STUDI TENTANG MOTIVASI MASYARAKAT DESA KRANJI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN DALAM MELAKSANAKAN BILAS NIKAH DITINJAU DARI MASLAHAH.

STUDI TENTANG MOTIVASI MASYARAKAT DESA KRANJI
KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
DALAM MELAKSANAKAN BILAS NIKAH DITINJAU DARI
MAṢLAḤAH
SKRIPSI

Oleh:
Nur Salimatul Makhfudho
NIM. C01212087

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2017

PERNYATAAN KEASLIAN

: :1., bertanda tangan dii bawah


ini

:

Nama

Nur Salirnatul Makhfudho

NIM

c0nna87

Fakultas

Syariah dan Hukurn

Jurusan

Hukum Perdata islam


Prodi
Judul Skripsi

Hukum Kelr-rarga

studi Tenta*g Motivasi Masyarakat Desa Kr-anji Keca,ratan

Paciran Kabupaten Lamongan dalam Meiaksanakan

Bilcrs

Nikah ditinjau dari Maslahah
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahu,a skripsi

ini

secara keseluruhan adalah

hasil peneliiian atau karya sendir:i, kecuali pada bagian-bagian
.vang


cliru.jpk

sumbemya.

Surabal'a, 21 November 20 i 6
Saya menyatakan,

Nur Salirnatul Makhfudho
NII\4. C01212A87

PERSETUruAN PEMBIMBING

slaipsi yang ditulis oieh Nur salimatul Makhfudho NiM.c0l2l20g7

yang

berjudul "Studi Tentang Motivasi Masyarakat Desa Kranji Kecamatan paciran
Kabupaten Lamongaa Dalarn Melaksanakan Bilas Nikahditinjau
dari Maslafuah,'


iui telah diperilaa dau disetujui uutuk dimunaqasahkan.

2l Novemb er 2A16
Dosen Pembimbing,

Surabaya,

H. Darmawan. S.HI..M.H
NIP : 19800410200501 1004

)r.

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Nur Salimatul Malrtfudho ini telah dipertahmkan di
depan sidang Majelis Munaqasah skripsi Fakultas Symi'ah dan Hukum
Srman Ampel Surabaya pada hari Kamis, tanggal 22 Desember

uIN


2Aff dan dapat

diterima sebagai salah satu persyaratan rmtuk menyelesaikan program sarjana
strata satu dalam IImu Syari'ah.

Majelis Munaqasah Skripsi
Penguji II,

NrP. 19800410200501 1004

NrP. I 956 1 2201982031003

thbki. M.H.r.
NIP. I 7404042007101004

tztw3

Surabaya, 22 Desember 2016
Me,ngesahkan,


Fakultas Syari'ah dan Hukum
Universitas

Sunan Ampel Surabaya
,

199603100

iv

$

KEMENTERIAN AGAMA
UNTYERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL ST]RABAYA

PERPUSTAKAAN
Sekretariaf Jl. Jendral Achmad Yani 1 I 7 Telp. 03 1 -843 1972
Email: [email protected]


F ax. 03 I -841

3300

LEMBAR PENGESAHAN PERSETUruAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagian civitas akademik UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertandatangan di bawah ini, saya:

Fakultas/Jurusan

NUR SALIMATUL MAKHFUDHO
cat2,2087
SYARIAH DAN HUKTIM / HUKUM PERDATA ISLAM

E-mail address

[email protected]

Nama


NIM

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untukmemberikan kepada Perpustakaan UIN
Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiyah :

rd

f--l

smipsi

Lain-lain (......................)

Yang berjudul:

STUDI TENTA}.IG MOTryASI MASYARAKAT DESA KRANII
KECAMATAN PACIRA}I KABI]PATEN LAMONGA}I DALAIVI
MELAKSAI{AKAI{ BILAS NIKATIDITINJAU DART fuTA$LAAAII
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini
Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-mediakan/format-kan,

mengelolanya dalam bentuk pengkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/
mempublikasikannya di Internet atau media lain secarafulhert untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak perpustalrdan IIIN Sunan
Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam
karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Surabaya, 25 Januari 2077

(Nur Salima

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang berjudul ‘Studi Tentang
Motivasi Bilas Nikah Masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan Dalam Melaksanakan Bilas Nikah Ditinjau Dari Maslahah’. Bilas
Nikah yang dimaksud dalam penelitian ini penulis ambil dari bahasa jawa yang

artinya memperbarui pernikahan atau mbilasi nikah dengan melaksanakan akad
baru tanpa penghulu melainkan seseorang yang dipercaya seperti kyai, hal ini
merupakan adat jawa yang ada di Desa Kranji yang dipercayai dapat
melanggengkan pernikahan. Adapun pokok masalahnya dalam penelitian ini
adalah, apa motivasi masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan dalam melaksanakan bilas nikah?, bagaimana tinjauan maslahah
tentang bilas nikah?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjawab
permasalahan yang ada. Dalam pengumpulan yang terjadi dalam masyarakat
Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, selanjutnya dianalisis
dengan pola piker induktif untuk memperjelas kesimpulannya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktek bilas nikah di Desa Kranji
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dilaksanakan sama seperti
melaksanakan akad nikah pada umumnya, syarat dan ketentuannya hampir sama,
yang membedakan adalah status bilas nikah sudah sah menjadi pasangan suami
istri, sedangkan akad nikah pada umumnya belum sah menjadi pasangan suami
istri. Selanjutnya motivasi masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan dalam melaksanakan bilas nikahyaitu memperindah
pernikahan, ada rasa kekhawatiran, kepercayaan kepada mitos dan mensucikan
pernikahan.Kemudian tinjauan maslahah tentang bilas nikah di Desa Kranji

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan adalah melaksanakan bilas nikah
hukumnya boleh, dengan alasan mendatangkan kemaslahatan dan tidak ada
kemadharatan serta secara nyata menimbulkan dampak positif bagi pernikahan
suami istri.
Saran penulis untuk masyarakat Desa kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan, hendaknya tidak terlalu mempercayai adanya mitos
bahwasannya jika terjadi suatu permasalahan dalam hubungan perkawinan
solusinya diselesaikan dengan bilas nikah,karena hal tersebut ditakutkan adanya
syirik.Dan didirikan Badan Tajdid Nikah di Desa Kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan, karena suksesnya pelaksanaan bilas nikah sehingga dapat
meminimalisir perceraian.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN..................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN.................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah........................................................ 8
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 9
D. Kajian Pustaka .................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................................. 12
G. Definisi Operasional ........................................................................... 13
H. Metode Penelitian ............................................................................... 14
xi

I. Sistematika Pembahasan..................................................................... 18
BAB II : BILAS NIKAH DAN MASLAHAH
A. Nikah menurut hukum Islam ............................................................... 20
B. Bilas nikah dalam Islam ............................................................................. 28
C. Maṣlaḥah ..................................................................................................... 35

Jenis-jenis Maṣlaḥah ........................................................................... 40
D. Motivasi ............................................................................................. 44

BAB III : MOTIVASI MASYARAKAT
MELAKSANAKAN BILAS NIKAH

DESA

KRANJI

DALAM

A. Gambaran Umum Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
1. Kependudukan Desa Kranji ............................................................. 53
2. Mata pencaharian masyarakat desa kranji ....................................... 55
3. Pendidikan di Desa Kranji............................................................... 57
4. Kebudayaan di Desa Kranji ............................................................. 58
5. Keagamaan di Desa Kranji .............................................................. 59
6. Kondisi sosial masyarakat Desa Kranji ........................................... 60
B. Motivasi melaksanakan bilas nikah di desa kranji kecamatan paciran
kabupaten lamongan
1. Pengertian bilas nikah di desa kranji kecamatan paciran kabupaten
Lamongan ....................................................................................... 61
2. Faktor penyebab terjadinya bilas nikah di Desa Kranji Kecamatan
Paciran Kabupaten lamongan ......................................................... 64
xii

3. Motivasi bilas nikah masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan ..................................................................... 69
BAB IV : ANALISIS MASLAHAH TERHADAP MOTIVASI MASYARAKAT
DESA KRANJI KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN DALAM
MELAKSANAKAN BILAS NIKAH
A. Analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan bilas nikah ...................... 75
B. Analisis maṣlaḥah terhadap motivasi masyarakat desa kranji dalam
melaksanakan bilas nikah ................................................................... 80
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 91
B. Saran................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 96

xiii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum berlaku pada semua
makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.1.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 36:
           
 
Artinya: Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.2
Pernikahan merupakan tuntunan syariat yang diajarkan oleh
Rasulullah dalam menyatukan pasangan antara laki dan perempuan atas dasar
agama yang sah. Sebagaimana Rasulullah memberikan statemen dalam
hadisnya:
3

Artinya: “Nikah adalah termasuk sunnahku. Maka barang siapa
yang tidak mengikuti sunnahku ia bukanlah dari umatku.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

1

Sa’id bin Abdullah bin Thalib Al-Hamdani, Risalah Nikah, Penerjemah, Agus Salim, (Jakarta:
Pustaka Amani, 2002), 1.
2
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya: Karya Agung, 2006), 628.
3
Imam al-Bukhari, aḥīḥ Bukhāri, Juz 5, (Beirut: Dar al Fikri, 1989), 118.

1

2

Sebagaimana disebutkan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974
tentang perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4
Pernikahan menurut komplikasi hukum Islam adalah akad yang
sangat kuat atau mitsaqan ghalidhan dan merupakan ikatan lahir batin antara
seseorang pria dengan seorang perempuan untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah, serta bertujuan untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah.5
Ditinjau dari segi ibadah pernikahan berarti telah melaksanakan
sunnah Nabi, sedangkan menyendiri tidak menikah adalah meninggalkan
sunnah Nabi. Rasulullah saw juga telah memerintahkan agar para pemuda
yang telah mempunyai kesanggupan untuk segera melakukan pernikahan
karena akan memelihara diri dari perbuatan yang dialarang Allah.6
Pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak
dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang bukan mahram.7
Memiliki hubungan keluarga yang penuh dengan kenyamanan dan
kebahagiaan merupakan impian setiap manusia di dunia, tetapi dalam
4

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,.
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Progresif, 2003), 114.
6
Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 5.
7
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), 374.
5

3

kenyataannya kehidupan berumahtangga pasti terjadi perbedaan pendapat
dan kesalahfahaman antara suami dan istri, kemudian adanya pertengkaran
secara terus-menerus sehingga menyebabkan terjadinya perceraian.
Pernikahan harus dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayan agar
tujuan pernikahan seperti yang tertuang dalam Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974
yaitu menuju keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhana Yang
Maha Esa dapat terwujud. Akan tetapi untuk mencapai tujuan pernikahan
tidaklah sangat mudah. Banyak permasalaha-permasalahan yang timbul yang
dapat merusak sebuah pernikahan dan berakhir kepada hal yang sangat
dibenci oleh Allah SWT yaitu perceraian.8
Pernikahan merupakan peristiwa yang sangat penting dan dibutuhkan
oleh manusia. Pernikahan juga merupakan bagian dari kebesaran Allah SWT
dan Dia menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan sehingga
terciptalah naluri saling mencintai dan mengembangkan keturunan.
Pernikahan juga merupakan naluri manusia sebagai upaya untuk
membina rumah tangga dalam mencapai kedamaian, ketentraman hidup serta
menimbulkan rasa kasih sayang sebagaimana Firman Allah dalam surat ArRum ayat 21:

8

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 1997), 9.

4

            
        
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.9
Setelah Islam menyebar luas di dunia dan pemeluknya tidak hanya
masyarakat arab sedangkan Nabi Muhammad sebagai pembawa syariat juga
telah wafat, banyak persoalan keagamaan yang muncul dan belum ada
ketentuan nas yang mengaturnya dan tidak bisa ditanyakan secara langsung
kepada Nabi. Maka, sejalan dengan itu para ulama berpendapat bahwa dasar
dari setiap hukum islam adalah untuk kebaikan umat. Kebaikan atau
kemaslahatan inilah yang menjadi pedoman dalam setiap penetapan hukum
atas persoalan baru yang muncul dan belum ada dalil yang mengaturnya.

Maṣlaḥah adalah memelihara dan mewujudkan tujuan hukum Islam, yakni
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan kekayaan.10
Indonesia mempunyai banyak kepercayaan, suku dan juga adat, seiap
daerah mempunyai kebiasaan atau adat yang berbeda dengan daerah lainnya
apalagi dalam masalah pernikahan. Mulai dari acara peminangan kalau di
daerah penulis yaitu Lamongan itu yang meminang pertama dari pihak

9

Kementerian Agama RI, Al-Qur'an & Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 477.
Asmawi, Teori Maslahat Dan Relevansinya Dengan Perundang-Undangan Khusus Di Indonesia,
(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), 35
10

5

perempuan, tetapi tidak semuanya dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak. Masyarakat jawa pada umumnya percaya
bahwa apabila dalam pernikahan tidak dilahirkan seorang anak, maka
dilakukan bilas nikah atau yang disebut juga memperbarui nikah.11 Di dalam
suatu daerah mempunyai anggapan bahwa bilas nikah akan menjadikan
hubungan rumah tangga menjadi lebih baik sehingga membawa kebahagiaan
seperti yang diharapkan oleh semua pasangan suami istri.
Di antara kasus-kasus yang tidak ditemukan hukumnya secara jelas di
dalam Al-Qur’an maupun hadis adalah salah satunya bilas nikah yang ada di
Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adat tersebut sama
halnya dengan Tajdīd an- Nikāḥ yaitu memperbarui nikah, dengan banyak
alasan sehingga masyarakat melakukannya dengan berharap semua keluhan
dan kesulitan hidupnya dihilangkan. Masyarakat Desa Kranji Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan dalam melakukan bilas nikah berdasarkan
keyakinan orang terdahulu dan atas saran para kyai kemudian dilakukan oleh
masyarakat sehingga sampai saat ini apabila pasangan suami istri yang
dianggapnya kurang baik dalam berumah tangga mereka akan melakukan

bilas nikah.
Mulanya muncul sebuah adat bilas nikah diawali dengan adanya
sepasang suami istri yang hamil di luar nikah dan dalam kehidupannya sering
11

95

Ali Affandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Bina Aksara, 1986),

6

terjadi pertengkaran, kemudian ada seorang kyai menyarankan untuk
melakukan bilas nikah kemudian diikuti saran tersebut akhirnya melakukan

bilas nikah. Setelah itu pasangan tersebut merasakan perubahan yang lebih
baik dalam kehidupan rumah tangga. Kemudian masyarakat lain yang ada di
Desa Kranji tersebut termotivasi untuk melakukan bilas nikah, sampai
akhirnya lama-kelamaan menyebar dan menjadi sebuah adat yang dipercayai
akan menghilangkan semua keburukan selama pernikahan dan membawa
kebaikan atau keberkahan ke depannya bagi pasangan suami istri yang yang
melakukannya. Bahkan ada satu kasus sepasang suami istri selalu
menantikan buah hati dan dalam kehidupan sehari-hari selalu diwarnai
dengan petengkaran sampai akhirnya pasangan tersebut termotivasi untuk
melakukan bilas nikah, karna keinginannya selama pernikahan untuk
mendapatkan keturuan dan tidak terkabulkan. Kemudian dilakukannya bilas

nikah oleh pasangan tersebut dan tidak lama kemudian mungkin karna terlalu
percaya dan menganggap suatu hal yang baik dan sangat berpengaruh bagi
pasangan tersebut, akhirnya memang sesuai dengan harapan mereka yaitu
istri dari pasangan tersebut telah mengandung tidak lama setelah melakukan

bilas nikah. Hal-hal seperti itulah menjadi salah satu motivasi bagi pasangan
lain dalam melaksanakan bilas nikah.
Adapun faktor yang lainya seperti, rumah tangga yang tidak
harmonis, tidak bisa mendapat keturunan dalam jangka waktu sangat lama,

7

hamil di luar nikah alias hamil duluan sebelum akad nikah dilakukan, hitunghitungan hari dalam adat Jawa pada saat dulu diadakan pernikahan, karena
pernikahan yang pertama dianggap kurang baik dan dikhawatirkan pernah
terjadi talak yang tidak disengaja. Sebagian besar alasan mereka sama,
mereka melakukan bilas nikah dikarenakan memang daerah setempat unsur
Jawanya lebih kental jadi sebagian besar masyakaratnya masih percaya
dengan tradisi-tradisi Jawa. Meskipun dalam Islam pembaruan pernikahan itu
tidak perlu. Karena dengan tidak adanya talak dari suami maka seharusnya
tidak ada yang namanya akad baru yang dilakukan oleh sepasang suami istri,
tapi bilas nikah tetap mereka lakukan dengan berbagai faktor.
Fenomena pernikahan yang terjadi dalam Islam sangatlah beragam.
Banyak kasus-kasus seperti poligami, perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga, dan yang lebih fenomena adalah bilas nikah. Muculnya keinginan
untuk melakukan bilas nikah adalah sebuah sugesti orang jawa yang diiringi
dengan rasa khawatir oleh pasangan suami istri karena untuk menghindari
perceraian, sehingga bilas nikah sudah menjadi adat masyarakat jawa
khusunya Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Sebenarnya hukum bilas nikah tidak diatur di dalam Al-Qur’an atau
hadis, Dasar hukum dari bilas nikah adalah boleh apabila bertujuan untuk
menguatkan pernikahan. adapun ulama berbeda pendapat dalam hal

8

pemberian mahar bilas nikah, ada yang berpendapat pemberian mahar adalah
wajib tetapi ulama lain banyak yang mengatakan tidak mewajibkan.12

B. Identifikasi dan Batasan masalah
1. Identifikasi masalah
Dari beberapa pemaparan masalah diatas, maka timbul beberapa
identifikasi masalah, antara lain sebagai berikut:
a. Hukum perkawinan dalam Islam, dan Kompilasi Hukum Islam
b. Deskripsi tentang bilas nikah di Desa Kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan
c. Hukum bilas nikah menurut hukum Islam dan ulama
d. Alasan dilakukan bilas nikah

e. Praktek bilas nikah
f. Motivasi dalam melaksanakan bilas nikah
g. Analisa maṣlaḥah terhadap motivasi bilas nikah
2. Batasan masalah
Agar dalam penilitian ini tidak menyimpang dari judul yang telah
dibuat, maka penulis perlu melakukan batasan ini untuk mempermudah
permasalahan dan mempersempit ruang lingkup yang dalam hal ini
penulis akan membahas :
12

Memed M et al, Kang Santri, (Kediri: Lirboyo Press, 2009), 293.

9

a. Motivasi dalam melaksanakan bilas nikah
b. Analisis maṣlaḥah terhadap motivasi bilas nikah

C. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Apa motivasi masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan dalam melaksanakan bilas nikah?
2. Bagaimanakah tinjauan maṣlaḥah tentang motivasi masyarakat Desa
Kranji dalam melaksanakan bilas nikah?

D. Kajian Pustaka
Dari

hasil

telaah

kajian

pustaka

terhadap

hasil

penelitian

sebelumnnya, penulis tidak menjumpai judul penelitian sebelumnya yang
sama. Tetapi penulis mendapatkan beberapa hasil penelitian yang sedikit
memiliki relevansi terhadap penelitian yang akan penulis lakukan, sebagai
berikut:
1. Iwan Djaunari pada Tahun 2005 dalam skripsinya ‚Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Pelaksanaan Tajdīd al-nikāḥ Massal di Dusun Pandean
Kelurahan Kejapanan Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan‛. Kajian

10

ini dibahas karena peristiwa langka karena kegiatan ini bersifat massal
dan melibatkan beberapa orang baik dari peserta maupun pihak panitia
sebagai pengkoordinir diadakannya untuk menghindari dan menjauhkan
bala’, mendapatkan keberkahan dan metode analisis yang digunakan
adalah analitik deduktif.13
2. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Rosyidah yang berjudul ” Persepsi
Ulama Kelurahan Ujung Kecamatan Semampir Kota Surabaya tentang

Tajdīd al-Nikāḥ. Yang hasilnya lebih menekan kepada beberapa pendapat
ulama dalam menyikapi pelaksanaan Tajdīd al-Nikāḥ yang disebabkan
oleh perselisihan rumah tangga yang dihadapi yang tidak menemukan
titik temu dan keluarga yang kurang harmonis.14
3. Skripsi yang berjudul

“ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tajdīd al-

Nikāḥ Sebagai Syarat Rujuk Di Desa Ketapang Kecamtan Tamberu
Kabupaten Sampang”. Skripsi ini lebih menekankan pada pelaksanaan

Tajdīd al-nikāḥ setelah terjadinya talak dan ingin kembali kepada istri,
akan tetapi mereka harus melaksanakan tajdīd al-nikāḥ dahulu karena itu
adalah syarat.15

13

Iwan Djaunari, “Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan Tajdid al-nikah massal di dusun
pandean kelurahan kejapanan kecamatan gempol kabupaten pasuruan” (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2005)
14
Umi Rosyidah, Persepsi Ulama Kelurahan Ujung Kecamatan Semampir Kota Surabaya tentang
Tajdid al-Nikah, (Skripsi – IAIN Sunan Ampel Surabya, 2000), 3.
15
Ahmad Muklis, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tajdid al-Nikah Di Desa Ketapang Kecamatan
Tamberu Kabupaten Sampang (Skripsi – UIN Malang , 2002), 15.

11

4. Wiamul Umam yang berjudul “Studi Tentang Persepsi Pelaku Tajdīd al-

Nikāḥ di Desa Ketetang Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan
Terhadap Tajdīd al-Nikāḥ dalam membentuk Keluarga Sakinah”. Yang
hasilnya lebih ditekankan kepada tujuan tajdid al-nikah yang dilakukan
bertujuan untuk membina keluarga yang lebih harmonis dari sebelumnya
dikarenakan banyaknya ketidak cocokan diantara keduanya.16
Dalam penelitian ini penulis tidak bermaksud untuk mengulang
permasalahn di atas, tetapi penulis lebih fokus kepada “Studi Tentang
Motivasi Masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Dalam Melaksanakan Bilas Nikah Ditinjau Dari Maṣlaḥah.”
Dalam kasus bilas nikah di Desa Kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan, banyak sekali masalah dalam kehidupan berumah
tangga seperti contoh sering bertengkar secara terus menerus, merasa tidak
cocok dengan pasangan yang dirasakan setelah pernikahan, tidak mempunyai
keturunan pun menjadi persoalan yang serius sehingga mengakibatkan
hubungan rumah tangga semakin tidak harmonis bahkan tidak sedikit yang
berkeinginan untuk bercerai. Namun yang saya jumpai di Desa tersebut
masyarakat banyak yang termotivasi untuk melakukan bilas nikah, maka dari

16

Wiamul Umam, Studi Tentang Persepsi Pelaku Tajdid al-Nikah di Desa Ketetang Kecamatan
Kwanyar Kabupaten Bangkalan Terhadap Tajdid al-Nikah dalam membentuk Keluarga Sakinah
(Skripsi – IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002), 13.

12

itu penulis ingin membahasnya lebih dalam lagi masalah bilas nikah atau
memperbarui nikah.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa motivasi masyarakat desa Kranji kecamatan
Pacira kabupaten Lamongan dalam melaksanakan bilas nikah
2. Menganalisis secara maṣlaḥah tentang motivasi masyarakat Desa Kranji
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dalam melaksanakan bilas

nikah

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik
dalam aspek keilmuan (teoritis) maupun dalam aspek terapan (praktis).

13

1. Aspek keilmuan (teoritis)
a. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin mengkaji masalah
yang ada relevansinya dengan penelitian ini pada suatu saat nanti.
b. Untuk memperkaya khazanah keilmuan kalangan akademis, terutama
yang mengkaji masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini
suatu saat nanti.
2. Aspek terapan (praktis)
Sebagai bahan acuan bagi masyarakat dalam melaksanakan bilas

nikah agar mengetahui hukum dan tujuan dari pada bilas nikah itu sendiri.

G. Definisi Operasional
Untuk menghindari keraguan dan mempermudah pemahaman
terhadap istilah dalam penelitian ini, maka disini dijelaskan maknanya
sebagai berikut:
Motivasi

: dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu.

Bilas nikah

: memperbarui pernikahan yang sudah berjalan, dan

bilas nikah merupakan suatu adat yang dilakukan
terutama oleh masyarakat desa Kranji kecamatan
Paciran kabupaten Lamongan untuk memperbarui

14

pernikahannya dengan melaksanakn akad baru seperti
halnya ketika melakukan akad nikah pertama, bedanya
adalah kalau bilas nikah tidak memakai penghulu
melainkan

kepercayaan

kyai

atau

ulama

yang

dipercaya dengan niat dan tujuan supaya dalam
menjalani kehidupan rumah tangga bisa lebih baik lagi
serta menghilangkan bala’.

Maṣlaḥah

: Memberikan hukum syara’ kepada sesuatu yang
dianggap baik dan bermanfaat dalam pandangan
manusia, namun tidak ada ketegasan hukum untuk
merealisasikannya dan tidak pula ada dalil tertentu
dalam Al-Qur’an maupun hadis baik yang mendukung
atau yang menolaknya.

H. Metode Penelitian
Penelitian berhubungan dengan usaha untuk mengetahui sesuatu yang
dipahami sebagai ilmu tentang metodologi penelitian, metode berarti tata
cara, yang meliputi tata cara untuk memilih topik dan judul penelitian,
melakukan identifikasi dan merumuskan masalah pokok penelitian,
pengumpulan, pengelolahan dan analisis data, pembahasan analisis data, serta
tata cara atau prosedur untuk melakukan penelitian, pelaksanaan penelitian,

15

pembuatan dan penyampaian laporan hasil penelitian. 17 Dalam penulisan
skripsi ini peneliti berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.18
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas maka
pendekatan yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Agar penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan benar, maka
penulis memandang perlu untuk mengemukakan metode penulisan skripsi ini
yaitu sebagai berikut:
1. Data yang Dikumpulkan
a. Data-data tentang masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan yang melaksanakan bilas nikah mengenai latar
belakang bilas nikah, faktor yang mempengaruhi bilas nikah.
b. Data-data tentang hasil penelitian yang akan dilakukan tentang
motivasi masyarakat Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan dalam melaksanakan bilas nikah.
2. Sumber Data
a. Sumber Data primer, dalam penelitian ini sumber data primer
diperoleh dari pasangan suami Istri yang melakukan bilas nikah yaitu

17

Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Penelitian Hukum. (Jakarta: Universitas Admajaya, 2007), 8.
Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2014).

18

16

pasangan Ulfiyah dan Khoirul Arifin, Abdul Wahid dan Kuswati,
Sholeh dan Ro’inah, Musyarofah dan Muhammad Hasan, Ita Jariyatin
dan Fandi Santoso, serta beberapa masyarakat Desa Kranji yaitu
Muhammad Said, Halimah, Muhammad Sabiq, Mudiono, dan
Liswatin.
b. Sumber Data Sekunder, sumber data sekunder berasal dari
kepustakaan

berdasarkan

sumber

bacaan

yaitu

buku

yang

berhubungan dengan perkawinan, Kaidah Ushul Fiqih, dokumendokumen, jurnal atau karya ilmiah yang pada dasarnya berhubungan
dengan topik yang bisa dijadikan sebagai landasan berfikir guna
memperkuat faktor-faktor di dalam penyusunan penulisan skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara, adalah suatu bentuk komunikasi atau percakapan antara
dua orang atau lebih guna memperoleh informasi dengan cara
bertanya langsung kepada subjek atau informan untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan guna memcapai tujuannya dan memperoleh
data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan penelitiannya.19
Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan pelaku atau pasangan
suami istri di Desa Kranji yang melakukan bilas nikah, yang meliputi

19

S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 113.

17

latar

belakang,

alasan,

praktek

serta

tujuan

pelaku

untuk

melaksanakan bilas nikah.
b. Dokumentasi, adalah merupakan studi dokumenter yang penulis
lakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku
sekunder yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, agar penulis
dapat mempelajari, menelaah dan menganalisis data-data tersebut.
4. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Editing, yaitu memeriksan kembali semua data yang diperoleh dengan
memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang
meliputi kesesuaian, keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.20
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa
sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan
masalah.
5. Tenkik Analisis Data
a. Teknik deskriptif analitis, yaitu teknik analisis dengan menjelaskan
atau menggambarkan secara sistematis semua fakta aktual yang
diketahui, kemudian dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan,

20

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), 91.

18

sehingga dapat memberikan sebuah pemahaman yang konkrit. Dalam
hal ini dengan mengemukakan kasus yang terjadi di Desa Kranji
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, kemudian dikaitkan
dengan teori maslahah yang terdapat dalam literatur dan maslahah
sebagai analisis, sehingga mendapatkan suatu kesimpulan yang
bersifat umum.
b. Pola Pikir Induktif, yaitu metode berfikir yang diawali dengan
mengemukakan fakta-fakta yang bersifat khusus yang berkenaan
dengan bilas nikah di Desa Kranji Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan, kemudian dijelaskan dan dianalisa dengan maṣlaḥah,
selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka
penulisan ini disusun atas lima bab sebagai berikut :
Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang
masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua adalah bab pendahuluan yang terdiri dari: landasan teori
tentang pengertian bilas nikah, dasar hukum bilas nikah, pendapat madzab-

19

madzab terhadap bilas nikah dan aturan-aturan terkait bilas nikah di dalam
Kompilasi Hukum Islam.
Bab ketiga adalah berisi tentang pembahasan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan di Desa Kranji kecamatan Paciran kabupaten, yang
meliputi praktik bilas nikah, alasan dilaksanakannya bilas nikah, tujuan dan
motivasi dilakukannya bilas nikah oleh pasangan suami istri di desa tersebut.
Bab keempat berisi tentang analisis motivasi dilakukan bilas nikah
oleh pasangan suami istri dan analisis hukum islam terhadap dilakukannya

bilas nikah.
Bab kelima adalah bab penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.

BAB II
BILAS NIKAH DAN MAṢLAḤAH
A. Nikah Menurut Hukum Islam
Nikah menurut bahasa artinya adalah berkumpul dan bercampur,
sedangkan menurut istilah syara’ adalah ijab-kabul dari seseorang laki-laki
kepada seorang perempuan untuk membentuk rumah tangga yang kekal,
bahagia dan sejahtera di bawah naungan ridla Ilahi.1Menurut Kompilasi
Hukum Islam pernikahan adalah ikatan yang sangat kuat atau mitsaqan

ghalidzan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah.2
Adapun sumber hukum pernikahan dalam Islam adalah Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21:


Artinya: dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda bagi kaum yang berfikir.3
Rasulullah saw juga menegaskan:

1

Ibnu Mas’ud, Zainal Arifin, fiqih Madzhab Syafi’i, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 250.
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), 2.
3
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Karya Agung, 2006), 572.
4
Imam al-Bukhari, aḥīḥ Bukhārī, Juz 5, (Beirut: Dar al Fikri, 1989), 118.
2

20

21

Artinya: “Nikah adalah termasuk sunnahku. Maka barang siapa yang
tidak mengikuti sunnahku ia bukanlah dari umatku.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Nikah ditinjau dari segi syar’i ada lima macam. Terkadang hukum nikah
itu wajib, kadang bisa menjadi sunnah, kadang nikah iu hukumnya haram,
kadang menjadi makruh dan mubah atau hukumnya hanya boleh menurut
syari’at. Dijelaskan sebagai berikut:
a. Wajib, bagi orang yang takut akan terjerumus ke dalam lembah perzinaan
jika ia tidak menikah. Karena, dalam kondisi semacam ini, nikah akan
membantunya menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan. Dalam masalah
seperti ini, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “jika seseorang
membutuhkan nikah, dan takut berbuat zina jika tidak melaksanakannya
maka ia wajib menikah dari pada melaksanakan kewajiban ibadah haji.”
Para ulama berkata: “dalam kondisi seperti ini tidak dibedakan hukumnya
bagi orang yang mampu memberi nafkah dan yang belum mampu untuk
menafkahi.” Syekh Taqiyuddin berkata: “apa yang dikatakan kebanyakan
para ulama adalah jelas dan benar. Sebab, dalam kondisi seperti ini tidak
disyariatkan bagi orang tersebut untuk mampu memberi nafkah, karena
Allah menjanjikan bagi orang yang mau melaksanakan nikah akan
menjadi kaya.5
b. Sunnah, ketika seorang laki-laki telah memiliki syahwat (nafsu
bersetubuh), sedangkan ia tidak takut terjerumus ke dalam zina. Jika ia

5

Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006), 640.

22

menikah, justru akan membawa maslahat serta kebaikan yang banyak,
baik bagi laki-laki tersebut maupun wanita yang dinikahinya.
c. Mubah atau dibolehkan, bagi orang yang syahwatnya tidak bergejolak
tapi ia punya kemauan

serta kecenderungan untuk menikah. Hokum

mubah ini juga ditujukan bagi orang yang antara pendorong dan
penghambatnya untuk nikah itu sama, sehingga menimbulkan keraguan
orang yang akan melakukan nikah, seperti mempunyai keinginan tetapi
belum

mempunyai

kemampuan,

mempunyai

kemampuan

untuk

melakukan tetapi belum mempunyai kemauan yang kuat.
d. Haram, bagi seorang muslim yang berada di aderah orang kafir yang
sedang memeranginya. Karena hal itu bias membahayakan anak
keturunannya. Selain itu pula orang-orang kafir itu bias mengalahkannya
dan menjadikannya di bawah kendali mereka.6 Namun, syafi’I
mengatakan bahwa bagi orang yang tidak mempunyai kemampuan serta
tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah
tangga sehingga apabila melangsungkan pernikahan akan terlantarlah
dirinya dan istrinya maka hukumnya melakukan pernikahan bagi orang
tersebut adalah haram.
Termasuk juga hukumnya haram pernikahan bila seseorang nikah dengan
maksud untuk melantarkan orang lain, masalah wanita yang dinikahi itu tidak
diurus hanya agar wanita itu tidak dapat nikah dengan orang lain. 7

6
7

Ibid., 21.
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), 20.

23

e. Makruh, bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
pernikahan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri
sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya
tidak nikah, hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang kuat
untuk dapat memenuhi kewajiban suami istri dengan baik.8
Menurut Imam Abu Hanifah, Ahmad nin Hambal, dan Malik bin
Anas; hakikat pernikahan itu pada awalnya memang dianggap sebagai
perbuatan yang dianjurkan. Namun bagi beberapa pribadi tertentu,
pernikahan itu dapat menjadi kewajiban.walaupun demikian, Imam
Syafi’I beanggapan bahwa menikah itu mubah atau diperbolehkan.
Keluar dari pertimbangan perintah Al-Qur’an dan sunnah Nabi
sawadalah pernikahan itu diwajibkan bagi seorang laki-laki yang memiliki
kekayaan yang cukup untuk membayar mahar, memberi nafkah kepada
istri dan anak-anak, sehat jasmani dan khawatir kalau tidak menikah itu
justru akan menimbulkan perbuatan zina. Pernikahan juga diwajibkan
bagi orang perempuan yang tidak memiliki kekayaan apapun untuk
membiayai hidupnya, dan dikhawatirkan kebutuhan seksnya akan
menjerumuskan ke dalam perzinaan.namun nikah itu sifatnya mubah dan
sunnah bagi orang yang mempunyai dorongan seksual yang kuat. Maka
dengan pernikahan tidak akan terjerumus ke dalam bujukan setan.

8

Ibid., 21

24

Sebaliknya, berkeinginan untuk menikah itu tidak akan menjauhkan dari
mengabdi kepada Allah SWT.9
Adapun dasar-dasar pernikahan dianjurkan oleh syara’ adalah:
a. Pernikahan didasarkan pada agama, ini termasuk tuntutan pertama.
Pernikahan boleh didasarkan pada agamanya, kecantikan, keturunan,
atau kekayaan. Kalau keempatnya terdapat pada seseorang hal itu
sangat dianjurkan.
b. Bahwa perempuan yang dinikahi itu hendaklah orang yang banyak
keturunan.
c. Perempuan yang dinikahi itu hendaknya masih perawan.
d. Kedua belah pihak hendaknya taat kepada Allah SWT. 10
Mengenai rukun akad nikah ada beberapa hal yaitu:
a. Adanya calon mempelai wanita dan calon mempelai pria yang tidak
memiliki hambatan untuk mengadakan akad nikah yang sah.
Misalnya,calon mempelai wanita yang dinikahi bukanlah wanita yang
haram dinikahi bagi calon mempelai pria,11
b. Adanya wali, yaitu orang yang akan menikahkan perempuan, dari
keluarga (laki-laki) terdekat. Apabila tidak ada maka Qadhi bertindak
sebagai wali kalu wali tidak ada pernikahan tidak sah.
c. Adanya saksi, kesaksian dalam suatu pernikahan mempunyai arti yang
khusus, hingga ia menjadi salah satu dari rukun pernikahan, atau
9

Rahman I, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002),
155.
10
Mas’ud, Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’I, 253-256.
11
Al Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, 648.

25

menjadi

salah

satu

syarat

sahnya

suatu

pernikahan.

Dalampernikahanmakasaksi
itudimaksudkanuntukmemuliakanpernikahan

itusendiri,danuntuk

menolak berbagaiprasangka yang mungkin timbul.12
d. Adanyaijabataupenyerahan,yaitulafazhyangdiucapkanolehseorang
walidaripihakmempelaiwanitaataupihakyangdiberikepercayaandari
pihakmempelaiwanitadengan

ucapan“sayanikahkankamu

dengan...

dengan mahar…”
e. Adanyakabulataupenerimaan,yaitusuatulafaz{yangberasaldaricalon
mempelaipriaatauorangyangtelahmendapatkepercayaan
mempelai

daripihak

pria,denganmengatakan“sayaterimanikahnya……..dengan

mahar……”13
AdapunImam

Malikmengatakan

bahwasannya

maharitu

termasukrukunnikah.Maharadalahpemberianwajibdaricalonsuamikepadacalon
istrisebagaiketulusanhaticalonsuamiuntukmenimbulkanrasacintakasih
bagiseorangistrikepada

calonsuaminya.Ataubisadiartikanjugasuatu

pemberianyangdiwajibkanbagicalonsuami kepadacalonistrinya, baik dalam
bentukbendamaupun jasa.
Islam

sangatmemperhatikan

dan

menghargai

kedudukan

seorang

wanitadenganmemberi hakkepadanya,diantaranyaadalahhakuntuk menerima
mahar (maskawin). Mahar hanyadiberikan oleh calon suami kepada

12
13

Mas’ud, Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’I, 270.
Al Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, 649.

26

calonistri,bukankepada

wanitalainnyaatausiapapunwalaupun

sangatdekatdengannya,oranglaintidakboleh

menjamahapalagi

menggunakannya,meskipunolehsuaminyasendiri,kecualidenganridhadan
kerelaansiistri.14

Syarat sahnya nikah ada empat hal, sebagai berikut:
a. Calonkedua mempelaitelahdiketahuidengan jelas.Tidakhanyacukup
saya,”sedangkan

denganmengatakan,“sayanikahkananak
iamempunyai

banyakanak.Maka,akanmenjadijelasjikaorangtuayangbersangkutan
memakai isyarat dengan menunjuk seseorangyang dimaksud atau
menyebutnamanya ataumenyebutkansifat-sifatistimewanya.
b. Keduacalonmempelaitelahikhlasatauridhasatusamalain.Nikahtidak
akanmenjadisahjikaadaunsurpaksaandarisalahsatupihak.Namun,di
siniadapengecualian bagicalonmempelaiyangmasihkecildanbelum baligh
atau

ia

bodoh

dan

idiot,

maka

bagi

walinya

ada

hak

untukmenikahkannya, meskisecaraterpaksa.
c. Adanya wlai bagi wanita untuk menikahinya jika ada seorang wanita
yang menikahkan dirinya sendiri tanpa seorang wali maka nikahnya itu
batal.
d. Adanya dua orang saksi dalam pelaksanaan akad nikah.
14

Abd. Rahman, Fiqih Munakahat, 47.

27

Tujuan dan hikmah agama Islam dalam mensyariatkan pernikahan
diantaranya sebagai berikut:
a. Melanjutkan keturunan yang merupakan sambungan hidup dan
menyambungcita-cita,

rohmah

membentukkeluargasakinahmawaddah

wa

dandarikeluarga-keluargadibentukumat,ialahumatNabi

Muhammad saw. Firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 72:
b. Untukmenjagadiridariperbuatan-perbuatan
yangdilarangAllahSWTmengerjakannya.
c. Untuk menghormati sunnah Rasulullah saw, belia bersabda:
Artinya: “Nikah adalah termasuk bagian dari sunnahku. Maka barang
siapa yang tidak senang (benci) terhadap sunnahku, maka ia bukanlah dari
umatku.”(HR. Bukhari dan Muslim).
d. Untukmenimbulkanrasacintaantarasuamidanistri,menimbulkanrasa
kasihsayangantaraorangtuadengan
sayang

antarasesama

anak-anaknyadanadanyarasakasih

anggota-anggotakeluarga.

Rasacintadankasih

sayangdalamkeluargainiakandirasakanpuladalammasyarakat

atau

umat,sehingga terbentuklahumatyang diliputicintadan kasih sayang.
e. Untukmembersihkanketurunan.Keturunanyangbersih,yangjelasayah,
kakekdansebagainyahanyadiperoleh

denganpernikahan.Dengan

demikianakanjelaspula orang-orangyangbertanggungjawabterhadap anakanak,yangakanmemeliharadanmendidiknyasehinggamenjadilah ia seorang
muslim yang dicita-citakan. Karena itu agama Islam mengharamkan
zina,tidakmensyariatkanpoliandri,menutupsegala

pintu

28

yangmungkinmelahirkananakdiluarpernikahan,

yangtidakjelasasal

usulnya.
f. Naluriseksualmerupakannaluriyangpalingkuat,yangselalumendesak
manusiauntukmencaridanmenemukanpenyalurannya.Olehkarenaitu
jikajalannyatertutupdantidakmenemui

kepuasan,manusiaakan

mengalamikegelisahandankeluhkesah,yangakanmenyeretnyakepada
penyelewengan-penyelewenganyangtidakdiinginkan.Pernikahanadalah
suatucarayang alamiahyang sebaik-baiknyadan corakkehidupanyang
palingtepatuntukmemuaskandanmenyalurkan
demikianbadanjasmanitidakakanmenderitakegoncangan

naluriini.Dengan
lagi,nafsu

kelamin dapatdikendalikan, dan hasrat keinginannya dapat dipenuhi
denganbarang yang dihalalkan Allah.
Di dalam pernikahan ada beberapa hal yang sering terjadi dan Islam pun
mengaturnya secara jelas dalam Al-Qur’an maupun sunnah, dan pemeluknya
memperoleh kepastian bagaimana menjalani hal-hal tersebut yang sesuai
dengan agama, sehingga memperoleh kedamaian dan ketentraman dalam
hidup, diantaranya adalah rujuk dan talak dan lain sebagainya. Juga ada
beberapa hal yang tidak diatur secara pasti dalam Al-Qur’an maupun sunnah.
Hal seperti ini lebih banyak terjadi belakangan bukan pada masa Nabi saw
masih hidup, bias juga karena adanya adat istiadat setempat yang masih
dijalankan setelah Islam masuk, dan di dalam Islam tidak ada terdapat suatu
aturan yang pasti mengenai adat istiadat tersebut. Misalnya bilas nikah, bilas

29

nikah adalah suatu hal yang tidak ada aturanya secara pasti dalam Al-Qur’an
maupun sunnah, padahal banyak terjadi pada masyarakat.

B. Bilas Nikah dalam Islam

Bilas nikah adalah istilah bahasa jawa yang sama dengan bangun nikah,
nganyari nikah dan dalam bahasa arab dikenal dengan istilah tajdidun Nikah..

Tajdid menurut bahasa adalah pembaharuan atau memperbaharui.15Dalam
kata tajdid mengandung arti yaitu membangun kembali, menghidupkan
kembali, menyusun kembali, atau memperbaikinya sebagaimana yang
diharapkan.
yang dimaksud pembaharuan disini adalah memperbarui nikah, dengan
arti sudah pernah terjadi akad nikah yang sah menurut syara’, kemudian
dengan maksud sebagai ihtiyath (hati-hati) dan membuat kenyamanan hati
maka dilakukan dilakukan akad nikah sekali lagi atau lebih. Tajdid nikah
dalam pengertian di atas, menurut saya sah-sah saja dilakukan dan tindakan
tersebut tidak mengakibatkan batal akad nikah sebelumnya. Kesimpulan ini
berdasarkan argumentasi sebagai berikut:
1. Tajdid nikah merupakan tindakan sebagai langkah membuat kenyamanan
hati dan ihtiyath (kehati-hatian) yang diperintah dalam agama
sebagaimana kandungan sabda Nabi saw yang berbunyi:

15

Husain Al-Habsyi, Kamus al-Kautsar Lengkap, (Surabaya: YAPI, 1997), 43.

30

Artinya: “yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara
keduanya terdapat hal-hal musyabbihat atau samar-samar, yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia. Maka barang siapa yang menjaga
hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan agama dan
kehormatannya. (H.R. Bukhari).16
2. Hadis Salamah, beliau berkata:

Artinya: “kami melakukan bai’at kepada Nabi saw di bawah pohon
kayu. Ketika itu, Nabi saw menanyakan kepadaku: “ya salamah,
apakah kamu tidak melakukan bai’at?. Aku menjawab: “ya Rasulullah,
aku sudah melakukan bai’at pada waktu pertama (sebelum ini).” Nabi
saw berkata: “sekarang kali kedua.” (H.R. Bukhari) 17
Dalam hadis ini diceritakan bahwa salamah sudah pernah melakukan
bai’at kepada Nabi saw, namun beliau tetap mengaanjurkan Salamah
melakukan sekali lagi bersama-sama dengan para sahabat lain dengan tujuan
menguatkan bai’at Salamah yang pertama sebagaimana disebutkan oleh alMuhallab.18Karena itu bai’at Salamah kali kedua ini tentunya tidak
membatalkan bai’atnya yang pertama.

Tajdid nikah bisa diqiyaskan kepada tindakan Salamah mengulangi bai’at
ini, mengingat keduanya sama-sama merupakan ikatan janji antara pihakpihak.Pendalilan seperti initelah dikemukakaan oleh Ibnu Munir sebagaimana
disebutkan oleh Ibnu al-Asqalany dalam Fathul Barri. Ibnu Munir berkata:
“dipahami dari hadits ini (hadis di atas) bahwa mengulangi lafazh akad nikah
dan akaad lainnya tidaklah menjadi fasakh bagi akad pertama, ini berbeda
Bukhari, aḥīḥ Bukhārī, Maktabah Syamilah, Juz 1 (No hadis:52), 20.
Ibid., 98.
18
Ibnu Bathal, Syarah Bukhārī, Maktabah Syamilah, Juz XV,, 301.

16

17

31

dengan

pendapat

ulama

Syafi’iyah

yang

berpendapat

demikian

(mengakibatkan fasakh).”
Menurut istilah tajdid adalah mempunyai dua makna yaitu:
1. Apabila dilihat darisegi sasarannya, dasarny