REMAJA DAN REAKTUALISASI PERAN IRM

REMAJA DAN REAKTUALISASI PERAN IRM
Membicarakan remaja seperti tidak ada habis-habisnya. Baik membicarakan remaja
sebagai aktor, pelaku, atau sebagai subyek, maupun membicarakan remaja
sebagai obyek, sebagai sasaran. Atau dalam bahasa Arabnya, membicarakan
remaja sebagai fa’il sama asyiknya dengan membicarakan remaja sebagai maf’ul.
Hanya sayangnya remaja selama ini lebih sering diposisikan dan dipahami sebagai
masalah (problem). Posisinya sebagai potensi dan bagian dari solusi sering tenggelam
atau ditenggelamkan di tengah wacana tentang remaja sebagai masalah. Muncullah
bombardir isyu dan pemberitaan tentang remaja dan narkoba, remaja dan kebebasan
seks, remaja dan tawuran, remaja dan tindak kekerasan atau tindak huru-hura dan
remaja sebagai biang tindak asosial lainnya.
Pemberitaan tentang remaja sebagai masalah seringkali lebih dibesar-besarkan
ketimbang pemberitaan remaja sebagai potensi dan sebagai bagian dari solusi. Oleh
karena itu opini yang terbentuk, citra yang terbayangkan dan wacana yang
berkembang adalah remaja hanyalah menjadi beban bagi semua lingkungan. Beban
bagi lingkungan keluarga (perilakunya menyimpang), beban bagi lingkungan sekolah
(suka melawan dan melakukan pemberontakan simbolik maupun aktual) dan juga
beban bagi lingkungan masyarakatnya (melakukan tindak kriminal secara kolektif dan
secara individual). Itulah remaja yang kita kenal dan yang dikenalkan oleh media
massa.
Bombardir isyu dan pemberitaan seperti itu sesungguhnya menyesatkan. Sebab dalam

kenyataan, remaja justru banyak yang menyadari dan yakin bahwa dirinya adalah
potensi positif dari masyarakatnya. Mereka yang bergabung dalam berbagai kelompok
kajian, kelompok kreatif dan kelompok pengembang kehidupan beragama jelas
mampu memposisikan diri mereka sebagai potensi.
Selain itu banyak pula remaja yang mampu menghadirkan dirinya sebagai bagian dari
solusi atas masalah-masalah sosial, budaya, ekonomi dan politik yang terjadi di level
masyarakat maupun negara. Para remaja yang kritis biasanya mampu menempatkan
diri sebagai bagian dari solusi itu. Ketika kekerasan merebak dimana-mana termasuk
menjelang Pemilu, banyak kelompok remaja yang mampu menjadi bagian dari solusi.
Mereka mengkampanyekan anti kekerasan.
Dalam kenyataan sekarang, sangat banyak remaja yang menyadari dirinya sebagai
potensi dan sebagai bagian dari solusi. Untuk ini mereka membuktikan diri lewat
berbagai prestasi. Prestasi belajar, prestasi menulis, prestasi olah seni dan ekspresi
kreatif lainnya, prestasi olahraga, prestasi penelitian yang kemudian dilombakan
dalam lomba karya ilmiah remaja, juga prestasi dalam mengembangkan ketrampilan
beragama dan dalam memperluas serta memperdalam ilmu agamanya..
Tentu saja semua tidak menafikan bahwa sekarang ini para remaja memang sarat
dengan problema. Seiring dengan makin berkembangya teknologi komunikasi, seiring
dengan perubahan dan mobilitas-mobilitas yang terjadi di masyarakat dan seiring
dengan makin kompleksnya kehidupan, maka masalah-masalah baru selalu muncul

setiap hari. Tidak semua remaja siap menghadapi semua ini. Itulah masalahnya.
Dalam konteks ini organisasi remaja seperti IRM perlu senantiasa melakukan
reaktualisasi perannya. Sebab tanpa melakukan reaktualisasi jangan-jangan ormas
semacam IRM makin lama makin merosot harkat dan posisinya, justru menjadi klien
dan pasien masyarakatnya. Padahal seharusnya, jika mampu terus meremajakan diri,
dan mampu melakukan pembeliaan-pembeliaan secara intelektual dan fungsional
maka ormas semacam IRM akan mampu menjadi patron bagi para remaja. Juga akan

mampu menjadi ajang solusi, ajang terapi setelah diagnosa sosial yang dilakukannya
akurat.
Kecerdikan, kecerdasan, kejernihan, dan kearifan tokoh-tokoh penggerak IRM di
masa depan diharapkan mampu melakukan reaktualisasi peran tersebut. Ketika
lingkungan fisik berubah, ketika lingkungan sosial berubah dan ketika lingkungan
kultural berubah cepat dan dahsyat sekali dan banyak remaja kebingungan serta
gagap, IRM dapat muncul sebagai teman, pendamping, atau justru sebagai imam yang
mampu memberi arah kemana sebaiknya remaja melangkah.
Dalam Muktamarnya yang ke-13 bulan Oktober 2002 ini, IRM mampukah
melakukan semua itu? Kita tunggu saja. (Bahan dan tulisan: tof)
Sumber: SM-19-2002