Analisis hukum Islam terhadap praktik paron Sapi di Desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK “PARON”
SAPI DI DESA PETAONAN KECAMATAN SOCAH
KABUPATEN BANGKALAN

SKRIPSI
Oleh:
ACH FATHUR ROSI
NIM. C02213001

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
2017

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang ditulis oleh Ach. Fathur Rosi, NIM C02213001, dengan judul
“Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Paron Sapi di Desa Petaonan Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan” telah diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 05 Juli 2017

Pembimbing

Prof. Dr. H. A. Faishal Haq, M.Ag.
NIP. 195005201982031002

ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Paron Sapi
di Desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, Skripsi ini adalah hasil
dari penelitian lapangan (field research) yang bertujuan menjawab pertanyaan;
bagaimana praktik “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten
Bangkalan, dan bagaimana analisis hukum islam terhadap praktik “paron” sapi di
desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara terhadap
beberapa responden. Analisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan menganalisis praktik
paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, serta
menggunakan pola pikir deduktif.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa praktik paron sapi di desa
petaonan ini sudah sesuai dengan syariah islam, karena praktiknya berlandaskan
pada toleransi atau tolong menolong agar masyarakat yang tidak mampu bisa

memiliki sapi sendiri. Dan hal ini sudah menjadi tradisi yang mana bisa dijadikan
hukum, selama tidak bertentangan dengan hukum islam.
Namun untuk nisbah bagi hasilnya disarankan agar disepakati untuk ditinjau dari
waktu ke waktu, supaya pembagiannya lebih jelas dan adil. Karena meski
berlandaskan asas tolong menolong, itu harus disesuaikan dengan hukum atau
syariahnya.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN ........................ ...................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................... xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ..............................

1
7

C. Rumusan Masalah .....................................................................

8

D. Kajian Pustaka ...........................................................................

8

E. Tujuan Penelitian ......................................................................


11

F. Kegunaan Penelitian..................................................................

12

G. Definisi Operasional ..................................................................

13

H. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian .................................................................

13

2. Data yang Dikumpulkan .....................................................

14

3. Sumber Data ........................................................................


14

4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................

15

5. Teknik Pengolahan Data .....................................................

16

6. Teknik Analisis Data...........................................................

17

I. Sistematika Pembahasan ..........................................................

18

v


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II LANDASAN TEORI
A. Akad Mud}ah}. Bahwasanya
manusia butuh kerjasama dan pertolongan orang lain. Dalam kerjasama
mempunyai unsur take and give yakni membantu dan dibantu.
Sebagaimana firman allah dalam surat Al-Maidah ayat 2:

ِ ‫اْثْ ِم والْع ْدو‬
ِ
‫ان ۖ َواتَ ُقوا اللَهَ ۖ إِ َن اللَهَ َش ِدي ُد ال ِْع َقاب‬
َ ُ َ ِْ ‫َوتَ َع َاونُوا َعلَى الْب ِر َوالتَ ْق َو ٰى ۖ َوََ تَ َع َاونُوا َعلَى‬
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya."(Q.S. Al-Maidah, 2).3
Dari ayat diatas bisa dilihat bahwasanya Islam merupakan
agama Ra>hmatan lil al-A>lami>n yang memiliki empat sifat dasar sebagai


2

MKD Uin Sunan Ampel, Studi Hukum Islam, (Surabaya: Uin Sunan Ampel Press, 2013), 55-56.
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya,
2011), 349.
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

indikatornya. Keempat sifat tersebut ialah Islam sebagai agama kasih
sayang, Islam bersifat universal, Islam melarang diskriminasi, dan Islam
bersifat komprehensif.4
Sebagai sistem kehidupan Islam memberikan warna dalam setiap
dimensi kehidupan manusia, tanpa terkeculai dunia ekonomi. Sistem
Islam ini mencoba mendialektikakan nilai-nilai ekonomi dengan akidah
ataupun etika. Artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia
dibangun dengan dialektika materialisme dan spiritualisme.
Adapun salah satu transaksi yang sering ditemui di tengah

masyarakat adalah akad kerjasama yang mana salah satu pihaknya
bertindak sebagai yang punya modal (sa>h}ibul ma>l) dan yang lain menjadi
pengelolanya (muda>rib), atau dalam fikih muamalah adalah Muda>rabah}.

Muda>rabah} diambil dari bahasa yang dipakai oleh bangsa Irak,
sedangkan oleh orang Hijaz disebut dengan qira>d / muqarada>h}.

Mud}a>rabah yang memiliki arti bepergian diambil dari al-Qur’an yaitu
Muda>rabah} menurut ilmu Fiqh Syafi’iyah adalah pemberian modal dari
pemilik dana kepada pengelola dana dengan tujuan agar dijalankan suatu
usaha karena keuntungan yang dapat dibagi sesuai dengan perjanjian

4

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syriah:Produk-Produk dan Aspek Hukumnya (Kencana
Prenada Median Group, Jakarta: 2014),18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4


akad di muka.5 Hal ini sesuai dengan al-Qur’an surat al-Baqarah : 198,
yakni:

.......‫ليس عليكم جناح أنتبتغوا فضا من ربكم‬
“Tiada dosa bagimu untuk mencari keuntungan dari Tuhanmu......”6
Perlu diketahui bahwa akad Muda>rabah} itu dilaksanakan antara
pemilik dana dan pengelola dana, maka antara keduanya diperbolehkan
untuk membatalkan. Muda>rabah} itu hukumnya Sunnah, karena

mud}a>rabah merupakan akad untuk saling membantu antara yang tidak
mampu dan tidak punya keahlian. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT (Nashiruddin, 1972):

‫وتعاونوا عل البر والتقوا‬
“Tolong-menolonglah dalam hal kebaikan dan ketakwaan”7
Yang menarik untuk diteliti dalam akad mud}a>rabah ini adalah
tata cara atau sistem nisbah bagi hasilnya, yang mana menurut imam
Al-Mawardi adalah “jika berbentuk mudarabah, maka besarnya
nisbah keuntungan diukur pada tenaga yang dikeluarkan atau

besarannya itu diukur dari tenaga atau modal yang dikeluarkan.
Pembagian nisbah keuntungan dalam akad Mud}a>rabah harus
dinyatakan dalam prosentase dari keuntungan yang mungkin

5

Nashiruddin Hamam, Fathul Qoribil Mujib, ( Penerbit Menara, Kudus: 1972), 192-199.
Al Quran Terjemah dan Asbabun Nuzul
7
Ibid.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

dihasilkan. Tidak boleh pembagiannya dengan menyebut jumlah
nominal uang.8 Kesepakatan ratio prosentase harus dicapai melalui
negosiasi antara pihak yang berkongsi dan dinyatakan dalam kontrak
kerja.

Adapun kesepakatan rasio prosentase hendaknya ditentukan
dengan persen, seperti: 25:75 atau 40:60 atau 99:1 atau yang lainnya
sesuai dengan kesepakatan dengan ketentuan tidak 100:0.9
Sebagaimana firman Allah:

‫فَهم شركاء فى الثلث‬
“…maka mereka bersekutu pada satu pertiga.”(QS. An Nisa :12)
Pembagian secara prosentase dilakukan untuk mengantisipasi
adanya kecurangan dari salah satu pihak. Karena dasar
dibolehkannya mud}a>rabah adalah untuk toleransi bagi manusia. Jika
dalam kontrak tersebut ditetapkan bagi hasilnya dengan jumlah
nominal maka akad mud}a>rabah batal. Karena dalam mud}a>rabah
keuntungan itu menjadi milik bersama.10
Pada praktik paron sapi tersebut dalam kegiatannya hasil dari
kerja sama ini adalah berupa barang yakni anak sapi. Pembagiannya

Al-Mawardi,al-Hawi al-Kabir, (Beirut Da>r al-Fikr,tth),159.
Al-Kasani, Perbankan Syariah.,h.84
10
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih, h. 192-199
8

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

yaitu anak sapi yang pertama akan dimiliki oleh Mud}a>rib dan anak
sapi yang kedua akan dimiliki oleh shahibul maal.
Namun ada beberapa asas yang mengatur tentang praktik
mud}a>rabah. Salah satu asas ialah suatu akad yang mana dalam
transaksi akad bisa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau
tradisi ekonomi yang berlaku dalam masyarakat ekonomi, selama
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip perekonomian yang
diatur dalam Islam.11 Jadi pembagian yang semacam itu yang sudah
disebutkan diatas mungkin saja sudah menjadi ukuran dari suatu
keadilan dalam akad kerjasama yang berkembang di masyarakat
pedesaan.

Paron sapi ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat desa
petaonan dalam memenuhi keinginannya untuk memiliki sapi
sendiri. Dari praktik inilah masyarakat desa belajar bermuamalah
serta mempererat tali persaudaraan antar sesama. Dan latar
belakang masyarakat yang kebanyakan petani serta peternak juga
memicu adanya praktik paron sapi.
Dari pengertian serta latar belakang di atas maka penulis
berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Hukum Islam Terhadap Praktik Paron Sapi di Desa Petaonan

11

Imam Wahid, Kompilasi Bidang Hukum Tentang Praktik Mudharabah ( Badan Pembina Hukum
Nasional dan HAM, Jakarta: 2010).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Kecamatan

Socah

Kabupaten

Bangkalan”.

penulis

akan

memfokuskan penelitian ini analisis hukum Islam terhadap sistem
atau nisbah bagi hasil dari praktik paron sapi tersebut.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang ada pada latar belakang, penulis
mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul dari praktik “paron” sapi
di desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan adalah sebagai
berikut:
1.

Praktik “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten
Bangkalan.

2.

Macam-macam praktik “paron” sapi ditinjau dari segi pemodalannya
di desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

3.

Cara pembagian hasil “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan
Socah Kabupaten Bangkalan.

4.

Syarat dan rukun “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan.

5.

Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya “paron” sapi di desa
Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

6.

Hukum memanfaatkan modal “paron” sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

7.

Ketentuan berakhirnya akad “paron” sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

8.

Analisis hukum Islam terhadap praktik “paron” sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka demi menghasilkan

penelitian yang lebih fokus pada judul tersebut, penulis membatasi
penelitian ini meliputi:
1.

Praktik “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten
Bangkalan.

2.

Analisis hukum Islam terhadap praktik “paron” sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

C. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan masalah yang telah dibatasi oleh penulis, maka penulis
dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana praktik “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan?

2.

Apakah praktik “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan sudah sesuai dengan hukum Islam?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran yang
memiliki hubungan topik yang akan diteliti dari beberapa penelitian
terdahulu yang sejenis atau memiliki, atau memiliki keterkaitan sehingga
tidak ada pengulangan penelitian dan duplikasi. Dalam penelusuran awal,
sampai saat ini penulis menemukan beberapa penelitian terkait praktik
“paron” diantaranya:
1.

Judul thesis pada tahun 2014 Analisis Hukum Islam Terhadap Paron

Sapi Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
Ditulis oleh Mukminin Syahrul Amil skripsi ini menjelaskan tentang
praktik paron sapi di desa Ragang. Praktik tersebut dalam sistem
pemberian modal yang mengurus semuanya adalah pemilik modal
tanpa campur tangan pengelola atau tidak ada unsur bagi hasil secara
transparan.
Kesimpulannya yaitu dalam system bagi hasil tidak sesuai dengan
hukum Islam dimana hasil tersebut harus dibagi menjadi dua dengan
system penjualan yang transparan. Dalam syarat mengenai
keuntungan maka harus dibagi menjadi dua sesuai dengan pendapat
Imam Syafi’i.12
2.

Judul skripsi pada tahun 2015 “Analisis Hukum Islam Terhadap

Konsep Paron Dalam Kerjasama Penggemukan Sapi Di Desa Batah

Mukminin Syahrul Amil, “ Analisis Hukum Islam Terhadap Paron Sapi Di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan”. thesis //UIN Sunan Ampel, Surabaya: 2014.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”. Ditulis oleh
Abadi A. Fairuz. Dalam skripsi ini penulis menjelaskan tentang
sistem bagi hasil kerjasama peternakan sapi, dalam prakteknya usaha
tersebut di mulai dengan shahibul al-maal memberi modal sebesar
Rp. 25.000.000 kepada Mud}a>rib untuk dibelikan sapi untuk diternak
oleh Mud}a>rib dalam jangka waktu 3 bulan, kemudian modal tersebut
cukup untuk dibelikan 2 ekor sapi yang masing-masing berusia 3
setengah bulan dan 3 bulan.
Dengan kesepakatan pendapatan atau keuntungan apabila sapi
tersebut dijual setelah 3 bulan akan dibagi rata dengan prosentse 50%
: 50%. Kedua pihak juga menyepakati sebuah perjanjian yang di mana
apabila Mud}a>rib membutuhkan berbagai hal seperti biaya yang
diperlukan selama keperluan tersebut masih berkaitan dengan
perawatan sapi tersebut, Kesimpulannya adalah hukumnya tidak sah,
karena dalam prakteknya telah menyimpang dari kesepakatan awal
dikarenakan

Mud}a>rib

telah

bertindak

semena-mena

dengan

menyerahkan uang yang jumlahnya tidak sesuai dengan kesepakatan
awal yang diperjanjikan.13
3. Judul thesis pada tahun 2015 yakni Analisis Hukum Islam Terhadap

Pemanfaatan Hewan Paron Di Desa Gunung Sereng Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Yang ditulis oleh Abu Yasid, thesis

Abadi A Fairuz, “Analisis Hukum Islam Terhadap Konsep Paron Dalam Kerjasama
Penggemukan Sapi Di Desa Batah Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan”.,Skripsi//Uin Sunan Ampel, Surabaya: 2015.

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

ini menjelaskan bahwa praktik paron sapi, lebih dititk beratkan pada
pemanfaatan modal yaitu berupa sapi. Dimana dalam hal ini sapi
yang diparonkan yang sejatinya akan dibagi hasil. Setelah
mempunyai keturunan. Namun sebelum sapi tersebut mempunyai
keturunan si pengelola atau mud}a>rinb tersebut memanfaatkan tenaga
sapi untuk membajak sawah dan juga kotorannya sebagai pupuk.
Sedangkan dalam akad kerjasama seharusnya segala macam bentuk
atau usaha yang menghasikan itu harus dengan persetujuan kedua
belah pihak yaitu shahibul maal dan Mud}ar> ib.
Kesimpulannya adalah bahwa praktik pemanfaatan hewan paron Di
Desa Gunung Sereng Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan itu
sudah sesuai dengan hukum Islam, karena hal tersebut sudah menjadi
kebiasaan masyarakat desa dan sudah mentradisi. Jadi suatu tradisi
dalam Islam juga bisa menjadi landasan hukum.14

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka dalam melakukan penelitian
ini penulis ini memiliki tujuan:
1.

Mengetahui praktik “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan.

Yasid Abu “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemanfaatan Hewan Paron Di Desa Gunung
Sereng Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan”. Thesis// UIN Sunan Ampel\, Surabaya:
2015.

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

2.

Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik “paron” sapi di
desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

F. Kegunaan dan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang positif, baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara umum kegunaan penelitian
yang dilakukan oleh penulis ini dapat ditinjau dari dua aspek, yakni:
1.

Dari tinjauan teoritis - akademis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan keilmuan dibidang hukum Islam, khususnya pada bidang
Fiqih Muamalah. Dan juga dapat menambah pengetahuan tentang
sistem nisbah bagi hasil pada praktik paron sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Serta diharapkan menjadi
bahan hipotesis bagi penelitian berikutnya.

2.

Dari segi praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam kegiatan bermuamalah yang sesuai
dengan prinsip hukum Islam bagi objek penelitian. Dan juga dapat
dijadikan bahan untuk memperbaiki penerapan praktik paron sapi di
desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, yang sesuai
dengan prinsip hukum Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

G. Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman dalam memahami beberapa
istilah yang ada didalam penelitian ini, maka penulis memberikan
penjelasan atau pengertian dari beberapa istilah sebagai berikut:
1.

Hukum Islam : ketentuan hukum yang bersumber dari al-Quran dan
Hadits serta pendapat para ulama’ yang mengatur tentang mud}a>rabah
yang dijadikan pedoman bagi kehidupan masyarakat.

2.

Praktik Paron : suatu akad kerjasama yang dilakukan masyarakat
pedesaan, yang mana melibatkan dua atau lebih pihak dalam suatu
akad. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal)
dan pihak yang lain sebagai pengelola modal (Mud}a>rib). Dalam
praktik ini yang menjadi objek kerjasama adalah hewan ternak dan
sawah atau ladang.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, yakni tentang
Analisis Hukum Islam terhadap praktik “paron” sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
1.

Lokasi penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah terletak di Desa Petaonan,
Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan. Desa Petaonan merupakan
salah satu Desa yang menerapkan praktik paron yang terdiri dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

paron sawah, paron ternak, dan paron tambak. Namun peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap paron ternak yang ada
di Desa Petaonan.
2.

Data yang akan dikumpulkan
Adapun data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini
diantaranya:
a.

Tentang profil desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten
Bangkalan, yang meliputi kondisi sosial, pendidikan dan
ekonomi masyarakat serta kehidupan beragama.

b.

Data tentang praktik “paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan
Socah Kabupaten Bangkalan.

3.

Sumber data
Data dalam penelitian ini akan didapatkan dari beberapa sumber,
diantaranya:
a. Sumber primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
objek yang diteliti baik dari pribadi maupun dari suatu instansi
yang mengolah dan untuk keperlun penelitian, seperti dengan cara
melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang
berhubungan

dengan

penelitian

yang

dilakukan.15

Yaitu

keterangan dan data yang diperoleh dari pemerintah desa, tokoh

15

Chalid Narbuka dan Abu Achmadi, metodelogi penelitian, ( Bumi Aksara, Jakarta: 1997) ,62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

masyarakat, serta masyarakat yang malakukan praktik Paron sapi
di desa Petaonan.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber secara
tidak langsung kepada pengumpul data.16 Data sekunder
merupakan data yang memberikan penjelasan terhadap data
primer. Data sebagian besar merupakan literatur yang berkaitan
dengan konsep hukum Islam. Data ini bersumber dari buku-buku,
jurnal atau dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan
topik penelitian. Seperti:
1.

Nashiruddin, Hamam, Fathul Qoribil Mujib

2.

Al-Mawardi,al-Hawi al-Kabir

3.

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih

4.

Sayyid Syabiq, Fiqih Muamalah

4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian,
maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Obsevasi menjadi salah
satu teknik pengumpulan data apabila telah sesuai dengan tujun

16

Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, ( Alfabeta, Bandung: 2012), 62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis.17
penulias akan mengamati praktik “paron” sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang
terkait, dengan masalah yang dibahas.18 Peneliti akan mencoba
melakukan wawancara dengan pemilik modal, pengelola modal
serta saksi yang terlibat dalam akad Paron.
c. Dokumentasi
Teknik

pengumpulan

data

dengan

dokumentasi

ialah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Dengan metode ini penulis mendapatkan data yang berupa
catatan, serta laporan tentang paron sapi di desa Petaonan
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
5. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik

pengolahan data

yang digunakan untuk

mempermudah dalam menganalisis data di penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang
diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna,

17
18

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( ALFABETA, Bandung: 2012), 82.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan
penelitian. Dalam penelitian ini penulis akan memeriksa datadata terkait praktik paron sapi di desa Petaonan Kecamatan
Socah Kabupaten Bangkalan.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat
dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah yng sistematis. Data
dari awal hingga akhir tentang praktik paron sapi di desa
Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
c. Analizing, yaitu tahapan analisis dan perumusan pelaksanaan
transaksi paron sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan.
6. Teknik Analisis Data
Sesudah terkumpulnya data-data yang diperoleh oleh penulis,
kemudian telah dikelola dengan teknik pengolahan yang dilakukan
oleh penulis, maka data-data tersebut akan dianalisis dengan kritis
dan mendalam menggunakan syariat Islam. Analisis data adalah
mengorganisasikan data yang terkumpul yang meliputi cacatan
lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dan dokumen
(biografi, laporan,artikel).19

19

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Hilal Pustaka, Indonesia: 2013), 290.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Analisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah dengan

metode deskriptif kualitatif, yaitu bertujuan

mendeskripsikan masalah yang ada pada praktik paron sapi di desa
Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, yang didapat
dengan mencatat, menganalisis dan menginterpretasikannya.
Selanjutnya menganalisis dengan pola pikir induktif untuk
mengemukakan kenyataan dari hasil penelitian yang bersifat
khusus, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Setelah itu praktik paron sapi tersebut dianalisis dengan nilainilai yang ada dalam hukum Islam, berupa dalil-dalil dan
isthinbath hukum tentang Muda>rabah} dengan metode verifikatif.

I.

Sistematika Pembahasan
Bab pertama berisi pendahuluan yaitu terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, metode penelitian,
definisi oprasional, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua membahas tentang landasan teori yang berkaitan dengan
studi ini, yaitu mengenai teori akad, pengertian muda>rabah}, dasar hukum

mud}a>rabah, rukun dan syarat muha>rabah}, macam-macamnya, hak dan
kewajiban sa>h}ibul ma>l dan muda>rib, sistematika nisbah bagi hasil dalam
Islam dan prinsip-prinsip muda>rabah.}

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Bab ketiga memaparkan mengenai data hasil penelitian dilapangan
terkait praktik paron, juga menguraikan tentang: Gambaran umum desa
Petaonan, profil desa petaonan, keadaan sosial, pendidikan, adat istiadat
dan kehidupan kehidupan beragama desa Pataonan. Selanjutnya
dilengkapi dengan gambaran transaksi “paron” sapi di desa Petaonan,
yang meliputi beberapa aspek. Uraian ini sekaligus menjawab rumusan
masalah yang pertama.
Bab keemapat berisi tentang analisis hukum Islam terhadap praktik

“paron” sapi di desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Bab kelima merupakan bagian akhir atau penutup dari skripsi yang
berisikan tentang kesimpulajn dari analisis permasalahan serta saran dari
penulis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Akad Mud}a>rabah
1.

Pengertian Akad
Kata akad dalam istilah bahasa adalah ikatan dan tali
pengikat.20 “Akad” barasal dalam bahasa Arab al-Aqdu dalam bentuk
jamak disebut al-Uqud yang berarti ikatan atau simpul tali. Menurut
ulama fiqh, kata akad didefenisikan sebagai hubungan antara ijab dan
kabul sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya
pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan. Akad (Ikatan,
keputusan, atau penguatan) atau perjanjian atau transaksi dapat
diartikan sebagai kemitraan yang berbingkai dengan nilai-nilai
syariah.
Setelah diketahui bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang
sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih, berdasarkan keridoan
masing-masing maka akan timbul rukun-rukun akad, yaitu:
a. Orang-orang yang berakad (Aqid)
b. Benda-benda yang diakadkan (Ma’qud ‘alaih)
c. Tujuan atau maksud mengadakan akad (Maudhu ‘al-‘aqad)

20

Adbdul Aziz Muhmmad Azzam, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 15.

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

d. Ijab dan Kabul (Sighat al-‘aqd).21
Akad tersebut baru akan dapat dikatakan sah apabila telah
memenuhi syarat akad tersebut. Secara umum yang menjadi syarat
sahnya suatu akad adalah:
1) Tidak menyalahi hukum syari’ah.
2) Harus sama ridha dan ada pilihan.
3) Harus jelas dan gamblang.22
Dalam pandangan mazhab Hanafi akad yang tidak sah secara
syar’i terbagi dua yaitu batal dan fasad (rusak).23 Akad yang batal
adalah akad yang rukunnya tidak terpenuhi atau sifatnya tidak
dibenarkan secara syar’i, misalnya barang yang ditransaksikan tidak
diakui syara’ seperti jual beli miras, daging babi dan lain-lain.
Namun ada beberapa asas yang mengatur tentang praktik
mud}a>rabah. Salah satu asas ialah suatu akad yang mana dalam
transaksi akad bisa memperhatikan ketentuan-ketentuan atau
tradisi ekonomi yang berlaku dalam masyarakat ekonomi, selama
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip perekonomian yang
diatur dalam Islam.

Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), 52.
Chairuman Pasaribu Sahrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta : Sinar
Grafika, 1994), 2-3.
23
Wahba Al-Zuhayly, Al-Fiqh Al-islamy wa Adillatahu, (Damsyiq : Da Al Fikr, 1984), Juz 4,
236.
21

22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Dalam hukum Islam adat istiadat dapat dijadikan hukum,
dalam kaidah fiqh terdapat kaidah sebagai berikut:

‫الع َاد ُ ُم َح َك َمة‬
َ
Artinya: “Tradisi yang yang ada di masyarakat itu dapat dijadikan
hukum”

ِ
ِ ‫ا ْستِ ْع َما ُل ال‬
‫الع َم ُل بِ َها‬
َ ‫ب‬
ُ ‫اس حثجة يُج‬
Artinya: apa yang bisa diperbuat orang banyak, merupakan hujjah
yang wajib diamalkan.
Dari situlah disimpulkan bahwasanya segala sesuatu yang baik dan
dikerjakan oleh msyarakat itu bisa menjadi patokan.
Kaidah diatas diambil berdasarkan hadis Nabi yang menyatakan:

ِ ‫ماراَي‬
ِ ِ
‫س‬
ُ ََ
َ ‫الم ْسل ُمو َن َح َسًا فَ ُه َو عْ َدالله َح‬
“Apa yang dipandang baik menurut kaum muslim, maka di sisi
Allah pun baik.” (H>.R. Ahmad).
Tetapi kaidah di atas akan berlaku jika kebiasaan atau adat istiadat
yang ada dalam suatu masyarakat tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

2.

Pengertian Mud{arabah merupakan akad
antara dua pihak untuk bekerja sama dalam usaha perdagangan dimana
salah satu pihak memberikan dana kepada pihak lain sebagai modal
usaha dan keuntungan dari usaha itu akan dibagi di antara mereka
berdua sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Secara

terminologi,

para

ulama

fiqh

mendefinisikan

Mud}a>rabah atau Qirarabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (sarabah sedangkan ulama fiqih hijaz
menyebutnya dengan Qirarabah atau Qirarabah ialah
akad antara kedua pihak (orang) yang saling menanggung, salah satu
pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan
dengan bagian yang telah ditentukan

ِ ِ
ِِ
ِ
‫الربْ ُح ُم ْشت ِرًكا‬
ّ ‫آَ ْن يَ ْدفَ ِع اَلْ َمالك الَي الْ َعام ِل َماَيَتَ َجَر فْيه َويَ ُك ْو ُن‬
Artinya: ‚Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja
(pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan menjadi
milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama‛.29
Adapun beberapa pendapat ulama’ yang mendefiniskan akad
Mud{arabah

adalah akad

perwakilan, dimana pemilik harta mewakilkan hartanya kepada
yang lain untuk diperdagangkan dengan modal yang ditentukan
(emas dan perak).
c.

Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa akad Mud{a>rabah ialah akad
yang menentukan seseorang yang menyerahkan hartanya kepada
yang lain untuk ditijarahkan.

d.

Hanabilah berpendapat Mud{a>rabah ialah ibarat pemilik harta
menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang
berdagang dengan bagian dari keuntungan yang diketahui.

e.

Menurut Sayyid Sabiq, Mud{a>rabah adalah akad antara dua belah
pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk
diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai
dengan perjanjian.30

f.

Menurut pasal 20 ayat 4 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,

Mud{a>rabah

adalah kerjasama antara pemilik dana dengan

pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.31

B. Dasar Hukum Mud}a>rabah

30
31

Sayyid Sabiq, Fqhus Sunnah, Jilid 3, (Kairo, Maktabah Da>r al- Turos 2005), 151.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Bandung: Fokus Media, 2010), 15.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Ketetapan hukum Islam berkaitan dengan muamalah sebagian
merupakan penetapan dan penegasan kembali atas praktik-praktik yang
telah berlangsung pada masa sebelum. Hal itu disebabkan praktik
muamalah tersebut selaras dengan prinsip dasar ajaran agama Islam.
Selain itu dalam praktik muamalah terkandung manfaat yang besar.
Salah satu bentuk muamalah tersebut adalah Mud{a>rabah. Nabi
Muhammad saw. sendiri bekerja sebagai Mud}a>rib pada transaksi
komersial jenis ini kepada Khodijah sebelum beliau diangkat secara
resmi sebagai Rasul Allah.32
Menegaskan kembali bahwasanya Mud}a>rabah sebagai bentuk
muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, dapat kita lihat dalam hadis
Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh ibnu majjah dari shuhaib
yang menyebutkan:

َ‫ثاثة فيهن البركة المقارضة والبيع الى اجل وخلط ابر باالشعير للبيت َللبيع ُابن ماجه‬
“Tiga macam (bentuk usaha) yang di dalamnya terdapat bentuk
barakah: Muqaradhah/Mud}a>rabah
, jual beli secara tangguh,
mencampur gandum dengan beras untuk keperluan rumah tangga,
bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
1. Al-Quran
Secara eksplisit, al-Quran tidak menyebut Mud}a>rabah sebagai satu
bentuk muamalah yang diperbolehkan dalam Islam. Secara umum,
beberapa ayat menyiratkan kebolehannya dan para ulama

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, jilid IV, 1996),
382.
32

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

menjadikan beberapa ayat tersebut sebagai dasar hukum Mud}a>rabah
, ayat al-Quran tersebut terdapat pada firman Allah Al-Maidah (5):
1.

ِِ
ِ
ِ ِ
ِ
‫لى َعلَْي ُك ْم َغْي َر ُم ِحلِّى الصْي ِد‬
ْ ‫يَأَي َها الذيْ َن ءَ َامُ ْوا أ َْوفُ ْوا بِالْعُ ُقود اُحل‬
َ ‫ت لَ ُك ْم بَه َمةُ اأَنْ َعم اَ َما يُْت‬
‫َواَنْتُ ْم ُحُرم اِن اللّهَ يَ ْح ُك ُم َمايُِريْ ُد‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (yang demikian itu ) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendakinya.”
Akad (perjanjian) dalam ayat tersebut mencakup janji prasetya
seseorang hamba kepada Allah dan perjanjian yanga dibuat oleh
manusia dalam pergaulan sehari-hari dengan sesamanya.
Sementara itu Wahbah al-Zuhaily menjelaskan, bahwa yang
menjadi dasar al-Quran mengenai akad Mud}a>rabah ini adalah QS.
Al-Muzzammil (73):20:

...ُ‫واَ َخُرْو َن يُ َقتِلُو َن فِي َس ْبي ِل الّ ِله فَاَقْ َرءُواْ َما تَيَسَر ِمْه‬...
َ
“....Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian
karunia Allah...”33
Yang dimaksud dengan al-Mud}a>rib adalah orang yang
berjalan di (bepergian) di muka bumi untuk mencari karunia Allah,
sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Jumu’ah (62):10: “Apabila

33

Achmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), 149.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

shalat telah didirikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah dan ingatlah lah banyak-banyak agar kamu
beruntung”.
2. Al-Hadits
Sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, Rasulullah pernah
melakukan Mud}a>rabah dengan Khadijah, dengan modal dari
Khadijah. Beliau pergi ke Syam dengan membawa modal tersebut
untuk diperdagangkan.

ِ
ِ
ِ
ِ
‫ضةُ َواَ ْخ َا ُط‬
َ َ‫ق‬
َ ‫صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل ْم ثََاث فْي ِهن البَ َرَكة البَ ْي ُع الَى اَ َج ٍل َوالْ َم َق َار‬
َ ‫ال َر ُس ْو ُل الله‬
ِ ‫الْب ِر بشعِي ِر لِلْبضي‬
‫ت ََلِْلبَ ْي ِع‬
ْ
ْ ُّ
Artinya: ‚Rasulullah saw bersabda: Tiga hal yang di dalamnya
terdapat keberkahan, yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah
(bagi hasil) dan mencampur gandum putih dengan gandum merah
untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.

ِ ِ ِّ‫َكان سيِ ِدنا الْعبباس ب ِن عب ِدالْمطَل‬
ِ ‫ال مضاربة اِ ْشت ر َط علَى ص‬
‫ك بِِه‬
َ ُ‫احبِ ِه اَ ْن ََ يَ ْسل‬
َ َ َ َ ََ َ ُ َ ‫ب ا َذ َادفَ َع اَلْ َم‬
ُ َْ ْ ُ ّ َ َ ّ َ َ
ِ
ِ
ٍ
ٍ
ِ ‫بحرا وََي ْ ِزَل بِِه و ِاديا وََي ْشتّ ِر‬
ِ ‫ك‬
‫رضس ْو ُل‬
َ َ ‫ات َكبِد َرطْبَة فَا ْن فَ َع َل َذل‬
َ ‫ي بِه َدابةً َذ‬
َ َ ًْ َ
َ َ َ ً َ
ُ ُ‫ضم َن فَبَلَ َغ َش ْرتُه‬
ِ ِ
ُ‫الله َعلَْيه َو َسل ْم فَاَ َج ُاز‬
Artinya: Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta
sebagai Mud{arib-nya agar
tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (Mud}a>rib)
harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan
Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya‛(HR.
Thabrani dari Ibnu Abbas).34

34

Taqiyuddin Abi Bakr, Kifayah Al-Akhyar, (Mesir: Dar al-kitab al-araby, Juz I), 301.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

3. Ijma'
Imam Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah telah menyatakan
bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi pengolahan
harta anak yatim secara Mud{a