ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH pada KJKS BMT USAHA MANDIRI SEJAHTERA BREBES

(1)

TUGAS AKHIR

Tugas akhir ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Terapan Program Vokasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Handy Restu Putra 20133030033

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH pada KJKS BMT USAHA MANDIRI SEJAHTERA BREBES

TUGAS AKHIR

Tugas akhir ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Terapan Program Vokasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Handy Restu Putra 20133030033

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

iv

JATUHKAN orang lain. Ingat !!! IBU MU sesah payah MENGAJARI cara BERDIRI (Filosofi Mahasiswa ).

 Jadikanlah KESEMPITAN menjadi sebuah KESEMPATAN (Filosofi Cina Kuno).

 Tetaplah berjalan kedepan jika tidak sampai tujuan maka sia-sialah usaha mu karena sesampainya ditujuan akan memberikan kepuasan tersendiri bagi kita.

 Lebih baik terlambat dari pada tidak berbuat apa-apa sama sekali  Jangan Sombong ketika melihat orang terjatuh tapi Rendahkan Hatimu  Nikmatilah hidup ini seperti secangkir kopi hitam ! Sehitam-hitamnya

kopi akan terasa nikmat meski hanya ditambah gula sedikit.

 Selama kita berusaha dan berdo’a, Yakinlah akan selalu ada jalan dan petunjuk dari Alloh S.W.T.

 No Action Nothing Happen, Take Action Miracle Happen ( Golden Words)


(4)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Handy Restu Putra NIM : 20133030033 Program Studi : Akuntansi Terapan

Menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip dari hasil karya orang lain, maka saya akan mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenai sanksi pembatalan tugas akhir ini apabila terbukti melakukan tindakan plagiat (penjiplakan).

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, Desember 2016

Handy Restu Putra 20133030033


(5)

viii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya dan kemudahan dalam penulisan tugas akhir berjudul ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH pada KJKS BMT USAHA MANDIRI SEJAHTERA BREBES

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Akuntansi Terapan Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,.

2. Bapak Dr. Sukamta, S.T., M.T., selaku Direktur Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,.

3. Ibu Barbara Gunawan, S.E., M.Si., Ak., C.A., selaku Kepala Program Studi Akuntansi Terapan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,.

4. Ibu Desi Susilawati, S.E., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan tugas akhir,.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Terapan Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(6)

ix

6. Bagian Staff dan Administrasi Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,.

7. Kepala kantor, Pegawai dan Staff Kantor KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera Brebes atas semua bantuan dan waktu yang diberikan,.

8. Bapakku Muhammad Tarom dan Ibuku Siti Rahayu yang senantiasa selelu memberi doa dan motivasi, serta kakak-kakakku Netty Yustitusya Wardani, Arinni Yustitusya Wardani, Misvonna Yustitusya Wardani yang selalu memberikan semangat, perhatiannya dan selalu mengingatkan kepada penulis dari awal hingga penulis menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Yogyakarta, Desember 2016


(7)

x

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

INTISARI ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 4

E. Batasan Masalah ... 4

F. Metodelogi Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Baitul Maal Wa At-Tamwil ... 7

B. Akad ... 7

C. Mudharabah ... 8

1. Pengertian Mudharabah ... 8

2. Jenis Akad Mudharabah ... 9

3. Sumber Hukum Akad Mudharabah ... 11

4. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah ... 13

5. Berakhirnya Akad Mudharabah ... 16

6. Aplikasi dalam Perbankan ... 16


(8)

xi

BAB III LATAR BELAKAN INSTANSI ... 19

A. Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mandiri Sejahtera ... 19

B. Struktur Organisasi BMT Usaha Mandiri Sejahtera ... 21

C. Produk dan Jasa BMT Usaha Mandiri Sejahtera ... 23

1. Produk Simpanan... 23

2. Produk Pembiayaan ... 23

BABA IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera (UMS) ... 26

1. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera ... 26

B. Realisasi Akad Mudharabah Pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera ... 30

1. Kontrak Akad Pembiayaan Mudharabah ... 30

2. Kesesuaian Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah Menurut Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. Kesimpilan ... 37

B. Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xii


(10)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Tabel 3.1 Struktur Organisasi KJKS-BMT Usaha Mandiri Sejahtera ... 22


(11)

xiv

Lampiran 1 Fatwa DSN-MUI No.07/DSN/MUI/IV/2000 Lampiran 2 Formulir Permohonan Pembiayaan

Lampiran 3 Lembar Hasil Analisis dan Survei Pembiayaan Lampiran 4 Contoh Data Pemohon (Nasabah)

Lampiran 5 Contoh Akad Pembiayaan Mudharabah Mingguan Lampiran 6 Surat Ijin Praktik Kerja Lapangan


(12)

(13)

(14)

vi

INTISARI

Tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui prosedur apa saja yang dilakukan KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera dalam memberikan pembiayaan. Selain itu juga, untuk mengetahui bagaimana realisasi akad pembiayaan mudharabah sesuai Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 di KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera. Jenis penelitian yang penulis pakai menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata. Penelitian kualitatif , datanya dapat penulis peroleh dari lapangan, baik data lisan yang berupa wawancara maupun data tertulis atau dokumen. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, atau kelompok tertentu untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pelaksanaan pembiayaan mudharaba di BMT Usaha Mandiri Sejahtera sudah baik. Akan tetapi, masih ada beberapa realisasi akad mudharabah yang belum sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 yaitu dalam melaksanakan pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada nasabah sebesar 100% akan tetapi BMT Usaha Mandiri Sejahtera hanya memberikan pembiayaan modal kerja sebesar 80%, karena banyaknya pertimbangan dalam memberikan keputusan prihal pembiayaan modal yang akan diberikan kepada nasabah, dalam segi pengembalian dana di BMT Usaha Mandiri Sejahtera juga belum sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000. Meskipun sudah dilakukan kesepakatan dalam akad, namun BMT sering kali mengingatkan dan mendatangi nasabah untuk melakukan pengembalian dana atau penariakan angsuran seharusnya dalam melakukan pengembalian dana atau pembayaran angsuran, nasabah (mudharib) berkewajiban datang langsung kepada BMT (shohibul maal). Itu semua dilakukan karena sudah adanya kesepakatan diawal.


(15)

vii

No. 07 / DSN / MUI / IV/ 2000 in KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera. The type of this research that the authors used was descriptive qualitative research. The qualitative research is an ordinance of research that produces descriptive data, which was stated by the respondent in writing or oral responding and also real behavior. The data of Qualitative research could be gotten from the field directly in the form of oral data from interviews and writen data or document. Descriptive research is research that aims to describe accurately the properties of an individual, condition or a particular group to determine whether there is a relationship between any indication with other indications in society.

Based on the research that has been made known that the implementation of financing in BMT Usaha Mandiri Sejahtera has been good. However, there are still some realization mudharabah are not in accordance with the provisions of Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 that in implementing the working capital financing provided to customers by 100% but BMT Usaha Mandiri Sejahtera only provide working capital financing of 80%,because of the many considerations in reaching a decision regarding capital financing that will be provided to customers, in terms of return on BMT Usaha Mandiri Sejahtera is also incompatible with the DSN-MUI Fatwa No. 07 / DSN / MUI / IV / 2000. Although it is already a done deal in the contract, but BMT often reminded and went to the customer for a refund or withdraw installments. Although it is already a done deal in the contract, but BMT often reminded and went to the customer for a refund or withdraw installment supposed to issue a refund or installment payment, the customer (mudharib) is obliged to come directly to BMT (Shohibul maal). It is all done because it was the beginning of the agreement.

Key words: provisions mudharabah, fatwa DSN-MUI No. 07 / DSN / MUI / IV/ 2000


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Bank syariah atau bank Islam juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Muhammad,2009).

Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya dikota besar saja saat ini Lembaga Keuangan Syariah sudah sampai di Pelosok desa. Kebutuhan modal kerja yang semakin meningkat membutuhkan suatu lembaga keuangan untuk dapat menangani masalah tersebut. Salah satu tugas lembaga keuangan syariah adalah menyalurkan dana. Pembiayaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan suatu usaha baik untuk usaha perorangan, industri rumahan maupun suatu perusahaan besar yang sudah lama berdiri. Pembiayaan modal kerja merupakan solusi bagi para pengusaha untuk memperluas bisnis yang dijalaninya.


(17)

KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera termasuk salah satu Lembaga Keuangan Syariah yang sedang berkembang dilingkup masyarakat. Layanan KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera diminati sebagian besar kalangan menengah kebawah yang membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya dimana KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera berperan sebagai mitra usaha dengan sistem bagi hasil atau margin yang sesuai dengan syariah dan peraturan yang sudah ditetapkan.

Pembiayaan modal kerja syariah menggunakan akad mudharabah, akad ijarah. Akad mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana ( mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan akad dan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Syariah harus sepenuhnya sesuai dengan prinsip syariah.

Prinsip syariah yang harus dipenuhi adalah prinsip syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional-Mejelis Ulama Indonesia berupa Al-Quran dan As-Sunnah. “… maka keberadaan fatwa ulam terkait dengan penerapan ekonomi syariah Islam ( muamalah ) yang diwakili oleh Dewan Syariah Nasional ( DSN ) yang berada di bawah paying Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang beranggotakan para ahli fiqih dan praktisi ekonomi adalah penting adanya” (Firdaus, 2005).

Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad

mudharabah,yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana.


(18)

3

hasil sangat baik. Namun kemudahan dan nisbah bagi hasil yang ditawarkan disalah gunakan oleh beberapa nasabah. Pembiayaan yang seharusnya digunakan untuk menambah modal usaha disalah gunakan untuk memenuhi kebutuhan lain (kebutuhan sekunder). Hal inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa nasabah untuk bertindak curang. Selain itu akad yang telah disepakati antara BMT Usaha Mandiri Sejahtera dengan nasabah yang sering kali tidak diindahkan oleh nasabah.

. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul “ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA KJKS BMT USAHA MANDIRI SEJAHTERA BREBES

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pembiayaan mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera?

2. Bagaimana realisasi akad pembiayaan mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera?

C. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini,adalah sebagai berikut :

1. Untuk memahami penerapan pembiayaan mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera.

2. Untuk mengetahui realisasi akad pembiayaan pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera.

D. Manfaat


(19)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan problematika pembiayaan mudharabah

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna sehingga digunakan sebagai dasar pertimbangan antara teori-teori yang ada dengan praktik lapangan.

E. Batasan Masalah

Penulis membatasi penelitian pada prosedur pembiayaan mudharabah dan realisasi akad pembiayaan mudharabah pada KJKS Usaha Mandiri Sejahtera. F. Metodelogi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata. Penelitian kualitatif , datanya dapat penulis peroleh dari lapangan, baik data lisan yang berupa wawancara maupun data tertulis atau dokumen. (Lexy J. Moleong, 2005).

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, atau kelompok tertentu untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara


(20)

5

suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Sepanjang hal tersebut mengenai manusia atau sejarah kehidupan manusia.

3. Sumber Data a. Data Primer

Menurut Sugiono (2009) data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan yaitu dengan manajer, staf marketing, anggota pembiayaan di KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Nurlitasari, 2013). Penulis memperoleh data sekunder dari dokumentasi.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara, Metode Pengumpulan Data melalui wawancara dengan pengelola KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera Brebes dan beberapa anggota pembiayaan KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera.

b. Dokumentasi, penulis mendapat informasi dari brosur yang dikeluarkan KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera Brebes, penulis membaca buku-buku yang berisi teori mengenai tema yang penulis ajukan.

c. Observasi Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati dan meneliti kejadian yang terjadi dilapangan dalam hal ini di KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera Brebes.


(21)

5. Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan penulis yaitu analisis deskriptif dari data yang diperoleh selama melakukan pengamatan,sehingga memberikan gambaran yang jelas,sistematis dan realistis tentang fakta yang diteliti,kemudian dianalisis dengan teori-teori yang telah ada.


(22)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Baitul Maal Wa At-Tamwil

Baitulmal Mall Wa At-Tamwil ( BMT ), atau disebut juga dengan “Koperasi Syariah” , merupakan lembaga keuangan syariah yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada anggotanya dan biasanya beroprasi dalam skala mikro. BMT juga dikenal sebagai jenis lembaga keuangan syariah pertama yang dikembangkan di Indonesia. BMT terdiri dari dua istilah, yaitu “baitulmal” dan

“baitultamwil” . Baitulmal merupakan istilah untuk organisasi yang berperan dalam

mengumpulkan dan menyalurkan dana non-profit,seperti zakat,infak,dan sedekah. Baitultamwil merupakan istilah untuk organisasi yang mengumpulkan dana dan menyalurkan dana komersial. Dengan demikian, BMT memiliki peran ganda, yaitu fungsi komersial dan fungsi social. Dalam operasinya, BMT biasanya menggunakan badan hokum koperasi. Oleh karena itu, BMT sering disebut dengan koperasi jasa keuangan syariah ( Yaya, et al. 2009).

B. AKAD

Menurut Ghufron Mas’adi 2002 dalam ( Nurhayati,dkk , 2012), akad

dalam bahasa Arab ’al-’aqd, jamaknya al-’uqud, berarti ikatan atau mengikat (al-rabth). Menurut terminologi hukum Islam, akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan ( qabul ) yang dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan hukum terhadap objeknya. Menurut Abdul


(23)

Razak Al-Sanhuri dalam Nadhariyatul ’aqdi (ghufron Mas’adi, 2002), akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau yang menimbulkan kewajiban hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait langsung dalam kesepakatan tersebut (Nurhayati, dkk. 2012 ). C. MUDHARABAH

1. Pengertian Mudharabah

Investasi mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Secara bahasa,

Mudharabah berasal dari kata Dharb yang artinya melakukan perjalanan

yang umumnya untuk berniaga. Mudharabah atau qiradh yang berarti memotong. Dalam pengertian ini, makna qiradh adalah pemilik modal memotong sebagian hartanya untuk diserahkan kepada pengelola modal, dan ia juga akan memotong keuntungan usahanya (Yaya, et al. 2009).

Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu berpergian

untuk urusan dagang. Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha,laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, atau violation oleh pengelola dana ( Nurhayati, dkk. 2012 ).

Akad mudharabah merupakan suatu transaksi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad


(24)

9

Oleh karena kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut benefical ownership atau sleeping partner, dan pengelola dana disebut managing trustee atau labour partner ( Syahdeini, 1999 ). Sedangkan secara teknis menurut Antonio, 2001, al-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan (100%) modal,sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian sipengelola, sipengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. 2. Jenis Akad Mudharabah

Menurut PSAK 105, kontrak mudharabah dapat dibagi menjadi tiga yaitu

a. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik

dana dan pengelola dana, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, dan/atau objek investasi atau sector usaha. Mudharabah muqayyadah ini biasa juga disebut mudharabah terikat (restricted mudharabah). Dalam praktik perbankan mudharabah muqayyadah terdiri dari dua jenis, yaitu mudharabah muqayyadah

executing dan mudharabah muqayyadah channeling . Mudharabah


(25)

pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat, cara, dan/atau objek investasi atau sector usaha. Akan tetapi bank syariah memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang layak mengelola dana tersebut. Sedangkan pada mudharabah muqayyadah channeling, bank syariah yang tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon mudharib yang akan mengelola dana tersebut.

b. Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama pemilik dana dan

pengelola dana tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek investasi atau sector usaha. Dalam hal ini, pemilik dana memberikan kewenangan yang sangat luas kepada mudharib untuk menggunakan dana untuk diinvestasikan. Kontrak mudharabah muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan untuk tabungan dan pembiayaan. Pada tabungan mudharabah penabung berperan sebagai pemilik dana, sedangkan bank berperan sebagai pengelola dana yang mengkontibusikan keahlianya dalam mengelola dana tabungan. Adapun pada investasi mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk keperluan usahanya. Pihak lain yang mengelola dana tersebut biasa disebut dengan nasabah pembiayaan. Mudharabah muthlaqah biasa disebut juga dengan mudharabah mutlak atau mudharabah tidak terikat ( unrestricted mudharabah).


(26)

11

c. Mudharabah Musytarakah

Mudharabah Musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana

pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Akad musyatarakah ini merupakan sekiranya solusi dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki dana yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedangakan di lain sisi, adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi. Akad musytarakah ini pada dasarnya merupakan akad perpaduan antara akad mudharabah dan akad muyarakah.

3. Sumber Hukum Akad Mudharabah

Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat diambal dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana. Lalu Rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita lihat akad mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Mudharabah telah dipraktikkan secara luas oleh orang-orang sebelum masa islam dan bebebarapa sehabat Nabi Muhammad SAW. Jenis bisnis ini sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu masih tetap ada di dalam system Islam.


(27)

a. Al-Quran

“Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi

dancarilah karunia Alloh SWT” (QS. Al-jumu’ah: 10).

“… Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya ia bertakwa kepada Alloh

Tuhannya….” (QS. Al-baqarah: 283).

"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan sukarela di antaramu …" QS. Al-Nisa: 29).

"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …." (QS. Al-Ma'idah:

1).

b. As-Sunah

Dari Shalih bin Suaid r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah

(mudharabah), dan mencampuradukan tepung untuk keperluan rumah

bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah)

“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah ,

ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak tidak mengarungi

lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika


(28)

13

resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas dilanggar Rasulullah

SAW beliau membenarkan”. ( HR. Thabrani dari Inu Abbas).

4. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah Rukun mudharabah ada empat yaitu,:

a. Pelaku

1) Pelaku harus cakap hokum dan baligh.

2) Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesame atau dengan nonmuslim.

3) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh mengawasi.

b. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dengan dilakukannya akad mudharabah.

1) Modal

a) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau asset lainnya (dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.

b) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola dana harus bekerja.

c) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari keuntungan.


(29)

d) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seijin pemilik dana.

e) Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seijin pemilik dana.

f) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilanggar secara syariah.

2) Kerja

a) Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.

b) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana.

c) Pengelola dana harus menjalakan usaha sesuai dengan syariah. d) Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam

kontrak.

e) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana harus menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.


(30)

15

c. Ijab Qabul

Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

d. Nisbah Keuntungan

a) Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudarabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Jika memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan masing-masing porsi, maka pembagiannya menjadi 50% dan 50%.

b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. c) Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan

menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba. Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannya adalah sebagai berikut:

 Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung modal.


(31)

 Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.

5. Berakhirnya Akad Mudharabah

Menurut Sabbiq, 2008 dalam (Nurhayati, dkk. 2012). Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangaka waktu kontrak kerja sama dengan memberitahukan pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang ditentukan.

b. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri. c. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati. e. Modal sudah tidak ada.

6. Aplikasi dalam Perbankan

Al-mudharabah,biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan.

a. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada :

1) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, deposito biasa.


(32)

17

2) Deposito spesial (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja atau ijarah saja.

b. Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:

1) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. 2) Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, di mana

sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

7. Manfaat dan Resiko Al-Mudharabah a. Manfaat Al-Mudharabah

1) Bank akan meningmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara bertahap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan mengalami negative spread.

3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.


(33)

5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. b. Resiko Al-Mudharabah

Resiko yang ada pada al-mudharabah, terutama pada penerapan pembiayaannya relative tinggi, diantaranya;

a) Side streaming,nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang

disebutkan dalam kontrak.

b) Lalai dan kesalahan yang disengaja.


(34)

19 BAB III

LATAR BELAKANG INSTANSI

A. Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mandiri Sejahtera

Koperasi jasa keuangan syari’ah (KJKS) BMT usaha mandiri sejahtera berdiri pada tanggal 29 oktober 2015, dengan di prakarsaai oleh bapak Bukhori dan kawan-kawan. Pada awalnya koperasi ini bernama KJKS BMT l tamanni, setelah 2 bulan berjalan, dari dinas koperasi menyatakan bahwa peraturan yang berlaku sekarang adalah nama koperasi harus terdiri dari tiga kata, jadi pada tanggal 1 januari 2016 kjks bmt l tamanni diganti dengan nama KJKS BMT usaha mandiri sejahtera. Koperasi ini diawali dengan adanya rapat anggota yang dihadiri oleh 20 orang bertempat di rumah bpk bukhori dk. Keseran rt 05 rw 01 desa winduaji kecamatan paguyangan kabupaten brebes, rapat anggota menghasilkan keputusan yang berisi penetapan nama koperasi, pengurus, pengawas, sruktur organisasi, adat, dan kelengkapan organisasi lainnya. Kantor KJKS BMT usaha mandiri sejahtera terletak di jl. Paguyangan Grengseng Rt 03 Rw 01 desa Taraban kec. Paguyangan Brebes (sebelum pertigaan Kali Gua).

Pengelolaan bidang usaha yang dilakukan koperasi ini berdasarkan asas syari’ah, jadi kita terus berupaya agar semua kegiatan yang dilakukan berdasarkan syari’at agama islam. Salah satu dari upaya kita agar selalu berada dalam koridor


(35)

transaksi yang dilakukan. Adapun tagline yang kita rumuskan agar menjadi penyemangat dalam bekerja adalah “ bertekad bulat menuju ma’rifat”.

SDM yang dimiliki pengelola KJKS BMT usaha mandiri sejahtera pada umumnya memiliki latar belakang agama yang kuat, dibuktikan dengan banyaknya pengelola lulusan pondok pesantren, sehingga tidak asing lagi dengan syari’at agama islam pada umumnya dan ekonomi islam pada khususnya. Hal tersebut menambah nilai plus.

KJKS BMT usaha mandiri sejahtera pada awalnya hanya bergerak dibidang simpan pinjam, tetapi seiring berjalannya waktu koperasi ini melebarkan sayap dengan bekerja sama dengan para petani didaerah kaligua, selain itu juga bekerja sama dengan para pedagang di pasar, jadi koperasi ini bukan hanya bergerak pada bidang simpan pinjam tetapi juga bergerak dibidang pertanian dan perdagangan.

Sistem kerja koperasi BMT UMS adalah jemput bola, jadi koperasi ini melayani simpanan dan pembiayaan dengan mendatangi rumah ataupun tempat kerja anggota, hal ini menjadi andalan dalam pemasaran produk BMT, karena sangat memudahkan para anggota sehingga banyak masyarakat yang berminat dan bergabung dengan koperasi BMT UMS.


(36)

21

B. Struktur Organisasi BMT Usaha Mandiri Sejahtera

Penasehat Ketua Sekertaris Bendahara Humas Anggota

: H. Dasuki

: Ustadz. Zaenal Mafakhir : Ulul Albab

: Bukhori : Abdul Fatah

: Lu’luil Maknunah, Amd

: Umul Maisyah : M. Hidayatulloh : Intan Permata Sari : Sarno Solikhin : Nasam

: Aniqotul Fitriyah : Arif Untung Hermawan : Hasyim

: Mahmudin : Dodi Surogiatno : Khofiatuddini : Zaenatul khikmah : Saefulloh


(37)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

KJKS-BMT Usaha Mandiri Sejahtera MANAGER

ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

TELLER/ KASIR

MARKETING COSTUMER

SERVICE RA

(RAPAT ANGGOTA)

PENGAWAS SYARI’AH


(38)

23

C. Produk dan Jasa BMT Usaha Mandiri Sejahtera 1. Produk Simpanan

a. Tabungan Syari’ah

b. Tabungan Pendidikan 2. Produk Pembiayaan

Selain produk penghimpun dana, BMT Usaha Mandiri Sejahtera juga memiliki produk pembiayaan, diantaranya sebagai berikut:

a. Pembiayaan Pemilikan Kendaraan (PKK) Murabahah

Pembiayaan Pemilikan Kendaraan (PKK) Murabahah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip Murabahah dalam rangka pembelian kendaraan sepeda motor dan mobil.

Margin dihitung flat sehingga tidak akan berubah sampai pembiayaan lunas, dan nasabah dapat memilih sendiri jenis kendaraan yang akan dibeli dengan pembiayaan ini untuk keperluan pribadi, kendaraan untuk mendukung usaha dan kendaraan untuk angkutan umum. Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 (lima) tahun dan angsuran tetap sesuai dengan kempuan. Dapat difasilitasi dengan asuransi jiwa maupun asuransi kerugian. b. Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) dan Pembiayaan Renovasi Rumah

(PRR)

Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Murabahah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip Murabahah


(39)

dalam rangka pembelian rumah siap huni oleh nasabah. Kondisi rumah baru atau rumah lama (layak huni) dapat dilayani dengan pembiayaan ini.

Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Istishna adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip istishna kepada nasabah dalam rangka pembelian rumah yang masih dalam masa proses pembangunan atau konstruksi oleh pihak ketiga (Developer /kontraktor) dan pembelian kavling siap bangun dari Developer.

Pembiayaan Renovasi Rumah (PRR) Murabahah atau Istishna adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan untuk perbaikan rumah yang sudah ada.

c. Pembiayaan Serba Guna (PSG) Murabahah

Pembiayaan Serba Guna (PSG) Murabahah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip Murabahah dalam rangka memenuhi kebutuhan barang nasabah selain rumah dan kendaraan bermotor.

Pembiayaan yang sangat beragam untuk keperluan seperti pembelian alat-alat rumah tangga, bahan materai bangunan, perhiansan emas/emas batangan dan sebagainya.Pembiayaan diperuntukan bagi karyawan PNS, Non PNS, Profesional dan swasta dengan cara angsuran sesuai kemapuan. d. Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah /Musyarakah

Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah/Musyarakah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip


(40)

25

Mudharabah/Musyarakah dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja

nasabah.

Besarnya pembiayaan yang dapat diberikan oleh Koperasi disesuaikan dengan kebutuhan nasabah berdasarkan analisis Koperasi. Nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan Koperasi dengan nasabah, anggsuran yang di bayarkan tetap sesuai dengan kemampuan. Besaran pembiayaan dapat diberikan sampai dengan 80% dari kebutuhan nasabah.

e. Pembiayaan Serba Guna (PSG) Ijarah

Pembiayaan Serba Guna (PSG) Ijarah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip Ijarah dalam rangka penyewaan manfaat suatu barang atau jasa. Penyewaan barang (misal: rumah, apartemen, kendaraan, ruko, gedung, dll) untuk pemenuhan kebutuhan nasabah perorangan badan usaha. Margin dihitung flat tidak akan berubah samapi pembiayaan lunas dan juga angsuran tetap sesuai dengan kemapuan. Dapat di fasilitasi dengan asuransi jiwa maupun asuransi kerugian. Jangka waktu pembiayaan untuk kendaraan, mesin-mesin dan peralatan produksi sampai 5 tahun, sedangkan rumah dan Bangunan pabrik sampai 10 tahun.


(41)

26

A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera ( UMS ) .

1. Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera

Prosedur pengajuan pembiayaan Mudharabah di BMT Usaha Mandiri Sejahtera mengutamakan bagi anggota atau nasabah yang telah menjadi anggota atau nasabah minimal tiga bulan di BMT Usaha Mandiri Sejahtera. Sedangkan anggota atau nasabah yang belum terdaftar harus terlebih dahulu mendaftar menjadi anggota atau nasabah di BMT Usaha Mandiri sejahtera minimal tiga bulan menjadi anggota atau nasabah setelah tiga bulan baru bisa mengajukan pembiayaan mudharabah .

a. Prosedur Menjadi Anggota BMT Usaha Mandir Sejahtera

Nasabah yang belum terdaftar menjadi anggota atau nasabah di BMT Usaha Mandiri Sejahtera harus terlebih dahulu menjadi anggota atau nasabah di BMT Usaha Mandiri Sejahtera dengan persyaratan sebagai berikut:

1) Mengisi formulir yang disediakan

Nasabah datang ke kantor BMT UMS untuk menjadi anggota baru dan terlebih dahulu mengisi formulir permohonan sebagai salah satu persyaratan.


(42)

27

2) Melampirkan Fotokopy (KTP/SIM)

Nasabah juga harus menyerahkan fotokopi identitas yang akan digunakan oleh BMT UMS untuk melengkapi data-data yang ada di system sehingga akan mempermudah proses-proses transaksi berikutnya.

3) Membayar iuran atau donasi anggota sebesar Rp 15.000,00 .

Rp 10.000,00 untuk simpanan pokok anggota dan Rp 5.000,00 untuk biaya administrasi pembuatan kartu anggota dan selanjutnya nasabah akan menerima kartu simpanan pokok beserta buku simpanan dari BMT UMS.

b. Prosedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah Bagi Anggota atau Nasabah Lama

1) Mengisis Formulir

Mengisi formulir permohonan pembiayaan yang disediakan yang mencakup data pemohon, rencana penggunaan dana pembiayaan, data keuangan dan data usaha, dengan melampirkan:

a) Fotokopi KTP suami istri b) Fotokopi KK atau C1 c) Fotokopi SK pengangkatan d) Fotokopi akta nikah


(43)

2) Wawancara dan Survei

Setelah mengisi permohonan pembiayaan mudharabah dan melengkapi syarat-syarat, nasabah harus bersedia melakukan wawancara dengan BMT UMS untuk memastikan keseriusan usaha dan keseriusan pembiayaan yang akan dilakukan. Selain itu, dengan dilakukannya survei maka BMT UMS dapat menentukan kelayakan pembiayaan untuk nasabah. Agar tidak terjadi kegagalan dalam memberikan pembiayaan mudharabah yang nantinya akan sangat mempengaruhi BMT UMS dikarenakan jika nasabah gagal usaha, maka BMT UMS akan menanggung beban penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan ini berakibat pada menurunnya bagi hasil yang dibagikan kepada penyimpanan dana di BMT UMS. Oleh karenanya, dalam proses ini BMT UMS harus benar-benar menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan nasabah dengan analisis prinsip 5C agar dapat meminimalisasi adanya kerugian. Yang dimaksud prinsip 5C yaitu:

a) Character

Karakter calon nasabah dapat dilihat dari survei, wawancara langsung dengan nasabah dan kenyataan langsung serta hal-hal lain yang bisa dijadikan sumber dalam menilai karakter nasabah.

b) Capacity

Untuk kemampuan usaha dan kemampuan mengembalikan pembiayaan dilihat dari formulir pembiayaan, wawancara dan


(44)

29

kegiatan lapangan. Dimana pihak BMT UMS dapat mengamati secara langsung usaha nasabah. BMT juga harus mengetahui jumlah tanggungan keluarga dan pinjaman nasabah dengan pihak lain.

c) Capital

Diketahui dari formulir permohonan yaitu dengan melihat jumlah kekayaan/modal yang dimiliki nasabah serta berapa kemampuan untuk memberikan keuntungan yang diperoleh.

d) Condition

Untuk mengetahui prospek usaha yang dijalankan nasabah.

e) Collateral

Jaminan bukan merupakan factor dalam penilaian nasabah, namun untuk menjaga kesanggupan nasabah dalam menjalankan usaha. 3) Melakukan kesepakatan tentang pembiayaan mudharabah

Dalam melakukan pembiayaan mudharabah, BMT Usaha Mandiri Sejahtera dan anggota atau nasabah harus melakukan kesepakatan atas usaha yang akan dilaksanakan dari rencana sampai proses pembagian keuntungan agar tidak terjadi kerugian yang merugikan salah satu pihak. Oleh karena itu beberapa hal yang harus disepakati oleh kedua pihak antara lain:

1) Penetapan Pola Bagi Hasil 2) Penetapan Nisbah


(45)

4) Jangka Waktu Usaha

5) Penyediaan Jaminan (Anggunan) 4) Ijab dan Kabul

Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak antara BMT dan nasabah dalam mudharabah yang merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin minkum). Dalam hal ini, kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikat diri dalam akad

mudharabah untuk melakukan pembiayaan mudharabah yaitu dengan

penandatanganan akad mudharabah. BMT sebagai pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengontribusikan dana, sementara nasabah sebagi pelaksana usaha setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.

B. Realisasi Akad Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera

1. Kontrak Akad Pembiayaan Mudharabah a. Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah

Pembiayaan modal kerja mudharabah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip Mudharabah dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah. Pihak kesatu (BMT UMS) menyertakan modal sebagai pembiayaan kepada pihak kedua (nasabah), dan pihak kedua mengakui dengan sebenarnya telah menerima


(46)

31

uang sebagai pembiayaan dari pihak kesatu untuk menambah modal usaha, dan surat perjanjian sebagai buktinya. Besarnya pembiayaan yang dapat diberikan oleh BMT UMS disesuaikan dengan kebutuhan nsabah berdasarkan analisis BMT UMS. Besaran pembiayaan yang dapat diberikan oleh BMT UMS sampai dengan 80% dari kebutuhan nasabah. b. Jangka Waktu dan Pembayaran Pelunasan

1) Jangka waktu pembiayaan mudharabah (bulan, minggu, hari) terhitung sejak aqad pembiayaan ini ditandatangani sampai dengan tanggal yang telah ditentukan,tergantung kesepakatan kedua pihak. 2) Pengembalian pihak kedua kepada pihak kesatu dilakukan secara

angsuran setiap (bulan, minggu, hari) tergantung akad yang telah disepakati sampai dengan tanggal yang telah ditentukan.

3) Angsuran akan dibayarkan selambat-lambatnya sesuai tanggal yang telah disepakati. Jika menggunakan akad bulanan maka paling lambat angsuran yang dibayarkan harus satu bulan setelah dilakukannya tandatangan, begitu pula dengan akad mingguan dan harian sesuai dengan tanggal yang telah disepakati. Jika terlambat maka akan dikenakan denda.

4) Pembayaran angsuran dilakukan oleh pihak kedua dengan cara pihak kedua datang langsung kepada pihak kesatu sebelum tanggal jatuh tempo. Namun pada kenyataan dilapangan BMT UMS sering kali mengingatkan dan mendatangi nasabah untuk melakukan penariakan angsuran.


(47)

c. Ketentuan Bagi Hasil

Dalam penetapan bagi hasil untuk pembiayaan,BMT Usaha Mandiri Sejahtera menggunakan prinsip revenue sharing, dikarenakan agar nasabah tidak ikut menanggung biaya-biaya yang timbul dan mempengaruhi pembiayaan yang diambil. Kika nasabah mengetahui keuntungan yang didapat diperoleh setelah ada pengurangan biaya, kemungkinan nasabah akan membatalkan pembiayaan atau bahkan nasabah tidak mengambil pembiayaan di BMT UMS. Keuntungan diperuntukkan untuk kedua belah pihak, oleh karena itu kesepakatan presentase (nisbah) dari keuntungan dituangkan daalm akad. Sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana sepenuhnya selagi kerugian itu tidak disengaja diperbuat oleh pengelola dana.

1) Pihak kedua bersedia memberikan keuntungan dari usaha yang dibiayai untuk pihak kesatu dengan kesepakatan nisbah bagi hasil dari hasil usahanya dan bersama dengan angsuran pokok.

2) Pihak kedua akan berusaha secara terbuka transparan dan jujur melaporkan perkembangan usaha dan hasilnya kepada pihak kesatu secara tertulis atau lisan guna mempertimbangkan perhitungan bagi hasil kedua pihak.

d. Penetapan Nisbah

Dalam menetapkan nisbah, terlebih dahulu BMT UMS harus menganalisis usaha yang akan dibiayai, baru setelah itu menentukan besarnya nisbah yang dikehendaki. Untuk menetapkan nisbah, BMT


(48)

33

UMS tetap berdasarkan kesepakatan bersama nasabah. Kesepakatan nisbah yang ada biasanya 70%: 30% ada juga yang 50%: 50%, tergantung prospek usaha yang dibiayai untuk kedepannya.

e. Penyediaan Jaminan (Agunan)

Untuk meminimalisasi resiko pada pembiayaan mudharabah, sebelum menyetujuinya BMT UMS melakukan survei dan penilaian kelayakan usaha nasabah. Karena dana sepenuhnya dari BMT UMS maka nasabah harus memberikan jaminan kepada BMT UMS yang berguna untuk memperkuat akad perjanjian sehingga muncul rasa tanggungjawab untuk mengembalikan dana. Hal ini dilakukan supaya jika terjadi resiko dapat teratasi.

2. Kesesuaian Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah dengan fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/DSN-MUI/IV/2000

a. Ketentuan pembiayaan

1) Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha. Dalam hal ini besaran pembiayaan yang dapat diberikan BMT UMS sampai dengan 80% dari kebutuhan nasabah, karena banyak pertimbangan yang dilakukan oleh BMT UMS. Hal ini kurang sesuai dengan fatwa karena sebagai pemilik modal membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha).


(49)

2) Dalam menentukan Jangka waktu usaha BMT UMS berdasarkan kesepakatan dengan nasabah, pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (BMT UMS dengan nasabah). Namun, dalam hal tata cara pengembalian dana harus terlebih dahulu mengingatkan dan mengecek ke lapangan pada saat kontrak mudharabah sudah akan jatuh tempo. Terkadang pihak BMT UMS yang mendatangi nasabah untuk melakukan penarikan pengembalian dana. Dalam hal ini kurang sesuai dengan fatwa karena didalam fatwa seharusnya tata cara pengembalian dana harus disepakati terlebih dahulu. Dengan demikian nasabah bisa bertanggungjawab dalam melakukan pengembalian dana tanpa hareus diingatkan terlebih dahulu.

3) Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari'ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Dalam hal ini BMT UMS sudah sesuai dengan fatwa DSN.

4) BMT UMS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. Ini juga sesuai dengan fatwa DSN yang dapat dilihat dalam lembar akad perjanjian pembiayaan.


(50)

35

5) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.ini juga sesuai dengan fatwa DSN.

6) Prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh BMT dengan memperhatikan fatwa DSN. Hal ini juga sesuai dengan fatwa DSN, BMT UMS menggunakan mekanisme pembagian keuntungan dengan revenue sharing.

b. Ketentuan Hukum, Rukun dan Syarat Pembiayaan

Ketentuan hukum pembiayaan telah dilakukan BMT UMS seperti yang ada dalam fatwa DSN MUI. Pernyataan ijab dan qobul, syarat kontrak (akad), syarat-syarat modal, syarat keuntungan dan syarat kegiatan usaha yang harus dipenuhi seperti yang tertera dalam Fatwa DSN-NUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 telah dilaksanakan dan disesuaikan oleh BMT Usaha Mandiri Sejahtera.


(51)

Tabel 4.1

Kesesuaian Penerapan Pembiayaan Mudharabah di BMT UMS Dengan Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000

No Indikator Hasil Standar Keterangan 1 Pembiayaan Modal

Kerja

Membiayai 80% kebutuhan usaha Membiayai 100% kebutuhan usaha Kurang sesuai 2 Tata Cara Pelunasan

Pembayaran

Mendatangi dan mengingatkan,serta melakukan

penarikan pembiayaan

kepada nasabah dilapangan

Kesapakatan diawal

Kurang sesuai

3 Jangka Waktu Usaha Melalui

kesepakatan kedua pihak

Kesepakatan Sesuai 4 Penetapan Pola Bagi

Hasil

Revenue sharing Revenue

sharing atau

profit sharing

Sesuai 5 Penetapan Nisbah Berdasarkan

kesepakatan bersama nasabah

Kesepakatan Sesuai 6 Penyediaan Jaminan

(Agunan)


(52)

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan pembahasan mengenai “Analisis Pembiayaan

Mudharabah Pada KJKS BMT Usaha Mandiri Sejahtera Brebes. Maka penulis

dalam bab ini akan mencoba menarik sebuah kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya.

1. Dalam melaksanakan pembiayaan mudharabah, prosedur pembiayaan

mudharabah di BMT Usaaha Mandiri Sejahtera dibilang sudah baik

memenuhi ketentuan dari Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MIU/IV/2000. 2. Ada beberapa realisasi akad mudharabah di BMT Usaha Mandiri Sejahtera

yang belum sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 yaitu, dalam melaksanakan pembiayaan modal kerja mudharabah. BMT Usaha Mandiri Sejahtera belum sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 yang menyatakan bahwa pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada nasabah sebesar 100% akan tetapi BMT Usaha Mandiri Sejahtera hanya memberikan pembiayaan modal kerja sebesar 80% saja. Dikarenakan banyaknya pertimbangan dalam memberikan keputusan prihal pembiayaan modal yang akan diberikan kepada nasabah. Dan dalam segi pengembalian dana di BMT Usaha Mandiri Sejahtera juga belum sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000. Meskipun sudah dilakukan kesepakatan dalam akad, namun BMT sering kali mengingatkan dan mendatangi nasabah untuk melakukan pengembalian dana atau


(53)

penariakan angsuran. Seharusnya dalam melakukan pengembalian dana atau pembayaran angsuran, nasabah (mudharib) berkewajiban datang langsung kepada BMT (shohibul maal). Itu semua dilakukan karena sudah adanya kesepakatan diawal kontrak akad pembiayaan mudharabah antara BMT dengan nasabah. Karena sudah menjadi tanggungjawab nasabah sebagai mudharib untuk mematuhi aturan yang sudah disepakati.

B. Saran

1. Untuk memperluas anggota atau nasabah baru, BMT Usaha Mandiri Sejahtera disarankan untuk memberikan pembiayaan pada nasabah baru dengan begitu nasabah yang belum menjadi anggota secara otomatis akan menjadi anggota baru.

2. Menurut Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000 “jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha) ”. Sesuai dengan Fatwa tersebut penulis menyarankan BMT Usaha Mandiri Sejahtera harus lebih teliti, tegas dan berani dalam menyeleksi nasabah untuk memberikan pembiayaan modal. Agar tidak ada nasabah yang mengingkari akad pembiayaan mudharabah seperti yang sudah disepakati dalam kontrak. Dengan begitu akad pembiayaan mudharabah ini akan sesuai dengan ketentuan syariah seperti yang tercantum dalam Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN/MUI/IV/2000.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Antoni, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.

Firdaus, Muhammad., et al. 2005. Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Konterporer. Jakarta: Renaisan.

http://www.sarjanaku.com/2013/04/pengertian-problematika-defisi-menurut.html. Hikmah, S Retno.2010. Prosedur Pemberian Pembiayaan di BMT Karisma

Cabang Utama Magelang. Tugas Akhir, Program Studi Keuangan dan Perbankan

Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Lexy J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nuhayati, dkk. 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Nurlitasari, Ferlinda. 2013. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah di

Baituttamwil Tamzis Kejajar pada Pertanian Kentang Desa Wonosobo.

Undergraduate (S1) Thesis, IAIN Walisongo.

Rahma, Yusuf Aziz. 2010. Prosedur Pembiayaan dan Penanganan Masalah Pada

KJKS BMT Arafah Sukoharjo. Tugas Akhir, Program Diploma III Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelah Maret Surakarta.

sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D : alfameta Sumiyastuti, Sri. 2016. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul

Maal wat Tamwil Surya Parama Arta. Tugas Akhir, Program Vokasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yaya, et al. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.


(55)

Tentang

Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) سِْ ٱلل ِ ٱلرِ ٱلل ِ ٱلل سرمِ

Dewan Syari’ah Nasional setelah

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan dana lembaga keuangan syari’ah (LKS), pihak LKS dapat menyalurkan dananya kepada pihak lain dengan cara

mudharabah, yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua

pihak di mana pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil,

mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan

keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak;

b. bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan syari’ah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang

mudharabah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

Mengingat :

1. Firman Allah QS. al-Nisa' [4]: 29:

رآٱأ َّ اّذٱيرلذِ رسوٱارْٱِ رسوٱلو ٱارأٱأ و راٱُرْٱبٱّ و رااٱأب ٱِربا لو ذٱِابٱأ نٱب رِٱو نَ ٱتذٱَب ٱآ راوٱب رسوراأ نْو ٱٱٱب ...

"Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu …"

2. Firman Allah QS. al-Ma'idah [5]: 1: ا راَّرلذِ و راَ رآٱأ و رااٱأب ٱِربا لو ذٱِابٱأذٱب …

"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …." 3. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 283:

... ٱلو ْ أٱْرل ٱآ َِٱأٱُذٱأٱأ ٱِلبرلو ا لو ااٱِْرٱٱَ ذننرَٱِ رسونرَٱِ ٱِأٱأ رآاٱَ ِ ِٱت ٱِ ... "… Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian


(56)

yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya …"

4. Hadis Nabi riwayat Thabrani:

اٱٱ لرلو نريٱو ِرِ سذ يٱَرلو ذٱُناْٱُ ٱآذٱُ ٱٱٱو ٱّٱٱٱأرَو نمٱِٱتذٱنأ ٱَذٱلرلو ٱْٱَٱا وٱعَ ننيٱُ ٱ وٱع نم ِوٱا ِِ ٱِٱٱأرحٱب ٱّ ٱآ َذنباو ٱآ ِِ ٱََراٱب ٱّ ٱآ َونٱرشٱِ ِِ ٱِٱرمٱب ٱّ رآٱأ ِيِذٱ ِٱلو ٱٱ ِٱلو ٱَ راُ ٱت ِّ رٱٱَ ٱ ٱٱٱيٱَ َٱِلٱط ٱِلٱع ٱاٱَٱَ رآاٱَ َنمٱيرّٱت ِلب ٱآ ِرْٱٱٱو (سذيو ِِو ِو جُآزو َ رُوٱي لو روآت) ر ٱأذٱطٱْٱَ ٱس ٱٱُ ٱآ.

"Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya." (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas) 5. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:

َناٱطٱأ ٱلَ ْرْٱيرلٱو عمٱُٱٱٱيرلو ِِرَْ ّمٱ ٱَ عٱَذٱَ ٱس ٱٱُ ٱآ ِلب ٱآ ِرْٱٱٱو ِٱلو ٱٱ ري الو آٱأ ( ِْ ِو ِطذأ ِِو روآت) ْرْٱيرٱل ٱّ لرْٱيرٱل ٱرَْ حلذِ اٱيرلو جرٱٱو ٱآ َمٱط ٱتذٱّلرلو ٱآ "Nabi bersabda, 'Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual." (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

6. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari 'Amr bin 'Auf:

ذٱط لرٱا لٱو ٱآالٱرملرلو ٱآ ذنأوٱٱٱِ اٱِٱأ رآٱأ نّٱ ٱِ ٱح ٱٱِ ذنشرٱ َّ ٱِْلٱرملرلو ٱِرْٱِ َّ ذنأو ٱٱٱِ اٱِٱأ رآٱأ نّٱ ٱِ ٱح ٱٱِ ذنّ رٱٱَ َّ رسِّآٱَ ٱٱٱو.

"Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram."

7. Hadis Nabi SAW.:


(57)

8. Ijma. Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’. (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838)

9. Qiyas. Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.

10.Kaidah fiqh:

ٱ ٱأذٱَلرلو َ ار ٱزٱوذٱِلربٱرشٱب ٱٱٱو ّارْلٱا َنٱب رآٱأ َّ مٱِذٱِهرو.

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Selasa, tanggal 29 Dzulhijjah 1420 H./4 April 2000.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN MUDHARABAH (QIRADH)

Pertama :

Ketentuan Pembiayaan:

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang

produktif.

2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari'ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan

pengawasan.

5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.


(58)

akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan

penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan

memperhatikan fatwa DSN.

9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib. 10.Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan

kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap

kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.

Kedua :

Rukun dan Syarat Pembiayaan:

1. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui

korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharibuntuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad. 4. Keuntungan mudharabahadalah jumlah yang didapat sebagai

kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:


(59)

nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai

perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan. c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari'ah

Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan

mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang

berlaku dalam aktifitas itu.

Ketiga :

Ketentuan lain:

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu'allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.

3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad

al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian,

atau pelanggaran kesepakatan.

4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal

:

29 Dzulhijjah 1420 H 4 April 2000 M


(60)

DEWAN SYARI'AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua

Prof. K.H. Ali Yafie

Sekretaris


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)