PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAQ TERPUJI KELAS IV DI MI DARUL MUSLIMIN BUNCITAN SEDATI SIDOARJO.

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK

POKOK BAHASAN AKHLAQ TERPUJI KELAS IV

DI MI DARUL MUSLIMIN BUNCITAN SEDATI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

SITI CHOLIFAH

NIM: D57211155

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JUNI 2015


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :Siti Cholifah

NIM :D57211155

Jurusan/Progran Studi Fakultas: PGMI

Menyatakan dengan sebenar nya bahwa PTK yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya tulisan atau pikiran saya sendiri;bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa PTK ini hasil jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya,

Yang Membuat Pernyataan


(5)

ABSTRAK

Siti Cholifah,2015 Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Pokok Bahasan Akhlaq Terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo Tahun Pelajaran 2014/2015

Kata Kunci : Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick, Prestasi belajar Metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan metode ini, diharapkan peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik. Keunggulan talking stick adalah menggunakan media yang berupa tongkat, dan bisa diterapkan untuk semua materi pelajaran baik umum maupun agama.

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: a.Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq? b. Bagaimana prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick? c. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran aqidah akhlaq ?

Tujuan penelitian ini adalah: a.Untuk mengetahui penerapan mata prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick. c. untuk mengetahui seberapa besar penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,pelaksanaan tindakan, pengumpulan data, refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Darul Muslimin Buncitan Sedati . Data yang diperoleh berupa daftar nilai, prosentase keberhasilan belajar, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Kesimpulan penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji kelas IV MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo mengalami peningkatan yang signifikan setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick.Dengan prosentase ketuntasan hasil belajar 45 % pada siklus I menjadi 90 % pada siklus II. Peningkatan ini menandakan bahwa penelitian ini dapat dikatakan berhasil.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN MOTTO iii

LEMBAR PERSETUJUAN

A. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

B. LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TIM

PENGUJI SKRIPSI v

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR DIAGRAM xv


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5

C. Rumusan Masalah 8

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 9

E. Hipotesis Tindakan 11

F. Manfaat penelitian 11

BAB II KERANGKA TEORI A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatf 12 2. Cara penggunaan Pembelajaran Kooperatif 18

3.Tujuan Pembelajaran Kooperatf 19

4.Model Pembelajaran Kooperatif 22

B. Talking Stick

1. Pengertian Talking Stick 24

2. Metode Pembelajaran Talking Stick 25

3. Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan Dalam Pembelajaran

Talking Stick 27

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar 28


(8)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar 32

4. Batas Minimal Prestasi Belajar 35

D. Akhlak Terpuji

1. Pengertian Akhlak Terpuji 37

2.Pentingnya Akhlak Terpuji 37

3. Contoh Sifat-sifat Terpuji 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 41

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek yang diamati 44

C. Variabel Yang Diselidiki 45

D. Rencana Tindakan 46

E. Data dan Cara Pengumpulannya 56

F. Tim Penelitian dan Tugasnya 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per Siklus 82

B. Pembahasan dari setiap siklus 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 103


(9)

DAFTAR PUSTAKA 106


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut Skinner seperti yang dikutip barlow (1985) dalam buku nya Educational Psychology: The Teaching Learning Process berpendapat bahwa, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer).Hintzman berpendapat belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme. Perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses positif.1 Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Dalam Perubahan-perubahan belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar yang di lakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. 1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan ke 18 jan 2013), 88-89


(11)

2

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Adapun beberapa faktor yang mendukung untuk berlangsungnya dalam kegiatan pembelajaran yang efektif yaitu diantaranya dengan pemilihan metode pembelajaran, salah satunya pembelajaran kooperatif, karena di dalam metode kooperatif terdapat berbagai jenis yang nantinya akan mendukung dalam kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.2

Dalam proses belajar mengajar banyak masalah yang di hadapi oleh guru, diantaranya pemilihan metode mengajar yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara baik dan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Dengan adanya penerapan metode kooperatif tipe talking stick diharapkan peserta didik dapat menerima dengan baik, terkait hal ini dengan adanya penerapan pembelajaran tipe talking stick siswa tidak jenuh dalam pelaksanaan belajar mengajar, karena keunggulan talking stick adalah sistem pendukung dari pembelajaran kooperatif yang berupa tongkat disamping itu talking stick bisa diterapkan untuk semua materi pelajaran baik umum maupun agama, dengan

2

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung : PT Refika Aditama 2013), 62


(12)

3

dibuktikan pada penelitian terdahulu. Sedangkan keunggulan penerapan metode kooperatif adalah dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 secara kaloboratif dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Karena pada dasarnya siswa tidak bekerja sendiri melainkan bekerjasama dengan kelompok dengan menerapkan metode diskusi, guru sebagai pengajar dan fasilitator memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagaimana cara mengajar secara baik, objektif dan menghibur. Sehingga nantinya siswa tidak jenuh dan bisa menerima pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh yang nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi siswa di kelas, dalam hal ini adalah sesuatu yang telah dicapai oleh siswa secara kognitif yang biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sedangkan cara kerja metode

talking stick merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model

pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa melalui media tongkat.

Rendahnya kemampuan peserta didik, dalam hal ini menerima pembelajaran di dalam kelas, di karenakan peserta didik kurang memperhatikan guru pada saat menerangkan pembelajaran terkait materi yang diajarkan, faktor yang mempengaruhi yaitu kurang adanya trobosan yang efektif dalam memilih metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru sedangkan faktor lain dari guru yaitu kurang adanya motivasi ke siswa yang dilakukan di dalam kelas sehingga nantinya akan mempengaruhi siswa, dalam konteks cenderung akan bosan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, kurangnya metode yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang efektif dan inovatif.


(13)

4

Melalui penelitian tindakan kelas ini yang dilakukan pada peserta didik kelas IV MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo diharapkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe takling stick peserta didik dapat menerima dengan baik.

Terkait hal ini sebelumnya penulis melakukan wawancara dengan guru bidang studi Aqidah akhlaq kelas IV yang dimana sebelumnya sudah pernah melakukan penerapan pembelajaran kooperatif dengan permainan merangkai di punggung temannya. Tetapi dengan penerapan tersebut hasil belajar dari peserta didik belum maksimal, dikarenakan metode yang digunakan cenderung lebih monoton sehingga kurang adanya semangat yang lebih untuk siswa, dengan hasil demikian nilai raport setiap individu ada yang meningkat dan masih ada yang belum. Faktor yang mempengaruhi hambatan-hambatan pada saat mengajar dikelas yaitu peserta didik sering berisik, dikarenakan kurang memperhatikan guru pada saat mengajar di kelas. Disisi lain guru juga kurang bisa mengkondisikan suasana kelas dan kurang adanya motivasi ke siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, dimana nilai individu siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa dengan prosentase (27%) sedangkan yang belum tuntas sebanyak 14 siswa dengan prosentase (72%), dengan demikian masih banyak siswa yang belum memenuhi ketentuan kriteria minimum (KKM), yang dimana sekolahan menentukan (KKM) mata pelajaran Aqidah akhlaq kelas IV yaitu 65.3

3

Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Aqidah Akhlaq Kelas IV di MI Darul Muslimin, tgl 04 Maret 2015 Jam 09.00 WIB.


(14)

5

Dalam hal ini dengan adanya trobosan memlilih metode kooperatif tipe

talking stick secara baik dan menghibur, di harapkan kegiatan pembelajaran lebih

meningkat dan tidak jenuh dalam melakukan aktivitas pembelajaran didalam kelas, guru juga berusaha untuk mengajar secara optimal dan memotivasi siswa serta mengkondisikan kelas dengan sebaik-baiknya, sehingga nantinya akan meningkatkan semangat belajar dan pasti akan mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa yang bersumber dari pertanyaan guru, yang nantinya akan di jawab oleh siswa secara bergiliran melalui media tongkat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Pokok Bahasan Akhlaq Terpuji Kelas IV Di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo”

B.Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan diatas fokus kajian penelitian ini adalah masalah tentang materi Aqidah Akhlaq Kelas IV Semester I pada kompetensi dasar :

1. Menunjukkan sikap terpuji Shidiq, amanah, tablig, fatonah sebagai implementasi dalam meneladani sifat-sifat nabi dan rosul dalam kehidupan sehari-hari.


(15)

6

2. Menunjukkan perilaku terpuji terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Talking Stick Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Aqidah

Akhlaq Pokok Bahasan Akhlak Terpuji Kelas IV Di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo”

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan beberapa istilah dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut :

1. Pembelajaran kooperatif

Menurut Roger dalam Huda pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok, tingkah laku bekerjasama melalui prosedur pembelajaran. Salah satu asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerjasama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual. Kelompok-kelompok social integrative memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara berpasangan pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.4

4

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran , Isu-Isu Metodis dan Pragmatis (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,cetakan ke 3 2013), 110-111


(16)

7

2. Prestasi belajar

Dalam kamus umum bahasa indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb).5 Yang di maksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah prestasi akademis yaitu hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di madrasah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

3. Talking stick

Pembelajaran dengan metode Talking stick merupakan metode pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat yang dimana guru telah mempersiapkan sebelumnya. Dalam kamus umum bahasa indonesia metode merupakan cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud, yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan dikehendaki.6 Dalam hal ini secara oprasional guru mempersiapkan sebuah pertanyaan untuk kemudian di berikan ke peserta didik yang harus dijawab, pertanyaan tersebut meliputi dari materi Aqidah akhlaq kelas IV dengan membentuk kelompok dan guru menggunakan media tongkat, tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik, peserta didik yang menerima tongkat tersebut di wajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya, ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, sebaiknya dengan diiringi musik.

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,2011) Edisi ke-3, cet-4,2011

6

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 766


(17)

8

4. MI Darul Muslimin Buncitan Sedati

MI Darul Muslimin merupakan lembaga pendidikan yang bernuansa Islami dan pertama kali di Buncitan yang berlokasi di desa Buncitan kecamatan Sedati - Sidoarjo.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan “Penerapan pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Sedati ” adalah proses untuk diharapkan guru bisa mengorganisir siswa dengan pembentukan kelompok sehingga aktivitas dengan menggunakan interaksi dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan prestasi dan pada setiap pertanyaan yang di berikan oleh guru siswa dengan senang menjawab pertanyaan tersebut, karena dengan penerapan tipe talking stick yang di anggap oleh siswa sangat menghibur.

C.Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick pada siswa

kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo dapat meningkatkan

prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji?


(18)

9

2. Bagaimana prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan akhlak terpuji kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick? 3. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Talking

stick pada siswa kelas IV di Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo dapat

meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji?

D.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq kelas IV di MI Darul Muslimin.

b. Untuk mengetahui prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pokok bahasan akhlaq terpuji sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

c. Untuk mengetahui seberapa besar penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Talking stick dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran


(19)

10

2. Kegunaan penelitian a. Secara teoritis :

Peneliti ini diharapkan berguna untuk mengembangkan ilmu dalam dunia pendidikan khususnya dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe

talking stick untuk meningkatkan prestasi belajar, dan khususnya pelajaran

Aqidah Akhlaq. b. Secara praktis :

1) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi guru dalam rangka perbaikan dan peningkatan perannya di dunia pendidikan.

2) Bagi sekolah, hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan dalam program peningkatan kualitas dan mutu sekolah melalui penerapan pembelajaran kooperatif yang efektif.

3) Bagi Almamater,dapat dijadikan sebagai sumbangsih keilmuan pada umumunya, di bidang pendidikan pada khususnya dijadikan sebagai sumber bacaan yaitu tentang pembelajaran kooperatif yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, dan dapat dijadikan perbandingan apabila melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

11

E.Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Dalam hal ini adalah :

Ho = Tidak Ada Pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick untuk meningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq di MI Darul Muslimin.

H1 = Ada Pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah akhlaq di MI Darul Muslimin.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Sekolah,sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq.

2. Guru,sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa.

Siswa,dapat membantu mengingat kembali materi pelajaran khusus nya mata pelajaran Aqidah Akhlaq sehingga prestasi belajar yang diharapkan akan tercapai.


(21)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A.Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.7

Pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan -pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang di rancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Dari Piaget ke Vygotsky , mengemukakan berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.Peserta didik mengontruksi pengetahuan dengan mentransformasikan,mengorganisasian ,dan mereorganisasikan pengetahuan dan informasi sebelum nya. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

7

Agus Supriyono, Cooperative Learning teori dan aplikasi paikem , (Yogyakarta : pustaka pelajar, 2013), 54


(22)

13

anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajaran kooperatif didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang.8

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dengan berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.9 Dalam hal ini penerapan pembelajaran kooperatif di kelas.

Roger,dkk dalam Huda Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.10 Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif harus didasarkan bekerja sama antar kelompok untuk menciptakan dikusi antar kelompok dengan membahas materi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran

8 Ibid. 9

Ibid., 16 10

Miftahul Huda,Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cetakan III 2013), 110.


(23)

14

adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa, pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan lima unsur.Lima unsure tersebut adalah :

1. Positive interdependence ( saling ketergantungan positif ) 2. Personal responbility (tanggung jawab perseorangan ) 3. Face to face promotive interaction ( Inteaksi promosi ) 4. Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota )

5. Group processing ( pemrosesan kelompok )

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.Unsur ini menunjukkan bahwa bahwa dalam pembeljaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok.Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok .Kedua,menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan.Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual.Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif interaksi promotif.Unsur ini penting karena dapat menghasilkan ketergantungan positif.

Ciri-ciri interaksi promotif adalah: a. Saling membantu secara efektif dan efesien


(24)

15

b. Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.

c. Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien. d. Saling mengingatkan.

e. Salinh membantu dalam merumuskandan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. f. saling percaya

g. saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus :

a. saling mengenal dan memercayai

b. mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius c. saling menerima dan saling mendukung

d. mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif

unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa diantara anggota kelompok yang sangat membantu dan yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.


(25)

16

Menurut Kokom adapun pengertian Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa zbekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.11

Menurut Davidson dalam Huda, kooperasi berarti bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu pengaruh tertentu. Sedangkan kaloberasi berarti bekerjasama dengan satu atau beberapa orang untuk proyek tertentu, seperti proyek penulisan atau penelitian.12

Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok menurut Wina adalah strategi pembelajaran kooperatif ( SPK). SPK merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Wina mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

11

Kokom Komalasari, Pembelajarn Kontekstual Konsep dan Aplikasi (Bandung : PT Refika Aditama 2010), 62.

12


(26)

17

keterampilan.13 Maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Parker dalam Huda mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektifitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajar ini, guru di harapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membentu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga. Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.

13

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta : Prenada Media Group, 2010), 242.


(27)

18

2. Cara Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Dalam metode pengajaran pembelajaran kooperatif atau pembelajaran dengan bantuan teman sebaya, siswa bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Dalam pembahasan kooperatif banyak siswa merasa terbantu dengan berkumpul bersama teman sekelas untuk membahas bahan yang telah mereka baca atau di dengar di kelas.

Untuk mendapatkan pemahaman cara penggunaan kooperatif dalam belajar terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang strategi pembelajaran kooperatif (SPK) yang dimana sudah di sebutkan diatas, yang perlu dilakukan.

Dari sisi redaksional terdapat perbedaan diantarab para ahli, yaitu antara ibrahim, Kagan dan jacob, dalam mengemukakan konsep strategi pembelajaran kooperatif. Tetapi pada prinsipnya sama saja, yaitu suatu strategi untuk membangun kerja sama antara siswa dalam pembelajaran.

Menurut Ibrahim dalam Syaiful, strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Kagan dalam Syaiful, mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi intruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Jacob dalam Syaiful, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode intruksional dimana siswa dalam


(28)

19

kelompok kecil bekerja sama saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik. 14

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkaan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam dalam penerapan model belajar mengajar pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.15

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keteampilan kerjasama dan kaloberasi. Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif ialah belajar secara berkelompok sesama teman sebayanya dengan mempelajari materi yang ada di dalam buku maupun yang telah di jelaskan oleh guru untuk nantinya di presentasikan atau di jelaskan ke depan apabila diskusi antar kelompok sudah selesai.

14

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain , Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : PT Rineka Cipta,Cetakan ke 5 2015), 55

15


(29)

20

Bennet ( 1995 ) ada lima unsur dasar yang dapat membedakan

cooperative learning dengan kerja kelompok yaitu:

1. Positive interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya

kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Hal ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerja sama

2. Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa

tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbale balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. 3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalamanggota

kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.

4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.


(30)

21

5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning adalah siswa belajar keterampilan bekerja sama dan berhubungan, ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.16

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

3. Face to face promotive (komunikasi antar anggota)

4. Group processing (pemrosesan kelompok)17

Siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok atau berdiskusi untuk mengerjakan suatu tugas atau mencari penyelesaian terhadap suatu masalah ataupun untuk mencapai tujuan bersama merupakan suatu kondisi yang perlu bagi terlaksananya pembelajaran kooperatif. Namun agar suatu pembelajaran dikatakan merupakan suatu pembelajaran kooperatif, masih diperlukan adanya elemen-elemen lain yang merupakan bahan dasar agar

16

Isjoni, Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung : Alfabeta, 2011), 41 - 43

17

Agus Supriyono, Cooperative Learning teori dan aplikasi paikem , (Yogyakarta : pustaka pelajar, 2013), 58


(31)

22

pembelajaran tersebut dinamakan pembelajaran kooperatif. Dengan mencakup adanya elemen dan standar sebagai bahan dasar untuk menjadikan pembelajan kooperatif lebih menarik maka diperlukannya elemen-elemen yang saling terkait dan ketergantungan.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu;

a. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan b. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan

yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.

d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling pendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok . 18

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai

18


(32)

23

pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru dikelas.19

Menurut johnson dalam Trianto, untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joy learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.20 Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat di pastikan berlangsung baik dengan penerapan pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntuk kerja sama dan interpendensi peserta didik dalam struktur tugas, sturuktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu

19

Agus Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), 45

20

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, ( Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010), 55.


(33)

24

pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward. 21

Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi antar anggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Intelegensi ini berupa kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, tempramen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam intelegensi ini. Secara umum intelegensi interpersonal berkaitan berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kaloboratif, serta solidaritas.22

B.Talking Stick

1. Pengertian Talking Stick

Pengertian pembelajaran model talking stick adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang

21

Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, 61.

22


(34)

25

tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajarinya materi pokoknya, selajutnya kegiatan tersebut di ulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dala topik selanjutnya menyiapkan dan mempresentasekan laporanya pada seluruh kelas.

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar yakni faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa, faktor lain yaitu ekstrn, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari dari luar diri siswa.23

2. Metode Pembelajaran Talking Stick

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran yang akan digunakan, baik secara individual atau secara kelompok.

Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif

23


(35)

26

kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu unuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.24

Dengan dilakukannya penerapan pembelajaran kelompok dengan model talking stick ini, dapat mendorong peserta didik untuk menjawab suatu pertanyaan dari guru, dikarenakan dengan model tersebut peserta didik dengan semangatnya untuk menjawabnya, karena dengan cara tersebut peserta didik terasa sangat terhibur dan tidak jenuh.

Pembelajaran dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengumukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelesan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepadaa peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab

24


(36)

27

pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, sebaiknya diiringi musik.

Langkah akhir dari metode Talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan tehadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya besama-sama peseta didik merumuskan kesimpulan.25

3. Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan Dalam Pembelajaran Talking Stick

Menurut Nanang dan Cucu, Dalam pembelajaran kooperatif tipe talking

stick adapun langkah-langkah pembelajannya yaitu sebagai berikut : 26

a. Guru menyiapkan sebuah tongkat

b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi pegangannya.

c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, peserta didik dipersilahkan untuk menutup buku.

d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat

25

Suprijono, Cooperatif learning teori dan Aplikasi PAIKEM, 109.

26

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2010), 48.


(37)

28

tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya, sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru e. Guru memberikan kesimpulan

f. Evaluasi g. Penutup

C.Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapi (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb). 27

Sedangkan belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,belajar hampir mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Dalam definisi tersebut istilah belajar adalah perubahan dan kemampuan untuk berubah . 28

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju

27

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,2011) Edisi ke-3, cet-4,910

28


(38)

29

karena belajar.29 Dengan kesimpulan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.

Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutkan dengan istilah hasil belajar . Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar, merujuk pada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek diatas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Arrinya prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.30 2. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah

29

Ibid 61 30


(39)

30

mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak di ungkapkan atau di ukur.31

Menurut Muhibin Syah indikator prestasi belajar di bagi menjadi tiga diantaranya 32:

Tabel 2.1 Jenis, indikator

Ranah Prestasi Indikator

A. Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan

2. Ingatan

3. Pemahaman

4. Penerapan

5. Analisis(pemeriksaan dan pemilihan secara teliti)

6. Sintetis(membuat panduan

1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Dapat menguraikan

2. Dapat mengklasifikasikan 1. Dapat menghubungkan

31

Syah, Psikologi Belajar, 216

32


(40)

31

baru dan utuh) 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat menggeneralisasikan B. Ranah Rasa(Afektif)

1. Penerimaan

2. Sambutan

3. Apresiasi(sikap menghargai)

4. Internalisasi

5. Karakterisasi(penghayatan)

1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak 1. Kesediaan berpartisipasi 2. Kesediaan memanfaatkan 1. Menganggap penting

2. Menganggap indah dan harmonis 1. Mengakui dan meyakini

2. Mengingkari

1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan

prilaku sehari – hari C. Ranah Karsa (Psikomotor)

1. Keterampilan bergerak dan bertindak

2. Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal

1. Mengkondisikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya

1. Mengucapkan

2. Membuat mimik dan gerakan jasmani


(41)

32

Tabel 2.2 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf 33 Simbol-Simbol Nilai Angka dan Huruf Predikat

Angka Huruf

8 - 10 = 80 - 100 = 3,1 - 4 7 - 7,9 = 70 - 79 = 2,1 - 3 6 - 6,9 = 60 - 69 = 1,1 - 2 5 - 5,9 = 50 - 59 = 1 0 - 4,9 = 0 - 49 = 0

A B C D E

Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Ahmad Sabri, Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dari faktor lingkungan dan kemampuan contoh : a. Pendekatan dengan teman sebaya yang memiliki karakter yang baik b. Tempat belajar yang tenang dan aman dari gangguan siapa saja

c. Peran orang tua untuk selalu menjaga dan membimbing anaknya untuk bergaul dengan orang yang pintar dan berakhlaq.

Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya, contoh yang melibatkan dari kemampuan adalah :

33


(42)

33

a. Faktor kognitif yang dimana siswa memiliki kemampuan yang berupa daya pikir yang luas serta memiliki penderian yang luas.

b. Minat merupakan kecenderungan dari kegiatan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu

c. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif yang beerupa memiliki kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif.

Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti ditemukan oleh Clark dalam Ahmad bahwa prestasi belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. 34

Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, dan faktor-faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk teliti, seberapa jauh kontribusi/ sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap prestasi belajar siswa.35

Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya sesuatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha menggerahkan segala upaya

34

Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, 48.

35


(43)

34

untuk mencapainya, kemampuan siswa, dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan berbanding lurus dengan prestasi belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula prestasi belajar siswa.

Dalam belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat di golongkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Fator internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.36

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conversing terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan

36


(44)

35

mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar.37

Selain faktor-faktor diatas, yang mempengaruhi prestasi belajar adalah waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan, kemampuan atau pembaharuan dalam tingkah laku disana atau kecakapan dari siswa. Sampai dimanakah perubahan itu bisa tercapai atau dengan kata lain berhasil tidaknya belajar itu bisa tergantung dari macam-macam faktor di antaranya yang sudah dipaparkan di atas.

4. Batas Minimal Prestasi Belajar

Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa dan karsa siswa. Ranah-ranah

37


(45)

36

psikologis, walaupun berkaitan satu sama lain, kenyataan sukar diungkap sekaligus jika hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah satu ranah. Contoh : seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi agama islam misalnya, belum tentu rajin beribadah salat. Sebaliknya, siswa lain yang hanya mendapat nilai cukup dalam bidang studi tersebut, justru menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan bagaimana sehari –hari.38

Menurut Muhibbin Syah ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Adapun norma – norma pengukuran tersebut adalah: 39

1. Norma skala angka dari 0 sampai 10 2. Norma skala angka dari 0 sampai 100 3. Norma skala dari angka 0,0 sampai 4,0 4. Norma skala huruf dari A sampai E

Dari keempat dapat di uraikan angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar skala 0-10 adalah 5 atau 6, sedang untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60, untuk skala 0,0-4,0, adalah 1,0 atau 1,2 dan untuk skala huruf D.

Selanjutnya, selain norma-norma tersebut di atas, ada pula norma lain yang dinegara kita yaitu norma prestasi dengan menggunakan simbol huruf-huruf A, B, C, D dan E.

38

Syah, Psikologi Belajar , 222. 39


(46)

37

D..Akhlak Terpuji

1.Pengertian Akhlak Terpuji :

Akhlak terpuji (akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji. Hamzah Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman. Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat Plato. Plato mengatakan bahwa orang utama adalah orang yang dapat melihat kepada Tuhannya secara terus-menerus seperti ahli seni yang selalu melihat pada contoh-contoh bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa orang yang dekat kepada Allah SWT adalah orang yang mendekati ajaran-ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak sempurna.40

2.Pentingnya akhlak terpuji yaitu : 41

a. Menjadikan manusia yang insan kamil dan bertakwa.

40

Yatmin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an,(Jakarta: Amzah, 2006), hlm. 40.

41

http://sukurudin474.blog.com/2013/04/23/makalah-pengertian-ahlak-terpuji-contoh-contoh-analisis-dan-pentingnya-dalam-pergaulan-remaja/, di akses pada tanggal 23 Juni 2015 pukul 21.50 WIB


(47)

38

b. Eratnya tali silaturahmi. c. Dapat saling percaya

d. Membangun pertumbuhan dan kemajuan negara e. Dapat menciptakan suasana aman dan lain-lain. 3.Contoh sifat-sifat Terpuji

3.1.Hormat dan patuh kepada orang tua 3.2 Hormat dan patuh kepada guru

3.1.1 Akhlak terpuji yang harus dilakukan terhadap orang tua adalah : 1. Mengikuti segala nasehat yang baik dan berusaha

menyenangkannya.

2. Mendoakan kedua orang tua dan selalu memohonkan ampunan kepada Alloh SWT.

3. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. 4. Mengucapkan kata- kata yang menyangkut kemuliaan orang tua. 5. Membantu orang tua dalam segala hal.

3.1.2 Hal-hal yang harus dihindari dalam bersikap dengan orang tua : 1. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua. 2. Membentak atau menghardik orang tua .

3. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua. 4. Menyebut kejelekan orang tua.


(48)

39

6. Menyuruh atau membuat orang tua susah.42 3.2. Hormat dan Patuh kepada Guru

Contoh sikap hormat dan patuh kepada guru

1. Memuliakan,tidak menghina atau mencaci guru

2. Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat. 3. Ketika belajar hendaklah berpakaian rapi dan sopan.

4. Taat dan patuh melakukan perintah guru.

5. Memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran.

6. Tunjukkan sifat merendahkan diri kepadanya,selalu hormat dan sopan.

Manfaat bersikap hormat dan patuh kepada orang tua dan guru :  Di sayang Alloh

 Mendapat pahala

 Menjadi anak yang sholeh  Di sayang orang lain  Mudah meraih cita-cita

Dalam bergaul dengan orang yang lebih tua,teman sebaya,dan orang yang lebih muda hendaknya sesuai etika bergaul.Sikap dan etika yang dibiasakan dalam bergaul disebut adap bergaul.

42


(49)

40

1. Cara bergaul dengan orang yang lebih tua  Mendahului mengucapkan salam

 Mendengarkan dan mengikuti nasehat mereka  Mencium tangan mereka ketika bersalaman  Tidak mendahului mereka ketka sedang berjalan  Berkata lemah lembut

 Segera menyahut apabila dipanggil 2. Cara bergaul dengan orang sebaya

 Perlakukan mereka dengan baik

 Jngan menyakiti mereka baik dengan perbuatan maupun perkataan  Jangan berkata kasar seperti: mengolok-olok ,meskipun sedang

bergurau

3. Cara bergaul dengan orang yang lebih muda

 Kita harus membimbing dan menyayangi mereka  Kita harus memberikan contoh tingkah laku yang baik 4. Cara bergaul dengan sesame muslim

 Harus saling mengasihi dan menyayangi  Saling tolong -menolong


(50)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini bila ditinjau dari tujuannya tergolong penelitian Tindakan.Karena penelitian ini dipergunakan untuk perbaikan pembelajaran maka penelitian ini dinamakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yaitu suatu model penelitian yang dikembangkan dikelas.Classroom Action reaseach merupakan salah satu perspektif baru dalam penelitian pendidikan,yang mencoba menjembatani antara praktek dan teori dalam bidang pendidikan.Dalam model penelitian ini,si peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) sekaligus sebagai partisipan.

Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran dikelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan,tindakan,pengamatan dan refleksi.

Penelitian ini akan selesai apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai 85 % atau lebih.Jadi dalam penelitian ini,peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang dilalui.Menurut pengertiannya penelitian tindakan kelas adalah merupakan suatu model pembelajaran di kelas.Classroom Action research merupakan salah satu perspektif baru dalam penelitian pendidikan,yang mencoba menjembatani antara praktek dan teori dalam bidang pendidikan.Action reaseach merupakan penelitian tentang realita dan social.Dalam model penelitian ini,si peneliti bertindak


(51)

42

sebagai pengamat (observer )sekaligus sebagai partisipan.40 Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut ;

1.Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi criteria yaitu harus benar-benar nyata dan penting untuk menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2.Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3.Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efesien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu dana dan tenaga.

4.Metodologi yang digunakan harus jelas,rinci dan terbuka,setiap langkah dari tindakan ditumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5.Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan ( on-going ) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu.41

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu Penelitian Tindakan Kelas,maka penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Taggar,yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya.Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection

40

Reza Muhammad ,Modul XV Suplemen Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) untuk Program PUD UNESA 2010

41

Suharsini Arikunto,1989,Prosedur Penelitian,Bina Aksara Jakarta hal 82


(52)

43

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaaan yang sudah direvisi,tindakan pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Alur PTK Model Kemmis dan Aggart Penjelasan alur diatas adalah :

1.Rancangan / rencana awal ,sebelum sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah ,tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalam nya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2.Tindakan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.

Tindakan dan Observasi

Refleksi

Refleksi

Tindakan dan Observasi

Putaran 1

Putaran 2 Rencana awal /

Rancangan

Rencana yang direvisi


(53)

44

3.Refleksi,peneliti mengkaji,melihat mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4.Rancangan / rencana yang direvisi untuk melaksanakan pada siklus berikutnya. B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek yang diamati

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang dinginkan. Penelitian ini bertempat di MI Darul Muslimin Buncitan Sidoarjo .

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester II tahun pelajaran 2014/2015

3.Metode Penelitian 3.1Tinjauan umum

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Menurut Rapoport ( 1970,dalam hopkis,1993 ) dalam Rochiati Wiriatmaja PTK untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi


(54)

45

dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan bekerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.42

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mencari solusi terhadap masalah pembelajaran yang dihadapi guru agar terjadi perbaikan dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

4.Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah penelitian mengambil di lokasi MI Darul Muslimin dan siswa kelas IV yang berjumlah 20 anak. Untuk memperoleh sumber data tentang proses belajar mengajar materi aqidah akhlak kelas IV penelitian melakukan wawancara, observasi kepada guru pelajaran aqidah akhlaq kelas IV.

C. Variabel Yang Diselidiki

Variabel adalah obyek penelitian apasaja yang menjadi titik temu perhatian suatu penelitian.

Pada dasarnya variable dibagi menjadi dua,yaitu:

42

Prof.Dr.Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung,PT Remaja Rosdakarya,cet ke 10 , 2012), 11-12


(55)

46

a.Variabel Bebas ( Independen Variabel), yaitu variabel yang mempengaruhi .Dalam hal ini yang mempengaruhi adalah pengguna metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

b.Variabel Terikat (Dependen Variabel),yaitu variabel yang dipengaruhi. Dalam hal ini yang dipengaruhi adalah prestasi belajar siswa.

D. Rencana Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan selama dua siklus, tiap siklus dilakukan dengan skenario yang telah dibuat. Ada empat tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 April 2015 pada siklus I,dan pada siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 30 April 2015.

Adapun penjelasan dari tahapan tersebut adalah : Siklus 1

a. Perencanaan tindakan siklus 1

Peneliti memfokuskan kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan dengan metode kooperatif tipe talking stick.Pada tahap ini peneliti mempersiapkan media dan sumber belajar yang diperlukan.


(56)

47

Sebelum pelaksanaan tindakan, beberapa hal yang perlu direncanakan secara baik, antara lain sebagai berikut :

1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe Talking stick.

2. Menyiapkan materi yang menarik tentang pokok bahasan akhlaq terpuji

3. Menjelaskan seputar akhlak terpuji.

4. Menyusun lembar kegiatan siswa, menyiapkan : lembar observasi, aktifitas siswa, kelompok, dan pedoman wawancara.

b. Pelaksanaan tindakan siklus 1

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada waktu pelaksanaan kegiatan ini, peneliti didampingi teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat. Teman sejawat yang bertindak sebagai bertugas mengamati aktivitas, memberi komentar, saran, masukan dan kritik kepada peneliti dalam melaksanakan pembelajaran.

Adapun pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut: 1) Mengajar sesuai RPP

2) Memberikan pree tes 3) Membagi kelompok 4) Menyiapkan tongkat


(57)

48

5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada kelompok tongkat

6) Kelompok yang mendapat tongkat menjawab pertanyaan dari gu 7) Guru mengulangi sampai semua kelompok mendapatkan tongkat

dan menjawab.

8) Guru membimbing siswa jika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab.

9) Melakukan observasi terhadap siswa yang mengalami perubahan tingkah laku siswa yang meliputi:

Keaktifan,kemauan,kemampuan dan tanggung jawab siswa selama proses belajar mengajar terhadap materi yang dipelajari.

Siswa diberi pos tes untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

c. Pengumpulan data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung,misalnya hasil pengamatan teman sejawat yang berupa lembar pengamatan pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa.Peneliti juga mengumpulkan data-data yang diperoleh setelah kegiatan perbaikan pembelajaran,misalnya hasil uji kompetensi.

Pada tahap ini juga dapat diketahui bahwa nilai anak-anak pada mata pelajaran aqidah akhlak pokok bahasan akhlak terpuji rata-rata


(58)

49

70.Dari 20 anak rata-rata nilainya 70.Sementara,prestasi Aqidah Akhlaq sebelum menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick nilai rata-rata 65,ini menunjukkan ada peningkatan tetapi tidak terlalu segnifikan.Oleh karena itu perlu adanya tindakan pembelajaran pada siklus kedua.

d. Refleksi

Pada tahap ini,peneliti mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.Peneliti juga berdiskusi dengan teman sejawat tentang hasil pengamatan.Berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi dengan teman sejawat,peneliti menemukan kekurangan-kekurangan atau masalah baru dalam pelaksanaaan pembelajaran yang dilaksanakan.Berdasarkan kekurangan atau masalah itu,peneliti mencari alternative pemecahan maalah itu sebagai rencana untuk melaksanakan pembelajaran pada siklus yang kedua.

Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus yang pertama,dapat diketahui adanya masalah baru yang muncul yaitu banyak siswa yang mengalami kesulitan,ini dikarenakan siswa baru mengenal metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick,atau mungkin guru kurang menarik dalam mengenalkan metode ini kepada siswa .


(59)

50

Siklus II

Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran berdasarkan temuan-temuan masalah yang didapat dari hasil evaluasi pembelajaran Aqidah Akhlak pada siklus I .Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan siswa masih rendah.Oleh karena peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran kooperatif tipe talking stick.Penerapan metode mengajar bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan karena siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan.Siklus yang kedua merupakan perbaikan dari kelemahan-kelemahan atau kegagalan yang terjadi pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus yang pertama.

a) Perencanaan

Peneliti memfokuskan kegiatan pembelalajaran yang bertujuan meningkatkan prestasi hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick.

Sebelum pelaksanaan tindakan adapun beberapa hal yang perlu direncanakan secara baik, antara lain :


(60)

51


(61)

52

3) Membagi kelompok


(62)

53

5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada kelompok tongkat

6) Kelompok yang mendapat tongkat menjawab pertanyaan dari guru

7) Guru mengulangi sampai semua kelompok mendapatkan tongkat dan menjawab.


(63)

54

8) Guru membimbing siswa jika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab.

9) Melakukan observasi terhadap siswa yang mengalami perubahan tingkah laku siswa yang meliputi:


(64)

55

Keaktifan,kemauan,kemampuan dan tanggung jawab siswa selama proses belajar mengajar terhadap materi yang dipelajari. b) Pelaksanaan tindakan

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran.Pada waktu pelaksanaan kegiatan ini,peneliti didampingi teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat.Teman sejawat bertugas mengamati aktivitas,memberi komentar,saran dan masukan dan kritik kepada peneliti dalam melaksanakan pembelajaran.

c) Pengumpulan data

Pada tahap ini,peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung,misalnya hasil pengamatan teman sejawat yang berupa lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan siswa.Peneliti juga mengumpulkan data-data yang diperoleh setelah kegiatan perbaikan pembelajaraan,misalnya hasil uji kompetensi.

d.Refleksi

Pada tahap ini,peneliti mengevaluasi kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan.Peneliti juga berdiskusi dengan teman sejawat tentang hasil pengamatan.Hasil evaluasi dan diskusi dengan teman sejawat pada siklus II yang menunjukkan


(65)

56

hasil ketuntasan belajar siswa,sehingga diputuskan penelitian diberhentikan.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Data

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud. Penelitian ini menggunakan dua data untuk keperluannya antara lain:43 a. Data Kualitatif

Data kualitatif yang dimaksud adalah , meliputi :

1) Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas 2) Metode yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas

3) Media Pembelajaran yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas 4) Aktifitas guru

5) Aktivitas siswa b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : 1) Data jumlah siswa kelas IV

2) Data Prosentase ketuntasan siswa 3) Data nilai siswa

43

Sugiyono , Statistik untuk penelitian , ( Bandung: Alfabeta ,2010 ) , 23 - 24


(66)

57

4) Data prosentase aktivitas guru dan siswa

Selain itu , peneliti memperoleh hasil informasi dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dari berbagai sumber , antara lain :

a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang perkembangan hasil belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung .

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran . c. Teman sejawat dan Kolabolator

Teman sejawat dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat penerapan PTK secara komprehensif , baik dari sisi siswa maupun

guru.

Sedangkan data kualitatif meliputi :

a. Sejarah dan latar belakang berdirinya MI Darul Muslimin b. Proses pembelajaran

c. Materi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. 2. Sumber Data

Data penelitian ini bersumber dari data di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati Sedangkan yang menjadi sumber data ialah kepala sekolah, guru


(67)

58

atau pengajar Aqidah akhlaq dan siswa kelas IV, selain itu sumber data yang lain diperoleh dari dokumen sekolah, buku, dan internet, data yang diambil merupakan data kualitatif dikelompokkan menjadi dua: data primer dan data sekunder.

a. Sumber data primer sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya wawancara pada guru kelas dan siswa kelas IV dan observasi di MI Darul Muslimin Buncitan Sedati.

b. Sumber data sekunder sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain yaitu TU ( Tata Usaha) untuk memperoleh sejarah dan latar belakang berdirinya MI Darul Muslimin Sedati, jumlah guru, siswa dan lain-lain atau dokumentasi.

Sedangkan data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu dokumen, lembar observasi, wawancar dan tes.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dokumentasi dan wawancara. Penjelasan dari setiap teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :


(68)

59

Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (1984 ) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan secara verbal kepada orang-oarang yang di anggap dapat memberikan informasi.44

Ada 3 macam wawancara, yakni wawancara baku dan terjadwal,wawancara baku dan tidak terjadwal,wawancara tidak baku. Ada beberapa hal yang disebabkan adanya keuntungan wawancara diantaranya pertama, wawancara digunakan untuk mencetak kebenaran data/informasi yang diperoleh. Kedua, teknik wawancara bisa memungkinkan data yang diperoleh lebih luas. Ketiga, dengan wawancara memungkinkan pewawancara dapat menjelaskan pertanyaan yang kurang oleh siswa yang diwawancarai.45

b. Tes

Menurut Arikunto (1984) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang di inginkan tentang seseorang .46 Tes dalam hal ini untuk mengukur prestasi peserta didik , mengukur keberhasilan program-program pengajaran. pengukuran prestasi ini bertujuan unuk mengetahui hasil yang telah di capai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam ukuran waktu tertentu. Apakah hasil yang diperoleh telah sesuai dengan

44

Rochiati Wiriatmadja,Metode Penelitian Tindakan Kelas, 117.

45

Ibid.117

46

Prof.DrIskandarwassid.M.Pd,Dr.H.Dadang Sunendar , strategi pembelajaran bahasa( Bandung: PT

Remaja Posdakarya,cet ke 3 2011),179.


(69)

60

yang diharapkan atau belum, apabila belum maka perlu dicari faktor penyebab hal tersebut. Setelah itu dicari alternaif pemecah masalahnya.47

Untuk memperoleh data ketuntasan belajar peserta didik, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua bentuk tes yaitu pre tes dan pos tes. Pre tes diberikan peneliti kepada peserta didik sebelum metode kooperatif tipe talking stick berlangsung dan dilaksanakan pada pra tindakan untuk mengetahui tingkat penguasaan dan pemahaman peserta didik terhadap materi akhlaq terpuji. Sedangkan peneliti memberikan soal pos tes kepada peserta didik setelah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berlangsung dan dilaksanakan pada tiap-tiap akhir siklus.

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal No Kompetensi

Indikator

Indikator Butir Soal Nomor Butir Soal Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II 1. Menunjukkan

pengertian hormat dan patuh. Menyebutkan pengertian sikap hormat dan patuh kepada orang tua. Menyebutkan pengertian sikap hormat dan patuh kepada orang tua.

1 1

47

Ibid., 180.


(70)

61 Bagaimana sikap anak yang sholeh? Bagaimana sikap anak yang sholeh?

2 2

2. Menunjukkan

ciri-ciri orang yang hormat dan patuh. Menyebutkan keuntungan Menyebutkan ciri-ciri orang yang hormat dan patuh Menyebutkan ciri-ciri orang yang hormat dan patuh

3 3

Bagaimana sikap terhadap orang yang lebih tua? Bagaimana sikap terhadap oang yang lebih tua?

4 4

Menyebutkan keuntungan bersikap hormat dan patuh. Menyebutkan keuntungan bersikap hormat dan patuh


(71)

62

bersikap hormat dan patuh.

3. Menyebutkan

kerugian tidak bersikap hormat dan patuh. Menyebutkan kerugian tidak bersikap hormat dan patuh. Menyebutkan kerugian tidak bersikap hormat dan patuh.

6 6

Sikap menghargai sesama disebut sikap? Sikap menghargai sesama disebut sikap?

7 7

4. Menyebutkan contoh-contoh sifat sabar,tabah Menyebutkan contoh-Menyebutkan contoh-contoh sifat


(72)

63

dan teguh dalam menghadapi cobaan. contoh sifat sabar,tabah dan teguh dalam menghadapi cobaan. sabar,tabah dan teguh dalam menghadapi cobaan.

5. Menyebutkan

contoh sikap hormat dan patuh terhadap peraturan akhlak di rumah. Menyebutkan contoh sikap hormat dan patuh terhadap peraturan akhlak di rumah. Menyebutkan contoh sikap hormat dan patuh terhadap peraturan akhlak di rumah.

9 9

6. Menyebutkan

contoh sikap hormat dan patuh terhadap peraturan di Madrasah. Menyebutkan contoh sikap hormat dan patuh terhadap peraturan di Madrasah. Menyebutkan contoh sikap hormat dan patuh terhadap peraturan di Madrasah.


(1)

102

siklus kedua ini penulis berusaha memperbaiki pendekatan yang digunakan dengan

mengembangkan metode kooperatif tipe talking stick dalam proses pembelajaran.

2.Siklus II

Pada siklus kedua,pretasi atau hasil belajar siswa mengalami peningkatan

yaitu dari 20 siswa ada 2 siswa yang memperoleh nilai dibawah SKBM dan 18 siswa

yang lain memperoleh nilai diatas SKBM dan nilai rata-rata kelas juga mengalami

peningkatan dari 60 pada siklus pertama menjadi 75 pada siklus kedua,ketuntasan

belajar juga naik dari 45 % pada siklus I menjadi 90 % pada siklus kedua.

Keberhasilan pada siklus kedua initernyata membenarkan pendapat dari Drs.H.Udin

S.Winatapura,M.A.,dkk,dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar ,bahwa

keberhasilan siswa didukung oleh keterlibatan siswa dalam memperoleh

pengetahuannya, penggunaan pendekatan yang tepat serta keberadaan alat peraga

yang mendukung materi pembelajaran.Penggunaan metode kooperatif tipe talking

stick dalam pembelajaran memberikan peluang bagi guru untuk melaksanakan peran

sebagai fasilitator, mediator dan motivator dalam proses belajar mengajar sehingga

akan tercipta suasana interaktif dalam pembelajaran. Dengan demikian penggunaan

metode mengajar yang bervariasi, alat peraga yang sesuai dan menarik perhatian

siswa, serta pengembangan metode Talking Stick mampu meningkatkan kemampuan

siswa kelas IV MI Darul Muslimin Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo dalam

pembelajaran memahami cara menghormati dan patuh pada orang tua.Karena


(2)

103

BAB V

Simpulan dan Saran

A.Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisa data tentang peningkatan prestasi Aqidah

Akhlaq memahami cara menghormati orang tua dan patuh pada kedua orang tua

melalui metode kooperatif tipe talking stick pada siswa kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Darul Muslimin Buncitan Sedati Sidoarjo Tahun Pelajaran 2014/2015

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick mata pelajaran

Aqidah Akhlaq pada siswa kelas IV di MI Darul Muslimin Buncitan

kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo,dengan menekankan pada aktivitas siswa

dalam memahami cara menghormati orang tua dan patuh pada kedua orang

tua,memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq pokok bahasan akhlaq terpuji kelas

IV pada pembelajaran memahami cara menghormati orang tua dan patuh

kepada kedua orang tua serta memahami adap bergaul kepada yang lebih tua.

2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq pokok bahasan

akhlaq terpuji materi memahami cara menghormati orang tua dan patuh pada

kedua orang tua serta memahami adap bergaul kepada yang lebih tua pada


(3)

104

Sedati kabupaten Sidoarjo sebelum digunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe talking stick sangat rendah sekali yaitu mencapai ketuntasan belajar secara

klasikal sebesar 40 %.

3. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlaq materi memahami

Cara menghormati orang tua dan patuh kepada kedua orang tua serta

memahami cara bergaul kepada orang yang lebih tua pada siswa kelas IV di

Madrasah Ibtidaiyah Buncitan kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo mengalami

peningkatan yang segnifikan setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick yaitu nilai ketuntasan belajar

siswa dari 45 % pada siklus I menjadi 90 % pada siklus II.

B.Saran

Dalam penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut :

1. Bagi MI Darul Muslimin Buncitan kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo

peneliti menyarankan hendaknya hal yang baik ini dapat dipertahankan dan

ditingkatkan lagi.

2. Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran penggunaan

metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick sangat tepat untuk

dilaksanakan.

3. Bagi guru,agar pelajaran Aqidah Akhlaq dapat diterima dengan baik oleh para

siswa,maka perlu ditumbuhkan sikap dan kemampuan awal yang positif


(4)

105

berkepentingan terutama bagi guru kelas ataupun guru mata pelajaran Aqidah

Akhlaq.

4. Kepada para pembaca yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut,disarankan dapat meneliti faktor-faktor lain yang mungkin dapat

mempengaruhi prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlaq.


(5)

106

DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah.2013, Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru , Bandung PT Remaja Rosdakarya

Kokom Komalasari.2013, Pembelajaran Konstektual Konsep dan Aplikasi,Bandung : PT Refika Aplikasi

Miftakhul Huda.2013,Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran isu-isu Metodis dan Pragmatis,Yogjakarta : Pustaka pelajar

Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2014,Jakarta : Balai Pustaka

Agus Supriyono.2013,Cooperative Learning teori dan aplikasi Paikem,Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Wina Sanjaya.2010,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Jakarta : Prenada Media Group

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain .2015,Strategi Belajar Mengajar,Jakarta : PT Rineka Cipta

Isjoni,2011,Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok,Bandung : Alfabeta

Trianto.2010,Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan implementasinya dalam KTSP,Jakarta : PT Bumi Aksara

Hamruni.2012,Strategi Pembelajaran,Yogyakarta : Insan Madani

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana.2010,Konsep Strategi Pembelajaran,Bandung : PT Refika Aditama

Djamarah,1994,Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,Surabaya : Usaha Nasional

Sardiman,1994,Interaksi dan Motivasi Mengajar,Jakarta : Raja Grafindo Persada Yatmin Abdullah,2006,Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an :Jakarta : Amzah


(6)

107

Http:// Sukurdin 474 Blog Comp 2013/04/23 Makalah Pengertian Akhlak

Terpuji,Cotoh-contoh analisis dan Pentingnya dalam Pergaulan Remaja

Moh Fauzi,2008,Buku Aqidah Akhlak kelas IV,Sidoarjo : Media Ilmu

Prof.Dr.Rochiati Wiriatmaja,2012,Metode Penelitian Tindakan Kelas,Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono,2010,Statistik Untuk Penelitian,Bandung :Alfabeta

Prof.Dr.Iskandarwassid,M.Pd.Dr.H.Dadang Suhendar.2011,Strategi Pembelajaran bahasa,Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Riduan,2010,Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti,Bandung :Refika Aditama

Reza Muhammad,2010,Modul XV Suplemen Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) Unsur Program PUD : UNESA

Suharsini Arikunto,1989,Prosedur Penelitian,Jakarta : Bina Aksara

Masnur Muslich,2013,Melaksanakan PTK itu Mudah ( Classroom Action Reseach ) Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional,Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono.2010,Metode Penelitian Pendidikan,( Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D ),Bandung Alfabeta

Herawati Susilo.2008,Penelitian Tindakan kelas Sebagai Sarana Keprofesionalan Guru dan Calon Guru,Malang : Bayu Media Publishing


Dokumen yang terkait

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 2

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 3

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 2

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 1

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 1

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 5

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 2

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 1

UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK SISWA KELAS V POKOK BAHASAN AKHLAK TERPUJI MI NURUL ULUM TUNGGANGRI KALIDAWIR TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014 2015 - Institutional

0 0 2

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

0 0 10