LK KPPU Audited TA 2015
LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN 2015
BA 108
(2)
(3)
Daftar Isi
ii
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
Pernyataan Tanggung Jawab
iii
Ringkasan
1
I. Laporan Realisasi Anggaran
4
II. Neraca
5
III. Laporan Operasional
6
IV. Laporan Perubahan Ekuitas
7
V. Catatan atas Laporan Keuangan
8
A. Penjelasan Umum
8
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
21
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
27
D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional
50
E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas
55
F. Pengungkapan Penting Lainnya
57
(4)
(5)
Ringkasan
- 1 -
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk periode yang
berakhir tanggal 31 Desember 2015 ini telah disusun dan disajikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan
keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan ini
meliputi:
1.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur
Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember
2015.
Realisasi Pendapatan Negara TA 2015 adalah berupa Pendapatan Negara
Bukan Pajak sebesar Rp16.277.700.519 atau mencapai 14.797,91 persen
dari estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp110.000.000.
Realisasi Belanja Negara (neto) TA 2015 adalah sebesar Rp90.343.359.163
atau
mencapai
89,81
persen
dari
alokasi
anggaran
sebesar
Rp100.591.000.000.
2.
NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas pada 31 Desember 2015
.
Nilai aset TA 2015 dicatat dan disajikan sebesar Rp9.701.475.363 yang
terdiri dari aset lancar sebesar Rp738.570.253; aset tetap (neto) sebesar
Rp8.221.748.724; piutang jangka panjang (neto) sebesar Rp9.057.223; dan
aset lainnya (neto) sebesar Rp732.099.163.
Nilai kewajiban dan ekuitas masing-masing sebesar Rp253.487.571 dan
Rp9.447.987.792.
(6)
Ringkasan
- 2 -
3.
LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional (LO) menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO,
beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non
operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan
surplus/defisit-LO,
yang
diperlukan
untuk
penyajian
yang
wajar.
Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2015 adalah
sebesar Rp10.675.331.575, sedangkan jumlah beban adalah sebesar
Rp100.647.522.034 sehingga terdapat defisit dari kegiatan operasional
senilai Rp89.972.190.459. Surplus kegiatan non operasional dan defisit
pos-pos luar biasa masing-masing sebesar Rp6.074.641.116 dan Rp0 sehingga
entitas mengalami Defisit-LO sebesar Rp96.046.831.575.
4.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan
ekuitas
tahun
pelaporan
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 1 Januari 2015 adalah sebesar
Rp28.015.837.848,
ditambah
Defisit-LO
sebesar
Rp96.046.831.575,
kemudian ditambah dengan koreksi-koreksi dan transaksi antar entitas
senilai total Rp77.467.602.431, sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31
Desember 2015 adalah senilai Rp9.447.987.792.
(7)
Ringkasan
- 3 -
5.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional,
dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah
penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir
sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 disusun dan disajikan
berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan
Laporan Perubahan Ekuitas TA 2015 disusun dan disajikan dengan
menggunakan basis akrual.
(8)
Laporan Realisasi Anggaran
- 4 -
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN (
NET T O
)
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN
31 DESEMBER 2014
(dalam Rupiah)
TA 2014
ANGGARAN
REALISASI
REALISASI
PENDAPATAN
Penerimaan Negara Bukan Pajak
B.1
110.000.000
16.277.700.519
14.797,9
9.661.851.785
JUMLAH PENDAPATAN
110.000.000
16.277.700.519
14.797,91
9.661.851.785
BELANJA
B.2.
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
B.3
26.532.100.000
21.563.599.302
81,27
22.903.988.096
Belanja Barang
B.4
70.395.550.000
65.257.685.511
92,70
55.816.299.467
Belanja Modal
B.5
3.663.350.000
3.522.074.350
96,14
1.443.454.317
JUMLAH BELANJA
100.591.000.000
90.343.359.163
89,81
80.163.741.880
% thd Angg
CATATAN
(9)
Neraca
- 5 -
II. NERACA
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
NERACA
PER 31 DESEMBER 2015 DAN 31 DESEMBER 2014
(dalam Rupiah)
CATATAN
31 DESEM BER 2015
31 DESEM BER 2014
Kas di Bendahara Pengeluaran
C.1
3.966.855
-Kas Lainnya dan Set ara -Kas
C.2
157.722.938
-Piut ang Bukan Pajak
C.3
51.010.439.624
56.271.958.316
C.4
461.559.282
473.550.899
C.5
(51.296.605.761)
(44.084.574.716)
Persediaan
C.6
401.487.315
542.679.021
Jumlah Aset Lancar
738.570.253
13.203.613.520
Tagihan TP/ TGR
C.7
15.544.255
61.102.058
Penyisihan Piut ang Tak Tert agih - Piut ang Jangka Panjang
C.8
(6.487.032)
(5.633.292)
Jumlah Piut ang Jangka Panjang
9.057.223
55.468.766
Peralat an dan M esin
C.9
26.499.523.861
24.536.645.401
Aset Tet ap Lainnya
C.10
2.474.517.748
1.705.165.655
Akumulasi Penyusut an Aset Tet ap
C.11
(20.752.292.885)
(18.123.705.124)
Jumlah Aset Tet ap
8.221.748.724
8.118.105.932
ASET LAINNYA
Aset Tidak Berw ujud
C.12
658.349.163
6.878.242.861
Dana Penjaminan Pihak Ket iga Ret ensi
C.13
73.750.000
-Jumlah Aset Lainnya
732.099.163
6.878.242.861
JUM LAH ASET
9.701.475.363
28.255.431.079
-Uang M uka dari KPPN
C.14
3.966.855
-Ut ang kepada Pihak Ket iga
C.15
249.520.716
239.593.231
Jumlah Kew ajiban Jangka Pendek
253.487.571
239.593.231
JUM LAH KEW AJIBAN
253.487.571
239.593.231
Ekuit as
C.16
9.447.987.792
28.015.837.848
JUM LAH EKUITAS
9.447.987.792
28.015.837.848
9.701.475.363
28.255.431.079
URAIAN
KEW AJIBAN
JUM LAH KEW AJIBAN DAN EKUITAS
ASET
ASET TETAP
ASET LANCAR
KEW AJIBAN JANGKA PENDEK
EKUITAS
PIUTANG JANGKA PANJANG
Bagian Lancar Tagihan Tunt ut an Perbendaharaan/ Tunt ut an Gant i
Rugi
Penyisihan Piut ang Tidak Tert agih - Bagian Lancar Tagihan Tunt ut an
Perbendaharaan/ Tunt ut an Gant i Rugi
(10)
Laporan Operasional
- 6 -
III. LAPORAN OPERASIONAL
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN
31 DESEMBER 2014
(dalam Rupiah)
CATATAN
31 DESEM BER 2015
31 DESEM BER 2014
Pendapatan PNBP Lainnya
D.1
10.675.331.575
-10.675.331.575
-Beban Pegawai
D.2
21.563.599.302
-Beban Persediaan
D.3
1.899.362.916
-Beban Barang dan Jasa
D.4
32.839.006.596
-Beban Pemeliharaan
D.5
2.890.837.789
-Beban Perjalanan Dinas
D.6
30.660.330.160
-Beban Barang untuk Diserahkan kepada M asyarakat
D.7
319.830.584
-Beban Bantuan Sosial
D.8
2.172.500
-Beban Penyusutan
D.9
3.264.913.051
-Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
D.10
7.207.469.136
-100.647.522.034
-(89.972.190.459)
-Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar
5.700.000
-Beban Pelepasan Aset Non Lancar
(6.342.026.299)
-Pendapatan dari Kegiat an Non Operasional Lainnya
261.685.183
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
D.11
(6.074.641.116)
-SURPLUS/ DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(96.046.831.575)
-Pendapatan Luar Biasa
-
-Beban Luar Biasa
-
-SURPLUS/ DEFISIT DARI POS LUAR BIASA
-SURPLUS/ DEFISIT LO
(96.046.831.575)
-URAIAN
BEBAN
JUM LAH BEBAN
KEGIATAN NON OPERASIONAL
POS LUAR BIASA
KEGIATAN OPERASIONAL
JUM LAH PENDAPATAN
PENDAPATAN
(11)
Laporan Perubahan Ekuitas
- 7 -
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015
DAN 31 DESEMBER 2014
(dalam Rupiah)
URAIAN
CATATAN
31 DESEM BER 2015
31 DESEM BER 2014
EKUITAS AW AL
E.1
28.015.837.848
-SURPLUS/ DEFISIT LO
E.2
(96.046.831.575)
-PENYESUAIAN NILAI TAHUN BERJALAN
Penyesuaian Nilai Aset
E.3
10.596.087
Penyesuaian Nilai Kew ajiban
-DAM PAK KUM ULATIF PERUBAHAN
KEBIJAKAN/ KESALAHAN M ENDASAR
-
-LAIN-LAIN
Koreksi Nilai Persediaan
-
Koreksi Atas Nilai Aset Tetap
-
Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi
E.4
(783.001)
Koreksi Atas Pendapatan
-
Koreksi Lain-lain -- Hibah M asuk/ Keluar
-TRANSAKSI ANTAR ENTITAS
77.467.602.431
-KENAIKAN/ PENURUNAN EKUITAS
(18.567.850.056)
(12)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 8 -
A. PENJELASAN UMUM
A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Komisi Pengawas Persaingan
Usaha
Dasar
Hukum
Entitas dan
Rencana
Strategis
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) didirikan sebagai salah
satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui pengawasan kegiatan persaingan usaha yang sehat.
Organisasi dan tata kerja entitas diatur dengan Keputusan
Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 80 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi
Pengawas Persaingan Usaha. Struktur organisasi dan tugas pokok
KPPU diatur dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Pengawas Persaingan Usaha. KPPU berkedudukan di Jalan Ir. H.
Juanda Nomor 36, Jakarta Pusat.
KPPU mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan
pengawasan
dan
penegakan
hukum
persaingan
usaha
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Melalui peran tersebut diharapkan dapat tercipta iklim
persaingan usaha yang sehat yang akan melahirkan efisiensi dan
mendorong timbulnya inovasi yang akan berujung pada
kesejahteraan rakyat.
Untuk mewujudkan tujuan di atas KPPU berkomitmen dengan visi
“T er wujudnya i k l i m per sai ngan usaha yang sehat dal am
mendor ong ek onomi nasi onal yang efi si en dan ber k eadi l an
unt uk meni ngk at k an k esejaht er aan r ak yat ”.
Untuk mewujudkannya akan dilakukan beberapa
langkah-langkah strategis sebagai berikut:
Menegakkan hukum persaingan usaha;
(13)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 9 -
Melakukan pengawasan sektoral;
Melakukan harmonisasi kebijakan;
Melakukan pengawasan kemitraan;
Melakukan penguatan kelembagaan;
Meningkatkan pemahaman pelaku usaha terhadap nilai-nilai
persaingan usaha yang sehat;
Menginternalisasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat
melalui kebijakan dan regulasi (
competition checklist
);
Menginternalisasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat
melalui pendidikan.
Struktur Organisasi KPPU terdiri dari :
1.
Komisioner
Komisioner merupakan penanggung jawab yang memimpin
dan mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi, tugas dan
mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang
KPPU.
2.
Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal merupakan penanggung jawab dalam
penyelenggaraan dukungan manajemen dan administratif di
KPPU.
3.
Deputi Bidang Pencegahan
Deputi Bidang Pencegahan merupakan penyelenggara teknis di
bidang pencegahan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat.
4.
Deputi Bidang Penegakan Hukum
Deputi
Bidang
Penegakan
Hukum
merupakan
unsur
penyelenggara teknis di bidang penegakan hukum persaingan
usaha.
(14)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 10 -
5.
Satuan Pengawas Internal
Satuan Pengawas Internal merupakan unsur pengawas dalam
lingkup KPPU yang kedudukannya berada di bawah
Komisioner.
6.
Kantor Perwakilan Daerah
Kantor Perwakilan Daerah merupakan unit kerja yang
membantu
pelaksanaan
tugas
pokok
dan
wewenang
Komisioner atas suatu wilayah kerja tertentu.
7.
Kelompok Kerja
Kelompok Kerja merupakan unsur pendukung Komisioner
yang terdiri dari individu-individu yang berpengalaman dan
ahli
(profesional)
sesuai
bidang
masing-masing
yang
diperlukan dalam menangani perkara tertentu.
8.
Kelompok Staf Ahli
Kelompok Staf Ahli merupakan unsur pendukung Komisioner
yang
terdiri
dari
individu-individu
yang
ahli
dan
berpengalaman di bidang hukum, bidang ekonomi dan atau
bidang lainnya yang ditunjuk untuk memberikan masukan
dan pertimbangan hukum, ekonomi atau bidang lainnya
terkait dengan pelaksanaan fungsi dan tugas KPPU.
9.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional merupakan sejumlah jabatan
fungsional tertentu yang terbagi dalam beberapa kelompok
sesuai dengan bidang keahliannya.
Implementasi
Akuntansi
Pemerintahan
Berbasis
Akrual Tahun
2015
A.2. Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Tahun 2015
KPPU mulai Tahun Anggaran 2015 untuk pertama kali
mengimplementasikan
akuntansi
berbasis
akrual
dalam
penyusunan laporan keuangannya sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
(15)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 11 -
Pemerintahan. Dalam implementasi pertama ini, perlakuan
akuntansi atas penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1.
Sesuai dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (IPSAP) Nomor 4 tentang Perubahan Kebijakan
Akuntansi dan Koreksi Kesalahan Tanpa Penyajian Kembali
Laporan Keuangan, KPPU tidak melakukan penyajian kembali
atas Laporan Keuangan tahun 2014.
2.
KPPU menyandingkan Laporan Keuangan untuk periode yang
berakhir 31 Desember 2015 berbasis akrual dengan Laporan
Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2014
berbasis kas menuju akrual.
3.
Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember
2015 dan 2014 tersanding adalah bukan laporan keuangan
komparatif.
Pembaca
laporan
keuangan
diharapkan
memahami
bahwa
penyandingan
tersebut
bukan
perbandingan, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar
analisis laporan keuangan lintas tahun.
Pendekatan
Penyusunan
Laporan
Keuangan
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir tanggal 31
Desember 2015 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh
aspek keuangan yang dikelola oleh KPPU. Laporan Keuangan ini
dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu
serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pada Kementerian Negara/Lembaga.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)
dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik
Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan
Keuangan entitas yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas.
(16)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 12 -
Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan
informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk
penyusunan neraca dan laporan operasional serta laporan barang
milik negara serta laporan manajerial lainnya.
Basis
Akuntansi
A.4. Basis Akuntansi
KPPU menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian
Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas
serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan
Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas
adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruh transaksi
atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dasar
Pengukuran
A.5. Dasar Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar
pengukuran yang diterapkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah
dengan menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya
ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan
untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai
wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang
rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi
terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
(17)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 13 -
Kebijakan
Akuntansi
A.6. Kebijakan Akuntansi
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan per 31 Desember
2015 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik
yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian
laporan
keuangan.
Kebijakan
akuntansi
yang
diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan
kebijakan yang ditetapkan oleh KPPU. Di samping itu, dalam
penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan
keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan KPPU adalah sebagai
berikut:
Pendapatan
-LRA
(1)
Pendapatan- LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas
Umum Negara (KUN).
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber
pendapatan.
Pendapatan
-LO
(2)
Pendapatan- LO
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan dan/atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya
aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus
pengakuan
pendapatan-LO
pada
Komisi
Pengawas
Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:
(18)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 14 -
putusan telah berkekuatan hukum tetap;
pendapatan denda ikatan dinas diakui setelah pegawai
yang bersangkutan menandatangani Surat Pernyataan
Kesanggupan Membayar Denda Ikatan Dinas;
pendapatan
atas
pelunasan
Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi diakui setelah
ditandatanganinya Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak oleh pegawai yang bersangkutan;
pendapatan lain-lain diakui pada saat dikeluarkannya
surat keputusan denda atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
Pendapatan
disajikan
menurut
klasifikasi
sumber
pendapatan.
Belanja
(3)
Belanja
Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).
Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja
dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan
fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Beban
(4)
Beban
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa.
(19)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 15 -
Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja
dan
selanjutnya
klasifikasi
berdasarkan
organisasi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset
(5)
Aset
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset
Lainnya.
Aset Lancar
a.
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas disajikan di neraca dengan
menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta
asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs
tengah BI pada tanggal neraca.
Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga
disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi
dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal.
Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:
piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/
Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung
dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak
dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap;
piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila
terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan
didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan
hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa
diukur dengan andal.
Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat
direalisasikan (
net realizable value
). Hal ini diwujudkan
dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih.
Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang
ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan
yang dilakukan pemerintah berdasarkan aturan yang
(20)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 16 -
Perhitungan penyisihannya adalah sebagai berikut:
Kualitas Piutang
Uraian
Penyisihan
Lancar
Belum dilakukan pelunasan s.d.
tanggal jatuh tempo
0,5%
Kurang Lancar
Satu bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Pertama
tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan
Satu bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Kedua
tidak dilakukan pelunasan
50%
Macet
Satu bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Ketiga
tidak dilakukan pelunasan
100%
Piutang
telah
diserahkan
kepada Panitia Urusan Piutang
Negara/DJKN
Tagihan
Penjualan
Angsuran
(TPA)
dan
Tuntutan
Perbedaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan jatuh tempo
12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan
sebagai Bagian Lancar TP/TGR atau Bagian Lancar TPA.
Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik
pada tanggal neraca dikalikan dengan:
harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan
pembelian;
harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri;
harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila
diperoleh dengan cara lainnya.
Aset Tetap
b.
Aset Tetap
Nilai Aset Tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau
harga wajar.
Pengakuan Aset Tetap didasarkan pada nilai satuan
minimum kapitalisasi sebagai berikut:
(21)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 17 -
Penyusutan
Aset Tetap
peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau
lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);
b.
Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya
sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta
rupiah);
c.
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai
minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan
sebagai beban kecuali pengeluaran untuk tanah,
jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa
koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus,
ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan
organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak
sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa
kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain
pada pos Aset Lainnya.
Aset
Tetap
yang
secara
permanen
dihentikan
penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada
penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dibidang pengelolaan BMN/BMD.
c.
Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan Aset Tetap adalah penyesuaian nilai
sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat
dari suatu aset tetap.
Penyusutan Aset Tetap tidak dilakukan terhadap:
a.
Tanah;
b.
Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan
c.
Aset
Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan
dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat
dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola
Barang untuk dilakukan penghapusan.
(22)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 18 -
Piutang
Jangka
Panjang
Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap
dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan
adanya nilai residu.
Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan
metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang
dapat disusutkan dari aset tetap secara merata setiap
semester selama masa manfaat.
Masa manfaat Aset Tetap ditentukan dengan
berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat dalam
rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap
pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel
masa manfaat adalah sebagai berikut:
Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap
Kelompok Aset Tetap
Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin
2 s.d. 20 tahun
Gedung dan Bangunan
10 s.d. 50 tahun
Jalan, Jaringan dan Irigasi
5 s.d 40 tahun
Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern)
4 tahun
d.
Piutang Jangka Panjang
Piutang
Jangka
Panjang
adalah
piutang
yang
diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai
berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang
dapat direalisasikan.
(23)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 19 -
Aset
Lainnya
e. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset
tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset
Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan
angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan,
aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas
yang dibatasi penggunaannya.
Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat
neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi
akumulasi amortisasi.
Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan
dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan
atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak
dilakukan amortisasi.
Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan
sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan.
Kewajiban
(6)
Kewajiban
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan ke dalam kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
a.
Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh
tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan.
Kewajiban Jangka Pendek meliputi utang kepada pihak
ketiga, belanja yang masih harus dibayar, pendapatan
diterima di muka, bagian lancar utang jangka panjang,
dan utang jangka pendek lainnya.
b.
Kewajiban Jangka Panjang
(24)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan
- 20 -
Panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo
dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai
kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung.
Ekuitas
(7)
Ekuitas
Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan
kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari
ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
(25)
Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran
- 21 -
B.
PENJELASAN
ATAS
POS-POS
LAPORAN
REALISASI
ANGGARAN
Realisasi
Pendapatan
Rp16.277.700.519
B.1 Pendapatan
Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2015 adalah sebesar Rp16.277.700.519. Rincian Estimasi
dan Realisasi Pendapatan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
adalah sebagai berikut:
Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan TA 2015
Pendapatan dari Pengelolaan BMN
(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan
serta Pendapatan dari Penjualan)
0 5.700.000
-
Pendapatan Denda Keterlambatan
Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
0 6.005.084
Pendapatan Iuran dan Denda
110.000.000 15.680.914.536 14.255,38
Pendapatan Lain-lain
0 108.237.064
-
Penerimaan Kembali Belanja Tahun
Anggaran Yang Lalu
0 424.255.199
-
Pendapatan Anggaran Lain-lain
0 52.588.636
-
Jumlah
110.000.000
16.277.700.519
14.797,91
URAIAN
TAHUN ANGGARAN 2015
ANGGARAN
(Rp)
REALISASI
(Rp)
% REALISASI
ANGGARAN
Realisasi
Pendapatan
KPPU
TA
2015
adalah
sebesar
Rp16.277.700.519 atau sebesar 14.797,91 persen dari estimasi
pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp110.000.000. Selanjutnya,
Realisasi Pendapatan TA 2015 dibandingkan dengan realisasi
pendapatan TA 2014 terdapat kenaikan sebesar 68,47 persen. Hal
ini disebabkan karena adanya peningkatan pembayaran denda
persaingan usaha, antara lain pembayaran denda persaingan usaha
sebesar Rp6.000.000.000 atas nama Perusahaan Gas Negara.
(26)
Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran
- 22 -
Perbandingan Realisasi Pendapatan TA 2015
dan TA 2014
URAIAN
REALISASI TA
2015 (Rp)
REALISASI TA
2014 (Rp)
NAIK
(TURUN)
%
Pendapatan dari Pengelolaan BMN
(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan
serta Pendapatan dari Penjualan)
5.700.000
17.000.000 (66,47)
Pendapatan Denda Keterlambatan
Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
6.005.084
0
0,00
Pendapatan Iuran dan Denda
15.680.914.536
9.258.726.170 69,36
Pendapatan Lain-lain (Penerimaan
Kembali Belanja Tahun Anggaran Yang
Lalu)
108.237.064
213.450.164 (49,29)
Pendapatan Pelunasan Piutang
424.255.199
85.382.270 396,89
Pendapatan Anggaran Lain-lain
52.588.636
87.293.181 (39,76)
Jumlah
16.277.700.519
9.661.851.785
68,47
Realisasi Belanja
Rp90.343.359.163
B.2.
Belanja
Realisasi Belanja KPPU TA 2015 adalah sebesar Rp90.343.359.163
atau
89,81
persen
dari
anggaran
belanja
sebesar
Rp100.591.000.000. Rincian anggaran dan realisasi belanja TA
2015 tersaji sebagai berikut:
Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja TA 2015
ANGGARAN (RP)
REALISASI (RP)
% REAL.
ANGGARAN
Belanja Pegawai
26.532.100.000
21.571.016.989
81,30
Belanja Barang
70.395.550.000
65.505.866.042
93,05
Belanja Modal
3.663.350.000
3.522.074.350
96,14
Total Belanja Kotor
100.591.000.000
90.598.957.381
90,07
Pengembalian Belanja
0
(255.598.218)
Total Belanja
100.591.000.000
90.343.359.163
89,81
URAIAN
TAHUN ANGGARAN 2015
Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik
berikut ini:
(27)
Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran
- 23 -
26.532.100.000
70.395.550.000
3.663.350.000
21.563.599.302
65.257.685.511
3.522.074.350
0
10.000.000.000
20.000.000.000
30.000.000.000
40.000.000.000
50.000.000.000
60.000.000.000
70.000.000.000
80.000.000.000
Belanja Pegaw ai
Belanja Barang
Belanja M odal
ANGGARAN
REALISASI
Grafik A. Komposisi Realisasi Belanja Negara Neto TA 2015
Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja (neto) TA 2015
ANGGARAN (RP)
REALISASI (RP)
% REAL.
ANGGARAN
Belanja Pegawai
26.532.100.000
21.563.599.302
81,27
Belanja Barang
70.395.550.000
65.257.685.511
92,70
Belanja Modal
3.663.350.000
3.522.074.350
96,14
Total Belanja Netto
100.591.000.000
90.343.359.163
89,81
Total Belanja
100.591.000.000
90.343.359.163
89,81
URAIAN
TAHUN ANGGARAN 2015
Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program TA 2015 adalah
sebagai berikut:
ANGGARAN (Rp)
REALISASI (Rp)
Program Pengawasan
Persaingan Usaha
100.591.000.000
90.343.359.163
89,81
Total Belanja
100.591.000.000
90.343.359.163
89,81
PROGRAM
2015
%
Realisasi Belanja TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 12,70 persen
dibandingkan realisasi belanja TA 2014. Hal ini disebabkan antara
lain karena adanya peningkatan belanja barang (perjalanan dinas).
(28)
Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran
- 24 -
Perbandingan Realisasi Belanja
TA 2015 dan TA 2014
URAIAN
REALISASI TA 2015
(Rp)
REALISASI TA 2014
(Rp)
NAIK
(TURUN) %
Belanja Pegawai
21.563.599.302
22.903.988.096
(5,85)
Belanja Barang
65.257.685.511
55.816.299.467
16,92
Belanja Modal
3.522.074.350
1.443.454.317
144,00
Jumlah
90.343.359.163
80.163.741.880
12,70
Belanja Pegawai
Rp21.563.599.302
B.3. Belanja Pegawai
Realisasi Belanja Pegawai TA 2015 dan TA 2014 adalah
masing-masing sebesar Rp21.563.599.302 dan Rp22.903.988.096
atau
terjadi penurunan sebesar 5,85
persen. Penurunan ini disebabkan
antara lain karena adanya pegawai yang mengundurkan diri pada
tahun 2015.
Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai
TA 2015 dan TA 2014
URAIAN
REALISASI TA 2015
(Rp)
REALISASI TA 2014
(Rp)
NAIK
(TURUN)
%
Belanja Uang Honor Tetap
21.571.016.989
22.915.900.596
(5,87)
Jumlah Belanja Kotor
21.571.016.989
22.915.900.596
(5,87)
Pengembalian Belanja Pegawai
(7.417.687)
(11.912.500)
(37,73)
Jumlah Belanja
21.563.599.302
22.903.988.096
(5,85)
Belanja Barang
Rp65.257.685.511
B.4. Belanja Barang
Realisasi Belanja Barang TA 2015 dan TA 2014 adalah
masing-masing sebesar Rp65.257.685.511 dan Rp55.816.299.467. Realisasi
Belanja Barang TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 16,92
persen
dari realisasi Belanja Barang TA 2014. Hal ini disebabkan antara
lain adanya kenaikan belanja perjalanan dinas.
(29)
Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran
- 25 -
Perbandingan Realisasi Belanja Barang
TA 2015 dan TA 2014
URAIAN
REALISASI TA 2015 (Rp)
REALISASI TA 2014
(Rp)
NAIK
(TURUN) %
Belanja Barang
65.505.866.042
56.444.830.311
16,05
Jumlah Belanja Kotor
65.505.866.042
56.444.830.311
16,05
Pengembalian Belanja
(248.180.531)
(628.530.844)
(60,51)
Jumlah Belanja
65.257.685.511
55.816.299.467
16,92
Belanja Modal
Peralatan dan
Mesin
Rp2.636.578.350
B.5. Belanja Modal
B.5.1 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin TA 2015 dan TA 2014
adalah
masing-masing
sebesar
Rp2.636.578.350
dan
Rp1.414.018.317. Realisasi Belanja Modal TA 2015 mengalami
kenaikan sebesar 86,46 persen dibandingkan realisasi tahun
sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan antara lain oleh adanya
peningkatan dalam pembelian PC Unit, paket meubelair dan alat
pengolah data.
Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin
TA 2015 dan Per TA 2014
URAIAN
REALISASI TA 2015
(Rp)
REALISASI TA 2014
(Rp)
NAIK (TURUN) %
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
2.636.578.350
1.414.018.317
86,46
Jumlah Belanja Kotor
2.636.578.350
1.414.018.317
86,46
Pengembalian
0
0
0,00
Jumlah Belanja
2.636.578.350
1.414.018.317
86,46
Belanja Modal
Gedung dan
Bangunan
Rp835.391.000
B.5.2 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan TA 2015 dan TA
2014 adalah masing-masing sebesar Rp835.391.000 dan Rp0.
(30)
Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran
- 26 -
Perbandingan Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan
TA 2015 dan TA 2014
URAIAN JENIS BELANJA
REALISASI TA
2015 (Rp)
REALISASI TA
2014 (Rp)
Naik
(Turun) %
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
835.391.000
0
0,00
Jumlah Belanja Kotor
835.391.000
0
0,00
Pengembalian Belanja Modal
0
0
0,00
Jumlah Belanja
835.391.000
0
0,00
Belanja Modal
Lainnya
Rp50.105.000
B.5.3 Belanja Modal Lainnya
Realisasi Belanja Modal Lainnya TA 2015 dan TA 2014 adalah
masing-masing sebesar Rp50.105.000 dan Rp29.436.000. Realisasi
Belanja Modal lainnya mengalami kenaikan sebesar 70,22 persen
dibandingkan realisasi TA 2014. Kenaikan ini disebabkan karena
adanya pembelian aplikasi Sistem Layanan Umum oleh Biro
Organisasi dan SDM.
Perbandingan Realisasi Belanja Modal Lainnya
TA 2015 dan TA 2014
URAIAN JENIS BELANJA
REALISASI TA
2015 (Rp)
REALISASI TA
2014 (Rp)
NAIK
(TURUN) %
Belanja Modal Lainnya
50.105.000
29.436.000
70,22
Jumlah Belanja Kotor
50.105.000
29.436.000
70,22
Pengembalian Belanja Modal
0
0
0,00
(31)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 27 -
C.
PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Rp3.966.855
C.1 Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran adalah kas yang dikuasai,
dikelola dan menjadi tanggung jawab Bendahara
Pengeluaran yang berasal dari sisa Uang Persediaan (UP)
yang
belum
dipertanggungjawabkan
atau
belum
disetorkan ke Kas Negara per tanggal neraca.
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran pada KPPU per 31
Desember 2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing
sebesar Rp3.966.855 dan Rp0. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya kuitansi yang
double
pada bulan
Oktober 2015.
Perbandingan Kas di Bendahara Pengeluaran
per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Keterangan
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Saldo UP
3.966.855
0
Kuitansi UP
-
0
Jumlah
3.966.855
0
Bendahara Pengeluaran telah menyetorkan sisa Uang
Persediaan (UP) tersebut ke Kas Negara pada tanggal 8
Januari 2016.
Rincian saldo Kas di Bendahara Pengeluaran disajikan
pada lampiran.
C.2 Kas Lainnya dan Setara Kas
Kas Lainnya dan Setara Kas per tanggal 31 Desember
2015 dan 31 Desember 2014 masing-masing adalah
sebesar Rp157.722.938 dan Rp0.
Kas Lainnya dan Setara Kas merupakan pengembalian
kelebihan penggunaan belanja perjalanan dinas Tahun
(32)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 28 -
Anggaran 2015 yang belum disetorkan oleh Bendahara
Pengeluaran ke Kas Negara per 31 Desember 2015 sesuai
dengan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan Tahun 2015.
Namun pada Tahun 2016, Bendahara Pengeluaran telah
menyetorkan
pengembalian
kelebihan
penggunaan
belanja perjalanan dinas Tahun Anggaran 2015 tersebut
ke Kas Negara, dengan rincian sebagai berikut:
No
Tanggal Setor
Jumlah
NTPN
Keterangan
1
08 Januari 2016
48.299.389
639D54LDM9RNKJM2
Rincian Nomor SPM terlampir
2
08 Januari 2016
44.922.317
24F0C4LDFAB5PRM2
Rincian Nomor SPM terlampir
3
03 Maret 2016
4.266.500
0E1F25PEP9S6Q3VI
SPM Nomor 02817
4
06 April 2016
60.234.732
677EC44O543E82R9
Rincian Nomor SPM terlampir
157.722.938
Jumlah
Piutang Bukan
Pajak
Rp51.010.439.624
C.3 Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak per tanggal 31 Desember 2015 dan
31 Desember 2014 masing-masing adalah sebesar
Rp51.010.439.624 dan Rp56.271.958.316.
Piutang bukan pajak merupakan hak atau pengakuan
pemerintah atas uang atau jasa terhadap pelayanan
yang telah diberikan namun belum diselesaikan
pembayarannya.
Piutang Bukan Pajak KPPU berasal dari Piutang
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berada di
KPPU berasal dari Piutang Denda atas Pelanggaran
Persaingan Usaha. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat Pasal 47 disebutkan bahwa Komisi
berwenang
menjatuhkan
sanksi
berupa
tindakan
(33)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 29 -
ketentuan Undang-undang ini. Tindakan administratif
sebagaimana dimaksud dapat berupa perintah kepada
pelaku usaha untuk menghentikan atau membatalkan
perilaku
yang
telah
terbukti
melanggar
hukum
persaingan usaha, penetapan ganti rugi dan dapat juga
berupa denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000
dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 yang harus
disetorkan ke kas negara. Dengan demikian, KPPU
mempunyai kewenangan untuk menjatuhkan sanksi
kepada pelaku usaha yang melanggar UU Nomor 5
Tahun 1999 dalam bentuk denda.
Dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dijelaskan bahwa Piutang Negara adalah jumlah
uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat
dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. Berdasarkan
definisi tersebut, Tim Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
di KPPU tahun 2008 merekomendasikan agar KPPU
mencatat semua potensi penerimaan negara yang
menjadi kewajiban pihak lain untuk membayarnya
(dalam hal ini denda pelanggaran persaingan usaha)
dalam bentuk piutang. Untuk itu, sejak tahun 2008
denda pelanggaran persaingan usaha yang belum
dibayarkan ke kas negara oleh pelaku usaha sesudah
tanggal jatuh tempo denda dicatat dalam Neraca
Laporan Keuangan KPPU dalam akun Piutang Negara
Bukan Pajak.
Dalam
pencatatan
Piutang
Bukan
Pajak,
KPPU
berpedoman pada peraturan yang berlaku terkait
dengan pencatatan piutang bukan pajak, yaitu UU
Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
(34)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 30 -
Bukan Pajak, PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis
dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak, PP
Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan
Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak, PMK Nomor 128/PMK.06/2007
tentang Pengurusan Piutang Negara, PMK Nomor
69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang
dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara
Umum Negara, Perdirjen Perbendaharaan Nomor
PER-82/PB 2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan
Piutang
Tak
Tertagih
Pada
Kementerian
Negara/Lembaga dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor
PER-85/PB/2011
tentang
Penatausahaan
Piutang
Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja
Kementerian
Negara/Lembaga.
Namun
demikian,
pencatatan Piutang Negara Bukan Pajak pada KPPU
tetap disesuaikan dengan kondisi piutang yang dikelola
KPPU dan koridor yang digariskan dalam UU Nomor 5
Tahun 1999.
Beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait dengan
pengelolaan Piutang Negara Bukan Pajak pada KPPU:
1.
Denda pelanggaran persaingan usaha sebagai
akibat Putusan KPPU, Putusan Keberatan (Putusan
Pengadilan
Negeri),
Putusan
Kasasi
(Putusan
Mahkamah Agung) maupun Putusan Peninjauan
Kembali (PK) yang telah berkekuatan hukum tetap
(
inkracht
) akan dicatat sebagai piutang ke dalam
Buku Piutang. Berdasarkan Buku Piutang inilah
dilakukan pengelolaan Piutang Negara Bukan Pajak
KPPU.
(35)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 31 -
2.
Berdasarkan kesepakatan antara KPPU dengan
Badan Pemeriksa Keuangan dalam pemeriksaan
Laporan Keuangan Tahun 2014, piutang dinyatakan
dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan
keputusan
inkracht
yaitu dengan ketentuan sebagai
berikut:
-
Piutang
dicatat
apabila
tidak
terdapat
keberatan dari pihak terlapor atas Putusan Perkara
KPPU dalam rentang waktu 14 (empat belas) hari
kerja dari diterimanya pemberitahuan petikan
Putusan Perkara KPPU kepada pihak terlapor.
-
Terhadap Putusan Perkara KPPU yang
terdapat proses keberatan dari pelaku usaha
terlapor, maka piutang dicatat pada saat staf
Bagian Litigasi menerima salinan putusan dari
Pengadilan Negeri yang dibuktikan dengan Berita
Acara Serah Terima (BAST).
3.
Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 pasal 44 ayat (1)
dijelaskan bahwa “Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak
pelaku
usaha
menerima
pemberitahuan
putusan Komisi, pelaku usaha wajib melaksanakan
putusan
tersebut
dan
menyampaikan
pelaksanaannya kepada Komisi.” Berdasarkan pasal
tersebut, KPPU menginterpretasikan bahwa pelaku
usaha yang dijatuhi sanksi denda wajib melakukan
pembayaran denda tersebut paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak yang bersangkutan menerima
pemberitahuan putusan Komisi (jatuh tempo) dan
pembayaran tersebut dilakukan secara sekaligus,
bukan mengangsur.
4.
Definisi piutang jangka panjang dan piutang
jangka
pendek
berdasarkan
Perdirjen
(36)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 32 -
-
Piutang Jangka Panjang: piutang yang akan
jatuh tempo atau akan direalisasikan lebih dari 12
(dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
-
Piutang Jangka Pendek: piutang yang akan
jatuh tempo dan akan direalisasikan dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan.
-
Dengan mengacu kepada definisi tersebut,
piutang denda pelanggaran persaingan usaha
KPPU dapat dikategorikan ke dalam piutang jangka
pendek karena jatuh temponya selama 30 (tiga
puluh) hari sejak putusan berkekuatan hukum
tetap. Dalam Neraca, piutang denda tersebut
dicatat dalam akun Piutang Negara Bukan Pajak.
Perbandingan Rincian Piutang Bukan Pajak
Per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian
31 Desember 2015
31 Desember 2014
Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak
51.010.439.624
56.271.958.316
Jumlah
51.010.439.624
56.271.958.316
Mutasi Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2015
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Saldo per 31 Desember 2014
56.271.958.316
Mutasi Tambah:
- Penambahan Putusan Piutang Denda Pelanggaran
Persaingan Usaha
10.564.742.136
Mutasi Kurang:
- Pembayaran Piutang Denda Pelanggaran Persaingan Usaha
15.635.914.532
- Pembayaran Piutang Lainnya a.n. PT BNI Life Insurance
190.346.296
Saldo per 31 Desember 2015
51.010.439.624
Mutasi transaksi penambahan dan pengurangan piutang
bukan pajak sebagai berikut:
1.
Terdapat penambahan Piutang Bukan Pajak
berupa penambahan putusan yang telah
inkracht
periode 1 Januari 2015 s.d. 31 Desember 2015
sebesar Rp10.564.742.136;
(37)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 33 -
2.
Terdapat pengurangan Piutang Bukan Pajak
berupa pembayaran piutang denda di bidang
persaingan usaha dari pelaku usaha periode 1
Januari 2015 s.d. 31 Desember 2015 sebesar
Rp15.635.914.532.
Nilai
tersebut
terdiri
atas
pembayaran
yang
dilakukan
dengan
cara
mengangsur; dan
3.
Terdapat pengurangan Piutang Lainnya berupa
pembayaran piutang atas nama PT BNI Life Insurance
sebesar Rp190.346.296.
Selain itu perlu disampaikan pula bahwa pada Laporan
Keuangan KPPU per 31 Desember 2015 ini terdapat 6
setoran senilai Rp120.000.000 yang belum diperoleh
salinan
SSBP
dari
pelaku
usaha.
Namun
atas
pembayaran
piutang
tersebut
KPPU
telah
membukukannya ke dalam daftar piutang. Dasar
pencatatan pembayaran piutang yang digunakan adalah
berupa Nota Konfirmasi Penerimaan Negara hasil cetakan
dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Jakarta VI.
Adapun rincian setoran tersebut terdiri dari:
No
Tanggal
Nama Debitur
NTPN
Jumlah
1
28-01-2015
PT Karya Bukit Nusantara
0801060612030302
5.000.000
2
29-06-2015
PT Bunda Global Pertama
0404121309030709
10.000.000
3
13-10-2015
PT Kerinci Jaya Utama
0108061213070103
15.000.000
4
16-10-2015
PT Kerinci Jaya Utama
0307020903091110
30.000.000
5
11-11-2015
PT Credo Indoelektra
0901080701030404
10.000.000
6
27-11-2015
PT Guna Era Distribusi
0712121003071405
50.000.000
120.000.000
Jumlah
Bagian Lancar
Tagihan TP/ TGR
Rp461.559.282
C.4
Bagian
Lancar
Tagihan
Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
Selain berasal dari denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha, potensi penerimaan KPPU juga berasal
dari:
(38)
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2015
Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Neraca
- 34 -
para pegawai yang mengundurkan diri dari KPPU
selama
masa
ikatan
dinas
pegawai
yang
bersangkutan belum berakhir. Para pegawai tersebut
wajib membayar ke kas negara sesuai dengan
perjanjian kerja yang telah disepakati sebelumnya
dengan KPPU; dan
2.
TGR berdasarkan hasil temuan pemeriksaan oleh
BPK atas Laporan Keuangan KPPU Tahun 2013, yaitu
terdapat penetapan jumlah Staf Pengelola Anggaran
yang melebihi Standar Biaya Tahun Anggaran 2013
serta kelebihan pembayaran honorarium kegiatan
Tim
Penyelarasan
Program/Kegiatan
KPPU.
Berdasarkan
temuan-temuan
tersebut,
BPK
merekomendasikan
kepada
Ketua
KPPU
agar
memerintahkan Sekretaris Jenderal KPPU untuk
menginstruksikan
kepada
petugas
pengelola
keuangan
Tahun
2013
agar
mengembalikan
honorarium sebesar Rp208.560.000 ke kas Negara
dan Tim Penyelarasan Program/Kegiatan KPPU
Tahun
2013
agar
mengembalikan
kelebihan
honorarium sebesar Rp12.800.000 ke kas Negara.
Rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti, sehingga
sesuai
dengan
SKTJM
yang
telah
disepakati
sebelumnya
dengan
KPPU,
petugas
pengelola
keuangan Tahun 2013 dan Tim Penyelarasan
Program/Kegiatan KPPU menyetorkan pengembalian
honorarium ke kas Negara.
3.
TGR berdasarkan hasil temuan pemeriksaan oleh
BPK atas Laporan Keuangan KPPU Tahun 2014 yaitu
pembayaran honorarium tim yang tugasnya sesuai
dengan tupoksi,
kelebihan pembayaran honorarium
tim,
kelebihan pembayaran ekses klaim asuransi
(1)
24
No Uraian Sudah Ditetapkan
Status Pengunaan (Rp)
Dalam Proses Ditetapkan Status Penggunaan (Rp)
3 Gedung dan Bangunan - -
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan - -
5 Aset Tetap Lainnya - 80.100.706
Total - 2.700.983.351
Pengelolaan BMN yang sedang dalam proses penetapan status penggunaan sebesar Rp2.700.983.351,00,-, merupakan perolehan pada tahun anggaran 2015.
B. Pengelolaan BMN pada Laporan Barang Pengguna Pada Periode Tahun Anggaran 2015 atau sampai dengan tanggal 31 Desember 2015:
1) KPPU telah melakukan rekonsiliasi data BMN untuk Semester II dan Tahun Anggaran 2015 dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta V dengan hasil rekonsiliasi yang tertuang dalam Berita Acara Rekonsiliasi BMN Nomor: BAR-312-SMT2/WKN.07/KNL.05.2 /2016 (BAR terlampir);
2) Selama Tahun Anggaran 2015 KPPU memiliki Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari hasil Penghapusan berupa Penjualan Barang Milik Negara (BMN) dengan mekanisme Pelelangan Non Eksekusi. Tindak lanjut penghapusan atas Surat Persetujuan Penjualan BMN yang dikeluarkan pada tahun anggaran 2014 oleh KPKNL Jakarta III S-09/MK.06/WKN.07/KNL.03/2015 dan ditindaklanjuti Pelelangan Non Ekseskusinya pada Tahun Anggaran 2015. PNBP yang didapat dari proses tersebut sebesar Rp 5.700.000.00. (dokumen terlampir);
3) Penghapusan Barang Milik Negara Selama Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut :
a) KPPU telah melaksanakan Proses Penghapusan Kendaraan Dinas Roda 2 (dua) dengan nilai perolehan sebesar Rp45.900.000,- nilai tersebut terdiri dari 6 (enam) unit kendaraan Dinas Roda 2 (dua). Pelaksanaan Penghapusan Kendaraan Dinas Roda 2 (dua) tersebut dalam rangka optimalisasi Penggunaan Barang Milik Negara mengingat kondisi barang Rusak Berat sehingga membebani biaya pemiliharaan maka secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabilah dijual (dipindahtangankan), hal tersebut berdasarkan ketentuan pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Penggelolaan Barang Milik Negara, untuk mendapatkan nilai wajar atas aset tersebut KPPU bekerjasama dengan Dinas Perhubungan dan Tranportasi Unit Pengeloaan Pengujian Kendaraan Bermotor DKI Jakarta telah melakukan pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan terlampir (Surat Keterangan Pemeriksaan/Penilaian Teknis Kendaraan Nomor :09/-1.811.311), menindaklanjuti hasil pemeriksaan tersebut KPPU mengirimkan Surat Permohonan Persetujuan Pemindahtangan BMN Nomor 197.1/SJ/IX/2015 tanggal 30 September 2015 kepada Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta V, pada tanggal 23 Oktober 2015 melaui surat Nomor S-2318/WKN.07/KNL.05/2015 disebutkan bahwa terdapat kekurangan dokumen pendukung berupa Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN dalam surat
(2)
25
permohonan yang diajukan oleh KPPU, menindaklanjuti hal tersebut KPPU melengkapi dokumen permohonan dengan Surat tertanggal 4 November 2015 Nomor 216/SJ/XI/2015, pada tanggal 09 November 2015 melalui surat Nomor S-2451/WKN.07/KNL.05/2015 disebutkan bahwa Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, Penggelola Barang melakukan penelitian atas permohonan penjualan BMN dengan tahapan apabila diperlukan, malakukan penilaian fisik untuk mencocokan data administratif yang ada termasuk melakukan penilaian berdasarkan hal tersebut KPKNL Jakarta V memandang perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu oleh Tim Penilai KPKNL Jakarta V (dokumen terlampir);
b) Bahwa berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 Tentang pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Penggelola Barang Kepada Pengguna Barang serta Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 111.1/SJ/KEP/VIII/2015 Tentang Penetapan Standar Oprasi Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah). Bahwa berdasarkan pada ketentuan tersebut KPPU telah melaksanakan proses penghapusan dengan Mekanisme Pemindahtanganan atas barang-barang inventaris kantor dengan nilai total perolehan sebesar Rp621.504.185.00,- yang diawali dengan Surat Permohonan Nomor 289/B3/XII/2015 tanggal 14 Desember 2015 perihal Permohonan Persetujuan Penghapusan BMN. Menindaklanjuti hal tersebut Sekretaris Jenderal KPPU telah mengeluarkan Surat Persetujuan Nomor 241/SJ/XII/2015 perihal Persetujuan Penghapusan BMN dengan Tindak Lanjut Pemindahtanganan, bahwa berdasarkan surat persetujuan tersebut KPPU mengirimkan Surat Permohonan Lelang Nomor 243/SJ/XII/2015 tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala Kantor KPKNL Jakarta V, bahwa berdasarkan Surat Kepala Kantor KPKNL Jakarta V Nomor S-2760/WKN.07/KNL.05/2015 tanggal 29 Desember 2015 Pelaksanaan Lelang dijadwalkan tanggal 8 Januari 2016 (dokumen terlampir);
c) Bahwa berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 Tentang pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Penggelola Barang Kepada Pengguna Barang serta Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 111.1/SJ/KEP/VIII/2015 Tentang Penetapan Standar Operasi Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) KPPU telah melaksanakan pemusnahan atas barang persediaan dengan nilai perolehan sebesar Rp11.507.398.00,- yang terdiri dari 7 (tujuh) buah tonner printer yang kondisinya sudah Usang/Kadaluarsa dan tidak dapat digunakan dalam rangka menunjang tugas dan fungsi oprasional KPPU, berasarkan ketentuan tersebut penghapusan dengan mekanisme pemusnahan diawali dengan Surat Permohonan Nomor 195/B3/IX/2015 tanggal 16 September 2015, berdasarkan surat permohonan tersebut Sekretaris Jenderal KPPU mengeluarkan Surat Nomor 188/SJ/IX/2015 perihal Persetujuan Penghapusan Dengan Mekanisme Pemusnahan,
(3)
26
berdasarkan surat persetujuan tersebut dikeluarkan Keputusan Sekretaris Jenderal KPPU Nomor 114/SJ/KEP/IX/2015 Tentang Pelaksanaan Penghapusan Barang Persediaan dimana Penghapusan Barang Persedian dilaksanakan dengan mekanisme dimusnahkan pelaksanaan pemusnahan dituangkan dalam Berita Acara Nomor 03/BAHP/F-BP/XII/2015 (dokumen terlampir);
d) Berdasarkan rekomendasi Satuan Pengawas Internal (SPI) yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Nomor : 01/SPI/BAP/VI/2015 telah dilakukan Kapitalisasi berupa Pengembangan Aset atas Pekerjaan Pemeliharaan Alat Perkantoran pada Kantor Perwakilan Daerah Batam berupa pembelian Main Board yang menambah nilai aset. Nilai pemeliharaan BMN yang dikapitalisasi tersebut sebesar Rp450.000.00. (dokumen terlampir);
C. Tindak Lanjut atas Temuan BPK pada Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut:
1) Tindak lanjut atas Temuan BPK berupa Aset Tetap Renovasi atas Gedung Milik Sekretariat Negara RI. KPPU telah melakukan proses Serah Terima Aset Renovasi Gedung dan Bangunan milik Kementerian Sekretariat Negara dengan mekanisme Transfer Keluar pada Aset Tetap berupa 3 paket pekerjaan renovasi gedung senilai Rp66.038.097,00 yang dikapitalisasi ke dalam neraca SIMAK-BMN Kementerian Sekretariat Negara berdasarkan Surat Berita Acara Serah Terima (BAST) Aset Tetap Dalam Renovasi Nomor : 110/KPPU/SJ/B3/V/2014 tanggal 12 Mei. (BAST terlampir);
2) Tindak Lanjut atas Temuan BPK berupa barang inventaris kantor milik JICA.
KPPU telah berkorespondensi dengan Tim Penilaian Aset KPKNL Jakarta III dan berdasarkan Berita Acara Inventaris Barang Milik Negara Nomor : BA-02/WKN.07/KNL.03/2015 KPPU memasukan barang berlebih tersebut sebagai aset. Dengan penambahan nilai pada saldo awal atas barang berlebih yang terdapat di KPPU sebesar Rp8.645.000,00. Nilai tersebut dikelompokan kedalam Intrakomptabel sebesar Rp7.830.000,00, dan Ekstrakomptabel sebesar Rp815.000,00.
3) Tindak lanjut atas rekomendasi BPK berupa Nilai Neraca pada Aset Tak Berwujud Hasil Kajian/Penelitian belum dapat diyakini kewajarannya.
a) Bahwa berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 Tentang pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Penggelola Barang Kepada Pengguna Barang serta Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 111.1/SJ/KEP/VIII/2015 Tentang Penetapan Standar Operasi Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) KPPU telah melakukan penghapusan atas Barang Milik Negara berupa Hasil/Kajian Penelitian dengan nilai perolehan keseluruhan sebesar Rp1.668.743.830.00,- (dokumen terlampir);
b) KPPU telah melaksanakan proses penghapusan berupa Hasil/Kajian Penelitian dengan nilai perolehan keseluruhan sebesar Rp4.649.250.574.00,- nilai keseluruhan tersebut per unit/per barangnya diatas 100.000.000 (seratus) Juta. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Penggelolaan Barang Milik Negara Penghapusan dengan nilai perolehan per unit/perbarang diatas 100.000.000
(4)
27
(seratus) juta, dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari penggelola barang, adapun dalam hal ini KPPU telah mengirimkan Surat Permohonan Persetujuan Penghapusan Nomor 244/SJ/XII/2015 tanggal 18 Desember 2015 ke Direktorat Penggelolaan Kekayaan Negara dan Sisitem Informasi (PKN-SI) (dokumen terlampir).
3. Informasi Terkait BMN yang telah dan akan diusulkan Penghapusannya kepada Pengelola Barang
a) KPPU telah melakukan penghapusan barang inventaris kantor dengan nilai perolehan sebesar Rp621.504.185.00,-, bahwa berdasarkan Surat Kepala Kantor KPKNL Jakarta V Nomor S-2760/WKN.07/KNL.05/2015 tanggal 29 Desember 2015 Pelaksanaan Lelang dijadwalkan tanggal 8 Januari 2016.
b) KPPU telah melakukan proses usulan penghapusan berupa Hasil/Kajian Penelitian ke Direktorat Penggelolaan Kekayaan Negara dan Sisitem Informasi (PKN-SI) dengan nilai perolehan keseluruhan sebesar Rp4.649.250.574.00,-.
4. Permasalahan Pelaksanaan Penatausahaan BMN
Permasalahan–permasalahan yang perlu disampaikan terkait dengan pelaksanaan Penatausahaan dan pengelolaan BMN, antara lain :
Dikarenakan pada Periode berjalan KPPU sedang dalam proses pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) terkait dengan pelimpahan kewenangan penghapusan Barang Milik Negara sampai dengan 100 (seratus) Juta berdasarkan ketentuan PMK 4/PMK.06/2015 menyebabkan proses penghapusan di KPPU mengalami keterlambatan karena diperlukannya peraturan internal sebagai landasan penatausahaan mulai dari proses perencanaan sampai dengan penghapusan BMN.
a) Penggunaan Aplikasi berbasis Akrual (versi 15) pada periode berjalan yang mengakibatkan terkendalanya proses rekonsiliasi (karena data yang berubah-ubah yang disebabkan penggunaan aplikasi)
b) Kurangnya kesadaran dalam hal pemeliharaan BMN.
c) Terlalu seringnya perpindahan BMN karena sarana pendukung yang tidak lengkap di setiap ruangan.
d) Sering terjadi kesalahan pada klasifikasi belanja antara belanja modal dengan belanja barang atau sebaliknya.
5. Langkah-Langkah Strategis Sebagai Alternatif Penyelesaian Masalah
Dalam rangka penyelesaian masalah terkait pelaksanaan Penatausahaan BMN pada Komisi Pengawas Persaingan Usaha, langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan antara lain:
a) KPPU akan Melakukan Koordinasi lebih intensif dengan Penggelola Barang (DJKN/KPKNL) dalam proses penatausahaan BMN serta pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) terkait dengan pelimpahan kewenangan penghapusan Barang Milik Negara sampai dengan 100 (seratus) Juta berdasarkan ketentuan PMK 4/PMK.06/2015. b) Peningkatan kesadaran pegawai untuk memelihara dan merawat Barang Milik Negara
dengan melakukan pendekatan melalui sosialisasi peraturan-peraturan terkait Barang Milik Negara.
(5)
c) Menginventarisasi BMN yang kurang lengkap dalam satu ruangan, lalu mengalokasikan
anggaran untuk belanja modal, agar tidak perlu lagi memindahkan BMN dari satu ruangan ke ruangan lain.d) Memaksimalkan penggunaan Sistem Manajeman Aset (SIMAS) sebagai aplikasi pendukung dari SIMAK BMN dalam penatausahaan BMN yang mana terdapat beberapa menu yang tidak lengkap pada aplikasi SIMAK BMN tetapi dilengkapi dengan fasilitas yang ada di SIMAS, seperti pemeriksaan fisik, Berita Acara Serah Terima, cetak label, penggolongan barang berdasarkan nama pegawai dan lokasi.
Komisi Pengawas PersaingarrUsaha
QaA^\X
Muhammad Syarkawi Rauf
(6)