Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

(1)

PENGARUH DEPRESI TERHADAP KUALITAS HIDUP

PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI

HEMODIALISIS

Oleh :

KHARISMA PRASETYA A.

070100083

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGARUH DEPRESI TERHADAP KUALITAS HIDUP

PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI

HEMODIALISIS

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

Kharisma Prasetya A.

070100083

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis

Nama : Kharisma Prasetya A. NIM : 070100083

Pembimbing Penguji

(dr. Vita Camelia, Sp.KJ) (dr. Mistar Ritonga, Sp.F) NIP: 197804042005012002 NIP: 195204081989031001

(dr. Evo Elidar, Sp.Rad)

NIP: 196309271990102002

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik, termasuk dengan Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Depresi diduga dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup yang rendah dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain potong lintang. Populasi adalah seluruh pasien PGK yang menjalani hemodialisis di unit HD RSUP H. Adam Malik Medan yang berumur di bawah 60 tahun, telah menjalani hemodialisis lebih dari tiga bulan, dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. Sampel diperoleh dengan cara consecutive sampling hingga total 37 sampel terpenuhi. Data status depresi pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory – II (BDI-II) dan data akan kualitas hidup pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life –

Short Form (KDQOL-SF).

Sampel terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%). Pada hasil penelitian ditemukan proporsi pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi adalah sebesar 64,8% dengan rincian depresi ringan sebesar 21,6%, depresi sedang 27,0%, dan depresi berat 16,2%. Rata-rata skor BDI-II pasien adalah 19,3 (SD=10,7). Skor tingkat kesehatan secara umum KDQOL-SF rata-rata pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan adalah 56,46 (SD 11,19). Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis (p <0,0001).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Nilai kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi menurun secara signifikan. Untuk itu, intervensi yang dibutuhkan tidak hanya intervensi medis fisik, tetapi juga dibutuhkan intervensi psikiatri untuk lebih meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien PGK tersebut.


(5)

ABSTRACT

Depression is highly associated with many chronic diseases, including Chronic Kidney Disease (CKD). Clinician assumed that depression linked with low quality of life. Low quality of life will raise the number of these patients morbidity and mortality.

This study was conducted to know the effect of depression to quality of life of CKD patients. This study is an analytic survey with cross sectional design.The population is all CKD patients on hemodialysis treatment who are less than 60 year-old of age and more than three months on hemodialysis treatment. 37 samples taken using consecutive sampling method were interviewed using Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to assessed their depression status and using Kidney Disease Quality of Life-Short Form (KDQOL-SF) to assessed their quality of life.

Samples consist of 23 male (62.2%) and 14 female (37.8%). The result showed that the proporsion of depression among patients with CKD on hemodialysis treatment was 64.8%. Mild depression was detected in 21.6% of patients, moderate depression in 27.0%, and severe depression in 16.2% of patients. The mean of the BDI-II score is 19.3 (SD 10.7).The mean of overall health rating KDQOL-SF score is 56.46 (SD 11.9). Chi-Square results showed that depression influenced the quality of life.

From the study can be concluded that depression influenced the quality of life of CKD patients who undergo hemodialysis. Most of the quality of life components of depressed patients are lower than those of non-depressed patients. Therefore, there will be some needs of not only physical medical intervention, but also psychiatry intervention.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Dosen - dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas (IKM / IKK ) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Vita Camelia, Sp.KJ selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan

4. Dr. Mistar Ritonga, Sp.F selaku dosen penguji I serta dr. Evo Elidar, Sp.Rad selaku dosen penguji II yang telah bersedia menguji, memberikan masukan, dan saran kepada penulis

5. Alm. dr. Tunggul Sukendar, Sp.PD-KGH dan dr. Erlida Hanum selaku orang tua penulis dan Karina Dwi Swastika selaku saudara kandung penulis yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

6. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini

7. Bidang Penelitian dan Pengembangan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin melakukan penelitian 8. Ibu Hj. Suriati, Skep.Ners. dan Kak Sari Ramadhani, serta seluruh staf


(7)

atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam pengumpulan data penelitian ini

9. Teman – teman seperjuangan penulis Meisyaroh Tiurma Anggraini Saragih, Verany Harahap, dan Nelda Nilam Sari, serta teman – teman yang selalu mendukung penuh dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini Widodo Adi Prasetyo, Michael Rulando, Benny Harmoko, Vitri Alya, Dewi Sartika, dan Ayu Sasmita Daulay

10.Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran USU yang telah membantu selama perkuliahan

Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Medan, 15 Desember 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ………... i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

ABSTRAK ……….... iii

ABSTRACT ………... iv

KATA PENGANTAR ………... v

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ……….... xi

DAFTAR SINGKATAN………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 3

1.3. Tujuan Penelitian ………... 3

1.3.1. Tujuan Umum ………... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ………... 3

1.4. Manfaat Penelitian ………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………... 5

2.1. Penyakit Ginjal Kronik (PGK)...………... 5

2.1.1. Etiologi...………... 5

. 2.1.2. Patogenesis dan Patofisiologi...………... 7

2.1.3. Gambaran Klinik Penyakit Ginjal Kronik..…... 7

2.1.4. Hemodialisis... 10

2.2. Depresi ………... 10

2.2.1. Depresi dan Penyakit Kronik... 12

2.2.2. Depresi, PGK, dan Dialisis... 13


(9)

2.2.2.2 Etiologi... 14

2.2.2.3 Komorbiditas dan Komortalitas... 14

2.2.3. Kualitas Hidup... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL … 17 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………... 17

3.2. Definisi Operasional ………... 17

3.2.1 Variabel Independen: Depresi... 17

3.2.2 Variabel Dependen: Kualitas Hidup... 18

3.3. Hipotesis... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ………... 21

4.1 Jenis Penelitian ………... 21

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ………... 21

4.3 Populasi dan Sampel ………... 21

4.3.1. Populasi ………... 21

4.3.2. Kriteria Inklusi... 21

4.3.3. Kriteria Eksklusi... 21

4.3.4. Besar Sampel... 22

4.4 Teknik Pengumpulan Data ………... 22

4.4.1. Teknik Pengumpulan... 22

4.4.2. Validitas Kuesioner... 23

4.5 Pengolahan dan Analisis Data... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... 24

5.1 Hasil Penelitian... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 24

5.1.2. Karakteristik Sosio-Demografis... 24


(10)

5.1.4. Gambaran Derajat Kualitas Hidup... 26

5.1.5. Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup... 28

5.2 Pembahasan... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 33

DAFTAR PUSTAKA ……….. 34


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Derajat Penurunan LFG ... 5

2.2 Prevalensi Depresi pada Populasi Penyakit Kronik ... 12

2.3 Prevalensi Depresi pada Pasien PGK yang Menjalani Dialisis ... 13

3.1 Langkah 1 – Konversi Nilai Poin Pertanyaan KDQOL-SF ... 19

3.2 Langkah 2 – Rata-Ratakan Nilai untuk Membentuk Skala ... 20

5.1 Karakteristik Sosio-Demografis Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan... 24

5.2 Gambaran Proporsi Depresi Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan... 26

5.3 Gambaran Derajat Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan... 26

5.4 Gambaran Proporsi Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan... 27

5.5 Tabulasi Silang Parameter Kualitas Hidup dan Status Depresi... 28

5.6 Uji Chi-Square: Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien PGK yang Menjalani Hemodialisis... 29


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman


(13)

DAFTAR SINGKATAN

BDI : Beck Depression Inventory

COP : Cardiac Output Pressure

DSM IV : Diagnostic and Statistical Mannual of Mental Disorder IV

HADS : Hospital Anxiety and Depression Scale

HD : Hemodialisis

KDQOL-SF : Kidney Disease Quality of Life – Short Form

LFG : Laju Filtrasi Glomerulus NKF : National Kidney Foundation

NKF-DOQI : National Kidney Foundation's Dialysis Outcomes Quality Initiative

PD/DP : Dialisis Peritoneal PGK : Penyakit Ginjal Kronik PJK : Penyakit Jantung Koroner

RS PGI : Rumah Sakit Persatuan Gereja Indonesia RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

USRDS : United States Renal Data System

VCES : Volume Cairan Ekstraseluler VP : Volume Plasma


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian Lampiran 3 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 4 Data Subjek Penelitian

Lampiran 5 Beck Depression Inventory-II (BDI-II)

Lampiran 6 Kidney Disease Quality of Life – Short Form (KDQOL-SF) Lampiran 7 Data Induk Penelitian

Lampiran 8 Output Komputerisasi Penelitian Lampiran 9 Surat Izin Penelitian

Lampiran 10 Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Penelitian Bidang Kesehatan Lampiran 11 Validity of Content Kuesioner Penelitian


(15)

ABSTRAK

Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik, termasuk dengan Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Depresi diduga dapat memengaruhi kualitas hidup pasien. Kualitas hidup yang rendah dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain potong lintang. Populasi adalah seluruh pasien PGK yang menjalani hemodialisis di unit HD RSUP H. Adam Malik Medan yang berumur di bawah 60 tahun, telah menjalani hemodialisis lebih dari tiga bulan, dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian. Sampel diperoleh dengan cara consecutive sampling hingga total 37 sampel terpenuhi. Data status depresi pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory – II (BDI-II) dan data akan kualitas hidup pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life –

Short Form (KDQOL-SF).

Sampel terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%). Pada hasil penelitian ditemukan proporsi pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi adalah sebesar 64,8% dengan rincian depresi ringan sebesar 21,6%, depresi sedang 27,0%, dan depresi berat 16,2%. Rata-rata skor BDI-II pasien adalah 19,3 (SD=10,7). Skor tingkat kesehatan secara umum KDQOL-SF rata-rata pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan adalah 56,46 (SD 11,19). Hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis (p <0,0001).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Nilai kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi menurun secara signifikan. Untuk itu, intervensi yang dibutuhkan tidak hanya intervensi medis fisik, tetapi juga dibutuhkan intervensi psikiatri untuk lebih meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien PGK tersebut.


(16)

ABSTRACT

Depression is highly associated with many chronic diseases, including Chronic Kidney Disease (CKD). Clinician assumed that depression linked with low quality of life. Low quality of life will raise the number of these patients morbidity and mortality.

This study was conducted to know the effect of depression to quality of life of CKD patients. This study is an analytic survey with cross sectional design.The population is all CKD patients on hemodialysis treatment who are less than 60 year-old of age and more than three months on hemodialysis treatment. 37 samples taken using consecutive sampling method were interviewed using Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to assessed their depression status and using Kidney Disease Quality of Life-Short Form (KDQOL-SF) to assessed their quality of life.

Samples consist of 23 male (62.2%) and 14 female (37.8%). The result showed that the proporsion of depression among patients with CKD on hemodialysis treatment was 64.8%. Mild depression was detected in 21.6% of patients, moderate depression in 27.0%, and severe depression in 16.2% of patients. The mean of the BDI-II score is 19.3 (SD 10.7).The mean of overall health rating KDQOL-SF score is 56.46 (SD 11.9). Chi-Square results showed that depression influenced the quality of life.

From the study can be concluded that depression influenced the quality of life of CKD patients who undergo hemodialysis. Most of the quality of life components of depressed patients are lower than those of non-depressed patients. Therefore, there will be some needs of not only physical medical intervention, but also psychiatry intervention.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional yang dimanifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik atau kelainan pada pemeriksaan radiologi atau adanya penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan (Bakri, 2005).

PGK kini telah menjadi persoalan kesehatan serius masyarakat di dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GBD), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sekitar 850.000 orang setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Saat ini terdapat satu juta penduduk dunia yang sedang menjalani terapi pengganti ginjal (dialisis) dan angka ini terus bertambah sehingga diperkirakan pada 2010 terdapat dua juta orang yang menjalani dialisis.

Harapan hidup pasien dengan penyakit ginjal kronik meningkat pada dekade terakhir dengan adanya peningkatan teknik dialisis. Namun demikian, ternyata dialisis tidak sepenuhnya mengembalikan kualitas hidup penderita seperti semula. Walaupun dialisis berkala mencegah kematian akibat uremia, rendahnya harapan hidup pasien masih menjadi suatu permasalahan. Saat terapi pengganti ginjal sudah dimulai, rentang harapan hidup pasien yang dilaporkan adalah sekitar 8 tahun (tergantung ras) untuk pasien dialisis berumur 40 sampai 44, dan sekitar 4,5 tahun untuk pasien yang berumur 60 sampai 64 tahun. Angka ini hanya sedikit lebih baik dari angka kematian akibat kanker paru dan jauh lebih buruk dibanding populasi umum yang memiliki harapan hidup 30 sampai 40 tahun untuk umur 40 sampai 44, dan 17 sampai 22 tahun untuk umur 60 sampai 64. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terapi pengganti ginjal sendiri belum dapat disetarakan dengan fungsi ginjal sehat (United States Renal Data System, 2009 dalam Mailloux dan Henrich, 2009).


(18)

Penurunan kualitas hidup terlihat jelas pada kelompok pasien yang telah menjalani hemodialisis dalam waktu yang lama. Kelompok pasien ini mengeluhkan banyak permasalahan yang terkait dengan kesempatan beraktivitas, beban biaya yang dikeluarkan, beban pembatasan konsumsi cairan, dan bahkan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Ginieri-Coccosis et al, 2008).

Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik (Kilzieh et al, 2008). Depresi pada pasien dialisis dapat mempengaruhi mortalitas terlepas dari keteraturannya menjalani dialisis itu sendiri. Angka rawat inap pada pasien PGK dengan gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5 – 3,0 kali dibandingkan dengan pasien penyakit kronik lainnya dan juga dikatakan bahwa depresi merupakan faktor resiko independen terhadap angka kematian pada pasien ini (National Kidney Foundation, 2002). Prevalensi pasti akan depresi pada pasien dialisis masih belum jelas. Angka depresi ini berkisar antara 10% - 66%. Deviasi yang besar ini diduga akibat perbedaan kriteria yang digunakan untuk mengakses gangguan depresif tersebut (Schmidt et al, 2009). Penelitian Kimmel (2001) mendapati prevalensi depresi dengan skor BDI > 10 mencapai 46,4%. Wilson dan Martin menggunakan skoring yang berbeda untuk mengakses depresi pada pasien HD, yaitu berturut-turut BDI dan HADS. Hasilnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, yaitu 38,7% (BDI) dan 71,4% (HADS) (Wilson et al, 2006 dan Martin et al, 2004 dalam Chilcot et al, 2008). Walaupun terdapat perbedaan dalam angka kejadian depresi ini, namun angka ini masih menggambarkan bahwa depresi sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis. Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian dari Universitas Indonesia menemukan bahwa prevalensi depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis mencapai 31,1% dan sebagian besar komponen kualitas hidup mereka lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak menderita depresi (Wijaya, 2005).

Meskipun depresi merupakan penderitaan tambahan pada pasien-pasien dialis, namun usaha untuk mengatasinya, terutama intervensi psikososial, hanya mendapat perhatian kecil tenaga medis (Chilcot et al, 2008). Sampai saat ini masih sedikit penelitian di Indonesia yang mengkaji kualitas hidup pasien PGK


(19)

yang menjalani hemodialisis, khususnya yang mengalami depresi. Kewaspadaan dan minat praktisi Indonesia untuk melihat aspek psikis/kejiwaan masih kurang, terutama dalam keterkaitannya terhadap kualitas hidup pasien (Wijaya, 2005).

Oleh karena uraian di atas, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran depresi dan kualitas hidup serta hubungan antara keduanya pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara depresi dan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berkala.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara depresi dan kualitas hidup pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala.

1.3.2 Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui gambaran karakteristik sosio-demografis pasien penderita PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan. b. Mengetahui gambaran proporsi depresi pada pasien penderita PGK

yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan. c. Mengetahui gambaran derajat kualitas hidup pasien penderita PGK

yang menjalani hemodialisis berkala di RSUP H. Adam Malik Medan. d. Mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pasien


(20)

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan. 2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa

untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

3. Bagi pihak rumah sakit RSUP H. Adam Malik Medan, hasil penelitian ini memberi informasi sebagai referensi untuk meningkatkan pelayanan dalam usaha memperbaiki kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis kronik dan mengalami depresi.

4. Bagi dinas kesehatan, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis merupakan suatu hal yang harus dikonsultasikan kepada tenaga medis terkait agar kualitas hidup pasien dapat mencapai angka yang optimal.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Penyakit Ginjal Kronik (PGK) PGK didefinisikan sebagai:

1. Kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional, yang dimanifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik atau kelainan pada pemeriksaan radiologi, dengan atau tanpa penurunan fungsi ginjal (penurunan LFG) yang berlangsung > 3 bulan.

2. Penurunan LFG < 60 ml/menit per 1,73 m2 luas permukaan tubuh selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Bakri, 2005).

Klasifikasi derajat penurunan faal ginjal berdasarkan LFG sesuai rekomendasi NKF-DOQI:

Tabel 2.1 Derajat penurunan LFG

Derajat Deskripsi LFG (mL/menit/1,73

m²) 1 Kerusakan ginjal disertai LFG normal atau

meninggi

≥ 90 2 Kerusakan ginjal disertai penurunan ringan

LFG

60-89

3 Penurunan moderat LFG 30-59

4 Penurunan berat LFG 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis (Sukandar, 2006)

2.1.1 Etiologi

Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian


(22)

terbanyak sebagai berikut: glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008).

Glomerulonefritis, hipertensi esensial, dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari PGK, yaitu sekitar 60%. Penyakit ginjal kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15-20%.

Umumnya penyakit ginjal kronik disebabkan oleh penyakit ginjal intrinsi difus dan menahun. Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Umumnya penyakit di luar ginjal, seperti nefropati obstruktif dapat menyebabakan kelainan ginjal intrinsik dan berakhir dengan penyakit ginjal kronik.

Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim ginjal progresif dan difus yang seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik (glomerulonefritis sekunder) seperti lupus eritomatosus sistemik, poliartritis nodosa, granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis (glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes mellitus (glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan amilodois sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun seperti tuberculosis, lepra, osteomielitis arthritis rheumatoid dan myeloma.

Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nephrosclerosis) merupakan salah satu penyebab penyakit ginjal kronik. Insiden hipertensi esensial berat yang berakhir dengan gagal ginjal kronik kurang dari 10%.

Kira-kira 10-15% pasien-pasien penyakit ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal kongenital seperti sindrom Alport, penyakit Fabbry, sindrom nefrotik congenital, penyakit ginjal polikistik, dan amiloidosis.

Pada orang dewasa penyakit ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis) tipe uncomplicated

jarang dijumpai, kecuali tuberkulosis, abses multipel. Nekrosis papilla renalis yang tidak mendapat pengobatan yang adekuat (Sukandar, 2006).


(23)

2.1.2 Patogenesis dan Patofisiologi

Walaupun banyak penyakit yang dapat menyebabkan lesi pada ginjal, secara keseluruhan intinya adalah perubahan adaptif pada ginjal akan mengarah pada konsekuensi yang maladaptif. Teori yang paling dapat diterima adalah hiperfiltrasi pada nefron ginjal yang tersisa setelah terjadi kehilangan nefron akibat lesi. Peningkatan tekanan glomerular menyebabkan hiperfiltrasi ini. Hiperfiltrasi terjadi sebagai kosekuensi adaptif untuk mempertahankan laju filtrasi glomerulus (LFG), namun kemudian akan menyebabkan cedera pada glomerulus. Permeabilitas glomerulus yang abnormal umum terjadi pada gangguan glomerular, dengan proteinuria sebagai tanda klinis (Conchol, 2005).

2.1.3 Gambaran Klinik Penyakit Ginjal Kronik

Gambaran klinik penyakit ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, dan kelainan neuropsikiatri.

1. Kelainan hemopoeisis

Anemia normokrom dan normositer, sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau penjernihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.

2. Kelainan saluran cerna

Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia (NH3). Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran


(24)

cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.

3. Kelainan mata

Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis, dan pupil asimetris. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada konjungtiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien penyakit ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tertier.

4. Kelainan kulit

Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost.

5. Kelainan selaput serosa

Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.


(25)

6. Kelainan neuropsikiatri

Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, depresi. Kelainan mental berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personalitas). Pada kelainan neurologi, kejang otot atau muscular twitching sering ditemukan pada pasien yang sudah dalam keadaan yang berat, kemudian terjun menjadi koma.

7. Kelainan kardiovaskular

Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, penyebaran kalsifikasi mengenai sistem vaskuler, sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Hal ini dapat menyebabkan gagal faal jantung.

8. Hipertensi

Patogenesis hipertensi ginjal sangat kompleks, banyak faktor turut memegang peranan seperti keseimbangan natrium, aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron, penurunan zat dipresor dari medulla ginjal, aktivitas sistem saraf simpatis, dan faktor hemodinamik lainnya seperti cardiac output dan hipokalsemia.

Retensi natrium dan sekresi renin menyebabkan kenaikan volume plasma (VP) dan volume cairan ekstraselular (VCES). Ekspansi VP akan mempertinggi tekanan pengisiaan jantung (cardiac filling pressure) dan cardiac output pressure (COP). Kenaikan COP akan mempertinggi tonus arteriol (capacitance) dan pengecilan diameter arteriol sehinga tahanan perifer meningkat. Kenaikan tonus vaskuler akan menimbulkan aktivasi mekanisme umpan balik (


(26)

batas normal tetapi kenaikan tekanan darah arterial masih dipertahankan.

Sinus karotis mempunyai faal sebagai penyangga (buffer) yang mengatur tekanan darah pada manusia. Setiap terjadi kenaikan tekanan darah selalu dipertahankan normal oleh sistem mekanisme penyangga tersebut. Pada pasien azotemia, mekanisme penyangga dari sinus karotikus tidak berfaal lagi untuk mengatur tekanan darah karena telah terjadi perubahan volume dan tonus pembuluh darah arteriol (Sukandar, 2006).

2.1.4 Hemodialisis

Terapi Pengganti Ginjal (TPG) diperlukan saat fungsi ginjal menurun hingga tahap di mana akumulasi dari produk-produk sisa metabolisme mempengaruhi fungsi hidup. Saat fungsi ginjal menurun maka beberapa perubahan fisologis muncul dan sebagian besar merugikan. TPG diindikasikan saat perubahan-perubahan ini tidak dapat dikontrol dengan obat dan diet (Spiegel, 2005). Berdasarkan parameter laboratorium inisiasi terapi dialisis bila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2.

Saat ini ada dua pilihan untuk menjalani TPG yaitu hemodialisa (HD) dan dialisi peritoneal (DP). Namun kendala pada program DP di Indonesia seperti (1) biaya DP per bulan masih lebih mahal daripada HD dan (2) Sanitasi lingkungan dan tingkat pendidikan untuk sebagian besar pasien merupakan faktor yang tidak menunjang program ini, membuat HD sebagai program pilihan TPG utama.

2.2Depresi

Depresi memiliki arti yang sangat luas, dari deskripsi perasaan sedih yang normal, melalui perasaan dan cara berpikir yang pervasif dan persisten, hingga psikosis. Deskripsi buku ajar mengenai depresi yang terlihat di rumah sakit


(27)

umumnya sangat berbeda dengan manifestasi yang terlihat di layanan lini pertama (Hale, 2009).

Kaplan et al (2010) mendefinisikan depresi sebagai suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

DSM-IV mendeskripsikan tanda dan gejala untuk gangguan depresif adalah sbb:

1. Mood depresi hampir sepanjang hari, setiap hari.

2. Hilangnya minat atau rasa senang secara drastis dalam semua atau hampir semua aktivitas.

3. Berat badan berkurang atau bertambah secara signifikan (5% dalam sebulan tanpa ada upaya diet, penurunan ataupun peningkatan nafsu makan).

4. Gangguan tidur. 5. Kelelahan.

6. Agitasi atau retardasi psikomotor. 7. Rasa bersalah atau tidak berguna. 8. Sulit konsentrasi.

9. Pikiran berulang tentang kematian.

Diagnosis depresi berat adalah bila terdapat 5 dari 9 gejala, salah satunya adalah perasaan depresi atau hilang minat atau rasa senang. Gejala dan tanda ini berlangsung hampir sepanjang hari, hampir setiap hari selama 2 minggu.

Menurut Keller, Regier, dan Kessler, kira-kira 4% - 5% manusia dewasa antara usia 18-54 tahun akan mengalami episode gangguan depresi mayor (Major Depressive Disorder/MDD) setiap tahunnya. Dikatakan pula bahwa, sekitar 17% dari total populasi di USA pernah mengalami episode MDD selama hidupnya dengan probabilitas untuk terjadinya minimal satu kali episode MDD sebesar 5,2%. 40% diantaranya akan tetap bergejala selama satu tahun bila tidak ditangani, dan kira-kira 20% gejala depresi akan tetap ditemukan pada dua tahun


(28)

kedepan. Walaupun episode MDD dapat terjadi pada semua usia, usia tersering adalah usia 20-an tahun dengan rincian usia 15-19 tahun pada wanita, 28-29 tahun pada pria (Wijaya, 2005).

2.2.1 Depresi dan Penyakit Kronik

Individu dengan penyakit kronik memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita gangguan depresi (Kilzieh et al, 2008). Lebih dari sepertiga populasi pasien dengan penyakit kronis pernah mengalami gejala depresi (tabel 2.2) dengan asumsi bahwa mereka mengalami penurunan terhadap rasa sejahtera (well being) atau makin putus asanya mereka terhadap pengobatan yang telah dijalani (Wijaya, 2005).

Tabel 2.2 Prevalensi Depresi pada Populasi Penyakit Kronik

Kondisi Prevalensi (%)

Kanker 20-38

Sindrom Kelelahan Kronik 17-46

Nyeri Kronik 21-32

Penyakit Jantung Koroner 16-19

Sindrom Cushing 67

Demensia 11-40

Diabetes Mellitus 24

Epilepsi 55

Hemodialisis 6,5

Infeksi HIV 30

Penyakit Huntington 41

Hipertiroid 31

Multiple Sclerosis 6-57

Penyakit Parkinson 28-51

Stroke 27


(29)

2.2.2 Depresi, PGK, dan Dialisis

Depresi merupakan masalah psikologis yang paling sering dihadapi oleh pasien PGK terutama pasien PGK tahap akhir (gagal ginjal kronis). walaupun simptomatologi depresif sering ditemukan pada pasien-pasien dialisis, sindrom depresi klinis harus terdiri atas gejala-gejala yang khas termasuk anhedonia dan perasaan sedih, tidak berguna, bersalah, putus asa, dll. dan diikuti oleh gangguan tidur, nafsu makan, dan libido. Beck

Depression Inventory (BDI) merupakan kuesioner yang mudah untuk

digunakan dan sangat membantu dalam skrining depresi klinis pada populasi pasien PGK (Finkelstein, 2000).

Dalam sebuah studi kohort yang mengggunakan PHQ-9 dikemukakan bahwa tidak terdapat perbedaan mean depresi dan kualitas hidup yang bermakna antara PGK dan GGK (PGK derajat 4 dan 5). Tidak ditemukan perbedaan proporsi bermakna pada pasien dengan depresi ringan, sedang, dan berat; tingkat kerusakan ginjal yang dialami pasien tidak memiliki hubungan dengat tingkat depresi (Abdel-Kader et al, 2009).

2.2.2.1Prevalensi

Berbagai studi prevalensi menunjukkan kisaran angka depresi yang tinggi pada pasien dialisis. Studi-studi yang menggunakan BDI ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Prevalensi depresi pada pasien PGK yang menjalani dialisis Studi Alat Ukur Populasi Prevalensi

(%)

95% CI (%)

n

Smith et al BDI HD, PD 47 24,7-59,7 60

Wuerth et al BDI > 11 PD 49 44-54 380 Wilson et al BDI > 14 HD 38,7 20,5-47,6 124 Sacks et al BDI > 16 HD, PD 26 16,2-38,9 57


(30)

Kimmel BDI > 15 BDI > 10

HD 24,7

46,4

20,1-29,9 40,8-52,1

300

BDI=Beck Depression Inventory; HD=Hemodialisis; PD=Dialisis peritoneal Dikutip dari berbagai studi dalam Chilcot et al (2008)

2.2.2.2Etiologi

Depresi dapat berupa reaksi kejiwaan sesorang terhadap stresor yang dialaminya. Penyakit fisik merupakan salah satu bentuk stresor psikososial. Depresi melibatkan berbagai faktor yang saling memengaruhi. Depresi dapat merefleksikan interaksi antara faktor-faktor biologis, faktor psikologis serta stresor sosial dan lingkungan. Berdasarkan model diatesis-stres, faktor-faktor sosiokultural merupakan stresor yang dapat mencetuskan timbulnya depresi melalui penurunan neurotransmitter dalam otak. Hal ini lebih cenderung terjadi pada orang dengan predisposisi genetis tertentu. Diatesis untuk depresi juga dapat berbentuk kerentanan psikologis berupa gaya berpikir yang cenderung depresi. Namun, suatu gangguan depresi mungkin tidak berkembang atau berkembang dalam bentuk ringan pada orang-orang yang memiliki sumber daya coping yang lebih efektif dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan (Kaplan et al, 2010).

Penurunan fungsi ginjal berhubungan erat dengan penurunan fungsi psikososial, ansietas, distress, penurunan rasa sejahtera, depresi dan persepsi yang negatif terhadap penyakit. Depresi pada pasien PGK dilaporkan disebabkan oleh rasa tidak puas terhadap hidup dan fungsi ginjal (Wijaya, 2005).

2.2.2.3Komorbiditas dan Komortalitas

Menurut Hedayati et al (2005) dalam Schmidt dan Holley (2009), Angka depresi pada pasien dialisis terbukti independen dari variabel komorbiditas dan variabel demografis yang lainnya yang menyebabkan peningkatan angka rawat inap. Angka rawat inap pada pasien PGK dengan


(31)

gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5 – 3,0 kali dibandingkan dengan pasien penyakit kronik lainnya (National Kidney Foundation, 2002).

Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien-pasien dialisis yang mengalami depresi memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah (Kimmel et al, 2000 dan Boulware et al, 2006). Mortalitas yang terkait dengan depresi mayor pada populasi secara umum telah ditekankan pada beberapa studi, walaupun metodologi yang digunakan berbeda-beda. Sebuah studi yang melibatkan 12 negara menunjukkan bahwa depresi pada populasi pasien yang menjalani terapi hemodialisis memiliki resiko relatif terhadap angka kematian, rawat inap, dan penghentian terapi (dialysis withdrawal) yang signifikan lebih tinggi (Lopes et al, 2004). Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa depresi meningkatkan resiko kematian, terutama melalui komplikasi kardiovaskular (Wulsin et al, 1999 dan Boulware et al, 2006).

2.3Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri dari kesehatan jasmani, kesehatan mental, derajat optimisme, serta kemampuan dalam berperan aktif dan menikmati aktivitas sosial sehari-hari yang berhubungan dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial, dan hobi (Wijaya, 2005). Menurut Testa dan Simonson (1998) dalam Peterman, Rothrock, dan Cella (2008), ”kualitas hidup” merepresentasikan apresiasi subjektif pasien terhadap pengaruh penyakit yang dideritanya ataupun pengaruh dari pengobatan penyakitnya terhadap dirinya yang penilaiannya dilakukan secara multidimensional. Kelompok pasien yang memiliki penyakit yang sama dan tujuan terapi yang sama dapat memiliki laporan kualitas hidup yang berbeda dikarenakan oleh perbedaan harapan dan kemampuan beradaptasi dari masing-masing pasien terhadap penyakit yang dideritanya.

Dalam penelitian ini digunakan Kidney Disease Quality of Life-Short


(32)

Alat ukur ini merupakan alat ukur khusus yang digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien PGK dan pasien yang menjalani dialisis (Hays, 1995).

Hal-hal yang dinilai pada KDQOL-SF meliputi: 1. Target untuk penyakit ginjal

a. Gejala/permasalahan klinis yang dialami b. Efek dari penyakit ginjal

c. Tingkat penderitaan oleh karena sakit ginjal d. Status pekerjaan

e. Fungsi kognitif

f. Kualitas interaksi sosial g. Fungsi seksual

h. Kualitas tidur i. Dukungan sosial

j. Kualitas pelayanan staf unit dialisis k. Kepuasan pasien

2. Item skala survei SF-36 a. Fungsi fisik b. Peran – fisik c. Persepsi rasa sakit

d. Persepsi kesehatan umum e. Emosi

f. Peran – emosional g. Fungsi sosial h. Energi/kelelahan


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Independen : Depresi

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan et al, 2010).

- Cara ukur : pengisian kuesioner

- Alat ukur : BDI-II (Beck Depression Inventory - II) - Kategori :

Kuesioner terdiri atas 21 pertanyaan dengan skor setiap pertanyaan adalah nomor di depan jawaban yang dilingkari oleh responden. Seluruh skor kemudian dijumlahkan dan diinterpretasikan menurut skala:

• Depresi minimal/tidak depresi (total skor 0-13)

• Depresi ringan (total skor 14-19)

• Depresi sedang (total skor 20-28)

• Depresi berat (total skor 29-63) - Skala pengukuran : ordinal

Kualitas Hidup Pasien PGK Depresi


(34)

3.2.2 Variabel Dependen : Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah gabungan berbagai aspek kehidupan yang terdiri dari kesehatan jasmani, kesehatan mental, derajat optimisme, serta kemampuan dalam berperan aktif dan menikmati aktivitas sosial sehari-hari yang berhubungan dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, kehidupan sosial, dan hobi (Wijaya, 2005).

- Cara ukur : pengisian kuesioner

- Alat ukur : KDQOL-SF (Kidney Disease Quality of Life – Short Form) versi 1,3.

- Kategori :

Kuesioner berisi 24 pertanyaan dengan konversi skor mengikuti aturan pada tabel 3.1. Setelah dikonversi menjadi angka, kelompok pertanyaan tertentu kemudian dirata-ratakan mengikuti tabel 3.2. Penilaian kualitas hidup secara umum merupakan rata-rata dari seluruh aspek dan diinterpretasikan menurut skala:

• Kualitas hidup baik (nilai rerata tingkat kesehatan secara umum > 59)

• Kualitas hidup buruk (nilai rerata tingkat kesehatan secara umum < 59)


(35)

Tabel 3.1 Langkah 1 – Konversi Nilai Poin Pertanyaan KDQOL-SF

Nomor Pertanyaan Respon Nilai

4a-d, 5a-c, 21 1 --- > 0

2 --- > 100

3a-j 1 --- > 0

2 --- > 50 3 --- > 100

19a, b 1 --- > 0

2 --- > 33,33 3 --- > 66,66 4 --- > 100 10, 11a,c, 12a-d 1 --- > 0

2 --- > 25 3 --- > 50 4 --- > 75 5 --- > 100 9b, c, f, g, i, 13e, 18b 1 --- > 0

2 --- > 20 3 --- > 40 4 --- > 60 5 --- > 80 6 --- > 100

20 1 --- > 100

2 --- > 0 1-2, 6, 8, 11b,d, 14a-l, 15a-h, 1 --- > 100

16a-b, 24a-b 2 --- > 75

3 --- > 50 4 --- > 25 5 --- > 0 7, 9a, d, e, h, 13a-d,f, 18a,c 1 --- > 100

2 --- > 80 3 --- > 60 4 --- > 40 5 --- > 20 6 --- > 0

17, 22 Respon x 10 0-100

23 1-7 (Ans-1)*16,67


(36)

Tabel 3.2 Tahap 2 – Rata-Ratakan Nilai untuk Membentuk Skala

Skala Jumlah

Pertanyaan

Setelah Konversi dengan Tabel 3.1, Rata-Ratakan

Poin-Poin Berikut

Target untuk penyakit ginjal

Gejala/permasalahan 12 14a-k, l

Efek penyakit ginjal 8 15a-h

Beban penyakit ginjal 4 12a-d

Status pekerjaan 2 20, 21

Fungsi kognitif 3 13b, d, f

Kualitas interaksi sosial 3 13a, c, e

Fungsi seksual 2 16a, b

Kualitas tidur 4 17, 18a-c

Dukungan sosial 2 19a, b

Kualitas pelayanan staf dialisis 2 24a, b

Kepuasan pasien 1 23

Item skala survei SF-36

Fungsi fisik 10 3a-j

Peran – fisik 4 4a-d

Persepsi rasa sakit 2 7, 8

Kesehatan umum 5 1, 11a-d

Kesejahteraan emosi 5 9b, c, d, f, h

Peran – emosional 3 5a-c

Fungsi sosial 2 6, 10

Energi/kelelahan 4 9a, e, g, i

-3.3Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ”ada hubungan antara kejadian depresi dan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis.”


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei analitik dengan desain potong lintang (cross sectional).

4.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan untuk dilakukan pada bulan Juni-Juli 2010. Penelitian ini dilakukan di unit hemodialsis RSUP H. Adam Malik Medan mengingat bahwa RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumatera Utara.

4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi target adalah pasien PGK yang menjalani hemodialisis berkala. Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien PGK yang menjalani hemodialisis berkala di unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan Juni sampai bulan Juli 2010.

4.3.2 Kriteria Inklusi

1. Penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala minimal 3 bulan. 2. Usia antara 18 tahun sampai 60 tahun.

3. Tidak memiliki penurunan atau gangguan kesadaran. (Schatell dan Witten, 2008)

4.3.3 Kriteria Eksklusi

1.

Pasien yang menjalani hemodialisis oleh kelainan ginjal akut.

2.

Tidak bersedia ikut serta dalam penelitian.


(38)

4.3.4 Besar Sampel

Perkiraan besar sampel:

Prevalensi depresi pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis = 31% (Wijaya, 2005)

Besar sampel memakai rumus:

Dimana:

Zα : nilai normal berdasarkan α = 0,05 dan Zα = 1,96 P : prevalensi depresi pada penderita gagal ginjal kronik Q : 1-P = 1-0,31 = 0,69

d : ketepatan absolut yang dikehendaki (ditentukan peneliti 15%) n : jumlah sampel minimal

Jadi, sampel minimal yang diteliti adalah 37 orang. Sampel akan diambil secara consecutive sampling.

4.4Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Teknik Pengumpulan

Pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dibagikan kuesioner BDI-II untuk mendapatkan proporsi pasien yang mengalami depresi (data independen). Setiap pasien juga akan dinilai kualitas hidupnya (data dependen) dengan menggunakan kuesioner KDQOL-SF. Kedua kuesioner akan diberikan secara bersamaan.


(39)

4.4.2 Validitas Kuesioner

Kuesioner divalidasi secara validity of content. Validitas isi kuesioner disahkan oleh dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ.

4.5Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0. Analisis data bivariat dilakukan terhadap data dengan menggunakan perhitungan statisik Uji

Chi-Square. Data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel serta


(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis lantai 1 gedung Central

Medical Unit Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang

berada di jalan Bunga Lau nomor 17 Medan, Sumatera Utara.

5.1.2 Karakteristik Sosio-Demografis

Gambaran karakteristik sosio-demografis pasien-pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Sosio-Demografis Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Karakteristik Sosio Demografis Jumlah %

Jenis Kelamin

Laki-laki 23 62,2

Perempuan 14 37,8

Kelompok Usia

<40 tahun 13 35,1

40–49 tahun 11 29,7

>50 tahun 13 35,1

Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil 6 16,2

Wiraswasta 9 24,3

Ibu rumah tangga/pensiunan/tidak bekerja 15 40,5

Mahasiswa/pelajar 1 2,7


(41)

Suku

Batak 27 73,0

Jawa 8 21,6

Aceh 1 2,7

Lain-lain 1 2,7

Status Perkawinan

Belum menikah 3 8,1

Sudah menikah 34 91,9

Pendidikan Terakhir

SD 2 5,4

SMP 7 18,9

SMA/STM 18 48,6

D3/S1 10 27,0

Jenis Pembayaran

Asuransi/Jamkesmas/ASKES/dll 34 91,9

Biaya sendiri/keluarga 3 8,1

Rerata umur : 44,0 (SD=11,0)

Responden terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%) dengan rata-rata umur 44,0 tahun (SD 11,0) dengan berbagai karakteristik sosio-demografis seperti terinci dalam tabel 5.1.

Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga/pensiunan/tidak bekerja (40,5%). Hampir seluruh responden berasal dari suku Batak (73,0%). Responden yang sudah menikah berjumlah 34 orang (91,9%). Responden sebagian besar merupakan lulusan SMA/STM (48,6%) dan S1/D3 (27,0%). Hampir seluruh responden menggunakan jenis pembayaran asuransi seperti Jamkesmas, ASKES, dll. (91,9%).

5.1.3 Gambaran Proporsi Depresi

Rincian gambaran proporsi depresi pada pasien PGK di Unit HD Adam Malik terdapat dalam tabel 5.2.


(42)

Tabel 5.2 Gambaran Proporsi Depresi Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Tingkat Depresi Jumlah %

Depresi minimal/tidak depresi 13 35,1

Depresi ringan 8 21,6

Depresi sedang 10 27,0

Depresi berat 6 16,2

Total 37 100,0

Sebagian besar responden mengalami depresi (64,8%). Dari responden yang mengalami depresi, mayoritas berada pada tingkat depresi sedang (27,0%). Rata-rata skor BDI-II pasien adalah 19,3 (SD 10,7).

5.1.4 Gambaran Derajat Kualitas Hidup

Gambaran umum nilai kualitas hidup pasien-pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat dalam tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Gambaran Derajat Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Skala Rata-rata SD

Target untuk penyakit ginjal

Gejala/masalah 64,87 17,84

Efek penyakit ginjal 64,19 18,92

Beban penyakit ginjal 40,20 20,91

Status pekerjaan 37,84 36,14

Fungsi kognitif 64,69 17,84


(43)

Fungsi seksual 75,00 32,10

Kualitas tidur 59,93 19,21

Dukungan sosial 76,12 23,42

Kualitas pelayanan staf dialisis 81,76 12,70

Kepuasan pasien 62,18 19,90

Item skala survei SF-36

Fungsi fisik 55,54 24,94

Peran secara fisik 23,65 33,82

Persepsi rasa sakit 70,95 23,41

Persepsi kesehatan secara umum 54,32 15,01

Kesejahteraan emosi 33,51 18,36

Peran secara emosi 32,43 39,66

Fungsi sosial 66,22 23,17

Energi/kelelahan 42,03 22,84

Tingkat kesehatan secara umum 56,46 11,19

Gambaran kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di Unit HD RSUP H. Adam Malik Medan termasuk dalam kategori “buruk”, yaitu dengan rata-rata skor Tingkat Kesehatan Secara Umum KDQOL-SF bernilai 56,46 (SD 11,19).

Tabel 5.4 Gambaran Proporsi Kualitas Hidup Pasien

Kualitas Hidup Jumlah %

Baik 15 40,5

Buruk 22 59,5

Total 37 100,0

Dapat dilihat dalam tabel 5.4 bahwa sebagian besar pasien memiliki kualitas hidup yang masih buruk (59,5%)


(44)

5.1.5 Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup

Tabel 5.5 menunjukkan tabulasi silang parameter kualitas hidup antara pasien yang mengalami depresi dan yang tidak mengalami depresi.

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Parameter Kualitas Hidup dan Status Depresi

Parameter Depresi Tidak Depresi

Rata-rata SD Rata-rata SD Gejala/masalah 60,85 18,76 72,28 13,72 Efek penyakit ginjal 56,25 15,83 78,85 15,32 Beban penyakit ginjal 31,25 17,77 56,73 15,82 Status pekerjaan 27,08 32,90 57,69 34,44 Fungsi kognitif 59,72 16,85 73,85 16,43 Kualitas interaksi sosial 70,83 16,07 77,44 18,37 Fungsi seksual 64,71 37,04 90,91 11,31 Kualitas tidur 55,63 19,27 67,89 17,01 Dukungan sosial 71,53 24,81 84,61 18,59 Kualitas pelayanan staf

dialisis

79,69 13,19 85,58 11,23

Kepuasan pasien 63,21 17,71 60,27 24,10 Fungsi fisik 46,04 23,22 73,08 17,86 Peran secara fisik 14,58 25,45 40,39 41,51 Persepsi rasa sakit 64,27 24,51 83,27 15,46 Persepsi kesehatan

secara umum

47,92 11,32 66,15 14,02

Kesejahteraan emosi 38,33 18,31 24,62 15,46 Peran secara emosi 16,67 27,80 61,54 42,70 Fungsi sosial 58,85 23,74 79,81 14,91 Energi/kelelahan 48,96 20,80 29,23 21,49

Sebagian besar kualitas hidup pasien PGK yang mengalami depresi lebih rendah jika dibandingkan dengan pasien PGK yang tidak mengalami


(45)

depresi. Komponen-komponen yang terlihat jauh lebih rendah antara lain adalah efek penyakit ginjal, beban penyakit ginjal, fungsi seksual, status pekerjaan, fungsi fisik, peran secara fisik, peran secara emosi, dan fungsi sosial.

Untuk mendapatkan kesimpulan ada tidaknya pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dilakukan uji hipotesis chi-square. Rincian uji chi-square dapat dilihat dalam tabel 5.6.

Tabel 5.6 Uji Chi-Square: Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien PGK yang Menjalani Hemodialisis

Status Depresi

Kualitas Hidup

Baik % Buruk %

Depresi 3 20 21 95,5

Tidak depresi 12 80 1 4,5

X2=22,28 df=1 p <0,0001

Dari hasil uji chi-square didapat nilai p adalah <0,0001. Hal ini berarti depresi berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis.

5.2Pembahasan

5.2.1 Depresi dan Penyakit Ginjal Kronik

Suatu pengamatan klinis yang telah lama dan telah direplikasi mengemukakan berbagai teori yang menyimpulkan bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres kronik lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien-pasien gangguan depresif. Suatu teori yang diajukan diantaranya mengemukakan bahwa stres yang menyertai episode pertama gangguan mood menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat


(46)

menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal (Kaplan et al, 2010).

Penyakit fisik merupakan salah satu bentuk stresor psikososial. Dalam kasus ini, diagnosis PGK dan keputusan untuk harus menjalani hemodialisis sepanjang hayat merupakan stresor kronik bagi pasien. Maka, pada pasien-pasien PGK ini akan didapat suatu proporsi depresi yang merupakan permasalahan tambahan bagi pasien (Chilcot et al, 2008).

Penelitian Kimmel (2001) dengan menggunakan BDI sebagai metode skrining depresi menemukan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis mengalami depresi, yaitu dalam rentang sekitar 40,8% - 52,1%. Hasil-hasil ini juga didukung oleh analisis sistematik dalam Schmidt et al (2009) yang menyatakan bahwa angka depresi pada pasien dialisis berkisar antara 10% - 66%.

Penelitian dan teori sebelumnya ini sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu, dengan menggunakan instrumen BDI-II, didapat proporsi depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis adalah sebesar 64,8% (n=37).

5.2.2 Kualitas Hidup dan Penyakit Ginjal Kronik

Dalam tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sebagian komponen kualitas hidup pasien PGK mengalami penurunan yang signifikan, terutama pada komponen status pekerjaan, peran secara fisik, kesejahteraan emosi, peran secara emosi, dan energi/kelelahan. Masing-masing komponen tersebut memiliki rata-rata secara berturut-turut adalah 37,84 (SD 36,14), 23,65 (SD 33,82), 33,51 (SD 18,36), 32,43 (SD 39,66), dan 42,03 (SD 22,84). Hasil ini sesuai dengan penelitian Hays et al (1995) sebagai asal titik ukur penggunaan KDQOL-SF yang mengemukakan nilai untuk status pekerjaan adalah 25,26 (SD 37,82), untuk peran secara fisik adalah 32,46 (SD 39,68), untuk peran secara emosi adalah 57,76 (SD 43,90) dan untuk komponen energi/kelelahan adalah 45,89 (SD 24,06).


(47)

Sebuah penelitian di RSCM dan RS PGI Cikini Jakarta oleh Wijaya (2005) mendapatkan hasil penurunan yang sama untuk beberapa komponen tersebut, yaitu 67,1 (SD 41,9) untuk status pekerjaan, 46,0 (SD 33,5) untuk peran secara fisik, 51,8 (SD 15,3) untuk peran secara emosi, dan 48,2 (SD 19,3) untuk energi/kelelahan. Hal ini juga mendukung hasil penelitian ini dimana untuk komponen yang mengalami penurunan berada dalam rentang yang sesuai.

Namun untuk komponen kesejahteraan emosi, Penelitian Hays et al (1995) mendapati nilai untuk komponen kesejahteraan emosi adalah 69,54 (SD 20,36). Penelitian Wijaya (2005) juga mendapati angka untuk kesejahteraan emosi yang tidak mengalami penurunan signifikan, yaitu 75,9 (SD 30,6). Penelitian ini menemukan hasil kesejahteraan emosi yang lebih rendah dari penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak di analisis pada penelitian ini.

5.2.3 Depresi dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik

Penelitian Wijaya (2005) di RSCM dan RS PGI Cikini Jakarta menemukan bahwa kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi mengalami penurunan kualitas hidup pada sebagian besar komponen bila dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani hemodialisis tanpa mengalami depresi. Komponen-komponen tersebut adalah gejala (p <0,0001), efek sakit ginjal (p<0,0001), beban sakit ginjal (p=0,001), status perkerjaan (p=0,004), kualitas tidur (p<0,0001), dukungan sosial (p <0,0001), fungsi fisik (p <0,0001), peran secara fisik (p <0,0001), persepsi rasa sakit (p <0,0001), persepsi kesehatan umum (p <0,0001), fungsi sosial (p <0,0001), kesejahteraan emosi (p <0,0001), peran secara emosi (p <0,0001), dan energi/kelelahan (p <0,0001). Meskipun dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis per komponen kualitas hidup, namun hasil tabulasi silang dalam tabel 5.5 menunjukkan angka yang sesuai dengan penelitian sebelumnya. Dapat


(48)

dilihat dalam tabel 5.5 bahwa sebagian besar komponen kualitas hidup pasien hemodialisis yang mengalami depresi lebih rendah dibanding komponen kualitas hidup pasien hemodialisis yang tidak mengalami depresi.

Dalam penelitian ini dilakukan uji chi-square dan diperoleh hasil perbedaan yang signifikan (p <0,0001) antara perbandingan depresi dan kualitas hidup. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Hasil ini didukung oleh penelitian Wijaya (2005) yang juga menunjukkan signifikansi yang sama pada uji chi-square yang dilakukan (p <0,0001).


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Depresi berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis (p <0,0001). Sebagian besar komponen kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi lebih rendah dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani hemodialisis tanpa mengalami depresi.

2. Depresi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan, yaitu sebesar 64,8% dengan rincian depresi ringan sebesar 21,6%, depresi sedang 27,0%, dan depresi berat 16,2%.

3. Kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan masih buruk, yaitu dengan nilai rata-rata tingkat kesehatan umum KDQOL-SF adalah 56,46 (SD 11,19).

6.2Saran

1. Bagi dokter dan tenaga kesehatan lain agar melakukan pendekatan yang lebih baik terhadap pasien hemodialisis khususnya pendekatan psikiatri karena keadaan depresi pada pasien PGK dapat memengaruhi kualitas hidup pasien tersebut.

2. Bagi peneliti di masa yang akan datang agar dapat mengembangkan penelitian ini, baik dengan menganalisis faktor-faktor sosio-demografis, menguji regresi kuat-tidaknya pengaruh depresi terhadap komponen kualitas hidup, ataupun dengan memperbanyak sampel sehingga cukup representatif untuk menggambarkan keadaan populasi.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kader, K., Unruh, M.L., and Weisbord, S.D., 2009. Symptom Burden, Depression, and Quality of Life in Chronic and End-Stage Kidney Disease.

Clin J Am Soc Nephrol 4: 1057-106.

American Pyschiatric Association, 2000. Mood Disorder. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th ed Text Revision (DSM-IV-TR). Arlington, VA: American Psychiatric Association, 345-356.

Bakri, S., 2005. Deteksi Dini dan Upaya-Upaya Pencegahan Progresifitas Penyakit Ginjal Kronik. Suplement vol. 26 No 3: 36-40.

Boulware, L.E. et al, 2006. Temporal Relation among Depression Symptoms, Cardiovascular Disease Events, and Mortality in End-Stage Renal Disease: Contribution of Reverse Causality. Clin J Am Soc Nephrol 1: 496-504.

Conchol, M. and Spiegel, D.M., 2005. The Patient with Chronic Kidney Disease.

In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 185.

Chilcot, J., Wellsted, D., Silva-Gane, M.D., and Farrington, K., 2008. Depression on Dialysis. Nephron Clin Pract 108: c256-c264.

Ginieri-Coccossis, M., Theofilou, P., Synodinou, C., Tomaras, V., and Soldatos, C., 2008. Quality of Life, Mental Health and Health Beliefs in Haemodialysis and Peritoneal Dialysis Patients: Investigating Differences in Early and Later Years of Current Treatment. BMC Nephrology 9:14.

Finkelstein, F.O. and Finkelstein, S.H., 2000. Depression in Chronic Dialysis Patients: Assessment and Treatment. Nephrol Dial Transplant 15: 1911-1913.


(51)

Hale, A.S., 2009. Depresi. In: Davies, T. and Craig, T.K.J., ed. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC, 73-83.

Hays, R.D., Kallich, J.D., Mapes, D.L., Coons, S.J., Amin, N., and Carter, W.B., 1995. Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF™), Version 1.3: A Manual for Use and Scoring. Santa Monica, CA: RAND, P-7994. Kilzieh, N., Rastam, S., Maziak, W., and Ward, K.D., 2008. Comorbidity of

Depression with Chronic Disease: A Population-based Study in Aleppo, Syria. Int J Psychiatry Med 38(2): 169-184.

Kimmel, P.L., 2001. Psychosocial Factors in Dialysis Patients. Kidney International vol. 59: pp. 1599-1613.

Kimmel, P.L. et al, 2000. Multiple Measurements of Depression Predict Mortality in A Longitudinal Study of Chronic Hemodialysis Outpatients. Kidney International, Vol. 57: pp. 2093-2098.

Kaplan, H.I., Saddock, B.J, and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Bina Rupa Aksara. Lopes, A.A. et al, 2004. Screening for Depression in Hemodialysis Patients:

Associations with Diagnosis, Treatment, and Outcomes in The DOPPS.

Kidney International, Vol. 66: pp. 2047-2053.

Mailloux, L.U. and Hendrich, W.L., 2009. Patient Survival and Maintenance Dialysis. UpToDate literature review version 17.3.

National Kidney Foundation, 2002. Association of Level of GFR with Indices of

Functioning and Well-being. New York: National Kidney Foundation.

Available_from:


(52)

Peterman, A.H., Rothrock, N., and Cella, D., 2008. Evaluation of Health-Related Quality of Life. UpToDate literature review version 17.3.

Roesli, R., 2008. Hipertensi, Diabetes, dan Gagal Ginjal di Indonesia. Dalam: Lubis, F.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-108.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Schatell, D. and Witten, B., 2008. Measuring Dialysis Patients’ Health-Related Quality of Life with the KDQOL-36. Madison, Wis: Medical Education Institute,_Inc._Available_from:

2010]

Schmidt, R.J. and Holley, J.L., 2009. Psychiatric Illness in Dialysis Patients.

UpToDate literature review version 17.3.

Spiegel, D.M., 2005. The Patient Receiving Chronic Renal Replacement with Dialysis. In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 194.

Sukandar, E., 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.

Wijaya, A., 2005. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Available from:

Wulsin, L.R., Vaillant, G.E., and Wells, V.E., 1999. A Systematic Review of the Mortality of Depression. Psychosomatic Medicine 61: 6-7.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Kader, K., Unruh, M.L., and Weisbord, S.D., 2009. Symptom Burden, Depression, and Quality of Life in Chronic and End-Stage Kidney Disease.

Clin J Am Soc Nephrol 4: 1057-106.

American Pyschiatric Association, 2000. Mood Disorder. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th ed Text Revision (DSM-IV-TR). Arlington, VA: American Psychiatric Association, 345-356.

Bakri, S., 2005. Deteksi Dini dan Upaya-Upaya Pencegahan Progresifitas Penyakit Ginjal Kronik. Suplement vol. 26 No 3: 36-40.

Boulware, L.E. et al, 2006. Temporal Relation among Depression Symptoms, Cardiovascular Disease Events, and Mortality in End-Stage Renal Disease: Contribution of Reverse Causality. Clin J Am Soc Nephrol 1: 496-504.

Conchol, M. and Spiegel, D.M., 2005. The Patient with Chronic Kidney Disease.

In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 185.

Chilcot, J., Wellsted, D., Silva-Gane, M.D., and Farrington, K., 2008. Depression on Dialysis. Nephron Clin Pract 108: c256-c264.

Ginieri-Coccossis, M., Theofilou, P., Synodinou, C., Tomaras, V., and Soldatos, C., 2008. Quality of Life, Mental Health and Health Beliefs in Haemodialysis and Peritoneal Dialysis Patients: Investigating Differences in Early and Later Years of Current Treatment. BMC Nephrology 9:14.

Finkelstein, F.O. and Finkelstein, S.H., 2000. Depression in Chronic Dialysis Patients: Assessment and Treatment. Nephrol Dial Transplant 15: 1911-1913.


(54)

Hale, A.S., 2009. Depresi. In: Davies, T. and Craig, T.K.J., ed. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC, 73-83.

Hays, R.D., Kallich, J.D., Mapes, D.L., Coons, S.J., Amin, N., and Carter, W.B., 1995. Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF™), Version 1.3: A Manual for Use and Scoring. Santa Monica, CA: RAND, P-7994. Kilzieh, N., Rastam, S., Maziak, W., and Ward, K.D., 2008. Comorbidity of

Depression with Chronic Disease: A Population-based Study in Aleppo, Syria. Int J Psychiatry Med 38(2): 169-184.

Kimmel, P.L., 2001. Psychosocial Factors in Dialysis Patients. Kidney International vol. 59: pp. 1599-1613.

Kimmel, P.L. et al, 2000. Multiple Measurements of Depression Predict Mortality in A Longitudinal Study of Chronic Hemodialysis Outpatients. Kidney International, Vol. 57: pp. 2093-2098.

Kaplan, H.I., Saddock, B.J, and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Bina Rupa Aksara. Lopes, A.A. et al, 2004. Screening for Depression in Hemodialysis Patients:

Associations with Diagnosis, Treatment, and Outcomes in The DOPPS.

Kidney International, Vol. 66: pp. 2047-2053.

Mailloux, L.U. and Hendrich, W.L., 2009. Patient Survival and Maintenance Dialysis. UpToDate literature review version 17.3.

National Kidney Foundation, 2002. Association of Level of GFR with Indices of

Functioning and Well-being. New York: National Kidney Foundation.

Available_from:


(55)

Peterman, A.H., Rothrock, N., and Cella, D., 2008. Evaluation of Health-Related Quality of Life. UpToDate literature review version 17.3.

Roesli, R., 2008. Hipertensi, Diabetes, dan Gagal Ginjal di Indonesia. Dalam: Lubis, F.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-108.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Schatell, D. and Witten, B., 2008. Measuring Dialysis Patients’ Health-Related Quality of Life with the KDQOL-36. Madison, Wis: Medical Education Institute,_Inc._Available_from:

2010]

Schmidt, R.J. and Holley, J.L., 2009. Psychiatric Illness in Dialysis Patients.

UpToDate literature review version 17.3.

Spiegel, D.M., 2005. The Patient Receiving Chronic Renal Replacement with Dialysis. In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 194.

Sukandar, E., 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.

Wijaya, A., 2005. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Available from:

Wulsin, L.R., Vaillant, G.E., and Wells, V.E., 1999. A Systematic Review of the Mortality of Depression. Psychosomatic Medicine 61: 6-7.


(56)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kharisma Prasetya Adhyatma Tempar / Tanggal Lahir : Banda Aceh / 8 September 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pembangunan Barat N0. 14B STM-Kp. Baru, Medan 20219

Nama Orang Tua : Ayah : Alm. dr. Tunggul Sukendar, Sp.PD-KGH Ibu : dr. Erlida Hanum

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 20 Banda Aceh (1995-2001) 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Banda Aceh

(2001-2002)

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Harapan 2 Medan (2002-2004)

4. Sekolah Menengah Atas Sutomo 1 Medan (2004-2007) 5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(57)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

PENELITIAN

Dengan Hormat,

Nama saya Kharisma Prasetya A., sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2007. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis”.

Depresi didefinisikan sebagai suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan et al, 2010).

Penurunan kualitas hidup terlihat jelas pada kelompok pasien yang telah menjalani hemodialisis (cuci darah) dalam waktu yang lama. Kelompok pasien ini mengeluhkan banyak permasalahan yang terkait dengan kesempatan beraktivitas, beban biaya yang dikeluarkan, beban pembatasan konsumsi cairan, dan bahkan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan (Ginieri-Coccosis et al, 2008). Meskipun depresi merupakan penderitaan tambahan pada pasien-pasien dialis, namun usaha untuk mengatasinya, terutama intervensi psikososial, hanya mendapat perhatian kecil tenaga medis (Chilcot et al, 2008). Sampai saat ini masih sedikit penelitian di Indonesia yang mengkaji kualitas hidup pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis, khususnya yang mengalami depresi. Kewaspadaan dan minat praktisi Indonesia untuk melihat aspek psikis/kejiwaan masih kurang, terutama dalam keterkaitannya terhadap kualitas hidup pasien (Wijaya, 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah depresi benar berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Saya melakukan pengambilan data berupa kuesioner kepada saudara/i. Setiap data yang terdapat dalam kuesioner ini tidak akan disebarluaskan dan akan dijamin kerahasiaanya. Adapun informasi yang saya terima tersebut hanya akan digunakan sebagai data penelitian.

Partisipasi saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Jawaban yang saudara/i berikan akan sangat membantu saya dalam melakukan penelitian ini dan seterusnya akan menjadi referensi terhadap pihak terkait sebagai dasar untuk lebih


(58)

mengevaluasi kembali apakah depresi pada pasien PGK memerlukan intervensi psikososial untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Untuk penelitian ini saudara/i tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila saudara/i membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka dapat menghubungi saya :

Nama : Kharisma Prasetya A.

Alamat : Jl. Pembangunan Barat No. 14B STM-Kp. Baru, Medan 20219 No.HP : 081260960880

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada saudara/i yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan saudara/i dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan di masa mendatang.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan saudara/i bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.

Medan,...2010

Peneliti


(59)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Umur : Alamat : No. Telp. :

Telah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini yang berjudul: HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN dan saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2010

Peneliti, Responden


(60)

Lampiran 4

DATA SUBJEK PENELITIAN

Nama Pasien/Inisial :

Jenis Kelamin : L / P *

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Suku :

Agama :

Status Perkawinan : Pendidikan terakhir :

Tinggi/Berat Badan : cm/ kg

Lama HD : bulan

Frekuensi HD : kali/minggu

Biaya HD : biaya sendiri / ditanggung keluarga / asuransi* Penyakit penyerta/Penyulit :

DM ( ) Penyakit Jantung ( ) PJK/CHF Hipertensi ( ) Stroke ( )

Dislipidemia ( ) Lain-lain :


(61)

Lampiran 5

Beck Depression Inventory - II

Instruksi:

Silakan membaca masing-masing kelompok pertanyaan dengan seksama, dan pilih salah satu pernyataan yang terbaik pada masing-masing kelompok yang menggambarkan dengan baik bagaimana perasaan anda selama dua minggu terakhir, termasuk hari ini. Lingkari nomor pernyataan yang telah anda pilih. Jika beberapa pernyataan dalam beberapa kelompok sama bobotnya, lingkari nomor yang paling tinggi untuk kelompok itu. Pastikan bahwa anda tidak memilih lebih dari satu pernyataan untuk satu kelompok, termasuk item 16 (perubahan pola tidur) dan item 18 (perubahan selera makan).

1. Kesedihan

0 Saya tidak merasa sedih. 1 Saya sering merasa sedih. 2 Saya sedih sepanjang waktu.

3 Saya merasa sangat sedih atau tidak gembira, sampai saya tidak dapat menahannya.

2. Pesimistik

0 Saya yakin dengan masa depan saya.

1 Saya merasa takut dengan masa depan saya daripada biasanya. 2 Saya tidak berharap segalanya menjadi lebih baik untuk saya. 3 Saya merasa putus asa dengan masa depan saya dan keadaan hanya

menjadi semakin buruk.

3. Kegagalan masa lalu

0 Saya tidak merasakan saya gagal.


(62)

2 Saat saya menoleh ke belakang, saya melihat banyak kegagalan. 3 Saya merasa orang yang sepenuhnya dengan kegagalan.

4. Kehilangan kesenangan

0 Saya memperoleh kesenangan dari semua hal yang saya nikmati. 1 Saya kurang menikmati sesuatu daripada seperti biasanya.

2 Saya mendapat sedikit kesenangan dari hal-hal yang biasanya saya nikmati.

3 Saya tidak mendapat kesenangan apapun dari semua yang biasa saya nikmati.

5. Perasaan bersalah

0 Saya sama sekali tidak merasa bersalah.

1 Saya merasa bersalah pada kebanyakan hal yang saya lakukan atau seharusnya yang saya lakukan.

2 Saya mersa bersalah pada kebanyakan waktu. 3 Saya merasa bersalah setiap waktu.

6. Perasaan merasa dihukum

0 Saya tidak merasakan saya sedang dihukum. 1 Saya merasa saya mungkin dihukum.

2 Saya mengharapkan untuk dihukum. 3 Saya merasa saya sedang dihukum.

7. Benci diri sendiri

0 Saya merasa sama dengan diri saya selama ini. 1 Saya kehilangan kepercayaan terhadap diri saya. 2 Saya kecewa dengan diri saya.


(63)

8. Pengkritikan terhadap diri sendiri

0 Saya tidak mengkritik atau menyalahkan diri saya lebih dari seperti biasanya.

1 Saya lebih kritis terhadap diri saya lebih dari biasanya. 2 Saya mengkritik diri saya untuk semua kesalahan saya.

3 Saya menyalahkan diri saya untuk semua kejadian buruk yang terjadi.

9. Pikiran atau keiinginan untuk bunuh diri

0 Saya tidak mempunyai pikiran apapun untuk membunuh diri saya sendiri.

1 Saya mempunyai pikiran untuk membunuh diri saya sendiri, tapi saya takut.

2 Saya merasa ingin bunuh diri.

3 Saya ingin bunuh diri, bila ada kesempatan.

10.Menangis

0 Saya tidak menangis lagi seperti biasanya. 1 Saya menangis lebih dari biasanya.

2 Saya menangis pada masalah-masalah yang kecil. 3 Saya sudah tidak sanggup lagi untuk menangis.

11.Tidak bisa beristirahat

0 Saya bisa beristirahat seperti biasanya.

1 Saya merasa kurang bisa beristirahat seperti biasanya. 2 Saya tidak bisa beristirahat atau sangat sulit untuk diam.

3 Saya sangat tidak bisa beristirahat atau saya harus tetap bergerak untuk melakukan sesuatu.


(1)

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 27 73.0 73.0 73.0

Jawa 8 21.6 21.6 94.6

Aceh 1 2.7 2.7 97.3

Lain-lain 1 2.7 2.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

Status Perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Belum Menikah 3 8.1 8.1 8.1

Sudah Menikah 34 91.9 91.9 100.0

Total 37 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 2 5.4 5.4 5.4

SMP 7 18.9 18.9 24.3

SMA/STM 18 48.6 48.6 73.0

D3/S1 10 27.0 27.0 100.0


(2)

Jenis Pembayaran HD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Asuransi/Jamkesmas/ASKES

/dll

34 91.9 91.9 91.9

Biaya Sendiri/Keluarga 3 8.1 8.1 100.0

Total 37 100.0 100.0

B.

Gambaran Status Depresi

Interpretasi BDI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Depresi Minimal 13 35.1 35.1 35.1

Depresi Ringan 8 21.6 21.6 56.8

Depresi Sedang 10 27.0 27.0 83.8

Depresi Berat 6 16.2 16.2 100.0

Total 37 100.0 100.0

Status Depresi Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Depresi 24 64.9 64.9 64.9

Tidak Depresi 13 35.1 35.1 100.0


(3)

C.

Gambaran Kualitas Hidup

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Std. Error Statistic Gejala/permasalahan 37 64.865 2.9332 17.8417 Efek dari penyakit ginjal 37 64.189 3.1099 18.9170 Penderitaan oleh karena

penyakit ginjal

37 40.203 3.4381 20.9134

Status pekerjaan 37 37.838 5.9418 36.1429 Fungsi kognitif 37 64.685 2.9325 17.8377 Kualitas interaksi sosial 37 73.153 2.7881 16.9594

Fungsi seksual 28 75.000 6.0654 32.0951

Kualitas tidur 37 59.932 3.1577 19.2073

Dukungan sosial 37 76.124 3.8503 23.4204 Kualitas pelayanan staf

dialisis

37 81.757 2.0887 12.7048

Kepuasan pasien 37 62.175 3.2714 19.8990

Fungsi fisik 37 55.541 4.0998 24.9384

Peran - Fisik 37 23.649 5.5604 33.8224

Persepsi rasa sakit 37 70.946 3.8486 23.4102 Persepsi kesehatan secara

umum

37 54.324 2.4672 15.0075

Emosi 37 33.514 3.0189 18.3630

Peran - emosional 37 32.432 6.5207 39.6641

Fungsi sosial 37 66.216 3.8097 23.1737

Energi/kelelahan 37 42.027 3.7542 22.8357 Tingkat kesehatan secara

umum

37 56.459 1.8391 11.1870


(4)

Interpretasi Kualitas Hidup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 15 40.5 40.5 40.5

Buruk 22 59.5 59.5 100.0

Total 37 100.0 100.0

D.

Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup

Descriptive Statistics

Status Depresi Pasien N Mean Std. Deviation Depresi Gejala/permasalahan 24 60.851 18.7649

Efek dari penyakit ginjal 24 56.250 15.8275 Penderitaan oleh karena

penyakit ginjal

24 31.250 17.7735

Status pekerjaan 24 27.083 32.9003

Fungsi kognitif 24 59.722 16.8516

Kualitas interaksi sosial 24 70.833 16.0690

Fungsi seksual 17 64.706 37.0376

Kualitas tidur 24 55.625 19.2700

Dukungan sosial 24 71.526 24.8087

Kualitas pelayanan staf dialisis

24 79.688 13.1940

Kepuasan pasien 24 63.207 17.7097

Fungsi fisik 24 46.042 23.2182

Peran - Fisik 24 14.583 25.4489

Persepsi rasa sakit 24 64.271 24.5113 Persepsi kesehatan secara 24 47.917 11.3172


(5)

Energi/kelelahan 24 48.958 20.7982 Tingkat kesehatan secara

umum

24 51.132 9.5762

Valid N (listwise) 17

Tidak Depresi Gejala/permasalahan 13 72.276 13.7243 Efek dari penyakit ginjal 13 78.846 15.3175 Penderitaan oleh karena

penyakit ginjal

13 56.731 15.8241

Status pekerjaan 13 57.692 34.4369

Fungsi kognitif 13 73.846 16.4343

Kualitas interaksi sosial 13 77.436 18.3663

Fungsi seksual 11 90.909 11.3067

Kualitas tidur 13 67.885 17.0124

Dukungan sosial 13 84.613 18.5882

Kualitas pelayanan staf dialisis

13 85.577 11.2340

Kepuasan pasien 13 60.268 24.0981

Fungsi fisik 13 73.077 17.8581

Peran - Fisik 13 40.385 41.5061

Persepsi rasa sakit 13 83.269 15.4578 Persepsi kesehatan secara

umum

13 66.154 14.0169

Emosi 13 24.615 15.3923

Peran - emosional 13 61.538 42.7008

Fungsi sosial 13 79.808 14.9116

Energi/kelelahan 13 29.231 21.4909

Tingkat kesehatan secara umum

13 66.293 6.1768


(6)

Status Depresi Pasien * Interpretasi Kualitas Hidup Crosstabulation Interpretasi Kualitas Hidup

Total Baik Buruk

Status Depresi Pasien Depresi Count 3 21 24

% within Interpretasi Kualitas Hidup

20.0% 95.5% 64.9%

Tidak Depresi Count 12 1 13

% within Interpretasi Kualitas Hidup

80.0% 4.5% 35.1%

Total Count 15 22 37

% within Interpretasi Kualitas Hidup

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 22.281a 1 .000

Continuity Correctionb 19.093 1 .000

Likelihood Ratio 24.825 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 21.679 1 .000

N of Valid Cases 37

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.27. b. Computed only for a 2x2 table