Konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

(1)

KONSELING TAWAKAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL DI KARANG REJO SAWAH GANG 10 NO 19

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S. Sos)

OLEH:

SITI NURFAKHIDAH NIM. B33213037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Nurfakhidah (B33213037), Konseling Tawakal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup Pasien Gagal Ginjal Di Desa Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

Penelitian ini berlatar belakang mengenai penurunan motivasi hidup klien akibat penyakit gagal ginjal yang telah dialami, penurunan motivasi hidup hingga membuat klien tidak bisa menerima keadaan yang ada didalam hidupnya, sering mengeluh dan jengkel kepada diri sendiri sampai membuat klien enggan untuk melakukan pengobatan, dan tidak jarang klien bersuudzon dengan Allah.

Fokus penelitian adalah (1) bagaimana proses konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Desa Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya? (2) bagaimana hasil akhir konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Desa Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisa data menggunakan deskriptif komparartif yaitu berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana proses konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal, yakni konselor mengubah fikiran dan tingkah lalu klien dengan membantu klien untuk membentuk fondasi tawakal yaitu dengan cara mengetahui Allah Swt, menyadarkan hati kepada Allah dan merasakan nyaman bergantung kepada- Nya, berbaik sangka kepada Allah. pasrah (menyerahkan hati kepada Allah) kemudian diberikan video motivasi kepada klien yang menceritakan seseorang yang menderita penyakit gagal ginjal namun masih mempunyai semangat hidup yang tinggi, setelah pemberian video, konselor menceritakan makna video yang telah dilihat oleh klien.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah proses konseling tawakal, klien lebih bisa menerima kenyataan yang ada dalam hidupnya dan dapat menjalankan kehidupannya dengan memiliki motivasi hidup yang baik meskipun telah mederita penyakit gagal ginjal.


(7)

x DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITASI SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Konsep ... 11

F. Metode penelitian ... 17

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Subyek dan Obyek Penelitian ... 19

3. Jenis dan Sumber Data ... 19

4. Tahap-tahap Penelitian... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

6. Teknik Analisis Data... 24

7. Teknik Keabsahan Data ... 26


(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Konseling Tawakkal ... 31

1. Pengertian Konseling Tawakkal ... 31

2. Tujuan Konseling Tawakkal ... 36

3. Peran dan Fungsi Konseling Tawakkal ... 38

4. Syarat Konselor dalam Konseling Tawakkal ... 39

5. Syarat Klien dalam Konseling Tawakkal ... 40

6. Hikmah Konseling Tawakkal ... 41

7. Langkah-langkah Konseling Tawakkal ... 43

B. Motivasi Hidup ... 47

1. Pengertian Motivasi Hidup ... 47

2. Macam-macam Motivasi ... 49

3. Motivasi Kebutuhan ... 51

4. Teknik-teknik Motivasi ... 53

5. Fungsi Motivasi ... 56

6. Cara Motivasi Oranglain ... 58

C.Pasien Gagal Ginjal ... 59

1. Pengertian Pasien Gagal Ginjal ... 59

2. Sebab-sebab Gagal Ginjal ... 60

3. Pencegah Gagal Ginjal ... 61

D.Penelitian Terdahulu ... 65

BAB III PENYAJIAN DATA A.Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi a. Letak Geografis ... 69

b. Keadaan Penduduk ... 70

c. Kelompok Tenaga Kerja ... 72


(9)

xii

3. Keadaan Sosial Masyarakat ... 74 4. Deskripsi Konselor... 78 5. Deskripsi Klien ... 80 B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Proses Konseling Tawakkal Untuk Meningkatkan Motivasi Pasien Gagal Ginjal di Karang Rejo Sawah

Gang 10 no 19 Surabaya ... 86 2. Hasil Akhir Proses Konseling Tawakkal untuk

Meningkatkan motivasi pasien gagal ginjal di

Karang rejo sawah gang 10 no 19 surabaya ... 97

BAB IV ANALISIS DATA

A.Analisis Proses Konseling Tawakkal Untuk Meningkatkan Motivasi Pasien gagal Ginjal di Karang Rejo Sawah

Gang 10 no 19 Surabaya ... 100 B. Analisis Hasil Data dari proses konseling

Tawakkal untuk Meningkatkan Motivasi Pasien Gagal Ginjal Di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19

Surabaya ... 105

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 110 B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan jika seseorang yang di vonis mengidap penyakit gagal ginjal oleh dokter, kemungkinan besar seseorang tersebut akan kehilangan motivasi hidupnya, sehingga seseorang yang mengalami penyakit gagal ginjal merasa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi hingga membuatnya enggan melakukan sesuatu. Hal ini ditunjukkan dengan sikap menggeluh, sedih, dan lesu. Keadaan seperti ini dialami oleh ibu Luminem yang saat ini berusia 53 tahun dan bertempat tinggal di Karang Rejo sawah Gang 10 No 19 Surabaya. Ketika berusia 46 tahun bu Luminem menggalami penyakit asam urat dan darah tinggi, bertahun-tahun dirinnya berobat di medis dan non medis namun hasilnya tidak membuat ibu Luminem bertambah baik tetapi membuat penyakitnya semakin parah, hingga saat berusia 51 tahun ibu luminem ini di vonis mengalami penyakit Gagal Ginjal oleh dokter Rumah Sakit Jemursari. Rasa capek dan kehilangan motivasi hidup pasti ada dalam diri bu Luminem, begitu banyak obat yang telah di kosumsi dan sering opname Rumah Sakit telah beliau lakukan, tetapi penyakit yang diderita semakin parah.

Saat ini ibu Luminem diharuskan oleh dokter untuk melakukan cuci darah dua kali dalam seminggu di hari senin dan kamis pada jam 10 sampai jam 4 sore di ruang Hemodialisa Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya, bekas

suntikan setelah melakukan cuci darah sangat banyak pada bagian tangan ibu


(11)

2

ibu Luminem sering tiba – tiba pingsan begitu saja jika tekanan darah semakin tinggi. Setelah cuci darah selesai, ibu Luminem bergegas keluar dengan keadaan lemas dan pusing, ibu Luminem sesering kali duduk sendirian sekitar 1 jam di depan ruang tunggu untuk menghilangkan pusing dan sambil menunggu ojek atau taxi yang akan mengantarkan dirinnya pulang. Tidak jarang saat melakukan cuci darah ibu Luminem berangkat sendiri ke Rumah Sakit karena tidak adannya yang mengantar, ibu Luminem hanya tinggal dengan adik laki – lakinya yang saat ini mengalami penyakit asam urat, kedua orang tua beserta suami meninggal sudah beberapa tahun yang lalu dan beliau pun tidak mempunyai anak.

Sesampai di rumah ibu luminem tidak bisa langsung istirahat tetapi harus membersihkan rumah dan merawat adiknya yang terkadang tidak bisa jalan akibat penyakit asam urat yang telah dialami . Sesering kali ibu luminem ingin izin untuk absent cuci darah karena dirinya sudah capek dan kesakitan, namun tidak diperbolehkan oleh dokter dengan berbagai faktor, tidak jarang juga ibu Luminem berfikir negatif dan mengeluh, dia berkata bahwa “cuci darah itu sakit kalu tidak cuci darah pun nanti malah lebih sakit lagi, padahal hasilnya pun belum tentu memuaskan dan tidak bisa menjamin saya hidup lebih lama lagi, terkadang saya juga merasa jengkel hingga malas untuk datang ke Rumah Sakit melakukan cuci darah, tapi mau gimana lagi, saya berfikir hidup saya ini seakan tidak ada gunanya lagi, seakan- akan Tuhan berpilih kasih kepada saya”.


(12)

3

Kondisi seperti itu membuat peniliti ingin mencoba memberi proses konseling tawakkal kepada ibu Luminem untuk meningkatkan motivasi hidup akibat penyakit Gagal Ginjal yang diderita. Karena pada dasarnya menurut Moh Surya konseling adalah bantuan yang diberikan kepada konseli supaya ia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri untuk dimanfaatkan memperbaiki perilakunnya pada masa mendatang.1 Konseling juga

merupakan proses dimana terjadinya serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli atau klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.2 Dan terjadi dalam suasana yang

profesional, dilakukan, di jaga sebagai alat ukur untuk memudahkan perubahan – perubahan dalam tingkah laku klien.3

Sedangkan Tawakal kepada Allah adalah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, bergantung dalam semua keadaan kepada-Nya, dan yakin bahwa segala kekuatan dan kekuasaan hanyalah milik-Nya. Tawakal merupakan sikap hati, sebagaimana tampak dalam definisi-definisi di atas. Oleh karena itu, tidak ada pertentangan antara tawakal kepada Allah dan antara bekerja

1

Shahudi Siradj, PengantarBimbingandanKonseling(Surabaya: Revka Petra Media, 2012), hal. 19.

2

Sulistyarini dan Mohammad jauhar, Dasar-Dasar konseling, ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), hal. 31


(13)

4

serta berusaha. Tempat tawakal adalah hati, sedangkan tempat berusaha dan bekerja adalah badan.4

Dari kedua definisi tersebut, maka konseling tawakal adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT dengan keyakinan yang mantap setelah melakukan ikhtiyar.

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al- furqon Ayat 58.

ا ًر بخ هد بع ونذب هب فكو هدمحب حبسو توم ا ذّلا حلا لع لّكوتو Artinya: Dan bertawakal lah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujinya. Dan cukuplah maha mengetahui dosa-dosa hambanya. (Q.S Al-Furqon 25: 58)

Meskipun telah banyak firman Allah yang menjelaskan tentang tawakal namun masih banyak pula muslim yang tidak mengetahuinya. Tawakal sungguh sangat indah jika tertanam dengan baik dalam diri seseorang. Saat seseorang menanamkan sifat tawakal dalam dirinya, maka ketika ia menginginkan sesuatu, ia akan berusaha untuk memperolehnya (ikhtiyar)

meskipun sesuatu yang diinginkan tersebut belum tentu bisa ia peroleh. Hal ini karena dirinya telah memasrahkan segalanya kepada Allah SWT.

Apabila ikhtiyar yang dilakukannya berhasil, maka ia akan bersyukur atas keberhasilan tersebut. Namun apabila ikhtiyar yang dilakukannya gagal, maka kepedihan tidak ada padanya. Sesungguhanya seseorang yang tawakal, dirinya

4

Lukman Hakim, “Pasrah Sebagai Konseling Sufistik” (Makalah, Fakultas UshuluddinUniversitas Islam Negeri WalisongoSemarang, 2015), hal. 5.


(14)

5

memiliki keyakinan bahwa Allah tempat bergantung segalanya, Allah penolong hamban-Nya, tidak sulit bagi Allah megurus alam semesta, tidak sulit bagi Allah menolong seluruh makhluknya. Bagi orang yang bertawakal, Allah akan memberikan kecukupan, jalan keluar dari setiap masalah, diberikan rizki yang tak terduga, diberikan perlindungan, diberikan kemenangan dan dibela oleh Allah dalam hidupnnya.

Konseling Tawakal yang diterapkan konselor dapat pula bertujuan untuk meningkatkan motivasi hidup. Motivasi merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu.5 Motivasi merupakan dorongan, hasrat, keinginan, dan

tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya. Motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita. Juga berbagai kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari-hari mempunyai motif tersendiri.6

Motivasi itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita, kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari-hari.7 Kaum humanis mengunakan

istilah aktualisasi yang berarti keinginan untuk mempertahankan sang diri. Sang diri yang dipertahankan ini lebih mengacu pada artian psikologis ketimbang fisik.8

5

W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung :Refika Aditama, 2002) hal. 141 6

Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia. 2011) hal. 267 7


(15)

6

Motivasi hidup merupakan dorongan atau tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri untuk terus semangat dalam menjalani kehidupan sehingga dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan dapat mencapai keinginan dan harapan dalam hidup. Motivasi hidup dapat meningkatkan harapan hidup seseorang. Harapan hidup merupakan usia di mana seseorang yang lahir pada waktu dan tempat tertentu memiliki kecenderungan untuk hidup secara statistik, berdasarkan usia dan status kesehatannya pada saat ini. Usia adalah seberapa panjang seseorang hidup.9

Motivasi hidup bagi seseorang sangat penting untuk membuat dirinya memiliki dorongan atau semangat hidup yang lebih baik dalam melangkah kedepan. Salah satu kunci utama untuk memiliki motivasi hidup ialah dengan berfikir positif.

Motivasi hidup sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan hidup seseorang, baik berupa harapan, impian, cita-cita, dan keingininan terbesar lainnya. Seseorang yang gagal memperoleh sesuatu yang di inginkan setelah melalui usaha keras, tidak jarang seseorang tersebut cenderung berperilaku negative, seperti memarahi diri sendiri dan orang lain, bahkan sampai menyalahkan Allah S.W.T. Hal ini terjadi karena seseorang telah kehilangan motivasi hidup.

9

Diane E. Papalia, DKK, Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Ke Sembilan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 846.


(16)

7

Motivasi hidup harus tertanam dalam diri manusia, baik ketika manusia tersebut berada dalam kondisi dan situasi yang menyenangka maupun tidak. Seperti ibu Luminem, pasien Rumah Sakit Jemursari Surabaya yang berada dalam kondisi menderita penyakit gagal ginjal kronik yang dideritanya.

Pasien dengan penyakit gagal ginjal akan terus mengalami tekanan yang membuat dirinya tidak bersemangat untuk menjalani hidup, apalagi penyakit gagal ginjal ini sulit disembuhkan. Mengetahui hal tersebut, pasien akan merasa lesu dan merasakan kesedihan yang mendalam, seolah-olah tidak ada kesempatan lagi baginya untuk hidup lebih lama.

Dalam hal ini penulis akan sedikit memberikan gambaran mengenai penyakit gagal ginjal. Tubuh manusia yang normal dan sehat memiliki 10 bagian organ independen yang bekerja sama untuk membantu fungsi tubuh dengan benar, bagian terpenting itu harus di miliki pada manusia, contoh salah satunya dari kesepuluh bagian terpenting tubuh adalah ginjal. Organ ginjal pada dasarnya merupakan organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah. Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan, sehingga membuat tulang menjadi kuat. Selain itu juga ginjal memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel


(17)

8

darah merah, serta renin yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.10

Oleh karena itu organ ginjal dalam tubuh manusia harus di jaga dengan sebaik mungkin berdasarkan kesehatan yang telah di tentukan oleh beberapa ahli medis kesehatan, karena sesungguhnya jika kita tidak menjaga pola kesehatan hidup kemungkinan sangat besar ginjal yang merupakan organ sangat penting dalam tubuh manusia akan mengalami penyakit yang di sebut dengan penyakit gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal sangat membahayakan hidup seseorang, karena penyakit gagal ginjal ini merupakan suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan, pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin11.

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka, dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia. Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi

10

Marry Baredero, Klienganguan gagal ginjal., (Jakarta: penerbit buku kedokteran 2005), hal.117.

11

Brunner & Suddarth, Keperawatan medikal bedah buku saku(Jakarta: Baughman diane C. 2000), hal. 171-179.


(18)

9

penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu yang ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) serta kadar urea nitrogen dalam darah meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan, sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Hingga kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.

Dengan memperhatikan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul, “Konseling Tawakal untuk

Meningkatkan Motivasi Hidup Pasien Gagal Ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses konseling tawakal dilakukan untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya?

2. Bagaimana hasil akhir konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya?


(19)

10

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana konseling tawakal dilakukan untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

2. Untuk mengetahui hasil akhir konseling tawakal dalam meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

D. Manfat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritik maupun praktik:

1. Manfaat Teoritik

Skripsi ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang terkait dengan konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya pada program strata 1 Bimbingan dan Konseling Islam Universitas Sunan Ampel Surabaya.

2. Secara Praktik

Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi konselor agar memperluas wawasan serta mempermudah proses konseling dalam memberikan motivasi hidup kepada klien dan khususnya kepada pasien yang mengidap penyakit gagal ginjal agar dirinya mampu meningkatkan motivasi hidupnya.


(20)

11

E. Definisi Konsep

1. Konseling Tawakal

Konseling tawakal terdiri dari dua kata yaitu konseling dan tawakal. Konseling berasal dari kata councle yang artinya bersama atau bicara bersama. Pengertian berbicara bersama dalam hal ini adalah pembicara konselor dengan klien atau beberapa klien. Dengan demikian konseling

berarti “people coming together to gain an understanding of problem that

beset them were evident”12

Menurut Moh Surya konseling adalah bantuan yang diberikan kepada konseli supaya ia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri untuk dimanfaatkan memperbaiki perilakunya pada masa mendatang.13

Konseling merupakan proses dimana terjadinya serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli atau klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dan terjadi dalam suasana yang profesional, dilakukan, di jaga sebagai alat ukur untuk memudahkan perubahan – perubahan dalam tingkah laku klien.14

12

Tohirin, Bimbingan Dan Konseling di Sekolah Dan Madrasah Berbasih Intregrasi. (Jakarta: Rajawali Press, 2009) Hal. 12

13

ShahudiSiradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: Revka Petra Media, 2012), hal. 19.


(21)

12

Menurut Natawijaya penyuluhan (counseling) merupakan satu jenis

layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling merupakan hubungan timbal balik antara dua orang individu antara konselor dan client dimana yang satu berusaha membantu yang lain untuk mencapai pengertian tentang dirinya dalam hubungan dengan masalah – masalah yang sedang dihadapi pada waktu sekarang maupun yang akan datang.15

Menurut Halien, Konseling merupakan satu tehnik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantun pemberian secara langsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung tatap muka antara konselor dengan client, dengan tujuan agar client mampu meemperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan mampu mengarahkan dirinya ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.16

Sedangkan Tawakal ( Bahasa Arab : لكوت ) atau tawakal berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu

16Samsul Munir amin,”.Bimbingan dan konseling islam”,


(22)

13

hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu kondisi. Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakal sebagai berikut.

"Tawakal adalah menyerahkan dan menyandarkan diri kepada Allah setelah melakukan usaha atau ikhtiar serta mengharap pertolongan. Tawakal dalam islam bukan suatu pelarian bagi orang – orang yang gagal usahannya, atau sebagai pelarian bagi orang yang memang gagal usahannya, tetapi tawakal itu ialah tempat kembalinnya segala usaha. Tawakal bukan menanti nasib sambil berpangku tangan, tetapi berusaha sekuat tenaga dan setelah itu baru berserah diri kepada Allah. Allah lah yang nanti akan menentukan hasilnya.17

Menurut Abu Zakaria Anshari, tawakal adalah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada Allah". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang di serahin urusan tadi. Artinya, ia benar-benar memiliki sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang di manfaatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.18

Tawakal kepada Allah adalah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, bergantung dalam semua keadaan kepada-kepada-Nya, dan yakin bahwa segala kekuatan dan kekuasaan hanyalah milik-Nya. Tawakal merupakan sikap hati, sebagaimana tampak dalam definisi-definisi di atas. Oleh

17


(23)

14

karena itu, tidak ada pertentangan antara tawakal kepada Allah dan antara bekerja serta berusaha. Tempat tawakal adalah hati, sedangkan tempat berusaha dan bekerja adalah badan.19

Tawakal adalah amalan hati, berupa meninggalkan kemauan dan dorongan hawa nafsu disertai dengan penyerahan daya dan kekuatan hanya kepada Allah dengan cara memutuskan ketergantungan hati dengan selain Allah.20

Tawakal adalah usaha maksimal sambil percaya kepada Allah. Bukan kepasrahan yang bodoh dan bukan malas berpangku tangan.21

Dari definisi tersebut penelitian menjelaskan bahwa konseling tawakal adalah pemberian bantuan secara langsung kepada diri klien yang bertujuan untuk meyadarkan kembali bahwa segala sesuatu terjadi karena Allah.

2. Motivasi Hidup

Motivasi Hidup adalah dorongan atau tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri untuk terus semangat dalam menjalani kehidupan sehingga dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan dapat mencapai keinginan dan harapan dalam hidup. Motivasi hidup dapat meningkatkan harapan hidup seseorang. Harapan hidup merupakan usia di mana seseorang yang lahir

19

Lukman Hakim, “Pasrah Sebagai Konseling Sufistik” (Makalah, Fakultas UshuluddinUniversitas 1Islam Negeri WalisongoSemarang, 2015), hal. 5.

Khalid, Syadzi, “ Yakin Agar Hati Selalu Yakin Dengan Allah ” (Jakarta: Amzah, 2012) Hal. 115.

21A.Chozin, Nahuha “Wasiat Taqwa” (Jakarta: P4T. Bulan Bintang, 1986 ) Hal. 48 .


(24)

15

pada waktu dan tempat tertentu memiliki kecenderungan untuk hidup secara statistik, berdasarkan usia dan status kesehatannya pada saat ini. Usia adalah seberapa panjang seseorang hidup.22

Motivasi hidup yaitu dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam dirinya. Motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita. Juga berbagai kegiatan yang biasanya kita lakukan sehari-hari mempunyai motif tersendiri.23

Dari definisi tersebut peneliti menjelaskan bahwa motivasi hidup dalam penelitian ini adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk dapat menerima kondisi sakit yang sedang diderita sehingga dapat bersemangat dalam menjalami kehidupan.

Indikator jika seseorang memiliki motivasi hidup dalam penelitian ini adalah:

a. Mampu mengaktualisasikan diri.

b. Tidak bermalas-malasan dalam menjalani kehidupan. c. Tidak banyak mengeluh.

d. Menerima kondisi kehidupannya.

22


(25)

16

3. Pasien Gagal Ginjal

Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan

kata patient dari bahasa Inggris. Patient diturunkan dari bahasa

Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata

kerja pati yang artinya "menderita". Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, pasien adalah sakit (yg dirawat dokter), penderita (sakit). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter.24

Definisi Gagal Ginjal adalah kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secar akut (kambuhan) maupun kronis (menahun).25

Gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan, pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin26. Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian

24

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.

25

Syamsir, Hadibroto, Gagal Ginjal (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007) hal.7 26

Brunner & Suddarth, Keperawatan medikal bedah buku saku(Jakarta: Baughman diane C. 2000), hal. 171-179.


(26)

17

besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu yang ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) serta kadar urea nitrogen dalam darah meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan, sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Hingga kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.

Adapun pengertian pasien gagal ginjal dalam penelitian ini adalah seseorang yang sakit yang mendapatkan pelayanan dari dokter akibat ginjalnya mengalami penurunan hingga pada akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan, pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang


(27)

18

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.27 Taylor dan

Bogdan mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat naturalistik (alamiah), apa adannya, dalam situasi normal dan tidak dimanipulasi situasi dan kondisinnya.

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah study kasus (case study)

yaitu suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “ sistem

yang terbatas” (bounded system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara menditail, disertai dengan pengalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks.28

Jenis Study kasus yang digunakan adalah study kasus intrisik (Intrinsic

case study) yang dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan

mendalam tentang sesuatu kasus tertentu. Studi atas kasus yang dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk alasan eksternal lainnya.

Penelitian ini dipilih karena penulis ingin menelaah data sebanyak mungkin secara rinci dan mendalam selama waktu tertentu mengenai Konseling Tawakkal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup Pasien Gagal Ginjal Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

27

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal.6

28

Haris, Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu – Ilmu Sosial (Jakarta Selatan: Salemba Humanika, 2010) hal.76


(28)

19

2. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seorang warga Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya, bernama ibu Luminem berusia 53 tahun yang mengalami penyakit gagal ginjal hingga kehilangan motivasi hidup, sehingga diberikan konseling tawakal, untuk selanjutnya disebut klien. Sedangkan konselornya bernama Siti Nurfakhidah

b. Obyek Penelitian

Obyek yang akan dikaji oleh peneliti adalah Konseling Tawakal Untuk Meningkatkan Motivasi Hidup Pasien Gagal Ginjal Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dibagi menjadi dua yaitu primer dan skunder. Data primer yaitu data diperoleh secara langsung dari sumbernya, sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari dokumen – dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(29)

20

a. Jenis data primer

Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama dilapangan, dan data utama bagi keberhasilan penelitian.29 Jenis data

ini mencakup pada subyek penelitian yang mengharuskan peneliti terjun ke lapangan langsung dalam melakukan wawancara untuk yang dibutuhkan oleh tema penelitian. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, perilaku atau dampak yang dialami klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan konseling.

b. Data Skunder

Data skunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau berbagai sumber, guna melengkapi data primer.30 Diperoleh dari

gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, dan perilaku keseharian klien.

4. Sumber Data

Sumber data yaitu subyek dari mana data diperoleh.31 Jenis sumber

data dalam penelitian kualitatif :

29

Burhan Bungin, Metode Penenlitian Sosial: Format – format Kuantitatif Dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga, 2011), hal. 126

30

Burhan Bungin, Metode Penenlitian Sosial: Format – format Kuantitatif Dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga, 2011), hal. 128

31

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Hal. 129


(30)

21

a. Sumber Data Primer

Sumber data yang langsung diperoleh penulis di lapangan yaitu informasi dari si klien penyakit gagal ginjal bernama ibu Luminem. b. Sumber Data Skunder

Sumber data yang diperoleh dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer. Dalam penelitian ini data diambil dari Dokter spesialis di tempat ibu Luminem cuci darah, Kakak perempuan klien, Adik laki-laki klien, dan tetangga terdekat klien.

5. Tahap-Tahap penelitian a. Tahapan Pra Lapangan

Pada tahap pra-lapangan ini ada tujuh kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti kualitatif, kegiatan dan pertimbangan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti akan memahami konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pada klien penyakit gagal ginjal dan penambahan penguatan yang meliputi penanaman rasa tawakal dalam diri pasien yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini, dan juga tanggapaan dari keluarga, dokter spesialis penyakit dalam, perawat dan tetangga klien tentang kesehariannya, tentang


(31)

22

bagaimana klien dalam menghadapi penyakit gagal ginjal yang telah diderita.

Setelah mengetahuinya maka peneliti akan membuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep dan membuat rancangan data – data yang peneliti perlukan. 2) Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian di Desa Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

3) Mengurus Perizinan

Peneliti akan meminta izin dengan membuat surat izin secara tertulis ditujukan kepada Kepala Desa Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya. Kemudian peneliti meminta izin kepada ibu Luminem dan keluarga ibu Luminem. Dengan adannya izin tersebut mempermudah peneliti dalam melakukan proses konseling, karena kemungkinan juga dalam proses konseling tersebut peran mereka sangat dibutuhkan.

4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Peneliti berencana mengenali keadaan yang sesuai dengan kondisi lapangan, baik itu keadaan suasana keluarga pada saat klien melakukan cuci darah berada di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya, rumah dan lingkungan sekitar, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, kemudian


(32)

23

peneliti mulai mengumpulkan data yang ada di lapangan.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Dalam hal ini peneliti memilih Ibu Luminem (klien), Dokter tempat ibu Luminem cuci darah, Keluarga ibu Luminem (kakak perempuan dan adik laki-laki), dan tetangga terdekat rumah ibu Luminem sebagai informan.

6) Menyiapkan Perlengkapan Penyajian

Peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan pedoman wawancara, alat tulis, buku, handphone sebagai alat perekam suara, perlengkapan fisik, izin penelitian, dan semua yang berhubungan dengan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi lapangan.

b. Tahap Lapangan

1) Memahami latar penelitian

Sebelum peneliti memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Disamping itu perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun secara mental.

2) Memasuki Lapangan

Saat memasuki lapangan penelitian akan menjalin keakraban hubungan dengan subjek – subjek penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti untuk mendapatkan data atau informasi.


(33)

24

mempelajari bahasa yang digunakan oleh subyek – subyek penelitian serta kebiasaanya supaya dapat mempermudah dalam menjalin suatu keakraban.

3) Berperan serta dalam pengumpulan data

Dalam tahap ini peneliti harus berperan aktif di lapangan tersebut, kemudian pengarahan batas studi serta memulai memperhitungkan batas waktu, tenaga ataupun biaya. Disamping itu juga mencatat data yang telah didapat di lapangan yang kemudian analisis di lapangan.

6. Teknik pengumpulan data

Untuk melakukan penelitian agar peneliti dapat memperoleh data yang valid serta dapat dipertanggung jawabkan, maka data tersebut diperoleh melalui:

a. Observasi

Adalah salah satu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung maupun tidak langsung.32

b. Wawancara

Wawancara, yaitu suatu proses memperoleh data atau keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka

32

Ali, Muhammad. Penelitian Pendidikan, Prosedur, dan Teknologi. Bandung: Angkasa. 1985, hal. 81


(34)

25

antara pewawancara dan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).33

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen – dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.34 Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen

yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.35 Untuk mendapatkan data yang berupa gambar, peneliti perlu

memotret tentang keadaan lingkungan konseli, kegiatan sehari-hari yang dilakukan konseli, dan gambar lain yang mendukung data penelitian (proses konseling). Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapat gambaran tentang lokasi penelitian yang meliputi: luas wilayah penelitian, jumlah penduduk, batas wilayah, kondisi geografis tempat tinggal klien.

33

Muhammad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hal. 234 34


(35)

26

7. Teknik analisa data

Analisa data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilih – milih menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan yang dipelajari serta memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.36

Teknik analisa data dilakukan setelah proses pengumpulan data yang telah diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif komparatif, yaitu setelah data terkumpul dan diolah selanjutnya dianalisa. Analisa yang dilakukan untuk mengetahui tentang proses dengan membandingkan pelaksanaan konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal dengan kriteria keberhasilan secara teoritik, membandingkan kondisi awal konseli sebelum proses konseling dengan kondisi setelah pelaksanaan proses konseling.

Adapun tahapan analisa data sebagaimana dalam skema berikut: a. Reduksi Data

Memilih hal yang pokok sesuai dengan tema yang penting dalam penelitian ini.

b. Penyajian Data

36

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988) Hal. 248


(36)

27

Dinarasi sehingga mudah untuk dianalisis terkait masalah yang ada dilapangan.

c. Verifikasi

Kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Dari hasil observasi penemuan peneliti seperti: subyek kurang konsentrasi saat dilakukan proses konseling tawakal sehingga susah untuk meningkatkan motivasi hidupnya.

8. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini peneliti akan memakai keabsahan data sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, keikut sertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi melakukan perpanjangan keikut sertaan pada penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai pengumpulan data tercapai, dalam hal ini yang dilakukan oleh peneliti diantaranya:

1) Mengantar dan menjenguk klien untuk mengobrol saat melakukan cuci darah di Rumah Sakit saat dirinnya dirawat, mengikuti dan memahami klien saat dirumahnya.


(37)

28

2) Menemani klien dalam menjalani aktivitasnya.

3) Triangulasi data atau triangulasi sumber adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk

mengumpulkan data yang sejenis. Diantarannya peneliti

mewawancarai keluarga dekat klien dan tetangga terdekat klien. 4) Triangulasi metodologis.

Jenis tringulasi ini bisa digunakan oleh seorang peneliti dengan pengumpulan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.37 Dalam hal ini peneliti

mewancarai informan yang terkait dengan klien, seperti keluarga klien (kakak perempua dan adik laki-laki ) dan tetangga dekat klien serta observasi wilayah dan lingkungan tempat tinggal klien.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu penelitian di perlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penenlitian, langkah – langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub – sub antara lain: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

37

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. AlFABETA, 201), hal.275


(38)

29

konsep, metode penelitian, sistematika pembahasan, jadwal penelitian, pedoman wawancara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni kajian teoritik (beberapa refrensi yang digunakan untuk menelaah objek kajian), dan penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III PENYAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi umum Objek Penelitian, meliputi deskripsi lokasi, identitas klien dan gambaran kasus tetang menurunnya motivasi hidup pasien gagal ginjal di Karang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

Pada bab ini juga menyajikan deskripsi hasil penenlitian meliputi upaya konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal serta deskripsi hasil pelaksanaan konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal.

BAB IV ANALISA DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab: yakni Temuan penelitian, bagaimana data yang ada itu digali Dn ditemukan beberapa hal yang mendukung penelitian, dan konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.


(39)

30

Pada bab ini membahas tentang analisa upaya pelaksanaan konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di Krang Rejo Sawah Gang 10 No 19 Surabaya.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari simpulan dan saran yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang di paparkan dan saran bisa berupa rekomendasi untuk penelitian lanjutan yang terkait dengan hasil penelitian, atau disarankan bagi lembaga-lembaga lain untuk di jadikannya sebagai contoh.


(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik

1.Konseling Tawakal

a. Pengertian Konseling Tawakal

Konseling tawakal terdiri dari dua kata yaitu konseling dan tawakal. Konseling secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu consilium yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon,

istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti menyerahkan atau

menyampaikan.1

Dalam bahasa Inggris counseling dikaitkan dengan kata counsel yang diartikan sebagai berikut:2

1) Nasehat (to obtain counsel) 2) Anjuran (to give counsel) 3) Pembicaraan (to take counsel)

Namun jika diartikan secara terminologis konseling adalah: upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar mampu memahami diri dan lingkungannya,

1

Prayetno dan Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Renika Cipta,1999), Hal.90.

2


(41)

32

mampu membuat keputusan dan menetukan tujuan berdasarkan nilai yang di yakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.3

Konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkingkan berhubungan secara lebih efektif dengan dirinnya dan lingkungannya. (Edwin C. Lewis 1970).

Menurut Moh Surya konseling adalah bantuan yang diberikan kepada konseli supaya ia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri untuk dimanfaatkan memperbaiki perilakunnya pada masa mendatang.4

Beberapa definisi di atas mengambarkan betapa sulitnya merumuskan definisi konseling yang komperehensif dan berlaku untuk setiap orang dari berbagai aliran. Namun demikian dapat diuraikan beberapa generalisasi yang menggambarkan karateristik utama kegiatan konseling adalah:

a) Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan itu sendiri, yaitu sebagai upaya untuk

3

Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan & Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama 2006) Hal.10

4

Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: Revka Petra Media, 2012), hal. 19.


(42)

33

membantu orang lain agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi fasilitas yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien. b) Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling

terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungna tidak hanya bersifat kognitif dan dangkal, tetapi melibatkan semua unsur kepribadian dari kedua belah pihak yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Dalam proses konseling kedua belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan dalam suasana rahasia. c) Keefektifan konseling sebagian besar juga ditentuka oleh kualitas

hubungan antara konselor dan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konsleing dan kulaitas pribadinnya.

Sedangkan Tawakal ( Bahasa Arab : لك ت ) atau tawakal berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu kondisi. Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakal sebagai berikut.


(43)

34

"Tawakal adalah menyerahkan dan menyadarkan diri kepada Allah setelah melakukan usaha atau ikhtiar serta mengharap pertolongan. Tawakal dalam Islam bukan suatu pelarian bagi orang – orang yang gagal usahannya, atau sebagai pelarian bagi orang yang memang gagal usahannya, tetapi tawakal itu ialah tempat kembalinnya segala usaha. Tawakal bukan menanti nasib sambil berpangku tangan, tetapi berusaha sekuat tenaga dan setelah itu baru berserah diri kepada Allah. Allah lah yang nanti akan menentukan hasilnya.5

Menurut Abu Zakaria Anshari, tawakal adalah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang di serahin urusan tadi. Artinya, ia benar-benar memiliki sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang di manfaatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.6

Tawakal kepada Allah adalah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, bergantung dalam semua keadaan kepada-kepada-Nya, dan yakin bahwa segala kekuatan dan kekuasaan hanyalah milik-Nya. Tawakal merupakan sikap hati, sebagaimana tampak dalam definisi-definisi di atas. Oleh karena itu, tidak ada pertentangan antara tawakal kepada Allah dan antara

5

Mastur, fadli, Tanya Jawab Lengkap Mutiara Ibadah (Jakarta: Ladang Pustaka & Intemedia, 2001), Hal. 33.

6


(44)

35

bekerja serta berusaha. Tempat tawakal adalah hati, sedangkan tempat berusaha dan bekerja adalah badan.7

Tawakal adalah amalan hati, berupa meninggalkan kemauan dan dorongan hawa nafsu disertai dengan penyerahan daya dan kekuatan hanya kepada Allah dengan cara memutuskan ketergantungan hati dengan selain Allah.8 Tawakal adalah usaha maksimal sambil percaya kepada Allah.

Bukan kepasrahan yang bodoh dan bukan malas berpangku tangan.9

Dari kedua definisi di atas di jelaskan bahwa konseling tawakal adalah pemberian bantuan secara langsung melalui proses wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung tatap muka antara konselor dengan klien yang terjadi dalam suasana profesional, yang bertujuan agar klien mampu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah, bergantung dalam semua keadaan kepada-Nya, yakin bahwa segala kekuatan dan kekuasaan hanyalah milik-Nya setelah melakukan ikhtiar dengan maksimal dengan tidak berpangku tangan.

Bahwasannya konseling tawakal pada dasarnya merupakan kemampuan seorang konselor dalam mengarahkan klien untuk memiliki kepercayaan yang utuh kepada Allah Swt. yang terpatri di dalam hati, bersandar kepada Allah, berlapang dada, serta tidak mencemaskan segala

7

Khalid, Syadzi, Yakin Agar Hati Selalu Yakin Dengan Allah (Jakarta: Amzah, 2012 ) Hal. 115.


(45)

36

yang akan terjadi. Konselor juga mampu mensadarkan klien bahwa semua urusan kita di dunia dan di akhirat adalah milik Allah. Dia yang mengurusnya, sehingga tak seorang pun bisa mencegah ketika dia berkehendak untuk memberi. Tak ada pula yang mampu memberi ketika Allah berkehendak untuk menahannya. Kita boleh bimbang dan takut hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain. Tunjukkan kepercayaan kita yang utuh kepada Allah dan bangun kepercayaan itu di atas hati yang bersih. Yakin bahwa Allah Maha pengasih, sehingga kita akan menyadari bahwa anugerah yang kita terima berasal dari pemberiannya, dan musibah yang kita derita terjadi atas izinnya. Fudhail bin iyadh berkata “orang yang bertawakal dan berserah diri kepada Allah takkan pernah menuduh Allah tidak adil. Dirinnya juga tidak akan risau akan di sia – siakan oleh-Nya” begitulah sikap seorang mutawakil.10

b. Tujuan Konseling Tawakal

Tujuan Konseling Tawakal secara umum dan khusus sebenarnya sama antara lain:11

1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan dalam jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan

10

Ibnu Qayyim Aljauziyah dkk, Terapi tawakkal oleh 10 ulama klasik psikologi, (Ahsan Books, 2011) Hal 15

11

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam,(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001) Hal.167.


(46)

37

damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan

mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).

2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

3) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.

5) Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup

dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi

lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan jenis keterampilan yang pada intinya mengajak, membimbing, dan mengarahkan klien kembali kepada fitrah, maka siapa saja yang akan mendalami profesi ini, dia harus memiliki keimanan, kemakrifatan, dan ketauhidan yang


(47)

38

berkualitas. Karena sudah sangat jelas, bahwa profesi konseling adalah usaha sadar untuk memahami kondisi klien baik secara jasmani maupun secara rohani yang kemudian mengantarkan konseli untuk menemukan solusi.12

c. Peran dan Fungsi Konselor Tawakal

Kedudukan konselor dalam proses konseling tawakal berfungsi sebagai pengingat, penolong, penuntut, pendorong, dan pembebas, (dari pengaruh setan). Dalam konseling Islam peran konselor adalah membangun hubungan yang sebaik-baiknya antara klien dengan Allah, antara klien dengan sesama manusia, dan antara klien dengan sesama makhluk Allah. Dalam membangun hubungan itu selalu disesuaikan dengan tuntunan Allah berupa ajaran agama, dan di sesuaikan pula dengan kondisi klien yang dibimbingnya, serta selalu mengharap ridhan-Nya. Dengan tuntunan yang jelas dan pegangan yang kokoh pada ajaran agama, klien tidak mudah terpengaruh oleh setan dan tidak pula mudah goyah dalam menghadapi masalahnya, serta mendapat ketenangan hidup dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan usaha sendiri di bawah bimbingan Allah Swt.

Dalam menjalankan fungsi dan perannya, konselor menggunakan ajaran Islam (Al-Quran dan Al-Hadist) sebagai sumber utamannya,

12

Hamdani, Bakran, Psikoterapi Konseling Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), hal, 23.


(48)

39

sedangkan hasil pemikiran dan penelitian yang dilakukan oleh manusia (yang tidak bertentangan dengan ajaran islam) dijadikan sebagai pendukungan. Motivasi yang mendorong konselor dalam melakukan kegiatannya adalah melaksanakan perintah Allah yang sebagian dari hasil usahannya ditentuka oleh Allah dan usaha klien yang sedang di bimbingnya (bimbingan keimanan, ke islamaman dan keihsanan) sehingga memiliki komitmen terhadap syariatnya menuju tujuan yang diharapkan (kebahagiaan dunia dan akhirat serta ridha Allah Swt).13

d. Syarat Konselor dalam Konseling Tawakal

Syarat menjadi seorang konselor dalam konseling tawakal sama halnya dengan seoarang terapis islam, konseling spiritual pada umumnya. Karena konseling tawakal ini bisa dikatakan sebagai cabang dari konseling spiritual dan terapis Islam:14

1) Aspek Moralitas a) Iktikad (keyakinan)

b) Siddiq (kejujuran dan kebenaran)

c) Amanah

d) Tablig e) Sabar (tabah)

13

Fengki Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012) Hal.170.

14


(49)

40

f) Mendoakan

g) Memelihara pandangan mata

h) Mengunakan kata – kata yang baik dan terpuji 2) Aspek Keilmuan dan Skill

a) Aspek Keilmuan b) Skill

e. Syarat Klien dalam Konseling Tawakal

Individu yang di beri bantuan oleh seorang konselor atas permintaannya sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.15

Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperloah perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinnya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sangat di tentukan oleh pribadi klien itu sendiri.16 Adapun syarat untuk menjadi

klien dalam konseling tawakal sama halnya dengan konseling islam dan terapis Islam pada umumnya:17

1) Klien yang dibantu melalui konseling tawakal adalah klien yang beragama Islam.

15

Sofyan S. Willis, Konseling Teori dan Praktek, (Bandung: Alfaheta, 2010) 111. 16

Imam Sayuti Farid, Pokok–Pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007) Hal.14.

17


(50)

41

2) Klien adalah individu yang sedang mengalami hambatan atau masalah untuk mendapatkan ketentraman serta kebahagiaan hidup.

3) Pada dasarnya setiap klien adalah baik, karena Allah SWT. Telah membekali setiap individu dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk tunduk pada aturan dan petunjuk Allah yang Maha Esa.

f. Hikmah Konseling Tawakal

Di dalam Al-Quran sudah dijelaskan hikmah seseorang yang menanamkan rasa tawakkal dalam dirinnya untuk menjalani kehidupan di dunia, dalam proses konseling seorang konselor yang menjadi fasilitator klien yang hadapi dalam menyelesaikan pekerjaan, khususnya seorang konselor konseling tawakal, sangat penting memberi pengetahuan tentang hikmah tawakal kepada klien: diantaranya hikmah tawakal adalah:18

1)

Ketenangan jiwa dan ketentraman hati 27:79

ني مل قحل ىلع ك إ ّۖ ىلع لك تف

٧٩

Sebab itu bertakawakalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata.

2) Allah akan mencukupi semua urusan orang yang bertawakal kepadannya QS. 65:3

18


(51)

42

غلب ّ إ ۚ سح ف ّ ىلع لك تي نم ۚبستحي َ ثيح نم ق ري

ّ لعج دق ۚ رمأ

اردق ءيش لكل

٣

Artinya:Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya

Allah akan mencukupkan (keperluan). Sesungguhnya Allah

melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

3) Melahirkan kesabaran dan ketabahan QS. 16:41-42 dan QS.29: 58-59

رجَ ۖ سح اي دل يف م ئ ل ا ملظ ام دعب نم ّ يف ا رجا ني ل

ملعي ا اك ل ۚر كأ رخ َ

لك تي م بر ىلع ا ر ص ني ل

Artinya: Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Yaitu yang bersabar dan bertawakal kepada tuhanya

4) Tawakal kepada Allah akan membukakan pintu rizki QS: 65: 3-4.

غلب ّ إ ۚ سح ف ّ ىلع لك تي نم ۚبستحي َ ثيح نم ق ري

اردق ءيش لكل ّ لعج دق ۚ رمأ

٣

مل ي ـ ل ر شأ ثلث ن تدعف مت تر إ مكئ اس نم ضيحمل نم نس ي ي ـ ل

ۚنضحي

Artinya: Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya

Allah mencukupkan (keperluanya). Sesungguhnya Allah

melaksanakan urusan yang dikehendakinya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.


(52)

43

Beberapa hikmah tawakal sudah dipaparkan di atas, sudah sangat jelas janji – janji Allah dalam kita suci Al – Quran terhadap orang – orang yang telah mengaktualisasikan tawakal dalam dirinya.

Proses konseling akan lebih efektis lagi apabila memberikan pengetahuan kepada seorang klien tentang hikmahnya menjalankan tawakal, khususnya bagi seorang klien yang sedang mengalami penyakit gagal ginjal dimana realita yang ada bahwasanya penyakit ini tidak bisa disembuhkan dan hidup lebih lama lagi, karena dengan memberi pengetahuan kepada klien memungkinkan membuat peluang besar kepada dari klien untuk mempermudah menerima penyakit yang telah diberikan oleh Allah sehingga dirinnya mampu lebih memiliki motivasi hidup yang baik dalam menjalani kehidupannya.

g. Langkah-Langkah Konseling Tawakal

Langkah-langkah dalam konseling tawakal sama halnya yang digunakan pada konseling umumnya, menurut Williamson langkah-langkah konseling diantaranya:19

1) Identifikasi

Identifikasi kasus yaitu langkah yang dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi konseli beserta

19


(53)

44

gejala-gejala yang tampak secara langsung maupun tidak tampak memerlukan pengukuran lebih dalam untuk mengungkapkanya. 2) Diagnosis

Merupakan langkah pengambilan atau penetapan kesimpulan atas dasar analisis dan sintesis di atas. Kesimpulan disini maksudnya kesimpulan mengenai penyebab munculnya masalah yang diderita klien. Diagnosis dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengerti masalah klien secara mendalam yang meliputi: a) Sebab-sebab musabab dan asal mulannya masalah itu timbul b) Perkembangan masalah sejak timbul sampai saat ini

(terjadinnya proses konseling)

c) Keluhan-keluhan yang spesifik yang dirasakan klien

d) Frekuensi keluhan yakni bertambah berat, atau berkurang keluhan yang dirasakan

e) Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi bertambahnya klien.

Secara garis besar diaagnosis diklasifikasikan menjaddi dua yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis untuk mengklasifikasi masalah.


(54)

45

3) Langkah Prognosis

Merupakan langkah penentuan kegiatan, program-program, tindakan-tindakan yang mesti dilakukan oleh klien sehubungan dengan masalah dan faktor penyebanya.

4)Treatment

Merupakan langkah pelaksanaan pemberian bantuan

berdasarkan hasil prognosis diatas. Treatmen merupakan pelaksanaan terapi terpilih dari berbagai alternatif yang diajukan dan ditawarkan. Pelaksanan terapi ini berkaitan dengan teknik yang sesuai (cocok) harus melihat masalahnya, keadaan kliennya, kecenderungan konselornya, situasi lingkungannya dan juga faktor internal klien. Tenknik yang akan di pakai adalah konseling tawakal untuk mengubah fikiran dan tingkahlaku. Hal ini dilakukan dengan Mengetahui Allah Swt:20

Dengan mengetahui sifat-sifatnya seperti bahwa Allah itu maha kuasa, maha mencukupi, maha mengetahui, maha berkehendak atas semua perkara, serta maha perkasa. Di sini seorang konselor membantu klien untuk mengarahkan dirinya lebih dekat lagi dengan Allah.

20


(55)

46

Selanjutnya yaitu konselor membantu klien agar dirinya mampu menyadarkan hati kepada Allah dan merasakan nyaman bergantung kepada- Nya. Singkirkan ketergantungan kepada sebab, lalu menentramkan hati dengan bersandar kepada Allah.

Kemudian mengarahkan klien agar dirinya mampu berfikir Berbaik sangka kepada Allah, karena semakin seseorang berbaik sangka kepada Allah, semakin sempurna tawakal seseorang. Berbaik sangkalah sehingga nanti membuat diri kita bertawakal. Jadi tidak akan ada tawakal jika seseorang selalu berburuk sangka kepada- Nya.

Setelah itu konselor membantu klien agar dia memasrah kehidupannya (menyerahkan hati kepada Allah). Inilah ruh dan hakikat tawakkal. Serahkan dan pasrahkan semua urusan kepada Allah Swt. sambil memohon dan berusaha, tanpa merasa dipaksa dan terpaksa.

Sebagai penguatan konselor memberikan video motivasi yang nantinya menceritakan tentang seseorang yang sama-sama memiliki penyakit gagal ginjal. Orang tersebut bisa menerima kenyataan dan memiliki semangat yang besar dalam menjalani kehidupan. Setelah klien menonton video, konselor menjelaskan makna dari cerita dalam video tersebut.


(56)

47

5)Evaluasi dan Follow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk mengatakan sejauh mana langkah konseling yang telah dilakukan mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka wkatu yang lebih jauh.21

2. Motivasi Hidup

a. Pengertian Motivasi

Secara etimologis motif atau dalam bahasa inggris motive, berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak, jadi istilah motif erat berkaitan dengan gerak yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku.

Selain motif dalam psikologi di kenal dengan istilah motivasi. Sebenarnya, motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada se luruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong diri sendiri, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer bahwa motivasi adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang

21


(57)

48

baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.22

Sedangkan menurut beberapa ahli mendefinisaikan bahwa motivasi adalah:23

Morgan (Soemanto, 1987) mengemukakakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal, yakni keadaan yang mendorong tingkah laku

(motivating state), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut

(motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goals or ends

of such behavior).

(Purwanto, 2002:71 ) Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

motivasi addalah dorongan dari dalam diri seseorang baik sadar maupun tidak sadar untuk melakukan perbuatan sehingga tercapai suatu tujuan yang di inginkan.24

Dapat disimpulkan dari beberapa devinisi motivasi hidup, maka dalam penelitian ini menjelaskan bahwa motivasi hidup adalah dorongan yang

22

Kamus Besar bahasa Indonesia. 23

Mohamad Thohir, Pemahaman Individu, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press Anggota IKPI) Hal 96-97.

24

Prof.Dr.Dzakir. Dasar-Dasar Psikologi. (Yogyakarta: Pustaka: Pusataka Pelajar, 1993) Hal. 102.


(58)

49

ada dalam diri seseorang untuk dapat menerima kondisi sakit yang sedang diderita sehingga dapat bersemangat dalam menjalami kehidupan

Menurut Sardiman (2001:74), dalam motivasi terkandung tiga unsur penting yaitu:

a) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system neurophysiological yang ada pada organisme manusia.25

b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) atau afeksi seseorang. Motivasi dalam hal ini relevan dengan persoaln – persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.

b. Macam-Macam Motivasi

1) Motivasi Intrinsik

Menurut beberapa ahli mendefinisikan bahwa motivasi intrinsik adalah:26 Menurut Campbell dan Campbell (1996), motivasi intrinsik

adalah penghargaan internal yang dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas. Ryan (1987) menyatakan bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu

25

Kartini, Kartono, Psikologi Umum. Hal.108. 26


(59)

50

bentuk motivasi yang memiliki kekuatan besar yang mana seseorang merasa nyaman dan senang dalam melakukan tugas yang yang disesuaikan dengan nilai tugas. Elliot dkk. (2000) mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai sesuatu dorongan yang yang ada di dalam diri individu yang mana individu tersebut merasa senang dan gembira setelah melakukan serangkain tugas. Contohnya ketika klien yang mengalami penyakit gagal, dirinya mempunyai keinginan sembuh dan akhirnya memutuskan dirinya untuk melakukan pengobtan hemodialisa, rasa senangnya seketika yaitu ketika penyakit yang dialami sedikit tidak menyiksa dirinya.

2) Motivasi Ektrinsik

Motivasi ektrinsik adalah motivasi yang berasal dari rangsangan lingkungan di luar diri seseorang. Bagi seseorang yang memiliki motivasi ekternal masih memberi pengaruh besar dalam mengarahkan tindakannya, penghargaan dari orang lain atau ketakutan merupakan beberapa faktor eksternal yang dapat menumbuhkan motivasi.27 Faktor lingkungan dapat

pula berperan sebagai bagian yang mempengaruhi motivasi seseorang.28

Contohnya adalah ketika klien yang memiliki penyakit gagal ginjal dirinnya seakan –akan hidupnya sudah berguna lagi dan motivasi dalam hidupnya rendah namun di karenakan saudara terdekat selalu memberikan dorongan kepada klien dan keadaan mengharuskan dirinnya harus terus

27

Iwan Setiawan, Kitab Motivasi: inspirasi Dalam Merai Sukses Sejati, (Bandung: Nuansa Cendekia) Hal.164.

28


(60)

51

berjuang, sehingga membuatn klien akan melakukan yang seharusnya dilakukan namun ketika dorongan – dorongan dari luar tidak ada maka yang terjadi adalah klien akan memiliki motivasi yang rendah dalam hidupnya.

c. Motivasi kebutuhan

Abraham Maslow menggolongkan kebutuhan manusia pada lima tingkatan kebutuhan (five hierarchy of needs). Kelima tingkat kebutuhan itu adalah:29

1) Kebutuhan – kebutuhan yang bersifat fisiologis

Kebutuhan fisioligis adalah kebutuhan yang harus di penuhi manusia untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Seperti halnya kebutuhan makan, minum, tempat be rteduh, seks, tidur dan oksigen. Dari beberapa contoh kebutuhan fisiolgis manusia, kebutuhan yang wajib di lakukan dan di penuhi sebelum kebutuhan fisiologis lainya adalah makanan terlebih dahulu, karena seseorang yang berada dalam keadaan lapar dirinya tidak ada minat lain kecuali pada makanan.

2) Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan rasa aman ini mengarah pada dua bentuk kebutuhan akan rasa aman: kebutuhan rasa aman ini muncul ketika kebutuhan

kebutuhan psikologis sudah terpenuhi. Meliputi kebutuhan

perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut, dan


(61)

52

kecemasan.kebutuhan aman ini sudah di rasakan manusia sejak individu masih kecil ketika individu mengeksplorasi lingkungannnya. Dan kebutuhan rasa aman ini hanya di puaskan pada orang – orang dewasa yang normal, sehat.

3) Kebutuhan cinta dimiliki dan memiliki

Seseorang butuh dicintai dan pada gilirannya butuh menyatakan cintannya. Cinta yang dimaksut adalah rasa sayang dan terikat (to belong). Kebutuhan akan cinta dan rasa saling menyayangi dan rasa diri terikat antara orang yang satu dan lainnya sangat dibutuhkan oleh seseorang dalam menjalani kehidupan yang normal, terlebih lagi terhadap klien yang memiliki penyakit gagal ginjal, dirinnya membutuhkan dorongan, kasih sayang yang penih dari keluarga terdekat, seperti: kakak perempuan klien, adik laki-laki klien. Ketika kebutuhan ini dirasa klien sudah tercukupi maka klien akan merasakan diterima keadaanya.

4) Kebutuhan penghargaan

Kebutuhan perhargaan ini bukan saja perhatian dan pengakuan dari kelompoknya, melainkan juga kehormatan dan status yang memerlukan standar moral, sosial dan agama.

5) Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan ini muncul apabila kebutuhan lainnya sudah terpenuhi. Karena kebutuhan aktualisasi diri, sebagaimana kebutuhan lainnya,


(62)

53

menjadi semakin penting, jebis kebutuhan tersebut menjadi aspek yang sangat penting dalam perilaku manusia.

Kebutuhan aktualisasi diri berbeda pada setiap orang, artinya aktualisasi diri antara orang yang satu berbeda dengan orang lain. Selain itu aktualisasi diri juga tidak melibatkan bakat istimewa atau kegiata–kegiatan yang artistik atau kreatif. Karena orang yang melakukan aktualisasi diri di motivasi oleh meta kebutuhan, yang dimana seseorang kecenderungan memiliki aktualisasi diri yang unik dan ditunjukkan untuk meningkatka pengalaman pada pertumbuhan dalam diri.

d. Teknik-Teknik Motivasi

Bagaimana memotivasi orang lain merupakan masalah yang penting untuk dibicarakan. Beberapa cara itu yaitu:

1) Memotivasi dengan kekerasan motivating by force.

Suatu ketika seorang pemimpin akan melakukan cara ini agar anak buahnya melakukan apa yang harus dilakukan. Di dalam angkatan bersenjata seorang pemimpin akan mengancam para serdadu dengan suatu hukuman, jika mereka tidak atau kurang disiplin. Demikianlah cara-cara ini digunakan tetapi biasanya menimbulkan perasaan tidak senang bagi subjek yang terkena. Di dalam masyarakat yang demokratis cara yang semacam ini kurang begitu tepat, sebab orang akan memiliki sifat terkegantungan yang besar. Dan kurang mampu menurunkan kesadaran.


(63)

54

2) Motivasi dengan bujukan motivating by enticement

Cara yang kedua ini berupa memberikan bujukan atau memberikan suatu hadiah, bila orang lain itu mengerjakan sesuatu. Bujukan atau hadiah itu dapat berupa: untuk buruh atau pekerja akan diberi tambahan upah dan untuk para pelajar akan memperoleh nilai baik. Cara ini mungkin akan berhasil seperti halnya dengan cara yang pertama. Maka cara yang kedua ini juga menimbulkan sifat ketergantungan. Para buruh tergantung pada majikannya, murid pada gurunya.

3) Memotivasi dengan identifikasi motivating by identivication or ego-

Involvement.

Ini merupakan cara yang terbaik untuk memotivasi orang lain. Dalam hal ini mereka berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk mencapai tujuan terte. ntu. Ada keinginan dari dalam. Contohnya adalah Seorang pasien gagal ginjal berobat bukan karena bujukan dokter, tetapi pasien berobat karena mereka ingin rasa sakit yang dirasakan sedikit lebih berkurang. 30

4) Motivasi Keagamaan

Achmad Mubarok mengatakan ketika manusia melakukan perbuatan, disadari atau tidak, sebenarnya ia digerakkan suatu sistem di dalam dirinya yang disebut sebagai system nafs. dikutip dari bukunya Faizah dan H.Lalu Muchsin Effendi. Sistem nafs, di samping mampu memahami dan

30


(64)

55

merasa, juga mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan.

Secara khusus Al-Quran mengisyaratkan tentang berbagai dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan tingkah laku manusia. dorongan tersebut masih bersumber pada system nafs manusia. Dorongan-dorongan itu meliputi Dorongan-dorongan fisiologis dan psikologis.31

Dalam Psikologi Islam, pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar, kehidupan manusia terbagi atas tiga tahap :

Pertama, tahapan pra kehidupan dunia, yang disebut alam perjanjian atau alam alastu. Pada alam ini terdapat rencana dan design Tuhan yang memotivasi kehidupan manusia di dunia. Isi motivasi hidup yang dimaksud adalah amanah yang berkenaan dengan tugas dan peran kehidupan manusia didunia. Kedua, tahapan kehidupan di dunia untuk aktualisasi atau realisasi diri terhadap amanah yang telah diberikan pada alam pra kehidupan. Pada alam ini, realisasi atau aktualisasi diri manusia termotivasi oleh pemenuhan amanah. Ketiga, tahapan alam pasca kehidupan dunia, yang disebut dengan hari penghabisan (yaum al-akhirah)

31


(65)

56

atau hari pembalasan (yawm al-din) atau hari penegakan keadilan (yaum

al-qiyamah).32

Dalam hubungan ini dalam proses konseling di mana konselor saat melakukan proses konseling tawakal akan menjadi faktor pemberi rangsangan ketika proses konseling, dan menjadi fasilitator kepada yang positif dengan memberikan motivasi kepada klien yang sedang mengalami peurunan motivasi hidup akibat penyakit gagal ginjal yang dialami.

Pemberian motivasi oleh seorang konselor dalam proses konseling tawakal harus mengerti bahwa motif ini muncul sebagai latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya dorongan kebutuhan yang muncul setiap saat.

Maka tugas dan tanggung jawab konselor sebagai motivator adalah: a) Mampu memberikan motivasi dan dorongan-dorongan kepada sasaran

untuk bertingkah laku motivatif (beramal soleh).

b) Senantiasa memahami tiga faktor dasar yang membentuk suatu lingkaran motivasi yaitu: kebutuhan, tingkah laku dan tujuan.

e. Fungsi Motivasi

Dalam kehidupan seseorang yang normal, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

32

Abdul Mujib dan JusufMudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta:PT RajagrafindoPersada. 2001), hal 247-248.


(1)

111

perkataan klien “ini ketentuan dari Allah ngapain saya keluhin terus dan jengel, lagian mengeluh dan jengkel hanya merugikan diri saya, sudah fisik

sakit, masak hati dibikin sakit juga”.

B.Saran

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil dari penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi konselor

Pelaksanaan konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal di karang rejo sawah gang 10 no 19 Surabaya, hendaknya dipertahankan dan alangkah baiknya jika konselor lebih banyak menambah ilmu pengetahuan dengan banyak membaca buku sehingga dalam melakukan proses konseling mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

2. Bagi klien

Membiasakan diri untuk selalu berikhtiyar dan mengaplikasikan tawakal dalam kehidupannya. Agar dalam menjalani kehidupannya lebih baik lagi dan mampu mempunyai motivasi hidup yang baik meskipun


(2)

112

ketentuan yang diberikan Allah dalam hidupnya kurang membahagiakan dalam hidupnya.

3. Bagi pembaca

Jadikanlah konseling tawakal untuk meningkatkan motivasi hidup pasien gagal ginjal ini sebagai proses belajar dalam menambah keilmuan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aljauziyah Ibnu Qayyim. 2011. Terapi tawakkal oleh 10 ulama klasik psikologi. Jakarta: Ahsan Books.

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aswadi. 2009. Iyadah dan Ta’ziyah. Surabaya: Dakwah Digital Press.

Bakran, Adz-Dzaky, Hamdani. 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Baredero Marry. 2005. Klien ganguan gagal ginjal. Jakarta: penerbit buku kedokteran.

Booere, george. 2006. Dasar-Dasar Psikologi Sosial. Yogyakarta:prismasophie.

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penenlitian Sosial: Format – format Kuantitatif

Dan Kualitatif , Surabaya: Universitas Airlangga.

Erman, Prayetno.1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Renika Cipta.

Fadli, Mastur. 2001. Tanya Jawab Lengkap Mutiara Ibadah. Jakarta: Ladang Pustaka & Intemedia.

Fadli, Mastur. 2001. Tanya Jawab Lengkap Mutiara Ibadah.. Jakarta: Ladang Pustaka & Intemedia.

Faizah dkk. 2006. Psikologi Dakwah. Jakarta: KencanaPrenada media group.

Faizah, 2012. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.

Gerungan, 2002. Psikologi Sosial. Bandung :Refika Adita.

Gerungan. 2002. Psikologi Sosisal . Bandung: Revika Aditama.

Gufron, Nur. Rinaswita Rini. Teori – Teori Psikologi. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Hadibroto, Syamsir. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utamahal.


(4)

Hakim, Lukman. 2015. Pasrah Sebagai Konseling Sufistik. (Makalah, Fakultas UshuluddinUniversitas Islam Negeri WalisongoSemarang).

Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Algendo.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu – Ilmu

Sosial, Jakarta Selatan: Salemba Humanika.

Hikmawati Fengki. 2012. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Juntika, Achmad Nurihsan. 2006. Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

Jusuf, Mudzakir. Abdul Mujib. 2001 . Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta:PT RajagrafindoPersada.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Moleong, Lexy. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad. Ali. 1985,Penelitian Pendidikan, Prosedur, dan Teknologi. Bandung: Angkasa.

Munir amin,Samsul. 2010. Bimbingan dan konseling islam. Jakarta: Amzah.

Nahuha, A.Chozin. 1986. Wasiat Taqwa. Jakarta: P4T. Bulan Bintang.

Nahuha, A.Chozin. 1986. Wasiat Taqwa. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Nasir, Muhammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Norma Permata Ahmad. 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Papalia, Diane. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Ke

Sembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.


(5)

Prasetyo Dwi Sunar. 2013. Daftar Tanda – Tanda & Gejala Ragam Penyakit. Jogjakrata: Flash Book.

Press Anggota IKPI. Prof.Dr.Dzakir. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka: Pusataka Pelajar, 1993.

S. Willis, Sofyan.2010. Konseling Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Santoso, Agus dkk. Terapi Islam. Surabaya: IAIN PRESS.

Santoso, Djoko. 2011. 60 Menit Menuju Gagal Ginjal Sehat. Surabaya: Jaring Pena.

Sari, Ika. 2011. Mengkaji Tawakal Dalam Prepektif Al-Quran dan Al-Hadist. skripsi-UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sayuti, Farid Imam. 20 07. Pokok–Pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai

Teknik Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang.

Setiawan Iwan. 2011. Kitab Motivasi: inspirasi Dalam Merai Sukses Sejati. Bandung: Nuansa Cendekia.

Siradj Sjahudi, 2012. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Revka Petra Media.

Siradj, Shahudi. 2012. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Revka Petra Media.

Sobur, Alex. 2011. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Suddarthi, Brunner. 2000. Keperawatan medikal bedah buku saku. Jakarta: Baughman diane. C.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. AlFABETA.

Sulistyarini. Jauhar. 2014. Dasar-Dasar konseling. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Supriyanto. 2010. Tawakal Bukan Pasrah. Qultum Media.

Syadzi, Khalid. 2012. Yakin Agar Hati Selalu Yakin Dengan Allah. Jakarta: Amzah.

Syadzi, Khalid. 2012. Yakin Agar Hati Selalu Yakin Dengan Allah. Jakarta: Amzah.


(6)

Thohir Mohamad. 2014. Pemahaman Individu. Surabaya: UIN Sunan Ampel

Tilong Adi D. 2014. Waspada!!!, Penyakit – Penyakit Mematikan Tanpa Gejala

Menyolok. Jogjakarta: Buku Biru.