PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 3BULAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN LEBIH DARI 1 TAHUN DI BPM KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN Indah Cahyani Titik Kurniawati) )Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : abdi_husadayahoo

  

PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA PEMAKAIAN

KB SUNTIK 3BULAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN LEBIH DARI 1

TAHUN DI BPM KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

Indah Cahyani

Titik Kurniawati*)

  • *)Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang

    Korespondensi : abdi_husada@yahoo.co.id

    ABSTRAK

  Satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola

haids diantaranya adalah amenorrhea, menoragia, danmuncul bercak (spotting), terlambatnya

kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, peningkatan berat badan.

  DMPA adalah derivate 17 α hidroksi progesterone, dibuat dalam bentuk suspense cair.

Dosis yang lazim dipakai adalah 150 mg diberikan secara suntikan intramuskuler setiap 3 bulan.

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting digunakan sebagai ukuran laju

pertumbuhan fisik, disamping itu digunakan sebagai ukuran perhitungan dosis obat dan makanan

yang menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.

  Penelitian ini termasuk kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan pada

akseptor KB. Rancangan yang digunakan adalah pretest-postest design dengan uji analisanya

univariat dan bivariat. Dalam penelitian ini populasi sebanyak 669 orang dan sampelnya sebanyak

87 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling.

  Hasil penelitian menunjukkan berat badan sebelum dan selama memakai KB suntik 3

bulan paling banyak adalah berat badan naik sebesar 48 orang (55,2%), berat badan tetap 20 orang

(23,0%), dan berat badan turun sebesar 19 orang (21,8). Berdasarkan hasil uji statistik t-test

didapatkan hasilt= -7,749 dan t-hitung sebesar 0,000, sehingga Ha ditolak Ho diterima. Maka

dapat disimpulkan ada perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3

bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM NY. Triyatmi Desa Tambirejo

Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi.

  Saran yang dapat disampaikan kepada akseptor KB suntik untuk dapat memanfaatkan

fasilitas serta sarana prasarana yang diberikan oleh petugas kesehatan, tanpa harus khawatir secara

berlebihan terhadap efek samping yang dapat ditimbulkan dari alat kontrasepsi KB seperti

perbedaan berat badan baik sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan.

  PENDAHULUAN

  Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh Negara berkembang, seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (Hartanto, 2004).

  Visi Keluarga Berencana Nasional adalah “keluarga berkualitas”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Sarwono, 2006).

  Permasalahan Kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi : IUD, Suntik, pil, kontap, implant, kondom. (BKKBN, 2004). Salah satu kontrasepsi yang popular di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Nerotisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesterone Acetat (DMPA) dan Cyclofem.

  Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola menstruasi diantaranya adalah amenorrhea, menoragia, dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, peningkatan berat badan (Saifuddin, 2006). Sedangkan kelebihanya itu sendiri yaitu sangat efektif, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak berpengaruh terhadap ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik (Saifuddin, AB, dkk, 2003)

  Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Hipotesa para ahli DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih daripada biasanya. Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan (Hartanto, 2004).

  Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011 tercatat PUS sebanyak 45.905.815 (75,96%) akseptor, dan jumlah akseptor KB aktif sejumlah 34.712.387 (75,61%) akseptor dengan perincian sebagai berikut. Penggunaan Implant sebanyak 3.077.417 (8,82%) akseptor, suntik 16.203.882 (46,47%) akseptor, pil 9.000.384 (25,81%) akseptor, IUD 3.933.631 (11,28%) akseptor, MOW 1.216.355

  Di Jawa Tengah peserta KB aktif tahun 2011, tercatat jumlah akseptor KB aktif sebanyak 1.087.138. Dengan rincian yaitu peserta KB

  IUD sebanyak 80.140 (134,23%) jiwa, peserta KB MOW sebanyak 22.144 (121,07%) jiwa, peserta KB MOP 3.207 (81,70%) jiwa, KB Kondom 67.103 (128,40%) jiwa, peserta KB Implant 126.377 (121,30%) jiwa, peserta KB suntik 594.283 (102,50%) jiwa, peserta KB PIL 193.884 (99,89%) jiwa (BKKBN, 2011).

  Di Kabupaten Grobogan peserta KB aktif pada akhir bulan Agustus tahun 2012, tercatat jumlah akseptor KB aktif sebanyak 227.819 jiwa. Dengan rincian yaitu peserta KB IUD sebanyak 9.601 (4,21%) jiwa, peserta KB MOW sebanyak 11.131 (4,89%) jiwa, peserta KB MOP 298 (0,13%) jiwa, KB Kondom 2.304 (1.01%) jiwa, peserta KB Implant 15.375 (6,75%) jiwa, peserta KB suntik 155.273 (68,16%) jiwa, peserta KB PIL 33.837 (14,85%) jiwa (BKKBN, 2012).

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Toroh pada akhir bulan September 2012 tercatat PUS sebanyak 23.868 jiwa dan jumlah akseptor KB aktif 4.978 (20,85%). Dengan rincian yaitu peserta KB Pil sejumlah 1.722 (7,21%) jiwa, KB suntik sejumlah 1.596 (6,68%) jiwa, KB IUD sejumlah 635 (2,66%) jiwa, KB MOW sejumlah 617 (2,58%) jiwa, KB implant sejumlah 349 (1,46%) jiwa, KB Kondom sejumlah 52 (0,21%) dan KB MOP sejumlah 7 (0,02%).

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ny. Triyatmi, S.SiT, Kelurahan Tambirejo Kecamatan Toroh pada tahun 2012 menunjukkan bahwa peserta KB aktif sejumlah 1380 (89,90%) peserta dengan rincian yaitu peserta KB suntik sejumlah 950 (61,88%) jiwa, KB pil sejumlah 320 (20,84%) jiwa, KB implant sejumlah 40 (2,60%) jiwa, KB MOW sejumlah 40 (2,60%) jiwa, KB IUD sejumlah 25 (1,62%) jiwa, dan KB Kondom sejumlah 5 (0,32%) jiwa.

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ny. Triyatmi, S.SiT tahun 2012, tercatat PUS sebanyak 1055 jiwa dan jumlah akseptor KB aktif sejumlah 885 peserta dengan rincian yaitu peserta KB suntik 3 bulan sejumlah 765 (72%) jiwa dan KB suntik 1 bulan sejumlah 35 (3,31%) jiwa, KB pil sejumlah 40 (3,79%) jiwa, KB implant sejumlah 20 (1,89%) jiwa, KB IUD sejumlah 20 (1,89%) jiwa, dan KB Kondom sejumlah 5 (0,47%) jiwa.

  Dari hasil studi pendahuluan 10 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPM Ny. Triyatmi, S.SiT, 6 orang mengalami peningkatan berat badan,sebesar 1-2 kg selama pemakaian 1 tahun terakhir, 2 orang berat badan tetap selama pemakaian dan 2 orang cenderung menurun sebesar 1 kg selama pemakaian lebih dari 1 tahun.

  Berdasarkan fenomena – fenomena di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Perbedaan Berat Badan Sebelum Dan Selama Menggunakan KB Suntik 3 Bulan di BPM Ny. Triyatmi.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan rancangan pretest-postest design. Jenis penelitiannya Quasi experiment. Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik dengan penggunaan > 1 tahun sebanyak 669 jiwa.Sampelnya 87 responden. teknik pengambilan sampelnya simple random sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Frekuensi Prosentase (%) Kurang Normal

  Lebih Obesitas

  Kriteria Berat Badan

  Total 87 100 Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu 39 responden (44,8%)

  19 11,5 44,8 21,8 21,8

  19

  39

  10

  Frekuensi Prosentase (%) Kurang Normal

  Lebih Obesitas

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berat badan responden sebelum memakai KB suntik 3 bulan dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 1 tabel berat badan responden sebelum memakai KB suntik 3 bulan

  Total 87 100 Tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu 41 responden (47,1%) Tabel 2 Tabel Berat Badan Responden Selama Memakai KB Suntik 3 Bulan

  17 12,6 47,1 20,7 19,5

  18

  41

  11

  Kriteria Berat Badan Tabel 3 Tabel Berat Badan Responden Sebelum Dan Selama Memakai KB Suntik 3 Bulan kriteria berat Frekuensi Prosentase (%) badan

  Naik

  48

  55.2 Tetap

  20

  23.0 Turun

  19

  21.8 Total 87 100 Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai kriteria berat badan naik yaitu 48 responden (55,2%)

  Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara variabel bebas (berat badan sebelum memakai KB suntik 3 bulan) dengan variabel terikat (berat badan selama memakai KB suntik 3 bulan). Dalam penelitian yang peneliti lakukan di BPM NY. Triyatmi, S.SiT Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi di dapat hasilnya sebagai berikut :

  Tabel. 4 Perbedaan Berat Badan Sebelum Dan Selama Pemakaian KB Suntik 3 Bulan Dengan Lama Pemakaian Lebih Dari 1 Tahun Di BPM.

  Ny. Triyatmi Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi.

  Paired samples test

  t Sig. (2-tailed) Sebelum – selama -7.749 .000 Berdasarkan tabel diatas, hasil uji-t didapatkan nilai t = - 7,749 dan t-hitung sebesar P value: 0,000 sehingga ha diterima h0 ditolak berarti ada perbedaan berat badan sebelum dan selama memakai kb suntik 3 bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM. Ny. Triyatmi Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi.

A. PEMBAHASAN

  Penelitian tentang perbedaan berat badan sebelum dan selama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM Ny. Triyatmi, S.SiT Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi, diperoleh hasil berupa adanya perubahan berat badan sebelum dan selama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM Ny. Triyatmi, S.SiT Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi.

1. Analisa univariat

a. Berat Badan Sebelum Memakai KB Suntik 3 Bulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada tabel tentang distribusi frekuensi berat badan responden sebelum memakai KB suntik 3 bulan dari ke 87 responden tersebut setelah diolah dan dianalisis secara univariat di dapatkan hasil yaitu

  (47,1%), berat badan kurang sebesar 11 responden (12,6%), berat badan lebih 18 responden (20,7%), dan obesitas sebesar 17 responden (19,5%).

  Sesuai teori National Center For Chronic Disease

  Prevention And Health Promotion mendefinisikan kelebihan berat

  badan sebagai berlebihnya berat badan dalam hubungannya dengan tinggi badan. Dengan menggunakan IMT (Indek Masa Tubuh) yang merupakan prediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya di rekomendasikan federal untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas.

  Perhitungan indeks masa tubuh dibagi menjadi 2 cara, sebagai berikut:

  IMT =

  IMT = Klasifikasi indeks massa tubuh adalah sebagai berikut :

  2

  a. Berat badan kurang = IMT < 18,5 kg/m

  2

  b. Berat badan normal = IMT 18,5 – 24,9 kg/m

  2

  c. Berat badan lebih= IMT 25 – 29,9 kg/m

  2

  d. Obesitas = IMT 30 – 34,9 kg/m Responden dalam penelitian ini rata – rata memiliki berat badan normal yaitu sebesar 41 responden (47,1%)

b. Berat Badan Selama Memakai KB Suntik 3 Bulan

  Berat badan sebagian responden naik sebanyak 41 responden, hal ini sesuai dengan teori Hartanto 2003 bahwa umumnya pertumbuhan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.

  Tampaknya pertambahan berat badan ini terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan.

  Hipotesa para ahli, DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan dihipothalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Dan menurut Glasier 2005, bahwa pertambahan berat badan ringan sering terjadi kemudian menjadi stabil setelah pemakaian dilanjutkan tetapi sejumlah kecil wanita terus mengalami pertambahan berat badan moderat selama mereka memakai kontrasepsi tersebut. Mekanisme utama tampaknya adalah peningkatan nafsu makan disertai peningkatan penimbunan simpanan lemak.

2. Analisa bivariat

  Perbedaan berat badan sebelum dan selama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun, berdasarkan tabel bahwa t-hitung sebesar 0,000 dan t-tabel -7,749 ini menunjukan bahwa t-hitung lebih besar t-tabel berarti ha diterima h0 ditolak berarti ada perbedaan berat badan sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan.

  Sesuai dengan teori Hartanto 2003 bahwa pada umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 – 5 kg dalam tahun pertama. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak dalam tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli, kontrasepsi suntikan dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.

  Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa jika KB suntik memungkinkan terjadinya peningkatan berat badan yang berlebih, maka sebaiknya akseptor KB suntik mencoba (beralih) menggunakan alat kontrasepsi lainnya seperti IUD/AKDR, MOW dan implant.

  Sehingga hasil yang diinginkan dapat sesuai dengan yang diharapkan.

  Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

  SIMPULAN

  1. Berat badan sebelum memakai KB suntik 3 bulan menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu sebesar 41 responden (47,1%). Berat badan ibu selama memakai KB suntik 3 bulan menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu sebesar 39 responden (44,8%). Berat badan responden sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai kriteria berat badan naik yaitu sebesar 48 responden (55,2%). Ada perbedaan berat badan sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 Tahun Di BPM. Ny. Triyatmi Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi dimana p value = 0,000 yang berarti (p < =0,05).Sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 (53,3%) responden lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengetahuan cukup.

DAFTAR PUSTAKA

  Alimul, A. 2007. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika.

  ANWAR, m. 2001. Teknologi kontrasepsi. Yogyakarta: gajah mada University Press. Baziad, ali. 2002. Kontrasepsi hormonal. Jakarta: ybp – sp BKKBN. 2004. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan Program dan Kegiatan tahun 2005-2009. Jakarta: BKKBN.

  BKKBN. 2007. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta. Cunningham, gary dkk. 2005. Obstetric Williams ediai 21. Jakarta : EGC Everett, Suzanne. 2007. Buku saku kontrasepsi dan kesehatan sksual reproduksi. Jakarta : EGC.

  Glasier, A. 2005. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC.

  Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

  Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

  Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan. Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

  Manuaba. I.B. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.

  Jakarta: EGC. Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

  Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : rineka cipta Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

  Notoatmodjo. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta : rineka cipta Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta :

  Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

  Prawirohardjo : Jakarta Pustaka Sinar Harapan Saifuddin. 2003. Buku Panduan bina pustaka sarwono prawirihardjo. Jakarta Saifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternaldan

  Neonatal.Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohadjo Speroff, L.2003.pedoman klinis kontrasepsi. Jakarta: EGC

  Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013

  Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI KABUPATEN DEMAK Ida Sri Wahyuningsih Sri EndangWahyuningsih) )Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : Sriendangwahyuningsihyahoo.com ABSTRAK - HUBUNGAN POLA

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEIKUTSERTAAN BALITA DALAM POSYANDU BALITA DI KELURAHAN GEBANGSARI KOTA SEMARANG

0 0 10

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE PADA WANITA PRA MENOPAUSE DI DESA GOTPUTUK KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DENGAN KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN SAMPAI DENGAN K4 DI KABUPATEN PATI Lingga Kurniati) ) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : lingga_mid04yahoo.com ABSTRAK - HUBUNG

1 1 17

Korespondensi : ibi_jatengyahoo.co.id ABSTRAK - HUBUNGAN INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP ANAK REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI KOTA SEMARANG

0 0 10

HUBUNGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN MORBIDITAS PADA BAYI UMUR 7-12 BULAN DI KOTA SEMARANG HIMMATUL FITRIYAH TITIK SULISTYAWATI ) ) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : titiksadiyahoo.com ABSTRAK - HUBUNGAN STATUS PEMB

0 0 16

HUBUNGAN PROMOSI KESEHATAN TENTANG SENAM LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA MENGIKUTI SENAM LANSIA YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG Tatik Indrawati) Rusmalia Dewi )Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi: tatikindrawatiy

0 0 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG GIZI DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI BPM Ny. NUR AENI FARIDA KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

0 1 10

PERBEDAAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KB SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN KB DI BPM KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

0 0 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI TETANUS TOKSOID DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS ROWOSARI KOTA SEMARANG

0 0 13