BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Down Syndrome - BAB II ADY PURNOMO TI'17

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Down Syndrome Menurut Gunarhadi (2005) kata “Down Syndrome” adalah alih bahasa Indonesia dari bahasa Inggris Down Syndrome. Kelainan ini pertama kali

  diketahui Seguin dalam tahun 1844. Down adalah seorang dokter dari Inggris yang nama lengkapnya adalah Langdon Haydon Down. Pada tahun 1866 ia menindaklanjuti pemahaman kelainan yang pernah dikemukakan oleh Seguin tersebut melalui penelitian. Dalam penelitiannya ia menguraikan tanda-tanda kliis kelainan aneuploidi pada manusia. Seorang individu aneuploidi memeliki kekurangan atau kelebihan di dalam sel tubuhnya. Jenis aneuploidi sebagai penyimpangan kromosom tersebut ia namakan Trisomi 21. Yang berarti kromosom no 21 memiliki tiga genom. Kondisi pada manusia yang diakibatkan oleh penyimpangan kromosom jenis Trisomi 21 diberi istilah idiot mongoloid atau mongolisme. Diberi nama demikian, karena kondisi individual dengan

  Trisomi 21 dianggap memiliki ciri-ciri wajah yang menyerupai orang oriental.

  Sebaliknya orang Asia menganggap kondisi ini menyerupai orang-orang Eropa. Namun sekarang kondisi yang demikian itu dinyatakan sebagai Down Syndrome.

  Trisomi 21 yang terdapat pada sel tubuh anak Down Syndrome mengakibatkan

  berbagai ciri sehingga anak tersebut berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya.

  Ciri-ciri anak dengan Down Syndrome bisa berupa tanda-tanda secara fisik maupun tanda-tanda secara perkembangan.Secara fisik, anak dengan Down

  Syndrome memiliki tanda-tanda yang sama meskipun kadar dan kombinasinya berbeda antar seorang individu dengan individu Down Syndrome lainnya.

  Seorang anak Down Syndrome mungkin saja memiliki berbagai tanda seperti ini semenjak lahir, dan hampir semua tanda tersebut berkaitan dengan ciri-ciri fisik dan gerak. Beberapa karakteristik anak dengan Down Syndrome adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan otot lemah.

  Bayi dengan Down Syndrome memiliki kekuatan otot yang lemah. Otot- ototnya begitu kendur sehingga kepala dan bagian tubuhnya menjadi lunglai.

  3 Lengan dan kakinya lemas dan mudah digerakan. Karena lemahnya kekuatan otot, gerak reflek tertentu yang menunjukan kekuatan menjadi tidak tampak. Kekuatan otot yang lemah berdampak terhadap lambannya gerak daya kekuatan 2. Ciri-ciri kepala.

  Bayi yang mengalami Down Syndrome memiliki tampilan yang sangat khas. Kadang-kadang ada bayi yang kepalanya sedikit lebih kecil dari pada umumnya. Ada juga yang lehernya lebih pendek dibanding leher bayi lainnya. Lipatan atau kerutan kulit bayi mudah terlihat dibagian punggung dan juga di lehernya segera setelah bayi itu lahir. Bayi-bayi pada umumnya memang memiliki ubun-ubun yang sangat lunak, akan tetapi bayi yang lahir dengan Down Syndrome memiliki lingkaran ubun-ubun yang lebih besar, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama proses perkembangan penutupannya. Kerutan-kerutan kulit dan ubun-ubun yang sangat lunak akan dengan sendirinya hilang seiring bertambahnya usia bayi tersebut.

3. Ciri-ciri wajah

  Sebagian besar anak Down Syndrome memiliki muka datar dan lebih kecil dibanding anak-anak lain pada umumnya. Lubang mata agak miring ke atas, jarak antara kedua mata sangat jauh, terdapat banyak lipatan keriput kulit di kelopak mata yang dikenal dengan sebutan lipatan epikantal. Di tepian luar iris kedua matanya terdapat bercak putih yang dikenal dengan nama bercak

  brushfield . Bercak tersebut tampak tetapi tidak mengganggu atau mengurangi

  ketajaman penglihatan. Karena muka datar hidungnya tampak kecil dan pesek sehingga saluran lubang hidung menjadi lebih sempit. Hal ini menyebabkan anak menjadi mudah terganggu pernafasan hidungnya seperti pilek dan lebih sering tersumbat. Beberapa bayi yang lahir dengan Down Syndrome memiliki lubang mulut yang lebih sempit dan mulut bagian atas cenderung turun sehingga bibir atas cenderung lebih datar dibanding bibir bawah. Ujung lidah lebih besar cenderung mendesak mulut sehingga mulut lebih sering terbuka. Daun telinga lebih kecil, terkadang bentuknya aneh, terletak agak sedikit ke bawah bagian kepala. Saluran pada lubang telinga yang cenderung lebih sempit sering menyulitkan dilakukannya pemeriksaan cairan apabila terjadi infeksi pada

  4 telinga. Bayi yang mengalami Down Syndrome memiliki pola pertmbuhan gigi tersendiri. Kekhasan pertumbuhan gigi dapat terjadi misalnya, gigi tidak muncul, serta warna email yang berbeda dengan gigi pada anak-anak usia balita lainnya. Ciri-ciri tangan dan kaki.

  Sejalan dengan tumbuh kembangnya anak Down Syndrome menampakan bahwa jari-jari tangan dan jari-jari kakinya sedikit lebih kecil, sedikit lebih pendek dan tumpul dibanding tangan dan kaki anak-anak lain. Jari tangan yang ke-5 yaitu jari kelingking terkadang menekuk ke dalam. Antara ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki terdapat ruang yang agak lebar. Garis-garis tangan dan kaki berbeda dengan garis-garis tangan dan garis-garis kaki anak-anak lain. Hal ini disebabkan terdapatnya kekhasan garis yang disebut Simean Crease. Kekhasan tersebut terlihat karena telapak tangannya hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja.

  Penyimpangan kromosom Trisomi 21 menyebabkan ciri-ciri fisik dan perkembangan anak Down Syndrome sebagai berikut : a.

  Penyakit jantung bawaan b.

  Gangguan mental c. Tubuh kecil d.

  Kekuatan otot lemah (Hipotonia) e. Kelenturan yang tinggi pada persendian f. Bercak pada iris mata (Brushfield Spots) g.

  Posisi mata miring ke atas h. Adanya lipatan ekstra pada sudut mata (Ephicanthal Folds) i. Lubang mulut kecil sehingga lidah cenderung menekuk j. Tangan pendek tetapi lebar dengan lipatan tunggal pada telapak tangan

  (Simian Crease) k. Jarak lebar antara ibu jari dengan jari-jari lainnya.

  Munculnya tanda-tanda dan kadar ciri-ciri tersebut di atas beragam pada masing-masing anak Down Syndrome. Selain ciri-ciri di atas masih banyak lagi ciri-ciri yang menandakan seorang anak mengalami Down Syndrome. Akan tetapi perlu diketahui juga bahwa ada beberapa ciri di atas yang mungkin terdapat pada anak yang tidak mengalami Down Syndrome.

  5 Selain ciri-ciri seperti tersebut di atas, Aciardi menyebutkan 20% jenis

  Trisomi 21 meninggal dalam kandungan. Bayi Down Syndrome yang baru lahir

  pada umumnya memiliki bobot rendah, yaitu 20% di antaranya dengan bobot dengan 20 tahun, akan tetapi banyak juga yg hidup mencapai lebih dari usia menengah .

B. Model Terapi

  Menurut Gunarhadi (2005) setiap anak Down Syndrome pada dasarnya memiliki kekuatan dan kelemahan atau kemampuan dan ketidakmampuan yang bersifat priabadi sebagai dampak dari Down Syndrome.

  Identifikasi secara seksama dan teliti kebutuhan khusus masing-masing anak adalah sangat penting dilakukan baik oleh orangtua ataupun tenaga profesional, karena kebutuhan khusus tersebut akan dijadikan dasar penyusuna program intervensi. Langkah-langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus sebagai berikut: 1.

  Amatilah anak dengan cermat menilai apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya dalam tiap bidang perkembangan.

  2. Perhatikan apa-apa yang baru mulai dilakukannya atau yang masih sulit baginya.

  3. Tentukan kecakapan baru apa yang dibutuhkan anak atau perbuatan apa yang harus didorong untuk membantu anak.

  4. Bagilah tiap-tiap kecakapan baru yang dibutuhkan anak menjadi langkah- langkah kecil berupa aktivitas-aktivitas yang dapat dipelajari oleh anak.

  Kegiatan identifikasi dapat dilakukan oleh orangtua yang sudah terlatih atau oleh kader posyandu terdekat. Kegiatan identifikasi juga dapat dilakukan oleh profesional seperti ortopedagoog (guru pendidikan luar biasa), psikolog, dokter, fisioterapis, dll.

  Istilah “intervensi” dimaksudkan untuk usaha bantuan atau bombingan atau pembinaan yang diberikan kepada anak Down Syndrome. Yaitu sebuah istilah sebagai pengganti kata “terapi” dan “pengobatan” guna menghindari pengertian medis dan menekankan ia merupakan bantuan, bukan penyembuhan.

  6 Intervensi anak Down Syndrome umumnya meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan pendidikan khusus kegiatan fisioterapi umumnya berhubungan dengan persoalan postur dan gerak serta latihan ketrampilannya, dan tangan serta sejumlah ketrampilan akademik dini.

  Kegiatan terapi wicara menekankan latihan komunikasi, sedang pendidikan khusus merupakan pendidikan yang membantu anak-anak belajar dalam bidang- bidang akademik, seperti ketrampilan akademik permulaan yang dapat mendasari ketrampilan membaca, menulis dan menghitung serta membantu memajukan ketrampilan yang membutuhkan konsentrasi menanamkan kebiasaan bekerja pada anak-anak sejak usia dini.

  Kegiatan intervensi anak Down Syndrome umumnya dilakukan oleh tenaga profesional seperti ahli fisioterapi, ahli terpai okupasi, ahli terapi wicara, dan

  ortopedagoog . Namun demikian mengingat jumlah tenaga profesional di

  Indonesia sampai sekarang masih sangat terbatas, maka keluarga khususnya orangtua dapat saja melakukan kegiatan intervensi bagi anak Down Syndrome. Ada 3 hal utama dalam memberikan intervensi anak Down Syndrome di lingkungan keluarga yaitu : a.

  Bantulah anak mengembangkan kemampuan fisik dan mentalnya.

  b.

  Lindungilah anak dari penyakit menular.

  c.

  Cegahlah atau koreksilah adanya kecacatan.

  Ketiga program intervensi tersebut di atas merupakan program prioritas di awal-awal kehidupan anak Down Syndrome.

C. Perkembangan Anak

  Menurut Gunarhadi (2005) perkembangan anak menjadi pertimbangan penting bagi para pendidik dalam melayani pendidikan bagi peserta didiknya. Para pendidik akan selalu memperhatikan aspek perkembangan anak baik fisik, kognisi, emosi, maupun sosial lingkungan budayanya.

  Dalam memberikan layanan kepada anak, para pendidik akan mendasarkan strateginya kepada teori-teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh teori perkembangan anak adalah John Locke dan Jean Jacques Rousceau. Keduanya

  7 berbeda pendapat dalam menyoroti hakekat anak dan perkembangannya. Jhon Locke beransumsi bahwa anak adalah ibarat kertas kosong (tabula rasa) yang akan diukir siapa saja tergantung kepada pengukirnya. Jean Jacques Rouscesu, kenyataan. Namun demikian kedua-duanya merupakan penyediaan lingkungan yang kondusif sehingga perkembangan anak terkompas pada arah yang baik.

  Dari kedua tokoh sentral tersebut muncul tokoh pembaharu pendidikan yang mengimplementasikan teori-teorinya kedalam praktek pendidikan. Para pembaharu pendidikan memandang perkembangan anak melalui biologis, psikoanalitik, behaviorisme, kognitif, dan konstektual. Teori biologis memandang perkembangan anak dari dimensi perubahan struktrur tubuh dan kemampuan-kemampuan yang bersifat genetik (potensi bawaan). Psikonalitik memandang perkembangan anak dari segi perubahan menuju kematangan seseorang. Behaviorisme, sebaliknya melihat perkembangan anak karena faktor pengaruh lingkungan. Teori kognitif yang berpandangan senada dengan teori biologis lebih menitikberatkan cara atau proses berfikir anak dalam membangun pengertian dalam diri sendiri tentang lingkungannya. Sedangkan teori konstektual beransumsi bahwa perkembangan anak dan perkembangan sosial budaya saling pengaruh mempengaruhi. Perubahan perilaku anak akan berpengaruh terhadap perubahan sosial, demikian juga sebaliknya.

  Perubahan dalam menerapkan asumsi mereka tentang perkembangan anak tidak lepas dari aspek-aspek perkembangan anak itu sendiri. Aspek itu antara lain adalah : 1. Perkembangan fisik (struktur tubuh)

  Perkembangan fisik akan berpengaruh terhadapperubahan psikologis anak semenjak sebelum lahir sampai dewasa. Perkembangan fisik anak dapat dipantau melalui perkembangan prenatal, perkembangan postnatal.

  a.

  Perkembangan Prenatal Perkembangan prenatal adalah perkembangan bayi dalam kandungan ibu. Perkembangan ini dimulai dari sejak terjadinya konsepsi/ pembuahan sampai dilahirkan bayi tersebut. Dalam periode perkembangan ini peran genetik sangat besar dalam membentuk pola fisik dan potensi kehidupan

  8 selanjutnya, karena gen dalam kromosom merupakan bahan utama pembentukan kehidupan manusia.

  b.

  Perkembangan Postnatal dari berbagai segi : 1)

  Berat Badan Tingkat kesehatan anak dapat diketahui melalui perkembangan berat badan. Berat badan bayi di bawah normal menunjukan kondisi kesehatan bayi tersebut rendah. Sebaliknya, jika berat badan bayi menunjukan kisaran pola normal, bayi tersebut dikatakan sehat.

  2) Panjang Badan

  Panjang badan diukur dari kepala, badan sampai kaki. Organ tubuh bayi akan berkembang proposional sampai dewasa. Danis & Retno mengemukakan panjang kaki adalah ½ bagian dari panjang badan, sedang posisi kepala ¼ bagian dari panjang badan. 3)

  Gigi Pertumbuhan gigi bayi pada umumnya terjadi pada usia 7 bulan.

  Namun ada juga yang sampai satu tahun dan ada pula yang baru 3 bulan gigi bayi sudah tumbuh. Pada usia satu tahun, bayi pada umumnya memiliki 6 buah gigi. 4)

  Tulang dan Otot Kerangka dan otot bayi yang terbentuk sejak bayi masih dalam kandungan terus berkembang. Tulang bayi terbentuk dalam tulang rawan tumbuh dan berkembang menjadi kulit dan kuat dengan kecepatan tertentu sampai usia pubertas (Danis dan Retno, 2001).

  2. Perkembangan Otak Otak manusia adalah paling besar ukurannya dibanding otak binatang mamalia darat seukuran tubuhnya, yaitu 8 kali otak rata-rata binatang mamalia yang hidup sekarang. Bagian terbesar otak manusia, dan yang berkembang paling akhir adalah Frontal Lobe atau cerebral cortex yang berfungsi untuk mengendalikan pikiran dan kesadaran.

  3. Perkembangan Persepsi

  9 Perkembangan persepsi berkaitan dengan pengolahan informasi dari pengindraan yang dilakukan oleh otak. Bagian otak yang menginterprestasikan dan merespon rangsangan visual dan auditory (penglihatan dan pendengaran) 4. Perkembangan Indra Lain a.

  Pengecap Bayi lebih menyuakai rasa manis dari pada rasa lain, dan bayi tidak menyukai rasa asam dan pahit. Bayi sering diberi minum manis pada usia tahun-tahun peartama, akan menyukai minum manis pada usia 2 tahun.

  b.

  Pencium Indra pencium terdapat pada bayi semenjak lahir. Bayi akan menghindari bau-bauan yang tidak nyaman seperti telur busuk dan bau tak sedap lainnya. Beberapa peneliti membuktikan bahwa bayi yang menyusu ibu dapat mengenali bau ibunya sendiri apabila bayi itu, misalnya disusui oleh ibu lain. Demikian juga ibu dapat mengenali bau bayinya yang baru berusia satu atau dua hari. Sentuhan dan rasa sakit.

  Bayi yang baru lahir cukup peka terhadap sentuhan. Bila bayi disentuh pipinya oleh ibunya, ia akan segera bergerak menyusu. Gerakan ini merupakan refleks otomatis dan gerak ini merupakan salah satu dari gerak reflek bayi untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

  5. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik adalah perkembangan yang menyangkut kemampuan anak untuk bergerak dan mengendalikan gerakan-gerakan tubuh.

  6. Perkembangan bahasa Bahasa adalah suatu sistem lambang yaitu serangkaian bunyi yang mengandung makna. Lambang yang digunakan tersebut menjadi alat untuk mewujudkan gagasan yang akan disampaikan orang lain.

  Perkembangan anak Down Syndrome pada bulan-bulan awal tidak menampakan keterlambatan. Perkembangan fisiknya tidak berbeda dengan anak-anak lainnya sebelum berusia enam bulan. Berat badan dan panjang badan pun tidak menunjukan kelainan smaa sekali.

  10 Pada bulan-bulan selanjutnya setelah berusia di atas satu tahun, anak Down

  Syndrome mulai menunjukan keterlambatan-keterlambatan dibanding dengan

  anak lain seusianya. Keterlambatan ini terlihat sekali pada gerak yang tidak sama secepat anak lain dalam merespon ibunya atau orang lain yang berusaha menggodanya. Kemampuan bicara belum nampak pada usia 2 tahun bahkan ada juga yang sampai pada usia 5 tahun anak Down Syndrome belum bisa bicara.

  Sisi kesehatan, anak Down Syndrome banyak berpotensi gangguan beberapa penyakit seperti penyakit jantung, tiroid, gangguan tulang belakang gigi dan kadang-kadang obesitas atau kegemukan dan lain sebagainya.

  Perkembangan emosi dan sosial juga terlambat. Hal ini disebabkan karena kemampuan kognisi yang cenderung di bawah rata-rata. Rintangan intelegensi anak Down Syndrome sebagai besar berkisaran katagori ringan, dengan IQ skor antara 50 s/d 70, dan kategori sedang dengan IQ skor antara 35 s/d 50.

  Perkembangan banyak dipengaruhi oleh adanya penyimpangan kromosom. Bagi anak laki-laki ada indikasi ketidaksuburan pada spermatozoa yang mengakibatkan bahwa keungkinan besar tidak mempunyai keturunan.

  Sedangkan wanita Down Syndrome memiliki peluang lebih besar untuk dibuahi.

  Harapan untuk berkeluarga dan hidup mandiri dalam masyarakat menjadi kecil. Harapan untuk berkeluarga dan hidup mandiri sangat terbatas dengan kemampuannya. Oleh karena itu kriteria hidup mandiri bagi Down Syndrome hanyalah sebatas bina diri. Kemampuan bina diri hanya bisa dicapai dalam lingkungan keluarganya untuk menguasai dirinya sendiri dan pekerjaannya sehari-hari yang bersifat kerumahtanggan.

D. Sistem Pakar

  Sistem pakar adalah program komputer yang merupakan cabang dari penelitian ilmu komputer yang disebut AI. Tujuan ilmu AI adalah membuat sesuatu menjadi cerdas dalam hal pemahaman melalui program komputer yang ditunjukkan dengan tingkah laku cerdas. Hal ini berkenaan dengan suatu konsep dan metode inferensi simbolik atau penalaran yang dilakukan komputer, dan berkenaan juga dengan bagaimana suatu pengetahuan digunakan untuk membuat

  11

  12 suatu kesimpulan yang akan direpresentasikan ke dalam suatu mesin (Desiani dan Arhami, 2006).

  Sistem pakar sebagai suatu teknologi baru masih menyimpan hal-hal baru pertanyaan yang perlu dijawab, atau teknologi tidak akan berhasil digunakan.

  Seperti juga tool lainnya, sistem pakar mempunyai aplikasi yang sesuai dan yang tidak untuk digunakan. Perbedaan personal dalam teknologi dapat dilihat di Tabel 1 berikut:

  

Tabel 1. Perbedaan personal didalam teknologi (Desiani & Arhami, 2006)

Orang Pertanyaan

  Manajer Apa yang dapat saya gunakan Teknolog Bagaimana saya dapat mengimplementasikannya dengan sangat baik Penelitian Bagaimana saya bisa mengembangkannya Pelanggan/pemakai Bagaimana ini akan membantu Apakah cukup baik menangani masalah dan menghemat biaya.

  Bagaimana kehandalannya. Seorang pakar dengan sistem pakar mempunyai banyak perbedaan. Darkin dalam Desiani dan Arhami, (2006) mengemukakan perbandingan kemampuan antara seorang pakar dengan sebuah sistem pakar seperti Tabel 2 berikut ini:

  

Tabel 2.Perbedaan personal didalam teknologi (dalam Desiani dan

Arhami, 2006)

Factor Human Ekspert Ekspert System

  Time availibility Hari Kerja Setiap saat Geografis Lokal/tertentu Dimana saja Keamanan Tidak tergantikan Dapat diganti Perishable/dapat habis Ya Tidak Performansi Variabel Konsisiten Kecepatan Variabel Konsisten Biaya Tinggi Terjangkau

  Dari tabel diatas, dapat dikembangkan penjelasan lebih lanjut tentang keunggulan sistem pakar dibandingkan seorang pakar, yaitu:

  1. Sistem pakar bisa digunakan setiap harinya yang menyerupai sebuah mesin, sedangkan seorang pakar tidak mungkin bekerja terus-menerus setiap hari tanpa beristirahat. Sistem pakar merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diperbanyak, kemudian dibagikan ke berbagai lokasi maupun tempat yang berbeda-beda untuk dapat digunakan, sedangkan seorang pakar hanya bekerja pada suatu tempat dan pada saat yang bersamaan.

  3. Suatu sistem pakar dapat diberi pengamanan untuk mennetukan siapa saja yang mempunyai hak akses untuk menggubanakannya dan jawaban yang diberikan oleh sistem terbebas dari proses intimidasi/ancaman, sedangkan seorang pakar bisa saja mendapat ancaman atau tekanan pada saat menyelesaikan permasalahan.

  4. Pengetahuan (knowledge) yang disimpan pada sistem pakar tidak akan bisa hilang/lupa yang dalam hal ini tentunya harus didukung oleh maintenance yang baik, sedangkan pengetahuan seorang pakar manusia lambat laun akan hilang karena meninggal, usia yang makin tua, maupun menderita suatu penyakit. Walaupun pengetahuan yang dimilikinya dalam waktu yang singkat tidak akan hilang, bisa saja seorang pakar mengundurkan diri dari pekerjaannya sehingga organisasi yang bersangkutan akan kehilangan seorang pakar yang berbakat.

  5. Kemampuan memecahkan masalah pada suatu sistem pakar tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti intimidasi, perasaan kejiwaan, faktor ekonomi ataupun perasaan tidak suka kepada sistem pakar. Akan tetapi, sorang pakar yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti yang disebutkan diatas dalam menyelesaiakan atau memecahkan suatu masalah, sehingga jawaban yang diberikandapat berbeda-beda ealaupun masalahnya sama. Atau dengan kata lain, seorang pakar boleh jadi tidak konsisten.

  6. Umumnya, kecepatan dalam memecahkan masalah pada suatu sistem pakar relatif lebih cepat dibandingkan oleh seorang pakar manusia. Hal ini sudah dibuktikan pada beberapa sistem oakar yang terkenal didunia.

  7. Biaya menggaji seorang pakar lebih mahal bila dibandingkan dengan memakai program sistem pakar (dengan asumsi bahwa program sistem pakar itu sudah ada).

  13 Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan beberapa alasan mendasar pengembangan sistem pakar untuk menggantikan seorang pakar, diantaranya: a.

  Dapat menyediakan kepakaran setiap waktu dan diberbagai lokasi Secara otomatis mengerjakan tugas-tugas rutin yang membutuhkan seorang pakar c.

  Seorang pakar anak pensiun dan pergi d.

  Seorang pakar adalah mahal e. Kepakaran dibutuhkan juga pada lingkungan yang tidak bersahabar (hostile

  environment )

  Menurut Desiani dan Arhami (2006), Sistem pakar merupakan program- program praktis yang meggunakan strategi heuristik yang dikembangkan oleh manusia untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang spesifik (khusus), disebabkan oleh keheuristikannya dan sifatnya yang berdasarkan pada pengetahuan sehingga umumnya sistem pakar bersifat: a.

  Memiliki informasi yang handal, baik dalam menampilkan langkah-langkah maupun dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang proses penyelesaian.

  b.

  Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau menghapus suatu kemampuan dari basis pengetahuannya.

  c.

  Heuristik dalam menggunakan pengetahuan (yang sering tidak sempurna) untuk mendapatkan penyelesaiannya.

  d.

  Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.

  e.

  Memiliki kemampuan untuk beradaptasi Menurut Turban dalam Desiani dan Arhami (2006),struktur sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development

  

environment ) dari lingkungan konsultasi (consultation environtment).

  Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar ke dalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar dalam memperoleh pengetahuan pakar. Komponen-komponen sistem pakar dalam kedua bagian tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1 yaitu user interface (antarmuka

  14 pengguna), basis pengetahuan, akuisisi pengetahuan, mesin inferensi, workplace , fasilitas penjelasan, perbaikan pengetahuan.

  a.

  Antarmuka Pengguna digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk berkomunikasi. Antarmuka menerima informasi dari pemakai dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu, antar muka menerima informasi dari sistem dan menyajikan ke dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pemakai. Menurut McLeod dalam Desiani dan Arhami (2006) , pada bagian ini terjadi dialog antara program dan pemakai, yang memungkinkan sistem pakar menerima instruksi dan informasi (input) dari pemakai, juga memberikan (output) kepada pemakai. Antar muka pengguna dapat dilihat pada Gambar 1 berikuit ini:

  Gambar 1. Arsitektur sistem pakar (sumber: Turban, 2001)

  15 b.

  Basis Pengetahuan Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formulasi, dan penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun tentang obyek dalam area permasalahan tertentu, sedangkan aturan merupakan informasi tentang cara memperoleh fakta dari fakta yang telah diketahui. Dalam studi kasus pada sistem berbasis pengetahuan, terdapat beberapa karakteristik dibangun yang akan membantu kita dalam membentuk serangkaian prinsip-prinsip arsitekturnya. Prinsip tersebut meliputi: 1)

  Pengetahuan merupakan kunci kekuatan sistem pakar 2)

  Pengetahuan sering tidak pasti dan tidak lengkap 3)

  Pengetahuan sering miskin spesifikasi 4)

  Amatir menjadi ahli secara bertahap 5)

  Sistem pakar harus fleksibel 6)

  Sistem pakar harus transparan Sejarah penelitian dibidang AI telah menunjukan berulang kali bahwa pengetahuan adalah kunci untuk setiap sistem cerdas (intelligence system).

  c.

  Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition) adalah akumulasi, dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari

  transfer

  sumber pengetahuan ke dalam program komputer. Menurut Turban (dalam Desiani dan Arhami, 2006) terdapat tiga metode utama dalam akuisisi pengetahuan, yaitu:

  1) Wawancara

  2) Analisis Protokol

  3) Observasi pada pekerjaan pakar

  4) Induksi aturan dari contoh d.

  Mesin Inferensi Mesin inferensi merupakan otak dari sebuah sistem pakar dan dikenal juga dengan sebutan control structure (struktur kontrol) atau rule interpreter

  (dalam sistem pakar berbasis kaidah). Menurut Turban (dalam Desiani dan Arhami, 2006) Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan

  16 metodologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan. Kebanyakan sistem pakar berbasis aturan menggunakan strategi inferensi “IF A THEN B”, dan jika diketahui bahwa A benar maka dapat disimpulkan bahwa B juga benar. Strategi inferensi modus ponen dinyatakan dalam bentuk [A AND (A→B)]→B Dengan A dan A→B adalah proposisi-proposisi dalam basis pengetahuan.

  e.

   Workplace Workplace merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working memory ). Workplace digunakan untuk merekam hasil-hasil antara dan

  kesimpulan yang dicapai. Ada 3 tipe keputusan yang dapat direkam, yaitu: 1.

  Rencana: Bagaimana menghadapi masalah 2. Agenda: Aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk dieksekusi

  3. Solusi: Calon aksi yang akan dibangkitkan f. Fasilitas Penjelasan

  Fasilitas penjelasan adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem pakar. Komponen ini menggambarkan penalaran sistem kepada pemakai. Menurut Turban (dalam Desiani dan Arhami, 2006) fasilitas penjelasan dapat menjelaskan perilaku sistem pakar dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  1. Mengapa pertanyaan tertentu ditanyakan oleh sistem pakar? 2.

  Bagaimana kesimpulan tertentu diperoleh? 3. Mengapa alternatif tertentu ditolak? 4. Apa rencana untuk memperoleh penyelesaian? g. Perbaikan Pengetahuan

  Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisis dan meningkatkan kinerjanya serta kemampuan untuk belajar dari kerjanya. Kemampuan tersebut adalah penting dalam pembelajaran terkomputerisasi sehingga program akan mampu menganalisis penyebab kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya.

  17 Sistem pakar setidak-tidaknya mempunyai dua unsur manusia atau lebih yang terlibat didalam pembangunan dan pengembangan serta penggunaanya. Minimal, ada seorang yang membangun dan ada penggunanya. Sering juga Turban (dalam Desiani dan Arhami, 2006) ada 4 unsur manusia dalam sistem pakar yaitu:

1. Pakar (The Expert) 2.

  Perekayasa Pengetahuan (Knowledge Engineer) 3. Pemakai (User) 4. Unsur lainnya E.

   Forward chaning (Runtut Maju)

  Runut maju berarti menggunakan himpunan aturan kondisi-aksi. Dalam metode ini, data digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan tersebut dijalankan. Mungkin proses menambahkan data ke memori kerja. Proses diulang sampai ditemukan hasil (Wilson, 1998 dalam Kusrini, 2006).

  Gambar 2. berikut ini menunjukkan bagaimana cara kerja metode inferensi runut maju. DATA ATURAN KESIMPULAN A = 1 JIKA A = 1 DAN B = 2 B = 2 MAKA C = 3 D = 4 JIKA C = 3 MAKA D = 4

  Gambar 2. Runut Maju (Forward Chaining)

  Metode inferensi runut maju cocok digunakan untuk menangani masalah pengendalian (controlling) dan peramalan (prognosis) (Giarattano dan Riley, 1994 dalam Kusrini, 2006). Berikut ini adalah contoh inferensi dengan menggunakan metode runut maju:

  JIKA Penderia terkena penyakit epilepsi idiopatik dengan

  18 CF antara 0,4 s/d 0,6 MAKA Berikan obat carbamazepin F.

   Backward Chaining (Runut Balik)

  Runut balik merupakan metode penalaran kebalikan dari runut maju. Dalam runut balik, penalaran dimulai dengan tujuan merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan tersebut (Giarattano dan Riley, 1994 dalam Kusrini, 2006). Gambar 3. Berikut ini menunjukkan proses penalaran menggunakan metode runut balik.

  Gambar 3. Runut Balik (Backward Chaining)

  Runut balik disebut juga sebagai goal-driven reasoning, merupakan cara yang efisien untuk memecahkan masalah yang dimodelkan sebagai masalah pemilihan terstruktur. Tujuan dari inferensi ini adalah mengambil pilihan terbaik dari banyak kemungkinan. Metode inferensi runut balik ini cocok digunakan untuk memecahkan masalah diagnosis (Schnupp, 1989 dalam Kusrini, 2006). Berikut ini adalah contoh penalaran dengan menggunakan metode runut balik: Aturan 1: Mengalami epilepsi idiopatik lokal dengan certainty factor: 0,63 JIKA tipe sawan parsial sederhana DAN EEG menunjukkan adanya fokus DAN penyebabnya tidak diketahui Aturan 2: Mengalami tipe sawan parsial sederhana dengan certainty factor: 0,63

  19 JIKA Mengalami motorik fokal yang menjalar atau tanpa menjalar (gerakan klonik dari jari tangan, lalu menjalar ke lengan bawah dan atas lalu menjalar ke seluruh

  ATAU Gerakan versif, dengan kepala dan leher menengok ke suatu sisi ATAU Gejala sensorik fokal menjalar atau sensorik khusus berupa halusinasi sederhana (visual, auditorik, gustatorik)

  Untuk mencapai tujuan, yaitu mengidentifikasi penyakit epilepsi idiopatik, sistem akan mengambil informasi subgoal yang paling rendah tingkatannya. Sistem akan memberikan pertanyaan mengenai gejala-gejala yang pada akhirnya dapat menentukan jenis penyakitnya.

G. Java

  Java merupakan sebuah bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat berjalan pada platform yang berbeda, baik di windows, linux, serta sistem operasi lainnya. Dengan menggunakan java, kita dapat mengembangkan banyak aplikasi yang dapat digunakan pada lingkungan yang berbeda, seperti pada :

  , Mobile, Internet, dan lain-lain (Supriyanto, 2010).

  Desktop

  Bahasa java dapat menjadi bahasa untuk membuat aplikasi di beragam komputer mulai dari hand-held device seperti handphone menggunakan J2ME (Java 2 Micro Edition), aplikasi standar degan J2SE (Java 2 Standard Edition), atau aplikasi dan back-end enterprise dengan J2EE (Java 2 Enterprise Edition). Bahasa java tidak kompatibel dengan bahasa-bahasa sebelumnya sehingga tidak terbebani keharusan mengkomodasi kekeliruan-kekeliruan serta kelemahan- kelemahan bahasa sebelumnya (Hariyanto, 2010).

  20

H. Database MySQL

  MySQL (My Structure Query Language) merupakan program database yang bersifat jaringan, sehingga dapat digunakan untuk aplikasi multi user (Banyak (Structured Query Language). SQL adalah suatu bahasa permintaan terstruktur, SQL telah distandarkan untuk semua program pengakses database seperti oracle, Posgre SQL, SQL server, dan lain-lain (Supriyanto, 2010).

  MySQL merupakan software RDBMS (Relational Database Management

  System ) yang dapat mengelola database secara cepat, menampung data dalam

  jumlah sangat besar, dapat diakses oleh banyak user (multi-user), dan dapat melakukan proses secara sinkron atau bersamaan (multi-threaded).

I. Penelitian yang pernah dilakukan dan yang terkait.

1. Pada tahun 1988 sampai dengan tahun 2000 Anna J. Esbensen dari

  Cincinnati Children’s Hospital Center dan Marsha Mailick Seltzer dari Waisman Center university of Wisconsin - Madison melakukan Longitudinal

  Study dengan melibatkan 155 ibu-ibu yang memiliki anak sindrom down

  sebagai responden. Dengan

  judul Accounting For The “Down Syndrome Advantage” pada journal AJIDD Volume 116, Number 1: 3 – 15, Januari

  2011, Penelitian ini mendiskripsikan kompleksitas keuntungan sindrom down bagi seorang ibu (caregiving) dibandingkan dengan riwayat kelainan/ketidakmampuan yang lain. Terdapat tiga hipotesis yang diajukan dalm penelitian ini yaitu; Down Syndrome memprediksi nilai pesimisme

  caregiving yang rendah terhadap masa depan anak, sindrom down

  memprediksi kepuasan hidup yang lebih tinggi dalam mengasuh anak, dan sindrom down memprediksi kualitas hubungan yang lebih baik antara ibu dan anak. Pada dasarnya, Longitudinal study ini bertujuan mencari nilai signifikansi dari interkorelasi hubungan asosiasi dimensi

  • – dimensi kesejahteraan ibu (maternal well-being) terhadap Down Syndrome. Maternal sendiri terdiri dari empat dimensi yaitu: nilai kepuasan hidup (life

  well-being satisfaction ), hubungan ibu dan anak (quality of relationship), pesimisme ibu

  pada masa depan anak (pessimism), dan beban subjektif (subjective burden)

  21 yang dimiliki ibu pada saat mengasuh anak Down Syndrome. Untuk mengukur dimensi maternal well

  • – being para ibu, dibuatlah angket dengan

  skala tertentu yang memuat pertanyaan/pernyataan seputar dimension of

  • – being, kemudian menggunakan analisis regresi untuk

  mengukur dan menguji sejauh mana nilai signifikansi hubungan asosiasi dari setiap dimensi terhadap sindrom down. Hasil yang diperoleh secara singkat adalah terdapat hubungan yang signifikan antara life satisfaction dengan

  Down Syndrome, nilai signifikan juga terdapat pada hubungan interkorelasi

  antara quality of relationship dan Down Syndrome. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa memiliki anak dengan sindrom down akan memberikan ibu memiliki kepuasan hidup yang lebih dalam mengasuh dan memiliki hubungan antara ibu dan anak yang lebih baik dibandingkan dengan kelainan/ketidakmampuan yang lain. (Esbensen dan Seltzer, 2011) 2. Penelitian ini mendeskripsikan pandangan guru (Caregivers) tentang manfaat terapi music terhadap anak Down Syndrome. Peneliatian ini dilakukan di Univerity of Auckland Human Participant Ethics Committee oleh Dorothea Piennar dengan melibatkan 19 dari 34 guru yang sudah berpengalaman dalam mengajar anak-anak Down Syndrome. Guru berpandangan bahwasanya terapi music dapat membangun atau mengembangkan komunikasi dan ketrampilan sosial pada anak Down

  Syndrome . Anak-anak Down Syndrome belajar berinteraksi secara sepontan

  melalui music dengan memberikan sinyal komunikasi nonverbal berupa ekspresi emosi atau melakukan gerakan-gerakan seperti menari mengikuti pergerakan irama musik. Guru juga meyakini bahwasanya pada sesi terapi musik pola aktifitas anak-anak Down Syndrome mengalami peningkatan. Dapat disimpulkan bahwasanya guru percaya anak-anak Down Syndrome dapat menikmati musik ataupun menunjukan peningkatan aktifitas pada saat mendengarkan musik. Kesimpulan penelitian ini memberikan opini kepada guru bagaimana menata kelas dalam memberikan terapi musik kepada anak- anak Down Syndrome. Musik membangun komunikasi anak Down Syndrome secara signifikan maka perlu tata cara pengajaran yang baik dari guru, diantaranya adalah sesi pembelajaran mengikuti aturan-aturan teretentu dan

  22 berimprovisasi dengan memberikan waktu untuk siswa melakukan aktifitas spontan, kegitan dilakukan berulang-ulang guna meningkatkan memori, gunakan lagu-lagu yang sudah dikenal, sesi dapat menggunakan alat-alat petunjuk sigkat dan jelas, tambahkan kegiatan mendengarkan, berikan juga sesi permainan dan gerakan tari. (Pienaar, 2012) 3. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini melibatkan tiga orang anak Down

  Syndrome , narasumber primer penelitian ini adalah orang tua subjek.

  Narasumber sekunder meliputi keluarga subjek. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan toilet training oleh orang tua pada anak Down Syndrome menggunakan teknik lisan dan teknik modelling. Keberhasilan toilet training anak Down Syndrome dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kesiapan fisik, kesiapan psikologis, kesiapan sensorik, dan kemampuan komunikasi yang baik. Faktor eksternal yang mendorong keberhasilan toilet training yaitu kesiapan orang tua yang baik, pengetahuan keluarga tentang toilet training yang tinggi, pola asuh orang tua, motivasi stimulasi toilet training dari orang tua yang tinggi, pemberian reward dan punishment oleh orang tua. Sikap konsisten dalam mengajarkan toilet training dan pola asuh otoriter juga berperan dalam keberhasilan toilet training anak Down Syndrome. Faktor penghambat keberhasilan toilet training yaitu ketidaksiapan intelegensi karena faktor Down Syndrome dan rasa khawatiran ibu apabila anak tidak bersih jika melakukan sendiri. Fasilitas toilet yang kurang memadai yang ada di rumah tidak mempengaruhi keberhasilan toilet training. Saran bagi orang tua dan pengasuh diharapkan untuk lebih tegas dan lebih konsisten dalam pelaksanaan toilet training pada anak Down Syndrome. Pemberian reward dan punishment kepada anak sebagai tehnik dalam pengajaran toilet training. (Mariana, 2013)

  23