Indah Gita Cahyani BAB II

  komplikasi kehamilan seperti hiperetensi, diabetes, dan preeklamsi, komplikasi, waktu melahirkan, seta makrosomia (Suistyawati, 2010. Hal 108).

  b. Kebutuhan Energi Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan asupan energinya sebesar

  285 kkal perhari. Tambahan nergi ini bertujuan untuk memasok kebutuhan ibu dalam memenuhi kebutuhan janin. Pada trimester I kebutuhan energi meningkat untuk organogenesis atau pembentukan organ – organ penting janin, dan jumlah energi ini terus meningkat pada trimester II dan III untuk pertumbuhan janin.

  1) Protein Ibu mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak 68%. Widya karya pangan dan gizi nasional menganjurkan untukk menambah asupan protein menjadi 12% perhari atau 75 – 100 gram.

  Bahan pangan yang dijadikan sebagai sumber protein sebaiknya bahan pangan dengan nilai biologi yang tinggi, seperti daging yang tidak berlemak, ikan, telur, susu, dan hasil olahannya (Sulistyawati, 2010. Hal 108).

  2) Zat Besi Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat sebesar

  300% (1.040 mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama hamil melainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi dapat diberikan sejak 12 minggu ke 12 kehamilan sebesar 30-60gram setiap hari selama kehamilan dan enam minggu setelah kelahiran untuk mencegah anemia postpartum (Sulistyawati, 2010. Hal 108).

  3) Asam Folat Asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuahan sel, dan pembentukan heme. Apabila ibu kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anaemia megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat, dan selalu mengantuk. Jenis makanan yang mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli,sayur berdaun hijau (bayam, asparagus), kacang – kacangan (kacang kering, kacang kedelai). Sumber lain adalah ikan, daging, buah jeruk, dan telur. Widya karya pangan nasional menganjurkan untuk pemberian suplemen asam folat dengan besaran 280,660,dan 470 mikrogramuntuk trimester I, II,dan III. Asam folat sebaiknya diberikan 28 hari setelah ovulasi atau 28 hari pertama setelah kehamilan karena sumsum tulang belakang dan otak dibentuk pada minggu pertama kehamilan (Sulistyawati, 2010. Hal 109).

  4) Kalsium Metabolisme kalsium selama kehamilan mengalami perubahan yang sangat berarti. Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastis sebanyak 5%. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, dan beberapa bahan makanan nabati. Seperti syuran warna hijau tua dan lain-lain (Sulistyawati, 2010. Hal 109).

  c. Senam Hamil Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah, nafsu makna bertambah, pencernaan menjadi lebih baik dan tidur menjadi lebih nyenyak (Sulistyawati, 2010. Hal 111).

  d. Kebersihan Tubuh Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan sistem metabolisme mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang menempel dikulit meningkatkan kelembaban kulit dan memungkinkan menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme. Bagian tubuh lain yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah daerah vital, karena saat hamil terjadi pengeluaran sekret vagina yang berlebihan. Selain dengan mandi, mengganti celan dalam secret rutin minimal dua kali sehari sangat dianjurkan (Sulistyawati, 2010. Hal 118).

  e. Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering berkemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Sering buang air kecil merupakan keluhan yang umum dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Ini terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kandung kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan kandung kemih (Sulistyawati, 2010. Hal 119).

  f. Seksual Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit seperti berikut.

  1) Sering abortus dan kehamilan preterm 2) Perdarahan pervaginam 3) Koitus harus dilakukan dengan hati – hati pada minggu terakhir kehamilan 4) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin intrauteri.

  g. Sikap Tubuh yang baik (Body Mechanic) perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah lordosis karena tumpuan tubuh bergeser lebih kebelakang dibandingkan sikap tubuh ketika hamil. Keluhan yang sering terjadi pada perubahan ini adalah rasa pegal di punggung dan kram kaki ketika tidur malam hari.

  Hal yang harus diperhatikan : 1) Menggunakan sepatu dengan hak yang rendah / tanpa hak dan tidak terlalu sempit.

  2) Posisi tubuh saat mengangkat beban yaitu dalam keadaan tegak dan pastikan beban terfokus pada lengan. 3) Tidur dengan posisi kaki ditinggikan 4) Duduk dengan posisi punggung tegak 5) Menghindari duduk atau berdiri terlalu lama (ganti posisi secara bergantia untuk mengurangi ketegangan otot).

  7. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan dan cara mengatasinya

  

Tabel 1. Ketidaknyamanan pada kehamilan dan cara mengatasinya

No Ketidaknyamanan Cara Mengatasinya

  1 Sering buang air kecil.

  a. menjelaskan mengenai cara mengatasinya Trimester I dan II b. mengosongkan saat ada dorongan untuk kencing

  c. memperbanyak minum pada siang hari

  d. Jangan mengurangi minum untuk mencegah nokturia, kecuali jika nokturia sangat mengganggu tidur dimalam hari

  e. Membatasi minum kopi, teh, dan soda

  

2 Striae Gravidarum Menjelaskan bahwa ini adalah hal normal,

Tampak jelas pada bulan ke 6 menggunakan baju longgar untuk menopang payudara

  • – 7 dan abdomen.

  3 Hemoroid

  a. Meghindari konstipasi, dengan memakan

Timbul pada trimester II dan III makanan yang berserat tinggi dan banyak minum

b. Menggunakan kompres dingin atau hangat

  4 Kelelahan / Fatigue

  a. Meyakinkan bahwa ini normal pada awal Pada trimester I kehamilan b. Menganjurkan ibu untuk beristirahat

  5 Keputihan

  a. Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap Terjadi pada trimester I, II dan hari

  III

  b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap c. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan

  6 Keringat bertambah

  a. Memakai pakaian yang tipis dan longgar Secara perlahan terus b. Meningkatkan asupan cairan meningkat sampai akhir c. Mandi secara teratur kehamilan

  7 Sembelit

  a. Meningkatkan diet asupan cairan Trimester I dan III b. Istirahat cukup

  c. Senam hamil membiasakan buang air besar secara teratur d. Membuang air besar segera setelah ada

  No Ketidak nyamanan Cara mengatasinya

Dorongan

  c. Melakukan senam secara teratur

  d. Menghindari pakaian atau korslet yang ketat

  c. Senam untuk melancarkan peredaran darah

  b. Menghindari berdiri atau duduk terlalu lama

  18 Varises pada kaki Trimester II dan III a. Maninggikan kaki sewaktu berbaring

  17 Sakit punggu atas dan bawah Trimester II dan III a. Menggunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung

  g. Istirahat sesuai kebutuhan

  f. Menghindari gosok gigi setelah makan

  d. Menghindari makanan yang berminyak dan berbumbu e. Bangun dari tidur secara perlahan

  c. Duduk tegak pada setiap kali selesai makan

  b. Makan sedikit tapi sering

  16 Mual dan muntah Trimester I a. Menghindari bau atau faktor penyebabnya

  b. Menghindari berdiri terlalu lama dalal lingkungan yang hangat dan sesak c. Menghindari berbaring dalam posisi Terlentang

  15 Pusing / sinkop Trimester II dan III a. Bangun secara perlahan dari posisi istirahat

  d. Buang air besar secara teratur

  b. Mengunyah makanan secara sempurna

  8 Kram pada kaki Setelah usia kehamilan a. Mengurangi konsumsi susu

  14 Perut kembung Trimester II dan III a. Menghindari makan yang mengandung gas

  e. Tidur dengan kaki ditinggikan

  b. Menghindari makanan yang berlemak dan berbumbu tajam c. Menghindarai rokok, asap rokok, alkohol, dan

cokelat

d. Menghindari berbaring setelah makan

  a. Makan sedikit – sedikit tapi sering

  Mulai bertambah sejak trimester II dan bertambah semakin lamanya kehamilan. Hilang pada waktu persalinan

  12 Berdebar – debar Mulai akhir trimester I a. Menjelaskan bahwa hal ini normal dalam kehamilan

  e. Menggunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan di antara lutut sewaktu dalam posisi miring

  d. Menggunakan bantalan panas pada area yang terasa sakit hanya jika tidak terdapat kontraindikasi

  c. Mandi air hangat

  11 Nyeri ligamentum rotundum Trimester II dan III a. Memberikan penjelasan mengenai penyebab

nyeri

b. Menekuk lutut kearah abdomen

  b. Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik napas panjang

  10 Napas sesak Trimester II dan III a. Menjelaskan penyebab fisiologisnya

  9 Mengidam Trimester I a. Tidak perlu dikhawatirkan selama memenuhi kebutuhan

  b. Melatih dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot yang terkena c. Menggunakan penghangat untuk otot

  8. Pengawasan Antenatal Pengawasan antenatal dan posnatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakita dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan memberikan manfaat yang sangat besar bagi ibu dan janinnya , karena dapat memperkiraka dan mempersiapkan dalam persalinan.

  WHO Expert Committee on the Midwife in Maternity Care mengemukakan tujuan maternity care (Pelayanan Kebidanan) yaitu : a. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan saat persalinan b. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan

  c. Perawatan neonatus – bayi

  d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi Dalam pengertian yang lebih luas pelayanan kebidanan bertujuan untuk mempersiapkan dan meningkatkan kesehatan sebelum perkawinan dan memberi pengertian tentang konsep keluarga sebagai unit terkecil kehidupan, pengertian keluarga dalam kedudukan sosial budaya, meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, menanamkan pengertian tentang program keluarga berncana dan merencanakan keluarga ( Manuaba, 2010. Hal 110). Beberapa istilah dalam pelayanan kebidanan:

  1) Antenatal care : pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. 2) Prenatal care : pengawasan intensif sebelum kelahiran. 3) Antepartal care : pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada ibunya (Manuaba, 2010. Hal 111). Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah: a) Pemeriksaan pertama. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

  b) Pemeriksaan ulang : (1) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan (2) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan (3) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.

  c) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu.

  9. Tanda Dan Gejala kehamilan

  a. Tanda Presumtif 1) Amenorea ( tidak mendapat haid) 2) Mual dan Muntah ( Nausea dan vomitting) 3) Mengidam ( menginginkan makanan khusus) 4) Pingsaan 5) Tidak ada selera makan 6) Lelah (fatigue) 7) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri 8) Miksi sering 9) Konstipasi / obstipasi 10) Pigmentsi kulit.

  11) Epulis: hipertropi papila gingivalis. 12) Pemekaran vena – vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva, biasnya dijumpai pada triwulan akhir. b. Tanda – tanda kemungkinan Hamil 1) Perut membesar 2) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi rahim.

  3) Tanda Hegar: ditemukannya servic dan istmus uteri yang lunaka pada pemerikdaan bimanual pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu. 4) Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran venakarena peningkatan kadar esterogen. 5) Tanda piskacek : pembesaran dan pelunakan rahim kesalah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uteri. Biasanya tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu. 6) Kontraksi – kontraksi kecil jika dirangsang = braxton-hicks. 7) Teraba ballotemen 8) Reaksi kehamilan positif.

  c. Tanda pasti 1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian – bagian janin.

  2) Denyut jantung janin: (a) Didengar dengan stetoskop monoaural Laennec.

  (b) Dicatat dan didengar dengan alat doppler (c) Dicatat dengan feto – elektrokardiogram (d) Dilihat pada ultrasonografi 3) Terlihat tulang – tulang janin dalam foto rontgen

  10. Diagnosa Banding Kehamilan Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang menimbulkan keraguan dalam pemeriksaan.

  a. Hamil palsu ( pseudocyesis = kehamilan spuria): amenorea,perut membesar, mual, muntah, air susu keluar, bahkan wanita tersebut merasakan gerakan janin. Namun, pada pemeriksaan uterus tidak membesar, tanda – tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif.

  b. Mioma uteri. Perut dan rahim membesar, tetapi pada perabaan, rahim terasa padat, kadang kala berbenjol – benjol, tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda – tanda kehamilan lainnya.

  c. Kista ovarium. Perut membesar, bahkan makin bertambah besar, tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Rekasi kehamilan negatif, tanda – tanda kehamilan negatif.

  d. Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan kateter, keluar banyak urin.

  e. Hematometra. Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen imperforata, stenosis vagina atau servick.

  11. Pemeriksaan Diagnostik Kebidanan

  a. Tes urine kehamilan (Tes HCG) 1) Dilaksanakan seawal mungkin begitu diketahui ada amenore (satu minggu setelah koitus).

  2) Upayakan urine yang digunakan adalah urine pagi hari. b. Palpasi abdomen

  c. Pemeriksaan USG 1) Dilaksanakan sebagai salah satu diagnosis pasti kehamilan.

  2) Gambaran yang terlihat, yaitu adanya rangka janin dan kantong kehamilan.

  d. Pemeriksaan Rontgen 1) Merupakan salah satu alat untuk melakukan penegakan diagnosis pasti kehamilan.

  2) Terlihat gambaran kerangka janin, yaitu tengkorak dan tulang belakang. ( Sulistyawati. 2009. Hal 89 - 93).

  12. Penyulit yang menyertai kehamilan

  a. Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Penanganan perdarahan antepartum memerlukan perhatian karena dapat saling mempengaruhi dan merugikan janin dan ibunya (Manuab,.

  2010. Hal 247).

  1) Plasenta previa Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Manuaba, 2010. Hal 248).

  2) Solusio Plasenta Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester III (Manuaba, 2010. Hal. 254). 3) Perdarahan Pada Plasenta Letak Rendah

  Plasenta letak rendah diidentifikasi bila pada pemeriksaan dalam jari tangan yang dimasukan dapat mencapai tepi bawah plasenta (Manuaba, 2010. Hal. 260). 4) Perdarahan non-Kehamilan

  Perdarahan non kehamilan tidak akan membahayakan janin dalam rahim tetapi lebih memberatkan ibunya. Perdarahan yang terjadi dapat berlangsung sebelum kehamilan trimester ketiga (Manuaba, 2010. Hal 260).

  Tabel 2 diagnosa banding Nulipara dan Multipara.

  1. Perut tegang Perut longar, perut gantung, banyak striae

  2. Pusat menonjol Tidak begitu menonjol

  3. Rahim tegang Agak lunak

  4. Payudara tegang Kurang tegang dan tegantung, ada striae

  5. Labia mayora nampak bersatu Terbuka

  6. Hilmen koyak pada beberapa tempat Karunkula himenalis

  7. Vagina sempit dengan rugai yang utuh Lebih lebar, rugae kurang menonjol

  8. Servick licin, bulat, dan tidak dapat Bisa terbuka 1 jari kadang kala ada bekas dilaluai oleh 1 ujung jari robekan persalinan yang lalu

  9. Perineum utuh dan baik Bekas robekan atau episiotomi

  10. Pembukaan servik Mendatar sambil membuka hampir

  a. Servik mendatar dulu baru bersamaan 2 cm dalam 1 jam membuka

  11. Bagian terbawah janin turun 4-6 minggu Biasanya tidak terfiksasi pada PAP sampai terakhir kehamilan persalinan mulai

  12. Persalinan hampir selalu dengan Tidak episiotomi

  13. Hipertensi dalam Kehamilan Hipertensi adalah gangguan medis yang paling sering terjadi pada kehamilan. Hipertensi pada kehamilan biasanya dapat mengakibatkan kegawatan pada ibu. Karena ibu hamil dengan riwayat hipertensi atau hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan mempunyai resiko yang dapat membahayakan ibu dan janin.

  Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelaianan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nifas. Hipertensi yang muncul pada saat kehamilan adalah hipertensi akut karena hamya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. (Hutahaean, 2013,hal 209). American commite and maternal welfare mengklasifikasikan hipertensi kedalam beberapa tingkatan berikut.

  a. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan yaitu preeklamsia dan eklamsia. Diagnosis dibuat atas hippertensi dengan proteinuria atau edema atau kedua – duanya pada ibu hamil setelah minggu ke 20.

  b. Hipertensi yang kronis. Diagnosa dibuat karena adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensisebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap sampai kehamilan berakhir.

  c. Preeklamsia dan eklamsia yang terjadi atas dasar hipertensi kronik. Ibu dengan hipertensi kronik sering memperberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala – gejala hipertensi naik, proteinuria, edema, kelaianan retina.

  d. Transient hipertension. Diagnosis dibuat jika hipertensi timbul dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama masa nifas pada ibu yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari postpartum. Definisi lainnya tentang hipertensi adalah :

  1) Hipertensi Gestasional Didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu pasca persalinan. ( Joseph dan Nugroho. 2010. Hal 51).

  2) Preeeklamsia Kriteria minimum : tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,disertai dengan proteinuria ≥300mg/24 jam atau dipstick ≥ + 1 ( Joseph dan Nugroho.

  2010. Hal 51). 3) Eklamsia

  Preeklamsia yang disertai dengan kejang tonik-tonik disusul dengan koma ( Joseph dan Nugroho, 2010. Hal 51).

  4) Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklamsia Timbulnya proteinuria ≥ 300mg/24 jam pada wanita hamil yang sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20 minggu ( Joseph dan Nugroho, 2010. Hal 51).

  5) Hipertensi Kronik Ditemukan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan (Joseph dan Nugroho, 2010. Hal 51-52).

  14. Preeklampsia dalam Kehamilan

  a. Definisi Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi,oedema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul padatriwulan ke 3 kehamilan tetapi dapat timbul sebelumnya, misalnya pada Mola Hidatidosa (Marmi, dkk, 2010 hal 66). Menurut Prawirohardjo 2010 preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. Preeklamsia menurut Marmi dkk 2010 dibagi menjadi 2 golongan:

  1) Preeklamsia ringan

  a) Definisi Preeklamsia ringan adalah suatu sindroma spesifikasi kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan akttivasi endotel ( Prawirohardjo, 2010. Hal. 543).

  b) Diagnosis Diagnosis preeklamsia ringan ditegakan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/ edema setelah kehamilan 20 minggu ( Prawirohardjo, 2010. Hal. 543).

  (1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih (diukur pada posisi berbaring terlentang) atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang – kurangnya pada 2x pemeriksaan dengan jarak.

  (2) Proteinuria 0,3gr/lt atau 1+ atau 2+ (3) Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik >1 kg/mg

  2) Preeklamsia Berat

  a) Definisi Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan atekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik

  ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24 jam (Prawirohardjo, 2010. Hal. 545).

  b) Diagnosis (1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

  (2) Proteinuria, 5 gr/lt atau lebih (3) Oliguria (jumlah urine < 500 cc per 2 jam (4) Terdapat edema paru dan sianosis (5) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium ( Marmi, 2011. hal 68 ).

  3) Eklamsia

  a) Definisi Eklamsia merupakan serangan konvulsi yang biasanya terjadi pada kehamilan, tetapi tidak selalu komplikasi dari preeklamsia (Marmi. 2011. Hal 70). Eklamsia merupakan kasus pada penderita preeklamsia, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma Pada penderita preeklamsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala – gejala atau tanda – tanda yang khas, yang dapat diangkap sebagai tanda prodoma terjadinya kejang ( Prawirohardjo, 2010. Hal . 550).

  4) Etiologi/ Faktor Predisposisi

  a) Etiologi Penyebab preeklamsi sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. Namun preeklamsi sering terjadi pada primigravida, tuanya kehamilan, kehamilan ganda (Marmi, dkk. 2011, hal 69). Beberapa teori mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori – teori tersebut antara lain : peran prostasiklin dan tromboksan.

  Peran faktor imunologis. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivitas system komplemen pada preeklamsia/eklamsia. Peran faktor genetik/ familial. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklamsia/ eklamsia pada anak – anak dari ibu yang menderita preeklamsia/eklamsia. Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklamsia/ eklamsia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsiaa/eklamsia (Icemi dan Margharet, 2013. Hal : 170).

  Dalam eklamsia berat terdapat hipoksia serebral yang disebabkan spasme kuat dan oedema. Hipoksia serebral menunjukan kenaikan dystrytmia serebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi (Marmi, 2010. Hal. 70).

  b. Faktor Predisposisi 1) Molahidatidosa 2) Diabetes Mellitus 3) Kehamilan ganda 4) Hidrops fetalis 5) Obesitas 6) Umur yang lebih dari 35 tahun

  c. Faktor resiko preeklamsia 1) Primigravida 2) Riwayat preeklamsia 3) Tekanan darah yang yang meningkat pada awal kehamilan dan badan yang gemuk.

  4) Adanya riwayat preeklamsia pada keluarga. 5) Kehamilan ganda 6) Riwayat darah tinggi pada maternal

  7) Diabetes pregestasional 8) Sindrom antifosfolipid 9) Penyakit vascular atau jaringan ikat 10) Usia maternal yang lanjut > 35 tahun (Joseph dan Nugroho, 2010. Hal 54 – 55).

  5) Patofisiologi Mochtar (1999;199) menjelaskan bahwa pada preeklamsia terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriol glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriole sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi (Marmi, 2010. hal. 67).

  Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intestinal belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat desebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus (Marmi, 2010. hal. 67).

  6) Tanda Dan Gejala Biasanya tanda-tanda preeklamsia timbul dalam urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia ringna tidak ditemukan gejala-gejala subyektif.

  Pada preeklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul (Icemi dan Wahyu, 2012. Hal : 117).

  7) Penatalaksanaan Medis

  a. Preeklamsia Ringan 1) Pengelolaan rawat jalan:

  a) Tidak mutlak harus tirah baring

  b) Diet reguler : tidak perlu diet khusus

  c) Tidak perlu retriksi konsumsi garam

  d) Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum e) Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

  2) Pengelolaan rawat inap : Indikasi preeklamsia ringan dirawat inap :

  a) Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu

  b) Proteinuria menetap > 2 minggu

  c) Hasil tes laboratorium yang abnormal d) Adanya gejala atau 1 tanda atau lebih preeklamsia berat 3) Jika dirawat dirumah sakit

  a) Pada kehamilan preterm ( ≤ 37 minggu ) (1) Jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan ditunggu sampai aterm. (2) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawtan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan lebih dari 37 minggu.

  b) Pada kehamilan aterm ( ≥ 37 minggu) Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.

  b. Preeklamsia Berat 1) Segera rujuk kerumah sakit

  2) Tirah baring kekiri secara intermitten 3) Infus Ringer Laktat atau Ringert Dekstrose 5% 4) Pemberiaan anti kejang/ anti konvulsan magnesium sulfat

  (MgSO ) sebagai pencegahan dan terapi kejang. MgSO

  4

  4

  merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan eklamsia. B. Persalinan

  a. Definisi Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi ( janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan(Sulistyawati.2010.Hal.4).Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan Plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba. 2010. Hal 164).

  Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009. Hal 100). Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009. Hal 300).

  Jadi, persalinan adalah proses pengeluaran janin dan plasenta yang telah cukup bulan melalui jalan lahir maupun jalan lain baik dengan kekuatan sendiri maupun dengan bantuan.

  2. Sebab mulainya Persalinan

  a. Estrogen Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis ( Sulistyawati, 2010. Hal. 4).

  b. Progesteron Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim; menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin,dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi ( Sulistyawati, 2010. Hal. 4).

  Teori – teori tentang sebab mulainya persalinan : 1) Teori penurunan hormon

  Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan tegannya pembuluh darah dan menimbulkan his (Sulistyawati, 2010. Hal 5). 2) Teori plasenta menjadi tua

  Seiring matangnya kehamilan, vili chorialis dalam plasenta mengalami bebrapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus (Sulistyawati. 2010. Hal 5). 3) Teori Distensi Rahim a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu .

  b) Setelah melewati batas tersebut,akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

  c) Pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda , sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini ( Sulistyawati. 2010. Hal 5).

  4) Teori Iritasi Mekanis Dibelakang servik terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan ( misalnya oleh kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus (Sulistyawati, 2010. Hal 5).

  5) Teori Oksitosin

  a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior

  b) Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks (Sulistyawati, 2010. Hal 5)

  c) Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi dan akhirnya persalinan dimulai (Sulistyawati, 2010. Hal 5). 6) Teori Hipotalamus – Piuitary Dan Glandula Suprarenal a) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan b) Teori ini, menunjukan pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus (Sulistyawati, 2010. Hal 5). 7) Teori prostaglandin

  Prostatglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses persalinan (Sulistyawati, 2010. Hal 5). 8) Induksi persalinan

  Persalinan dapat juga ditimbulakan drngan jalan sebagai berikut : a) Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.

  b) Amniotomi tujuan merangsang fleksus frankenhauser

  c) Amniotomi pemecahan ketuban

  d) Oksitosin drip pemberian oksitosin menurut tetesan per infus (Sulistyawati, 2010. Hal 6).

  3. Tanda Masuk Dalam Persalinan

  a. Terjadinya His Persalinan Karakter dari his persalinan.

  1) Pinggang terasa sakit menjalar kedepan 2) Sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan makin besar 3) Terjadi perubahan pada serviks 4) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka kekuatannya bertambah (Sulistyawati, 2010.

  Hal 7).

  b. Pengeluaran Lendir Dan Darah Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan padaservik yang menimbulkan

  1) Pendataran dan Pembukaan 2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapt pada kanalis servikalis telepas.

  3) Terjadi perdarahan karena pembuluh darah pecah (Sulistyawati, 2010. Hal 7).

  c. Pengeluaran Cairan Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya slaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan berlangsung dalam 24 jam. Namun, ternyat tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu misalnya ekstraksi vacum atau sectio caesaria.

  d. Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu : 1) Kala I

  Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.

  2) Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir.

  Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada pada multi.

  3) Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

  4) Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

  4. Asuhan Persalinan Kala I

  a. Perubahan Fisiologis Kala I 1) Uterus

  Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umunya. Pada saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek secara progresif.

  Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi dan retraksi maka kavum uterus lama kelamaan menjadi semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke pelvik (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010. Hal. 65-64).

  2) Serviks Serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.

  a) Penipisan Serviks (Effacement) Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis.

  Disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan sehingga seolah – olah serviks tertarik keatas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah (retraction ring) mengikuti arah tarikan sehingga seolah – olah batas ini letaknya bergeser keatas. Panjangnya serviks pada akhir kehamilan normal berubah- ubah.

  b) Dilatasi Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement.

  Setelah serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot uterus keatas secara terus menerus saat uterus berkontraksi.

  Dialatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravagina . berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu

  (1) Fase Laten Berlangsung selama kurang lebih 8 jam.

  Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai diameter 3 cm.

  (2) Fase Aktif Dibagi dalam 3 fase : (a) Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm (b) Fase dialatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. (c) Fase Deselerasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10cm). Pembukaan lengkap artinya serviks dalam keadaan tak teraba dan diameter lubang serviks adalah 10 cm. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri eksternum membuka. Namun pada multigravida, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi pada waktu yang sama.

  3) Lendir Darah Pendataran dan dilatasi serviks melonggar membran dari daerah internal os dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau operculum. Terbebasnya lendir dari sumbatan ini menyebabkan terbentuknya tonjolan selaput ketuban yang teraba saat dilakukan pemeriksaan dalam. Pengeluaran lendir dan darah disebut “show” dan “bloody show” yang megindikasi telah dimulainya proses persalinan. 4) Ketuban

  Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketiak pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. 5) Tekanan Darah

  a) Tekanan darah akan meningkat selam kontraksi, disertai peningkatan sistol rata – rata 15-20 mmHg dan diastol rata-rata 5-10 mmHg.

  b) Pada waktu – waktu tertentu diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek tekanan darah selama interval kontraksi. c) Dengan mengubah posisi pasien dari terlentang ke posisi miring kiri, perubahan tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.

  d) Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.

  e) Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan preeklamsia). Cek parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan preekalmsi. Berikan perawatan dan obat – obat penunjang yang dapat merelaksasi pasien sebelum menegakan diagnosis akhir, jika preeklamsi tidak terbukti. 6) Metabolisme

  a) Selama persalianan, metabolisme aerob dan anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka.

  b) Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah jantung, dan cairan hilang. 7) Suhu Tubuh

  a) Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. b) Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 – 1derajat celcius dianggap normal, niali tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.

  c) Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dlam persalinan, namun bila persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat mengidikasikan dehidrasi sehingga parameter lain harus dicek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, penigkatan suhu tubuh mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini. 8) Detak Jantung

  a) Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.

  b) Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posis miring, bukan terlentang.

  c) Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan.

  d) Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan pengecekan parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.

  9) Pernapasan

  a) Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal selam persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.

  b) Hiperventilasi yang memanjang. 10) Perubahan Renal

  a) Poliuri sering terjadi selama persalinan

  b) Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahuia adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan menghambat penurunan bagian presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotoni kandung kemih dan retensi urine selama periode pasca persalinan.

  c) Sedikit proteinurine (+1). Lebih sering terjadi pada primipara, pasien yang mengalami anemia atau persalinannya lama.

  d) Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini mengindikasi preeklamsi.

  11) Gastrointestinal

  a) Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang.

  b) Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi. c) Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalianan.

  12) Hematologi

  a) Selama persalinan, waktu kaogulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut b) Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar kurang lebih 5 ribu/ul hingga jumlah rata-rata

  15 ribu/ul saat pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut.

  c) Gula darah menurun selama proses persalinan,dan menurun drastis pada persalinan yang lama dan sulit.

  b. Perubahan Fisiologis Kala II 1) Kontraksi dan dorongan otot – otot dinding uterus

  Pada kala II, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap 2 menit sekali dengan durasi > 40 detik, dan intensitas semakin lama semakin kuat. Karena biasanya pada tahap ini kepala janin sudah masuk sudah masuk dalam ruang panggul yang secara refleks menimbulkan rasa ingin meneran. Pasien merasakan adanya tekanan pada rektum dan merasa seperti ingin BAB (Sulistyawati, 2010. Hal 101).

  5. Preeklamsia dalam Persalinan

  a. Pemeriksaan Penunjang Dalam pemerikasan untuk memastikan preeklamsia di gunakan juga tes laboratorium:

  1) Urine untuk pemeriksaan protein urine, diikuti dengan tes urine 24 jam 2) Hemoglobin dan hematokrit 3) Hitung trombosit : jika trombosit < 100.000 sel/ml, programkan pemeriksaan koagulasi:

  (a) Fibrinogen (b) Produk pemecahan fibrin (c) PT (masa protrombin) (d) PTT (masa protrombin parsial)

  4) Tes fungsi hati

  b. Syarat pemberian MgSO :

  

4

  1) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit 2) Reflek patella (+) 3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir aau 0,5ml/kg

  BB/jam

  c. Penatalaksanaan Preeklampsia dalam persalinan

  Magnesium sulfat untuk preeklampsia dan eklampsi

  1. MgSO 4 4 gr IV sebagai larutan 20% selama 15 menit

  2. Diikuti dengan MgSO 4 (50%) 5 g IM dengan 1 ml lignokain 2% (dalam semprit yang sama)

  3. Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO 4

  b. Dosis pemeliharaan MgSO (50%) 5 g + lignokain 2%1 ml IM setiap 4 jam 4 Lanjutkan sampai 24 jam pascapersalinan atau kejang terakhir

  c. Sebelum pemberian MgSO 4 periksa

  1. Frekuensi pernapasan minimal 16/menit

  2. Reflek patella (+) 3. Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.

  d. Siapkan antidotum Jika terjadi henti napas

  1. Membantu dengan ventilator

2. memberi kalsium 2 g (20ml dalam larutan 10%) IV perlahan – lahan sampai pernafasan

mulai lahi

  Pemberian Diazepam pada preekalmsia atau eklampsia Pemberian intravena a. dosis awal 1. diazepam 10 mg I.V pelan – pelan 2 menit

  2. apabila kejang berulang berikan ualngi dosis

  b. dosis pemeliharaan 1. diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus 2. depresi pernapasan ibu mungkin akan terjadi kila >300/jam Pemberian melaui rektum a. apabila pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal,dengan dosis awal 20 mg dalam semprit b. apabila masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam c. dapat juga diberikan melalui kateter urin yang dimasukan kedalam rektum.

  1) Menyiapkan ampul asam glukonas 10% dalam 10 ml Antidotum : jika terjadi henti nafas : lakukan ventilasi (masker balin, ventilator), beri kalsium glukonas 1 gram (10 ml dalam larutan 10%) IV perlahan – lahan sampai pernafasan mulai lagi. 2) Anti hipertensi diberikan bila TD ≥ 180/110 atau MAP ≥ 126

  a) Obat : nifedipine : 10 – 20 mg per oral, diulangi setelah 20 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nifedipine tidak dibenarkan sublingual karena absorbsi yang terbaik melalui saluran pencernaan makanan.

  b) Tekanan darah diturunkan secar bertahan : penurunan awal 25 % dari tekan sistolik, tekanan darah diturunkan sampai : < 160/105 atau MAP <125.

  c) Diuretikum tidak dibenarkan secara rutin, hanya diberikan (misal furosemid 40mg IV)atas indikasi : edema paru,payah jantung kongestif, edema anasarka.

  Diet diberikan secara seimbang hindari protein dan kalori berlebihan (Joseph dan Nugroho. 2010. Hal 57)

  3) Penanganan Kejang Penanganan preeklamsia berat dan eklamsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia.

  a) Memberikan obat antikonvulsan

  b) Perlengkapan untuk penangan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen,oksigen) c) Melindungi pasien dari kemungkinan trauma

  d) Aspirasi mulut dan tenggorokan

  e) Membaringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi tingkat aspirasi.

  f) Memberi O

  2 4 – 6 Liter/menit (Buku Acuan Nasional

  Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009. Hal 212)

  4) Penanganan Umum

  a) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90 – 100 mmHg.

  b) Memasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >) c) Mengukur kesimbangan cairan , jangan sampai terjadi overload d) Kateterisasi urine untuk pengeluaran proteinuria dan volume e) Jika jumlah urin < 30 ml perjam :

  (1) Infus dipertahankan 11/ 8 jam

  (2) Memantau kemungkinan edema paru

  f) Jangan meninggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin g) Mengobservasi tanda – tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam.

  h) Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema paru i) Menilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside.