . ………. . ……….. . ……….. . ……….. . ……….. . ……….. . ……… . ……… . ……… . ……… . ……… .

B. Pengeluaran Konsumsi 1. Pengeluaran Konsumsi RT

Rp……….../bulan 2. Pengeluaran biaya perumahan (sewa + asuransi)

a. Sewa rumah Rp………..…/bulan b. Asuransi rumah Rp………..…/bulan c. Perawatan rumah Rp………..…/bulan

Jumlah

Rp……….../bulan 3. Pengeluaran biaya pemakaian listrik

Rp……….../bulan 4. Pengeluaran biaya pemakaian air PDAM

Rp……….../bulan 5. Pengeluaran biaya :


(5)

b. HP Rp……….../bulan Jumlah

Rp……….../bulan 6. Pengeluaran biaya pemakaian minyak/gas (kompor)

a. Minyak tanah Rp……….../bulan b. Gas Rp……….../bulan

Jumlah

Rp……….../bulan 7. Pengeluaran biaya kesehatan

a. Asuransi Ksesehatan Rp……….../bulan b. Asuransi Perawatan Rp……….../bulan c. Dan lain-lain Rp……….../bulan

Jumlah

Rp……….../bulan 8. Pengeluaran biaya pendidikan

(Biaya pendidikan anak, istri, suami dan keluarga a. Biaya buku Rp……….../bulan

b. Jajan Rp……….../bulan

c. Transportasi Rp……….../bulan d. Baju sekolah Rp……….../bulan e. Asuransi pendidikan Rp……….../bulan f. Uang sekolah (SPP) Rp……….../bulan

Jumlah

Rp……….../bulan 9. Pengeluaran biaya transportasi kerja (BBM)

Rp……….../bulan 10.Pengeluaran iuran social (STM, dll)

Rp……….../bulan 11.Pengeluaran untuk angsuran kredit

a. Mobil Rp……….../bulan b. Honda Rp……….../bulan c. TV Rp……….../bulan d. dan lain-lain Rp……….../bulan


(6)

Rp……….../bulan 12.Pengeluaran biaya prime asuransi

a. Jiwa Rp……….../bulan b. Kebakaran Rp……….../bulan c. Dan lain-lain Rp……….../bulan

Jumlah

Rp……….../bulan 13.Pengeluaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Rp……….../bulan 14.Retribusi sampah

a. Kebersihan Rp……….../bulan b. Keamanan Rp……….../bulan 15.Pengeluaran hari raya/tahun baru

(pakaian + kue) Jumlah

Rp……….../bulan Rp……….../bulan

16. Umur kawin Pertama ……….tahun

17. Apakah ibu mengikuti program KB? a. Ya b. Tidak 18. Dari mana ibu mendengar program KB?

19. Apakah keluarga ibu merupakan pendatang di kecamatan ini? 20. Kalau ya, sudah berapa lama?...bulan.