Pengaruh Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah Kabupaten/Kota Garut.
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
The impact of regional autonomy is located in the area of financial capability. That is, autonomous regions should have the authority and ability to dig financial resources to finance their own regional governance. Therefore, local governments should seek to optimize the Regional Revenue (PAD) as well as developing the potential particularly from local taxes. Given the local tax is one of the largest component of the PAD. Tax policy (tax policy) that can be done by the local government in order to increase revenue through taxes is extremely diverse and one of them is through Extensification and Intensification Tax
Research methods used in the preparation of this research is analytical descriptive method with the type of survey research of secondary data. The data was collected through the operationalization of variables.
Analysis of statistical tests used are testing relationships using multiple regression analysis, Value determination, and multiple correlation analysis, the classical assumption test, and hypothesis testing and partial simultaneously.
From the results of this study can be concluded that simultaneous There is a significant influence between extensification and intensification of the tax on regional revenues . Then partially: (1) there is no significant influence of the tax extensification on regional revenues. (2) there is a significant influence between the intensification on rgional revenues
(2)
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Dampak dari otonomi daerah adalah terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangnnya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Oleh karena itu pemerintah daerah harus berupaya mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya yang berasal dari pajak daerah. Karena pajak daerah merupakan salah satu komponen terbesar dari PAD. Kebijakan pajak (tax policy) yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan PAD melalui pajak sangatlah beragam dan salah satunya adalah melalui Ekstensifikasi Pajak dan Instensifikasi Pajak
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode deskriptif analitis dengan dengan jenis penelitian survey data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui operasionalisasi variabel,
Analisis uji statistik yang digunkan adalah uji hubungan dengan menggunakan Analisis regresi berganda, koefesien determinasi, dan analisis korelasi ganda, uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis secara simultan dan parsial.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara simultan Terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap PAD. Kemudian secara parsial: (1) tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstensifikasi pajak terhadap PAD. (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara intensifikasi pajak terhadap PAD
Kata kunci : Ekstensifikasi Pajak, Intensifikasi Pajak, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
(3)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Peerumusan Masalah ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pajak ... 11
2.1.1 Pengertian Pajak ... 11
2.1.2 Fungsi Pajak ... 13
2.1.3 Asas Pajak... 15
2.1.4 Pembagian Pajak... 21
2.2 Pajak Daerah ... 23
(4)
Universitas Kristen Maranatha
2.2.2 Peraturan Tentang Pajak Daerah ... 24
2.2.2.1 Isi Peraturan Pajak daerah ... 25
2.2.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah ... 26
2.2.4 Jenis Pajak Daerah ... 28
2.2.5 Kriteria Pajak Daerah ... 29
2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak Daerah ... 32
2.2.7 Tarif Pajak Daerah ... 35
2.2.8 Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Daerah ... 36
2.2.9 Biaya Pemungutan Pajak Daerah ... 37
2.3 Ekstensifikasi ... 39
2.3.1 Ekstensifikasi Pajak ... 40
2.4 Intensifikasi ... 41
2.3.1 Intensifikasi Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 43
2.5 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 45
2.6 Kerangka Pemikiran ... 48
2.7 Hipotesis ... 54
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 55
3.2 Metode Penelitian ... 55
3.2.1 Metode yang Digunakan ... 55
3.3 Operasionalisasi Variabel ... 56
(5)
Universitas Kristen Maranatha
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 59
3.6 Alat Analisis ... 61
3.6.1 Analisis Regresi Berganda ... 61
3.6.2 Analisis Korelasi Berganda ... 62
3.6.3 Koefesien Determinasi ... 63
3.7 Uji Asumsi Klasik ... 64
3.7.1 Pengujian Asumsi Autokorelasi ... 64
3.7.2 Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 65
3.7.3 Pengujian Asumsi Multikolinearitas ... 66
3.7.2 Pengujian Asumsi Normalitas ... 66
3.8 Pengujian Hipotesis ... 67
3.8.1 Pengujian Simultan ... 67
3.8.1 Pengujian Parsial ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 71
4.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut ... 71
4.2.1 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut ... 72
4.2.2 Tugas, Fungsi dan Kewenangan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut ... 73
(6)
Universitas Kristen Maranatha 4.2.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut ... 75
4.3 Hasil Analisa Deskriptif ... 76
4.4 Pembahasan ... 80
4.4.1 Tindakan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut ... 80
4.4.2 Analisis Kuantitatif Pengaruh Ekstensifikasi pajak dan Intensifikasi pajak Terhadap Pendapatan asli daerah Kabupaten Garut ... 83
4.4.2.1 Analisis Regresi Berganda ... 83
4.4.2.2 Analisis Korelasi Berganda ... 85
4.4.2.3 Koefesien Determinasi ... 86
4.4.2.4 Uji Asumsi Klasik ... 83
4.4.2.4.1 Pengujian Asumsi Autokorelasi ... 87
4.4.2.4.2 Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 88
4.4.2.4.3 Pengujian Asumsi Multikolinearitas ... 89
4.4.2.4.4 Pengujian Asumsi Normalitas ... 90
4.4.3 Pengujian Hipotesis ... 91
4.4.3.1 Pengujian Secara Simultan ... 92
4.4.3.2 Pengujian Secara Parsial ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 99
(7)
Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran ... 101
5.2.1 Saran Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut ... 101 5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 101 DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN
(8)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pendapatan Daerah Kabupaten Garut ... 4
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 58
Tabel 4.1 Daftar Perkembangan Jumlah Wajib/Objek Pajak Kabupaten Garut Dari Tahun 2003 s/d 2008 ... 77
Tabel 4.2 Daftar Perkembangan Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Garut Dari Tahun 2003 s/d 2008 ... 78
Tabel 4.3 Daftar Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut Tahun 2003 s/d 2008 ... 79
Tabel 4.4 Hasil Estimasi Persamaan Regresi ... 84
Tabel 4.5 Korelasi Berganda ... 85
Tabel 4.6 Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi ... 87
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 88
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Asumsi Multikoliearitas ... 89
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 90
(9)
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAM
BAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 54 Gambar 4.1 Grafik Normalitas ... 91 Gambar 4.2 Grafik Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji Simultan… 93 Gambar 4.3 Grafik Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji Parsial
(Ekstensifikasi pajak) ... 95 Gambar 4.4 Grafik Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji Parsial
(10)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian
Manifestasi keberhasilan pembangunan nasional pada dasarnya merupakan akumulasi dari hasil-hasil pembangunan di daerah di seluruh wilayah Indonesia, baik di daerah provinsi, kabupaten/kota. Hal tersebut senada dengan pendapat dari Juli Panglima Saragih dalam bukunya “Desentralisasi Fiskal dan Keuangan
Daerah Dalam Otonomi” (2003:1) ialah:
“Pembangunan daerah ialah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam menjalankan pemerintahan”
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang kemudian disempurnakan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintahan Daerah memperoleh pelimpahan otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab dengan harapan semua daerah mampu menciptakan suatu pemerintahan yang bersih dan baik (Good
Governance), yang merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
melaksanakan penyediaan public goods and service sebagaimana diharapkan masyarakat
Secara etmilogis, kata otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu “autos” yang berarti sendiri dan “nomos” yang berarti aturan. Oleh karena itu otonomi
(11)
2 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha berarti memerintah sendiri (Sarundjang, 1999:26). Di samping itu, otonomi juga mempunyai makna kebebasan atau kemandirian, tetapi bukan kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan (Syarifudin, 2005:38).
Uraian di atas menunjukan, bahwa dengan pelimpahan otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab, pembangunan pun tidak dapat begitu saja direncanakan oleh pusat tetapi tanggung jawab yang besar diberikan kepada daerah, mulai dari merencanakan sampai dengan melaksanakan program-program pembangunan di daerahnya.
Adanya kewenangan yang dimiliki ini memberikan konsekuensi adanya tuntutan peningkatan kemandirian daerah. Daerah dituntut untuk lebih mandiri dengan dikuranginya sifat ketergantungannya kepada pemerintah pusat atau kepada pemerintah tingkat atasnya, termasuk dalam memenuhi biaya penyelenggaraan urusan pemerintah pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di daerah (Sidik, 2002:79), Untuk itu pemerintah daerah seyogyanya lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal, melakukan alokasi yang lebih efisien pada berbagai potensi lokal yang sesuai dengan kebutuhan publik (Mardiasmo, 2002:35).
Tetapi sebagaimana diketahui selama ini, pemerintah kabupaten banyak bergantung pada pemerintah pusat karena terbatasnya jumlah dana yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Dengan adanya ketergantungan pemerintah daerah, maka sulit mencapai tujuan otonomi daerah. Hal ini sejalan dengan pernyataan
(12)
3 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha Pamudji dalam bukunya “Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka Pelaksaanaan Otonomi Daerah” (2002:1) sebagai berikut:
“Pemerintahan daerah tak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan keuangan merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri”
Mengacu kepada hal tersebut, maka pemerintah telah mensahkan Undang-Undang 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang antara lain pada Bab VI Bagian Pertama Pasal 6 butir a, dan butir b, memuat pernyataan bahwa salah satu dari sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah, dan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah adalah hasil pajak daerah.
Amanat yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 bahwa akan lebih baik apabila hasil pajak daerah memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah, pengaturan dan pemanfaatannya diserahkan kepada daerah, di samping akan mengurangi ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat, mengurangi anggapan bahwa telah bertindak tidak adil dalam hal pembagian potensi daerah, pemerintah daerah diharapkan akan lebih giat dalam menggali sumber-sumber keuangannya, karena hasilnya benar-benar untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan rumah tangga sendiri (Rusmadi, 2009:6).
(13)
4 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha Disamping itu, dari data yang dimuat dalam Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Jawa Barat 2008. Pada aspek keuangan daerah dinyatakan bahwa, dalam rangka memperkuat struktur APBD provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, terus dimantapkan berbagai upaya peningkatan pendapatan daerah baik itu yang salah satunya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap kapasitas perekonomian daerah.
Kabupaten Garut adalah salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berusaha meningkatkan pendapatan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Pendapatan Daerah Kabupaten Garut
Dari Tahun Anggaran 2003 s/d 2008
(Dalam Rupiah)
TAHUN PENDAPATAN
DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH
DANA PERIMBANGAN
2003 597.255.257.075,00 35.319.188.066,00 520.662.373.589,00
2004 651.014.630.395,67 40.545.879.655,67 565.971.387.143,00
2005 701.732.953.600,00 50.323.323.285,00 618.422.630.315,00
(14)
5 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 2007 1.202.655.284.733,00 76.880.011.092,00 1.125.775.273.641,00
2008 1.359.967.607.737,52 82.613.464.279,00 1.268.516.882.178,52
Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuaagan dan Aset Kabupaten Garut
Bila melihat tabel 1.1 pendapatan daerah memiliki beberapa komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Dan pada tabel tersebut terdapat peningkatan pendapatan daerah secara berkelanjutan dari tahun 2003 s/d 2008 pada Kabupaten Garut. Akan tetapi peningkatannya sangat bergantung pada Dana Perimbangan daripada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari lebih besarnya proporsi Dana Perimbangan dibandingkan Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan daerah.
Tetapi bila kembali pada ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom yang mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangnnya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Dan salah satu indikatornya ialah besarnya PAD yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahmad Erany dalam bukunya “Desentralisasi Ekonomi di Indonesia” (2008:59) bahwa :
“Realitas hubungan fiskal antara pusat dan daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap pembangunan daerah. Ini jelas terlihat dari rendahnya proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah di banding besarnya subsidi (grants) yang diberikan dari pusat. Indikator desentralisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan pendapatan daerah”
Berdasarkan uraian diatas wajar bila PAD dijadikan sebagai salah satu indikator kesiapan daerah dalam menjalankan kebijakan otonomi. Apalagi
(15)
6 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha otonomi telah memberikan keleluasaan dalam kewenangan, penataan organisasi, dan pengelolaan keuangan. Maka. pemerintah daerah harus berupaya mengoptimalkan PAD maupun mengembangkan potensi khususnya yang berasal dari pajak daerah. Mengingat pajak daerah merupakan salah satu komponen terbesar dari Pendapatan Asli Daerah.
Terdapat dua alat utama (measures) yang tersedia bagi pemerintah daerah yaitu policy measures dan administrative measures. Kedua alat ini bekerja di sisi yang berbeda, akan tetapi saling melengkapi dan menguntungkan. Namun, perancangan kebijakan dan upaya administratif yang tidak sinkron akan mengakibatkan keadaan yang justru berakibat negatif bagi daerah sendiri. Suatu kebijakan yang dibuat tidak akan menuai hasil bila kemampuan administratif untuk melaksanakan kewajiban tersebut tidak tersedia (Tumakaka, 2004).
Policy measures sendiri menurut Ahmad Erany dalam bukunya “Desentralisasi Ekonomi di Indonesia” (2008:59) adalah :
“Langkah-langkah pemerintah daerah yang mengandalkan kebijakan penerbitan ketentuan pemerintah daerah yang bersifat menyangkut beberapa materi pokok, yakni objek pajak, subjek pajak, dan tarif pajak”.
Oleh karena itu pemerintah daerah didalam meningkatkan pendapatan asli daerah khususnya berasal dari pajak daerah melakukan usaha melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya atau disebut dengan tax policy. Sebagaimana dinyatakan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, yaitu:
(16)
7 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha
“Agar tidak bertentangan dengan semangat yang termaktub dalam undang-undang pemerintahan daerah dan juga perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yakni adanya keleluasaan yang lebih besar bagi daerah untuk menggali potensi penerimaan melalui pajak ataupun retribusi”.
Kebijakan pajak (tax policy) yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak sangat beragam dan salah satunya adalah melalui Ekstensifikasi Pajak dan Instensifikasi Pajak sebagaimana telah diatur oleh Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE – 06/PJ.9/2001. Dan hal tersebut sejalan juga dengan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh TIM SMERU (Februari:2002) ialah “Bahwa salah satu
cara menigkatkan PAD adalah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak”
Dalam Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE – 06/PJ.9/2001 Ekstensifikasi pajak dan Intensifikasi pajak memiliki pengertian bahwa:
“Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP)”
“Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak”
(17)
8 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha Maka, merujuk kepada uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak dengan judul: “Pengaruh Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Kabupaten / Kota Garut”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, permasalahan yang di angkat untuk dibahas pada skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Tindakan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut ?
2. Apakah Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Garut ?
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan yang penulis kemukakan di atas, maka dapat dilihat maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari data-data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah kabupaten / kota Garut
(18)
9 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 1.3.2. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui tindakan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
2. Untuk mengetahui apakah Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Intensifikasi Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Garut.
1.4. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan manfaat yang berguna bagi:
1. Penulis
Sebagai dasar pemahaman lebih lanjut terhadap teori yang diperoleh, sehingga dapat lebih mengerti mengenai pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pemerintah kabupaten / kota Garut.
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
Penelitian ini diharapkan akan memberikan data dan informasi yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam menjalankan aktifitas, terutama dalam hal pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(19)
10 BAB I PENDAHULUAN
Universitas Kristen Maranatha 3. Bagi Peneliti Selanjutnya dan Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sarana informasi, sehingga pengembangan ilmu dapat bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang memerlukannya
(20)
99 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang pengaruh pelaksanaan ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap peningkatan Pendaparan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Garut, sebagai berikut :
1. Tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam meningkatkan pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah, ialah sebagai berikut :
a. Secara Ekstensifikasi
Mendata ulang objek-objek pajak yang ada dengan cara menertibkan administrasi maupun secara fisik dilapangan agar menghasilkan data yang konkrit
Melakukan sosialisasi peraturan perpajakan ke kecamatan-kecamatan dan desa-desa, minimal 1 bulan sekali (sesuai dengan kebutuhan)
Memonitor/memantau objek pajak yang baru pada saat tahun berjalan
b. Secara Intensifikasi
Melaksanakan pengenaan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(21)
100 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha
Melakukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan melakukan layanan “jemput bola” di wilayah kecamatan, dan desa-desa.
Membentuk Tim Penagihan pajak
Peningkatan kepatuhan wajib pajak didalam membayar pajak terutang pajak yang tercatat. Dengan memberikan sanksi administratif berupa denda terhadap penunggak pajak
Mengadakan pemantauan terhadap pelaksanaan pemungutan di lapangan.
Mengoptimalkan pendapatan dari jumlah wajib pajak yang tercatat 2. .Signifikansi pengaruh ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap
pendapatan asli daerah. a. Secara Simultan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
b. Secara Parsial
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstensifikasi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
Terdapat pengaruh yang signifikan antara intensifikasi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
(22)
101 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini antara lain : 5.2.1 Saran Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPPKA) Kabupaten Garut
1. Optimalkan pelaksanaan kebijakan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah dalam mengantisipasi tumbuh kembangnya berbagai kegiatan pembangunan yang merupakan lahan terciptanya pajak daerah yang dapat mengeksplorasi seluruh potensi dan peluang yang ada. Hal ini penting untuk dilakukan karena telah secara nyata berpengaruh positif pada peningkatan pendapatan asli daerah, dengan demikian pemerintah daerah dapat kemampuan desentralisasi fiskalnya sehingga akan mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan meningkatkan keleluasaan daerah (local discreation) untuk menentukan kebijakan daerahnya sendiri.
5.2.2 Saran Bagi Peniliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnnya yang melakukan penelitian dengan tema yang sama, diharapkan dengan objek penelitian yang cakupannya lebih luas. Mungkin tidak hanya satu kota bahkan kalau bisa dengan cakupan nasional. Selain itu dapat juga memperhatikan variabel lain seperti retribusi daerah. Dimana peneliti disini, tidak memperhatikan retribusi daerah dalam melakukan penelitiannya.
(23)
102 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta.
Abdul Halim. 2007. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah, Edisi Kedua, STIM YPKN, Yogyakarta.
Adrian Sutedi. 2008. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta
Ahmad Erany. 2008. Desentralisasi Ekonomi di Indonesia, Bayumedia
Publishing, Malang
Bahrul Elmi. 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonomi di Indonesia, UI Press, Jakarta
Boediono. 2001. Pelayanan Prima Perpajakan, Rineka Cipta, Jakarta.
Erly Suandy. 2006. Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta. Fuad Bawazier. 1998. Dampak Pungutan Terhadap Dunia Usaha, Dampak
Terhadap Ekonomi Biaya Tinggi, CSIS, Jakarta.
Indra Bastian. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Pusat Pengembangan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Juli Panglima Saragih. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah
Dalam Otonomi, Ghalia Indonesia, Jakarta
Kaho. 2007. Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kamaluddin. 1995. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta
Machfud Sidik. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dalam rangka meningkatkan
(24)
103 Universitas Kristen Maranatha Mardiasmo. 2006. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi Offset, Yogyakarta
Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta.
Marihot P. Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
M. Nazir. 2007. Metode Penelitian, Cetakan ke-4, Ghalia Indonesia, Jakarta. Pamudji. 2002. Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka
Pelaksaanaan Otonomi Daerah, Bina Aksara, Jakarta.
Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Purbayo dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS,
ANDI, Yogyakarta.
Samudra. 1995. Perpajakan di Indonesia: Keuangan, Pajak, dan Retribusi
Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sarundjang. 1999. Arus Balik Kekuatan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta
Siti Resmi. 2005. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Jakarta.
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Susiyati B. Hirawan. 1997. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis; Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis; Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta
(25)
104 Universitas Kristen Maranatha Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.
B. DOKUMEN
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut.
Peraturan Bupati Garut Nomor 413 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE – 06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi Pajak Direktur Jenderal Pajak
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Pertama atas Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah
C. LAIN-LAIN
Nescerry Ahmad. 2007, www.ORTax.org.
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Jawa Barat 2008
(26)
105 Universitas Kristen Maranatha Rusmadi. 2009. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dengan Dimoderasi Intensifikasi Pajak dan Ekstensifikasi Pajak.
TIM SMERU. Februari:2002, OTONOMI DAERAH DAN IKLIM USAHA:
Kasus Tiga Kabupaten di Jawa Barat, Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta
Tumakaka. 2004, Upaya Daerah Menigkatkan Pajak, Retribusi, dan
(1)
100 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha
Melakukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan melakukan layanan “jemput bola” di wilayah kecamatan, dan desa-desa.
Membentuk Tim Penagihan pajak
Peningkatan kepatuhan wajib pajak didalam membayar pajak terutang pajak yang tercatat. Dengan memberikan sanksi administratif berupa denda terhadap penunggak pajak
Mengadakan pemantauan terhadap pelaksanaan pemungutan di lapangan.
Mengoptimalkan pendapatan dari jumlah wajib pajak yang tercatat 2. .Signifikansi pengaruh ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap
pendapatan asli daerah. a. Secara Simultan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstensifikasi pajak dan intensifikasi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
b. Secara Parsial
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstensifikasi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
Terdapat pengaruh yang signifikan antara intensifikasi pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah
(2)
101 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Kristen Maranatha
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini antara lain : 5.2.1 Saran Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPPKA) Kabupaten Garut
1. Optimalkan pelaksanaan kebijakan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak daerah dalam mengantisipasi tumbuh kembangnya berbagai kegiatan pembangunan yang merupakan lahan terciptanya pajak daerah yang dapat mengeksplorasi seluruh potensi dan peluang yang ada. Hal ini penting untuk dilakukan karena telah secara nyata berpengaruh positif pada peningkatan pendapatan asli daerah, dengan demikian pemerintah daerah dapat kemampuan desentralisasi fiskalnya sehingga akan mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan meningkatkan keleluasaan daerah (local discreation) untuk menentukan kebijakan daerahnya sendiri.
5.2.2 Saran Bagi Peniliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnnya yang melakukan penelitian dengan tema yang sama, diharapkan dengan objek penelitian yang cakupannya lebih luas. Mungkin tidak hanya satu kota bahkan kalau bisa dengan cakupan nasional. Selain itu dapat juga memperhatikan variabel lain seperti retribusi daerah. Dimana peneliti disini, tidak memperhatikan retribusi daerah dalam melakukan penelitiannya.
(3)
102 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta. Abdul Halim. 2007. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah, Edisi Kedua, STIM YPKN, Yogyakarta. Adrian Sutedi. 2008. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia,
Jakarta
Ahmad Erany. 2008. Desentralisasi Ekonomi di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang
Bahrul Elmi. 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonomi di Indonesia, UI Press, Jakarta
Boediono. 2001. Pelayanan Prima Perpajakan, Rineka Cipta, Jakarta.
Erly Suandy. 2006. Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta. Fuad Bawazier. 1998. Dampak Pungutan Terhadap Dunia Usaha, Dampak
Terhadap Ekonomi Biaya Tinggi, CSIS, Jakarta.
Indra Bastian. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Pusat Pengembangan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Juli Panglima Saragih. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi, Ghalia Indonesia, Jakarta
Kaho. 2007. Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kamaluddin. 1995. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Daerah, Ghalia Indonesia, Jakarta
Machfud Sidik. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dalam rangka meningkatkan Keuangan Daerah, STIA LAN, Bandung
(4)
103 Universitas Kristen Maranatha
Mardiasmo. 2006. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi Offset, Yogyakarta
Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta.
Marihot P. Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
M. Nazir. 2007. Metode Penelitian, Cetakan ke-4, Ghalia Indonesia, Jakarta. Pamudji. 2002. Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka
Pelaksaanaan Otonomi Daerah, Bina Aksara, Jakarta.
Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Purbayo dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS,
ANDI, Yogyakarta.
Samudra. 1995. Perpajakan di Indonesia: Keuangan, Pajak, dan Retribusi Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sarundjang. 1999. Arus Balik Kekuatan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan,Jakarta
Siti Resmi. 2005. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Jakarta.
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Susiyati B. Hirawan. 1997. Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis; Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis; Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta
(5)
104 Universitas Kristen Maranatha
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.
B. DOKUMEN
Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut.
Peraturan Bupati Garut Nomor 413 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE – 06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi Pajak Direktur Jenderal Pajak
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Pertama atas Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah
C. LAIN-LAIN
Nescerry Ahmad. 2007, www.ORTax.org.
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Jawa Barat 2008
(6)
105 Universitas Kristen Maranatha
Rusmadi. 2009. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dengan Dimoderasi Intensifikasi Pajak dan Ekstensifikasi Pajak.
TIM SMERU. Februari:2002, OTONOMI DAERAH DAN IKLIM USAHA:
Kasus Tiga Kabupaten di Jawa Barat, Lembaga Penelitian SMERU, Jakarta
Tumakaka. 2004, Upaya Daerah Menigkatkan Pajak, Retribusi, dan Dampaknya, www.Forum-inovasi.or.id, 22 November 2004