PENYAJIAN LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 101.

(1)

1

BERDASARKAN PSAK No. 101

SKRIPSI

OLEH

ALIF KHOLIFAH

NIM. C34211137

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi pada BMT Mandiri Sejahtera yang beralamat di Jl. Raya Pasar Kliwon Karangcangkring sebagai pusat dari 15 kantor cabang yang ada, dengan judul “Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik Berdasarkan PSAK No. 101”. BMT Mandiri Sejahtera adalah salah satu dari sekian banyaknya lembaga keuangan non bank yang ada. BMT mempunyai kewajiban untuk membuat laporan keuangan. Untuk membuat laporan keuangan dibutuhkan suatu alat yang digunakan sebagai acuan yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK yang harus digunakan acuan untuk BMT adalah PSAK N0. 101 (penyajian laporan keuangan entitas syariah) dimana PSAK ini sebagai pengganti dari PSAK No. 59 (akuntansi perbankan syariah), PSAK No. 59 hanya mampu bertahan dalam waktu 5 tahun saja. Akan tetapi sampai saat ini BMT masih mengacu pada PSAK No. 59 dalam pelaporan keuangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera dan untuk mengetahui bagaimana penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.

Data penelitian dihimpun melalui wawancara secara langsung dengan pihak KJKS BMT Mandiri Sejahtera yang didukung dengan data dokumentatif serta literature pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang penulis angkat.Selanjutnya, penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang selama ini dilakukan BMT yang mengacu pada PSAK No. 59 ternyata masih belum sesuai dengan PSAK No. 59. Ketidaksesuaian tersebut terjadi dalam hal pencatatan dan penyajian. Dimana dalam hal pencatatan terdapat beberapa istilah akun yang belum sesuai dengan PSAK No. 59 dan untuk penyajiannya BMT masih belum sesuai dengan PSAK No. 59 karena dalam penyajiannya dijadikan satu dengan pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat. Dan sampai saat ini BMT masih belum mengacu pada PSAK No. 101.

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan BMT Mandiri Sejahtera diharapkan selalu mengikuti setiap revisi yang dilakukan oleh IAI selaku lembaga yang mengatur Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.Untuk meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan pelatihan terhadap SDM yang bersangkutan sesuai bidangnya masing-masing. Untuk mengantisipasi kebutuhan dimasa depan (adanya keinginan dari para stakeholders) agar laporan keuangan andal dan dapat dipercaya, maka, BMT Mandiri Sejahtera sesegera mungkin untuk mengikuti PSAK terkini dalam hal ini adalah PSAK No. 101 (tentang laporan keuangan entitas syariah).


(6)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Kajian Pustaka ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17

G. Definisi Operasional ... 18

H. Metode Penelitian ... 20

I. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II KERANGKA TEORI ... 27

A. Pengertian Dana kebajikan (qard dan qard al hasan) ... 27

B. Landasan Syariah ... 30


(7)

x

D. Sumber Dana Qard al Hasan ... 38

E. Rukun Qard al Hasan ... 39

F. Syarat Qard al Hasan ... 40

G. Manfaat Qard al Hasan ... 42

H. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard al Hasan Berdasarkan PSAK No. 59 ... 44

I. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan PSAK No. 101 ... 49

J. Laporan Keuangan... 54

BAB III DISKRIPSI BMT MANDIRI SEJAHTERA ... 62

A. Profil BMT Mandiri Sejahtera... 62

B. Visi dan Misi BMT Mandiri Sejahtera ... 67

C. Struktur Organisasi BMT Mandiri Sejahtera ... 68

D. Produk Pembiayaan dan Jasa BMT Mandiri Sejahtera ... 68

E. Laporan Keuangan BMT Mandiri Sejahtera ... 74

BAB IV ANALISIS LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK No. 101 ... 79

A. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan di BMT Mandiri Sejahtera ... 79

B. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan PSAK No. 101 ... 88

BAB V PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bersamaan dengan fenomena semakin bergairahnya masyarakat untuk kembali ke ajaran agama, banyak bermunculan lembaga keuangan yang berusaha menerapkan prinsip syariat Islam. Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Keunggulan ini ditandai dengan semakin bertambah dan lengkapnya lembaga keuangan syariah, seperti perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah.

Tujuan didirikannya lembaga keuangan syariah adalah untuk mengembangkan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan perbankan. Adapun yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan keuniversalan.1

Berkembangnya lembaga keuangan syariah pada lembaga keuangan bank seperti perbankan syariah mencapai 47,56 % pada tahun 2010, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 33,37 %. Tidak hanya lembaga keuangan bank saja yang tumbuh, di lembaga keuangan non

1

Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 35


(9)

bank seperti Baitul Mal wat Tamwil (BMT) pun mengalami kemajuan pesat. Pengembangan BMT sendiri merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan menengah (YINBUK). YINBUK sendiri dibentuk oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yaitu Alm. Kyai H. Hasan Basri, Ketua Umum Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yaitu Prof. DR. Ir. B.J. Habibie dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (BMI) yaitu Zainal Bahar Noor dengan akta notaris Leila Yudoparipurno, SH. Nomor 5 tanggal 13 maret 19952 yang dilatar belakangi oleh tuntunan yang cukup kuat dari masyarakat yang mengingkan adanya perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial budaya masyarakat untuk lebih kondusif bagi pengembangan usaha mikro dan kecil yang berbasis kepada masyarakat banyak dan terciptanya sistem budaya usaha yang beretika.

BMT adalah salah satu bentuk lembaga keuangan yang dibutuhkan pada pelayanan dan pengembangan ekonomi masyarakat lemah dan miskin yang sering tidak terjamah oleh lembaga keuangan lain. Baitul Mal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatannya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan al-Qur’an dan


(10)

Sunnah Rasul-Nya. Adapun Baitul Tamwil adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito, dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan terhadap pengembangan usaha-usaha produktif, berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.3 Saat ini BMT diarahkan untuk berbadan hukum koperasi mengingat BMT dapat berkembang dari kelompok swadaya masyarakat.4 Dengan bentuk koperasi, BMT dapat berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil. Dalam sektor keuangan operasional BMT hampir sama dengan perbankan syariah.

BMT yang berbadan hukum sebagai koperasi Jasa Keuangan Syariah, jadi peraturan terkait laporan keuangan mengacu pada peraturan menteri koperasi dan UMKM nomor 35.2 tahun 2007 tentang Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS), dimana KJKS dan UJKS melalui koperasi yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada pejabat yang berwenang memberikan pengesahan akta dan perubahan anggaran dasar koperasi yang bersangkutan.5 Disini BMT wajib melaporkan usahanya

3Ibid, 67

4 A Djayulu dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat(Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002), 187

5Menteri Negara Koperasi dan UMKM, Peraturan Nomor : 35.2/per/M.KUKM/X/2007 Tentang : Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syarih Koperasi (Kementerian Negara Koperasi dan UMKM: Jakarta, 2007), 81


(11)

ke Departemen Koperasi (Depkop), dengan kewajiban memberikan pelaporan keuangan hasil audit tahunan secara rutin. Dimana KJKS dan UJKS yang menjalankan kegiatan maal wajib membuat laporan penerimaan dan distribusi dana Zakat, Infaq, Shadaqah, serta wakaf (ZISWAF) dan untuk Perlakuan akuntansi yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip Akuntansi Syariah yang berlaku umum.

Saat ini, belum ditemukan standar laporan keuangan khusus BMT selain adaptasi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1 Januari 2008 dan telah disahkan pada 27 Juni 2007. PSAK tersebut adalah PSAK No. 101 (penyajian dan pengungkapan laporan keuangan entitas syariah), PSAK No. 102 (murabahah), PSAK No. 103 (salam), PSAK No. 104 (istishna’), PSAK No. 105 (mudharabah), dan PSAK No. 106 (musyarakah). Tidak hanya wajib menerima pelaporan keuangan, Depkop juga berkewajiban menganalisis tingkat kesehatan dan kelayakan usaha BMT.6

Dalam pelaporan yang telah dibuat oleh BMT wajib disampaikan kepada publik melalui media cetak maupun elektronik. Informasi ini merupakan hak publik sebagai cara pengendalian eksternal atas kinerja BMT.

6Dian Kartika Rahajeng, ‚Program Optimalisasi Terintegrasi (POT) BMT di Indonesia‛dalam

http://dianrahajeng.co./program-optimalisasi-terintegrasi-pot-bmt-di-indonesia.html, diakses pada 7 November 2014


(12)

Dengan demikian masyarakat akan memiliki informasi yang cukup dalam menilai dan memilih BMT yang berprestasi sebagai perantara keuangan mereka.

Kinerja lembaga keuangan syariah dapat dikenali melalui penyajian laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data traksaksi bisnis. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.7

Mengenai penyajian laporan keuangan entitas syariah maka tidak akan lepas dengan akuntansi syariah, agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang mudah dipahami oleh semua pihak dan dapat membantu suatu perusahaan dalam menganalisis keuangannya.

Pencarian bentuk akuntansi yang sejalan dengan nilai-nilai syariah telah dilakukan oleh beberapa ilmuan dan peneliti, walaupun hasilnya belum dapat dikatakan memuaskan tetapi paling tidak suatu pencarian tersebut telah mendapatkan hasil berupa rumusan-rumusan normatif tentang


(13)

bagaimana seharusnya sebuah laporan keuangan akuntansi syariah disajikan. Ciri yang melekat dari akuntansi syariah adalah nilai pertanggungjawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam sistem akuntansi syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja telah menjadi prinsip dasar yang universal dalam operasional akuntansi syariah.8 Hal ini tentu menjadi sangat menarik bila dihubungkan dengan fenomena laporan keuangan saat ini yang semakin kehilangan kepercayaan penggunanya, tentu saja prinsip-prinsip akuntansi syariah diharapkan mampu menjadi solusi menjaga akuntabilitas laporan keuangan. Bahwa dalam Islam menekankan pentingnya pencatatan suatu transaksi secara benar,dapat dilihat dalam Surat al-Baqarah (2) : 282, Allah Swt. berfirman:                      

Artinya: ‚ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklahseorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.9(al-Baqarah (2) : 282)

Dari dalil di atas tampak jelas bahwa Islam sangat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan (akuntansi). Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari dalil tersebut antara lain: Islam menekankan pentingnya pencatatan suatu transaksi secara benar, setiap transaksi harus

8 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 11

9Departemen Agama Republik Indonesia, ‚Al-Qur’an dan Terjemahannya‛ (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2002), 59-60


(14)

didukung dengan bukti, tujuan adanya pecatatan (akuntansi) tersebut adalah agar tercipta suatu keadilan terhadap pihak-pihak yang terlibat.10

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan keadilan antara kedua pihak yang memiliki hubungan muamalah, dalam bahasa akuntansi lebih dikenal dengan accountability.

Laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, penyajian jujur, kelengkapan dan dapat dibandingkan.

Ada beberapa unsur laporan keuangan entitas syariah yang berbeda dengan laporan keuangan konvensional. Unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan entitas syariah antara lain, neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.11 Sedangkan unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan konvensional adalah neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas. Sehingga nampak perbedaan dalam unsur laporan keuangan entitas syariah adanya misi sosial dalam laporan keuangan etitas syariah

10Hertanto Widodo, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), 60


(15)

yaitu laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah.

Pada lembaga keuangan syariah, pelaporan qard al hasan disajikan tersendiri pada laporan keuangan tambahan yaitu dalam laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan karena dana tersebut bukan asset perusahaan. Oleh sebab itu, seharusnya dicatatat dengan akun dana kebajikan dan dibuat buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau yang dikeluarkan.12

Dalam penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan ini terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dana kebajikan. Penggunaan dana kebajikan disalurkan untuk tujuan sosial dengan akad qard dan qard al hasan. Qard adalah transaksi pinjaman dari bank (muqrid) kepada pihak tertentu (muqtarid) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqrid dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada muqtarid. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran atau sekaligus. 13 Sedangkan qard al hasan adalah transaksi pinjaman dari bank (muqrid) kepada pihak tertentu (muqtarid) untuk tujuan

12 Sri Nurhayati,Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 249

13Veithzal Rival, Arviyan Arifin, Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 216


(16)

sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.14Dalam literatur fiqih klasik, qard dikategorikan dalam akad tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.15 Peminjam atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan terima kasih.16 Hukum Islam memperbolehkan pemberi pinjaman untuk meminta kepada peminjam untuk membayar biaya operasi di luar pinjaman pokok, tetapi agar biaya ini tidak menjadi bunga terselubung, tambahan ini tidak boleh dibuat proporsional terhadap jumlah pinjaman.17\

Dalam memberikan pinjaman dana kebajikan dalam akad qard al hasan, bank syariah tidak mengalami kerugian atas pinjaman qard al hasan, meskipun tidak ada hasil atas pemberian pinjaman ini, karena sumber dana qard sebagian besar bukan berasal dari harta bank syariah, akan tetapi dari sumber-sumber lain.18 Sumber dana qard al hasan dapat berasal dari eksternal atau internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima entitas bisnis dari pihak lain (misalnya dari sumbangan,infak, shadaqah, dan sebagainya).19 Sumber dana qard yang disediakan para pemilik entitas bisnis diantaranya hasil pendapatan non-halal, denda dan sebagainya. Pendapatan non-halal yang diterima dari entitas lain, dengan pertimbangan pemanfaatan

14 Ibid, 217

15 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 131 16 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008), 46

17 Ibid, 47

18 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 213 19 Ibid, 257


(17)

dana-dana ini adalah kaidah akhaffu adh-dhararain (mengambil mudharat yang lebih kecil) bila dibandingkan dengan dana tersebut apabila ada dan dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga keuangan non-muslim20 Oleh karenanya, dana tersebut lebih baik diambil dan dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana alam atau membantu dhu’afa.

Qard al hasan sangat menunjang peningkatan perekonomian dalam menyelesaikan masalah ekonomi yaitu masalah kemiskinan yang terjadi pada saat ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa qard al hasan sangat besar perannya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Disebutkan di atas bahwa BMT mempunyai tugas khusus untuk tujuan sosial, yaitu menyalurkan dan mengelola dana kebajikan (qard dan qard al hasan) yang terdapat di BMT. Qard dan qard al hasan adalah akad pinjaman dana dengan kewajiban mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Perbedaannya adalah untuk dana qard bersumber dari modal atau laba bank, sedangkan qard al hasan dananya bersumber dari infaq dan shadaqah. Agar dana kebajikan dapat disalurkan dan dikelola dengan baik maka dibutuhkan kesesuaian dengan PSAK No. 101. Dimana dalam penyajian laporan keuangan harus menyajikan secara wajar Posisi Keuangan, Kinerja Keuangan, Arus Kas, Perubahan Ekuitas, Perubahan Dana Investasi Terikat, Pendapatan Bagi


(18)

Hasil, Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.21 Dengan diterbitkannya PSAK tersebut seharusnya dijadikan acuan dalam praktik penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan bagi lembaga keuangan islam baik bank maupun non bank.

BMT Mandiri Sejahtera adalah salah satu dari sekian banyak BMT yang ada. Dimana BMT mempunyai kewajiban untuk membuat laporan keuangan sesuai aturan yang dibuat oleh Depkop, yaitu dalam pelaporan keuangan harus mengadaptasi pada PSAK No. 101 tentang laporan keuangan entitas syariah. Perbedaan utama PSAK No. 59 dengan PSAK No. 101-106 adalah pada PSAK No. 59 hanya terdapat 1 standar sedangkan di PSAK No. 101-106 terdapat 6 standar, PSAK No. 59 hanya untuk entitas bank syariah sedangkan PSAK No. 101-106 untuk entitas syariah dan konvensional. Sampai saat ini BMT Mandiri Sejahtera masih mengadaptasi pada PSAK No. 59 dalam pencatatan laporan keuangannya. Adapun dalam pencatatannya BMT masih belum sesuai dengan aturan yang terdapat pada PSAK No. 59, dimana pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana kebajikan dijadikan satu. Seharusnya pelaporan ini dibedakan menurut jenis dana yang memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu dana zakat dan dana kebajikan. Hal ini


(19)

disebabkan, dari segi syariat, zakat merupakan dana yang penggunaannya terbatas pada sasaran yang telah diatur dalam Al-Quran, sedangkan dana kebajikan tidak terbatas.22

PSAK No. 59 hanya diterapkan untuk kantor cabang syariah Bank Konvensional. Jadi PSAK No. 59 tentang akuntansi perbankan syariah hanya untuk Bank Syariah, sedangkan Lembaga Keuangan Syariah Non Bank yang didirikan seperti Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Lembaga Pembiayaan Syariah dan sebagainya, tidak mengikut dan tunduk pada peryataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 59 (PSAK No. 59).23 PSAK No. 101 memiliki tujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut ‚laporan keuangan‛, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.

Berdasarkan hal tersebut menarik untuk mengetahui bagaiamana penyajian laporan keuangan BMT berdarkan PSAK No. 101. Peneliti akan mengkhususkan pada laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul ‚PENYAJIAN LAPORAN

22

Hertanto Widodo, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)…, 88


(20)

SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK No. 101‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Perkembangan lembaga keuangan syariah

2. Kewajiban melaporkan laporan keuangan kepada Depkop

3. Upaya BMT dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga bisnis juga lembaga sosial.

4. Penyajian laporan keuangan berdasarkan ketentuan PSAK No. 59

5. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik

6. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101

Agar dalam pembahasan penelitian ini sesuai dengan sasaran yang diinginkan, maka peneliti memberi batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian adalah:

1. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik

2. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.


(21)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik?

2. Bagaimana analisis penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101?

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Tinjauan tentang studi terdahulu yang relevan dengan tema yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut:

Muftiyatus Afifah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2008, dengan judul Analisis Penyajian Laporan Keuangan BMT Surya Amanah, dalam penelitian tersebut membahas bagaimana BMT menerapkan kedua PSAK tersebut yaitu PSAK No. 27 dan PSAK No 59. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa laporan keuangan BMT yang mengacu pada PSAK No. 27 adalah neraca, laporan perhitungan sisa hasil usaha dan laporan arus kas. Sedangkan laporan keuangan BMT yang mengacu pada PSAK No. 59 adalah laporan penggunaan dana ZIS, laporan ini yang menunjukkan lembaga keuangan tersebut berprinsip syariah.

Soraya Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011, dengan judul Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dengan PSAK 105 ( studi pada 4 BMT


(22)

di jakarta selatan), dalam penelitian tersebut membahas mengenai bagiamana perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada 4 BMT di Jakarta selatan selanjutnya disesuaikan dengan PSAK No. 105, dan hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada keempat BMT belum sesuai dengan PSAK No. 105. Ketidaksesuaian tersebut terjadi dalam hal pengakuan dan pencatatan transaksi pemberian dana kepada nasabah dan penundaan pembayaran angsuran.

Hendri Hermawan A. N, dengan judul Sumber dan Penggunaan Dana qard dan qard al hasan pada Bank BRI Syariah cabang Yogyakarta, dalam jurnal ini peneliti membahas tentang dari mana sumber dana, bagaimana proses distribusi dan bagaiman penggunaan dana qard dan qard al hasan di Bank BRI Syariah cabang Yogyakarta. hasil dari penelitian tersebut adalah sumber dana qarh al hasan pada Bank BRI Syariah Yogyakarta hanya berasal dari denda nasabah dan pendapatan non halal dan jumlah dana qard al hasan pada Bank BRI Syariah Yogyakarta yang berhasil terkumpul dari tahun 2004 hingga saat ini ialah sebesar Rp. 10.730.899.-, jadi penghimpunan dana qarul hasan per tahunnya ialah Rp. 2.682.725. Pendistribusian danaqarul hasan hanya dialokasikan kepada warga dhu’afa yang berdomisili di sekitar Kantor Cabang Bank BRI Syari’ah Yogyakarta. Penggunaan danaqarsementara ini hanya untuk modal usaha (100 %) sedangkan


(23)

penggunaan dana qarul hasan 12.5 % untuk biaya sekolah (anak) dan 87.5 % untuk modal usaha.

Salehodin, Robiatul Auliyah dan Rahmat Zuhdi, Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura, dengan judul Ahsan-kah Pendapatan Non-Halal Pada qard al hasan, dalam penelitian tersebut membahas tentang tinjauan syariah terhadap pendapatan non-halal sebagai sumber dan penggunaan pada dana qard al hasan dengan pendekatan konstruksi sosial. Hasil penelitian tersebutadalah bahwa lembaga keuangan syariah masih menggunakan pendapatan non-halal sebagai sumber dan penggunaan dalam dana qard al hasan, baik pada sumber ataupun terhadap penggunaan dana qard al hasan yaitu digunakan untuk hibah kepada Negara untuk membayar bunga akibat pinjaman yang dilakukan.

Dari keempat penelitian tersebut yang membedakan dengan penelitian ini adalah obyek yang diteliti dimana peneliti, meneliti bagaimana penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:


(24)

1. Untuk menjelaskan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera .

2. Untuk menganalisis penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.

F. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi BMT dalam penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

2. Secara Praktis a. Bagi BMT

Sebagai pertimbangan bagi BMT agar dalam pelaksaan proses penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan sesuai dengan PSAK No. 101.

b. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang proses pencatatan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.


(25)

c. Bagi akademisi

Menambah pengetahuan tentang bagaimana setiap transaksi penggunaan dana kebajikan dijalankan sesuai perlakuan PSAK No. 101.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi baik teori yang bersifat umum maupun teori yang bersifat khusus yang terkait dengan topik kajian.

Penyajian : Merupakan salah satu kegiatan dalam

pembuatan laporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba dan rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan investasi terikat,laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, catatan-catatan laporan keuangan.

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

: Merupakan laporan kegiatan BMT pada sektor sosial berupa arus kas


(26)

pengumpulan dan penyaluran dana kebajikan. Nilai akhir yang disajikan adalah sejumlah saldo akhir kas yang siap untuk disalurkan.

KJKS BMT Mandiri Sejahtera : Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). KJKS BMT Mandiri Sejahtera merupakan lembaga

keuangan syariah yang

menggabungkan dua bidang keuangan yaitu bidang Baitul Mal dan bidang Tamwil.Yang beralamat Jl. Raya Pasar Kliwon Karangcangkring- Dukun – Gresik.

PSAK No. 101 : Pernyataan standar akuntansi

keuangan yang diterapkan dalam penyajian laporan keuangan entitas syariah. 24 Unsur laporan keuangan

24 Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK 101 penyajian laporan keuangan syariah, dalam


(27)

entitas syariah adalah Laporan Posisi Keuangan (neraca), Laporan Laba Rugi (Laporan Kinerja), Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil.25

H. Metode Penelitian

1. Data yang Dikumpulkan

Data merupakan kumpulan dari sumber-sumber yang diperoleh atau semua informasi yang tidak terorganisis.26Data yang peneliti kumpulkan ini adalah laporan keuangan KJKS BMT Mandiri Sejahtera seperti neraca, laporan sisa hasil usaha dan laporan dana ZIS.

2. Sumber Data

Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian iniadalah data yang kongkrit serta ada kaitannya dengan masalah meliputi data primer dan sekunder yaitu:

25Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah., 49-50


(28)

a. Sumber Data Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli yang memberikan informasi atau data yang berkaitan dengan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan KJKS BMT Mandiri Sejahtera. Dimana dapat diperoleh dari hasil wawancara dengan staff bagian keuangan dan manajer BMT untuk mendapatkan beberapa informasi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.27 Data sekunder ini penulis dapatkan dari studi pustaka, buku-buku, jurnal, berbagai literatur dan media internet tentang apa saja yang berhubungan dengan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

3. Teknik pengumpulan data

Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan

Penulis mengumpulkan data-data dari berbagai literatur kepustakaan seperti buku akuntansi, lembaga keuangan entitas

27Hendry, ‚Metode Pengumpulan Data‛ dala m

http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data, diakses pada 7 November 2014


(29)

syariah dan buku produk perbankan yang berkaitan dengan pinjaman qard al hasan.

b. Penelitian lapangan

Untuk mendapatkan data-data dan informasi, penulis langsung terjun ke objek penelitian yaitu pada lembaga yang diteliti, dengan menggunakan pengumpulan data sebagai berikut: 1. Interview yaitu merupakan teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.28

2. Dokumentasi yaitu merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), 231.


(30)

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 29 peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari BMT berupa penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. 4. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dikelola menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian ini, dalam deskripsinya juga mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak pada analisis hubungan antara variabel. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.30 Dalam hal ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.31 Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan

29 Ibid,240.

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D …, 243.

31 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian SosiaL: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif


(31)

menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisa data.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.32

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka untuk menyusun dan menganalisis data-data tersebut menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah prosedur pemecahan yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek atau obyek (seseorang atau pada suatu lembaga) saat sekarang dengan berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah metode kualitatif, dimana memerlukan data-data untuk menggambarkan suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga benar salahnya, sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian ilmiah karena semua data yang diambil merupakan fenomenaapa adanya. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan untuk lanjut dengan penelitian analitis.


(32)

Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum. Pola pikir tersebut digunakan untuk menelaah gambaran secara obyektif bagaimana fakta yang terjadi di lapangan terhadap penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang dilakukan oleh BMT.

I. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini dikembangkan kedalam lima bab. Untuk mempermudah pembahasan setiap bab, maka dibuat intisari dari tiap bab. Pemisahan dari kelima bab tersebut dirangkum dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, memuat Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelititan, dan Sitematika Pembahasan.

BAB II Kerangka teori, merupakan landasan teori mengenai pengertian pinjaman qard dan qard al hasan, landasan syariah qard al hasan, aplikasi dalam perbankan, sumber dana qard al hasan, rukun dan syarat qard al hasan, manfaat qard al hasan, penyajian laporan sumber dan penggunaan


(33)

dana qard al hasan berdasarkan PSAK No. 59, penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK 101, laporan keuangan.

BAB III Data penelitian, memuat deskripsi data yang berkenaan dengan variabel yang diteliti secara objektif dalam arti tidak dicampur dengan opini peneliti, serta deskripsi BMT Mandiri Sejahtera, yaitu memuat secara rinci profil BMT, visi dan misi BMT, struktur organisasi BMT, produk dan jasa BMT, laporan keuangan BMT.

BAB IV Analisa dan pembahasan, memuat uraian secara rinci mengenai penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di BMT dan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.

BAB V Penutup, dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya.


(34)

27

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Dana Kebajikan (Qard dan Qard al hasan)

Dana Kebajikan adalah dana yang di dapat dari dana sumbangan baik dari internal maupun eksternal. Dana yang berasal dari internal berupa pengmebalian dana kebajikan produktif, denda dan pendapatan non-halal sedangkan dana yang bersal dari eksternal berupa infaq, shadaqah, hasil pengelolaan wakaf. Dana kebajikan disalurkan dalam bentuk akad qard dan qard al hasan dimana kedua akad ini disalurkan dngan tujuan social.

Qard secara bahasa, berarti al-qoth’u yang berarti pemotongan. Harta yang diberikan kepada orang yang berhutang disebut qard, karena merupakan ‚potongan‛ dari harta orang yang memberikan utang.1

Menurut istilah dalam kitab Tanwir al-Qulub dijelaskan bahwa qard

adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama dan dapat ditagih atau diminta kembali kapan saja penghutang menghendaki. Akad qard ini dibolehkan dengan tujuan meringankan (menolong) beban orang lain.2

1 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH, 2010), hal. 273-274

2

Muhammad min al Kurdin, Tanwir al Qutub fi Muamalah ‘Allam al-Ghuyub (Beirut: Daar al Fikr, tt), 274


(35)

Qard adalah transaksi pinjaman dari bank (muqri>d) kepada pihak tertentu (muqtari>d) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqrid dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada muqtari>d. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran atau sekaligus.3 Qard merupakan pinjaman kebajikan tanpa imbalan, biasanya untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran dan jumlahnya).4

Qard adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu.5

Qard berdasarkan PSAK No. 59 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan, yang mewajibkan peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan, namun tidak diperkenankan dipersyaratkan dalam perjanjian.6

3Veithzal Rival, Arviyan Arifin, Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global …….., 216

4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah ………, 46

5 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (IAI), Pedoman Akuntansi Perbankan

Syariah Indonesia (papsi 2003) (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia), 63

6 PSAK No. 59 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta:


(36)

Sedangkan pengertian qard al hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, di mana peminjam tidak berkewajiban untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman dan biaya administrasi.7

Qard al hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan pinjaman untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang disepakati.8

Qard al hasan adalah transaksi pinjaman dari bank (muqrid) kepada pihak tertentu (muqtarid) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.9 Dalam literatur fiqih klasik, qard dikategorikan dalam akad tat{awwu’ atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.10

Dari beberapa pengertian qard diatas, dapat disimpulkan bahwa qard adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan dimana pinjaman qardh merupakan bentuk pinjaman berdasarkan ta’awun (pertolongan). Membantu tanpa meminta keuntungan dan dikembalikan sesuai dengan jumlah pokok yang dipinjam berdasarkan waktu yang telah

7 Warkum Sumitro, Asas-Asan Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMUI & Takaful)

di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 39

8 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa segi Hukum (Bogor: Ghalia Indonesia,

2009), 111

9 Ibid, 217

10 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),


(37)

disepakati bersama. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan, namun tidak diperkenankan dipersyaratkan dalam perjanjian. Hal ini dipertegas dengan adanya aturan mengenai qard yaitu pasal 612 dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) bahwa nasabah qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama dan pasal 615 juga dijelaskan bahwa nasabah dapat memberikan imbalan atau sumbangan sukarela kepada pemberi pinjaman selama tidak diperjanjikan dalam transaksi.11

B. Landasan Syariah

Transaksi qard diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadith riwayat Ibnu Majjah dan Ijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWT mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi ‚agama Allah‛. 1. Alquran

Seperti dalam firman Allah yang telah digambarkan secara umum mengenai pinjam meminjam, yang terdapat dalam surat:

a. QS. al-Maidah: 2:

                               

Artinya: ‚Dan tolong menolong kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong untuk berbuat dosa dan


(38)

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya‛.12( QS. al-Maidah: 2)

Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa pada ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan satu sama lain, banyak pekerjaan yang tidak bisa dipikir seorang diri, dengan konsep tolong menolong semua pekerjaan akan lancar. Allah SWT memerintahkan untuk hidup saling tolong menolong dan membina kebajikan yaitu segala ragam maksud yang baik dan berfaedah, yang didasarkan kepada penegakan taqwa, yaitu mempererat hubungan dengan Allah dan mencegah tolong menolong atas perbuatan dosa serta yang dapat menimbulkan permusuhan yang menyakiti sesama manusia.

b. QS. al-Baqarah: 280:

                          

Artinya: ‚Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.‛ 13 (QS. al-Baqarah: 280)

Dalam surat al-Baqarah ayat 280 menjelaskan apabila orang yang berutang belum bisa untuk membayar, maka pemberi hutang member

12Departemen Agama Republik Indonesia, ‚Al-Qur’an dan Terjemahannya‛ (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2002), 142


(39)

waktu sampai orang yang berhutang dapat membayar. Akan tetapi jika orang yang berhutang masih tetap dalam keadaan kesulitan dan tidak bisa membayar menyedekahkan hutang tersebut lebih baik.

c. QS. al-Hadid: 11:

                 

Artinya: ‚Barang siapa meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.‛ 14 (QS. al-Hadid: 11)

Dalam surat ini memberikan imbalan kepada siapa saja yang mau meminjamkan harta nya di jalan Allah yakni dengan melipatgandakan balasan untunya, dan memberikan pahala yang banyak.

d. QS. al-Baqarah: 245:

                          

Artinya: ‚Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.‛15 (QS. Al-baqarah: 245)

Dalam surat ini Allah menjanjikan pahala dan dilapangkan rizkinya bagi siapa saja yang meminjamkan hartanya di jalan Allah. e. QS. al-Muzamil: 20:

           14Ibid, 786


(40)

Artinya: ‚tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.‛16(QS. al-Muzamil: 20)

Dalam surat muzamil ayat 20 adalah kita diserukan untuk meminjamkan kepada Allah, artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga diseur untuk meminjamkan kepada sesame manusia, sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat. (civil society).

2. Al-Hadits

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa : Nabi SAW, berkata : ‚tidaklah seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqah.‛ (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).17

Dari Anas bin Malik berkata, berkata Rasulullah SAW, : ‚Aku melihat pada waktu malam di-Isra’-kan, pada pintu surga tertulis : shadaqah dibalas 10 kali lipat dan qard 18 kali. Aku bertanya : ‚wahai Jibril mengapa qard lebih utama dari shadaqah?’ Ia menjawab : ‘karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan’.‛ (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).18

16Ibid, 848

17 Muhammad Nashirudin AL-Albani, Sahih At-Tarhib Al-juzul Awwal (Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif Lin Nasyri Wat Tauzi, 2000), 538

18Al-Hafizh Abi’, Abdillah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qazwan, Sunnah Ibnu Majah

(Beirut: Dar Al-kutub Al-ilmiyah, 2004), 389


(41)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw, telah bersabda barang siapa yang telah melepaskan saudaranya yang muslim satu dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah swt akan lepaskan dari padanya satu kesusahan di yawmil qiyamah. Barang siapa telah membantu saudaranya yang sulit/lemah di dunia, maka Allah swt akan membantunya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah swt senantiasa membantu seorang hamba, selama hamba tersebut membantu saudaranya‛

(HR. Muslim).19 3. Ijma’

Para ulama telah menyepakati bahwa qard boleh dilakukan. Qard diperbolehkan karena qard mempunyai sifat mandub (dianjurkan) bagi orang yang menghutangi dan mubah bagi orang yang berhutang. Kesepakatan ini didasarkan pada sifat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorangpun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya. Tujuan dan hikmah dibolehkannya pinjaman tersebut adalah memberi kemudahan bagi umat manusia dalam kehidupan di dunia ini, karena diantara umat manusia tersebut ada yang bercukupan dan ada yang


(42)

kekurangan, dengan demikian orang yang kekurangan tersebut dapat memanfaatkan hutang dari pihak yang bercukupan.20

Berdasarkan beberapa dalil yang tertera di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasanya pinjaman itu dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pinjaman seorang hamba kepada Tuhannya dan pinjaman seorang muslim terhadap saudaranya atau sesama. Pinjaman seorang hamba terhadap Tuhannya dapat diwujudkan dalam bentuk infaq, sadaqoh, santunan anak yatim, dll. Sedangkan pinjaman seorang muslim terhadap saudara atau sesamanya dapat tercermin pada transaksi yang biasa kita temui sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, dimana seseorang meminjam suatu barang atau uang kepada temannya untuk memenuhi kebutuhannya yang nantinya harus dikembalikan ketika ia sudah mampu untuk mengembalikannya.

Selain dasar hukum dari Alquran dan sunnah Rasulullah qard juga diatur dalam ketentuan fatwa DSNMUI No. 19/DSN_MUI/IV/2001 yang menyebutkan bahwa:21

Pertama: ketentuan umum qard

a. Qard adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtarid) yang memerlukan.

20Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh (Bogor: Kencana, 2003), 223-224

21 Alminist Notes, ‚Himpunan Fatwa DSN MUI Tentang Lembaga Keuangan Syariah‛ dalam


(43)

b. Nasabah qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.

c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.

e. Nasabah qard dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidak mampuannya LKS dapat:

1) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau

2) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya. Kedua: sanksi

a. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidakmampuannya. LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah. b. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir

1 dapat berupa penjualan barang jaminan.

c. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.


(44)

Ketiga: sumber

Dana qard dapat bersumber dari: a. Bagian modal LKS

b. Keuntungan LKS yang disisihkan

c. Lembaga lain atau individu mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS.

Keempat:

a. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

b. Fatwa ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.22

C. Aplikasi Dalam Perbankan

Aplikasi qard biasanya diterapkan sebagai hal berikut:

1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa


(45)

yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjam itu.

2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.

3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu sector sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu qard al hasan.23

D. Sumber Dana Qard al Hasan

Transaksi qard turunannya qard al hasan merupakan satu-satunya akad yang merupakan bagian dari transaksi ta’awun atau tolong menolong dan bukan untuk komersial. Menurut PSAK No. 101 sumber dana qard al hasan adalah infak, sedekah, hasil pengelolaan wakaf, pengembalian dana kebajikan produktif, denda dan pendapatan non halan.24

Dari penjelasan di atas bahwasanya sumber yang digunakan dalam pinjaman qard al hasan yaitu dari dana sosial yang diterima bank syariah dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah dan sebagainya) serta

23Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), 133


(46)

dana yang disediakan oleh para pemilik bank syariah seperti hasil pendapatan non halal, denda dan sebagainya.

BMT Mandiri Sejahtera memiliki tugas khusus yaitu menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq, dan shadaqah baik untuk kalangan internal maupun eksternal BMT. Dana sosial yang terkumpul kemudian disalurkan untuk membantu misi sosial.

E. Rukun Qard al Hasan

Rukun adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pelaksanaan/amal ibadah dalam waktu pelaksanaan amal/ibadah tersebut. Seperti halnya jual beli, rukun qardh juga diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut Hanafiah, rukun qard adalah ijab dan qabul. Sedangkan menurut jumhur fuqaha, rukun qard adalah ‘aqid (muqrid dan muqtarid), ma’qud ‘alaih (uang atau barang),

dan Sighat (ijab dan qabul). Adapun rukun yang harus qard al hasan penuhi adalah sebagai berikut:

1. Muqrid (pemberi pinjaman) 2. Muqtarid (peminjam)

3. Ma’qud ‘alaih (uang atau barang yang dipinjamkan) 4. Sighat (ijab qabul/ serah terima)25


(47)

F. Syarat-syarat Qard al Hasan 1. Muqrid (pemberi pinjaman)

a) Ahliyat Tabarru’ (layak bersosial). Maksudnya muqrid harus mempunyai hak atau kecakapan dalam menggunakan hartanya secara mutalak menurut pandangan syariat.

b) Ikhtiyar (tanpa paksaan), muqrid dalam memberikan pinjaman harus berdasarkan kehendaknya sendiri tidak ada tekanan dari pihak ketiga.26

2. Muqtarid (peminjam)

Pihak yang berhutang harus merupakan orang yang ahliyah mu’amalah. Maksudnya, sudah baligh, berakal waras, dan tidak mahjur (bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan mengatur sendiri hartanya karena faktor-faktor tertentu). Oleh karena itu, jika anak kecil atau orang gila berhutang, maka akad hutang tersebut tidak sah, Karena tidak memenuhi syarat.27

3. Ma’qud ‘alaih (uang atau barang yang dipinjamkan)

Menurut jumhur ulama yang terdiri atas Malikiyah, Syafi’iyah,

dan Hanabilah, yang menjadi objek dalam qard sama dengan objek akad

26

M. Dumari Nor dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2012), 105


(48)

salam, baik berupa barang-barang yang ditakar (makilat) dan ditimbang (mauzunat), maupun qimiyat (barang-barang yang tidak ada persamaannya di pasaran), seperti hewan, barang-barang dagangan, dan barang yang dihitung. Atau dengan perkataan lain, setiap barang yang dijadikan objek jual beli, boleh juga dijadikan objek akad qard. Hanafiah

mengemukakan bahwa ma’qud ‘alaih hukumnya sah dalam mal mitsli.28

Harta mistli sering disebut juga barang semisal. Barang semisal adalah barang yang memiliki padanan yang tersebar di pasar tanpa ada perbedaan yang berarti dalam penggunaannya. Namun, barang-barang qimiyat seperti hewan, tidak boleh dijadikan objek qard karena sulit mengembalikan dengan barang yang sama.

4. Sighat (ijab qabul/ serah terima)

Lafadz akad adalah ijab qabul. Ijab qabul merupakan gabungan dari dua kata, ijab dan qabul. Ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan qabul adalah perkataan yang keluar dari pihak yang berkata pula, yang diucapkan setelah adanya ijab.29Ijab bisa dengan menggunakan lafal qard (utang atau pinjam) dan salaf (utang), atau dengan lafal yang mengandung arti kepemilikan. Contohnya:

‚Saya milikkan kepadamu barang ini, dengan ketentuan anda harus

28 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ……, 20


(49)

mengembalikan kepada saya penggantinya.‛ Penggunaan kata milik

disini bukan berarti diberikan cuma-cuma, melainkan pemberian utang yang harus dibayar. Penggunaan lafaz salaf untuk qard didasarkan pada

hadist Abu Rafi’:

Dari Abu Rafi’ ia berkata: ‚Nabi berhutang seekor unta perawan, kemudian datanglah untuk hasil zakat. Lalu Nabi memerintahkan kepada saya untuk membayar kepada laki-laki pemberi utang dengan unta yang sama (perawan). Saya berkata: ‘Saya tidak menemukan disalam untu -unta hasil zakat itu kecuali unta yang berumur enam masuk tujuh tahun.’ Nabi kemudian bersabda: ‘Berikan saja unta tersebut, karena sebaik-baik manusia itu adalah orang yang paling baik dalam membayar utang.‛ (HR. Jama’ah kecuali Bukhari).

G. Manfaat Qard al-Hasan

1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapatkan talangan jangka pendek,

2. Qard al hasan juga merupakan salah satu cirri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial,


(50)

3. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.30

Secara umum qard al hasan dapat digambarkan dalam skema berikut: Gambar 2.1

Skema qard al hasan

Sumber: Sri Nur Hayati. Akuntansi Syariah di Indonesia.31 Keterangan:

(1) Pemberi pinjaman menyepakati akad qard al hasan dengan peminjam (2) Peminjam menerima dan menjalankan usaha dengan dana pinjaman (3) Jika memperoleh laba maka akan diperoleh peminjam

(4) Dana pinjaman akan dikembalikan kepada pemberi pinjaman

30Nurul Huda Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis (Jakarta: Kencana, 2010), 64-65

31Sri Nur Hayati, Akuntansi Syariah di Indonesia ……., 248 Pemberi pinjaman

bisnis

Hasil usaha laba (2)

(1)

(4)

(2) peminjam

(2)


(51)

H. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard al Hasan Berdasarkan PSAK No. 59

1. Karakteristik32

Pinjaman qard adalah penyediaan dana kepada peminjam dimana pihak yang meminjamkan mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan dengan syart imbalan tersebut tidak diperkenankan di dalam perjanjian.

Bank syariah disamping memberikan pinjaman qard, juga dapat menyalurkan pinjaman dalam bentuk qard al hasan adalah pinjaman tanpa imbalan dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada waktu yang disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman. Pelaporan qard al hasan disajikan tersendiri dalam laporan keuangan sumber dan penggunaan dana qard al hasan karena dana tersebut bukan asset bank yang bersangkutan.

Sumber dana qard al hasan berasal dari eksternal dan internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima bank syariah dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah, dan sebagainya), dana yang disediakan oleh para pemilik bank syariah dan


(52)

hasil pendapatan non halal. Sumber dana internal meliputi hasil tagihan pinjaman qard al hasan.

2. Pengakuan dan pengukuran pinjaman qard33

Pinjaman qard diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat terjadinya. Apabila dalam pengembalian terdapat kelebihan maka kelebihan penerimaan dari peminjam atas qard itu diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya.

Jika bank bertindak sebagai peminjam qard, kelebihan pelunasan kepada pemberi pinjaman qard diakui sebagai beban.

3. Laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan 34

Bank syariah menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

(a) sumber dana qard al hasan yang berasal dari penerimaan: (i) infak

(ii) shadaqah (iii) denda

(iv) pendapatan non-halal

(b) penggunaan dana qard al hasan untuk: (i) pinjaman

(ii) sumbangan

(c) kenaikan atau penuruna sumber dana qard al hasan (d) saldo awal dana penggunaan dana qard al hasan (e) saldo akhir dana penggunaan dana qard al hasan

33 Ibid, 21

34


(53)

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan meliputi sumber, penggunaan dana qard al hasan selama jangka waktu tertentu, dan saldo dana qard al hasan pada tanggal tertentu.

Sumber dana qard al hasan berasal dari bank atau dari luar bank. Sumber dana qard al hasan dari luar bank berasal dari infaq dan shadaqah dari pemilik, nasabah, atau pihak lainnya.

Penggunaan dana qard al hasan meliputi pemberian pinjaman qard al hasan meliputi pemberian pinjamn qard al hasan selama jangka waktu tertentu dan pengembalian dana temporer yang disediakan pihak lain.

Saldo dana qard al hasan adalah dana qard al hasan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.

4. Pengungkapan35

Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan dalam mencatat atas laporan keuangan mencakup, tetapi tidak terbatas, pada:

(a) periode yang dicakup laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan

(b) rincian saldo qard al hasan pada awal dan akhir periode berdasarkan sumbernya


(54)

(c) jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima selama periode laporan berdasarkan jenisnya.

Ilustrasi penyajian laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan

Sumber dana qard

Infaq dan shadaqah Denda

Sumbangan/hibah Pendapatan non halal Total sumber dana

Penggunaan dana qard Pinjaman Sumbangan Total penggunaan qard

Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan Sumber dana qard pada awal tahun

Sumber dana qard pada akhir tahun

Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Sumber: Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003)36

a. Ilustrasi jurnal qard al hasan 37

1. Pada saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal:

Db. Tabungan Dana qard al hasan- Kas xxx

Kr. Tabungan Dana qard al hasan -infaq, shadaqah xxx

36Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003) ….., 230


(55)

2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari pendapatan non halal:

Db. Tabungan Dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan Dana qard al hasan -Pendapatan non halal xxx 3. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda:

Db. Tabungan Dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan Dana qard al hasan -Denda xxx 4. Penyaluran dana qard al hasan:

Db. Tabungan dana qard al hasan- qard al hasan xxx Kr. Tabungan dana qard al hasan – Kas xxx 5. Pada saat menerima biaya administrasi:

Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan dana qard al hasan -Pendapatan operasional lainnya

xxx 6. Pada saat menerima imbalan:

Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan dana qard al hasan -Pendapatan operasional lainnya

xxx 7. Pengembalian dana qard al hasan:

Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan dana qard al hasan- qard al hasan xxx

Eksistensi akuntansi syariah di Indonesia diawali oleh PSAK No. 59 yang disahkan pada 1 Mei 2002 dan berlaku mulai 1 Januari 2003. PSAK


(56)

yang merupakan produk pertama Dewan Standar Akuntasi Keuangan (DSAK)

– Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berlaku hanya dalam tempo lima tahun. PSAK No. 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor perbankan syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur entitas syariah selain perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, koprasi syariah. Maka seiring tuntutan akan kebutuhan akuntansi untuk entitas syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sejauh ini telah menerbitkan 6 standar yang terkait dengan standar akuntansi syariah, yaitu PSAK No. 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1 Januari 2008 dan telah disahkan pada 27 Juni 2007. PSAK 101-106. PSAK No. 101 (penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan entitas syariah), PSAK No. 102 (murabahah), PSAK No. 103 (salam), PSAK No. 104 (istishna’), PSAK No. 105 (mudharabah), dan PSAK No. 106 (musyarakah). Inilah yang sekarang dijadikan dasar akuntansi keuangan syariah terhadap traksaksi-traksaksi yang dipratekkan di perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah non bank seperti baitul mal wa tamwil (BMT).

M. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan PSAK No. 10138

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose


(57)

financial statements) untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut ‚laporan keuangan‛, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.

Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan keuangan entitas syariah untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan PSAK. Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran dasarnya.

Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga pengawas independen, bank sentral, dan sebagainya.

komponen laporan keuangan entitas syariah yang lengkap : neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dana penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, dan catatan atas laporan keuangan.

Lembaga keuangan harus menyajikan komponen laporan keuangan tambahan yang menjelaskan karakteristik utama entitas tersebut jika


(58)

substansi informasinya belum tercakup dalam komponen laporan keuangan diatas.

Entitas menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

(a) sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan (i) infak

(ii) sedekah

(iii) hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan berlaku;

(iv) pengembalian dana kebajikan produktif; (v) denda; dan

(vi) pendapatan nonhalal. (b) penggunaan dana kebajikan untuk:

(i) dana kebajikan produktif; (ii) sumbangan; dan

(iii) penggunaan lainnya untuk kepentingan umum. (c) kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan

(d) saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan (e) saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi sumber dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu.

Penerimaan dana kebajikan oleh entitas syariah diakui sebagai kewajiban paling likuid dan diakui sebagai pengurang kewajiban ketika disalurkan.

Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum konvensional. Penerimaan nonhalal pada


(59)

umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.

Entitas syariah mengungkapkan dalam catatan atas laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, tetapi tidak terbatas, pada:

(a) sumber dana kebajikan;

(b) kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing-masing penerima (c) proporsi dana disalurkanuntuk masing-masing penerima dana kebajikan diklasifikasikan atas pihak yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan yang diatur dalam PSAK No. 7 tentang pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan pihak ketiga.

Ilustrasi penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan Sumber Dana Kebajikan

Infaq dari dalam bank syariah Sedekah

Hasil pengelolaan wakaf

Pengembalian dana kebajikan produktif Denda

Pendapatan nonhalal

Jumlah Sumber Dana Kebajikan Penggunaan Dana Kebajikan Dana kebajikan produktif Sumbangan

Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum Jumlah Penggunaan Dana Kebajikan

Kenaikan (penurunan) dana kebajikan Saldo awal dana kebajikan

Saldo akhir dana kebajikan

xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx xxx xxx


(60)

Sumber: Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah.39

Ilustrasi jurnal Dana Kebajikan 40

Pelaporan qard al hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber dan penggunaan dana Qard al hasan karena dana tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab itu, seluruhnya dicatat dengan akun dan kebajikan dan dibuat buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau yang dikeluarkan.

Bagi Pemberi Pinjaman

1. Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal, jurnal :

Db. Dana kebajikan-Kas xxx

Kr. Dana kebajikan-Infak/Sedekah/Hasil Wakaf xxx 2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan poendapatan

nonhalal, jurnal:

Db. Dana Kebajikan-Kas xxx

Kr. Dana Kebajikan-Denda/Pendapatan Non-halal xxx 3. Untuk dana dalam rangka pengalokasian dana qardh hasan, jurnal:

Db. Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif xxx

Kr. Dana Kebajikan-Kas xxx

4. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qard al hasan, jurnal:

39 Ibid, 68


(61)

Db. Dana Kebajikan-Kas xxx Kr. Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif xxx

Bagi Pihak Yang Meminjam

1. Saat menerima uang pinjaman, jurnal:

Db. Kas xxx

Kr. Utang xxx

2. Saat Pelunasan, jurnal:

Db. Utang xxx

Kr. Kas xxx

I. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. (PSAK No. 101 paragraf 8).


(62)

Sistem pencatatan laporan keuangan harus mengacu pada pernyataan standar akuntansi yang berbasis syariah. Karena laporan keuangan ini sangat berguna untuk memahami kondisi suatu lembaga keuangan syariah secara komperhensif serta memberikan informasi tentang posisi keuangan dan kinerja arus kas yang bermanfaat bagi pengguna laporan.41 Ini sangat penting terutama dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan. Pencatatan laporan keuangan BMT disusun atas dasar cash basic,42 dimana BMT mengakui pendapatan dan melaporkannya pada saat diterima atau dibayar dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.

Untuk kasus Laporan Keuangan pada BMT, pada dasarnya memiliki dua fungsi, yaitu memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi dan pertnaggungjawaban pihak manajemen.43 Dimana BMT yang berbadan hukum sebagai koperasi Jasa Keuangan Syariah, jadi peraturan terkait laporan keuangan mengacu pada peraturan Menteri Koperasi dan UMKM nomor 35.2 tahun 2007 tentang Standar Operasional Manajemen Koperasi

41Siti Solehah, Analisis Penerapan PSAK No. 101-106 dalam Akuntansi Syariah (IAIN Walisongo Semarang), 2011

42 Khotim, Wawancara (BMT Mandiri Sejahtera), 15 Januari 2015 43

Widodo, Hertanto dkk, PAS (Panduan Akuntansi Syariah) : Panduan Praktis Operasionak Baitul Mal Wa Tamwil (Bandung: Mizan, 2000), 87


(63)

Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) sebagaimana berikut:

1. Kewajiban Laporan Keuangan

KJKS dan UJKS melalui koperasi yang bersangkutan wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada pejabat yang berwenang memberikan pengesahan akta dan perubahan anggaran dasar koperasi yang bersangkutan.

a. Laporan keuangan berkala terdiri dari 1) Laporan Bulanan

2) Laporan Triwulan 3) Laporan Tahunan

b. KJKS dan UJKS yang menjalankan kegiatan maal wajib membuat laporan penerimaan dan distribusi dana Zakat, Infaq, Shadaqah, serta wakaf (ZISWAF)

c. Perlakuan akuntansi yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip Akuntansi Syariah yang berlaku umum.44

2. Pemakai Laporan Keuangan BMT

44Menteri Negara Koperasi dan UMKM, Peraturan Nomor : 35.2/per/M.KUKM/X/2007 Tentang : Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syarih Koperasi (Kementerian Negara Koperasi dan UMKM: Jakarta, 2007), 83


(64)

Menurut KJKS dan UJKS, pengguna laporan keuangan BMT adalah:

a. Pemilik dana (shahibul mal)

b. Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana c. Pembayar zakat, infaq dan shadaqah

d. Anggota BMT e. Otoritas pengawasan

f. Kementrian koperasi/Dinas yang membidangi koperasi g. Pemerintah

h. Masyarakat

Agar laporan keuangan BMT berguna bagi para pemakai laporan keuangan maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut:45

a. Dapat dipahami

Informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan harus jelas sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian para pembaca laporan keuangan tersebut dapat mengambil keputusan yang relevan dari informasi yang didapatnya.

b. Relevan

45Ibid, 71-75


(65)

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses engambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang berlangsung menarik perhatian pemakai.

c. Andal

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus memenuhi kualitas andal, yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

d. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan yang disusun harus dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya untuk mengikuti perkembangan posisi dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Selain itu juga harus dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, dalam hal ini antar BMT, untuk mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja secara relatif.


(1)

93

dengan entitas syariah entitas syariah

Selama ini BMT masih belum menerapkan PSAK No. 101 dalam laporan keuangannya karena mengalami beberapa hambatan, yaitu faktor SDM (Sumber Daya Manusia) yakni kurangnya pengetahuan para staf di BMT Mandiri Sejahtera tentang PSAK dan Badan Pengawas yang belum

optimal.6


(2)

94 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Untuk penyajian laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan

masih belum sesuai dengan PSAK No. 59, ketidaksesuaian ini terjadi pada pencatatan dan penyajiannya. Dalam pencatatan akun-akun

pinjaman qard al hasan terdapat beberapa istilah yang belum sesuai

dengan PSAK No. 59 dan untuk penyajian pada laporan ini juga masih belum sesuai dimana dijadikan satu dengan laporan sumber dan penggunaan dana zakat. Pada PSAK No. 59 pada pelaporan tersebut harus dibedakan. Hal ini disebabkan, dari segi syariat, zakat merupakan dana yang penggunaannya terbatas pada sasaran yang telah diatur dalam al-Qur’an, sedangkan dana qard al hasan tidak terbatas.

2. Dalam pelaporan laporan keuangan khususnya laporan sumber dan

penggunaan dana kebajikan masih belum mengacu pada PSAK No. 101 dari segi pencatatan dan penyajiannya.


(3)

95

B. Saran

Adapun hal-hal yang dapat penulis sampaikan sebagai masukan kepada BMT Mandiri Sejahtera adalah sebagai berikut:

1. BMT Mandiri Sejahtera diharapkan selalu mengikuti setiap revisi yang

dilakukan oleh IAI selaku lembaga yang mengatur Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

2. Untuk meningkatkan kualitas SDM, KJKS BMT Mandiri Sejahtera

disarankan untuk melakukan pelatihan terhadap SDM yang bersangkutan sesuai bidangnya masing-masing.

Untuk mengantisipasi kebutuhan dimasa depan (adanya keinginan dari para stakeholders) agar laporan keuangan andal dan dapat dipercaya, maka, BMT Mandiri Sejahtera sesegera mungkin untuk mengikuti PSAK terkini dalam hal ini adalah PSAK No. 101 (tentang laporan keuangan entitas syariah)


(4)

96

DAFTAR PUSTAKA

Abi’ Al-Hafizh, Muhammad Abdillah Ibnu Yazid Al-Qazwan. Sunnah Ibnu Majah. Beirut: Dar Al-kutub Al-ilmiyah, 2004.

Amin, M. Azis & Rahmadi. Akuntansi BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2006. Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Departemen Agama Republik Indonesia, ‚Al-Qur’an dan Terjemahannya‛. Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2002.

Djayulu A dan Janwari Yadi. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT

Raja Gafindo Persada. 2002.

Dumari, M. Nor dkk. Ekonomi Syariah Versi Salaf . Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2012.

Hery. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012.

Huda, Nurul Mohammad Heykal. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

praktis. Jakarta: Kencana, 2010.

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. 2011.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Edisi Revisi. Jakarta: PPHIM, 2009.

Menteri Negara Koperasi dan UMKM, Peraturan Nomor :

35.2/per/M.KUKM/X/2007 Tentang : Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syarih Koperasi . Kementerian Negara Koperasi dan UMKM: Jakarta, 2007.

Min, Muhammad al Kurdin. Tanwir al Qutub fi Muamalah ‘Allam al-Ghuyub .

Beirut: Daar al Fikr, tt

Muhammad. Pendirian Baitul Mal wat-Tamwil(BMT). Yogyakarta: Citra Media,

2006.

Muhammad. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. 2002.

Nashirudin Muhammad AL-Albani. Sahih At-Tarhib Al-juzul Awwal. Riyadh: Maktabah

Al-Ma’arif Lin Nasyri Wat Tauzi, 2000.

Nurhayati Sri,Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.


(5)

97

PSAK No. 59. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, 2002.

Rival, Veithzal &Arviyan Arifin. Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global . Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Soemitra Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. 2012.

Sumitro, Warkum, Asas-Asan Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait

(BMUI & Takaful) di Indonesia . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah – Tinjauan dan Beberapa segi Hukum. Bogor:

Ghalia Indonesia, 2009.

Standar Operasional Prosedur (SOP) BMT Mandiri Sejahtera

Syafi’I Muhammad Antonio. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani. 2001.

Syarifudin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana, 2003.

Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (IAI). Pedoman Akuntansi

Perbankan Syariah Indonesia (papsi 2003). Jakarta: Iakatan Akuntan Indonesia Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. tk: Gita Media Press. Tt

Wardi, Ahmad Muslich. Fiqh Muamalat. Jakarta: AMZAH, 2010.

Wardyaningsih. Bank & Asuransi Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2005.

Widodo Hertanto, dkk. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal wat Tamwil. Bandung: Penerbit Mizan. 1999.


(6)

Internet

Hendy. Metode Pengumpulan Data. dalam

http://teorionline.wordpress/service/metode-pengumpulan-data, diakses pada 7 November 2014.

Ikatan Akuntan Indonesia. ‚ PSAK 101 penyajian laporan keuangan syariah‛. dalam

www.iaiglobal.or.id, diakses pada 10 Oktober 2014.

Kartika Dian Rahajeng. Program Optimalisasi Terintegrasi (POT) BMT di Indonesia.

Dalam

http://dianrahajeng.co./program-optimalisasi-terintegrasi-pot-bmt-di-indonesia, diakses pada 7 November 2014.

Notes, Alminist. ‚Himpunan Fatwa DSN MUI Tentang Lembaga Keuangan Syariah‛

dalam http://alminist.blogspot.com/2010/08/fatwa-dsn-mui.html, diakses pada