Komunikasi organisasi pengurus karang taruna merah putih: studi kasus Desa Gadel Tandes Surabaya.

(1)

Disusun Oleh:

ICHA ROSIDATUL UMMAH B06213021

PRODI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Icha Rosidatul Ummah , B06213021, 2017. Komunikasi Organisasi Pengurus Karang Taruna (Studi kasus Desa ) Skripsi Program Studi llmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : komunikasi,organisasi, karang taruna.

Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya. Akan tetapi sebuah organisasi juga susah untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya tanpa beberapa faktor seperti loyalitas, solidaritas, tanggung jawab, disiplin, dan sebagainya. Apabila tidak ada kebersamaan, tidak masuk akal mencoba membentuk kelompok dan membina kerja sama, karena tidaka ada landasan yang sama untuk membangun.

Komunikasi organisasi yaitu pengirim dan penerima berbagai pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal di suatu organisasi. bila organisasi semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan semakin kompleks pula proses komunikasinya. Organisasi kecil yang anggotanya hanya tiga orang, proses komunikasi yang anggotannya seribu orang menjadi komunikasinya sangat kompleks.

Komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotannya secara individual.

Dari data hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi tidak terlepas dengan yang namanya komunikasi.serta komunikasi yang baik adalah komunikasi yang terstruktur dengan baik agar mampu mewujudkan cita-cita bersama. Dalam penelitian ini ketua mampu mengaplikasikan menurut teori Goblin yaitu Upward Communication dan

downward Communication dengan baik.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dsb.


(7)

DAFTAR ISI

Judul ... ii

Pernyataan Keaslian Karya ... iii

Persetujuan Pembimbing... iv

Persetujan Tim Penguji ... v

Motto dan Pengesahan Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

Bab I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konseptual ... 8

G. Kerangka Pikir ... 12


(8)

Merah Putih ... 25

A. Kajian Pustaka ... 25

1. Komunikasi Organisasi ... 25

2. Karang Taruna ... 37

3. Pola Komunikasi Organisasi ... 40

4. Metode Komunikasi Organisasi ... 44

B. Kajian Teori ... 47

1. Teori Jaringan ... 47

BAB III Penyajian Data Komunikasi ... 53

A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53

B. Subjek Penelitian ... 66

C. Deskripsi Data Penelitian ... 67

BAB IV Temuan Hasil Penelitian ... 80

A. Temian Hasil Penelitian ... 80

1. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 87

BAB V Penutupan... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Rekomendasi ... 95

Daftar Pustaka ... 97


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di tempat pekerjaan, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan yang lainnya.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi.Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab.1

Setiap pengoperasian suatu organisasi sangat tergantung pada komunikasi, komunikasi dianggap sebagai masalah pokok dalam organisasi karena komunikasi memungkinkan para anggota dalam organisasi saling bertukar pikiran tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai organisasinya, begitu juga komunikasi merupakan saluran yang menghubungkan masukan atau keluaran dalam organisasi.2

1

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hal. 23. 2

Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Jakarta: PT. Buku Kita, 2009), hal. 110.


(10)

Suatu pendekatan subyektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi,dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang satu dengan lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut.3

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Karena pada dasarnya, organisasi di bentuk dan di pertahankan atas dasar kebersamaan kepentingan di kalangan anggotanya. Banyak orang memandang organisasi sebagai sarana untuk membantu mencapai tujuan mereka, sedangkan organisasi membutuhkan orang-orang untuk membantu pencapaian tujuan organisasi.

Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya. Akan tetapi sebuah organisasi juga susah untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya tanpa beberapa faktor seperti loyalitas, solidaritas, tanggung jawab, disiplin, dan sebagainya. Apabila tidak ada kebersamaan, tidak masuk akal mencoba membentuk kelompok dan membina kerja sama, karena tidaka ada landasan yang sama untuk membangun.

3


(11)

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi yang daripada membenarkan tindakan yang lalu. kemudian ahli tingkah laku menjelaskan bahwa hanya individu-individu yang mempunyai tujuan organisasi.4

Motivasi menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu kegiatan guna mendapat hasil yang terbaik. Oleh karena itulah tidak heran jika anggota dalam suatu organisasi mempunyai motivasi kerja yang tinggi biasanya mempunyai kinerja yang tinggi pula. Untuk itu motivasi kerja anggota dalam organisasi perlu ditingkatkan agar dapat menghasilkan kinerja yang terbaik.

Karang Taruna organisasi kepemudaan di Indonesia yang merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga di mana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan di masing-masing wilayah mulai

4


(12)

dari Desa/Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11-45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17-35 tahun. Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.5

Generasi muda adalah tulang punggung Bangsa dan Negara merupakan istilah yang sering didengar sehari-hari. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial saat ini memerlukan panutan dan contoh yang dapat membawa masyarakat kita ke arah yang lebih baik.Sebagaimana kita ketahui, generasi muda adalah tonggak keberlangsungan masa depan Indonesia. Oleh karena itu, budaya organisasi karang taruna sangatlah penting untuk bekal hidup para generasi muda dalam hidup dilingkungan sosial dengan segala manfaatnya.

Organisasi ini membuktikan bahwa budaya organisasi karang taruna sudah mulai terlupakan, terlebih jaman globalisasi saat ini yang lebih mendewakan teknologi yang semakin canggih yang makin mengurangi rasa sosial pada jiwa pemuda saat ini. Maka dari itu budaya karang taruna harus dihidupkan kembali melihat manfaat yang dapat menumbuhkan rasa sosial dijiwa pemuda.

5


(13)

Dengan adanya organisasi yang mampu menopang generasi muda, diharapkan generasi muda tidak terjerumus kedalam kenakalan remaja dan selalu bersikap positif dalam menjalankan kehidupanya. Dalam masyarakat peranan dan penanaman nilai yang terkait dengan perkembangan sumber daya manusia sangatlah besar pengaruhnya pada kemajuan dari masyarakat itu sendiri, dalam membentuk suatu masyarakat yang aktif dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat melalui kegiatan organisasi masyarakat seperti organisasi karang taruna. Karang taruna merupakan wadah bagi suatu masyarakat untuk membentuk pemuda dan pemudi yang tanggap akan berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi. Dengan karang taruna diharapkan mampu mewadahi para pemuda dan pemudi dalam Organisasi Karang Taruna di Desa Gadel Tandes Surabaya.

Keaktifan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi karang taruna sangat berkembang pesat, sehingga gaya kepimpinan yang dilakukan oleh ketua karang taruna ini dapat membangun motivasi pada setiap anggota. Di dalam Desa ini terdapat 4 organisasi yaitu, Remas Baiturrahman, Karang taruna Merah Putih, Bonek Argad, dan Argapala. Namun, sikap kekeluargaan antar organisasi terjalin sangat erat. Seperti contoh pada suatu kegiatan dalam setiap organisasi maupun organisasi yang lainnya bisa saling membantu untuk melancarkan setiap kegiatan yang telah diadakan.

Salah satu bentuk kreatifitas yang telah diwujudkan oleh karang taruna merah putih ini adalah mampu menciptakan atau mendaur ulang bahan bekas yang bisa digunakan menjadi alat musik, dan kelompok musik dalam karang taruna bisa disebut dengan patrol. Prestasi yang diraih oleh


(14)

patrol karang taruna ini sangat banyak sekali salah satunya yaitu patrol mewakili polsek tandes pada acara HUT Bhayangkara Patrol Lomba se Surabaya dan perjuangan yang tak sia-sia akhirnya mendapatkan juara, dan tak hanya itu banyak kegiatan dalam setahun terakhir ini adalah kegiatan sosial seperti mengumpulkan beras atau uang untuk dibagikan kepada orang yang kurang mampu, bagi ta’jil pada bulan puasa, kerja bakti, pada Isra’ Mi’raj mengadakan lomba keagamaan, 17 Agustus mengadakan acara lomba-lomba kemerdekaan, dan yang terakhir yaitu pada maulid nabi ini diadakan pengajian. Adapun setiap kegiatan mingguan yang diadakan oleh karang taruna untuk membangun solidaritas antar anggota yaitu rutinan latihan futsal dan pemutaran film.

Kinerja yang dibangun selalu bisa berjalan lancar meskipun dipimpin oleh ketua yang notabennya lulusan menengah ke atas (SMA), sehingga dengan semangat yang ditumbuhkan oleh ketua hingga kini bisa memberikan motivasi yang dibangun oleh setiap anggota karang taruna untuk mengetahui lebih lanjut penulis akan menuangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul: “Komunikasi Organisasi Pengurus Karang Taruna (Studi Kasus Desa Gadel Tandes Surabaya)”.

B. Rumusan masalah

Agar tidak terjadi pengembangan masalah di luar ruang lingkup dan kekaburan dalam penelitian, peneliti merasa perlu untuk melakukan pemfokusan penelitian. Adapun fokus penelitian ini adalah; Bagaimana komunikasi organisasi pengurus karang taruna Desa Gadel Tandes Surabaya?


(15)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: “Memahami komunikasi organisasi karang taruna Desa Gadel Tandes Surabaya”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti:

1. Manfaat teoritis Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi khususnya dalam mengetahui pola komunikasi sebuah organisasi. Sebagai bahan literature untuk penelitian-penelitian sejenis, di masa yang akan datang dan penelitian ini juga dapat memberikan masukan bagi sebuah organisasi bagaimana menjalin komunikasi yang baik dengan internal maupun eksternal organisasi.

2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi organisasi karang taruna merah putih untuk membangun komunikasi organisasi yang baik.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu dapat memberikan gambaran ilmu kepada peneliti agar peneliti dapat melakukan dengan maksimal. Berikut penelitian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti :

Skripsi yang berjudul “Peranan Pengurus Karang Taruna Berstatus

Mahasiswa Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi” karya dari Zamiatul Laelly Tahun 2014 . Memiliki persamaan dalam fenomena yang diangkat membahas tentang kinerja karang taruna. Sedangkan perbedaanya terlihat pada fokus masalah yang diambil jika penelitian pertama tentang pengurus


(16)

karang taruna berstatus mahasiswa, peneliti kedua berfokus pada semua anggota karang taruna mahasiswa maupun non mahasiswa.

Skripsi yang berjudul “Komunikasi Organisasi Karang Taruna Dalam

Membangun Solidaritas Antar Anggota” karya Rosita Nur Anggraini Tahun 2014. Memiliki persamaan dalam membahas tentang komunikasi organisasi yang dibangun oleh anak karang taruna. Sedangkan perbedaanya peneliti pertama membahas tentang membangun solidaritas antar anggota, peneliti kedua membahas tentang motivasi kinerja.

Jurnal yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi

Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Tenaga Akademik pada Akademi Keperawatan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta” karya Laksita Wikan Nastiti Tahun 2013. Memiliki persamaan dalam membahas tentang gaya kepemimpinan sedangkan perbedaan fokusnya. Fokus penelitian pada penelitian sebelumnya adalah mengenai motivasi terhadap kinerja sedangkan fokus penelitian yang diteliti oleh peneliti saat ini adalah mengenai gaya komunikasi dan bentuk aktivitasnya.

F. Definisi Konsep

1. Komunikasi Organisasi

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.

Pengertian mengenai komunikasi manusia yaitu: “Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies— respond to and create messages to adapt to the environment


(17)

and one another” (Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain). Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?6

Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Pengertian lain dari organisasi adalah

”Organisasi memiliki karakteristik tertentu yaaitu mempunyai struktur, tujuan saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam

organisasi tersebut”.7

Dari definisi sederhana ini dapat ditemukan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri, melainkan saling kait dan merupakan suatu kebulatan. Maka dalam

6

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 10.

7


(18)

pengertian organisasi digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai faktor yang terikat oleh berbagai asas tertentu. Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisai bekerja dengan semestinya dan tidak menganggu bagian lainya. Tanpa koordinasi akan menyulitkan organisasi itu untuk berfungsi dengan baik.

Untuk memahami komunikasi organisasi dan membedakan dengan jenis komunikasi yang lain, Arni Muhammad mengutip definisi komunikasi

organisasi menurut Gold Harber: “Komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.”8 Oleh karena itu, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, sebaliknya komunikasi yang tidak sehat dapat menyebabkan suatu organisasi macet dan tujuan yang ingin dicapai tidak optimal.

2. Pengurus Karang Taruna

Setiap organisasi khususnya karang taruna sudah tentu memiliki pengurus atau struktur organisasi yang mana pada setiap jabatan atau kedudukan memiliki tugas atau tanggung jawab masing-masing. Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan

8


(19)

sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga di mana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.9

3. Komunikasi Organisasi Pengurus Karang Taruna

Pada komunikasi organisasi khususnya karang taruna memiliki model komunikasi yang beragam atau dapat berupa horizontal, antara intansi-intansi yang ada , atau antar bagian yang terdapat didalamnya. Atau adapun model komunikasi downward dari ketua karang taruna kepada bagian-bagian atau anggotanya. Tetapi model komunikasi upward (komunikasi bawahan dengan atasan). Dan berperan penting dalam organisasi ini. Karena, semua yang terhimpun dalam organisasi karang taruna ini merupakan pemuda dan pemudi yang mempunyai satu persepsi dan terhadap yang disalahkan antara satu dengan yang lain. Jadi, semua pengurus maupun anggota memiliki hak yang sama serta kewajiban yang sesuai dengan apa yang di embannya.

9


(20)

G.Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian diatas menggambarkan tentang alur berpikir penelitian yang dilakukan oleh peneliti. berawal dari komunikasi organisasi yang diterapkan oleh pengurus karang taruna. Masyarakat yang telah memberdayakan desa untuk mensejahterakan masyarakat dengan memenuhi hal-hal yang dibutuhkan masyarakat. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana untuk mengetahui Tujuan dan fungsi dari karang taruna tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yakni teori jaringan milik Peter R. Monge dan Noshir S. Contractor yang dikutip oleh morissan dalam

Komunikasi Organisasi

Tujuan & Fungsi

Komunikasi Organisasi

Teori Jaringan

Komunikasi Pengurus Karang Taruna

Progam-progam kegiatan Karang Taruna

Hambatan Komunikasi

Komunikasi Organisasi Karang Taruna


(21)

bukunya teori komunikasi yang menyatakan bahwa kerangka pemikiran tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki tendensi-tendensi pemikiran yang kuat untuk menganalisis. Dalam teori ini menjelaskan tentang struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara sejumlah individu dan kelompok. Ketika orang berkomunikasi dengan individu lain maka terciptalah hubungan yang merupakan garis komunikasi dalam organisasi, Karena hubungan tersebut akan terus berkesinambungan samai pada akhirnya akan menciptakan hubungan yang ada di dalamnya. Dan komunikasi ketua karang taruna yang sudah diterapkan mampu menjadikan kesatuan organisasi dan menciptakan ketraman dan kesejahteraan pada masyarakat kemudian komunikasi pengurus yang menghubungkan dalam progam progam kegiatan karang taruna yang telah dilaksanakannya, di dalam sebuah kepengurusan pasti juga adanya konflik atau hambatan hambatan dalam berkomunikasi.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Rosady Ruslan yang mengutip pendapat Strauss dan Corbin dalam bukunya penelitian kualitatif yang menyatakan bahwa jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

Sementara itu, Penelitian kualitaif sebagaimana yang dikemukakan oleh Lexy J. Meleong dengan mengutip pendapat Bogdan dan Taylor


(22)

dalam bukunya penelitian kulitatif yang menyatakan bahwa definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan satu deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic dan memandangnya sebagai bagian yang saling berkaitan.10

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu pengalaman subyektif atau fenomenologikal. Penelitian dengan berlandaskan fenomenonologi melihat obyek penelitian dalam satu konteks naturalnya.Dalam pandangan ini diyakini bahwa sesungguhnya obyek ilmu tidak terbatas pada hal-hal yang empiris, tetapi juga mencakup fenomena yang berada di luar itu, seperti persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang sesuatu di luar dirinya.dengan kata lain, dalam mengobservasi data di lapangan, peneliti tidak melepas konteks atau situasi yang menyertainya.

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sesuatu yang diteliti, baik orang, benda maupun lembaga (organisasi). Subyek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subyek penelitian inilah terdapat obyek penelitian.11 Peneliti telah menentukan subyek dalam penelitin ini yaitu pengurus karang taruna dan anggota karang taruna Desa Gadel Tandes Surabaya.

10

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2005), hal. 4. 11


(23)

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan yang dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra, keadaan batin dan bisa juga berupa proses.12 Obyek penelitian yang dikaji peneliti ini adalah mengenai komunikasi organisasi pengurus karang taruna, keaktifan kegiatan organisasi karang taruna, dan gaya kepimpinan.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Gadel Tandes Surabaya. Dan karang taruna di sini sudah banyak membantu masyarakat dan mensejahterakan, menghidupkan hingga bisa mengumpulkan para pemuda-pemudi mengajak untuk manfaatkan potensi dan mengali motivasinya agar ikut serta belajar bagaimana cara berorganisasi di tengah-tengah masyarakat.

3. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data Primer

Menurut S. Nasution, data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.13 Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati

12

Ibid hal 36 13


(24)

atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang komunikasi organisasi yaitu dengan cara wawancara dengan pengurus dan anggota karang taruna.

b. Data Sekunder

Sumber tertulis dapat dikatakan sebagai sumber kedua yang berasal dari luar sumber kata-kata dan tindakan. Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.14

Dalam konteks ini, upaya untuk menggali data informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti mencari sumber data tertulis untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti mendapatkan sumber data tertulis berupa buku yang memuat teori yang berkaitan dengan topik penelitian sebagai penunjang. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancaa langsung dengan pengurus dan anggota karang taruna Desa Gadel Tandes Surabaya.

4. Sumber Data

Menurut Suharmi Arikunto, yang dimaksud dalam sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.15 Ada beberapa sumber data yang bisa digunakan peneliti di antaranya:

14

Ibid. 15


(25)

a. Informan

Informan adalah orang yang sangat berperan penting dalam proses pengumpulan data atau bisa disebut juga dengan narasumber atau orang yang menjadi kunci utama sumber data dalam penelitian ini. Informan haruslah orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah penggurus dan anggota karang taruna Desa Gadel Tandes Surabaya.

b. Tempat atau Lokasi

Dari memahami kondisi lokal penelitian, dengan secara tidak langsung peneliti bisa mencermati dan mencoba untuk mengkaji secara praktis dan bisa menarik sebuah kesimpulan.

c. Dokumen atau Arsip

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti.16 Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu.

16

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 225


(26)

d. Catatan Lapangan

Yaitu catatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan peran serta peneliti yang berupa situasi, proses dan perilaku terutama yang berkaitan dengan perilaku komunikasi yang dilakukan peneliti, kemudian hasilnya dijadikan suatu catatan.

5. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisa data, tahap penulisan laporan.

Tahap pra lapangan, dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan pra survey ke lokasi yang akan diteliti dalam penelitian ini, pra survey dilakukan di kantor organisasi karang taruna merah putih, lalu memilih informan untuk melakukan wawancara sederhana dengan beberapa pengurus, maupun beberapa anggota. Kemudian peneliti juga menyiapkan perlengkapan penelitian untuk melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan dan untuk melihat serta mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Tahap pekerjaan lapangan, tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan melakukan wawancara dengan unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman wawancara yang telah disediakan peneliti, dan melakukan observasi tidak langsung tentang keadaan kantor dan mengadakan pengamatan langsung kegiatan apa saja yang sudah menjadi program kerja. Tahap analisis data, Analisis data merupakan


(27)

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori kesatuan uraian dasar.17 Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu: wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis dengan analisis induktif. Hasil dari perolehan data dikumpulkan dan diklasifikasikan menjadi data primer dan data skunder kemudian dilanjutkan dengan membuat identifikasi dari data tersebut untuk dipilih menjadi data khusus. Hasil dari penemuan yang berupa data-data khusus digeneralisasikan menjadi analisis dari sebuah temuan di lapangan. Hasil penelitian yang sudah dianalisis dengan analisis induktif inilah yang disebut sebagai hasil akhir penelitian.

Tahap penulisan laporan, Dalam penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga dalam tahap ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik, akan menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.18 Hasil dari keseluruhan proses penelitian mulai dari rumusan masalah sampai hasil akhir yaitu analisis yang ditunjang dengan keabsahan data ditulis dalam penelitian laporan yang berbentuk skripsi. Dalam penelitian laporan ini ditunjang dengan sistematika yang baik maka hasil penelitian laporan juga baik pula.

17

Opcit hal. 103. 18


(28)

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Wawancara Mendalam (Depth Intrerview)

Metode interview juga bisa disebut dengan metode wawancara, metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.19

b. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi ialah untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang alami.20

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis, baik berupa karangan, memo, pengumuman, intruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

19

Burhan Bungin, Metodoligi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga, 2001), hal. 133. 20 Opcit hal. 225.


(29)

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dari wawancara, obervasi sampai dokumentasi untuk mendapatkan data yang benar-benar valid. Selain wawancara, observasi dan dokumentasi juga dilakukan pada komunikasi organisasi pengurus dan anggota karang taruna dengan bantuan alat recorder, serta peneliti ikut terjun langsung dalam setiap kegiatan yang diadakan guna mendapatkan latar suasana yang dibutuhkan.

Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitia kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumenter, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam penelitian ini.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu jenis penelitian deskriptif, yaitu metode survei. Metode survei adalah penyelidikan yang


(30)

diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal apa saja yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan mengunakan sample.21 Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berbentuk kata-kata, dan bukan angka. Kalau pun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang diperoleh meliputi interview, catatan lapangan dan lain-lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observatif kualitatif, dimana setelah memperoleh data dari hasil pengamatan dan wawancara, peneliti kemudian melakukan analisis.

21

Penelitian Deskriptif Kualitatif, www.informasi-pendidikan.com, 17/11/2016. Pukul 0.54 wib.


(31)

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibiulitas. Untuk mendapatkan data yang relevan, maka peneliti melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara : a. Triangulasi data, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang terkumpul untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data tersebut. Hal ini dapat berupa penggunaan sumber, metode penyidik dan teori.22

Dari berbagai teknik tersebut cenderung menggunakan sumber, sebagaimana disarankan oleh Patton yang berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu data yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu keabsahan data dengan cara sebagai berikut:23

1) Membandingkan hasil wawancara dan pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

Yang ingin diketahui dari perbandingan ini adalah mengetahui alasan-alasan apa yang melatarbelakangi adanya perbedaan tersebut

22 Opcit hal 178. 23


(32)

(jika ada perbedaan) bukan titik temu atau kesamaannya sehingga dapat sehingga dapat dimengerti dan dapat mendukung validitas data.

b. Keikutsertaan di lapangan dengan rentang waktu yang panjang bertujuan untuk menguji kepercayaan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti di lapangan.

Karena teknik ini menghendaki pengenalan secara mendalam, maka waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau informasi menjadi lama. Semakin lama peneliti berbaur dengan yang diteliti, maka peneliti akan dapat mempelajari pola dan perilaku hidup obyek yang diteliti.24

24


(33)

25

BAB II

KAJIAN TEORIRIS TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS KARANG TARUNA MERAH PUTIH

A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Organisasi

a.Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah pengirim dan penerima berbagai pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal di suatu organisasi. bila organisasi semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan semakin kompleks pula proses komunikasinya. Organisasi kecil yang anggotanya hanya tiga orang, proses komunikasi yang anggotannya seribu orang menjadi komunikasinya sangat kompleks.

Komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotannya secara individual.1

1


(34)

Bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan yaitu:

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

c. Komunikasi organisasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungdannya dan keterampilan/skilnya.2

Manusia di tengah-tengah suatu masyarakat. Manusia hanya bisa bertahan hidup dalam masyarakat jika mereka menjalani kehidupan sebagai sebuah aktivitas interaksi dan kerjasama yang dinamis dalam suatu jaringan kedudukan dan perilaku. Aktivitas interaksi dan kerjasama itu terus berkembang secara teratur sehingga terbentuklah wadah yang menjadi tempat manusia berkumpul yang disebut organisasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia dan dengan adanya komunikasi yang baik maka suatu organisasi dapat berjalan dengan lancardan berhasil dan begitu pula sebaliknya apabila kurang atau tidak adanya komunikasi maka organisasi akan macet atau berantakan. Komunikasi. organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi

2


(35)

tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun juga setidak-tidaknya terdapat satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi yang menafsirkan suatu pertunjukan pesan.

Menurut Gold Haber yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam bukunya komunikasi organisasi yang menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu :

a. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan

b. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

c. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif

d. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk memberikan kontribusi

e. Mengendalikan prestasi.3

3


(36)

b. Tujuan Komunikasi Organisasi

Ada empat tujuan komunikasi organisasi, yaitu:

1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat. Memberi peluang bagi para pemimpin organisasi dan anggotannya untuk menyatakan pikiran, pandangan, dan pendapat sehubungan dengan tugas dan fungsi yang mereka lakukan.

2. Membagi informasi (information sharing). Memberi peluang kepada seluruh aparatur orgaisasi untuk membagi informasi dan memberi makna yang sama atas visi, misi, tugas pokok, fungsi organisasi, sub organisasi, individu, maupun kelompok kerja dalam organisasi

3. Menyatakan perasaan dan emosi. Memberi peluang bagi para pemimpin dan anggota organisasi untuk bertukar informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.

4. Tindakan koordinasi. Bertujuan mengkoordinasi sebagai atau seluruh tindakan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi habis ke dalam bagian atau subbagian organisasi. Organisasi tanpa koordinasi dan organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerja sama.4

c. Fungsi Komunikasi Organisasi

4


(37)

Ada dua fungsi komunikasi organisasi, yaitu organisasi yakni fungsi umum dan fungsi khusus

1) Fungsi Umum

a) Komunikasi berfungsi untuk menceritakan informasi terkini mengenai sebagai atau keseluruhan hal yang berkaitannya dngan pekerjaan. terkadang komunikasimerupakan proses pemberian informasi mengenai bagaimana seorang atau sekelompok orang harus mengerjakan satu tugas tertentu. Contohnya: job description. b) Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat,

fakta, termasuk menjual sikap organisasi dan sikap tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan. Contohnnya: public relations (humas), pameran, ekspo, dll.

c) Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa belajar dari orang lain (internal), belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan

orang lain, tentang apa, yang “dijual” atau yang diceritakan oleh orang lain tentang organisasi.

d) Komunikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau siapa yang menjadi atasan dan siapa yang menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan kewenagan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, serta mengalokasikan manusia, mesin,metode dan teknik dalam organisasi.


(38)

2) Fungsi khusus

a) Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi, lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu dibawah sebuah komando.

b) Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antarsesama bagi peningkatan produk organisasi.

c) Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang ambigu dan tidak pasti.

Menurut Charles Condrad (1985) yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya sosiologi & komunikasi organisasi menyatakan bahwa ada dua fungsi makro komunikasi organisasi, yaitu fungsi komando dan fungsi relasi bermuara pada fungsi komuniksiyang mendukung organisasi dalam pengambilan keputusan, terutama ketika organisasi menghadapi situasi yang tidak menentu.5

d. Hambatan Komunikasi

Hambatan-hambatan komunikasi organisasi atau gangguan

berkomunikasi adalah pengaruh dari “dalam” maupun dari “luar” individu atau lingkungan yang “merusak” aliran atau isi pesan yang dikirimkan atau yang diterima. Hambatan komunikasi dalam organisasi antara lain:

5


(39)

1) Penyaringan informasi komunikator memanipulasi informasi sedemikian rupa yang membuat penerima lebih tertarik atas informasi yang hendak dikirimkan.

2) Persepsi selektif komunikan sering kali bersikap tertentu kepada informasi sesuai dengan persepsi-seleksinya atas informasi yang diterima.

3) Emosi dua pihak yang berkomunikasi berada dalam suasana emosi yang tidak memungkinkan pengiriman dan penerimaan informasi, akibatnya menyulitkan kontak dan pemberian makna atas pesan. 4) Bahasa dua pihak menggunakan bahasa yang berbeda, konsep atau

istilah yang berbeda, sehingga menyulitkan pemahaman atas informasi. 5) Tanda-tanda nonverbal perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan membuat dua pihak tidak dapat memahami bahasa isyarat, bahasa jarak dan ruang, kinesik, aksesoris yang mereka gunakan sebagai pesan.6

Hambatan atau gangguan merupakan sifat yang melekat pada komunikasi. Hambatan dapat menghalangi pengirim dalam mengirim pesan dan penerima dalam menerima pesan. Sehungga membuat pesan yang disampaikan pengirim berbeda dengan pesan yang diterima si penerima ada beberapa jenis hambatan komunikasi adalah :

 Hambatan fisik

Faktor fisik dari pengirim dapat menjadi hambatan dalam komunikasi. Misalnya gangguan kesehatan (suara serak), kecepatan

6


(40)

bicara dan intonasi suara. Faktor fisik dari lingkungan juga dapat menjadi hambatan dalam komunikasi.

 Hambatan psikologis

Faktor psikologis sering menjadi hambatan dalam komunikasi umumnya disebabkan oleh si pengirim. Sebelum berkomunikasi, tidak mengkaji / melihat kondisi si penerima. Komunikasi sulit untuk berhasil jika saat berlangsungnya

komunikasi tersebut, penerimasedang sedih, binggung,

marah,kecewa,iri hati, dan kondisi psikologis lainnya.

 Hambatan dalam proses komunikasi

Hambatan dari si pengirim, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi si pengirim itu sendiri. Hal ini sering dipengaruhi oleh perasan atau situasi emosional dari si pengirim ketika mengirimkan pesan.

a. Hambatan dari si penetima, seperti kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan taggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

b. Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang diberikan tidak apa adanya, tidak tepat waktu, tidak jelas, dsb

 Hambatan semantik

Menyangkut bahasa yang dipergunakan pengirim sebagai, alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada penerima. Seorang pengirim harus benar-benar memperhatikan hambatan semantic ini, sebab salah ucap dapat menimbulkan


(41)

salah penegrtian yang pada akhirnya bisa menimbulkan salah komunikasi.

Seringkali pengirim salah ucap karena berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap

terformulasikan kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Hambatan semantic ini kadang kadang disebabkan pula oleh aspek

antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna yangberbeda. Salah

komunikasi adakalanya disebabkan oleh pemilih kata yang tidak tepat dan kata-kata yang sifatnya konotatif.7

e. Jaringan Komunikasi

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Sejumlah orang tersebut saling bertukar pesan dan pertukaran pesan tersebut dilakukan melalui jalan tertentu yang disebut dengan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya di antara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga di antara keseluruhan orang dalam organisasi. Menurut Muhammad jaringan komunikasi organisasi terbagi menjadi dua, yaitu:8

7

Heru triyanto, Pengaruh komunikasi vertikal terhadap kinerja karyawan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit 7 Jombang. (Malang: Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim, 2014 ) hal 22

8


(42)

1) Jaringan Komunikasi Formal

Pesan yang mengalir melalui jalan resmi dan ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan, maka pesan tersebut merupakan jaringan komunikasi formal. Terdapat tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, dan komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya.

Pesan yang mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan merupakan pesan dalam jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Terdapat lima jenis komunikasi formal dalam organisasi, yaitu:

a. Komunikasi Horizontal (Komunikasi Lateral/Menyamping)

Merupakan bentuk komunikasi secara mendatar dimana terjadi pertukaran pesan secara menyimpang dan dilakukan oleh dua pihak yang mempunyai kedudukan yang sama, posisi yang sama, jabatan yang se-level maupun eselon yang sama dalam suatu organisasi. Komunikasi bentuk ini selain berguna untuk menginformasikan juga untuk meminta dukungan dan mengkoordinasikan aktivitas. Komunikasi horizontal diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi sehingga mempercepat tindakan. Kemudahan koordinasi ini terjadi karena adanya tingkat, latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang relatif sama antara pihak-pihak yang berkomunikasi serta adanya struktur formal yang tidak ketat.


(43)

b. Komunikasi Diagonal

Merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak kepada pihak lain dalam posisi yang berbeda, dimana kedua pihak tidak berada pada jalur struktur yang sama. Komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain. Komunikasi diagonal merupakan saluran komunikasi yang jarang digunakan dalam organisasi, namun penting dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui saluran-saluran lain. Penggunaan komunikasi ini selain untuk menanggapi kebutuhan dinamika lingkungan organisasi yang rumit juga akan mempersingkat waktu dan memperkecil upaya yang dilakukan oleh organisasi.

c. Komunikasi Vertikal

Merupakan komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan dalam organisasi. Menjelaskan bahwa komunikasi vertikal adalah komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu organisasi ke suatu tingkat yang lebih tinggi atau tingkat yang lebih rendah secara timbal balik. Dalam lingkungan organisasi, komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi kunci penting kelangsungan hidup suatu organisasi. Menurut Stonner dan Freeman, dua per tiga dari komunikasi yang dilakukan dalam organisasi berlangsung secara vertikal antara atasan dan bawahan sehingga peran komunikasi vertikal sangat penting dalam suatu organisasi. Pada dasarnya, komunikasi vertikal memiliki dua pola, yaitu:


(44)

Komunikasi ke atas mengacu pada pesan atau informasi yang dikirim dari tingkat bawah ke tingkat atas dalam hirarki organisasi. Para pegawai

menggunakan saluran komunikasi ini sebagai kesempatan untuk

mengungkapkan ide atau gagasan yang mereka ketahui dan membantu para pegawai untuk menerima jawaban yang lebih baik tentang masalah dan tanggung jawabnya. Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi, yaitu:9

 Pimpinan dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dan pimpinan dapat mempersiapkan diri menerima apa yang disampaikan bawahannya.

 Pimpinan memperoleh informasi yang berharga dalam pembuatan keputusan.

 Komunikasi ke atas dapat memperkuat apresiasi dan loyalitas pegawai terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan, ide dan saran tentang jalannya organisasi.

 Komunikasi ke atas dapat mendorong munculnya desas-desus dan memberikan kesempatan bagi pimpinan untuk mengetahuinya.

 Komunikasi ke atas memberikan petunjuk bagi pimpinan apakah pegawainya menangkap arti dari komunikasi ke bawah yang dilakukannya.

9

Dedy Mulayana, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 103.


(45)

 Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah-masalah pekerjaan dan memperkuat keterlibatan pegawai dalam tugas-tugasnya dan organisasi.10

e. Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication).

Komunikasi ke bawah dilakukan untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan

kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah

kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

2) Jaringan Komunikasi Informal

Jaringan komunikasi informal terbentuk tanpa memperhatikan struktur organisasi atas ke bawah bawah ke atas dan horizontal. Ada enam fungsi jaringan komunikasi informal, yakni memberikan konfirmasi atau

penjelasan tambahan, memperluas pesan, mencatat informasi,

mempertentangkan informasi, membagi informasi lebih luas dan melengkapi. Mengapa jaringan itu pentig? Karena jumlah informasi yang dikirim lebih banyak, lebih cepat dan akurasi.

2. Karang Taruna

a. Pengertian Karang Taruna

Karang taruna Indonesia adalah salah satu wadah bagi generasi muda Indonesia yang telah didirikan di Jakarta. Tepat tanggal 26 september 1960. Pengertian karang taruna adalah sebagaimana tertuang dalam anggaran dasar karang taruna sebagai berikut:

10


(46)

Karang taruna Indonesia adalah wadah pengembangan generasi muda dan putusan yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat, khususnya generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas sosial sederajat sampai tingkat nasional, bergerak terutama di bidang kesejahteraan sosial (kesos)”.

Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa karang taruna adalah organisasi pemuda atau remaja Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah NKRI. Sehingga karang taruna boleh dikatakan sebgai organisasi modern dan bukan organisai konvensional yang mengangkat pengurus dari kalangan keluarga, keturunan dan kerabat. Dikatakan organisasi

modern adalah “Organisasi dimana faktor-faktor yang bersifat pribadi tidak memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan. Organisai modern disebut juga sebagai organisai rasional dan legal, adalah organisasi yang dalam kegiatannya terdapat pemisahan yang tegas antara urusan pribadi dengan urusan organisasi.”11

Dengan diterapkannya model organisai modern ini maka karang taruna melakukan pergantian kepemimpinan secara berkala setiap lima tahun sekali yang dipilih oleh anggota dan bukan berdasarkan kepengurusan. Jadi wadah karang taruna merupakan arena untuk pembelajaran dan mempraktikkan teori-teori demokrasi dikalangan

11

Saragi P. Tumpal, Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa, Alternatif Pemberdayaan Desa


(47)

remaja dan pemuda yang dimulai pada tingkat desa/kelurahan sampai tingkat nasional.

Dalam menjalankan fungsi, visi, dan misinya, karang taruna tidak lapas dari pijakan tujuan organisasi karang taruna, adapun tujuan karang taruna sebagaimana berikut:

1) Mewadahi setiap remaja dan pemuda yang peduli dalam penanganan permasalahan sosial, serta meningkatkan pengalaman kerjasama antara sesama generasi muda dalam rangaka mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan sosial bagi generasi muda dan menyiapkan kader yang beriman, bermoral, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab untuk siap mengabdi kepada masyarakat dan menjadi calon-calon pimpinan di masa mendatang.

2) Memberi arah, bimbingan, pendampingan, dan advokasi kepada generasi muda penyandang masalah sosial dalam rangka penghargaan usaha-usaha kesejahteraan sosial.

3) Menumbuhkan potensi keberagaman bakat, keterampilan,

kewirausahaan dan pengetahuan hingga pwenyelesaian masalah yang signifikan untuk mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka implementasi otonomi daerah dan peningkatan ekonomi kerakyatan.

4) Mendorong setiap warganya dan warga masyarakat pada umumnya untuk mampu menjalin toleransi dalam kehidupan kemasyarakatan dan menjadi perekat persatuan dalam perbedaan dan keberagaman yang tinggi.


(48)

5) Membina kejasama strategis dan saling menguntungkan dengan kalangan pemerintah, sektor swasta, organisasi sosial, lembaga swadya masyarakat, para praktisi pengembangan masyarakat, cendikiawan, dan mitra kepemudaan lainnya, guna kemajuan dalam kemandirian dan independensi organisasinya dan cita-cita kesejahteraan masyrakat yang menjadi tujuan geraknya.

Dilihat dari tujuan karang taruna sebagaimana tertuang dalam di atas menunjukkan bahwa karang taruna mempunyai posisi strategis dalam pembangunan bangsa, dimana melalui wadah karang taruna para remaja pemuda ditempa dan disiapkan dengan berbgai kemapuan, mengembangakan bakat minat, guna mencapai kesejahteraan hidup masa depan para remaja atau generasi muda sebagai generasi pengganti dalam meneruskan pembangunan bangsa.12

3. Pola komunikasi organisasi a. Pengertian pola organisasi

Pola komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang mencakup dalam bidang ini adalah komunikasi internal, komunikasi eksternal, hubungan persatuan pengelolahan, komunikasi bawahan atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi ke atas atau dari bawahan kepada atsan dan komunikasi dari orang-orang yang sama tingkatnya dalam organisasi, menulis

12


(49)

dan komunikasi evaluasi progam. Karena dengan adanya komunikasi ke bawah, ke atas, dan horizontal, koordinasi pekerjaan dapat berjalan lancar dan tujuan organisasi bisa dicapai. 13

b. Macam-macam pola komunikasi organisasi

Pola komunikasi organisasi adalah bentuk komunikasi yang digunakan dalam organisasi yang kompleks. Dalam suatu organisasi para anggota pasti saling bertukar pesan dengan anggota lainnya. Pertukaran pesan tersebut terjadi dengan melalui suatu jalan yang dinamakan pola aliran informasi atau jaringan komunikasi. 14

Dalam organisasi ada beberapa pola yang biasa digunakan untuk berkomunikasi, menurut Joseph A,Devito dan Sthepen,P. Robbins yang dikutip oleh Joseph A. Devato dalam bukunya komunikasi antar manusia dan organization behavior yang menyatakan bahwa ada 5 pola komunikasi yang biasa digunakan dalam berkomunikasi, yakni:

a. Pola lingkaran

Menurut Joseph A. Devito dalam pola lingkaran semua anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan yang lainnya, tidak mempunyai

13

Muhammad rifki. Pola komunikasi organisasi aksi cepat tanggap dalam penanganan becana gunung kelud di kecamatan pare kabupaten Kediri. (Jakarta : Universitas negeri syarif

hidayatullah ) hal 47 14


(50)

pemimpin serta setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya15

Disisi lain menurut sthephen P. Robbins pola lingkaran adalah adannya interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarki, namun tidak adannya interaksi lanjutan pada hirarki yang lebih tinggi. Misalnya komunikasi terjadi secara interaksi antar sesame bawahan dengan atasannya langsung (komunikasi berjenjang )16

b. Pola roda

Menurut joseph A. DeVito, pola roda disini memiliki pimpinan yang jelas, sehingga kekuatan pimpinan berada pada posisi sentral dan berpengaruh dalam proses penyampaina pesannya yang mana semua informasi yang berjalan harus terlebih dahulu disampaikan kepada pimpinan. 17

Sementara Stephen P. Robbins, pola roda merupakan sistem jaringan komunikasi yang menjadi semua laporan, intruksi, perintah kerja dan kepengawasan terpusat satu orang yang memimpin dengan empat bawahan atau lebih dan tidak adannya komunikasi sesama bawahan yang lain.18

c. Pola rantai

Menurut Joseph A. DeVito, pola ranatai ini titik memiliki pemimpin sama halnya pola lingkaran. Tetapi orang yang berada diposisi, tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada orang yang berada di posisi lain. Serta

15

Joseph A. DeVito, komunikasi antarmanusia, penerjemah Agus Maulana (pemalang KARISMA punlishing Grup, 2011) edisi ke lima hal 383

16

Stephen P. Robbins, Organization Behaviour (New Jersey : Pearson Prentice Hall, 2009) Hal 134 17

ibid hal 383 18


(51)

orang yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. 19

Sedangkan menurut Stephen P. Robbins, pola komunikasi rantai disini terdapat lima tingkatan dalam jenjang hirarkisnya dan hanya dikenal sebagai sistem komunikasi arus ke atas (upward) dank e bawah (downward ) begitru juga sebaliknya artinya model tersebut menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadi suatu penyimpangan20

d. Pola bintang atau semua saluran

Menurut Joseph A. DeVito, dalam pola ini semuanya anggota memiliki kekuatan yang sama untuk memengaruhi anggota lainnya dan setiap anggota lainnya memungkinkan adannya partisipasi anggota secara optimum.21

Sedangkan menurut Stephen P. Robbins dalam pola ini semua tingkatan dalam jaringan ini dapat melakukan interaksi timbal balik tanpa melihat siapa yang menjadi tokoh sentralnya. Dan setiap staf / bawahan tidak dibatasi dan bebas melakukan interaksi dengan berbagai pihak / pimpinan atau sebaliknya. 22

19

Ibidi hal 383 20

Ibid hal 134 21

Ibid hal 383 22


(52)

e. Pola Y

Menurut Joseph A. DeVito pola Y juga terdapat pimpinan yang jelas dan setiap anggota dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. 23

Menurut Stephen P. Robbins pola Y ini terdapat empat level jenjang hirarki, satu supervisor mempunyai dua bawahan dan dua atasan yang memungkinkan berbeda devisi atau departemen.24

Pola-pola yang telah disebutkan merupakan pola aliran informasi yang biasa digunakan dalam organisasi dan digunakan hanya untuk berkomunikasi secara internal, atau hanya dalam lingkup organisasi saja.25

4. Metode komunikasi organisasi a. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis adalah salah satu cara berkomunikasi yang memindahkan pesan (informasi) secara tertulis dari satu sumber, dan dikirimkan atau dialihkan kepada pihak penerima . lazimnya, komunikasi tertulis dilakukan melalui surat menyurat. Jika surat menyurat pribadi itu ada ragamnya, demikian pula komunikasi tertulis dalam organisasi. cara-cara berkomunikasi tertulis dalam organisasi biasanya mempunyai standar tertentu yang diterapkan sebagai ciri khas dari sebuah organisasi. cara- cara tersebut ditunjukkan dalam tata aturan surat menyurat, memo, laporan, manual, dan formulir yang dikeluarkan oleh suatu organisasi.

23

Ibid hal 383 24

Ibid hal 134 25


(53)

a. Surat

Surat adalah cara berkomunikasi tertulis yang bertujuan untuk mengalihkan sebuah informasi dari suatu sumber kepada penerima baik perorangan, kelompok, atau unit kerja didalam maupun diluar lingkungan organisasi26

b. Memo

Memo sering disebut dengan office memo randum, merupakan cara berkomunikasi tertulis yang digunakan oleh seorang pejabat kepada seseorang atau sekelompok orang didalam lingkungan organisasi. isi dari sebuah memo biasanya tentang satu topic yang bersifat impersonal (dinas dan resmi ). Dilihat dari segi derajatnya, memo kurang formal dibandingkan dengan surat.

c. Laporan

Lapora merupakan cara berkomunikasi tertulis yang berisi perkembanagan atau kemajuan suatu kegiatan atau proyek, yang sering digunakan sebagai informasi dasar bagi pengambilan keputusan. d. Manual

Manual adalah cara berkomunikasi tertulis yang sangat bervariasi dalam sebuah organisasi. manual biasanya berisi perintah bagaimana seorang karyawan harus mengerjakan suatu tugas secara bertahap. Terkadang, manual berisi informasi tentang aturan organisasi, aturan mengoperasikan computer, mesin faks, atau internet.

26


(54)

e. Formulir

Formulir adalah cara berkomunikasi tertulis yang relative sudah berpola artinya organisasi telah menetapkan standarisasinya.

b. Komunikasi lisan

Komunikasi lisan merupakan cara berkomunikasi tatap muka yang biasa dilakukan dalam organisasi, misalnya melalui komunikasi antarpribadi atau kelompok, baik dalam pelaksanaan tugas- tugas organisasi (task) maupun dalam pertemuan formal (rapat), penyampaian laporan organisasi, hingga ke pertemuan informal. Komunikasi lisan dikenal pula sebagai komunikasi antarpribadi. Cara berkomnikasi lisan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar diantara dua pihak yang berkomunikasi, dimana para partisipan dan menyampaikan dan merespons informasi secara verbal maupun nonverbal sehingga memudahkan pemahaman bersama. Mengapa dikatakan memudahkan ? sebab, dalam komunikasi tatap muka, dua pihak secara langsung dapat menanyakan kembali pesan, jika pesan yang dikirimkan dan diterima belum dimengerti. 27

c. Media elektronik

Berkomunikasi dalam organisasi melalui media elektronik untuk memindahkan informasi, baik informasi secara verbal maupun nonverbal. Pertukaran informasi dengan bantuan media elektronik bertujuan untuk mengalihkan pesan tertulis secra tepat, hemat, dan murah melalui jaringan

27


(55)

komputer dalam local area network (LAN). Media ini dapat digunakan untuk berkomunikasi bermedia, baik lisan maupun tertulis. 28

Dari uraian dapat membandingkan metode komunikasi tertulis lisan, nonverbal sebagai terlihat pada tabel berikut ini :

Metode Bentuk

Oral 1. Wawancara 4. Orientasi

2. Pertemuan bawahan 5. Konseling 3. Konferensi 6. Laporan

Tertulis 1. Pengumuman 5. Buku

2. Surat 6. Kartu kendali 3. SKP 7. Selebaran 4. Poster 8. Diposisi

Nonverbal 1. Bahasa tubuh 5. Warna

2. Jarak 6. Asesoris 3. Ruang 7. Perasaan 4. Waktu 8. Intonasi Media elektronik 1. Telepon 5. Komputer

2. Faks 6. Multimedia 3. Email 7. Televisi 4. Slide 8. Video

B. Kajian Teori a. Teori Jaringan

Suatu cara lain untuk melihat struktur organisasi adalah dengan meneliti pola-pola interaksi dalam organisasi guna mengetahui siapa berkomunikasi dengan siapa. Karena tidak seorang pun mampu berkomunikasi secara persis sama dengan setiap anggota organisasi lainnya. Maka dapat melihat

28


(56)

kelompok komunikasi yang saling berhubungan satu sama lain sehingga membentuk jaringan organisasi secara keseluruhan.

Jaringan atau networkdidefinisikan sebagai “social structures created by communication among individuals and group” (struktur sosial yang

diciptakan melalui komunikasi di antara sejumlah individu dan kelompok). Ketika orang berkomunikasi dengan orang lain maka terciptalah hubungan (link) yang merupakan garis-garis komunikasi dalam organisasi. Sebagian

dari hubungan itu merupakan “jaringan formal” (formal network) yang dibentuk oleh aturan-aturan organisasi, seperti struktur organisasi sebagaimana dikemukakan weber sebelumnya. Namun jaringan formal pada dasarnya mencakup hanya sebgai dari struktur yang terdapat pada organisasi. selain

jaringan formal terdapat pula “jaringan informal” (emergent network) yang merupakan saluran komunikasi nonformal yang terbentuk melalui kontak atau interaksi yang terjadi di antara anggota organisasi setiap harinya.

Biasannya turut serta membuat jaringan informal melalui tegur sapa yang dilakukan terhadap rekan atau sejawat dikantor, menjawab telepon yang bordering atau menulis pesan melalui memo kantor dan sebagainnya. Dewasa ini, kemampuan untuk membangun hubungan atau link semakin meningkat dengan kehadiran tekologi pesan singkat (SMS) melalui telepon genggam atau email melalui internet. Dengan kata lain, hubungan tidak terbentuk hanya melalui tatap muka secara fisik tetapi juga melalui sarana nonfisik. Dengan demikian, hubungan atau relationship terbentuk melalui komunikasi antar anggota organisasi secara terus menurus, dan tentu saja tidaklah mudah untuk mencatat setiap hubungan yang terjadi.


(57)

Dengan demikian, jika ingin meneliti struktur jaringan suatu organisasi maka harus mampu masuk tidak saja ke dalam jaringan formalnya tetapi juga jaringan informal yang bersifat lebih kompleks termasuk hubungan diantara anggota organisasi misalnya, yang dilakukan email / SMS. Dalam

hal ini peneliti dapat melakukan 2 tipe penelitian yaitu penelitian “analisis sinkroni” (synchronous analyses) yang melihat jaringan yang tengah bekerja

atau berjalan pada periode waktu tertentu dan “analisis diakronik” (diachronic analyses) yang melihat bagaimana jaringan jaringan berubah pada suatu masa tertentu. Pada bagian ini, hanya akan meninjau beberapa ide dasar mengenai jaringan dari literaturnya, khususnya gagasan dari Peter R. Monge dan Noshir S. Contractor mengenai teori jaringan.29

Gagasan dasar yang sangat penting mengenai jaringan adalah

“keterhubungan” atau “keterkaitan” (connecteness), yaitu bahwa terdapat jalur komunikasi yang relative stabil di antara individu-individu anggota organisasi. para individu yang saling berkomunikasi satu sama lain akan terhubung bersama-sama kedalam kelompok-kelompok yang pada gilirannya kelompok-kelompok itu akan saling berhubungan yang membentuk jaringan keseluruhan. Setiap orang memiliki seperangkat hubungan yang unik dengan

orang lain yang disebut “jaringan personal” (personal network). Dengan kata lain jaringan personal adalah hubungan yang miliki di antara dengan hubungan lainnya dengan siapa berkomunikasi dalam suatu organisasi,

29

Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 410.


(58)

dan jaringan personal tidak akan persis sama dengan jaringan personal yang dimiliki rekan sejawat.

Jaringan dalam kelompok (group network) terbentuk karena individu cenderung berkomunikasi lebih sering dengan anggota organisasi tertentu lainnya. Organisasi pada dasarnya terbentuk dari kelompok-kelompok yang lebih kecil yang terhubung bersama-sama dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil yang terhubung bersama-sama dalam kelompok-kelompok

yang lebih besar dalam “jaringan organisasi” (organizational network). Jika menganalis suatu jaringan maka akan melihat beberapa hal, misalnya:

a. Dapat melihat cara-cara setiap dua orang berinteraksi atau berhubungan, ini disebut dengan analisis Dyad.

b. Dapat memperhatikan bagaimana tiga orang saling berhubungan, disebut dengan analisis Triad.

c. Dapat pula melakukan analisis kelompok dan bagaimana kelompok kemudian terbagi-bagi ke dalam beberapa sub kelompok.

d. Akhirnya melihat pada cara-cara bagaimana berbagai kelompok itu

saling berhubungan satu sama lain dalam suatu “jaringan global”

Dalam melakukan analisis jaringan, dapat menganalisis suatu jaringan ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, namun selain mengidentifikasi bagian-bagian, juga dapat melihat pada kualitas atau sifat bagian-bagian itu atau menjelaskan fungsi-fungsi lain yang terdapat pada suatu hubungan dalam jaringan seperti persahabatan yang terbentuk,


(59)

bagaimana individu saling menukar informasi atau pengaruh-pengaruh dalam kelompok. Aspek jaringan semacam ini disebut multiplexity.

Dengan demikian, unit organisasi paling dasar menurut teori jaringan adalah hubungan di antara dua orang. Sistem organisasi terdiri atas hubungan yang tak terhitung jumlahnya yang membentuk kelompok-kelompok yang terhubung dengan organisasi. Suatu hubungan dapat ditentukan melalui jumlah tujuan yang ingin dicapai (apakah memiliki satu atau beberapa tujuan), berapa banyak orang yang terlibat, dan fungsi suatu hubungan dalam organisasi.

Hubungan juga dapat menentukan suatu “ peran jaringan” (network role) tertentu yang berarti, bahwa anggota menghubungan beberapa kelompok dalam cara-cara tertentu. Ketika anggota organisasi berkomunikasi satu sama lain, melaksanakan atau memenuhi berbagai peran dalam hubungannya dengan jaringan yang terdiri tas peran sebagai jembatan, penghubung, dan pemisah.

a. Jembatan peran sebagai “jembatan” dimana anggota suatu kelompok merangkap atau menjadi anggota kelompok lainnya.

b. Penghubung seseorang berperan sebagai penghubung jika ia menghubungkan dua kelompok tetapi ia sendiri bukan anggota keduannya.

c. Pemisah seseorang berperan sebagai pemisah jika ia tidak terhubung atau terkait sam asekali dengan anggota lain

Dapat dilihat pada derajat hubungan di antara para anggota organisasi yang terdiri dari derajat ke dalam (in-degree) dan derajat keluar (out-degree).


(60)

a. Derajat ke dalam menunjukkan jumlah hubungan yang dilakukan orang lain terhadap individu, dengan kata lain hubungan antara inidividu dan individu lainnya yang terjadi karena insiatif individu lainnya.

b. Derajat keluar menunjukkan jumlah hubungan yang dilakukan terhadap individu lainnya. Insiatif hubungan dimulai dari diri sendiri.

Para peneliti juga dapat meneliti kualitas hubungan tertentu di antara orang-orang dalam organisasi. dalam hal ini, misalnya hungan langsung dan hubungan tidak langsung.

a. Hubungan dapat bersifat langsung (direct), yaitu hubungan secara langsung di antara dua orang tanpa melalui perantara.

Hubungan yang tidak langsung (indirect) yaitu hubungan antara dua orang yang diperantarai atau dimediasi oleh orang ketiga.


(61)

BAB III

PENYAJIAN DATA PENELITIAN MENGENAI KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS KARANG TARUNA MERAH PUTIH

A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah Karang Taruna Merah Putih

Awal mula terbentuknya organisasi ini dimulai pada tahun 2000-an, diawali dengan perkumpulan pemuda seperti biasa, lama kemudian diri mereka tergugah untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Karena keakraban satu sama yang lainnya membentuk jiwa yang care

satu dengan yang lainnya. Karena sering memberikan kontribusi untuk kebaikan di masyarakat, dan mendapatkan rekomendasi dari pemerintah desa juga untuk membentuk organisasi karang taruna yang pertama kali diketuai oleh bapak Sunarto dan diberikan nama Karang Taruna Merah Putih yang bertepat di Desa Gadel Kecamatan Tandes Surabaya.

Semakin berkembangnya zaman perkumpulan itu semakin diminati oleh pemuda maupun pemudi di daerah sekitar. Setelah berjalan beberapa tahun, akhirnya ada perubahan posisi jabatan di tahun 2005. Dalam reorganisasi selanjutnya diketuai oleh Khoirul Anbiyak sampai tahun 2008. Pada saat itu organisasi semakin berkembang dari kegiatan sosial maupun kesenian. Tetapi setelah


(62)

beberapa tahun berjalan, organisasi ini mulai vakum dikarenakan kesibukan dari masing-masing anggota yang tidak bisa ditinggalkan.

Selang beberapa tahun vakum, dan setelah kepemimpinan kepala desa yang baru yakni bapak Sijatmiko, organisasi ini mulai dipedulikan lagi, dan akhirnya atas rekomendasi dari bapak kepala desa yang baru, pada tahun 2013 mulai dipilih lagi ketua yang baru untuk menjalankan roda organisasi tersebut dan terpilihlah Dani Jafar sampai tahun 2016. Sedangkan Abdi Bian sebagai ketua baru di Karang Taruna Merah Putih periode saat ini. Sampai sekarang organisasi ini berjalan dengan baik dengan adanya beberapa program kerja yang dijalankan.

b. Tugas Pokok Karang Taruna

Karang taruna sebagaimana tercantum adalam Peraturan Mentri Sosial RI No. 83/HUK/2005 adalah organisasi sosial wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.

Dengan adanya karang taruna dimaksudkan sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat, khususnya generasi muda dalam rangka mewujudkan rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat pada umumnya. Tujuannya tidak lain adalah


(63)

terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda.

Untuk mencapai sasaran tersebut, tugas pokok karang taruna adalah bersama-sama dengan pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untukj menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.

c. Fungsi Pokok dan Prinsip Dasar Karang Taruna

Secara umum, karang taruna memiliki 10 (sepuluh) fungsi pokok, di antaranya:

1) Penyelenggara usaha kesejahteraan sosial,

2) Penyelenggara pendidikan dan pelatihan masyarakat, 3) Penyelenggara pemberdayaan masyarakat,

4) Penyelenggaraan pengembangan jiwa kewirausahaan,

5) Pemberi pengertian, pemupukan dan pengembangan kesadaran tanggung jawab,

6) Penumbuh dan pengembang semangat kebersamaan,

7) Pemupuk kreativitas generasi muda,

8) Penyelenggara rujukan, pandamping dan advokasi sosial,

9) Penguat sisitem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan,


(1)

organisasi karang taruna ini, apa yang harus ketua pahami dari setiap

pembicaraannya dengan para pengurus dan seluruh anggota. Semua itu adalah sebagai bukti kuat, bahawa upaya ketua organisasi dalam rangka berproses menuju terpenuhinya cita-cita organisasi melalui komunikasi yang efektif, terarah, dan terukur, merupakan gambaran riil adanya titik temu (keterkaiatan) anatara realitas lapangan dan teori.

Jika temuan dari fokus penelitian serta bagaimana komunikasi organisasi pengurus karanag taruna desa Gadel-Tandes-Surabaya ini dikonfirmsi dengan teori, maka akan terungkap dengan jelas, bahwa semua dari apa yang sudah peneliti temukan di lapangan, ternyata linier dengan teori yang ada.

Artinya, setelah peneliti pelajari dan amati secara seksama, ternyata terdapat kaitan yang erat sekali ketika fokus penelitian dan teori komunikasi organisasi dikonfirmasikan.


(2)

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:

1. Secara historis, berdirinya karang taruna Merah Putih desa Gadel, kecamatan

Tandes kota Surabaya bertujuan untuk menciptakan wadah kegiatan positif bagi seluruh pemuda-pemudi di desa ini. Sehingga semua potensi pemuda yang terpendam bisa mendapat tempat penyaluran yang tepat dan bermanfaat bagi seluruh anggota organisasi dan masyarakat luas.

2. Dalam komunikasi organisasi terdapat komunikasi secara formal dan

informal.. Dalam upward communication organisasi tidak terlalu susah

dalam prosesnya, karena prosesnya yang terlihat santai tapi tetap tegas, sehingga para anggota dapat merasakan kenyamanan dalam organisasi

karang taruna Merah Putih ini. Downward communication yang digunakan

dalam organisasi ini bertujuan untuk mencari solusi dan memberikan kepercayaan pada pengurus maupun anggota dalam menjalankan program kegiatan.

3. Metode komunikasi yang terdapat dalam organisasi karang taruna merah

putih desa Gadel, kecamatan Tandes adalah dengan cara tertulis meliputi surat undangan, secara lisan atau tatap muka dan media elektronik seperti whatssup dan facebook.


(3)

4. Pelaksanaan komunikasi organisasi yang berlangsung di karang taruna Merah Putih, kecamatan Tandes kota Surabaya ini tak luput dari hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari adanya perbedaan dalam memahami

suatu informasi atau tugas yang diberikan dan adanya perasaan sungkan

serta kurang percaya diri anggota. Usaha-usaha untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mendapatkan kejelasan perintah dan instruksi yang diberikan ketua dan memupuk rasa percaya diri, serta mencoba memahami kondisi lingkungan dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

B. Rekomendasi

Setelah proses pengolahan dan analisis data, maka rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap penelitian ini sebagai berikut:

1. Rekomendasi bagi Organisasi:

Diharapkan bagi organisasi karang taruna Merah Putih desa Tandes, kecamatan Tandes kota Surabaya, agar tetap mempertahankan komunikasi yang sudah terjalin baik dari pengurus ke anggota maupun anggota ke pengurus agar tetap bisa solid dan dapat memajukan organisasi karang taruna ini sebagai wadah kegiatan yang kreatif.

2. Rekomendasi bagi Peneliti Selanjutnya:

a. Disarankan untuk melakukan penelusuran data lebih mendalam dari

penelitian yang telah dilakukan, agar nantinya memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat.


(4)

b. Dalam melakukan penelitian hendaknya peneliti lebih komunikatif terhadap subyek peneliti, hal ini dikarenakan untuk memudahkan peneliti mengumpulkan data yang lebih lengkap dan akurat.

c. Hendaknya penliti selanjutnya dapat meneliti, mengkaji secara cermat

dan memperdalam kembali mengenai organisasi karang taruna lain. Kerena peneliti merasa bahwa peran penelitian ini masih belum cukup memberikan hasil maksimal dan mendapatkan informasi yang valid dalam organisasi karang taruna tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Blumer, Herbert. 1969. Symbolic Interactsionism: Perspective and Methode, Prentice

Hall. dalam Little John dan Foss.

Bungin, Burhan. 2001. Metodoligi Penelitian Sosial.Surabaya: Airlangga.

Effendi, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Taruna, diakses pada 16/11/2016 pukul 23.00 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Karang_Taruna, diakses pada 16/11/2016 pukul 23.00 WIB.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya,

Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mulayana, Dedy. 2005. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_________. 1998. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Sosial RI, Nomor: 83/HUK/2005, hal. 9.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Jakarta:

PT. Buku Kita.

Tumpal, Saragi P. 2004. Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa, Alternatif

Pemberdayaan Desa. Yogyakarta: Penerbit Cipruy.


(6)

Wirawan. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.

Woodward, Wayne. 1996. Tridic Communication as Transactional Participation.

dalam Little John dan Foss.

www.informasi-pendidikan.com, Penelitian Deskriptif Kualitatif, diakses pada 17/11/2016. pukul 00.54 WIB.


Dokumen yang terkait

TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN KARANG TARUNA ARIH ERSADA DI DESA BEGULDAH KELURAHAN TANAH MERAH KOTA BINJAI.

0 2 20

PELAKSANAAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT DALAM RAPAT KARANG TARUNA Pelaksanaan Musyawarah Untuk Mufakat Dalam Rapat Karang Taruna (Studi Kasus pada Karang Taruna Sumber Cahaya di Dukuh Sumberejo Desa Patihan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen).

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang.

1 4 15

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA PEMUDA DESA MELALUI KEGIATAN KEPEMUDAAN KARANG TARUNA Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pada Pemuda Desa Melalui Kegiatan Kepemudaan Karang Taruna (Studi Kasus Pada Karang Taruna “Gapura” Dukuh Purosari Desa Kembang Kecam

0 2 20

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA PEMUDA DESA MELALUI KEGIATAN KEPEMUDAAN KARANG TARUNA Penanaman Nilai-Nilai Karakter Pada Pemuda Desa Melalui Kegiatan Kepemudaan Karang Taruna (Studi Kasus Pada Karang Taruna “Gapura” Dukuh Purosari Desa Kembang Kecam

0 0 14

Contoh program kerja kegiatan usaha karang taruna desa jatimulya terbaru 2016 karang taruna

1 7 3

KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA WADOELJO DALAM TINJAUAN TEORI BUDAYA ORGANISASI PACANOWSKI DAN O'DONNELL TRUJILLO DI DUSUN MARGOMULYO DESA WAGE SIDOARJO.

1 17 109

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA (Studi Kasus Karang Taruna Sinar Muda Desa Ngabetan Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik) Priyo Utomo

0 2 13

PROYEK LATIHAN KEPEMIMPIINAN DAN KETERAMPILAN PENGURUS KARANG TARUNA DI KECAMATAN

0 0 36