s 03064 pb 2013 pedoman umum penyusunan kfr
Page |1
PEDOMAN UMUM PENYUSUNAN
KAJIAN FISKAL REGIONAL
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN
Dalam rangka menjalankan fungsi sebagai representasi Kementerian Keuangan sebagai
pengelola fiskal di daerah, Kanwil Ditjen Perbendaharaan dituntut untuk mampu menghasilkan
suatu output berupa dokumen kajian yang dapat memotret profil maupun dinamika kondisi fiskal
di wilayah masing-masing. Dengan demikian, Kajian Fiskal Regional (KFR) yang akan disusun
oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan menjadi bukti dari pencapaian salah satu inisiatif strategis
Ditjen Perbendaharaan.
Sebagai suatu dokumen kajian, KFR paling tidak memilki fungsi antara lain:
1. Sebagai output dari pelaksanaan tugas dan fungsi baru Kanwil Ditjen Perbendaharaan
di bidang pengelolaan fiskal.
2. Sebagai sarana pelaporan kepada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan untuk menjadi
masukan dalam menyusun kajian fiskal secara nasional/komprehensif.
3. Sebagai media informasi yang bernilai strategis kepada pemangku kepentingan di
wilayah masing-masing (satuan kerja K/L, pemerintah daerah, dll)
Panduan penyusunan KFR ini disamping bertujuan untuk menjamin konsistensi
sistematika/outline penulisan antar Kanwil Ditjen Perbendaharaan, juga dimaksudkan untuk
membantu tim penyusun KFR pada masing-masing Kanwil Ditjen Perbendaharaan agar lebih
terarah dan memiliki kualitas yang terstandarisasi.
Namun demikian beberapa falsafah dasar yang harus menjadi perhatian dalam penyusunan
KFR ini adalah:
1. Panduan penyusunan KFR ini tidak dimaksudkan sebagai template penyusunan laporan
oleh seluruh Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Dengan demikian, masing-masing Kanwil
Ditjen Perbendaharaan dituntut memiliki daya analitis dan kreativitas yang tinggi dalam
melakukan elaborasi naratif maupun deskriptif. Sebagai contoh:
a. Indikator-indikator fiskal di dalam panduan penyusunan KFR masih mungkin
dikembangkan dan dimodifikasi oleh tim penyusun di Kanwil Ditjen Perbendaharaan
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kreativitas masing-masing.
b. Eksposisi ilustratif yang digunakan dapat sangat bervariasi seperti tabel, kurva, grafik,
diagram batang, pie chart, spasial, dll. Tergantung konteks informasi yang disajikan dan
kreativitas tim penyusun dalam hal desain grafis laporan.
c. Narasi dari informasi yang disajikan maupun ilustrasi grafis harus disusun sedemikian
rupa sehingga mampu mengelaborasi dengan baik informasi atau permasalahan yang
ada, namun dengan kalimat yang tidak bertele-tele dan terlalu banyak repetisi kalimat.
Page |2
2. Pada dasarnya sumber data yang digunakan dalam penyusunan KFR ini merupakan
data yang dapat diperoleh dari internal Ditjen Perbendaharaan maupun data lembaga
lain yang sudah dipublikasi (BPS pusat, BPS provinsi, BPS Kab/Kota, DJPK, Bank
Indonesia, dll), baik data dari media elektronik (website) maupun media cetak (buku,
bulletin, jurnal, dan publikasi cetakan lainnya). Apabila data publik untuk melakukan
kajian literatur yang tersedia masih kurang memadai, tim penyusun dapat melakukan
interaksi dan komunikasi langsung dengan penyedia data/informasi, misalnya BPS
provinsi/kab/kota, satuan kerja K/L, Bappeda, Biro Keuangan pemerintah daerah, dinasdinas terkait, dll. Dengan demikian, dalam hal ini kunci keberhasilan dari tim penyusun
adalah kemampuan untuk melakukan riset literatur.
3. KFR sebagai dokumen kajian diupayakan memenuhi kaidah-kaidah penulisan
akademis. Untuk itu tetap harus diperhatikan metodologi penelitian yang digunakan,
penyajian sumber data, kutipan-kutipan dari dokumen lain, batasan penelitian/kajian dan
lain-lain.
4. Dalam proses penyusunan Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat membagi tugas
penyusunan sesuai dengan Bidang yang menangani tugas dan fungsi yang relevan, dan
membentuk Tim yang melibatkan seluruh Bidang terkait pada Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.
5. Tahapan penyusunan Kajian Fiskal Regional dilakukan sebagai berikut:
a. Bidang PPA I dan Bidang PPA II mengidentifikasi kebutuhan data dalam rangka
penyusunan kajian;
b. Bidang PPA I dan Bidang PPA II melakukan pengumpulan data sesuai dengan
bidang tugas masing-masing;
c. Data yang terkumpul dituangkan ke dalam tabel data fiskal regional
d. Kepala Kanwil membentuk tim lintas bidang untuk melakukan penyusunan kajian;
e. Tim Penyusun melakukan penyusunan Kajian Fiskal Regional, dengan cara:
1) Melengkapi dan menguji validitas pengisian tabel data fiskal regional;
2) Melakukan eksplorasi dan deskripsi kualitatif terhadap data tabel kuantitatif ke
dalam batang tubuh laporan;
3) Menyusun analisis, interpretasi, pengambilan kesimpulan dan rekomendasi;
4) Menyusun ringkasan eksekutif;
f. Tim Penyusun mempresentasikan konsep Kajian Fiskal Regional kepada Kepala
Kanwil Ditjen Perbendaharaan;
g. Tim Penyusun melakukan finalisasi Kajian Fiskal Regional
h. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Tim Penyusun melakukan pembahasan,
diskusi, dan forum group discussion dengan pihak-pihak terkait (Forum Komunikasi
Pemda-K/L, BI, regional economist);
i. Laporan Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan disampaikan kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Dengan memahami hal-hal tersebut di atas, diharapkan KFR yang disusun oleh masingmasing Kanwil Ditjen Perbendaharaan mampu memenuhi standar kualitas yang tinggi sekaligus
memperkaya khazanah pengetahuan dan informasi pembacanya maupun tim penyusun sendiri.
PEDOMAN UMUM PENYUSUNAN
KAJIAN FISKAL REGIONAL
KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN
Dalam rangka menjalankan fungsi sebagai representasi Kementerian Keuangan sebagai
pengelola fiskal di daerah, Kanwil Ditjen Perbendaharaan dituntut untuk mampu menghasilkan
suatu output berupa dokumen kajian yang dapat memotret profil maupun dinamika kondisi fiskal
di wilayah masing-masing. Dengan demikian, Kajian Fiskal Regional (KFR) yang akan disusun
oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan menjadi bukti dari pencapaian salah satu inisiatif strategis
Ditjen Perbendaharaan.
Sebagai suatu dokumen kajian, KFR paling tidak memilki fungsi antara lain:
1. Sebagai output dari pelaksanaan tugas dan fungsi baru Kanwil Ditjen Perbendaharaan
di bidang pengelolaan fiskal.
2. Sebagai sarana pelaporan kepada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan untuk menjadi
masukan dalam menyusun kajian fiskal secara nasional/komprehensif.
3. Sebagai media informasi yang bernilai strategis kepada pemangku kepentingan di
wilayah masing-masing (satuan kerja K/L, pemerintah daerah, dll)
Panduan penyusunan KFR ini disamping bertujuan untuk menjamin konsistensi
sistematika/outline penulisan antar Kanwil Ditjen Perbendaharaan, juga dimaksudkan untuk
membantu tim penyusun KFR pada masing-masing Kanwil Ditjen Perbendaharaan agar lebih
terarah dan memiliki kualitas yang terstandarisasi.
Namun demikian beberapa falsafah dasar yang harus menjadi perhatian dalam penyusunan
KFR ini adalah:
1. Panduan penyusunan KFR ini tidak dimaksudkan sebagai template penyusunan laporan
oleh seluruh Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Dengan demikian, masing-masing Kanwil
Ditjen Perbendaharaan dituntut memiliki daya analitis dan kreativitas yang tinggi dalam
melakukan elaborasi naratif maupun deskriptif. Sebagai contoh:
a. Indikator-indikator fiskal di dalam panduan penyusunan KFR masih mungkin
dikembangkan dan dimodifikasi oleh tim penyusun di Kanwil Ditjen Perbendaharaan
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kreativitas masing-masing.
b. Eksposisi ilustratif yang digunakan dapat sangat bervariasi seperti tabel, kurva, grafik,
diagram batang, pie chart, spasial, dll. Tergantung konteks informasi yang disajikan dan
kreativitas tim penyusun dalam hal desain grafis laporan.
c. Narasi dari informasi yang disajikan maupun ilustrasi grafis harus disusun sedemikian
rupa sehingga mampu mengelaborasi dengan baik informasi atau permasalahan yang
ada, namun dengan kalimat yang tidak bertele-tele dan terlalu banyak repetisi kalimat.
Page |2
2. Pada dasarnya sumber data yang digunakan dalam penyusunan KFR ini merupakan
data yang dapat diperoleh dari internal Ditjen Perbendaharaan maupun data lembaga
lain yang sudah dipublikasi (BPS pusat, BPS provinsi, BPS Kab/Kota, DJPK, Bank
Indonesia, dll), baik data dari media elektronik (website) maupun media cetak (buku,
bulletin, jurnal, dan publikasi cetakan lainnya). Apabila data publik untuk melakukan
kajian literatur yang tersedia masih kurang memadai, tim penyusun dapat melakukan
interaksi dan komunikasi langsung dengan penyedia data/informasi, misalnya BPS
provinsi/kab/kota, satuan kerja K/L, Bappeda, Biro Keuangan pemerintah daerah, dinasdinas terkait, dll. Dengan demikian, dalam hal ini kunci keberhasilan dari tim penyusun
adalah kemampuan untuk melakukan riset literatur.
3. KFR sebagai dokumen kajian diupayakan memenuhi kaidah-kaidah penulisan
akademis. Untuk itu tetap harus diperhatikan metodologi penelitian yang digunakan,
penyajian sumber data, kutipan-kutipan dari dokumen lain, batasan penelitian/kajian dan
lain-lain.
4. Dalam proses penyusunan Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat membagi tugas
penyusunan sesuai dengan Bidang yang menangani tugas dan fungsi yang relevan, dan
membentuk Tim yang melibatkan seluruh Bidang terkait pada Kanwil Ditjen
Perbendaharaan.
5. Tahapan penyusunan Kajian Fiskal Regional dilakukan sebagai berikut:
a. Bidang PPA I dan Bidang PPA II mengidentifikasi kebutuhan data dalam rangka
penyusunan kajian;
b. Bidang PPA I dan Bidang PPA II melakukan pengumpulan data sesuai dengan
bidang tugas masing-masing;
c. Data yang terkumpul dituangkan ke dalam tabel data fiskal regional
d. Kepala Kanwil membentuk tim lintas bidang untuk melakukan penyusunan kajian;
e. Tim Penyusun melakukan penyusunan Kajian Fiskal Regional, dengan cara:
1) Melengkapi dan menguji validitas pengisian tabel data fiskal regional;
2) Melakukan eksplorasi dan deskripsi kualitatif terhadap data tabel kuantitatif ke
dalam batang tubuh laporan;
3) Menyusun analisis, interpretasi, pengambilan kesimpulan dan rekomendasi;
4) Menyusun ringkasan eksekutif;
f. Tim Penyusun mempresentasikan konsep Kajian Fiskal Regional kepada Kepala
Kanwil Ditjen Perbendaharaan;
g. Tim Penyusun melakukan finalisasi Kajian Fiskal Regional
h. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Tim Penyusun melakukan pembahasan,
diskusi, dan forum group discussion dengan pihak-pihak terkait (Forum Komunikasi
Pemda-K/L, BI, regional economist);
i. Laporan Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan disampaikan kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Dengan memahami hal-hal tersebut di atas, diharapkan KFR yang disusun oleh masingmasing Kanwil Ditjen Perbendaharaan mampu memenuhi standar kualitas yang tinggi sekaligus
memperkaya khazanah pengetahuan dan informasi pembacanya maupun tim penyusun sendiri.