LK KPPU TA 2016 Audited

BAGIAN ANGGARAN
108.01.422810

LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016
TAHUN ANGGARAN 2016

Jl. Ir. H. Juanda No. 36, Jakarta Pusat 10120

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar

i
ii


Daftar Isi
Pernyataan Tanggung Jawab

iii

Ringkasan

1

I. Laporan Realisasi Anggaran

3
4

II. Neraca

5

III. Laporan Operasional


6

IV. Laporan Perubahan Ekuitas
V. Catatan atas Laporan Keuangan

7
7

A. Penjelasan Umum
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran

24

C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca

32

D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional


53

E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas

58

F. Pengungkapan Penting Lainnya

62
65

VI. Lampiran dan Daftar

Daftar Isi

ii

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited


RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk periode yang
berakhir tanggal 31 Desember 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan
Peraturan

Pemerintah

Nomor

71

Tahun

2010

tentang

Standar


Akuntansi

Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang
sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara

anggaran

dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja
selama periode 1 Januari 2016 sampai dengan 31 Desember 2016.
Realisasi Pendapatan Negara pada TA 2016 adalah berupa Pendapatan Negara
Bukan Pajak sebesar Rp23.695.044.558 atau mencapai 22.566,71 persen dari
estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp105.000.000.
Realisasi Belanja Negara (neto) pada TA 2016 adalah sebesar Rp114.473.856.483
atau mencapai 82,09 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp139.452.216.000.

2. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan

ekuitas pada 31 Desember 2016.
Nilai Aset pada TA 2016 dicatat dan disajikan sebesar Rp54.711.035.576 yang
terdiri

dari

Aset

Lancar

sebesar

Rp44.432.897.838;

Aset

Tetap

sebesar


Rp10.119.298.396; Piutang Jangka Panjang (neto) sebesar Rp0; dan Aset Lainnya
(neto) sebesar Rp158.839.342.
Nilai

Kewajiban

dan

Ekuitas

pada

TA

2016

masing-masing

berbagai


unsur

pendapatan-LO,

sebesar

Rp4.835.495.177 dan Rp49.875.540.399.

3. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan

Operasional

surplus/defisit dari

menyajikan
operasi,

surplus/defisit dari


kegiatan

surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan

non

beban,

operasional,

surplus/defisit-LO,

yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pendapatan-LO untuk periode sampai
dengan 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp155.058.701.172, sedangkan jumlah
beban adalah sebesar Rp210.598.801.335 sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan
Operasional senilai Rp55.540.100.163. Surplus Kegiatan Non Operasional dan
Ringkasan

-1-


Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

Defisit Pos-Pos Luar Biasa masing-masing sebesar Rp1.235.750.067 dan Rp0
sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar Rp54.304.350.096.

4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada
tanggal 1 Januari 2016 adalah sebesar Rp9.447.987.792, dikurangi Defisit-LO
sebesar Rp54.304.350.096, kemudian ditambah dengan koreksi-koreksi sebesar
Rp527.408.178

dan

ditambah

transaksi


antar

entitas

senilai

total

Rp94.204.494.525, sehingga Ekuitas Komisi Pengawas Persaingan Usaha pada
tanggal 31 Desember 2016 adalah senilai Rp49.875.540.399.

5. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan

oleh

Standar

Akuntansi

Pemerintahan

serta

pengungkapan-

pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai
dengan tanggal 31 Desember 2016 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas.
Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk
TA 2016 disusun dan disajikan dengan menggunakan basis akrual.

Ringkasan

-2-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN (NET T O)
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015
(Dalam Rupiah)

URAIAN

CATATAN

PENDAPATAN
Penerimaan Negara Bukan Pajak
JUMLAH PENDAPATAN

B.1

BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
JUMLAH BELANJA

TA 2016
ANGGARAN

REALISASI

105,000,000
105,000,000

23,695,044,558
23,695,044,558

29,040,424,000
105,486,756,000
4,925,036,000
139,452,216,000

28,999,490,105
80,579,431,160
4,894,935,218
114,473,856,483

% thd Angg

TA 2015
REALISASI

22,566.71
22,566.71

16,277,700,519
16,277,700,519

99.86
76.39
99.39
82.09

21,563,599,302
65,257,685,511
3,522,074,350
90,343,359,163

B.2.
B.3
B.4
B.5

Laporan Realisasi Anggaran

An evaluation version of novaPDF was used to create this PDF file.
Purchase a license to generate PDF files without this notice.

-3-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

II. NERACA
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
NERACA
PER 31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015
(Dalam Rupiah)
URAIAN
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas Lainnya dan Setara Kas
Piutang Bukan Pajak

CATATAN

C.1
C.2

Bagian Lancar Tagihan Tunt ut an Perbendaharaan/ Tunt utan Ganti
Rugi
Penyisihan Piut ang Tidak Tert agih - Piut ang Lancar
Persediaan
Jumlah Aset Lancar

C.3
C.4
C.5

31 DESEM BER 2016

31 DESEM BER 2015

184,430,476
188,373,759,460
561,454,068
(144,943,344,234)
256,598,068
44,432,897,838

3,966,855
157,722,938
51,010,439,624
461,559,282
(51,296,605,761)
401,487,315
738,570,253

PIUTANG JANGKA PANJANG

Piutang Tagihan Tuntut an Perbendaharaan/ Tuntut an Gant i Rugi

C.6

3,172,738

Penyisihan Piut ang Tidak Tert agih - Piut ang Jangka Panjang

C.7

(3,172,738)

Jumlah Piutang Jangka Panjang

-

ASET TETAP
Peralat an dan M esin
Aset Tet ap Lainnya

Akumulasi Penyusut an Aset Tet ap
Jumlah Aset Tetap
ASET LAINNYA
Aset Tak Berwujud
Dana Penjaminan Pihak Ket iga Retensi
Aset Lain-lain
Akumulasi Penyusut an/ Amort isasi Aset Lainnya
Jumlah Aset Lainnya
JUM LAH ASET

C.8
C.9
C.10

27,079,597,877
2,145,021,102
(19,105,320,583)
10,119,298,396

C.11

658,349,163
80,543,134
(580,052,955)
158,839,342
54,711,035,576

C.12
C.13

KEW AJIBAN
KEW AJIBAN JANGKA PENDEK
Utang kepada Pihak Ketiga
Pendapatan Dit erima Dimuka
Uang M uka dari KPPN
Jumlah Kew ajiban Jangka Pendek

C.14
C.15
C.16

JUM LAH KEW AJIBAN
EKUITAS
Ekuit as
JUM LAH EKUITAS
JUM LAH KEW AJIBAN DAN EKUITAS

C.17

Neraca

15,544,255
(6,487,032)
9,057,223

26,499,523,861
2,474,517,748
(20,752,292,885)
8,221,748,724

658,349,163
73,750,000
732,099,163
9,701,475,363

88,195,701
4,562,869,000
184,430,476
4,835,495,177

249,520,716
3,966,855
253,487,571

4,835,495,177

253,487,571

49,875,540,399
49,875,540,399
54,711,035,576

9,447,987,792
9,447,987,792
9,701,475,363

-4-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

III. LAPORAN OPERASIONAL
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015
(Dalam Rupiah)
URAIAN

CATATAN

2016

2015

KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN

Pendapatan Negara Bukan Pajak

D.1

JUM LAH PENDAPATAN

155.058.701.172

10.675.331.575

155.058.701.172

10.675.331.575

28.999.490.105

21.563.599.302

BEBAN

Beban Pegawai

D.2

Beban Persediaan

D.3

2.001.368.147

1.899.362.916

Beban Barang dan Jasa

D.4

36.334.992.560

32.839.006.596

Beban Pemeliharaan

D.5

2.746.100.516

2.890.837.789

Beban Perjalanan Dinas

D.6

43.123.770.614

30.660.330.160

Beban Barang untuk Diserahkan kepada M asyarakat

D.7

544.749.725

319.830.584

-

2.172.500

Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan dan Amortisasi

D.8

3.204.905.489

3.264.913.051

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih

D.9

93.643.424.179

7.207.469.136

JUM LAH BEBAN

210.598.801.335

100.647.522.034

SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL

(55.540.100.163)

(89.972.190.459)

SURPLUS/ (DEFISIT) PELEPASAN ASET NON LANCAR

792.834.000

(6.336.326.299)

Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar

792.834.000

5.700.000

-

6.342.026.299

SURPLUS/ (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA

442.916.067

261.685.183

Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya

471.371.429

261.685.183

KEGIATAN NON OPERASIONAL

Beban Pelepasan Aset Non Lancar

Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya

28.455.362

SURPLUS/ (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

1.235.750.067

(6.074.641.116)

(54.304.350.096)

(96.046.831.575)

Pendapatan Luar Biasa

-

-

Beban Luar Biasa

-

-

SURPLUS/ (DEFISIT) DARI POS LUAR BIASA

-

-

(54.304.350.096)

(96.046.831.575)

SURPLUS/ (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA

D.10

POS LUAR BIASA

SURPLUS/ (DEFISIT) - LO

Laporan Operasional

-5-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2016 DAN 31 DESEMBER 2015
(Dalam Rupiah)
URAIAN

CATATAN

2016

2015

EKUITAS AW AL

E.1

9,447,987,792

28,015,837,848

SURPLUS/ DEFISIT - LO

E.2

(54,304,350,096)

(96,046,831,575)

DAM PAK KUM ULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN

E.3

-

-

AKUNTANSI/ KESALAHAN M ENDASAR
KOREKSI YANG M ENAM BAH/ M ENGURANGI
EKUITAS

Penyesuaian Nilai Aset

E.4

E.4.1

527,408,178

11,379,088

-

10,596,087

Koreksi Nilai Persediaan

-

-

Koreksi Atas Nilai Aset Tetap

-

-

Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi

E.4.2

335,741,478

783,001

Koreksi Lain-Lain

E.4.3

191,666,700

-

TRANSAKSI ANTAR ENTITAS

E.5

94,204,494,525

77,467,602,431

E.5.1

114,473,856,483

90,343,359,163

Diterima dari Entitas Lain

E.5.2

(23,695,044,558)

(16,277,700,519)

Transfer Keluar

E.5.3

(625,317,400)

(66,038,907)

Transfer M asuk

E.5.4

-

-

Pengesahan Hibah Langsung

E.5.5

4,051,000,000

3,467,982,694

Pengembalian Hibah Langsung

E.5.5

Ditagihkan ke Entitas Lain

KENAIKAN/ PENURUNAN EKUITAS
EKUITAS AKHIR

E.6

Laporan Perubahan Ekuitas

40,427,552,607

(18,567,850,056)

49,875,540,399

9,447,987,792

-6-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A.

PENJELASAN UMUM

A.1 Profil dan Kebijakan Teknis Komisi Pengawas Persaingan
Usaha
Dasar

Komisi Pengawas Persaingan Usaha didirikan sebagai salah satu

Hukum

upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui

Entitas dan
Rencana
Strategis

pengawasan kegiatan persaingan usaha yang sehat. Organisasi dan
tata

kerja

Komisi Pengawas

Persaingan

Usaha

diatur

dengan

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 80 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Keputusan
Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan
Usaha. Struktur organisasi dan tugas pokok Komisi Pengawas
Persaingan

Usaha

diatur

dalam

Peraturan

Komisi

Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 05 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor

01 Tahun

2014

Pengawas

tentang

Organisasi

dan

Tata

Kerja

Komisi

Persaingan. Entitas berkedudukan di Gedung KPPU, Jalan Ir.H.
Juanda Nomor 36, Jakarta Pusat.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha mempunyai tugas dan fungsi
untuk melakukan pengawasan dan penegakan hukum persaingan
usaha sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Melalui peran tersebut diharapkan dapat tercipta iklim
persaingan usaha yang sehat yang akan melahirkan efisiensi dan
mendorong

timbulnya

inovasi

yang

akan

berujung

pada

kesejahteraan rakyat.
Untuk mewujudkan tujuan di atas, Komisi Pengawas Persaingan
Usaha berkomitmen dengan visi “t er wujudnya iklim persai ngan

usaha yang sehat dalam mendor ong ekonomi nasional yang
efisien dan berkeadilan unt uk meningk atk an kesejaht eraan
r akyat ”.
Untuk

mewujudkannya

dilakukan

beberapa

langkah-langkah

strategis sebagai berikut:



Menegakkan hukum persaingan usaha

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

-7-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016



Melakukan pengawasan sektoral



Melakukan harmonisasi kebijakan



Melakukan pengawasan kemitraan



Melakukan penguatan kelembagaan



Meningkatkan pemahaman pelaku usaha terhadap nilai-nilai

Audited

persaingan usaha yang sehat



Menginternalisasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat melalui
kebijakan dan regulasi (competition checklist)



Menginternalisasi nilai-nilai persaingan usaha yang sehat melalui
pendidikan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terdiri atas:
1.

Komisioner
Komisioner memiliki fungsi penanggung jawab yang memimpin
dan

mengkoordinasikan

pelaksanaan

fungsi,

tugas

dan

wewenang KPPU.
2.

Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal

merupakan

penanggung

jawab

dalam

penyelenggaraan dukungan manajemen dan administratif di
KPPU.
3.

Deputi Bidang Pencegahan
Deputi Bidang Pencegahan merupakan penyelenggara teknis di
bidang pencegahan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat.

4.

Deputi Bidang Penegakan Hukum
Deputi Bidang Penegakan Hukum adalah unsur penyelenggara
teknis di bidang penegakan hukum persaingan usaha.

5.

Satuan Pengawas Internal
Satuan Pengawas Internal adalah unsur pengawas dalam lingkup
KPPU yang kedudukannya berada di bawah Komisioner.

6.

Kantor Perwakilan Daerah
Kantor Perwakilan Daerah merupakan unit kerja yang membantu
pelaksanaan tugas pokok dan wewenang Komisioner atas suatu
wilayah kerja tertentu.

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

-8-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

7.

Audited

Kelompok Kerja
Kelompok Kerja adalah unsur pendukung Komisioner yang
terdiri daru individu-individu yang berpengalaman dan ahli
(profesional)

sesuai bidang masing-masing yang diperlukan

dalam menangani perkara tertentu.
8.

Kelompok Staf Ahli
Kelompok Staf Ahli adalah unsur pendukung Komisioner yang
terdiri dari individu-individu yang ahli dan berpengalaman di
bidang hukum, bidang ekonomi dan atau bidang lainnya yang
ditunjuk

untuk

memberikan

hukum,

ekonomi

atau

masukan

bidang

dan

lainnya

pertimbangan

terkait

dengan

pelaksanaan fungsi dan tugas KPPU.
9.

Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan
fungsional tertentu yang terbagi dalam beberapa kelompok
sesuai dengan bidang keahliannya.

Implementasi

A.2 Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

Akuntansi

Mulai Tahun

Pemerintahan
Berbasis
Akrual

2015

Komisi Pengawas

Persaingan

U saha

telah

mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan
laporan keuangannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pendekatan

A.3 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan

Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2016

Laporan
Keuangan

ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan
yang dikelola oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Laporan
Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan

dan

pengikhtisaran

sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pada Kementerian Negara/Lembaga.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)
dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan
Entitas

yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

-9-

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sedangkan
SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap,
persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan Laporan
Operasional serta laporan barang milik negara

serta laporan

manajerial lainnya.

Basis

A.4 Basis Akuntansi

Akuntansi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha menerapkan basis akrual dalam
penyusunan

dan

penyajian

Neraca,

Laporan

Operasional,

dan

Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan
penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis
kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruh transaksi
atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dasar

A.5 Dasar Pengukuran

Pengukuran

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui
dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar
pengukuran yang diterapkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan
menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi
atau

sebesar

nilai wajar dari imbalan

yang diberikan

untuk

memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar
sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi
kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang
rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi
terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 10 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Kebijakan

A.6 Kebijakan Akuntansi

Akuntansi

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan per 31 Desember

Audited

2016 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Kebijakan

akuntansi

merupakan

prinsip-prinsip,

dasar-dasar,

konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang
dipilih

oleh

suatu

entitas

pelaporan

dalam

penyusunan

dan

penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan
dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang
ditetapkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Di samping itu,
dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan
keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam
penyusunan Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
adalah sebagai berikut:

Pendapatan
-LRA

(1) Pendapatan-LRA
 Pendapatan-LRA diakui pada saat :
-

Pendapatan kas

diterima

pada

Rekening Kas

Umum

Negara/Daerah (RKUN/RKUD).
-

Pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan
yang

hingga

tanggal

pelaporan

belum

disetorkan

ke

RKUN/RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan
tersebut merupakan bagian dari BUN/BUD.
-

Pendapatan kas yang diterima satker/SKPD dan digunakan
langsung tanpa disetor ke RKUN/RKUD, dengan syarat
entitas penerimatelah melaporkan/mengesahkan kepada
BUN/BUD

,

dan

BUN/BUD

mengakuinya

sebagai

pendapatan.
-

Pendapatan Nonperpajakan-LRA diukur sebesar nominal
uang yang masuk ke kas negara/daerah sebagaimana
dokumen sumber bukti setornya. Akuntansi Pendapatan
Nonperpajakan-LRA dilaksanakan dengan menggunakan
asas

bruto,

brutonya

yaitu

tanpa

pendapatan

dicatat sebesar

dikurangi/dikompensasikan

nilai

dengan

belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut.
Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 11 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).

 Pendapatan-LRA

disajikan

menurut

klasifikasi

sumber

pendapatan.

Pendapatan
- LO

(2) Pendapatan-LO
 Pendapatan-LO diakui pada saat

timbulnya

hak

atas

pendapatan dan/atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya
aliran masuk sumber daya ekonomi.

 Berdasarkan Buletin Teknis Nomor 23 tentang Akuntansi
Pendapatan

Non

Perpajakan, pendapatan non

perpajakan

lainnya antara lain dapat berasal dari keuntungan penjualan,
denda

akibat

perjanjian/peraturan,

penerimaan

kembali

belanja tahun sebelumnya, putusan pengadilan/pelanggaran
hukum.

 Pendapatan yang berasal dari keuntungan penjualan aset
diakui pada saat kas diterima oleh entitas.

 Pendapatan yang berasal dari denda akibat perjanjian atau
peraturan diakui pada saat menjadi hak entitas.

 Pendapatan yang berasal dari pengembalian kembali belanja
tahun sebelumnya diakui pada saat kas diterima oleh entitas.

 Pendapatan yang berasal dari putusan pengadilan/pelanggaran
hukum dinilai sebesar penetapan putusan.

 Secara

khusus

pengakuan

pendapatan-LO

pada

Komisi

Pengawas Persaingan Usaha adalah sebagai berikut:

­

Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha diakui saat putusan telah berkekuatan hukum
tetap.

­

Pendapatan Denda Ikatan Dinas diakui setelah pegawai
yang bersangkutan menandatangani Surat Pernyataan
Kesanggupan Membayar Denda Ikatan Dinas.

­

Pendapatan

atas

Perbendaharaan/Tuntutan

pelunasan
Ganti

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

Rugi

Tuntutan
diakui

setelah

- 12 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

ditandatanganinya Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak oleh pegawai yang bersangkutan atau pada saat
diterbitkan Surat Keputusan Pembebanan.

­

Pendapatan Lain-lain diakui pada saat dikeluarkannya
surat

keputusan

denda

atau

dokumen

lain

yang

dipersamakan.

 Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).

 Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.

Belanja

(3) Belanja
 Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN.
 Khusus

pengeluaran

melalui

bendahara

pengeluaran,

pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran

tersebut

disahkan

oleh

Kantor

Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

 Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja
dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi
akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beban

(4) Beban
 Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa.

 Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja
dan

selanjutnya

klasifikasi

berdasarkan

organisasi

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset

(5) Aset
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset
Lainnya.

Aset Lancar

a. Aset Lancar

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 13 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016



Audited

Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal.
Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan
menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.



Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:

­

Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/
Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung
dengan

Surat

Keterangan

Tanggung

Jawab

Mutlak

dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.

­

Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat
peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung
dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan
kewajiban

secara

jelas serta

jumlahnya

bisa

diukur

dengan andal.



Pengukuran Piutang sesuai dengan Buletin Teknis Akuntansi
Piutang, dilakukan sebagai berikut:
-

Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh
tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam
12

(dua

belas)

bulan

ke

depan

berdasarkan

surat

ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;
-

Disajikan sebagai piutang jangka panjang terhadap nilai
yang akan dilunasi di atas 12 (dua belas) bulan berikutnya.



Piutang

bukan

pajak

merupakan

hak

atau

pengakuan

pemerintah atas uang atau jasa terhadap pelayanan yang
telah diberikan namun belum diselesaikan pembayarannya.
Termasuk dalam Piutang Bukan Pajak di KPPU antara lain
Piutang Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha.



Sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepada KPPU
melalui Undang-Undang Nomor

5

Tahun

1999

tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat

Pasal

47,

disebutkan

bahwa

Komisi

berwenang

menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap
pelaku usaha yang melanggar UU Nomor 5 Tahun 1999.
Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dapat berupa
perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan atau

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 14 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

membatalkan perilaku yang telah terbukti melanggar hukum
persaingan usaha, penetapan ganti rugi dan dapat juga
berupa

denda

serendah-rendahnya

Rp1.000.000.000 dan

setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 yang harus disetorkan
ke kas negara. Denda pelanggaran persaingan usaha yang
belum dibayarkan ke kas negara oleh pelaku usaha Terlapor
sesudah tanggal jatuh tempo denda dicatat dalam Neraca
Laporan Keuangan KPPU dalam akun Piutang Bukan Pajak.

 Juknis Kebijakan Akuntansi masih dalam proses penyusunan
sehingga

pada

menggunakan

Tahun
Memo

516/SJ/M/XII/2015
Penyampaian

2016

kebijakan

Sekretaris

tanggal

Penyesuaian

18

akuntansi

Jenderal

Desember

Kebijakan

Nomor

2015

tentang

Akuntansi

Piutang

Denda Pelanggaran Persaingan Usaha dan Buletin Teknis
Nomor 23 tentang Akuntansi Pendapatan Nonperpajakan.
Beberapa

hal

yang

perlu

dijelaskan

berkenaan

dengan

pengelolaan Piutang Bukan Pajak KPPU sebagai berikut:
-

Denda

pelanggaran persaingan

usaha

sebagai akibat

Putusan KPPU, Putusan Keberatan (Putusan Pengadilan
Negeri), Putusan Kasasi (Putusan

Mahkamah

Agung)

maupun Putusan Peninjauan Kembali (PK) yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht) akan dicatat sebagai
piutang ke dalam Buku Piutang. Berdasarkan Buku
Piutang inilah dilakukan pengelolaan Piutang Negara
Bukan Pajak KPPU.

-

Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang
timbul berdasarkan keputusan inkracht yaitu dengan
ketentuan sebagai berikut:

1) Piutang dicatat apabila tidak terdapat keberatan dari
pihak terlapor atas Putusan Perkara KPPU dalam
rentang waktu

14 (empat belas) hari kerja dari

diterimanya pemberitahuan petikan Putusan Perkara
KPPU kepada pihak terlapor.

2) Terhadap Putusan Perkara KPPU yang terdapat proses
keberatan dari pelaku usaha terlapor, maka piutang

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 15 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

dicatat pada
salinan

saat staf Bagian

putusan

dari

Audited

Litigasi menerima

Pengadilan

Negeri

yang

dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST).



Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 pasal 44 ayat (1) dijelaskan
bahwa “Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha
menerima pemberitahuan putusan Komisi, pelaku usaha wajib
melaksanakan

putusan

tersebut

dan

menyampaikan

pelaksanaannya kepada Komisi.” Berdasarkan pasal tersebut,
KPPU menginterpretasikan bahwa pelaku usaha yang dijatuhi
sanksi denda wajib melakukan pembayaran denda tersebut
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yang bersangkutan
menerima pemberitahuan putusan Komisi (jatuh tempo) dan
pembayaran

tersebut dilakukan

secara sekaligus, bukan

mengangsur.



Definisi piutang jangka panjang dan piutang jangka pendek
berdasarkan

Perdirjen

Perbendaharaan

Nomor

PER-

82/PB/2011:

-

Piutang Jangka Panjang: piutang yang akan jatuh tempo
atau akan direalisasikan lebih dari 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal pelaporan.

-

Piutang Jangka Pendek: piutang yang akan jatuh tempo
dan akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

Dengan mengacu kepada definisi tersebut, piutang denda
pelanggaran persaingan usaha KPPU dapat dikategorikan ke
dalam piutang jangka pendek karena jatuh temponya selama
30 (tiga puluh) hari sejak putusan berkekuatan hukum tetap.
Dalam Neraca, piutang denda tersebut dicatat dalam akun
Piutang Negara Bukan Pajak.

 Piutang disajikan dalam neraca pada

nilai yang dapat

direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan
dengan

membentuk

penyisihan

piutang

tak

tertagih.

Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang
ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan
yang

dilakukan

pemerintah.

Perhitungan

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

penyisihannya

- 16 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

adalah sebagai berikut:

Kualitas Piutang

Uraian
Belum

Lancar

dilakukan

Penyisihan

pelunasan

s.d.

0.5%

tanggal jatuh tempo
Satu bulan terhitung sejak tanggal

Kurang Lancar

Surat

Tagihan

Pertama

tidak

10%

dilakukan pelunasan
Satu bulan terhitung sejak tanggal
Diragukan

Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan

50%

pelunasan
Satu bulan terhitung sejak tanggal
Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan
pelunasan

Macet

Piutang

100%

telah

diserahkan

kepada

Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

 Beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait dengan perhitungan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih:

-

Berkenaan dengan mekanisme penagihan piutang, dalam
Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 pasal
5 ayat (1) dan (2) disebutkan bahwa:

1) Surat Penagihan (SPn) wajib diterbitkan untuk setiap
timbulnya piutang PNBP.

2) Timbulnya piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) apabila:



penyetoran penerimaan PNBP ditetapkan secara
angsuran;



wajib bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran

belum

melunasi

penyetoran

penerimaan PNBP yang menjadi tanggung jawabnya.

-

Selanjutnya dalam pasal 8 dan pasal 9 Perdirjen tersebut
dijelaskan
piutang

bahwa

PNBP

pembayaran

setiap

sampai

pada

kewajiban

dengan

SPn

yang

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

penyetoran

tanggal
belum

jatuh

atas
tempo

diselesaikan

- 17 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

penyetorannya, pihak terutang wajib

Audited

diberikan Surat

Penagihan kedua dan ketiga.

-

Sejak tahun 2013, KPPU
Standar

Operasional

telah mengimplementasikan

Prosedur

(SOP)

Penatausahaan

Piutang Denda Persaingan Usaha yang diwadahi dalam
Keputusan

Sekretariat

186/SJ/Kep/XII/2011

KPPU

tentang

Nomor

Penetapan

Standard

Operating Procedure di Lingkungan KPPU. Dalam SOP

tersebut diatur mengenai mekanisme penagihan piutang
denda pelanggaran persaingan usaha sebagai berikut:

1) Surat Pemberitahuan I diterbitkan paling lambat 3
(tiga) hari kerja sejak timbulnya piutang dan diberikan
tenggang waktu pelunasan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja;

2) Surat Pemberitahuan II diterbitkan bagi setiap pelaku
usaha

yang

membayar

belum

denda

menyelesaikan

sampai

dengan

kewajibannya
jatuh

tempo

pembayaran pada Surat Pemberitahuan I dengan
tenggang waktu pelunasan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja;

3) Dalam hal sampai dengan

tanggal

jatuh

tempo

pembayaran setelah diterbitkan Surat Pemberitahuan
II

pelaku

usaha

belum

melakukan

pembayaran,

diterbitkan Surat Pemberitahuan III sebagai Surat
Pemberitahuan terakhir. Tenggang waktu pelunasan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja; dan

4) Apabila

sampai

dengan

tanggal

jatuh

tempo

pembayaran setelah diberikan Surat Pemberitahuan III
pihak terhutang belum melakukan pembayaran, maka
dilakukan

permohonan

eksekusi

piutang

ke

Pengadilan Negeri.

 Penilaian kualitas piutang mengikuti aturan yang ditetapkan
dalam PMK Nomor 69/PMK.06/2014. Penggolongan kualitas
piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan
besaran tarif penyisihan piutang. Penilaian kualitas piutang

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 18 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

dilakukan

dengan

mempertimbangkan

jatuh

tempo

Audited

dan

perkembangan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah.
Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutang pada
tanggal pelaporan. Kualitas piutang ditetapkan dalam 4
(empat) golongan, yaitu kualitas lancar, kualitas kurang
lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet. Piutang KPPU
digolongkan dalam kualitas lancar apabila belum dilakukan
pelunasan

sampai

dengan

tanggal

jatuh

tempo

yang

ditetapkan. Kualitas kurang lancar apabila dalam jangka
waktu

1

(satu)

Pemberitahuan
diragukan
terhitung

I

apabila
sejak

bulan

terhitung

tidak

dilakukan

dalam

tanggal

jangka
Surat

sejak

tanggal

pelunasan.

waktu

1

Kualitas

(satu)

Pemberitahuan

Surat

II

bulan
tidak

dilakukan pelunasan. Kualitas macet apabila dalam jangka
waktu

1

(satu)

bulan

terhitung

sejak

tanggal

Surat

Pemberitahuan III tidak dilakukan pelunasan atau piutang
telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri.

 Tuntutan Perbedaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan
jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
disajikan sebagai Bagian Lancar TP/TGR.



Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik
pada tanggal neraca dikalikan dengan:

­

harga

pembelian terakhir, apabila

diperoleh dengan

pembelian;

­

harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri;

­

harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila
diperoleh dengan cara lainnya.

Aset Tetap

b. Aset Tetap
 Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau
harga wajar.

 Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum
kapitalisasi sebagai berikut:
a.

Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 19 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih
dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah);
b.

Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya
sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta
rupiah);

c.

Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai
minimum
sebagai

kapitalisasi tersebut di atas,
beban

kecuali

diperlakukan

pengeluaran

untuk

tanah,

jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap

lainnya

berupa

koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah

yang

disebabkan

antara

lain

karena

aus,

ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi
yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan
rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya
telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset
Lainnya.

 Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya,
dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
pengelolaan BMN/BMD.

Penyusutan
Aset Tetap

c.

Peny usutan Aset Tetap


Penyusutan

aset

tetap

adalah

penyesuaian

nilai

sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari
suatu aset tetap.



Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap:
a. Tanah;
b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan
c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen
sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau
usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang
untuk dilakukan penghapusan.

 Penghitungan
dilakukan

dan

pencatatan

Penyusutan

Aset

Tetap

setiap akhir semester tanpa memperhitungkan

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 20 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

adanya nilai residu.



Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan
metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang
dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap
semester selama Masa Manfaat.



Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman
Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor:

59/KMK.06/2013

tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan
Barang

Milik

Pemerintah

Negara

Pusat.

berupa

Secara

Aset

umum

Tetap
tabel

pada
masa

Entitas
manfaat

adalah sebagai berikut:

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap

Kelompok Aset Tetap

Masa Manfaat

Peralatan dan Mesin

2 s.d. 20 tahun

Gedung dan Bangunan

10 s.d. 50 tahun

Jalan, Jaringan dan Irigasi

5 s.d 40 tahun

Aset Tetap Lainnya (Alat Musik

4 tahun

Modern)
Piutang

d. Piutang Jangka Panjang

Jangka

 Piutang

Panjang

Jangka

Panjang

adalah

piutang

yang

diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan.

 Tagihan

Penjualan

Angsuran

Perbendaharaan/Tuntutan

(TPA),

Ganti

Rugi

Tagihan

Tuntutan

(TP/TGR)

dinilai

berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang
dapat direalisasikan.

Aset
Lainnya

e.

Aset Lainny a
 Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset
tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset
Lainnya

adalah

aset

tak

berwujud,

tagihan

penjualan

angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan,
aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 21 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

dibatasi penggunaannya.

 Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto
yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi
amortisasi.

 Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan
dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas
ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan
amortisasi.

 Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar
nilai

buku

yaitu

harga

perolehan

dikurangi

akumulasi

penyusutan.

Kewajiban

(6) Kewajiban


Kewajiban pemerintah diklasifikasikan ke dalam kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

a. Kewajiban Jangka Pendek
- Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau
jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan.
- Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak
Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan
Diterima

di

Muka,

Bagian

Lancar

Utang

Jangka

Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
- Pendapatan Diterima Dimuka dapat diakui dengan
menggunakan

dua

pendekatan,

yaitu

pendekatan

kewajiban atau pendekatan pendapatan. Pendapatan
diterima dimuka

diakui pada saat terdapat/timbul

klaim diterima pemerintah dari pihak ketiga tetapi
belum ada penyerahan barang/jasa dari pemerintah
pada akhir periode pelaporan keuangan.
- Beban Barang yang Masih Harus Dibayar (Utang kepada
pihak ketiga) diakui pada saat terdapat klaim yang sah
dari pihak ketiga, yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk surat penagihan (invoice) kepada pemerintah

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 22 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

terkait

penerimaan

barang/jasa

yang

Audited

belum

diselesaikan pembayarannya oleh pemerintah. Utang
kepada pihak ketiga juga diakui apabila pada akhir
tahun masih terdapat dana yang berasal dari SPM-LS
kepada Bendahara Pengeluaran yang belum diserahkan
kepada Pihak yang berhak.

b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban

diklasifikasikan

sebagai

kewajiban

jangka

panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo
dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan.



Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai
kewajiban pemerintah pada

saat pertama

kali transaksi

berlangsung.

Ekuitas

(7) Ekuitas
Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam
satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan
dalam Laporan Perubahan Ekuitas.

Catatan atas Laporan Keuangan – Pendahuluan

- 23 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

B. PENJELASAN

ATAS

POS-POS

LAPORAN

Audited

REALISASI

ANGGARAN
Realisasi

B.1 Pendapatan

Pendapatan

Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31

Rp23.695.044.558

Desember 2016 adalah sebesar Rp23.695.044.558. Rincian Estimasi
dan Realisasi Pendapatan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
adalah sebagai berikut:

Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan
TA 2016
TA 2016
URAIAN

REALISASI
(Rp)

ANGGARAN (Rp)

Pendapatan dari Pengelolaan BMN
(Pemanfaatan dan
Pemindahtanganan serta
Pendapatan dari Penjualan)

% REALISASI
ANGGARAN

0

792,834,000

-

105,000,000

22,330,616,682

21,267.25

Pendapatan Lain-lain (Pendapatan
Pelunasan Piutang dan Pendapatan
Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi
Non Bendahara)

0

145,708,868

-

Penerimaan Kembali Belanja Tahun
Anggaran Yang Lalu

0

425,885,008

-

Pendapatan Iuran dan Denda

Jumlah

105,000,000

23,695,044,558

22,566.71

Realisasi Pendapatan TA 2016 sebesar Rp23.695.044.558 atau
sebesar 22.566,71 persen dari estimasi pendapatan Tahun 2016
sebesar Rp105.000.000. Selanjutnya, Realisasi Pendapatan TA 2016
dibandingkan

dengan

realisasi pendapatan

TA

2015

terdapat

kenaikan sebesar 45,57 persen. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan pembayaran denda persaingan usaha.

Dalam Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu
termasuk di dalamnya adalah penyetoran kelebihan belanja sebesar
Rp38.495.774 sesuai dengan temuan Audit Berkelanjutan Tahun
2015 oleh Satuan Pengawas Internal.

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 24 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu secara rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Penerimaan Kembali Belanja TAYL Tahun 2016
URAIAN
Pengembalian Deposit Apartemen

NILAI
73,750,000

Pengembalian Kas dan Setara Kas Tahun 2015
atas kelebihan belanja perjalanan dinas Tahun
2015 yang baru disetorkan pada Tahun 2016

157,722,938

Penyetoran kelebihan pengembalian belanja
sesuai LHA SPI

38,495,774

Pengembalian Belanja Tahun 2015 yang baru
disetorkan pada Tahun 2016

155,916,296

Total Penerimaan Kembali Belanja TAYL

425,885,008

Perbandingan Realisasi Pendapatan
TA 2016 dan 2015

URAIAN
Pendapatan dari Pengelolaan BMN
(Pemanfaatan dan
Pemindahtanganan serta
Pendapatan dari Penjualan)

REALISASI TA 2016
(Rp)

REALISASI TA 2015
(Rp)

NAIK
(TURUN) %

792,834,000

5,700,000

13,809.37

-

6,005,084

(100.00)

22,330,616,682

15,680,914,536

Pendapatan Lain-lain (Pendapatan
Pelunasan Piutang dan Pendapatan
Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi
Non bendahara)

145,708,868

424,255,199

Penerimaan Kembali Belanja Tahun
Anggaran Yang Lalu

425,885,008

Pendapatan Denda Keterlambatan
Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
Pendapatan Iuran dan Denda

Pendapatan Anggaran Lain-lain

Jumlah

-

23,695,044,558

42.41
(65.66)

108,237,064

293.47

52,588,636

(100.00)

16,277,700,519

45.57

Realisasi Belanja

B.2 Belanja

Rp114.473.856.483

Realisasi Belanja Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016
adalah sebesar Rp114.473.856.483 atau 82,09 persen dari anggaran
belanja sebesar Rp139.452.216.000.

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 25 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

Berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran TA 2016, semula
pagu anggaran Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016 adalah
sebesar

Rp116.460.861.000.

Pada

bulan

Mei

2016,

Presiden

menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2016
tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja
Kemeterian/Lembaga

Dalam

Rangka

Pelaksanaan

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara TA 2016. Dalam Inpres tersebut
Komisi

Pengawas

Persaingan

Usaha

dikenakan

pemotongan

anggaran sebesar Rp27.008.644.700. Namun melalui Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 168 Tahun 2015, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha mendapatkan reward atas efisiensi anggaran TA
2015

sebesar

Rp25.000.000.000.

Selanjutnya

dalam

APBN

Perubahan TA 2016 Komisi Pengawas Persaingan U saha kembali
mendapatkan

tambahan

anggaran

sebesar

Rp25.000.000.000.

Dengan demikian pagu anggaran Komisi Pengawas Persaingan
Usaha TA 2016 menjadi Rp139.452.216.000. Namun dari pagu
anggaran tersebut, sebesar Rp20.997.000.000 tidak dapat dicairkan
karena pada bulan Agustus 2016 Presiden RI kembali menerbitkan
Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah
Penghematan

Belanja

Kemeterian/Lembaga

Dalam

Rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
TA 2016. Dalam Inpres tersebut ditetapkan bahwa Komisi Pengawas
Persaingan Usaha dibebani penghematan sebesar Rp20.997.000.000
melalui

blokir

mandiri

(selfblocking)

dan/atau

menunda/menghentikan pencairan dana kegiatan-kegiatan yang
dikenai penghematan.

Rincian anggaran dan realisasi belanja TA 2016 tersaji sebagai
berikut:

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 26 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

Rincian Estimasi, Realisasi dan Pengembalian Belanja TA 2016

URAIAN

ANGGARAN (Rp)

TA 2016
PENGEMBALIAN
% REAL.
REALISASI NETO (Rp)
BELANJA (Rp)
ANGGARAN
29.442.297
28.999.490.105
99,96
722.102.277
80.579.431.160
77,07
0
4.894.935.218
99,39

REALISASI (Rp)

Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal

29.040.424.000
105.486.756.000
4.925.036.000

29.028.932.402
81.301.533.437
4.894.935.218

Total Belanja

139.452.216.000

115.225.401.057

751.544.574

114.473.856.483

82,63

Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik
berikut ini:
120.000.000.000
105.486.756.000

100.000.000.000
80.579.431.160

80.000.000.000
60.000.000.000

29.040.424.000
28.999.490.105

40.000.000.000
4.925.036.000
4.894.935.218

20.000.000.000
0

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja M odal

ribuan rupiah

ANGGARAN
REALISASI

Grafik A. Komposisi Realisasi Belanja Negara Neto
TA 2016

Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program TA 2016 adalah
sebagai berikut:

PROGRAM
Program
Pengawasan
Persaingan U saha

T otal Belanja

T AHUN ANGGARAN 2016
ANGGARAN (Rp)
REALISASI (Rp)

%

139.452.216.000

114.473.856.483

82,09

139.452.216.000

114.473.856.483

82,09

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

- 27 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

Dari sisi penyerapan anggaran, persentase realisasi belanja TA 2016
seolah-olah mengalami penurunan dibandingkan tahun anggaran
sebelumnya, yaitu hanya 82,09 persen. Hal ini disebabkan karena
anggaran

Komisi

Pengawas

Persaingan

Usaha

sebesar

Rp20.997.000.000 tidak dapat dicairkan sebagai konsekuensi dari
penghematan belanja (selfblocking) yang ditetapkan Presiden melalui
Inpres Nomor 8 Tahun 2016.
Realisasi Belanja TA 2016 mengalami kenaikan sebesar 26,71 persen
dibandingkan realisasi belanja TA 2015. Hal ini disebabkan antara
lain karena adanya peningkatan alokasi anggaran yang diterima oleh
Komisi Pengawas Persaingan Usaha terutama alokasi untuk belanja
pegawai berupa gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) serta
peningkatan alokasi belanja barang.
Perbandingan Realisasi Belanja TA 2016 dan TA 2015

Belanja Pegawai
Rp28.999.490.105

NAIK
(TURUN)
%

URAIAN

REALISASI TA 2016
(Rp)

REALISASI TA 2015
(Rp)

Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal

28.999.490.105
80.579.431.160
4.894.935.218

21.563.599.302
65.257.685.511
3.522.074.350

34,48
23,48
38,98

Jumlah

114.473.856.483

90.343.359.163

26,71

B.3 Belanja Pegawai
Belanja Pegawai adalah belanja atas kompensasi, baik dalam bentuk
uang maupun

barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah
yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan,

kecuali

pekerjaan

yang

berkaitan

dengan

pembentukan modal.
Realisasi Belanja Pegawai TA 2016 dan TA 2015 adalah masingmasing

sebesar

Rp28.999.490.105 dan

Rp21.563.599.302

atau

terjadi kenaikan sebesar 34,48 persen.
Berdasarkan

Tabel

Perbandingan

Realisasi

Belanja

Pegawai,

kenaikan ini disebabkan antara lain karena adanya peningkatan
realisasi

belanja

pegawai berupa

pembayaran

Catatan atas Laporan Keuangan – Realisasi Anggaran

gaji ke-13

dan

- 28 -

Laporan Keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha TA 2016

Audited

Tunjangan Hari Raya (THR) serta dapat dibayarkannya Uang Makan
bagi pegawai KPPU mulai bulan Mei sampai dengan Desember 2016.
Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai TA 2016 dan TA 2015

URAIAN
Belanja Uang Makan PNS
Belanja Uang Honor Tetap
Jumlah Belanja Kotor
Pengembalian Belanja Pegawai

Jumlah Belanja

REALISASI TA 2016
(Rp)

REALISASI TA 2015
(Rp)

NAIK
(TURUN) %

771,480,000
28,257,452,402
29,028,932,402
(29,442,297)

21,571,016,989
21,571,016,989
(7,417,687)

100.00
31.00
34.57
296.92

28,999,490,105

21,563,599,302

34.48

Belanja Barang

B.4 Belanja Barang

Rp80.579.431.160

Realisasi Belanja Barang TA 2016 dan TA 2015 adalah masingmasing sebesar Rp80.579.431.160 dan Rp65.257.685.511. Realisasi
Belanja Barang TA 2016 mengalami kenaikan sebesar 23,48 persen
dari realisasi Belanja Barang TA 2015. Hal ini disebabkan antara
lain adanya kenaikan realisasi belanja perjalanan dinas.
Perbandingan Realisasi Belanja Barang TA 2016 dan TA 2015

URAIAN
Belanja Barang Operasional
Belanja Barang Non Operasional
Belanja barang Persediaan
Belanja Jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dalam Negeri
Belanja Perjalanan Luar Negeri
Jumlah Belanja Kotor
Pengembalian Belanja

Jumlah Belanja

REALISASI TA 2016
(Rp)

REALIS