Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa T1 152010011 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Rakyat

Sekolah Rakyat merupakan lembaga pendidikan formal di tingkat sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tahun 1942. Pendidikan di tingkat Sekolah dasar ini diselengarakan dengan maksud untuk menanamkan jiwa Jepang dan membetuk kader atau generasi Indonesia yang pada akhirnya diharapkan akan membantu pemerintah Jepang dalam perang Asia Timur Raya untuk mencapai Kemenangan/Kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Pendidikan Sekolah Rakyat mulai dibuka setelah beberapa bulan Jepang menguasai Indonesia.

Pembukaan sekolah yang dimaklumatkan oleh Pemerintahan militer Jepang yang disebut dengan Gunseikanbu dikepalai oleh seorang pengawas yaitu Gunseikan. Secara bertahap pendidikan di tingkat sekolah dasar yang pada masa itu dikenal dengan sekolah rakyat mulai dibuka. Berdasarkan ketetapan dari Gunseikanbu tersebut dan dibawah pengawasan Departemen Naiseibu (Bagian pemerintahan Syuu) yang membawahi urusan-urusan pemerintahan di tingkat Syuu atau Residensi, salah satunya yakni menangani urusan Pengajaran, Departemen tersebut mulai mengatur pendidikan dari sekolah dasar (sekolah rakyat), sekolah menengah Pertama, hingga sekolah menengah atas secara bertahap.


(2)

Pendidikan sekolah dasar, merupakan salah satu bagian yang banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan militer Jepang sebagai sarana untuk mendoktrinasi massa. Ketika pendudukan dimulai, sebagian sekolah yang ada ditutup dan baru pada akhir April 1942 diputuskan untuk membuka kembali sekolah dasar pribumi dengan kurikulum baru. Melalui Oendang-Oendang No.12 yang dikeluarkan pada tanggal 22 April 1942, diumumkan bahwa seluruh sekolah pribumi, yaitu bekas volks school (sekolah desa), vervolg school (sekolah lanjutan), volledige tweede klas school (sekolah pribumi lengkap), dan meisjes vervolg school (sekolah lanjutan putri) diijinkan untuk dibuka kembali. Bekas pendidikan Barat, seperti Europeese Lagere School (ELS, sekolah Dasar Eropa), Holandsche Inlandsche School (HIS, sekolah pribumi Belanda), dan schakel School (sekolah penghubung) tidak diijinkan dibuka selama pendudukan Jepang (Aiko Kurusawa, 1993 :360).

Berdasarkan wawancara dengan Doel Rachmad dinyatakan bahwa tanggal 15 Februari 2014, sekolah-sekolah yang dibuka pada masa kolonial Belanda di Ambarawa sudah ditutup dan sejak pemerintahan militer Jepang menduduki wilayah Ambarawa tahun 1942. Sekolah rakyat menjadi satu-satunya sekolah dasar bagi anak-anak di Ambarawa tanpa ada lagi suatu perbedaan yang menyolok sehingga semua anak dapat menyenyam pendidikan formal yang sama.

Penyeragaman pendidikan (pengabungan sekolah-sekolah yang berbeda namun dalam jenjang pendidikan yang sama menjadi satu


(3)

sekolah) yang dilakukan oleh pemerintah Jepang, mengidentifikasi bahwa diskriminasi telah dihapus atau dihilangkan dalam sistem pendidikan. Diskriminasi dalam sistem pendidikan ataupun persekolahan telah diterapkan oleh pemerintahan Belanda sebelum Jepang menduduki Indonesia. Menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya „Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI” penyeragaman pendidikan juga difungsikan agar memudahkan dalam pengawasan sekolah-sekolah tersebut (Sartono Kartodirdjo, 1975:170).

Sejalan dengan itu maka peraturan yang dikeluarkan oleh Gunseikanbu dalam Osamu Seirei No.10 Bagian VIII “Tentang mengoeroes dan mengawasi sekolah rak‟jat” Pasal 27-32 (lihat lampiran 2, hlm 84), di jelaskan : sekolah rakyat merupakan sekolah yang berada di bawah pengawasan Syuutyookan/Tokubetu Sityoo serta Sityoo, Gaku-Ku (badan hukum dalam pendidikan di setiap daerah yang bentuk oleh Kentyoo dan diurus serta diawasi oleh Sontyoo, di dalam Gaku-Ku diangkat beberapa pegawai atas seijin Kentyoo, badan hukum ini dibentuk dengan maksud mengadakan pengawasan dan peninjauan sekolah-sekolah rakyat yang dilakukan oleh Son atau beberapa Gaku_Ku di dalam Son tersebut, kecuali daerah Kooti) dan guru-guru sekolah rakyat juga turut bertanggung jawab dalam kepengurusan sekolah rakyat. Untuk mengurus dan mengawasi sekolah rakyat, Gaku-Ku mengadakan Gaku-Ku Linkai (sidang pengurus Gaku-Ku) dan mengangkat Lin (pengurus) yang ditunjuk oleh Kutyoo, Kokumin Gakkootyoo dan Sontyoo yang bersangkutan di


(4)

dalam Gaku-Ku tersebut. Pada Si juga diadakan Kyooiku Sinkoo Linkai (badan untuk memajukan pendidikan) yang bertugas memecahkan masalah-masalah pendidikan yang terjadi di daerah-daerah di bawah pemerintahan Si serta mengadakan usaha-usaha yang mengarah kepada kemajuan pendidikan rakyat. Penjelasan tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana mengawasi dan mengurus pendidikan sekolah rakyat di setiap daerah-daerah dibawah Si (pemerintahan kota), yang tidak hanya guru-guru di sekolah rakyat tersebut yang bertanggung jawab untuk mengurus tetapi tidak terlepas juga dari pengawasan pemerintahan ditingkat Syuu hingga Ku (lihat lampiran 2, hlm 84). Aturan-aturan tersebut dibentuk sebagai usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintahan Jepang, untuk memperluas pendidikan ditingkat sekolah dasar, dimana sekolah rakyat merupakan lahan yang paling subur untuk menanamkan paham atau pengaruh oleh pemerintahan Jepang.

Pendidikan ditingkat sekolah dasar masa pendudukan Jepang ditempuh dalam kurun waktu 6 tahun. Undang-undang No.12 beserta aturan tentang sekolah (Sekolah Rakyat) menjelaskan bahwa pendidikan tingkat sekolah dasar mulai dibuka kembali pada tanggal 29 April 1942 terbagi menjadi 2 tipe (lihat lampiran 5 dan 6, hlm 87-88), yaitu

a. Syotoo Kokumin Gakko (sekolah Pertama) yang setara dengan volks school atau sekolah desa masa pemerintahan Belanda, lama pendidikan 3 tahun.


(5)

b. Kokumin Gakko (sekolah rakyat), yang setara dengan vervolg school (sekolah lanjutan), volledige tweede klas school (sekolah pribumi lengkap) masa pemerintahan Belanda, lama pendidikan 6 tahun.

Jika sebelumnya seorang murid telah menempuh pendidikan di sekolah desa/volks school masa pemerintahan Belanda selama 3 tahun maka ia dapat melanjutkan pendidikannya di Kokumin Gakko atau sekolah rakyat di kelas 4 sampai kelas 6 (Aiko Kurusawa, 1993:360). Sekolah rakyat menyedikan pendidikan selama 6 tahun yaitu kelas 1-3 dan kelas 4-6 tetapi dapat juga seorang murid yang telah lulus di sekolah pertama atau Syotoo Kokumin Gakko 3 tahun kelas 1-3 dapat melanjutkan pendidikannya di sekolah rakyat di kelas 4-6.

Setelah dikeluarkannya Osamu Seirei No.10 Bagian X Pasal 46-49, tingkat pendidikan atau susunan sekolah dasar yang terdapat 2 tipe yaitu sekolah pertama atau Syotoo Kokumin Gakko dan sekolah rakyat (Kokumin Gakko) dianggap Sekolah Rakyat yang terdiri dari 2 bagian (lihat lampiran 2, hlm 84), meliputi:

a. Bagian pertama sekolah rakyat disebut Syootoka. Pada jenjang sekolah rakyat yang disebut Syootoka (bagian pertama) ini merupakan sekolah tahap pertama atau setara dengan sekolah dasar pada pendidikan jaman sekarang yakni kelas 1 sampai kelas 3, Syootoka harus ditempuh untuk dapat melanjutkan ke sekolah rakyat dibagian kedua.


(6)

b. Bagian kedua sekolah rakyat disebut Kootooka (bagian kedua). Setelah menyelesaikan pendidikan pada bagian pertama sekolah rakyat atau Syootoka maka dapat melanjutkan ke sekolah bagian kedua ini atau Kootooka. Kootooka merupakan sekolah lanjutan dari Syootoka yakni kelas 4 sampai kelas 6.

Syootoka (bagian pertama) dan Kootooka (bagian kedua) merupakan suatu rangkaian pendidikan lanjutan di sekolah rakyat, namun dalam penyelenggaraan pendidikannya terkadang disetiap daerah hanya terdapat sekolah Syootoka (bagian pertama) dan Kootooka (bagian kedua) saja, dikarenakan keadaan didaerah masing-masing berbeda-beda. Lamanya pendidikan Syootoka (bagian pertama) dan Kootooka (bagian kedua) masing-masing 3 tahun. Syootoka (bagian pertama) ditempuh dalam waktu 3 tahun dan Kootooka (bagian kedua) juga ditempuh dalam waktu 3 tahun.

Perbedaan sistem pendidikan serta pandangan mengenai tujuan pendidikan dengan pemerintahan Belanda, maka secara praktis buku-buku sekolah masa pemerintahan Belanda tidak digunakan, hanya pada awal berdiri sekolah-sekolah tahun 1942 masih dipergunakan. Pada tahun itu pula buku berbahasa belanda mulai dikaji serta diterjemahkan oleh para guru. Upaya tersebut ditujukan untuk menyediakan buku-buku pelajaran yang dipergunakan sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar selaras dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintahan Jepang.


(7)

Penerbitan buku-buku sekolah oleh Kantor pengajaran berada dalam pengawasan pemerintahan militer pusat atau Gunseikanbu karena hanya buku terbitan Gunseikanbu dipakai sebagai buku pelajaran resmi sekolah-sekolah pada waktu itu. (lihat lampiran 1, hlm 83)

Pada awal tahun 1944 masa pemerintahan Jepang, jumlah sekolah dan guru serta murid dibandingkan dengan akhir zaman Belanda (1939) dapat digambarkan pada tabel seperti dibawah ini:


(8)

Tabel 1

Jumlah Sekolah Dasar, Guru dan Murid pada tahun 1940 (1941) dan 1944

Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah

Guru Jumlah murid A Sekolah Pertama (1944)

Volk school (1941) Perbedaan

11.078

9.684 (perkiraan) + 1.394 (+14%)

23.668 -

1.806.233 1.225.289

+580.946 (+47%) B Sekolah Rakyat (1944)

Vervolg + tweede (1944) Perbedaan 2.102 1.588 (perkiraan) +514 (+32%) 8.959 - 552.102 206.729 +345.373(+167%) C Sekolah swasta (1944)

Sekolah Rakyat swasta: Vervolg + tweede (1941) Perbedaan 1.603 727 +876 (+120%) 5.288 - 267. 625 82.889 +184.736(+223%) Total 1944 1940 Perbedaan 14.783 12.954 +1.829 (+14%) 37.915 - 2.625.960 1.475.610 +1.150.350(+78%) Keterangan :

1. Karena jumlah sekolah A dan B tahun 1940 tidak ada, disini dipakai data tahun 1941, pun tidak ada angka khusus didaerah Jawa, hanya ada agka untuk Hindia-Belanda. Sudah diketahui bahwa angka keseluruhan sekolah dasar pribumi dan muridnya di Jawa adalah sekitar 68% dari keseluruhan wilayah Hindia-Belanda. Karena jumlah sekolah untk setiap jenis di seluruh Hindia-Belanda diketahui, angka di Jawa dapat diperkirakan dengan mengambil 68%nya. Oleh karena pemikiran demikian, kalau dijumlahkan jumlah sekolah A, B dan C, angkanya tidak sesuai dengan 12.954

2. Murid pada zaman Belanda termasuk jumlah penduduk pribumi dan warga negara Asia, tetapi tidak jelas kelompok etnik apa yang tercakup ke dalam data zaman Jepang.

3. Perbedaan berarti peningkatan (+) atau penurunan (-) dibandingkan engan tahun 1940

4. Pada sekolah jenis C tidak begitu pasti mencakup apa, tetapi penulis menduga ia meliputi segala jenis sekolah dasar swasta.

Sumber : Aiko Kurasawa, 1993:36)

Meningkatnya minat bejalar di kalangan anak-anak disebabkan karena diterapkannya sistem baru didunia penddikan yang sangat berbeda


(9)

mengadakan pendidikan tetapi masih dibatasi oleh sekat-sekat penentu pendidikan menurut golongan sosialnya. Berbeda dengan pendidikan masa pemerintahan Jepang yang memberikan kesempatan belajar kepada semua lapisan masyarakat di Indonesia secara umum. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan sekolah pertama mengalami peningkatan dengan dibarengi oleh peningkatan jumlah murid. Peningkatan yang sangat tajam juga terjadi pada peningkatan jumlah sekolah rakyat yang mencapai (+32%) serta jumlah murid yang mencapai angka kenaikan sebesar (+167%), begitu pula dengan sekolah-sekolah swasta yang juga mengalami peningkatan baik jumlah sekolah maupun jumlah murid. Peningkatan jumlah rata-rata murid per sekolah di tahun 1940 sebanyak 113 dan di tahun 1944 mencapai 178 atau mengalami peningkatan 60%. Secara keseluruhan jumlah sekolah dasar meningkat 14%, serta jumlah murid meningkat 78%, dengan demikian dapat di artikan jumlah murid melebihi jumlah sekolah yang ada, hal ini mengidentifikasikan terjadinya penurunan fasilitas dan lingkungan pendidikan.

Kesempatan belajar yang terbuka lebar bagi penduduk pribumi tanpa ada pembedaan status sosial dalam sistem persekolahannya serta didukung dengan biaya pendidikan yang diperoleh secara gratis, tetapi jika dikenakan biaya (tergantung kepada kebijakan sekolah rakyat di setiap daerah), biaya relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya pendidikan masa pemerintaan Belanda. Menurut penuturan Kadinem (wawancara, 05/10/2013) Pemungutan uang sekolah akan dipergunakan untuk


(10)

kebutuhan belajar murid/ siswa itu sendiri seperti Sabak (alas atau media untuk menulis) dan grip (alat yang yang digunakan untuk menulis, berbentuk panjang) yang merupakan kebutuhan vital bagi murid-murid di sekolah rakyat untuk menunjang proses belajar mengajar. Sabak beserta grip diberikan secara rutin dari pihak sekolah setiap 1 bulan sekali kepada murid di sekolah tersebut.

Bukan hanya karena uang sekolah yang gratis dan lebih murah maka jumlah muridnya meningkat, tetapi lebih karena dorongan dari pemerintah. Kebijakan Jepang merangsang perhatian penduduk desa. Sadar akan suasana baru dibawah pemerintahan baru ini, dibawah tekanan kuat pimpinan desa, semakin banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka (Aiko Kurasawa, 1993:362). Seperti di desa yang berada di kecamatan Ambarawa), pendaftaran murid-murid sekolah rakyat dilakukan oleh Kepala Dusun/bekel (termasuk dalam pemerintahan Ku atau pemerintahan di tingkat kelurahan) setempat yakni dengan mendatangai rumah anak-anak yang telah cukup umur untuk bersekolah (kira-kira berusia 6 tahun ke atas) dengan maksud memerintahkan anak tersebut untuk bersekolah (wawancara Djaman, 04/02/2014). Tindakan yang dilakukan oleh Kepala Dusun atau bekel adalah wujud usaha yang dilakukan untuk memperluas pendidikan dengan mengajak/mendorong anak-anak didesanya untuk bersekolah. Peranannya dalam mendorong anak-anak di desa agar dapat bersekolah di Sekolah Rakyat adalah wujud pengabdian diri kepada pemerintahan Jepang.


(11)

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru menjadi sentral atau pusat dari pembelajaran. Keberadaan seorang guru menjadi sangat penting dalam proses mendidik murid-murid yang menjadi objek dalam mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintahan sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan. Seorang pendidik (guru) menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi anak didiknya dalam sebuah aktivitas belajar. Peranan yang diemban oleh seorang guru tidak hanya sebatas sebagai seorang pengajar tetapi juga penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan, karena itulah isi pengajaran haruslah disesuaikan dengan apa yang hendak dicapai dalam pendidikan itu sendiri. Dari tujuan pendidikan, guru mempunyai alur dalam mengajar untuk menentukan dan menciptakan metode pembelajaran yang sesuai untuk diimplementasikan kepada murid atau peserta didiknya kerena keberhasilan seorang pendidik dalam mendidik menjadi tolok ukur penentu keberhasilan dalam pendidikan. Pada masa pemerintahan Jepang, guru sebagai pendidik memilki peran untuk melaksanakan propaganda. Guru dipilih sebagai propagandis karena memiliki kemampuan berpidato yang baik. Media propaganda dilingkungan sekolah salah satunya adalah nyanyian. Aiko Kurusawa dalam bukunya yang berjudul Mobilisasi dan Kontrol mengemukakan bahwa secara garis besar lagu-lagu yang diajarkan diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, di antaranya:

1. Meningkatkan semangat kerja


(12)

3. Meningkatkan kecintaan kepada tabah air sebagai anggota Asia Timur Raya

Pemerintahan Jepang mengenalkan adat istiadat, bahasa dan semangat Jepang dengan membuka latihan/kursus bagi para guru. Hasil-hasil dari latihan/kursus yang di peroleh akan diajarkan kembali kepada sesama guru dan murid-mridnya.

Pemerintah militer Jepang mengadakan latihan atau kursus guru-guru di seluruh Jawa dan Madura sebagai bentuk indoktrinasi. Penanaman ideologi tentang kemakmuran bersama Asia Timur Raya/Hakko Iciu. Konsepsi Hakko Iciu sangat penting diajarkan kepada guru, hal itu dikarenakan guru sebagai pendidik akan mengarahkan pemikiran muridnya ke dalam cita-cita tersebut. Latihan atau kursus guru untuk pertama kalinya diadakan pada tanggal 1 Juni 1942 selama 1 bulan di Jakarta, yang diikuti oleh seluruh guru-guru di Jawa dan Madura sebanyak 122 orang. Guru-guru tersebut merupakan perwakilan dari guru Ken dan Si diseluruh Jawa dan Madura. Selama mengikuti pelatihan atau kursus, mereka mempelajari :

a. Bahasa Nippon (Jepang) b. Adat istiadat Nippon (Jepang)

c. Semangat Nippon (Jepang) = nyanyian dan tari-tarian Nippon, gerak badan, didikan Nippon, pidato Nippon dan lain sebagainya. d. Maksud peperangan besar di Pasifik


(13)

Pada tangal 22 Juli 1942 latihan/kursus guru yang kedua dilaksanakan selama 2 bulan, diikuti oleh kurang lebih 100 orang guru dari Jawa dan Madura (lihat lampiran 4, hlm 86). Latihan-latihan guru-guru untuk seluruh Jawa, merupakan suatu pilot project pemerintah militer Jepang. setelah selesai latihan, mereka dikembalikan ke daerah masing-masing. Mereka meneruskan hasil-hasil latihan yang diperolehnya kepada rekan-rekan guru, murid-murid, dan juga masyarakat lingkungannya (Sartono Kartodirdjo, 1975:173).

Di setiap sekolah rakyat di Ambarawa hanya terdapat 2 guru saja yang juga merangkap sebagai Kepala sekolah (wawancara Sukesi, 25/012014). Kepala sekolah di pilih diantara guru-guru yang ada di sekolah rakyat tersebut dan diangkat oleh Syuutyookan atau Tokobetu Sityoo. Guru-guru yang mengajar di sekolah rakyat harus memiliki ijazah sekolah rakyat tetapi jika tidak memiliki ijazah maka Syuutyookan atau Tokobetu Sityoo yang berwenang untuk mengangkatnya sebagai guru sekolah rakyat (lihat lampiran 1, hlm 83). Peraturan-peraturan yang menyangkut pengangkatan dan pemberhentian seorang guru dari jabatannya sebagai guru sekolah rakyat didasarkan atas keputusan Sityoo atau Kentyoo kemudian disahkan oleh Syootyookan. Di sekolah rakyat guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja, tetapi guru juga mengajarkan kedisiplinan serta budi pekerti kepada murid-muridnya.

Penggunaan bahasa Indonesia yang lebih diutamakan dibandingkan bahasa daerah sebagai pengantar dalam pendidikan sekolah sempat


(14)

menjadi perdebatan di antara anggota-anggota komite Kyokan Seido Chosa Kai atau Komisi Menjelidiki Adat-Istiadat dan Tatanegara. Keputusan akhir yang diambil oleh pemerintah militer Jepang yakni penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di pendidikan sekolah diberikan terutama kepada murid-murid sekolah rakyat kelas 1-2 sedangkan kelas 3 sampai tingkatan pendidikan yang lebih digunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Keinginan Jepang untuk menyebarluaskan dan mengajarkan bahasa mereka kepada penduduk secara luas, dilakukan salah satunya dengan cara menjadikan bahasa Jepang sebagai mata pelajaran wajib dalam pendidikan sekolah. Kebijakan yang diambil pemerintah Jepang dimaksudkan agar murid-murid dapat memahami segala sesuatu atau semua yang terkait dengan Jepang (kehidupan, semangat dan kebudayaan Jepang). Pelajaran bahasa Jepang mulai diajarkan pada murid-murid sekolah rakyat di kelas 3 sampai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Di samping itu, mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Jawa, berhitung, Menulis, Pekerjaan tangan, Gerak badan (Taiso), seni suara/menyanyi, olahraga, menggambar, Budi pekerti, Sejarah, Ilmu bumi, Kebersihan dan Kesehatan, Badan Manusia, ilmu alam, Bahasa Nippon/Jepang, bahasa melayu

Ditinjau dari mutu pendidikan sekolah-sekolah masa pendudukan Jepang, Sekolah Rakyat memberikan sedikit pengaruh terhadap perkembangan kecerdasan peserta didiknya. Waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar di dalam kelas yang terbatas adalah penyebabnya.


(15)

Kegiatan di luar kelas yang lebih mengandalkan tenaga fisik banyak dikerahkan, seperti kerjabakti (kinro hoshi) di antaranya membersihkan tempat-tempat umum, menanam pohon jarak dan rami di halaman sekolah untuk melakukan kegiatan di luar kelas.

Menjelang akhir kependudukan, kegembiraan dan minat terhadap pendidikan harus dihentikan akibat tekanan ekonomi dan murid-murid mulai drop out (Aiko Kurasawa, 1993:362). Keadaan yang semakin sulit memaksa murid-murid sekolah turun tangan untuk membantu orang tunya di sawah sehingga mereka terpaksa harus mengorbankan pendidikannya untuk dapat membantu orang tuanya demi memenuhi kepentingan akan wajib serah padi kepada Jepang (wawancara Karmi, 04/02/2014).

Masa pendudukan Jepang terdapat diantaranya dua sekolah tingkat dasar atau sekolah rakyat di Ambarawa, yaitu :

1. Sekolah Rakyat Kranggan

Menurut Kadinem (wawancara, 05/10/2013) Sekolah rakyat Kranggan terletak tidak jauh dari Kawedanan Ambarawa yang berada di desa Kranggan kecamatan Ambarawa. Gedung sekolah tersebut sekarang dijadikan sebagai toko roti dan oleh-oleh “Elisa”. Sekolah rakyat ini didirikan tahun 1942. Di tahun itu mulai di buka pendaftaran bagi calon murid-murid yang ingin bersekolah. Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan terbuka lebar bagi seluruh lapisan masyarakat. Kriteria anak-anak yang diterima sebagai murid di sekolah rakyat adalah anak-anak-anak-anak yang telah berumur genap dan di atas 6 tahun. Tidak ada persyaratan


(16)

khusus untuk menjadi murid Sekolah Rakyat Kranggan. Calon murid dapat datang seorang diri atau bersama orang tua atau wali muridnya untuk mendaftar, selanjutnya guru akan mendata masing-masing calon murid dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut :

Setelah semua data-data pribadi calon murid tersebut lengkap maka secara resmi murid tersebut sudah terdaftar menjadi murid di sekolah rakyat. Pendaftaran tersebut tidak dipungut biaya sedikitpun (gratis), tetapi setelah dimulainya ajaran baru maka murid-murid sekolah rakyat kranggan berkewajiban untuk membayar uang sekolah sebesar Rp. 3 yang dibayarkan setiap 1 bulan sekali. Pembayaran uang sekolah difungsikan untuk memenuhi keperluan sekolah murid-murid seperti sabak dan grip, yang diberikan oleh pihak sekolah setiap 1 bulan sekali.

Gedung sekolah rakyat Kranggan masih sangat sederhana, bangunan sekolahnya hanya terbuat dari gedhek atau dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Pembatas yang digunakan untuk memisahkan ruang-ruang kelas sebagai tempat belajar mengajar sama halnya dengan material bangunan sekolah yakni gedhek atau dinding yang terbuat dari anyaman

a. Nama murid : (...) b. Tempat tinggal/alamat : (...) c. Tempat dan Tanggal Lahir : (...) d. Nama Orang Tua/Wali Murid

1) Nama Ibu : (...) 2) Nama Ayah/Bapak : (...) e. Pekerjaan : (...)


(17)

bambu. Maskipun keadaan sekolah sangat sederhana, tetapi sekolah ini memiliki pekarangan (lapangan) sekolah yang sangat luas yang digunakan untuk kegiatan belajar di luar kelas seperti olahraga, menanam jarak, upacara bendera, gerak badan atau taiso. Ruangan yang ada di sekolah rakyat meliputi 2 ruang digunakan untuk ruang kelas sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar dan satu ruangan digunakan untuk ruang guru dan tempat menyimpan berbagai alat-alat sekolah (alat olahraga, buku-buku pelajaran, dll), secara keseluruhan terdapat 3 ruang di sekolah rakyat/ SR Kranggan.

Pada tahun 1942 sekolah rakyat Kranggan memiliki murid berjumlah kurang lebih 50 orang di kelas 1 dan jumlah tersebut cenderung tetap pada setiap kenaikan kelas (di kelas 2 dan 3), hanya ada beberapa murid yang keluar dengan berbagai alasan yang beragam. Murid-murid di sekolah rakyat tidak hanya anak-anak yang berumur 6 tahun saja, banyak murid yang berumur 6 tahun keatas (7-12 tahun). Kesempatan bersekolah yang terbuka lebar membawa dampak besar terhadap antusiasme belajar di kalangan anak-anak di Ambarawa yang meningkat pada tahun pertama dibukanya pendaftaran (tahun 1942) hingga menjelang akhir kependudukan 1945. Sukesi menjelaskan, dalam satu kelas yang berjumlah kurang lebih 50 orang didominasi oleh murid perempuan, dengan jumlah murid yang terhitung banyak ruang kelas sudah terlihat penuh karena tidak terlalu lebar. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat para murid untuk belajar. Sarana prasarana yang terdapat di


(18)

dalam kelas sebagai penunjang aktivitas belajar mengajar yakni papan tulis, buku-buku pelajaran, bangku beserta meja serta alat tulis untuk murid (sabak dan grip).

Sebagian besar murid-murid di sekolah rakyat Kranggan adalah anak-anak yang berasal dari beberapa desa yang berada di sekitar sekolah yakni Desa Kupang, Panjang, Kranggan, Lodoyong. Tenaga pendidik/guru di dalam sekolah hanya ada dua. Seorang guru mengajar dua kelas yaitu kelas 1 dan kelas 2, sedangkan satu guru hanya mengajar di kelas 3 saja. Bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari menggunakan bahasa Jawa, bahasa Melayu juga diberikan sebagai pelajaran tambahan yang nantinya akan memudahkan para murid di kelas 3 untuk mengikuti pelajaran karena di kelas 3 bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa melayu (wawancara Kadinem, 22/012014).

Kantor Pengajaran Pemerintah militer Jepang di Jawa pada tanggal 20 Oktober 2603 (1943), mendirikan komisi (penyempurnaan) bahasa Indonesia, atas desakan dari beberapa tokoh bangsa Indonesia. Tugas daripada komisi itu adalah menentukan terminologi, yaitu istilah-istilah modern, serta menyusun suatu tata bahasa normatif dan menentukan kata yang umum bagi bahasa Indonesia. Jepang merasa terpaksa harus memberi jalan kepada bangsa Indonesia untuk menyempurnakan bahasanya sendiri. Sikap yang demikian tersebut dapat dilihat setelah dibentuknya komisi bahasa Indonesia. Mereka tidak segera bekerja, baru setelah satu tahun kemudian mulai bekerja, itupun karena telah berkali-kali didesak, sehingga


(19)

Jepang mulai membuka kantor komisi bahasa Indonesia dengan peralatan dan staff yang sangat kurang. Keputusan-keputusan yang telah diambil oleh komisi bahasa Indonesia tidak pernah diumumkan oleh pemerintah balatentara Jepang. Akan tetapi berkat ketekunan anggota komisi, maka pada akhir kependudukan militer Jepang di Indonesia telah dapat ditetapkan kira-kira 7.000 istilah (Sartono Kartodirdjo, 1975:181).

Perubahan-perubahan yang terjadi berdampak pada penggunaan buku-buku pelajaran yang sebelumnya telah diterbitkan menggunakan bahasa Melayu, oleh karena itu kantor pengajaran dan penerbitan resmi buku-buku pelajaran Gunseikanbu menerbitkan buku-buku panduan bahasa melayu ke bahasa Indonesia, dengan buku panduan tersebut para guru akan mudah memahami perubahan kata dalam bahasa Melayu ke bahasa Indonesia.

2. Sekolah Rakyat Pasekan

Kegiatan belajar mengajar di sekolah rakyat Pasekan dilakukan di gedung sekolah yang sederhana. Berdasarkan ketetapan dalam Osamu Seirei No.10 tahun 2605/1944 Bagian VII “Tentang Kelengkapan Sekolah” pasal 24-26 (lihat lampiran 2, hlm 84), sekolah rakyat yang didirikan atau telah berdiri harus memenuhi kelengkapan penunjang untuk kegiatan belajar seperti pekarangan sekolah, alat-alat sekolah dan tempat berolahraga. Semua kelengkapan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan :


(20)

a. Menjalankan latihan keprajuritan b. Pendidikan rakyat

c. Penjagaan daerah d. Penjagaan keamanan e. Usaha produksi

f. Kesehatan atau untuk pekerjaan amal

Sekolah rakyat Pasekan terletak di Jl. Ki Cogati 1 di Dusun Tambak Selo Desa Pasekan dan sekarang menjadi Sekolah Dasar Negeri 1 Pasekan. Gedung sekolah di SR Pasekan dilengkapi dengan Pekarangan yang sangat luas yang digunakan untuk melakukan upacara bendera, gerak badan atau taiso yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran di kelas dimulai, serta digunakan untuk berolahraga.

Pada tahun 1942 sekolah rakyat Pasekan didirikan dengan jumlah murid yang sangat banyak, yaitu di kelas 1 pada tahun pertama sekolah berdiri terdapat kurang lebih 50 murid yang terdaftar di sekolah. Pada tahun berikutnya jumlahnya terus bertambah. Ruang kelas yang tidak memungkinkan untuk menampung jumlah murid dari seluruh Desa Pasekan yang terlalu banyak mengakibatkan beberapa murid harus bersekolah di sekolah rakyat yang berada di desa lain yang jarak tempuhnya sangat jauh dari dusun mereka seperti Sekolah Rakyat Kranggan (wawancara Djaman, 04/02/2014).

Karmi menuturkan, ketika ia bersekolah hingga lulus di sekolah rakyat tidak ada pungutan biaya. Dalam aturan tentang perbendaharaan


(21)

sekolah yang dimuat dalam Osamu Seirei Bagian IX (lihat lampiran 2, hlm 84) telah dijelaskan biaya sekolah rakyat yang berada di bawah kekuasaan Si atau Gaku_ku akan di bebankan kepada Si atau Gaku_ku dikarenakan mendapatkan uang tunjangan dari pemerintah balatentara Jepang sebesar 4/10 dan Ken 3/10 dari biaya sekolah yang telah di tetapkan dan apabila ada pungutan sekolah maka harus berdasarkan ijin dari Kentyo. Meskipun tidak dipungut biaya, pihak sekolah tetap menyediakan segala kebutuhan penunjang belajar murid, seperti sabak dan grip. Mayoritas murid-murid sekolah rakyat Pasekan berasal dari dusun-dusun di kelurahan Pasekan seperti Tambak Selo, Kintelan, Kebon Sari, Kadipiro, dan lain-lain.

Pendaftaran murid-murid sekolah rakyat Pasekan dilakukan oleh Kepala Dusun atau Bekel. Dengan mendatangi rumah anak-anak yang telah berusia 6 tahun ke atas dan meminta untuk bersekolah. Perintah Kepala Dusun atau Bekel untuk bersekolah, mengakibatkan hasil pembelajaran yang diterima murid sekolah rakyat Pasekan selama mengikuti pendidikan tidak maksimal walaupun semangat belajar mereka sangat tinggi. (wawancara Djaman, 04/02/2014).

B. Sistem Pendidikan Sekolah Rakyat 1. Landasan Pendidikan

Jepang menyadari pentingnya pendidikan, melalui pendidikan mentalitas dan cara berpikir masyarakat Indonesia dapat diubah dari mentalitas Eropa kepada alam pikiran Nippon serta akan tercipta kader-kader khususnya para pemuda sebagaimana yang diharapkan jepang.


(22)

Demikianlah, sekolah-sekolah menjadi tempat indoktrinasi Jepang. Menurut Jepang, dari pendidikan dibentuk kader-kader untuk mempelopori dan melaksanakan konsepsi “Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”. Adapun Kemakmuran Asia Timur Raya dikatakan tergantung kepada kemenangan perang Asia Timur Raya. Oleh karena itu segala usaha harus ditujukan kepada memenangkan perang itu (Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 2008: 92,95).

Sejalan dengan hal itu landasan pendidikan masa pendudukan Jepang adalah Hakko Iciu (Kemakmuran bersama di Asia Timur Raya). Hakko Iciu merupakan suatu paham yang mengajak bangsa Indonesia untuk dapat meraih kemakmuran Asia Timur Raya bersama-sama bangsa Jepang yang mengatakan bahwa bangsa Jepang memiliki latar belakang nasib yang sama sebagai sesama bangsa Asia dan saudara tua bangsa Indonesia. Indoktrinasi Hakko Iciu di kalangan tenaga pendidik yang menjadi salah satu pelaksana propaganda, dilakukan oleh pemerintah Jepang pada bulan Juni selama 1 bulan di Jakarta kemudian disusul dengan pelatihan yang kedua di bulan selanjutnya yakni bulan Juli selama 2 bulan yang diikuti oleh perwakilan guru-guru disetiap Ken di seluruh Jawa dan Madura. Usaha-usaha tersebut ditujukan untuk mempersiapkan tenaga pendidik yang dapat mendidik serta mengarahkan pemikiran peserta didik atau murid nantinya agar senantiasa berbakti kepada


(23)

pemerintahan Jepang sehingga dengan mudah cita-cita Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya dapat tercapai.

Merujuk pada pernyataan di atas mengenai Hakko Iciu sebagai landasan pendidikan, maka dalam pendidikan umum khususnya di tingkat sekolah dasar atau Sekolah rakyat oleh pemerintahan Jepang telah dirumuskan tujuan pendidikan yang sejalan dengan Hakko Iciu. Aturan-aturan dalam tujuan pendidikan sekolah rakyat dimuat dalam Osamu Seirei No. 10 Bagian 1 Pasal 1 (lihat lampiran 1, hlm 83), sebagai berikut :

Kokimin Gakko atau (Sekolah Rakjat) diadakan dengan Maksoed oentoek megadjarkan ilmoe pengetahoean oemoem, berdasarkan tjiita-tjiita pembentoekan lingkoengan Asia Timoer Raja serta oentoek memberi latihan dasar, agar rakjat menjadi rakjat negara baroe jang akan dibentoek di kemoedian hari. (Tjahaja, 7 Sigatu 2605)

Tujuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tidak terlepas dari kepentingannya unuk memenuhi tenaga kerja serta tenaga militer. Oleh sebab itu pembelajaran di sekolah rakyat mengajarkan ilmu pengetahuan umum namun hanya sebatas memberikan pengajaran-pengajaran atau pembelajaran (pelatihan) dasar. Inti dari pembelajaran tersebut akan membentuk murid mempunyai jiwa dan semangat Jepang (Nippon Seishin) termasuk bushido yaitu berbakti kepada pemerintahan Jepang (pemimpin) dan orang tuanya.

Pembelajaran tersebut akan diperoleh selama kegiatan belajar mengajar berlangsung penanaman sifat Jepang atas kepentingannya dapat diajarkan sejak anak bersekolah pada jenjang dasar pendidikan sekolah


(24)

yang diselenggarakan, murid dibekali untuk menjadi kader yang dapat dibentuk dan dijadikan sebagai bagian dalam merealisasikan cita-cita Jepang atas Kemakmuran Asia Timur Raya.

Dari barbagai macam konsep-konsep pendidikan, salah satunya adalah konsep pendidikan yang mencakup maksud atau tujuan pendidikan masa pendudukan Jepang, yaitu “Education is the process by which the individual is taught loyalty and conformity by which the human mind is disciplined and devoloped” maksud dari pernyataan tersebut yaitu Pendidikan adalah proses dimana individu diajarkan kesetiaan dan ketaatan, yang akan membentuk pemikiran manusia menjadi disiplin dan maju. Konsep pendidikan ini menekankan betapa pentingnya peran pendidikan dalam pembinaan manusia. Pendidikan diartikan sebagai proses pembinaan sikap mental dengan jalan atau cara melatih dan mengembangkannya ke arah nilai sikap yang diinginkan, yang dalam rumus konsep di atas yaitu nilai sikap kesetiaan dan ketaatan. Di negara totaliter monistis yaitu sistem politik pemerintah yang segala-galanya demi kepentingan negara dan monoisme kebudayaan atau kebudayaan tunggal, menetapkan bahwa pendidikan atau edukasi adalah satu dan sama dengan indoktrinasi, tujuan pendidikan membina manusia susila yang cakap diganti dengan pembinaan warganegara yang setia, taat tanpa syarat dan displin membaja. (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1981: 83)


(25)

2. Peserta Didik

Murid-murid siswa ekolah rakyat adalah anak-anak yang telah berumur genap 6 tahun ke atas. Pendaftaran murid sekolah rakyat (SR), dilakukan dengan cara : calon murid SR harus mendaftar terlebih dahulu ke sekolah seorang diri atau didampingi orang tua, kemudian calon murid akan dimintai keterangan mengenai data prbadi, setelah semua data-data sudah lengkap, secara resmi terdaftar menjadi murid SR. Sorotan utama pemerintahan Jepang selain dibidang politik, ekonomi dan sosial adalah bidang pendidikan, maka semua pihak yang menjadi bagian dari pemerintahan Jepang harus ikut mendorong kemajuan pendidikan, sebagai contoh di Sekolah Rakyat Pasekan di kecamatan Ambarawa. Menurut Djaman salah satu murid SR Pasekan, menuturkan bahwa kecenderungan anak-anak di Desa Pasekan yang tidak mau bersekolah. Hal ini berakibat bagi Kepala dusun untuk merekrut murid Sekolah Rakyat Pasekan. Dalam menjalankan peranannya kepala Dusun akan mendatangi rumah masing-masing anak yang telah genap berumur 6 tahun hingga 12 tahun untuk didaftarkan menjadi murid sekolah rakyat. Tekanan dari pemerintahan desa tersebut mengakibatkan anak-anak di desa tersebut menuruti apa yang telah diperintahkan kepala dusun untuk bersekolah.

Mayoritas murid-murid sekolah rakyat berasal dari Desa-desa di sekitar sekolah rakyat yang didirikan. Dalam aturan Gaku-Ku dan aturan tentang mengadakan sekolah rakyat, pengadaan sekolah rakyat ditujukan untuk mendidik anak-anak yang berada di daerah yang bersangkutan,


(26)

selain itu dengan dibentuknya Gaku-Ku memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menjangkau sekolah tersebut, pengadaan sekolah rakyat berdasarkan Gaku-ku juga dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan penilikan yang dilakukan oleh Son atau beberapa Gaku-ku (pegawai-pegawai) di dalam Son tersebut.

Pengawasan sekolah rakyat oleh Son ataupun Gaku-ku dilakukan satu bulan sekali setiap hari senin. Petugas yang melakukan peninjauan dan pengawasan disebut guru atau ndoro (tuan) Sinder (wawancara Karmi, 04/022014 dan Kadinem, 22/012014)

Pendidikan masa pemerintahan Jepang berbeda dengan pendidikan masa Kolonial Belanda. Sekolah-sekolah pada masa Kolonial Belanda, memisahkan antara anak-anak pibumi dengan anak-anak dengan golongan sosial yang didasarkan pada keturunan, bangsa dan status seperti anak-anak pribumi keturunan bangsawan, bangsa Belanda, bangsa Eropa dan bangsa timur asing. Sistem diskriminasi masih diterapkan pada masa ini sehingga bermacam-macam jenis sekolah didirikan untuk memberikan pendidikan yang berbeda-beda menurut golongan sosial.

Pendidikan masa pemerintahan Jepang, semua anak-anak Indonesia diberi kesempatan belajar yang sama dalam satu macam jenis sekolah dengan jenjang pendidikan yang berbeda berdasarkan tingkatan sekolahnya. Kesempatan untuk belajar yang terbuka lebar mendapat sambutan yang positif dari seluruh masyarakat Indonesia, sesuai apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah Jepang, setiap anak-anak yang berumur 6


(27)

tahun ke atas dapat mendaftarkan dirinya untuk menjadi murid-murid di sekolah tingkat sekolah dasar. Peningkatan jumlah murid pada jenjang pandidikan sekolah rakyat (Lihat tabel 1, hlm 27). Meskipun terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari jumlah murid, hal tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan jumlah sekolah dan jumlah guru. Lingkungan pendidikan dan fasilitas yang tidak mendukung tidak sepadan dengan banyaknya minat belajar di kalangan anak-anak di Indonesia yang mengakibatkan penurunan dalam bidang pendidikan.

Meskipun mendapat tekanan dari pemerintahan desa untuk bersekolah, semangat belajar murid-murid sekolah rakyat senantiasa ditunjukkan ketika mereka bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah tersebut walaupun kurang maksimal (wawancara Djaman, 04/02/2014).

3. Kurikulum Sekolah Rakyat 3.1Mata Pelajaran

Selama 3 tahun masa belajar di sekolah rakyat, murid-murid menerima ilmu pengetahuan dasar, meliputi :

3.1.1 Membaca

Murid-murid sekolah rakyat dikelas 1 diajarkan mengenal huruf-huruf Alfabet beserta mengeja yang dirangkai menjadi kata. Kelas 2 mulai membaca kalimat-kalimat yang panjang. Di kelas 3 murid diajarkan membaca bacaan-bacaan di buku-buku pelajaran. Dengan mambaca maka murid-murid dapat mengetahui


(28)

pengertian-pengertian dan maksud dari kata dalam bacaan dengan juga mendengar penjelasan dari guru. contoh bacaanya sebagai berikut :

Kesekolah

Pagi-pagi poekoel toejoeh si Abas bangoen. Iapoen teroes mandi. Badanja digosoknja dengan saboen. Sesoedah mandi, ia masoek keroemah. Dikenakanja pakaian jang bersih, laloe sembajang soeboeh. Lekas ia pergi kesekolah, sebab rumahnja djaoeh. Ditengah djalan ia bertemoe dengan si Amin. Bersama-sama mereka itoe berdjalan kesekolah. Setiba disekolah anak-anak soedah banjak dipekarangan. Poekoel sembilan mereka itoe disoeroeh goeroe masoek. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 3)

3.1.2 Menulis

Pelajaran menulis yang diajarkan oleh guru dimaksudkan agar murid-murid paham dan mampu menghafal huruf-huruf Alfabet, dengan di dikte (murid menulis kata ataupun kalimat yang diucapkan oleh guru) dan menulis halus (murid menyalin atau menulis kembali kalimat yang telah dicontohkan guru), tulisan yang dihasilkan harus berupa tulisan latin/tegak bersambung dan tulisan tersebut harus rapi (wawancara Kadinem, 22/01/2014) 3.1.3 Berhitung

Dalam mempelajari ilmu pasti seperti berhitung. Guru terlebih dahulu memperkenalkan angka kemudian meningkat menjadi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Kegiatan pembelajaran berhitung, salah satunya dilakukan dengan cara “awangan” atau lisan (guru menyebutkan soal tanpa menuliskannya di papan tulis kemudian murid menjawab secara


(29)

3.1.4 Bahasa Jawa

Penggunaan Bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan pembelajaran juga dijadikan sebagai mata pelajaran, seperti nulis Jawa (menulis dengan huruf Jawa), moco (membaca huruf Jawa) bernyanyi lagu-lagu Jawa atau nembang Jawa (wawancara Djaman, 04/02/2014).

3.1.5 Sejarah

Pelajaran sejarah diajarkan dengan menggunakan metode bercerita. Guru menyampaikan materi pembelajaran seperti halnya yang dilakukan pada mata pelajaran Budi pekerti.

Dalam penyampaian pelajaran sejarah, guru sangat menghayati ketika bercerita kepada murid-muridnya sehingga para murid seakan ikut merasakan apa yang di ceritakan oleh gurunya, tidak jarang murid sampai meneteskan air mata. Pelajaran ini merupakan pelajaran yang paling berkesan di antara pelajaran yang lainnya karena pembawaan guru ketika bercerita membawa murid berimajinasi ke dalam cerita tersebut. (wawancara dengan Kadinem, 22/01/2014).

Dari hasil wawancara dengan informan, materi pembelajaran sejarah kurang diketahui secara pasti oleh mereka (informan), tetapi dalam buku Tjerita Goeroe halaman 54 terdapat cerita tentang Sejarah bangsa Nippon yang sangat kuat dan gigih mempertahankan negaranya yang akan digempur oleh


(30)

negara-negara barat. Dengan semangat bushido yang ada dalam dada dan jiwa rakyat Nippon, bangsa Nippon tidak mudah untuk diruntuhkan sehingga bangsa Nippon berhasil mengalahkan bangsa barat (Rusia) meskipun dengan persenjataan yang sangat sederhana jika dibandingkan dengan persenjataan yang dimiliki bangsa Rusia, kekuatan bangsa Nippon hanya bertumpu pada semangat persatuan yang berakar dari bushido.

3.1.6 Bahasa Melajoe (Melayu)

Bahasa melayu adalah bahasa Indonesia yang belum disempurnakan. Pelajaran bahasa melayu mulai diajarkan (tidak intensive) ketika murid duduk di bangku kelas 1 dan 2, meskipun bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa tetapi bahasa melayu dasar juga diajarkan untuk memudahkan murid ketika mereka duduk di kelas 3, sebab bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran adalah bahasa melayu (bahasa Indonesia yang belum disempurnakan). Pembelajaran bahasa melayu ini meliputi, membaca, bercakap-cakap (menjawab pertanyaan dalam bacaan), menulis (menyalin kata dalam bacaan), menyusun dan membuat serta melengkapi kalimat, mendiskripsikan gambar. Sebagai contoh pelajaran bahasa melayu di dalam buku Pelajaran Bahasa Melajoe Jilid I untuk kelas 3 :


(31)

1. Batjalah peladjaran itoe baik-baik !

Waktoe bermain-main

Poekoel setengah doea belas kami keloear bermain-main. Senang hati kami waktoe itoe. Kami telah lama doedoek di bangkoe itoe. Saja bermain kelereng dengan kawan-kawan saja sekelas. Ada juga kawan yang menjepak-njepak bola. Siapa menjepak bola, haroes hati-hati benar. Kalau kena dinding, tentoe koetoer. Goeroe berdjalan-djalan melihat kami. Kami tidak boleh berkelahi. Kadang-kadang goeroe bermain dengan kami. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 12)

Dalam buku Lampiran Pelajaran Bahasa Melajoe A yang memuat tentang petunjuk menggunakan buku Pelajaran Bahasa Melajoe I untuk guru. Aturan dalam membaca bacaan yaitu sebagai berikut :

a. Guru terlebih dahulu membaca bacaan yang ada dalam buku pelajaran tersebut sebagai contoh dalam pokok pelajaran II yaitu Waktoe bermain-main. Apabila guru menemukan kata-kata atau kalimat yang sukar atau kurang dimengerti oleh muridnya, maka guru harus menjelaskan arti dari kata atau kalimat tersebut dengan bahsa yang dapat dipahaami murid seperti menggunakan bahasa daerah yang digunakan sehari-hari.

b. Selanjutnya guru meminta murid-muridnya untuk membaca kembali secara seksama.

c. Setelah murid membaca kembali bacaan tersebut, guru menyuruh murid untuk meyalin kata-kata sukar yang telah disebutkan oleh guru ketika membaca bacaan tersebut. guru dapat menambah atau mengurangai jumlah atau banyaknya


(32)

kata dalam bacaan sesuai dengan keadaan dalam kelas masing-masing.

2. Salinlah Kata-kata ini :

Keloear bermain-main, senang, kelereng, sekelas, menjepak-njepak, hati-hati. Berdjalan-djalan, melihat-lihat, berkelahi. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 12)

Setelah membaca, guru akan meminta muridnya untuk menyalin kata-kata sukar yang telah diucapkannya ketika membaca bacaan tersebut atau dapat juga menggunakan kata-kata sekar yang telah ada dalam buku pelajaran seperti yang ada dalam contoh latihan no 2 di atas. Aturan dalam menyalin kata sebagai berikut :

a. Guru memakai kata yang akan di salin tersebut dengan mengubahnya ke dalam sebuah kalimat yang berbeda dari kalimat yang ada dalam bacaan, misalnya : kata “ keloear bermain-main” dapat diubah dengan kalimat “tiap hari minggoe kami keloear bermain-main di pekarangan roemah”

b. Guru mengucapkan kata itu dengan lantang (penekanan pada kata keloear bermain-main)

c. Kemudian murid bersama-sama menirukan kata tersebut, guru harus memperhatikan kata yang diucapkan murid-murid itu.

d. Murid harus melihat dan memperhatikan dengan teliti kata tersebut dalam buku pelajaran atau papan tulis.


(33)

e. Murid akan menutup matanya dan menyebut kata sukar itu sekali lagi ngan suara yang pelan (keloear bermain-main) f. Setelah itu barulah murid menulis kata itu di batu tulisnya

(keloear bermain-main)

g. Kemudian murid harus membandingkan kata itu dengan contohnya. Apabila terdapat kesalahan penulisan kata tersebut, murid harus memperbaikinya. (Lampiran Pelajaran Bahasa Melajoe A, 2603 : 5)

3. Bertjakap-tjakap

a. Memboeat Kalimat (mendjawab Pertanyaan) : 1. Poekoel berapa kamoe keluar bermain ? 2. Bagaimana hati kamoe waktoe itoe ? 3. Apa kerdjamoe, sebelum keloear itoe ? 4. Engkau bermain apa ?

5. Dengan siapa engakau bermain ? 6. Bermain apa anak-anak lain ? 7. Apa jang ta‟ boleh kotor ? 8. Dimana goeroe waktoe itoe ? 9. Mengapa ia dipekarangan ?

10.Berapa kali kamoe bermain-main ?

11.Apa goenanja bermain-main sesoedah beladjar ? 12.Mengapa tak baik bermain kasar ?

b. Bertjerita :

1. Tjeritakan apa kerjamoe saat bermain .

2. Tjeritakanlah tentang pekarangan sekolahmoe. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 13)

Membuat kalimat (menjawab pertanyaan). Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam buku itu (buku Pelajaran Bahasa Melajoe I) semuanya berhubungan dengan segala hal yang menyangkut pokok pelajaran yang telah dibaca oleh guru dan murid-murid. Dalam menjawab pertanyaan murid dapat mencari


(34)

jawaban tersebut dari bacaan yang terdapat dibuku. Selain itu ada juga pertanyaan yang jawabannya tidak ada dalam bacaan maka dari itu murid harus menjawab pertanyaan tersebut dengan berpikir sendiri untuk mentukan jawaban dari pertanyaan tersebut, misalnya pertanyaan no. 11 : Apa goenanja bermain-main sesoedah beladjar? Pertanyaan semacam ini dimaksudkan agar murid dapat mengembangkan pemikirannya ke arah berpikir yang lebih kritis. Bercerita terbagi atas 2 bagian, yaitu

a. Menceritakan pokok pelajaran yang telah dibaca murid, misalnya pada tamrin bercerita atau bagian pelajaran bercerita no. 1 : Tjeritakan apa kerjamoe saat bermain. Murid akan menceritakan kembali aktivitas yang dilakukan saat bermain sesuai dengan bacaan yang telah dibaca dalam buku pelajarannya tersebut.

b. Menceritakan hal lain yang berhubungan dengan pokok pelajaran tetapi lebih pada menceritakan hal yang pernah dilihat dan drasakan atau merupakan pengalaman pribadi murid itu sendiri, sebagai contoh pada tamrin bercerita atau bagian pelajaran bercerita no. 2 : Tjeritakanlah tentang pekarangan sekolahmoe. Dalam menceritakan tentang pekarangan sekolah maka murid akan cenderung menceritakannya berdasarkan apa yang diihatnya.


(35)

Dalam bercerita murid-murid harus dihimbau dan dibiasakan untuk menggunakan kata-kata mereka sendiri yang digunakan untuk bercerita (Lampiran Pelajaran Bahasa Melajoe A, 2603 : 6)

4. Soedahkanlah !

1. Dengan saboen kami... 2. Dengan kapoer goeroe... 3. Dengan djarum iboe... 4. Dengan bola moerid-moerid... 5. Dengan pisau kami...

6. Dengan batoe kami... 7. Dengan gajoeng orang... 8. Dengan mistar kami... 9. Dengan tali saja... 10.Dengan sapoe kakak... 11.Dengan moeloet kita... 12.Dengan mata kita...

Misalnja : Dengan saboen kami mentjoetji. (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 14)

Dari tamrin atau bagian pelajaran 4, murid-murid harus melengkapi kalimat-kalimat yang ada dalam pertanyaan, untuk melengkapi kalimat tersebut murid-murid harus mengetahui serta memahami kata-kata sukar yang belum diketahui oleh murid oleh karena itu dalam menjawab pertanyaan guru harus senantiasa membimbing murid-muridnya.

5. Tjarilah lawanja !

1. Keluar sekolah ― ...

2. Ramboetnja pandjang ―... 3. Anak perempoean ―... 4. Kelas rendah ―... 5. Senang hati ―...

Oempamanja : keloear sekolah ― masoek sekolah (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 14)


(36)

6. Boeatlah kalimat dengan kata-kata ini :

Kotor ― berdjalan-djalan ― kadang-kadang ― sekelas ―

kawan-kawan― lama-lama ― senang hati ― soesah hati ―bermain-main ― melihat-lihat.

Oempamanja : Tanganmoe kotor, tjoetjilah bersih-bersih ! (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 15)

7. Boeatlah pertanjaan !

Djawabnja kalimat-kalimat dibawah ini : 1. Badan saja digoesoek iboe.

2. Peladjaran itoe disalin si Kadir. 3. Bola itoe disepak si Ahmad. 4. Anak batoenja diruntjingkan. 5. Si sitti dimarahi iboe.

6. Kitab-kitab diboengkoes moerid. 7. Papan toelis dibersihkan moerid

Misalnja : Apamoe digosok iboe? (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 16)

8. Balikanlah kalimat ini :

1. Ia menjiram boenga. Boenga... 2. Ia mentjaboet roempoet. Roempoet... 3. Ia mendjemoer kain. Kain ... 4. Ia mengintai roesa. Roesa... 5. Ia menbelah kajoe. Kajoe ...

Misalnja : Ia mengambil air. Air diambilnja (Pelajaran Bahasa Melajoe, 2604 (1944): 31)

Dalam soal-soal tamrin atau bagian pelajaran no. 5 (lima) sampai 8 (delapan ) diatas, murid-murid diminta mengarang menggunakan kalimat-kalimat pendek, guru bertugas untuk membimbing dan mengawasi murid-muridnya untuk sebisa mungkin tidak menggunakan kalimat terdapat dalam buku yang digunakan sebagai kegiatan belajar mengajar. Dalam buku Pelajaran bahasa Melajoe I juga dilengkapi dengan tamrin atau pelajaran mencari lawan kata, membuat atau melengkapi kalimat, dan lain sebagainya. Berdasarkan keterangan dari buku Lampiran Pelajaran Bahasa Melajoe A, tamrin atau bagian pelajaran itu dapat


(37)

diperluas atau ditambah lagi jika guru menghendakinya. Perluasan atau penambahan soal dalam setiap tamrin berdasarkan atas situasi dan kondisi yang ada didalam tiap-tiap kelas.

3.1.7 Seni suara/Menyanyi

Dalam mata pelajaran menyanyi, murid diajarkan nyanyi-nyanyian dalam bahasa Jawa (nembang Jawa) dan bahasa Jepang (wawancara Djaman, 04/02/2014).

3.1.8 Gerak Badan

Kadinem menuturkan, setiap pagi sebelum masuk ke dalam kelas semua murid-murid dan guru di Sekolah Rakyat melakukan Gerak badan atau taiso (dalam bahasa Jepang). gerak badan atau taiso disebut juga dengan senam.

3.1.9 Olahraga

Olahraga yang diajarkan adalah kasti dan sepakbola. Pekarangan sekolah yang luas sangat mendukung kedua olahraga tersebut (wawancara Kadinen, 5/10/2013).

3.1.10 Budi pekerti

Pelajaran budi pekerti diajarkan oleh guru, salah satunya dengan metode bercerita, dimana seorang guru bercerita atau menyampaikan sebuah cerita atau dongeng kepada murid-muridnya. Isi cerita yang disampaikan adalah cerita-cerita berhubungan dengan budi pekerti sehingga murid-murid dapat meneladani tokoh-tokoh yang baik budi pekerti, kepintaran dan


(38)

keberaniannya dalam cerita tersebut. Dalam bercerita guru diperbolehkan menggunakan bahasa Melayu atau bahasa daerah setempat. Salah satu contoh cerita teladan yang ada dalam buku pegangan guru, adalah sebagai berikut :

Kalo soesah baru ingat

Adalah seorang tjengkerik bersahabat dengan seekor lebah. Adapun tjengkerik itoe kerdjanya siang hari tidoer sadja. Petang-petang sesoedah membersihkan diri keloearlah ia berdjalan-djalan, sambil bernjanji-njanji tiada hentinja. Djaoeh malam baharoelah ia poelang keroemah. Keesokan harinja, pagi-pagi benar, ia telah bangoen dan bernjanji-njanji poela sepangjang djalan. Begitoelah sadja kerdjanya sepandjang hari, bersenang-senang dan bersoeka-soeka sadja. Ta‟ ada teringat olehnja bahaja jang menimpanja.

Adapoen lebah itoe kerdjanja berlainan benar dengan tjengkerik. Djarang benar ia bermain-main dengan ta‟ keroan. Tiap-tiap hari ia bekerdja. Pagi-pagi benar soedah keloear ia dari sarangnja akan mentjari makan dan petang-petang baharoe poelang. Malam hari tidaklah ia kemana-mana, melainkan tidoer melepaskan lelahnja. Lain dari pada itoe makanan jang berlebih, disimpannja baik-baik. Goenanja oentoek dimakanja nanti dalam waktoe soesah. Pada soeatoe hari berkatalah tjengkerik itoe kepada sahabatnja : “Hai sahabatkoe lebah, engkau ini soedah djadi boedak kerdja. Ta‟ ada ingatanmoe jang dari pada kerdja. Kerdja, kerdja sadja dari pagi sampai petang. Ta‟ da waktoemu bersoeka-soeka dan bersenang-senang sedikit djoega. Engkau hendak kaja benar roepanja. Tetapi akoe biarpun tidak kaja, senang djoega hidoepkoe. Apakah jang kita djari didoenia ini, kalau tidak kesenangan? Ajoeh, marilah kita bermain-main, djanganlah kekejaan sadja jang diingat tiap-tiap hari !”

“boekan kekajaan jang teringat olehkoe”, kata lebah itoe dengan maloe. “tetapi akoe bersedia djika moesim soesah datang nanti.”

„Ah, perkara nanti itoe nanti poela”, kata tjengkerik “apa poela goenanja disoesahkan sekarang?”

“Tetapi lebih baik joega kita ingat, boekan?” kata lebah “lagi poela akoe ta‟ bisa bermain-main sadja”


(39)

Adapoen perkataan lebah itoe tidaklah masoek kedalam hati tjengkerik. Iapoen berdjalan meninggalkan sahabatnja itoe dan bernjanjidengan njaring soearanja. Lebah pergilah menghisap madoe oentoek disimpanja.

Demikianlah beberapa boelan lamanja. Maka datanglah moesim kesawah. Tiap-tiap hari hudjan turun tiada berhenti. Sawah jang kering soedah digenangi air. Tjengkerik terpaksa melarikan diri ketempat jang tinggi. Betoel disana senang rasanja, tetapi ta‟ ada apa-apa jang akan dimakan. Maka amat soesah hidoepnja. Makin lama makin lemah badannja karena ta‟ makan. Bernjanji-njanji ta‟ berdaya lagi ia lagi. Maka pergilah ia kepada sahabatnja, lebah, minta dikasihani.

Kata lebah: “ nah, boekanlah benar katakoe, bahwa masa

soesah itoe ta‟ dapat ditentoekan datangnja? Sebab itoe sebeloem ia datang, sebaik-baiknja kita bersedia. Oentoeng djoega akoe ada, djika tidak, apa dkjadinja?”

Mendengar itoe, tjengkerik itoe alangkah maloenja. Sekarang tau benar ia, bahwa hemat itoe pangkal selamat. (Tjerita Goeroe, 2603/1943: 13)

Dari salah satu cerita yang diambil dalam buku Tjerita guru seperti di atas murid-murid di ajarkan dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dengan menggunakannya untuk kegiatan ataupun hal-hal yang bermanfaat sehingga apa yang dilakukannya tesebut dapat bermanfaat bagi dirinya di kemudian hari. Selain itu murid juga diajarkan untuk tidak berlaku sombong dan angkuh, memiliki jiwa penolong bagi seseorang yang membutuhkan pertolongannya.

Menurut penuturan sukesi, pelajaran ini juga mengajarkan tentang keadaan rumah tangga, yang dimaksud adalah bagaimana seorang anak harus bersikap kepada orang tua yaitu menghormatinya dengan tidak boleh bersikap kasar terhadap kedua


(40)

3.1.11 Pekerjaan tangan

Menurut penuturan Kadinem, Pekerjaan tangan merupakan mata pelajaran yang dapat melatih keterampilan murid dan sebagai penunjang mata pelajaran lain yang dimanfaatkan untuk membuat media pembelajaran dan juga dengan kegiatan membuat berbagai macam kerajinan. Mata pelajaran ini mengajarkan berbagai keterampailan seperti membuat kerajinan dari tanah liat (Kuali, kereta dll), berbagai mainan dari kulit jeruk dan blarak (daun kelapa), merenda atau merajut (topi atau kopyah (dalam bahasa Jawa), dompet) kayu.

Kegiatan memasak juga termasuk dalam mata pelajaran pekerjaan tangan (Wawancara Sukesi, 25/01/2014).

3.1.12 Kebersihan dan kesehatan

Kebersihan dan kesehatan menjadi salah satu hal yang tak luputdari perhatian guru, seperti setiap hari senin murid-murid selalu diperiksa keadaan kuku-kuku tangan mereka kepada guru, kuku-kuku tangan tersebut harus dalam keadaan bersih (wawancara Kadinen, 5/10/2013).

3.1.13 Menggambar

Mata pelajaran ini biasanya berhubungan dengan mata pelajaran lain seperti ilmu alam, ilmu bumi, dan sejarah, seperti


(41)

menggambar rumah, peta, sungai, laut, ikan, sayur, buah-buahan, dll sesuai dengan instruksi guru.

3.1.14 Ilmu Bumi

Ilmu bumi merupakan mata pelajaran yang menerangkan tentang keadaan bumi. Dalam ilmu bumi ada 2 hal yang tidak dapat dipisahkan yakni alam dan masyarakat (manusia) karena keduanya itu saling berhubungan. Pelajaran Ilmu bumi yang berhubungan dengan ilmu alam meliputi: angin, musim, arus laut, peredaran bumi dan matahari, bintang, bulan, dll. Ilmu bumi yang berhubungan dengan masyarakat, ilmu yang dipelajari adalah kehidupan manusia yang saling berhubungan dengan bumi seperti tanah, laut, iklm, laut, sungai, gunung, danau, dll serta mengenai negara/ bangsa yang mencakup peradaban, hasil bumi dan industri yang ada di negara tersebut.

Selain itu ilmu bumi juga menerangkan hubungan keadaan tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang. Pelajaran ilmu bumi mulai diajarkan di kelas I-IV. Pembagian mata pelajaran ilmu bumi menurut rencana pembelajaran:

a. Kelas 1 dan 2

Pelajaran ilmu bumi yang diajarkan di kelas 1 dan 2 hanya mencakup pengertian tentang: tempat, luas, dan ukuran. Pengertian itu dijelaskan ketika murid-murid membaca atau bercakap-cakap (menjawab pertanyaan).


(42)

b. Kelas 3

Dikelas 3 ilmu bumi telah dimasukkan kedalam jam pelajaran dengan waktu yang telah ditentukan. Pelajaran yang diterima adalah pengertian tentang: ukuran, tempat, luas dengan ukuran yang pasti, arah mata angin (selatan, timur, barat, utara), dan hasil bumi.

c. Kelas 4

Pelajaran yang diterima di kelas 4 yaitui pengetahuan tentang negara sendiri yakni kepulauan Indonesia (mempelajari provinsi-provinsi di Indonesia) sehingga murid-murid dapat mengetahui dimana ia tinggal dan bagaimana keadaan tempat tinggalnya tersebut , serta pengetahuan yang lain tentang benua di Asia.

d. Kelas 5 dan 6

Ilmu bumi yang diajarkan yaitu peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi seperti perubahan-perubahan masyarakat di Indonesia, cita-cita kemakmuran bersama, dll. Selain itu juga mengajarkan hal-hal yag berguna dalam kehidupan sehari-hari, seperti mempergunakan alat-alat pengukur panas badan, timbangan dan neraca, dll.

Sebagai contoh pelajaran ilmu bumi tentang hasil bumi dikelas 3: maksud pembelajaran ini adalah mengajarkan hasil bumi ditempat dimana murid itu tinggal. Pelajaran dilakukan diluar


(43)

kelas agar muriid-murid dapat mengetahui secara langsung hasil bumi tersebut. Untuk mengetahui hasil bumi apa saja yang ada, maka guru harus mengajak murid-muridnya ke tempat yang banyak menyediakan dan menjual hasil bumi tersebut, tempat yang di maksud adalah pasar. Sebelum melakukan pembelajaran diluar kelas, guru memberikan pengarahan tentang hal-hal apa yang harus dilakukan seperti,

a) Maksud mereka mengunjungi pasar yaitu untuk mengetahui hasil bumi di yang merupkan hasil bercocok tanam atau barang-barang yang dijual di pasar tesebut.

b) Menjelaskan apa saja yang dilakukan setelah sasampainya dipasar, seperti mengamati barang-barang apa saja yang dijual? Dan berapa harganya? Serta benda-benda yang ada disekitar pasar.

c) Membentuk kelompok yang terdri dari 4-5 orang, 1 orang ditunjuk sebagi ketua kelompok.

d) Mencatat hasil yang didapat dari pengamatannya tersebut. Sesampainya dipasar, murid dibebaskan untuk mengamati barang-barang yang dijual dipasar (seperti sayur-sayuran, buah-buahan, beras, kopi, tembkau, teh, gula pasir, dll) dibawah pengawasan guru. Setelah setengah jam murid-murid melakukan pengamatan. Guru meminta murid berkumpul dan kembali ke sekolah. Kemudian setelah sampai di sekolah guru melakukan


(44)

evaluasi pembelajaran, dan di akhir pembelajaran murid-murid ditugaskan membuat laporan hasil pengamatanya di pasar tadi.

Selain pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran ini jaga dapat dilakukan didalam kelas yakni dengan menugaskan murid-murid untuk bercerita tentang kampung atau desanya yang meliputi keadaan desa, hasil bumi apa yang dihasilkan di desanya. (Pemimpin Pelajaran Ilmoe Boemi, 2602/1942: 16-25)

3.1.15 Bahasa Nippon/Jepang

Mata pelajaran bahasa Jepang merupakan mata pelajaran wajib. Pelajaran ini diberikan ketika anak mulai duduk di bangku kelas 3-6 (wawancara Djaman, 04/02/2014).

3.1.16 Badan manusia

Dalam buku badan manusia I dan II pelajaran ini mulai diberikan di kelas 4-6. Ilmu ini mengajarkan tentang bagian-bagian tubuh manusia beserta fungsi dari organ-organ tersebut termasuk juga penyakit-penyakit yang adadi tubuh manusia dan zat-zat atau vitamin-vitamin yang diperlukan tubuh. Dalam pelajaran badan manusia mengajarkan:

a. Kelas 4

Mengenal bagian-bagian tubuh manusia dan fungsinya (alat pencernaan makanan, alat pernafasan, alat peredaran darah, alat pembuangan kotoran), panca indra (kulit (indra peraba), mata (indra penglihatan), hidung


(45)

(indra penciuman), lidah (indra pengecap), telinga (indra pendengaran).

b. Kelas 5 dan 6

Di kelas 5 dan 6 pelajaran badan manusia yang diajarkan lebih mendalam dari kelas 4 yang mempelajari bagian-bagian dan fungsi tubuh, namun hanya dasar-dasarnya saja. Mempelajari tentang alat perlindungan badan (kerangka/tulang) serta penyakit persendian tulang, alat pencernaan makanan, vitamin (macam-macam vitamin dan kegunan, penyakit-penyakit akibat kekurangan vitamin), gigi (fungsi gigi, macam/jenis gigi, pertumbuhan gigi pada anak), Darah, peredaran darah, alat pernafasan, alat pembuangan kotoran, panca indra (kulit (indra peraba), mata (indra penglihatan), hidung (indra penciuman), lidah (indra pengecap), telinga (indra pendengaran).

3.1.17 Ilmu Alam

Ilmu pelajaran yang berhubungan erat dengan ilmu bumi. Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, tanah.

3.2 Kegiatan belajar mengajar 3.2.1 Sekolah Rakyat Kranggan

Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00-13.00. Pembagian jam sekolah yang diterapkan di sekolah rakyat Kranggan terbagi menjadi :


(46)

1. Kelas 1, pembelajaran dimulai pukul 07.00-10.00 2. Kelas 2, pembelajarn dimulai pukul 10.00-13.00 3. Kelas 3, pembelajaran dimulai pukul 07.00-13.00

Di Sekolah Rakyat tersebut hanya ada 2 guru, seorang guru mengajar kelas 1 dan 2 dan guru lainnya mengajar di kelas tiga saja. Aktivitas pembelajaran diawali dengan upacara mengibarkan bendera Kokki (bendera kebangsaan Jepang) dilanjutkan dengan melakukan gerak badan atau taiso (wawancara Kadinem, 22/01/2014).

Sebelum mengawali aktivitas pembelajaran, terlebih dahulu murid-murid menyiapkan barisan disisi luar kelas yang dipimpin oleh salah satu murid, barisan terbagi menjadi 2 yakni disisi kiri dan kanan, dengan mengambil sikap tegak. Setelah itu murid memasuki kelas dengan rapi dan teratur, kemudian mengucapkan salam hormat kepada guru dengan mengucapkan sensei konichiwa (sensei=guru) saat kegiatan belajar mengajar akan dimulai dan ketika kegiatan pembelajaran selesai maka murid mengucapkan sensei sayonara atau selamat tinggal bu guru (sayonara = salam perpisahan yang diucapkan ketika keesokan harinya bertemu kembali). Didikan disekolah yang diutamakan adalah kedisiplinan dan sikap tegak sehingga dapat dikatakan murid-murid didik secara militer (wawancara Sukesi, 25/01/2014)

Awal pembelajaran dibuka dengan terlebih dahulu guru melakukan roll Call atau absensi. Selanjutnya, guru memberi perintah kepada murid-muridnya untuk mengambil sikap duduk yang tegak dan mengkondisikan


(47)

kelas agar tenang, dengan memejamkan mata guru dan murid mengheningkan cipta dengan mengucapkan kalimat berbahasa Jepang secara bersama-sama.

Mata pelajaran yang diajarkan sangat beragam diantaranya, berhitung (pelajaran ini diajarkan dengan 2 cara yakni awangan/lisan dan tertulis), pekerjan tangan (merenda, membuat aneka main-mainan dari kulit jeruk dan blarak (daun kelapa) dan kayu, lalu jaga dengan tanah liat, selain itu juga bahan-bahan tersebut juga dapat dibuat berbagai kerajinan tangan yang berhubungan dengan pelajaran lain sebagai salah satu media pembelajaran), menulis (ada 2 macam cara yang diterapkan guru dalam mengajar mata pelajaran ini yaitu dekte dan menulis halus), dan lain-lain.

Murid-murid melakukan latihan baris-berbaris sambil menyanyikan lagu Miyoto dengan suara yang lantang. Selesai kegiatan belajar mengajar disekolah, murid-murid sekolah dan juga masyarakat umum yang masih belum mahir membaca dan menulis, pada sore harinya mereka kembali mendapat pengajaran dari sekolah buta huruf yang ditangani oleh tenaga pengajar yang berasal dari kampung/desa tersebut yang belum memiliki ikatan dinas atau belum mengajar sebagai seorang guru di sekolah milik pemerintah, sekolah tersebut bertempat di rumah-rumah warga yang luas atau juga di balai-balai desa/tempat pertemuan warga desa seperti di Kranggan, lodoyong, dll.

Di hari akhir pembelajaran dalam satu minggu (hari sabtu) murid-murid di pinjami buku-buku pelajaran dengan harapan meskipun dihari


(48)

libur murid-murid tetap dapat belajar dan terkadang miminjamkan buku kepada murid-murid dimaksudkan untuk hafalkan (menghafal salah satu materi pelajaran dalam buku sesuai dengan kehendak guru), karena hafalan tersebut akan diuji oleh guru yang akan dimasukkan ke dalam nilai, sebab tiak ada ujian/ulangan khusus yang diadakan sebagai nilai akhir. Nilai-nilai diambil dari kegiatan belajar mengajar sehari-hari (wawancara Kadinem, 22/01/2014).

Hari efektif dalam kegiatan belajar mengajar adalah hari senin hingga sabtu, dan minggu merupakan hari libur. Di dalam Undang-Undang No.26 “Tentang hari liburan” oleh pemerintah Balatentara Dai Nippon telah ditetapkan hari-hari libur selain hari minggu di Jawa dan Madura (lihat lampiran 3, hlm 85), sebagai berikut:

1. Asyura

2. Tahun baru Imlek

3. Gerebeg Maulud (hari Maulud) 4. Mi‟raj Nabi Muhammad SAW 5. Grebeg Puasa (bulan puasa) 6. Grebeg besar (hari raya idul fitri)

7. Hari-hari libur yang ditetapkan oleh pembesar Balatentara Dai Nippon

Hari-hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang dalam poin ke 7 di antaranya adalah hari Tentyosetu atau hari lahirnya Tenno Haika yang diperingati setiap tanggal 29 april, hari pembangunan Asia Timur


(49)

Raya yang diperingati setiap tanggal 8 Desember. Menurut penuturan Kadinem, setiap diadakan pawai atau yang pada yang dulunya disebut iring-iringan, murid-murid sekolah mengenakan baju yang berwarna hijau muda dilengkapi dengan memakai jarik (kain batik panjang) yang bermotif kawung, mereka berkumpul dilapangan untuk melaksanakan upacara. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam surat kabar Sinar Baroe 10 Desember 2602/1942 (lihat lampiran 7, hlm 89), menyebutkan pada tanggal 8 Desember (hari pembangunan Asia Timur Raya) di Ambarawa mengadakan perayaan untuk memperingati hari tersebut. pukul 09.15 barisan upacara berjalan dari t. Guntyo (kawedanan) menuju ke lapangan olahraga (sekarang lapangan Penglima Besar Jendral Sudirman) yang diikuti oleh pegawai-pegawai penjara, pemuda yang berjumlah ±1500 orang dengan diiringi oleh barisan yang bermain suling serta anggota komite dan murid-murid sekolah. Pukul 10.00 upacara dimulai dengan mengibarkan bendera Kokki yang dipimpin oleh t. Ir. Abdoelmoentalib. kemudian mempersembahkan hormat kepada J. M. M. Tenno Heika dengan menghadap ke arah istana. dilanjutkan dengan pidato dari P.T katayama (wakil dari P. T Semarang-Syutyokan) dengan bahsaa Nippon yang diterjemahhkan oleh t. Ambarawa Guntyo, isi pidato menerangkan tentang maksud perayaan tersebiut. Upacara ditutup dngan meneriakkan Banzai sebsnysk 3 klai oleh semua peserta upacara. Selain itu juga ada berbagai permainan yang ditujukan unuk menghibur rakyat Asia tesebut.


(50)

Kewajiban yang tidak luput diterapkan oleh pemerintah Jepang kepada murid-murid sekolah adalah menanam, merawat dan memanen pohon jarak. Menurut kadinem, sebagai bagian dari pembelajaran, menanam jarak merupakan suatu kewajiban bagi murid-murid sekolah sehingga setiap 1 kali dalam seminggu murid sekolah rakyat Kranggan diwajibkan mengumpulkan bidji jarak yang berada di pinggir-pinggir jalan dan disekitar kompleks sekolah dibawah pengawasan guru.

Akhir tahun pengajaran, murid-murid sekolah rakyat Kranggan menerima raport atau hasil belajar selama satu tahun mereka belajar (baik di kelas 1, 2, 3) yang mencakup nilai akademik (ilmu pengetahuan/kepandaian) dan non akdemik (kelakuan). Raport tersebut digunakan untuk melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di kelas 4-6.

3.2.2 Sekolah Rakyat Pasekan

Penyeragaman pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang membangkitkan kembali gairah belajar dikalangan anak-anak di Indonesia tidak terkecuali anak-anak di desa Pasekan kecamatan Ambarawa. Meskipun, tidak sedikit anak-anak yang tidak ingin bersekolah pada masa pendudukan Jepang ini, namun peran pemerintah dalam meningkatkan pendidikan sangat besar. Karena itu Ku (pemerintahan desa) juga memiliki andil dalam merekrut calon murid-murid sekolah rakyat salah satunya di desa Pasekan, meskipun tidak semua perekrutan/pendaftaran itu disetiap daerah dilakukan oleh Ku. Pendaftaran murid-murid di sekolah rakyat


(51)

Pasekan dilakukan oleh Kepala Dusun atau Bekel (bagian dari pemerintahan desa/ Ku) sehingga bersekolah menjadi suatu kewajiban bagi anak-anak didesa Pasekan.

Semangat belajar yang tinggi ditujukkan dengan intensitas kehadiran murid-murid SR Kranggan dalam mengikuti pembelajaran, meskipun demikian hasil dalam bidang akademis tidak maksimal. (wawancara Djaman, 04/02/2014)

Aktivitas pembelajaran dimulai pukul 07.00 – 14.00. kegiatan pembelajaran diawali dengan upacara yang dilakukan setiap hari dengan mengibarkan bendera Kokki atau bendera kebangsaan Jepang. Pengibaran bendera Kokki di iringi dengan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. Lirik lagu kimigayo :

Kimi Ga Yo Kimi Ga Yo wa Chiyo ni yachiyo ni

sazare ishi no iwaota narite koke no musu made

Lagu kebangsaan ini wajib dihafal oleh seluruh murid-murid sekolah. Sebagai satu rangkaian dari upacara, murid-murid sekolah rakyat Pasekan mengucapkan sumpah setia terhadap kaisar Jepang, yang berbunyi: Warera wa Sin Jawa no Gakko to nari (kulo sedoyo dados murid ting Jawa baru/kami semua menjadi siswa sekolah Jawa baru), Dai Toa sensoo ni manabi (kulo sedoyo sinau kagem menang utawi jaya/kami belajar untuk kemenangan atau kejayaan (Asia Timur Raya). Setelah melakukan


(52)

upacara bendera selanjutnya murid-murid sekolah melakukan senam pagi/ gerak badan (Taiso). Setengah hingga satu jam melakukan aktivitas rutin setiap pagi kira-kira pukul 08.00 kegiatan belajar mengajar didalam kelas dimulai. (wawancara Djaman, 04/02/2014).

Kegiatan belajar mengajar di SR (sekolah Rakyat) Pasekan hanya di pegang oleh 2 guru yang semuanya merupakan guru laki-laki. Dalam mengajar guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja tetapi guru juga mengajarkan budi pekerti. Penanaman budi pekerti dilakukan salah satunya ketika pelajaran bercerita/mendongeng, dari cerita yang disampaikan oleh guru maka murid dapat mengambil contoh atau teladan melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut.

Pendidikan Sekolah rakyat pasekan hanya 3 tahun saja yang terdiri dari kelas 1-3 saja. Sehingga apabila murid-murid tersebut ingin melanjutkan pendidikannya harus turun ke kecamatan yang letaknya sangat jauh dari desa mereka. Menurut penuturan Karmi, mayoritas murid sekolah rakyat adalah laki-laki sedangkan murid perempuan hanya ada sekitar 5 orang.

Pembelajaran berlangsung dari pukul 08.00-14.00 kecuali hari jum‟at yang pembelajaran berlangsung hingga pukul 12.00 saja. dengan pembagian waktu yang berbeda di setiap kelasnya. Berbagai mata pelajaran diajarkan seperti berhitung, menulis, bahasa Jawa, bercerita/mendongeng, membaca, gerak badan atau taiso, bahasa melayu, menyanyi, olahraga, dll. Tingkat kesulitannya berbeda-beda disetiap


(53)

jenjang pendidikannya. Semua mata pelajaran yang diajarkan tidak terlepas dari kepentingan Jepang sesuai dengan landasan Pendidikan yaitu Hakko Iciu serta tujuan pendidikannya yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan berdasarkan cita-cita pembentukan lingkungan Asia Timur Raya, oleh sebab itu pengetahuan yang diberikan dan tujuan harus sejalan, sebagai contoh mata pelajaran seni suara/menyanyi, menurut Djaman pelajaran menyanyi juga masuk dalam penilaian, salah satu nyanyian yang diajarkan adalah bendera Dai Nippon,. Lirik lagunya sebagai berikut :

Bendera Dai Nippon

Bendera Dai Nippon yang amat Mulia Pergi-pergi kota seluruh Asia Matahari terbit itu semboyannya Bendera Dai Nippon yang amat Mulia

Lagu tersebut di tujukan untuk menghormati bangsa Jepang karena bangsa Jepang adalah penyelamat, disisi lain nyanyian tersebut juga menanamkan pengertian kepada murid bahwa bangsa Jepang merupakan bangsa yang besar dan kuat, bangsa yang menguasai Asia dan sebagai bangsa yang akan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penjajahan yang artinya memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Dalam hal mengajar guru sangat memperhatikan kemampuan yang dimiliki peserta didiknya (murid) sehingga setiap apa yang diajarkan belum dimengerti oleh peserta didiknya maka guru tersebut tidak akan melanjutkan pelajaran itu ke bab selanjutnya melainkan akan diajarkan kembali hingga peserta didiknya benar-benar mahir/pintar. Telah menjadi


(54)

luas, yang dimaksudkan selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas diluar kelas juga digunakan sebagai tempat menanam jarak yang merupakan suatu kewajiban bagi murid-murid sekolah unuk menanam. Murid-murid sekolah rakyat Pasekan juga memiliki kewajiban yang sama yakni menanam, memelihara serta memanen jarak kemudian diserahkan kepada Jepang.


(1)

Raya yang diperingati setiap tanggal 8 Desember. Menurut penuturan Kadinem, setiap diadakan pawai atau yang pada yang dulunya disebut iring-iringan, murid-murid sekolah mengenakan baju yang berwarna hijau muda dilengkapi dengan memakai jarik (kain batik panjang) yang bermotif kawung, mereka berkumpul dilapangan untuk melaksanakan upacara. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam surat kabar Sinar Baroe 10 Desember 2602/1942 (lihat lampiran 7, hlm 89), menyebutkan pada tanggal 8 Desember (hari pembangunan Asia Timur Raya) di Ambarawa mengadakan perayaan untuk memperingati hari tersebut. pukul 09.15 barisan upacara berjalan dari t. Guntyo (kawedanan) menuju ke lapangan olahraga (sekarang lapangan Penglima Besar Jendral Sudirman) yang diikuti oleh pegawai-pegawai penjara, pemuda yang berjumlah ±1500 orang dengan diiringi oleh barisan yang bermain suling serta anggota komite dan murid-murid sekolah. Pukul 10.00 upacara dimulai dengan mengibarkan bendera Kokki yang dipimpin oleh t. Ir. Abdoelmoentalib. kemudian mempersembahkan hormat kepada J. M. M. Tenno Heika dengan menghadap ke arah istana. dilanjutkan dengan pidato dari P.T katayama (wakil dari P. T Semarang-Syutyokan) dengan bahsaa Nippon yang diterjemahhkan oleh t. Ambarawa Guntyo, isi pidato menerangkan tentang maksud perayaan tersebiut. Upacara ditutup dngan meneriakkan Banzai sebsnysk 3 klai oleh semua peserta upacara. Selain itu juga ada berbagai permainan yang ditujukan unuk menghibur rakyat Asia tesebut.


(2)

Kewajiban yang tidak luput diterapkan oleh pemerintah Jepang kepada murid-murid sekolah adalah menanam, merawat dan memanen pohon jarak. Menurut kadinem, sebagai bagian dari pembelajaran, menanam jarak merupakan suatu kewajiban bagi murid-murid sekolah sehingga setiap 1 kali dalam seminggu murid sekolah rakyat Kranggan diwajibkan mengumpulkan bidji jarak yang berada di pinggir-pinggir jalan dan disekitar kompleks sekolah dibawah pengawasan guru.

Akhir tahun pengajaran, murid-murid sekolah rakyat Kranggan menerima raport atau hasil belajar selama satu tahun mereka belajar (baik di kelas 1, 2, 3) yang mencakup nilai akademik (ilmu pengetahuan/kepandaian) dan non akdemik (kelakuan). Raport tersebut digunakan untuk melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di kelas 4-6.

3.2.2 Sekolah Rakyat Pasekan

Penyeragaman pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang membangkitkan kembali gairah belajar dikalangan anak-anak di Indonesia tidak terkecuali anak-anak di desa Pasekan kecamatan Ambarawa. Meskipun, tidak sedikit anak-anak yang tidak ingin bersekolah pada masa pendudukan Jepang ini, namun peran pemerintah dalam meningkatkan pendidikan sangat besar. Karena itu Ku (pemerintahan desa) juga memiliki andil dalam merekrut calon murid-murid sekolah rakyat salah satunya di desa Pasekan, meskipun tidak semua perekrutan/pendaftaran itu disetiap daerah dilakukan oleh Ku. Pendaftaran murid-murid di sekolah rakyat


(3)

Pasekan dilakukan oleh Kepala Dusun atau Bekel (bagian dari pemerintahan desa/ Ku) sehingga bersekolah menjadi suatu kewajiban bagi anak-anak didesa Pasekan.

Semangat belajar yang tinggi ditujukkan dengan intensitas kehadiran murid-murid SR Kranggan dalam mengikuti pembelajaran, meskipun demikian hasil dalam bidang akademis tidak maksimal. (wawancara Djaman, 04/02/2014)

Aktivitas pembelajaran dimulai pukul 07.00 – 14.00. kegiatan pembelajaran diawali dengan upacara yang dilakukan setiap hari dengan mengibarkan bendera Kokki atau bendera kebangsaan Jepang. Pengibaran bendera Kokki di iringi dengan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. Lirik lagu kimigayo :

Kimi Ga Yo Kimi Ga Yo wa Chiyo ni yachiyo ni

sazare ishi no iwaota narite koke no musu made

Lagu kebangsaan ini wajib dihafal oleh seluruh murid-murid sekolah. Sebagai satu rangkaian dari upacara, murid-murid sekolah rakyat Pasekan mengucapkan sumpah setia terhadap kaisar Jepang, yang berbunyi: Warera wa Sin Jawa no Gakko to nari (kulo sedoyo dados murid ting Jawa baru/kami semua menjadi siswa sekolah Jawa baru), Dai Toa sensoo ni manabi (kulo sedoyo sinau kagem menang utawi jaya/kami belajar untuk kemenangan atau kejayaan (Asia Timur Raya). Setelah melakukan


(4)

upacara bendera selanjutnya murid-murid sekolah melakukan senam pagi/ gerak badan (Taiso). Setengah hingga satu jam melakukan aktivitas rutin setiap pagi kira-kira pukul 08.00 kegiatan belajar mengajar didalam kelas dimulai. (wawancara Djaman, 04/02/2014).

Kegiatan belajar mengajar di SR (sekolah Rakyat) Pasekan hanya di pegang oleh 2 guru yang semuanya merupakan guru laki-laki. Dalam mengajar guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja tetapi guru juga mengajarkan budi pekerti. Penanaman budi pekerti dilakukan salah satunya ketika pelajaran bercerita/mendongeng, dari cerita yang disampaikan oleh guru maka murid dapat mengambil contoh atau teladan melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut.

Pendidikan Sekolah rakyat pasekan hanya 3 tahun saja yang terdiri dari kelas 1-3 saja. Sehingga apabila murid-murid tersebut ingin melanjutkan pendidikannya harus turun ke kecamatan yang letaknya sangat jauh dari desa mereka. Menurut penuturan Karmi, mayoritas murid sekolah rakyat adalah laki-laki sedangkan murid perempuan hanya ada sekitar 5 orang.

Pembelajaran berlangsung dari pukul 08.00-14.00 kecuali hari jum‟at yang pembelajaran berlangsung hingga pukul 12.00 saja. dengan pembagian waktu yang berbeda di setiap kelasnya. Berbagai mata pelajaran diajarkan seperti berhitung, menulis, bahasa Jawa, bercerita/mendongeng, membaca, gerak badan atau taiso, bahasa melayu, menyanyi, olahraga, dll. Tingkat kesulitannya berbeda-beda disetiap


(5)

jenjang pendidikannya. Semua mata pelajaran yang diajarkan tidak terlepas dari kepentingan Jepang sesuai dengan landasan Pendidikan yaitu Hakko Iciu serta tujuan pendidikannya yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan berdasarkan cita-cita pembentukan lingkungan Asia Timur Raya, oleh sebab itu pengetahuan yang diberikan dan tujuan harus sejalan, sebagai contoh mata pelajaran seni suara/menyanyi, menurut Djaman pelajaran menyanyi juga masuk dalam penilaian, salah satu nyanyian yang diajarkan adalah bendera Dai Nippon,. Lirik lagunya sebagai berikut :

Bendera Dai Nippon

Bendera Dai Nippon yang amat Mulia Pergi-pergi kota seluruh Asia Matahari terbit itu semboyannya Bendera Dai Nippon yang amat Mulia

Lagu tersebut di tujukan untuk menghormati bangsa Jepang karena bangsa Jepang adalah penyelamat, disisi lain nyanyian tersebut juga menanamkan pengertian kepada murid bahwa bangsa Jepang merupakan bangsa yang besar dan kuat, bangsa yang menguasai Asia dan sebagai bangsa yang akan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penjajahan yang artinya memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Dalam hal mengajar guru sangat memperhatikan kemampuan yang dimiliki peserta didiknya (murid) sehingga setiap apa yang diajarkan belum dimengerti oleh peserta didiknya maka guru tersebut tidak akan melanjutkan pelajaran itu ke bab selanjutnya melainkan akan diajarkan kembali hingga peserta didiknya benar-benar mahir/pintar. Telah menjadi


(6)

luas, yang dimaksudkan selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas diluar kelas juga digunakan sebagai tempat menanam jarak yang merupakan suatu kewajiban bagi murid-murid sekolah unuk menanam. Murid-murid sekolah rakyat Pasekan juga memiliki kewajiban yang sama yakni menanam, memelihara serta memanen jarak kemudian diserahkan kepada Jepang.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa T1 152010011 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa T1 152010011 BAB II

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa T1 152010011 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 T1 152009020 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 T1 152009020 BAB II

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 T1 152009020 BAB IV

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 T1 152009020 BAB V

0 0 3