LK KPK TA 2016 Audited
BAGIAN ANGGARAN 093
LAPORAN KEUANGAN
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2016
(Audited)
Jln. H.R Rasuna Said Kav. C.1 Kuningan Jakarta Selatan 12920
Telepon (62-21) 2557 8300, Faks (62-21) 528 92456, http://www.kpk.go.id
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
TA 2016
Uraian
Catatan
1
PENDAPATAN
TA 2015
2
Anggaran
Realisasi
% Real.
Angg.
Realisasi
3
4
5
6
B.1
Penerimaan Negara Bukan Pajak
-
532.406.843.397
0,00
211.950.483.827
JUMLAH PENDAPATAN
-
532.406.843.397
0,00
211.950.483.827
B.2
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
B.3
395.049.867.000
382.289.355.877
96,77
309.316.249.798
Belanja Barang
B.4
316.840.438.000
216.972.627.312
68,48
143.146.788.869
711.890.305.000
599.261.983.189
84,18
452.463.038.667
Jumlah Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Peralatan dan Mesin
B.5
221.957.646.000
194.657.922.722
87,70
99.430.296.643
Belanja Gedung dan Bangunan
B.6
35.323.929.000
29.911.735.908
84,68
169.677.302.928
Belanja Modal Lainnya
B.7
22.696.108.000
15.086.496.675
66,47
6.976.201.504
Jumlah Belanja Modal
279.977.683.000
239.656.155.305
85,60
276.083.801.075
JUMLAH BELANJA
991.867.988.000
838.918.138.494
84,58
728.546.839.742
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
II. NERACA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
NERACA
PER 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
(dalam rupiah)
Nama Perkiraan
Catatan
31 Desember 2016
31 Desember 2015
ASET
Aset Lancar
C.1
Kas di Bendahara Pengeluaran
C.1.1
500.000.000
600.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas Lainnya dan Setara Kas
C.1.2
0
504.270.428
C.1.3
1.864.453.581
0
Piutang Bukan Pajak
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang
Bukan Pajak
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Ganti Rugi
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Bagian
Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi
C.1.4
530.435.855.479
534.231.138.102
C.1.5
(3.888.094.053)
(3.678.314.321)
C.1.6
259.557.021
30.357.380
C.1.7
(1.297.785)
(151.787)
Belanja Dibayar Di Muka
C.1.8
1.380.246.728
1.005.762.308
Persediaan
C.1.9
449.084.142.333
308.287.063.016
979.634.863.304
840.980.125.126
Jumlah Aset Lancar
Aset Tetap
C.2
Tanah
C.2.1
453.819.842.500
453.819.842.500
Peralatan dan Mesin
C.2.2
335.218.989.697
257.389.629.778
Gedung dan Bangunan
C.2.3
394.022.525.206
79.208.112.060
Jalan. Irigasi. dan Jaringan
C.2.4
111.998.080.217
102.189.074.090
Aset Tetap Lainnya
C.2.5
8.006.185.982
6.536.859.829
Konstruksi Dalam Pengerjaan
C.2.6
163.548.472.705
369.524.671.764
Akumulasi Penyusutan Aset tetap
C.2.7
(287.783.850.414)
(248.702.761.845)
1.178.830.245.893
1.019.965.428.176
C.3.1
402.621.204
0
C.3.2
(2.013.106)
0
400.608.098
0
38.490.057.783
Jumlah Aset Tetap
Piutang Jangka Panjang
Piutang Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Ganti Rugi
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Tagihan
Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi
Jumlah Piutang Jangka Panjang
Aset Lainnya
C.3
C.4
Aset Tak Berwujud
C.4.1
48.938.310.428
Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan
C.4.2
1.527.146.500
486.407.806
Aset Lain-lain
C.4.3
4.937.267.823
1.871.994.974
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya
C.4.4
(31.892.155.778)
(1.849.357.780)
23.510.568.973
38.999.102.783
2.182.376.286.268
1.899.944.656.085
7.304.542.664
7.072.120.741
Jumlah Aset Lainnya
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
C.5
Utang Kepada Pihak Ketiga
C.5.1
Uang Muka Dari KPPN
C.5.2
500.000.000
600.000.000
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
7.804.542.664
7.672.120.741
JUMLAH KEWAJIBAN
7.804.542.664
7.672.120.741
2.174.571.743.604
1.892.272.535.344
JUMLAH EKUITAS
2.174.571.743.604
1.892.272.535.344
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
2.182.376.286.268
1.899.944.656.085
EKUITAS
C.6
Ekuitas
201 19521107.197901.1.001
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
III. LAPORAN OPERASIONAL
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
LAPORAN OPERASIONAL
PER 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
(dalam rupiah)
URAIAN
Catatan
31 Desember 2016
31 Desember 2015
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL
D.1
Penerimaan Negara Bukan Pajak
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL
641.810.380.135
683.508.590.892
641.810.380.135
683.508.590.892
BEBAN OPERASIONAL
Beban Pegawai
D.2
381.893.302.837
309.193.626.269
Beban Persediaan
D.3
3.276.602.250
4.056.449.885
Beban Barang dan Jasa
D.4
133.170.376.956
84.999.584.988
Beban Pemeliharaan
D.5
10.251.442.877
11.333.896.213
Beban Perjalanan Dinas
Beban Barang untuk Diserahkan kepada
Masyarakat
Beban Penyusutan dan Amortisasi
D.6
61.947.168.799
44.502.016.314
D.7
7.283.550.453
15.440.104.277
D.8
47.434.435.885
28.922.169.106
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
D.9
212.938.836
152.406.109.847
645.469.818.893
650.853.956.899
(3.659.438.758)
32.654.633.993
(443.000)
90.078.280
973.370.317
(86.324.971)
972.927.317
3.753.309
Pendapatan PNBP
0
0
SURPLUS /DEFISIT DARI POS LUAR BIASA
0
0
(2.686.511.441)
32.658.387.302
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL
SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN
OPERASIONAL
KEGIATAN NON OPERASIONAL
Surplus (Defisit) Pelepasan Aset Non lancar
Surplus (Defisit) Kegiatan Non Operasional
Lainnya
SURPLUS /DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL
POS LUAR BIASA
SURPLUS/DEFISIT LO
D.10
201 19521107.197901.1.001
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PER 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
(dalam rupiah)
URAIAN
Catatan
31 Desember 2016
31 Desember 2015
EKUITAS AWAL
E.1
1.892.272.535.344
982.762.161.555
SURPLUS/DEFISIT LO
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR
KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI EKUITAS
E.2
(2.686.511.441)
32.658.387.302
0
0
Penyesuaian Nilai Aset
E.3
0
3,318,983,599
Koreksi Nilai Persediaan
E.4
0
(590.698.602)
Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi
E.5
(1.476.491.301)
(44.430.715.860)
Koreksi Nilai Aset Lainnya Non Revaluasi
E.6
(21.875.857.985)
0
Lain-lain
E.7
1.750.419.750
(20.060.734)
(21.601.929.536)
(41.722.491.597)
E.8
306.587.649.237
918.574.478.084
282.299.208.260
909,510,373,789
E.9
2.174.571.743.604
1.892.272.535.344
JUMLAH
TRANSAKSI ANTAR ENTITAS
KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS
EKUITAS AKHIR
201 19521107.197901.1.001
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. PENJELASAN UMUM
A.1. Profil dan Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi
Profil dan
Rencana
Strategis
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk sebagai lembaga negara yang bersifat
independen dan dalam melaksanakan tugas serta kewenangannya bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi adalah landasan legal bagi pelaksanaan tugas KPK dalam
mengkoordinasikan lembaga penegak hukum lainnya melalui koordinasi dan supervisi,
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan (represive), mendorong
pencegahan (preventive) tindak pidana korupsi, serta melakukan pemantauan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara.
RENCANA STRATEGIS
Rencana
Strategis
KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Berdasarkan Pasal
6 Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002, tugas KPK meliputi: melakukan koordinasi dan
supervisi terhadap upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
yang berwenang, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan
melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Visi
“Bersama Elemen Bangsa, Mewujudkan Indonesia yang Bersih Dari Korupsi”.
Misi
”Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penegakan hukum dan menurunkan tingkat
korupsi di Indonesia melalui koordinasi, supervisi, monitor, pencegahan, dan
penindakan dengan peran serta seluruh elemen bangsa”
Fokus Area
Fokus pelaksanaan tugas KPK pada Renstra KPK 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Penanganan Kasus Grand Corruption dan Penguatan Aparat Penegak Hukum
(APGAKUM).
Pengertian Grand Corruption adalah tindak pidana korupsi yang memenuhi salah satu
atau lebih kriteria berikut:
a. Melibatkan pengambil keputusan terhadap kebijakan atau regulasi.
b. Melibatkan aparat penegak hukum.
c. Berdampak luas terhadap kepentingan nasional.
d. Kejahatan sindikasi, sistemik, dan terorganisir.
Penguatan APGAKUM dilakukan melalui Koordinasi dan Supervisi.
2. Perbaikan Sektor Strategis terkait kepentingan nasional (national interest), meliputi:
a. Ketahanan pangan plus.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
b. Ketahanan energi dan lingkungan.
c. Penerimaan negara.
d. Bidang infrastruktur.
3. Pembangunan pondasi Sistem Integritas Nasional (SIN).
4. Penguatan sistem politik berintegritas dan masyarakat (CSO) paham integritas.
5. Persiapan Fraud Control.
Tujuan Strategis
“Menurunnya Tingkat Korupsi”
Sasaran Strategis
1. Menurunnya Tingkat Korupsi (Ultimate Goal).
2. Efektifnya Penegakan Hukum Bidang Tipikor.
3. Terbangunnya Integritas Pemerintah, Masyarakat, Politik dan Swasta.
4. Terbangunnya Hubungan Mitra Kerjasama yang Efektif.
5. Terintegrasinya Upaya Penindakan Tipikor.
6. Terintegrasinya Upaya Pencegahan Tipikor.
7. Terintegrasinya Upaya Penindakan dan Pencegahan Tipikor.
8. Terlaksananya Koordinasi, Supervisi dan Monitor Pemberantasan Korupsi.
9. Terwujudnya Organisasi yang Efektif.
10.Terbentuknya SDM yang Berkinerja Optimal.
11.Terbangunnya Sistem Operasional Terintegrasi dan Adaptif.
12.Terkelolanya Keuangan secara Akuntabel.
Tabel 2. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Tujuan/Sasaran Strategis
Inisiatif Strategis
PERSPEKTIF STAKEHOLDER
Seluruh Sasaran Strategis
1. Menyelaraskan program lembaga untuk perbaikan Indeks
Persepsi Korupsi berdasarkan hasil studi
2. Menyiapkan instrumen dan melakukan pengukuran Indeks
Penegakan Hukum, Indeks Integritas KLOPS, Indeks
Kerjasama dan Indeks Partisipasi Masyarakat
3. Menyiapkan infrastruktur komunikasi data penanganan
TPK apgakum dan seluruh komponen untuk
mengoptimalkan fungsi koordinasi dan supervisi
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
Terintegrasinya Upaya
Penindakan Tipikor
1. Memadukan database penanganan TPK (dumas s.d
eksekusi).
2. Meningkatkan kapasitas SDM KPK dalam penanganan
TPK.
3. Melakukan penindakan yang proaktif, kuat, dan efektif.
4. Meningkatkan peran dan kualitas pengaduan masyarakat
terhadap dugaan TPK.
5. Mengoptimalkan asset recovery.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Audited
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Terintegrasinya Upaya
Pencegahan Tipikor
1. Membangun database pencegahan KPK yang terintegrasi
dengan KLOPS.
2. Meningkatkan kapasitas SDM KPK dalam pencegahan TPK.
3. Melakukan piloting / implementasi Sistem Pencegahan
Korupsi pada beberapa KLOPS (sesuai fokus area).
4. Melibatkan dan memberdayakan Stakeholder dalam
pencegahan korupsi pada KLOPS.
5. Memperkuat peran jejaring KPK dalam pencegahan
korupsi.
Terintegrasinya Upaya
Penindakan dan Pencegahan
Tipikor
1. Melakukan telaahan/kajian pencegahan korupsi dengan
memanfaatkan kasus-kasus tipikor.
2. Memberikan bimbingan/ pendampingan kepada KLOPS
(sesuai fokus area) dalam rangka piloting / implementasi
sistem pencegahan dan penindakan terintegrasi.
3. Menyusun rencana aksi dengan KLOPS terkait dan
memantau implementasinya.
Terlaksananya Koordinasi,
Supervisi, dan Monitor
Pemberantasan Korupsi
1. Melakukan koordinasi dengan APGAKUM lain secara
berkala.
2. Menfasilitasi peningkatan kapasitas SDM APGAKUM dalam
penanganan TPK (melalui Diklat Korsup).
3. Melakukan eksaminasi dan gelar perkara bersama
APGAKUM terhadap perkara TPK yang menarik perhatian
publik.
4. Memberikan supervisi dan bantuan kepada APGAKUM
dalam penanganan TPK.
1. Melakukan pendampingan (advokasi) kepada K/L
(termasuk APH) dan Pemda (sesuai fokus area) dalam
pencegahan korupsi.
2. Memperkuat dan memberdaya-kan APIP/ Itjen/ Bawasda
dalam Sistem Pencegahan Korupsi.
3. Melibatkan mitra/stakeholder (BPKP, Kemenpan-RB, ORI,
dan CSO) dalam program aksi pencegahan
1. Melakukan kajian komprehensif terhadap sistem/bisnis
proses pada KLOPS (sesuai fokus area).
2. Memberikan rekomendasi kepada KLOPS (sesuai fokus
area) dan memantau implementasinya.
3. Menyusun rencana aksi bersama KLOPS terkait dan
memantau implementasinya.
PERSPEKTIF LEARNING & GROWTH
Terwujudnya Organisasi yang
Efektif
1. Melakukan survei integritas KPK secara berkala dan
memantau tindak lanjut atas rekomendasi.
2. Membentuk dan memperkuat champion integritas pada
masing-masing unit.
3. Meningkatkan kualitas manajemen risiko pada semua
level.
4. Meningkatkan/menjaga kapasitas integritas pegawai KPK.
1. Menyusun rencana aksi pemenuhan komponen RB dan
memantau implementasinya.
2. Melakukan koordinasi dengan Kemen PAN-RB dalam
rangka implementasi RB
1. Meningkatkan kualitas sistem akuntabilitas kinerja,
termasuk melakukan reviu kinerja internal
2. Mengintegrasikan manajemen kinerja korporat dan
pegawai.
3. Meningkatkan kapasitas Struktural dan PIC dalam
manajemen strategi dan kinerja
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Audited
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Terbentuknya SDM yang
Berkinerja Optimal
Audited
1. Mengoptimalkan pembinaan oleh atasan langsung.
2. Meningkatkan kapasitas / kompetensi pegawai KPK sesuai
fokus area.
3. Memperbaiki sistem manajemen SDM KPK (9 Pilar)
menggunakan kerangka PCMM
1. Menyelaraskan Blueprint MSDM KPK dengan kebutuhan
organisasi (Renstra KPK);
2. Melakukan survei berkala dan memantau hasilnya.
Terbangunnya Sistem
Operasional Terintegrasi dan
Adaptif
1. Mempercepat (akselerasi) kelengkapan SOP
2. Melakukan evaluasi berkala terhadap SOP dan melakukan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi
3. Melakukan pengujian kepatuhan terhadap SOP
1. Melakukan identifikasi dan updating seluruh layanan
utama internal KPK
2. Melakukan pengukuran pemenuhan SLA secara berkala
3. Melakukan perbaikan atas layanan utama internal KPK
1. Melakukan pembaruan Blue Print IT KPK yang selaras
dengan perencanaan strategis KPK.
2. Mengoptimalkan kerjasama eksternal untuk pemenuhan
kebutuhan data dan informasi
3. Melakukan analisis data dan informasi utk pengambilan
keputusan, baik by design maupun by request.
4. Meningkatkan keterbukaan informasi publik dengan
memperhatikan SMKI secara konsisten.
PERSPEKTIF FINANSIAL
Terkelolanya Keuangan secara
Akuntabel
1. Memperbaiki/meningkatkan kualitas perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi/reviu kegiatan dan anggaran.
2. Menindaklanjuti temuan audit internal dan eksternal.
Strategi pencapaian tujuan dan sasaran KPK dalam melaksanakan tugas dengan fokus
area periode 2015-2019 digambarkan dalam peta strategi sebagai berikut:
Gambar 1. Strategy Map-KPK
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
A.2. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Pendekatan
Penyusunan
Laporan
Keuangan
Laporan Keuangan Tahun 2016 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek
keuangan yang dikelola oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Laporan Keuangan ini
dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
Kementerian Negara/Lembaga.
A.3. Basis Akuntansi
Basis Akuntansi
Komisi Pemberantasan Korupsi menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan
penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas
untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi
dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi
transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal
ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
A.4. Dasar Pengukuran
Dasar
Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan KPK dalam
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai
perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai
wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat
sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi
kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang
menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah.
A.5. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan
Akuntansi
Pendapatan-LRA
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan TA 2016 telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Kebijakan akuntansi
merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktikpraktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan
kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan LK KPK
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan-LRA
• Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN).
• Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
• Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
Pendapatan-LO
2. Pendapatan-LO
• Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan/atau
Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
• Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
3. Belanja
Belanja
• Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.
• Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
• Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya
klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
4. Beban
Beban
• Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
• Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya
klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Aset
5. Aset
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang, dan
Aset Lainnya.
Aset Lancar
a. Aset Lancar
• Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.
• Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk
valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada
tanggal neraca.
• Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak
yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihan atau yang dipersamakan,
yang diharapkan diterima pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan.
Khusus Uang Pengganti, pengakuan dan pencatatan piutang berdasarkan
Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan.
• Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan
jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai
Bagian Lancar TPA/TGR.
• Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal
neraca dikalikan dengan:
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
Harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian;
Harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
Harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan
cara lainnya.
Aset Tetap
b. Aset Tetap
• Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh
pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun.
• Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.
• Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi
sebagai berikut:
1)
Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah
raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus
ribu rupiah);
2)
Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan
atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
3)
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai beban kecuali
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya
berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
• Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang
disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai
dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah
berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.
• Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari
neraca pada saat ada usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.
Untuk BM/KN yang mempunyai nilai Aset Tetap di bawah Nilai Satuan Minimum
Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana tersebut di atas dicatat didalam buku
inventaris di luar pembukuan (ekstrakomptabel). Hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 01/KM.12/2001 tentang Pedoman
Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.
c.
Penyusutan Aset
Tetap
Penyusutan Aset Tetap
• Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.
• Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:
a. Tanah
b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan
c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau
dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada
Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.
• Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap
akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
• Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis
lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset
Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.
• Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat
Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada
Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum penggolongan masa manfaat
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap
Kelompok Aset Tetap
Peralatan dan Mesin
2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan
10 s.d. 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi
Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern)
Piutang Jangka
Panjang
Masa Manfaat
5 s.d 40 tahun
4 tahun
d. Piutang Jangka Panjang
• Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan
direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Termasuk dalam
Piutang Jangka Panjang adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang jatuh tempo
lebih dari satu tahun.
• Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/
Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan
sebesar nilai yang dapat direalisasikan.
• Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan yang ditetapkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan kepada bendahara yang karena lalai atau perbuatan
melawan hukum mengakibatkan kerugian Negara/daerah.
• Tuntutan Ganti Rugi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai
negeri atau bukan pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk
menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai
akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar
hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam
pelaksanaan tugasnya.
• TPA dan TP/TGR dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai
yang dapat direalisasikan.
Aset Lainnya
e. Aset Lainnya
• Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan
piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Aset Tak
Berwujud, dan Aset Lain-lain.
• Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar
harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi.
• Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode
garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat
tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.
• Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan berpedoman Keputusan
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
Menteri Keuangan Nomor: 620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam
Rangka Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada
Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud
Masa
Kelompok Aset Tak Berwujud
Manfaat
(tahun)
Software Komputer
4
Franchise
5
Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia
Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa, Perlindungan
Varietas Tanaman Semusim.
Hak Cipta Karya Seni Terapan, Perlindungan Varietas Tanaman
Tahunan
Hak Cipta atas Ciptaan Gol.II, Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan,
Hak Ekonomi Produser Fonogram.
Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I
10
20
25
50
70
• Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu
harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
6. Kewajiban
Kewajiban
• Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
• Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban Jangka Pendek
• Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan.
• Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang
Bunga (accrued interest), dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
• Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan
untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan.
• Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
7. Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode.
Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
8. Kebijakan Akuntansi atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Penyisihan
Piutang Tidak
Tertagih
• Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar
persentase tertentu dari piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang.
Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan
upaya penagihan yang dilakukan pemerintah.
• Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masing piutang pada tanggal
pelaporan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 69/PMK.06/2014
tentang Penentuan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara.
Kriteria kualitas piutang diatur sebagai berikut:
Tabel 5. Penggolongan Kualitas Piutang
Kualitas Piutang
Uraian
Penyisihan
Lancar
Belum dilakukan pelunasan s.d tanggal jatuh tempo
0,5%
Kurang Lancar
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Kedua tidak dilakukan pelunasan
50%
Macet
1.
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan
100%
2.
Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan
Piutang Negara/DJKN
Karena kekhasan jenis piutang KPK, maka kebijakan penggolongan kualitas piutang
di KPK adalah:
a.
Piutang Gratifikasi
Piutang gratifikasi dikategorikan lancar dan macet. Piutang gratifikasi
dikategorikan lancar sampai piutang tersebut diserahkan kepada Panitia Urusan
Piutang Negara (PUPN) dan disisihkan sebesar 0.5%. Piutang gratifikasi
dikategorikan macet jika telah diserahkan ke PUPN dan disisihkan sebesar
100%.
b.
Piutang Uang Pengganti
Piutang uang pengganti dikategorikan lancar dan macet. Piutang Uang
Pengganti dikategorikan lancar dan disisihkan sebesar 0.5%, jika:
1. Para terpidana mengangsur pembayaran Uang Pengganti, atau.
2. Para terpidana masih/sedang menjalani pidana penjara, baik pidana pokok
maupun pidana tambahan sebagai subsider pembayaran Uang Pengganti.
Piutang Uang Pengganti dikategorikan macet dan disisihkan sebesar 100%, jika
Para terpidana telah menjalani pidana penjara, baik pidana pokok maupun
pidana tambahan sebagai subsider pembayaran Uang Pengganti.
9. Kebijakan Akuntansi Terkait Perolehan Aset Tetap dari Belanja Barang Untuk
Kegiatan yang Bersifat Rahasia
Aset Tetap dari
Belanja Barang
Untuk Kegiatan
yang Bersifat
Rahasia
Khusus pembelian alat-alat untuk kegiatan rahasia, yang dimaksudkan sebagai
barang habis pakai, tidak untuk dipelihara, dan bukan untuk operasional KPK seharihari, maka atas pembelian tersebut dikategorikan sebagai Belanja Barang.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
10. Kebijakan Akuntansi Terkait Kontrak-kontrak Konstruksi
Kontrak-kontrak
Konstruksi
Kontrak-kontrak Konstruksi dicatat sebagai aset sesuai dengan prestasi fisik
pengerjaan pada tanggal periode pelaporan keuangan, bukan berdasarkan nilai
pembayaran yang telah diterima oleh pihak vendor. Selisih nilai pembayaran dengan
prestasi fisik akan dikembalikan melalui mekanisme pencairan bank garansi atau
melalui Surat Setoran bukan Pajak (SSBP) ke Kas Negara dan dicatat sebagai
piutang.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Audited
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
B. PENJELASAN
ANGGARAN
ATAS
POS-POS
LAPORAN
REALISASI
Selama periode berjalan, KPK telah mengadakan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan penghematan belanja
pemerintah dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi
pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber pendapatan dan jenis belanja
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Perubahan DIPA KPK TA 2016 per Jenis Pendapatan/Belanja
ANGGARAN TA 2016
SETELAH
AWAL
REVISI
URAIAN
Pendapatan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
0
0
Belanja Pegawai
395.049.867.000
395.049.867.000
Belanja Barang
329.933.566.000
316.840.438.000
Belanja Modal
336.486.551.000
279.977.683.000
1.061.469.984.000
991.867.988.000
Belanja
Jumlah Belanja
Sedangkan apabila dilihat dari program KPK maka perubahannya adalah sebagai berikut:
B.1. Pendapatan
Realisasi PNBP
Rp532.406.843.397,00
Realisasi PNBP KPK pada pada Tahun 2016 adalah sebesar Rp532.406.843.397,00. KPK tidak
dapat menetapkan estimasi PNBP yang akan diterima dalam satu tahun anggaran, mengingat
PNBP yang akan disetorkan ke kas negara tergantung pada putusan pengadilan dan materialitas
perkara.
Rincian Realisasi PNBP KPK sampai dengan tanggal pelaporan dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
Tabel 7. Rincian Realisasi Pendapatan
No
Jenis Pendapatan
Realisasi
1
Pemindahtanganan dari BMN Lainnya
2
Jasa Giro
3
Hasil Denda
4
Ongkos Perkara
5
Penjualan Hasil Lelang TPK
6
Uang Sitaan TPPU
7
Uang Sitaan TPK
49.037.314.503
8
Gratifikasi
14.687.803.617
9
Uang Pengganti TPK
57.098.518.066
10
Hasil Pengembalian Uang Negara
11
Denda Keterlambatan Peny. Pekerjaan Pemerintah
861.934.465
12
Penerimaan kembali Belanja Pegawai TAYL
352.555.857
13
Penerimaan kembali Belanja Barang TAYL
573.261.741
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
34.068.000
11.029.357.946
9.573.333.400
969.500
4.036.879.000
366.836.343.213
30.150.000
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
14
Penerimaan kembali Belanja Modal TAYL
15
Pelunasan Ganti Rugi (TP/TGR)
16
Anggaran Lain-lain
Audited
18.073.029.288
177.907.159
3.417.642
Jumlah
532.406.843.397
Perbandingan realisasi PNBP Fungsional maupun Umum TA 2016 dan 2015, disajikan dalam
tabel-tabel dibawah ini:
Tabel 7. Rincian Realisasi PNBP Fungsional TA 2016 dan 2015
Jenis Pendapatan
TA 2016
Jasa Giro
NAIK
(TURUN)
%
TA 2015
11.029.357.946
9.206.247.929
19,80
9.573.333.400
4.165.000.100
129,85
969.500
867.500.0
11,76
4.036.879.000
14.425.100
27885,10
366.836.343.213
5.775.061.445.0
6252,08
Uang Sitaan TPK
49.037.314.503
175.587.406.548
(72,07)
Gratifikasi
14.687.803.617
2.513.530.724
484,44
Uang Pengganti TPK
57.098.518.066
11.931.057.599
378,57
512.300.519.245
209.193.596.945
144,89
Hasil Denda
Ongkos Perkara
Penjualan Hasil Lelang TPK
Uang Sitaan TPPU
JUMLAH
Dari tabel di atas terlihat bahwa PNBP Fungsional pada TA 2016 mengalami kenaikan sebesar
144,89% dibandingkan TA 2015. Kenaikan yang signifikan atas Pendapatan Uang Sitaan TPPU
diperoleh dari Terpidana FA, MN dan LHI.
Tabel 9. Rincian Realisasi PNBP Umum TA 2016 dan 2015
Jenis Pendapatan
TA 2016
NAIK
(TURUN)
%
TA 2015
34.068.000
1.043.120.000
(96,73)
Denda Keterlambatan Peny. Pekerjaan Pemerintah
861.934.465
21.989.051
3819,83
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL
352.555.857
371.564.708
(5,12)
Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL
573.261.741
134.095.669
327,50
18.073.029.288
27.528.430
65552,23
177.907.159
45.518.624
290,84
3.417.642
1.113.070.400
(99,69)
30.150.000
0
0,00
20.106.324.152
2.756.886.882
629,31
Pemindah tanganan dari BMN Lainnya
Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL
Penyelesaian TGR Non Bendahara
Anggaran Lain-lain
Hasil Pengembalian Uang Negara
JUMLAH
Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL sebesar Rp18.073.029.288,00 diperoleh
dari setoran pengembalian sisa pekerjaan kontrak-kontrak pengadaan pembangunan gedung
baru dan fasilitas penunjang yang belum terselesaikan per 31 Desember 2015.
Penjelasan tambahan terkait Pendapatan Gratifikasi yang Ditetapkan KPK menjadi Milik Negara
dan Pendapatan Anggaran Lain-lain diketahui bahwa:
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
Audited
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Terdapat keuntungan selisih kurs sebesar Rp10.306,00 yang diakui sebagai realisasi
Pendapatan Gratifikasi yang Ditetapkan KPK menjadi Milik Negara dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 10. Keuntungan atas Pembayaran Gratifikasi
No.
Gratifikasi
Nama
Nomor
A.
Keuntungan atas Selisih Kurs pada Pendapatan Gratifikasi
1.
SP
KEP 996/01-13/10/2015
2.
DI
KEP 1281/01-13/12/2015
B.
Keuntungan atas Kelebihan Pembayaran
1.
BW
2.
3.
Untung
7.624.120
7.631.000
6.880
735.274
738.700
3.426
8.359.394
8.369.700
10.306
KEP 1249/01-13/12/2015
2.034.500
2.035.000
500
FD
KEP 1299/01-13/12/2015
13.000.000
15.395.100
2.395.100
BW
KEP 416/01-13/04/2016
1.658.000
1.658.042
42
Jumlah B
16.692.500
19.088.142
2.395.642
Jumlah
25.051.894
27.457.842
2.405.948
Jumlah A
Setor
Nilai
Pendapatan Anggaran Lain-lain sebesar Rp3.417.642,00 terdiri atas keuntungan atas
kelebihan pembayaran gratifikasi sebesar Rp2.395.642,00 dan keuntungan selisih kurs
atas sisa perjalanan dinas sebesar Rp1.022.000,00 sesuai Surat Setoran Bukan Pajak
(SSBP) dengan NTPN D6DC7510MTJEOJS2 tanggal 8 Desember 2016.
B.2. Belanja
Realisasi Belanja
Rp838.918.138.494,00
Realisasi Belanja KPK pada TA 2016 adalah sebesar Rp838.918.138.494,00 atau 84,58% dari
anggaran belanja sebesar Rp991.867.988.000,00. Rincian anggaran dan realisasi belanja TA
2016 tersaji sebagai berikut:
Tabel 11. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2016
Jenis Belanja
Anggaran
Realisasi Belanja
%
Belanja Pegawai
395.049.867.000
383.152.347.029
96,99
Belanja Barang
316.840.438.000
226.413.006.274
71,46
Belanja Modal
279.977.683.000
239.658.896.979
85,60
Total Belanja Kotor
991.867.988.000
849.224.250.282
85,62
0
10.306.111.788
991.867.988.000
838.918.138.494
Pengembalian Belanja
Jumlah
Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
84,58
Audited
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Gambar 2. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2016
Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program untuk TA 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2016
Kode
Anggaran
Realisasi Belanja
%
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya KPK
586.556.032.000
516.273.897.335
88,02
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
405.311.956.000
322.644.241.159
79,60
991.867.988.000
838.918.138.494
84,58
Jumlah
Terjadi hambatan dalam realisasi penyerapan anggaran pada TA 2016 yang disebabkan oleh:
Keterbatasan jumlah SDM KPK yang secara akumulatif berdampak pada pencapaian kinerja
dan penyerapan anggaran yang kurang optimal.
Terdapat anggaran yang diusulkan Self Blocking sesuai Inpres Nomor 8 Tahun 2016 sebesar
Rp13,011 Milyar (tidak mengurangi pagu).
Kebutuhan anggaran kegiatan penyelidikan yang tidak dapat diprediksi karena tergantung
kondisi dan lokasi, Realisasi kegiatan penyelidikan TA 2016 sebagian besar di pulau jawa
sehingga tidak membutuhkan biaya besar.
Namun demikian, realisasi belanja TA 2016 mengalami kenaikan sebesar
Rp110.371.298.752,00 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 13. Perbandingan Realisasi Belanja TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Uraian
TA 2016
TA 2015
Naik
(Turun)
%
Belanja Pegawai
382.289.355.877
309.316.249.798
23,59
Belanja Barang
216.972.627.312
143.146.788.869
51,57
Belanja Modal
239.656.155.305
276.083.801.075
(13,19)
838.918.138.494
728.546.839.742
15,15
Jumlah
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Audited
Pengembalian Belanja
Pengembalian
Belanja
Rp10.306.111.788,00
Sampai dengan akhir TA 2016, terdapat pengembalian belanja sebesar Rp10.348.784.090,00
berasal dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang. Rincian pengembalian belanja dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 14. Pengembalian Belanja TA 2015
Kode Jenis
Belanja
5113
5115
5212
5221
5241
5242
5361
Realisasi
Pengembalian
Uraian Jenis Belanja
Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara
Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai Non PNS
Belanja Barang Non Operasional
Belanja Jasa
Belanja Perjalanan Dalam Negeri
Belanja Perjalanan Luar Negeri
Belanja Modal Lainnya
77.463.970
785.527.182
482.580.792
425.682.692
6.324.770.534
2.207.344.944
2.741.674
JUMLAH
10.306.111.788
Pengembalian belanja yang terkait dengan Belanja Pegawai diantaranya disebabkan oleh
pegawai yang keluar dari KPK tidak pada akhir bulan, sehingga gaji yang telah dimintakan ke Kas
Negara tidak dapat ditransfer seluruhnya ke pegawai yang keluar tersebut.
Pengembalian Belanja Barang Non Operasional diantaranya berasal dari kegiatan perekaman
persidangan oleh beberapa universitas di daerah. Sedangkan pengembalian belanja perjalanan
dinas disebabkan terutama oleh penggunaan metode SPM-LS Bendahara.
B.3 Belanja Pegawai
Belanja Pegawai
Rp382.289.355.877,00
Realisasi Belanja Pegawai TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing sebesar
Rp382.289.355.877,00 dan Rp309.316.249.798,00 atau terjadi kenaikan sebesar 23,59%.
Tabel 15. Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2016 dan 2015
Jenis Belanja
Tahun 2016
Belanja Gaji Pokok Pejabat
Negara
Naik/
(Turun)
Realisasi Belanja
Tahun 2015
%
329.280.000
387.840.172
(15,10)
Belanja Tunj. Struktural
Pejabat Negara
1.387.334.000
1.135.138.250
22,22
Belanja Tunj. PPh Pejabat
Negara
1.216.770.320
1.133.232.762
7,37
Belanja Uang Kehormatan
Pejabat Negara
142.116.000
115.644.500
22,89
4.791.414.800
4.145.403.575
15,58
Belanja Gaji Pokok Pegawai
Non PNS
206.735.119.204
152.704.115.526
35,38
Belanja Tunj. Pegawai Non
PNS
108.738.510.225
101.230.303.883
7,42
1.174.914
1.141.845
2,90
59.810.627.566
50.220.636.219
19,10
Belanja Tunj. Fasilitas KPK
Belanja Pembulatan Gaji
Pegawai Non PNS
Belanja Tunjangan Lainnya
Non PNS
Realisasi Belanja Bruto
383.152.347.029
311.073.456.732
23,17
Pengembalian Belanja
862.991.152
1.757.206.934
(50,89)
Realisasi Belanja Neto
382.289.355.877
309.316.249.798
23,59
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Audited
Kenaikan realisasi belanja pegawai antara lain disebabkan oleh bertambahnya jumlah pegawai
dan pergeseran tingkat kompetensi dari para pegawai.
Terdapat Pendapatan Pelunasan TP/TGR Tahun 2016 sebesar Rp112.930.825,00 yang
disetorkan ke Kas Negara melalui mekanisme pengembalian Belanja Gaji Pokok Pegawai Non
PNS dimana diantaranya sebesar Rp42.672.302,00 telah dikoreksi menjadi Pendapatan
Pelunasan TP/TGR sedangkan sisa Pengembalian Belanja sebesar Rp70.258.523,00 tidak
dapat dikoreksi karena penyetoran Pengembalian Belanja untuk pelunasan TP/TGR dilakukan
sekaligus dengan Pengembalian Belanja dalam satu Surat Setoran Pengembalian Belanja
(SSPB).
B.4 Belanja Barang
Belanja Barang
Rp216.972.627.312,00
Realisasi Belanja Barang TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing sebesar
Rp216.972.627.312,00 dan Rp143.146.788.869,00. Kenaikan Belanja Barang antara lain
disebabkan oleh kenaikan Belanja Barang Non Operasional, Belanja Jasa, Belanja Pemeliharaan,
dan Belanja Perjalanan Dinas Dalam dan Luar Negeri. Rincian Belanja Barang disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 16. Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Jenis Belanja
TA 2016
TA 2015
Naik
(Turun)
%
Barang Operasional
10.772.480.690
9.524.240.529
13,11
Barang Non Operasional
56.720.630.828
28.449.401.139
99,37
5.025.830.723
2.235.924.262
124,78
Jasa
73.022.090.274
47.558.671.247
53,54
Pemeliharaan
10.392.689.482
10.997.712.306
(5,50)
Perjalanan Dinas Dalam Negeri
62.513.262.175
44.088.018.644
41,79
7.966.022.102
2.681.570.498
197,07
Realisasi Belanja Bruto
226.413.006.274
145.535.538.625
55,57
Pengembalian Belanja
9.440.378.962
2.388.749.756
295,20
216.972.627.312
143.146.788.869
51,57
Barang Persediaan
Perjalanan Dinas Luar Negeri
Jumlah Belanja
B.5 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal
Peralatan dan Mesin
Rp194.657.922.722,00
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing
sebesar Rp194.657.922.722,00 dan Rp99.430.296.643,00. Realisasi Belanja Modal Peralatan
dan Mesin pada TA 2016 mengalami kenaikan sebesar 95,77% dibandingkan realisasi TA 2015.
Tabel 17. Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin
TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Jenis Belanja
TA 2016
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
194.657.922.722
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
TA 2015
99.430.296.643
Naik
(Turun)
%
95,77
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Realisasi Belanja Bruto
194.657.922.722
99.430.296.643
95,77
0
0
0,00
194.657.922.722
99.430.296.643
95,77
Pengembalian Belanja
Realisasi Belanja Neto
Audited
B.6 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung
dan Bangunan
Rp29.911.735.908,00
Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing
sebesar Rp29.911.735.908,00 dan Rp169.677.302.928,00. Realisasi Belanja Modal Gedung
dan Bangunan pada TA 2015 mengalami penurunan sebesar 82,37% dibandingkan realisasi TA
2015. Hal ini dikarenakan proses pembangunan gedung baru KPK telah selesai pada akhir tahun
2015.
Tabel 18. Perbandingan Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan
TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Naik
(Turun)
%
Jenis Belanja
TA 2016
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Realisasi Belanja Bruto
29.911.735.908
169.677.302.928
(82,37)
29.911.735.908
169.677.302.928
(82,37)
0
0
0,00
29.911.735.908
169.677.302.928
(82,37)
Pengembalian Belanja
Realisasi Belanja Neto
TA 2015
B.7 Belanja Modal Lainnya
Belanja Modal Lainnya
Rp15.086.496.675,00
Realisasi Belanja Modal Lainnya untuk TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing sebesar
Rp15.086.496.675,00 dan Rp6.976.201.504,00. Realisasi Belanja Modal Lainnya pada TA 2016
mengalami kenaikan sebesar 116,26% dibandingkan realisasi TA 2015.
Tabel 19. Perbandingan Realisasi Belanja Modal Lainnya TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Naik
(Turun)
%
Jenis Belanja
TA 2016
Belanja Modal Lainnya
Realisasi Belanja Bruto
Pengembalian Belanja
Realisasi Belanja Neto
TA 2015
15.089.238.349
6.976.201.504
116,26
15.089.238.349
6.976.201.504
116,26
2.741.674
0
0,00
15.086.496.675
6.976.201.504
116,26
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
C.1. ASET LANCAR
C.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Rp500.000.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing
sebesar Rp500.000.000,00 dan Rp600.000.000,00 merupakan kas yang berasal dari
Uang Persediaan (UP)/Tambahan Uang Persediaan (TUP) yang belum
dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal Neraca.
Berdasarkan surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-1064/PB/2016 tanggal 23
Desember 2016, KPK diberikan dispensasi penggunaan sisa UP TA 2016 untuk
membiayai kegiatan penanganan kasus tindak pidana korupsi pada awal bulan Januari
2017 sebesar Rp500.000.000,00. Dengan demikian, KPK tidak menyetorkan sisa UP
tersebut ke Kas Negara, namun akan diperhitungkan dengan pemberian UP TA 2017.
C.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara
Penerimaan Rp0,00
Kas di Bendahara Penerimaan per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing
sebesar Rp0,00 dan Rp504.270.428,00 yang mencakup seluruh kas, baik saldo
rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab
Bendahara Penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan
berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Terdapat uang rampasan a.n. Terpidana Muhammad Nazarudin sebesar 200 Mil Peso
Kolombia yang belum dapat dibukukan dan disetorkan ke kas negara oleh Bendahara
Penerimaan per tanggal neraca.
Belum dibukukan dan disetorkan ke kas negara disebabkan oleh:
1. Bank dan Money Changer tidak ada yang bersedia melayani penukaran konversi
mata uang tersebut ke rupiah.
2. Bank Indonesia tidak menyediakan nilai kurs atas mata uang Peso Kolombia,
sehingga Bendahara Penerimaan tidak dapat membukukan dengan nilai yang pasti
per tanggal neraca atas valuta asing tersebut.
C.1.3. Kas Lainnya dan Setara Kas
Kas Lainnya dan Setara
Kas
Rp1.864.453.581,00
Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing sebesar
Rp1.864.453.581,00 dan Rp0,00 merupakan Kas Lainnya di Bendahara Penerimaan
atas Pendapatan Jasa Giro rekening uang titipan yang belum disetorkan ke Kas Negara
yang terdiri dari Pendapatan Jasa Giro s.d. 31 Desember 2015 sebesar
Rp1.738.471.461,00 dan Pendapatan Jasa Giro Tahun 2016 sebesar
Rp125.982.120,00
C.1.4. Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak
sebesar
Rp530.435.855.479,00
Piutang Bukan Pajak per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing sebesar
Rp530.435.855.479,00 dan Rp534.231.138.102,00 yang merupakan semua hak atau
klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan
belum diselesaikan pada tanggal laporan keuangan.
Rincian Piutang Bukan Pajak KPK per 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
Tabel 20. Rincian Piutang Bukan Pajak Per Akun per 31 Desember 2016 dan 2015
Jenis Piutang
Gratifik
LAPORAN KEUANGAN
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2016
(Audited)
Jln. H.R Rasuna Said Kav. C.1 Kuningan Jakarta Selatan 12920
Telepon (62-21) 2557 8300, Faks (62-21) 528 92456, http://www.kpk.go.id
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
TA 2016
Uraian
Catatan
1
PENDAPATAN
TA 2015
2
Anggaran
Realisasi
% Real.
Angg.
Realisasi
3
4
5
6
B.1
Penerimaan Negara Bukan Pajak
-
532.406.843.397
0,00
211.950.483.827
JUMLAH PENDAPATAN
-
532.406.843.397
0,00
211.950.483.827
B.2
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
B.3
395.049.867.000
382.289.355.877
96,77
309.316.249.798
Belanja Barang
B.4
316.840.438.000
216.972.627.312
68,48
143.146.788.869
711.890.305.000
599.261.983.189
84,18
452.463.038.667
Jumlah Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Peralatan dan Mesin
B.5
221.957.646.000
194.657.922.722
87,70
99.430.296.643
Belanja Gedung dan Bangunan
B.6
35.323.929.000
29.911.735.908
84,68
169.677.302.928
Belanja Modal Lainnya
B.7
22.696.108.000
15.086.496.675
66,47
6.976.201.504
Jumlah Belanja Modal
279.977.683.000
239.656.155.305
85,60
276.083.801.075
JUMLAH BELANJA
991.867.988.000
838.918.138.494
84,58
728.546.839.742
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
II. NERACA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
NERACA
PER 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
(dalam rupiah)
Nama Perkiraan
Catatan
31 Desember 2016
31 Desember 2015
ASET
Aset Lancar
C.1
Kas di Bendahara Pengeluaran
C.1.1
500.000.000
600.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas Lainnya dan Setara Kas
C.1.2
0
504.270.428
C.1.3
1.864.453.581
0
Piutang Bukan Pajak
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Piutang
Bukan Pajak
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Ganti Rugi
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Bagian
Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi
C.1.4
530.435.855.479
534.231.138.102
C.1.5
(3.888.094.053)
(3.678.314.321)
C.1.6
259.557.021
30.357.380
C.1.7
(1.297.785)
(151.787)
Belanja Dibayar Di Muka
C.1.8
1.380.246.728
1.005.762.308
Persediaan
C.1.9
449.084.142.333
308.287.063.016
979.634.863.304
840.980.125.126
Jumlah Aset Lancar
Aset Tetap
C.2
Tanah
C.2.1
453.819.842.500
453.819.842.500
Peralatan dan Mesin
C.2.2
335.218.989.697
257.389.629.778
Gedung dan Bangunan
C.2.3
394.022.525.206
79.208.112.060
Jalan. Irigasi. dan Jaringan
C.2.4
111.998.080.217
102.189.074.090
Aset Tetap Lainnya
C.2.5
8.006.185.982
6.536.859.829
Konstruksi Dalam Pengerjaan
C.2.6
163.548.472.705
369.524.671.764
Akumulasi Penyusutan Aset tetap
C.2.7
(287.783.850.414)
(248.702.761.845)
1.178.830.245.893
1.019.965.428.176
C.3.1
402.621.204
0
C.3.2
(2.013.106)
0
400.608.098
0
38.490.057.783
Jumlah Aset Tetap
Piutang Jangka Panjang
Piutang Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Ganti Rugi
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Tagihan
Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi
Jumlah Piutang Jangka Panjang
Aset Lainnya
C.3
C.4
Aset Tak Berwujud
C.4.1
48.938.310.428
Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan
C.4.2
1.527.146.500
486.407.806
Aset Lain-lain
C.4.3
4.937.267.823
1.871.994.974
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi Aset Lainnya
C.4.4
(31.892.155.778)
(1.849.357.780)
23.510.568.973
38.999.102.783
2.182.376.286.268
1.899.944.656.085
7.304.542.664
7.072.120.741
Jumlah Aset Lainnya
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
C.5
Utang Kepada Pihak Ketiga
C.5.1
Uang Muka Dari KPPN
C.5.2
500.000.000
600.000.000
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
7.804.542.664
7.672.120.741
JUMLAH KEWAJIBAN
7.804.542.664
7.672.120.741
2.174.571.743.604
1.892.272.535.344
JUMLAH EKUITAS
2.174.571.743.604
1.892.272.535.344
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
2.182.376.286.268
1.899.944.656.085
EKUITAS
C.6
Ekuitas
201 19521107.197901.1.001
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
III. LAPORAN OPERASIONAL
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
LAPORAN OPERASIONAL
PER 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
(dalam rupiah)
URAIAN
Catatan
31 Desember 2016
31 Desember 2015
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL
D.1
Penerimaan Negara Bukan Pajak
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL
641.810.380.135
683.508.590.892
641.810.380.135
683.508.590.892
BEBAN OPERASIONAL
Beban Pegawai
D.2
381.893.302.837
309.193.626.269
Beban Persediaan
D.3
3.276.602.250
4.056.449.885
Beban Barang dan Jasa
D.4
133.170.376.956
84.999.584.988
Beban Pemeliharaan
D.5
10.251.442.877
11.333.896.213
Beban Perjalanan Dinas
Beban Barang untuk Diserahkan kepada
Masyarakat
Beban Penyusutan dan Amortisasi
D.6
61.947.168.799
44.502.016.314
D.7
7.283.550.453
15.440.104.277
D.8
47.434.435.885
28.922.169.106
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
D.9
212.938.836
152.406.109.847
645.469.818.893
650.853.956.899
(3.659.438.758)
32.654.633.993
(443.000)
90.078.280
973.370.317
(86.324.971)
972.927.317
3.753.309
Pendapatan PNBP
0
0
SURPLUS /DEFISIT DARI POS LUAR BIASA
0
0
(2.686.511.441)
32.658.387.302
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL
SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN
OPERASIONAL
KEGIATAN NON OPERASIONAL
Surplus (Defisit) Pelepasan Aset Non lancar
Surplus (Defisit) Kegiatan Non Operasional
Lainnya
SURPLUS /DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL
POS LUAR BIASA
SURPLUS/DEFISIT LO
D.10
201 19521107.197901.1.001
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PER 31 DESEMBER 2016 DAN 2015
(dalam rupiah)
URAIAN
Catatan
31 Desember 2016
31 Desember 2015
EKUITAS AWAL
E.1
1.892.272.535.344
982.762.161.555
SURPLUS/DEFISIT LO
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR
KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI EKUITAS
E.2
(2.686.511.441)
32.658.387.302
0
0
Penyesuaian Nilai Aset
E.3
0
3,318,983,599
Koreksi Nilai Persediaan
E.4
0
(590.698.602)
Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi
E.5
(1.476.491.301)
(44.430.715.860)
Koreksi Nilai Aset Lainnya Non Revaluasi
E.6
(21.875.857.985)
0
Lain-lain
E.7
1.750.419.750
(20.060.734)
(21.601.929.536)
(41.722.491.597)
E.8
306.587.649.237
918.574.478.084
282.299.208.260
909,510,373,789
E.9
2.174.571.743.604
1.892.272.535.344
JUMLAH
TRANSAKSI ANTAR ENTITAS
KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS
EKUITAS AKHIR
201 19521107.197901.1.001
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. PENJELASAN UMUM
A.1. Profil dan Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi
Profil dan
Rencana
Strategis
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk sebagai lembaga negara yang bersifat
independen dan dalam melaksanakan tugas serta kewenangannya bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi adalah landasan legal bagi pelaksanaan tugas KPK dalam
mengkoordinasikan lembaga penegak hukum lainnya melalui koordinasi dan supervisi,
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan (represive), mendorong
pencegahan (preventive) tindak pidana korupsi, serta melakukan pemantauan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara.
RENCANA STRATEGIS
Rencana
Strategis
KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Berdasarkan Pasal
6 Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002, tugas KPK meliputi: melakukan koordinasi dan
supervisi terhadap upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
yang berwenang, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan
melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Visi
“Bersama Elemen Bangsa, Mewujudkan Indonesia yang Bersih Dari Korupsi”.
Misi
”Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penegakan hukum dan menurunkan tingkat
korupsi di Indonesia melalui koordinasi, supervisi, monitor, pencegahan, dan
penindakan dengan peran serta seluruh elemen bangsa”
Fokus Area
Fokus pelaksanaan tugas KPK pada Renstra KPK 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Penanganan Kasus Grand Corruption dan Penguatan Aparat Penegak Hukum
(APGAKUM).
Pengertian Grand Corruption adalah tindak pidana korupsi yang memenuhi salah satu
atau lebih kriteria berikut:
a. Melibatkan pengambil keputusan terhadap kebijakan atau regulasi.
b. Melibatkan aparat penegak hukum.
c. Berdampak luas terhadap kepentingan nasional.
d. Kejahatan sindikasi, sistemik, dan terorganisir.
Penguatan APGAKUM dilakukan melalui Koordinasi dan Supervisi.
2. Perbaikan Sektor Strategis terkait kepentingan nasional (national interest), meliputi:
a. Ketahanan pangan plus.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
b. Ketahanan energi dan lingkungan.
c. Penerimaan negara.
d. Bidang infrastruktur.
3. Pembangunan pondasi Sistem Integritas Nasional (SIN).
4. Penguatan sistem politik berintegritas dan masyarakat (CSO) paham integritas.
5. Persiapan Fraud Control.
Tujuan Strategis
“Menurunnya Tingkat Korupsi”
Sasaran Strategis
1. Menurunnya Tingkat Korupsi (Ultimate Goal).
2. Efektifnya Penegakan Hukum Bidang Tipikor.
3. Terbangunnya Integritas Pemerintah, Masyarakat, Politik dan Swasta.
4. Terbangunnya Hubungan Mitra Kerjasama yang Efektif.
5. Terintegrasinya Upaya Penindakan Tipikor.
6. Terintegrasinya Upaya Pencegahan Tipikor.
7. Terintegrasinya Upaya Penindakan dan Pencegahan Tipikor.
8. Terlaksananya Koordinasi, Supervisi dan Monitor Pemberantasan Korupsi.
9. Terwujudnya Organisasi yang Efektif.
10.Terbentuknya SDM yang Berkinerja Optimal.
11.Terbangunnya Sistem Operasional Terintegrasi dan Adaptif.
12.Terkelolanya Keuangan secara Akuntabel.
Tabel 2. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Tujuan/Sasaran Strategis
Inisiatif Strategis
PERSPEKTIF STAKEHOLDER
Seluruh Sasaran Strategis
1. Menyelaraskan program lembaga untuk perbaikan Indeks
Persepsi Korupsi berdasarkan hasil studi
2. Menyiapkan instrumen dan melakukan pengukuran Indeks
Penegakan Hukum, Indeks Integritas KLOPS, Indeks
Kerjasama dan Indeks Partisipasi Masyarakat
3. Menyiapkan infrastruktur komunikasi data penanganan
TPK apgakum dan seluruh komponen untuk
mengoptimalkan fungsi koordinasi dan supervisi
PERSPEKTIF PROSES INTERNAL
Terintegrasinya Upaya
Penindakan Tipikor
1. Memadukan database penanganan TPK (dumas s.d
eksekusi).
2. Meningkatkan kapasitas SDM KPK dalam penanganan
TPK.
3. Melakukan penindakan yang proaktif, kuat, dan efektif.
4. Meningkatkan peran dan kualitas pengaduan masyarakat
terhadap dugaan TPK.
5. Mengoptimalkan asset recovery.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Audited
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Terintegrasinya Upaya
Pencegahan Tipikor
1. Membangun database pencegahan KPK yang terintegrasi
dengan KLOPS.
2. Meningkatkan kapasitas SDM KPK dalam pencegahan TPK.
3. Melakukan piloting / implementasi Sistem Pencegahan
Korupsi pada beberapa KLOPS (sesuai fokus area).
4. Melibatkan dan memberdayakan Stakeholder dalam
pencegahan korupsi pada KLOPS.
5. Memperkuat peran jejaring KPK dalam pencegahan
korupsi.
Terintegrasinya Upaya
Penindakan dan Pencegahan
Tipikor
1. Melakukan telaahan/kajian pencegahan korupsi dengan
memanfaatkan kasus-kasus tipikor.
2. Memberikan bimbingan/ pendampingan kepada KLOPS
(sesuai fokus area) dalam rangka piloting / implementasi
sistem pencegahan dan penindakan terintegrasi.
3. Menyusun rencana aksi dengan KLOPS terkait dan
memantau implementasinya.
Terlaksananya Koordinasi,
Supervisi, dan Monitor
Pemberantasan Korupsi
1. Melakukan koordinasi dengan APGAKUM lain secara
berkala.
2. Menfasilitasi peningkatan kapasitas SDM APGAKUM dalam
penanganan TPK (melalui Diklat Korsup).
3. Melakukan eksaminasi dan gelar perkara bersama
APGAKUM terhadap perkara TPK yang menarik perhatian
publik.
4. Memberikan supervisi dan bantuan kepada APGAKUM
dalam penanganan TPK.
1. Melakukan pendampingan (advokasi) kepada K/L
(termasuk APH) dan Pemda (sesuai fokus area) dalam
pencegahan korupsi.
2. Memperkuat dan memberdaya-kan APIP/ Itjen/ Bawasda
dalam Sistem Pencegahan Korupsi.
3. Melibatkan mitra/stakeholder (BPKP, Kemenpan-RB, ORI,
dan CSO) dalam program aksi pencegahan
1. Melakukan kajian komprehensif terhadap sistem/bisnis
proses pada KLOPS (sesuai fokus area).
2. Memberikan rekomendasi kepada KLOPS (sesuai fokus
area) dan memantau implementasinya.
3. Menyusun rencana aksi bersama KLOPS terkait dan
memantau implementasinya.
PERSPEKTIF LEARNING & GROWTH
Terwujudnya Organisasi yang
Efektif
1. Melakukan survei integritas KPK secara berkala dan
memantau tindak lanjut atas rekomendasi.
2. Membentuk dan memperkuat champion integritas pada
masing-masing unit.
3. Meningkatkan kualitas manajemen risiko pada semua
level.
4. Meningkatkan/menjaga kapasitas integritas pegawai KPK.
1. Menyusun rencana aksi pemenuhan komponen RB dan
memantau implementasinya.
2. Melakukan koordinasi dengan Kemen PAN-RB dalam
rangka implementasi RB
1. Meningkatkan kualitas sistem akuntabilitas kinerja,
termasuk melakukan reviu kinerja internal
2. Mengintegrasikan manajemen kinerja korporat dan
pegawai.
3. Meningkatkan kapasitas Struktural dan PIC dalam
manajemen strategi dan kinerja
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Audited
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Terbentuknya SDM yang
Berkinerja Optimal
Audited
1. Mengoptimalkan pembinaan oleh atasan langsung.
2. Meningkatkan kapasitas / kompetensi pegawai KPK sesuai
fokus area.
3. Memperbaiki sistem manajemen SDM KPK (9 Pilar)
menggunakan kerangka PCMM
1. Menyelaraskan Blueprint MSDM KPK dengan kebutuhan
organisasi (Renstra KPK);
2. Melakukan survei berkala dan memantau hasilnya.
Terbangunnya Sistem
Operasional Terintegrasi dan
Adaptif
1. Mempercepat (akselerasi) kelengkapan SOP
2. Melakukan evaluasi berkala terhadap SOP dan melakukan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi
3. Melakukan pengujian kepatuhan terhadap SOP
1. Melakukan identifikasi dan updating seluruh layanan
utama internal KPK
2. Melakukan pengukuran pemenuhan SLA secara berkala
3. Melakukan perbaikan atas layanan utama internal KPK
1. Melakukan pembaruan Blue Print IT KPK yang selaras
dengan perencanaan strategis KPK.
2. Mengoptimalkan kerjasama eksternal untuk pemenuhan
kebutuhan data dan informasi
3. Melakukan analisis data dan informasi utk pengambilan
keputusan, baik by design maupun by request.
4. Meningkatkan keterbukaan informasi publik dengan
memperhatikan SMKI secara konsisten.
PERSPEKTIF FINANSIAL
Terkelolanya Keuangan secara
Akuntabel
1. Memperbaiki/meningkatkan kualitas perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi/reviu kegiatan dan anggaran.
2. Menindaklanjuti temuan audit internal dan eksternal.
Strategi pencapaian tujuan dan sasaran KPK dalam melaksanakan tugas dengan fokus
area periode 2015-2019 digambarkan dalam peta strategi sebagai berikut:
Gambar 1. Strategy Map-KPK
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
A.2. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Pendekatan
Penyusunan
Laporan
Keuangan
Laporan Keuangan Tahun 2016 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek
keuangan yang dikelola oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Laporan Keuangan ini
dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
Kementerian Negara/Lembaga.
A.3. Basis Akuntansi
Basis Akuntansi
Komisi Pemberantasan Korupsi menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan
penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas
untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi
dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi
transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal
ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
A.4. Dasar Pengukuran
Dasar
Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan KPK dalam
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai
perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai
wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat
sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi
kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang
menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah.
A.5. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan
Akuntansi
Pendapatan-LRA
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan TA 2016 telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Kebijakan akuntansi
merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktikpraktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan
kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan LK KPK
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan-LRA
• Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN).
• Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
• Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
Pendapatan-LO
2. Pendapatan-LO
• Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan/atau
Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
• Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
3. Belanja
Belanja
• Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.
• Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
• Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya
klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
4. Beban
Beban
• Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
• Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya
klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Aset
5. Aset
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang, dan
Aset Lainnya.
Aset Lancar
a. Aset Lancar
• Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.
• Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk
valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada
tanggal neraca.
• Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak
yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihan atau yang dipersamakan,
yang diharapkan diterima pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan.
Khusus Uang Pengganti, pengakuan dan pencatatan piutang berdasarkan
Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan.
• Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan
jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai
Bagian Lancar TPA/TGR.
• Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal
neraca dikalikan dengan:
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
Harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian;
Harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
Harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan
cara lainnya.
Aset Tetap
b. Aset Tetap
• Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh
pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun.
• Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar.
• Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi
sebagai berikut:
1)
Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah
raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus
ribu rupiah);
2)
Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan
atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
3)
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai beban kecuali
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya
berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
• Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang
disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai
dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah
berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.
• Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari
neraca pada saat ada usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD.
Untuk BM/KN yang mempunyai nilai Aset Tetap di bawah Nilai Satuan Minimum
Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana tersebut di atas dicatat didalam buku
inventaris di luar pembukuan (ekstrakomptabel). Hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 01/KM.12/2001 tentang Pedoman
Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah.
c.
Penyusutan Aset
Tetap
Penyusutan Aset Tetap
• Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.
• Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:
a. Tanah
b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan
c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau
dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada
Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.
• Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap
akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
• Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis
lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset
Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.
• Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat
Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada
Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum penggolongan masa manfaat
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap
Kelompok Aset Tetap
Peralatan dan Mesin
2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan
10 s.d. 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi
Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern)
Piutang Jangka
Panjang
Masa Manfaat
5 s.d 40 tahun
4 tahun
d. Piutang Jangka Panjang
• Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan
direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Termasuk dalam
Piutang Jangka Panjang adalah Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) yang jatuh tempo
lebih dari satu tahun.
• Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/
Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan
sebesar nilai yang dapat direalisasikan.
• Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan yang ditetapkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan kepada bendahara yang karena lalai atau perbuatan
melawan hukum mengakibatkan kerugian Negara/daerah.
• Tuntutan Ganti Rugi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai
negeri atau bukan pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk
menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai
akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar
hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam
pelaksanaan tugasnya.
• TPA dan TP/TGR dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai
yang dapat direalisasikan.
Aset Lainnya
e. Aset Lainnya
• Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan
piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Aset Tak
Berwujud, dan Aset Lain-lain.
• Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar
harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi.
• Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode
garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat
tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.
• Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan berpedoman Keputusan
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
Menteri Keuangan Nomor: 620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam
Rangka Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada
Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud
Masa
Kelompok Aset Tak Berwujud
Manfaat
(tahun)
Software Komputer
4
Franchise
5
Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia
Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa, Perlindungan
Varietas Tanaman Semusim.
Hak Cipta Karya Seni Terapan, Perlindungan Varietas Tanaman
Tahunan
Hak Cipta atas Ciptaan Gol.II, Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan,
Hak Ekonomi Produser Fonogram.
Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I
10
20
25
50
70
• Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu
harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
6. Kewajiban
Kewajiban
• Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
• Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban Jangka Pendek
• Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan.
• Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Utang
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Utang
Bunga (accrued interest), dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
• Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan
untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan.
• Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
7. Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode.
Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
8. Kebijakan Akuntansi atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Penyisihan
Piutang Tidak
Tertagih
• Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar
persentase tertentu dari piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang.
Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan
upaya penagihan yang dilakukan pemerintah.
• Kualitas piutang didasarkan pada kondisi masing-masing piutang pada tanggal
pelaporan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 69/PMK.06/2014
tentang Penentuan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara.
Kriteria kualitas piutang diatur sebagai berikut:
Tabel 5. Penggolongan Kualitas Piutang
Kualitas Piutang
Uraian
Penyisihan
Lancar
Belum dilakukan pelunasan s.d tanggal jatuh tempo
0,5%
Kurang Lancar
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Kedua tidak dilakukan pelunasan
50%
Macet
1.
Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat
Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan
100%
2.
Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan
Piutang Negara/DJKN
Karena kekhasan jenis piutang KPK, maka kebijakan penggolongan kualitas piutang
di KPK adalah:
a.
Piutang Gratifikasi
Piutang gratifikasi dikategorikan lancar dan macet. Piutang gratifikasi
dikategorikan lancar sampai piutang tersebut diserahkan kepada Panitia Urusan
Piutang Negara (PUPN) dan disisihkan sebesar 0.5%. Piutang gratifikasi
dikategorikan macet jika telah diserahkan ke PUPN dan disisihkan sebesar
100%.
b.
Piutang Uang Pengganti
Piutang uang pengganti dikategorikan lancar dan macet. Piutang Uang
Pengganti dikategorikan lancar dan disisihkan sebesar 0.5%, jika:
1. Para terpidana mengangsur pembayaran Uang Pengganti, atau.
2. Para terpidana masih/sedang menjalani pidana penjara, baik pidana pokok
maupun pidana tambahan sebagai subsider pembayaran Uang Pengganti.
Piutang Uang Pengganti dikategorikan macet dan disisihkan sebesar 100%, jika
Para terpidana telah menjalani pidana penjara, baik pidana pokok maupun
pidana tambahan sebagai subsider pembayaran Uang Pengganti.
9. Kebijakan Akuntansi Terkait Perolehan Aset Tetap dari Belanja Barang Untuk
Kegiatan yang Bersifat Rahasia
Aset Tetap dari
Belanja Barang
Untuk Kegiatan
yang Bersifat
Rahasia
Khusus pembelian alat-alat untuk kegiatan rahasia, yang dimaksudkan sebagai
barang habis pakai, tidak untuk dipelihara, dan bukan untuk operasional KPK seharihari, maka atas pembelian tersebut dikategorikan sebagai Belanja Barang.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
10. Kebijakan Akuntansi Terkait Kontrak-kontrak Konstruksi
Kontrak-kontrak
Konstruksi
Kontrak-kontrak Konstruksi dicatat sebagai aset sesuai dengan prestasi fisik
pengerjaan pada tanggal periode pelaporan keuangan, bukan berdasarkan nilai
pembayaran yang telah diterima oleh pihak vendor. Selisih nilai pembayaran dengan
prestasi fisik akan dikembalikan melalui mekanisme pencairan bank garansi atau
melalui Surat Setoran bukan Pajak (SSBP) ke Kas Negara dan dicatat sebagai
piutang.
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum
Audited
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
B. PENJELASAN
ANGGARAN
ATAS
POS-POS
LAPORAN
REALISASI
Selama periode berjalan, KPK telah mengadakan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya kebijakan penghematan belanja
pemerintah dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi
pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber pendapatan dan jenis belanja
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Perubahan DIPA KPK TA 2016 per Jenis Pendapatan/Belanja
ANGGARAN TA 2016
SETELAH
AWAL
REVISI
URAIAN
Pendapatan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
0
0
Belanja Pegawai
395.049.867.000
395.049.867.000
Belanja Barang
329.933.566.000
316.840.438.000
Belanja Modal
336.486.551.000
279.977.683.000
1.061.469.984.000
991.867.988.000
Belanja
Jumlah Belanja
Sedangkan apabila dilihat dari program KPK maka perubahannya adalah sebagai berikut:
B.1. Pendapatan
Realisasi PNBP
Rp532.406.843.397,00
Realisasi PNBP KPK pada pada Tahun 2016 adalah sebesar Rp532.406.843.397,00. KPK tidak
dapat menetapkan estimasi PNBP yang akan diterima dalam satu tahun anggaran, mengingat
PNBP yang akan disetorkan ke kas negara tergantung pada putusan pengadilan dan materialitas
perkara.
Rincian Realisasi PNBP KPK sampai dengan tanggal pelaporan dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
Tabel 7. Rincian Realisasi Pendapatan
No
Jenis Pendapatan
Realisasi
1
Pemindahtanganan dari BMN Lainnya
2
Jasa Giro
3
Hasil Denda
4
Ongkos Perkara
5
Penjualan Hasil Lelang TPK
6
Uang Sitaan TPPU
7
Uang Sitaan TPK
49.037.314.503
8
Gratifikasi
14.687.803.617
9
Uang Pengganti TPK
57.098.518.066
10
Hasil Pengembalian Uang Negara
11
Denda Keterlambatan Peny. Pekerjaan Pemerintah
861.934.465
12
Penerimaan kembali Belanja Pegawai TAYL
352.555.857
13
Penerimaan kembali Belanja Barang TAYL
573.261.741
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
34.068.000
11.029.357.946
9.573.333.400
969.500
4.036.879.000
366.836.343.213
30.150.000
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
14
Penerimaan kembali Belanja Modal TAYL
15
Pelunasan Ganti Rugi (TP/TGR)
16
Anggaran Lain-lain
Audited
18.073.029.288
177.907.159
3.417.642
Jumlah
532.406.843.397
Perbandingan realisasi PNBP Fungsional maupun Umum TA 2016 dan 2015, disajikan dalam
tabel-tabel dibawah ini:
Tabel 7. Rincian Realisasi PNBP Fungsional TA 2016 dan 2015
Jenis Pendapatan
TA 2016
Jasa Giro
NAIK
(TURUN)
%
TA 2015
11.029.357.946
9.206.247.929
19,80
9.573.333.400
4.165.000.100
129,85
969.500
867.500.0
11,76
4.036.879.000
14.425.100
27885,10
366.836.343.213
5.775.061.445.0
6252,08
Uang Sitaan TPK
49.037.314.503
175.587.406.548
(72,07)
Gratifikasi
14.687.803.617
2.513.530.724
484,44
Uang Pengganti TPK
57.098.518.066
11.931.057.599
378,57
512.300.519.245
209.193.596.945
144,89
Hasil Denda
Ongkos Perkara
Penjualan Hasil Lelang TPK
Uang Sitaan TPPU
JUMLAH
Dari tabel di atas terlihat bahwa PNBP Fungsional pada TA 2016 mengalami kenaikan sebesar
144,89% dibandingkan TA 2015. Kenaikan yang signifikan atas Pendapatan Uang Sitaan TPPU
diperoleh dari Terpidana FA, MN dan LHI.
Tabel 9. Rincian Realisasi PNBP Umum TA 2016 dan 2015
Jenis Pendapatan
TA 2016
NAIK
(TURUN)
%
TA 2015
34.068.000
1.043.120.000
(96,73)
Denda Keterlambatan Peny. Pekerjaan Pemerintah
861.934.465
21.989.051
3819,83
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL
352.555.857
371.564.708
(5,12)
Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL
573.261.741
134.095.669
327,50
18.073.029.288
27.528.430
65552,23
177.907.159
45.518.624
290,84
3.417.642
1.113.070.400
(99,69)
30.150.000
0
0,00
20.106.324.152
2.756.886.882
629,31
Pemindah tanganan dari BMN Lainnya
Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL
Penyelesaian TGR Non Bendahara
Anggaran Lain-lain
Hasil Pengembalian Uang Negara
JUMLAH
Pendapatan Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL sebesar Rp18.073.029.288,00 diperoleh
dari setoran pengembalian sisa pekerjaan kontrak-kontrak pengadaan pembangunan gedung
baru dan fasilitas penunjang yang belum terselesaikan per 31 Desember 2015.
Penjelasan tambahan terkait Pendapatan Gratifikasi yang Ditetapkan KPK menjadi Milik Negara
dan Pendapatan Anggaran Lain-lain diketahui bahwa:
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
Audited
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Terdapat keuntungan selisih kurs sebesar Rp10.306,00 yang diakui sebagai realisasi
Pendapatan Gratifikasi yang Ditetapkan KPK menjadi Milik Negara dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 10. Keuntungan atas Pembayaran Gratifikasi
No.
Gratifikasi
Nama
Nomor
A.
Keuntungan atas Selisih Kurs pada Pendapatan Gratifikasi
1.
SP
KEP 996/01-13/10/2015
2.
DI
KEP 1281/01-13/12/2015
B.
Keuntungan atas Kelebihan Pembayaran
1.
BW
2.
3.
Untung
7.624.120
7.631.000
6.880
735.274
738.700
3.426
8.359.394
8.369.700
10.306
KEP 1249/01-13/12/2015
2.034.500
2.035.000
500
FD
KEP 1299/01-13/12/2015
13.000.000
15.395.100
2.395.100
BW
KEP 416/01-13/04/2016
1.658.000
1.658.042
42
Jumlah B
16.692.500
19.088.142
2.395.642
Jumlah
25.051.894
27.457.842
2.405.948
Jumlah A
Setor
Nilai
Pendapatan Anggaran Lain-lain sebesar Rp3.417.642,00 terdiri atas keuntungan atas
kelebihan pembayaran gratifikasi sebesar Rp2.395.642,00 dan keuntungan selisih kurs
atas sisa perjalanan dinas sebesar Rp1.022.000,00 sesuai Surat Setoran Bukan Pajak
(SSBP) dengan NTPN D6DC7510MTJEOJS2 tanggal 8 Desember 2016.
B.2. Belanja
Realisasi Belanja
Rp838.918.138.494,00
Realisasi Belanja KPK pada TA 2016 adalah sebesar Rp838.918.138.494,00 atau 84,58% dari
anggaran belanja sebesar Rp991.867.988.000,00. Rincian anggaran dan realisasi belanja TA
2016 tersaji sebagai berikut:
Tabel 11. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2016
Jenis Belanja
Anggaran
Realisasi Belanja
%
Belanja Pegawai
395.049.867.000
383.152.347.029
96,99
Belanja Barang
316.840.438.000
226.413.006.274
71,46
Belanja Modal
279.977.683.000
239.658.896.979
85,60
Total Belanja Kotor
991.867.988.000
849.224.250.282
85,62
0
10.306.111.788
991.867.988.000
838.918.138.494
Pengembalian Belanja
Jumlah
Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
84,58
Audited
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Gambar 2. Komposisi Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2016
Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program untuk TA 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Menurut Program TA 2016
Kode
Anggaran
Realisasi Belanja
%
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya KPK
586.556.032.000
516.273.897.335
88,02
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
405.311.956.000
322.644.241.159
79,60
991.867.988.000
838.918.138.494
84,58
Jumlah
Terjadi hambatan dalam realisasi penyerapan anggaran pada TA 2016 yang disebabkan oleh:
Keterbatasan jumlah SDM KPK yang secara akumulatif berdampak pada pencapaian kinerja
dan penyerapan anggaran yang kurang optimal.
Terdapat anggaran yang diusulkan Self Blocking sesuai Inpres Nomor 8 Tahun 2016 sebesar
Rp13,011 Milyar (tidak mengurangi pagu).
Kebutuhan anggaran kegiatan penyelidikan yang tidak dapat diprediksi karena tergantung
kondisi dan lokasi, Realisasi kegiatan penyelidikan TA 2016 sebagian besar di pulau jawa
sehingga tidak membutuhkan biaya besar.
Namun demikian, realisasi belanja TA 2016 mengalami kenaikan sebesar
Rp110.371.298.752,00 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 13. Perbandingan Realisasi Belanja TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Uraian
TA 2016
TA 2015
Naik
(Turun)
%
Belanja Pegawai
382.289.355.877
309.316.249.798
23,59
Belanja Barang
216.972.627.312
143.146.788.869
51,57
Belanja Modal
239.656.155.305
276.083.801.075
(13,19)
838.918.138.494
728.546.839.742
15,15
Jumlah
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Audited
Pengembalian Belanja
Pengembalian
Belanja
Rp10.306.111.788,00
Sampai dengan akhir TA 2016, terdapat pengembalian belanja sebesar Rp10.348.784.090,00
berasal dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang. Rincian pengembalian belanja dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 14. Pengembalian Belanja TA 2015
Kode Jenis
Belanja
5113
5115
5212
5221
5241
5242
5361
Realisasi
Pengembalian
Uraian Jenis Belanja
Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara
Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai Non PNS
Belanja Barang Non Operasional
Belanja Jasa
Belanja Perjalanan Dalam Negeri
Belanja Perjalanan Luar Negeri
Belanja Modal Lainnya
77.463.970
785.527.182
482.580.792
425.682.692
6.324.770.534
2.207.344.944
2.741.674
JUMLAH
10.306.111.788
Pengembalian belanja yang terkait dengan Belanja Pegawai diantaranya disebabkan oleh
pegawai yang keluar dari KPK tidak pada akhir bulan, sehingga gaji yang telah dimintakan ke Kas
Negara tidak dapat ditransfer seluruhnya ke pegawai yang keluar tersebut.
Pengembalian Belanja Barang Non Operasional diantaranya berasal dari kegiatan perekaman
persidangan oleh beberapa universitas di daerah. Sedangkan pengembalian belanja perjalanan
dinas disebabkan terutama oleh penggunaan metode SPM-LS Bendahara.
B.3 Belanja Pegawai
Belanja Pegawai
Rp382.289.355.877,00
Realisasi Belanja Pegawai TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing sebesar
Rp382.289.355.877,00 dan Rp309.316.249.798,00 atau terjadi kenaikan sebesar 23,59%.
Tabel 15. Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2016 dan 2015
Jenis Belanja
Tahun 2016
Belanja Gaji Pokok Pejabat
Negara
Naik/
(Turun)
Realisasi Belanja
Tahun 2015
%
329.280.000
387.840.172
(15,10)
Belanja Tunj. Struktural
Pejabat Negara
1.387.334.000
1.135.138.250
22,22
Belanja Tunj. PPh Pejabat
Negara
1.216.770.320
1.133.232.762
7,37
Belanja Uang Kehormatan
Pejabat Negara
142.116.000
115.644.500
22,89
4.791.414.800
4.145.403.575
15,58
Belanja Gaji Pokok Pegawai
Non PNS
206.735.119.204
152.704.115.526
35,38
Belanja Tunj. Pegawai Non
PNS
108.738.510.225
101.230.303.883
7,42
1.174.914
1.141.845
2,90
59.810.627.566
50.220.636.219
19,10
Belanja Tunj. Fasilitas KPK
Belanja Pembulatan Gaji
Pegawai Non PNS
Belanja Tunjangan Lainnya
Non PNS
Realisasi Belanja Bruto
383.152.347.029
311.073.456.732
23,17
Pengembalian Belanja
862.991.152
1.757.206.934
(50,89)
Realisasi Belanja Neto
382.289.355.877
309.316.249.798
23,59
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Audited
Kenaikan realisasi belanja pegawai antara lain disebabkan oleh bertambahnya jumlah pegawai
dan pergeseran tingkat kompetensi dari para pegawai.
Terdapat Pendapatan Pelunasan TP/TGR Tahun 2016 sebesar Rp112.930.825,00 yang
disetorkan ke Kas Negara melalui mekanisme pengembalian Belanja Gaji Pokok Pegawai Non
PNS dimana diantaranya sebesar Rp42.672.302,00 telah dikoreksi menjadi Pendapatan
Pelunasan TP/TGR sedangkan sisa Pengembalian Belanja sebesar Rp70.258.523,00 tidak
dapat dikoreksi karena penyetoran Pengembalian Belanja untuk pelunasan TP/TGR dilakukan
sekaligus dengan Pengembalian Belanja dalam satu Surat Setoran Pengembalian Belanja
(SSPB).
B.4 Belanja Barang
Belanja Barang
Rp216.972.627.312,00
Realisasi Belanja Barang TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing sebesar
Rp216.972.627.312,00 dan Rp143.146.788.869,00. Kenaikan Belanja Barang antara lain
disebabkan oleh kenaikan Belanja Barang Non Operasional, Belanja Jasa, Belanja Pemeliharaan,
dan Belanja Perjalanan Dinas Dalam dan Luar Negeri. Rincian Belanja Barang disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 16. Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Jenis Belanja
TA 2016
TA 2015
Naik
(Turun)
%
Barang Operasional
10.772.480.690
9.524.240.529
13,11
Barang Non Operasional
56.720.630.828
28.449.401.139
99,37
5.025.830.723
2.235.924.262
124,78
Jasa
73.022.090.274
47.558.671.247
53,54
Pemeliharaan
10.392.689.482
10.997.712.306
(5,50)
Perjalanan Dinas Dalam Negeri
62.513.262.175
44.088.018.644
41,79
7.966.022.102
2.681.570.498
197,07
Realisasi Belanja Bruto
226.413.006.274
145.535.538.625
55,57
Pengembalian Belanja
9.440.378.962
2.388.749.756
295,20
216.972.627.312
143.146.788.869
51,57
Barang Persediaan
Perjalanan Dinas Luar Negeri
Jumlah Belanja
B.5 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal
Peralatan dan Mesin
Rp194.657.922.722,00
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing
sebesar Rp194.657.922.722,00 dan Rp99.430.296.643,00. Realisasi Belanja Modal Peralatan
dan Mesin pada TA 2016 mengalami kenaikan sebesar 95,77% dibandingkan realisasi TA 2015.
Tabel 17. Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin
TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Jenis Belanja
TA 2016
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
194.657.922.722
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
TA 2015
99.430.296.643
Naik
(Turun)
%
95,77
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TA 2016
Realisasi Belanja Bruto
194.657.922.722
99.430.296.643
95,77
0
0
0,00
194.657.922.722
99.430.296.643
95,77
Pengembalian Belanja
Realisasi Belanja Neto
Audited
B.6 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung
dan Bangunan
Rp29.911.735.908,00
Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing
sebesar Rp29.911.735.908,00 dan Rp169.677.302.928,00. Realisasi Belanja Modal Gedung
dan Bangunan pada TA 2015 mengalami penurunan sebesar 82,37% dibandingkan realisasi TA
2015. Hal ini dikarenakan proses pembangunan gedung baru KPK telah selesai pada akhir tahun
2015.
Tabel 18. Perbandingan Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan
TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Naik
(Turun)
%
Jenis Belanja
TA 2016
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Realisasi Belanja Bruto
29.911.735.908
169.677.302.928
(82,37)
29.911.735.908
169.677.302.928
(82,37)
0
0
0,00
29.911.735.908
169.677.302.928
(82,37)
Pengembalian Belanja
Realisasi Belanja Neto
TA 2015
B.7 Belanja Modal Lainnya
Belanja Modal Lainnya
Rp15.086.496.675,00
Realisasi Belanja Modal Lainnya untuk TA 2016 dan 2015 adalah masing-masing sebesar
Rp15.086.496.675,00 dan Rp6.976.201.504,00. Realisasi Belanja Modal Lainnya pada TA 2016
mengalami kenaikan sebesar 116,26% dibandingkan realisasi TA 2015.
Tabel 19. Perbandingan Realisasi Belanja Modal Lainnya TA 2016 dan 2015
Realisasi Belanja
Naik
(Turun)
%
Jenis Belanja
TA 2016
Belanja Modal Lainnya
Realisasi Belanja Bruto
Pengembalian Belanja
Realisasi Belanja Neto
TA 2015
15.089.238.349
6.976.201.504
116,26
15.089.238.349
6.976.201.504
116,26
2.741.674
0
0,00
15.086.496.675
6.976.201.504
116,26
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
C.1. ASET LANCAR
C.1.1. Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Rp500.000.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing
sebesar Rp500.000.000,00 dan Rp600.000.000,00 merupakan kas yang berasal dari
Uang Persediaan (UP)/Tambahan Uang Persediaan (TUP) yang belum
dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal Neraca.
Berdasarkan surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-1064/PB/2016 tanggal 23
Desember 2016, KPK diberikan dispensasi penggunaan sisa UP TA 2016 untuk
membiayai kegiatan penanganan kasus tindak pidana korupsi pada awal bulan Januari
2017 sebesar Rp500.000.000,00. Dengan demikian, KPK tidak menyetorkan sisa UP
tersebut ke Kas Negara, namun akan diperhitungkan dengan pemberian UP TA 2017.
C.1.2. Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara
Penerimaan Rp0,00
Kas di Bendahara Penerimaan per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing
sebesar Rp0,00 dan Rp504.270.428,00 yang mencakup seluruh kas, baik saldo
rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab
Bendahara Penerimaan yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan
berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Terdapat uang rampasan a.n. Terpidana Muhammad Nazarudin sebesar 200 Mil Peso
Kolombia yang belum dapat dibukukan dan disetorkan ke kas negara oleh Bendahara
Penerimaan per tanggal neraca.
Belum dibukukan dan disetorkan ke kas negara disebabkan oleh:
1. Bank dan Money Changer tidak ada yang bersedia melayani penukaran konversi
mata uang tersebut ke rupiah.
2. Bank Indonesia tidak menyediakan nilai kurs atas mata uang Peso Kolombia,
sehingga Bendahara Penerimaan tidak dapat membukukan dengan nilai yang pasti
per tanggal neraca atas valuta asing tersebut.
C.1.3. Kas Lainnya dan Setara Kas
Kas Lainnya dan Setara
Kas
Rp1.864.453.581,00
Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing sebesar
Rp1.864.453.581,00 dan Rp0,00 merupakan Kas Lainnya di Bendahara Penerimaan
atas Pendapatan Jasa Giro rekening uang titipan yang belum disetorkan ke Kas Negara
yang terdiri dari Pendapatan Jasa Giro s.d. 31 Desember 2015 sebesar
Rp1.738.471.461,00 dan Pendapatan Jasa Giro Tahun 2016 sebesar
Rp125.982.120,00
C.1.4. Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak
sebesar
Rp530.435.855.479,00
Piutang Bukan Pajak per tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 masing-masing sebesar
Rp530.435.855.479,00 dan Rp534.231.138.102,00 yang merupakan semua hak atau
klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan
belum diselesaikan pada tanggal laporan keuangan.
Rincian Piutang Bukan Pajak KPK per 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut:
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2016
Audited
Tabel 20. Rincian Piutang Bukan Pajak Per Akun per 31 Desember 2016 dan 2015
Jenis Piutang
Gratifik