Sambutan Bupati Upacara Perang Manggopoh 106 2014 FIX

SAMBUTAN BUPATI AGAM
PADA UPACARA PERINGATAN PERANG
MANGGOPOH YANG KE- 106 (1908-2014)
Minggu, 15 Juni 2014

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yth. Sdr. Muspida Plus Kabupaten Agam
Yth. Sdr. Sekretaris Daerah Kabupaten Agam
Yth. Sdr.
Kepala
Dinas/Badan/Kantor/Bagian

di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam
Yth. Sdr. Camat beserta unsur Muspika se Kabupaten
Agam
Yth. Sdr. Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Agam
Yth. Angku-angku Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak
pandai danTokoh Masyarakat dan Keluarga pejuang
Yth. Rekan media Pers, hadirin-hadirat yang berbahagia

Mengawali sambutan ini, marilah kita dengan tidak
henti-hentinya bertafakur dan memanjatkan Puji Syukur
1

kehadirat-Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
pada hari yang berbahagia ini kita masih diberikan nikmat
berupa kesehatan dan kekuatan sehingga kita dapat hadir
dalam dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Perang
Manggopoh yang ke-106 (1908-2014).
Salawat teriring salam kita haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW dengan bersama-sama mengucap
Allahhumma Shalli'ala Saiyidina Muhammad Wa‘alaa Aalihi
Saiyidina Muhammad, mudah-mudahan beliau senantiasa
mencurahkan syafaatnya kepada kita semua di Yaumil akhir
nanti. Amin ya robbalalamin.
Bapak/Ibu dan peserta upacara yang berbahagia,
Peristiwa Perang Manggopoh yang terjadi pada tanggal
15 Juni tahun 1908 merupakan peristiwa heroik perlawanan
rakyat atas kesewenang-wenangan penjajah kolonial Belanda
di Bumi Nusantara ini. Pada saat itu sejarah mencatat dimana

para pejuang di Manggopoh ini berperang dengan gagah berani
melakukan penyerangan terhadap Belanda yang berhasil
menewaskan tentara Belanda. Perempuan luar biasa itu adalah
2

Sitti, yang kemudian dikenal dengan panggilan “Siti
Manggopoh”
Perang Manggopoh merupakan perlawanan rakyat
Manggopoh dan Lubuk Basung terhadap kebijakan ekonomi
Belanda pada saat itu, Belanda memungut pajak yang
memberatkan rakyat, dan dikenal dengan istilah “belasting”
atau pajak uang.
Rakyat pada waktu itu merasa terhina dan terinjak-injak
harga dirinya, dimana harus mematuhi peraturan membayar
pajak atas tanah yang telah dimilikinya secara turun-temurun,
apalagi peraturan belasting ini dianggap bertentangan dengan
adat Minangkabau, dimana tanah merupakan kepunyaan
komunal/kaum, sehingga sangat sulit dikuasai orang luar
(penjajah).
Mengingat Sitti Manggopoh adalah seorang wanita dan

memimpin perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda
maka perjuangan rakyat Manggopoh memiliki nilai lebih,
apalagi Sitti Manggopoh sangat berani dan sangat heroik.
Perlawananya merupakan reaksi hebat untuk mempertahankan
hak atas tanah leluhurnya dan penetrasi pemerintah Hindia
3

Belanda, dan Mandeh Siti berhasil menggalang kekuatan dari
berbagai lapisan masyarakat.
Seiring dengan perlawanan rakyat Manggopoh ini, di
Kamang juga terjadi perlawanan rakyat terhadap Belanda yang
dikenal dengan peristiwa “Perang Kamang”. Kedua peristiwa
ini menjadi bukti sejarah perlawanan dan kebangkitan Rakyat
Agam terhadap segala bentuk penjajahan di tanah Rang Agam.
Perang Manggopoh dan Perang Kamang yang disebut
oleh sejarawan sebagai “Gerakan Anti Belasting”, merupakan
satu-satunya perlawanan bersenjata di tanah air pada
permulaan

Abad


ke-20,

dimana

penguasa

Belanda

melumpuhkan semua kekuatan bersenjata rakyat yang
menentang di Indonesia.
Kita

masyarakat

Kabupaten

Agam,

khususnya


Manggopoh dan Lubuk Basung pantas berbangga atas
kehebatan terhadap para Syuhada Manggopoh dan Kamang
dalam memperjuangkan hak dan menentang kebathilan.
Daerah Agam ini, telah melahirkan banyak pahlawan
dan tokoh yang luar biasa hebatnya seperti H. Agus Salim,
Muhammad Hatta, Sutan Syahril, Rasuna Said, Rohana Kudus,
4

Buya Hamka, dan puluhan bahkan ratusan orang-orang hebat
lainnya yang telah mengukir sejarah negeri ini dengan tinta
emas. Hal ini menandakan bahwa negeri ini memiliki sosial
kapital yang tidak ternilai sepanjang masa.
Karena itu seyogyanyalah kita mewarisi semangat dan
spirit para pejuang tersebut. Kita dapat menjadikan semangat
dan spirit itu sebagai modal sosial dalam memperkuat
persatuan dan kesatuan untuk mewarisi dan memelihara serta
menjadikan negeri ini menjadi negeri yang hebat.
Peringatan Perang Manggopoh ke-106 tahun ini dapat
kita jadikan momentum untuk menggali nilai-nilai luhur yang

dimiliki oleh para perjuang dan pahlawan untuk kita wujudkan
dalam kehidupan dan aktifitas kita sehari-hari sesuai dengan
posisi dan profesi masing-masing.
Daerah kita memiliki banyak pahlawan sebagaimana
yang disebutkan tadi, Sitti Manggopoh di Manggopoh, Abdul
Manan di Kamang adalah dua tokoh pejuang yang kita akui
telah berperan besar dalam sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia. Namun keduanya belum lagi memperoleh predikat

5

atau gelar Pahlawan Nasional, proses dan prosedur persyaratan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Upacara peringatan Perang Manggopoh dan Perang
Kamang sejak beberapa tahun terakhir telah diperingati
ditingkat Kabupaten Agam. Mengingat apa yang dilakukan
para pejuang adalah untuk kemerdekaan, maka pantaslah
kiranya peringatan ini tidak hanya ditingkat kabupaten,
hendaknya juga ditingkat propinsi dan nasional.
Bapak/Ibu dan hadirin yang kami hormati,

Berkenaan dengan Peringatan Perang Manggopoh yang
ke 106 ini, kami atas nama Pemerintah daerah menghimbau
dan mengajak kita semua, bahwa hendaknya pelaksanaan
peringatan ini janganlah hanya bersifat seremonial belaka, tapi
yang lebih penting sekarang ini bagaimana kita sebagai
generasi penerus dapat mewarisi nilai-nilai luhur diatas,
sehingga

dapat

diterapkan

dalam

membangun

Nagari

Manggopoh menuju nagari yang makmur, sejahtera dan maju
dimasa yang akan datang, dengan cara :

1. Adanya
kesadaran
anak
memperjuangkan

hak

dan

nagari

untuk

kemerdekaan
6

sebagaimana yang diamanahkan dalam undangundang dasar 1945.
2. Tuhan
menganugerahkan


lahirnya

tokoh

pemberani secara khusus mewakili perempuan
Minangkabau yang memiliki kepedulian kepada
hak azazi, ajaran agama dan harga diri sebagai
pertanda bahwa perempuan Minangkabau adalah
tipe pemimpin dalam masyarakat.
Artinya secara sosiokultural masyarakat Minang
telah meletakkan derajat kaum perempuan setara
dan bahkan melebihi laki-laki.
3. Besarnya peran masyarakat
khususnya

Agam

dan

lebih


Minangkabau
khusus

lagi

masyarakat Manggopoh dalam memperjuangkan
merebut kemerdekaan.
4. Dengan adanya perlawanan rakyat Manggopoh
yang dipimpin oleh Siti Manggopoh ini menjadi
kewajiban bagi kita, khususnya masyarakat Agam
untuk mewarisi nilai-nilai patriotic dan kejuangan
yang harus diimplementasikan dalam bentuk
perbuatan, tingkah laku, partisipasi baik dalam

7

kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan
bernegara.
Bapak/Ibu peserta upacara yang berbahagia,

Selanjutnya dalam rangka menghargai jasa pahlawan
yang telah berjuang sebagai pembela tanah air, melalui
kesempatan ini kami menghimbau kepada seluruh lapisan
masyarakat, marilah kita jadikan momentum peringatan
Perang Manggopoh ini sebagai langkah untuk menelusuri jejak
dan bukti-bukti sejarah Mandeh Siti dalam memperjuangkan
hak dan kebathilan, sehingga semangat kepahlawanan beliau
menjadi motivasi dalam kehidupan kita. Untuk itu, mari kita
bersama mengupayakan Mandeh Siti sebagai Pahlawan
Nasional.
Akhirnya dalam kesempatan ini, saya mengucapkan
selamat kepada kita semua, terutama masyarakat Manggopoh,
Lubuk Basung dan Agam, semoga peringatan peristiwa ini
semakin memperkuat jati diri kita sebagai pejuang yang berani
menegakkan kebenaran, berani memerangi kemungkaran dan
berani untuk berprestasi dengan landasan iman yang kuat.
Demikianlah Sambutan ini disampaikan atas perhatian
kita semua diucapkan terima kasih.
8

Wabillahi Taufik Walhidayah,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
BUPATI AGAM,

Ir. INDRA CATRI, MSP

9