Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
SKRIPSI
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
DIO AGUNG HERUBAWA 110522165
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya berjudul “Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yag disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Maret 2014 Yang membuat pernyataan
Nama: Dio Agung Herubawa N.I.M: 110522165
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaika skripsi ini dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta yaitu Ayahanda Drs. Syamsul Bachri Siregar dan Ibunda dr. Hj. Zunaidah Hasanah Harahap, M.Kes atas dorongan moril dan materil, perhatian, kesabaran serta setiap doa yang terus mengalir untuk peneliti. Serta kepada kakak dan adik penulis dr. Cinthya Ayu Meritha dan Meyna Melia Utari yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Selama proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati serta rasa hormat perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., S.E., M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Hotmal Jafar, Ak., M.M., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(4)
4. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Abdillah Arif Nasution, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Drs. Rustam, S.E., M.Si.,Ak, CA, selaku Pembaca Penilai. Terima kasih atas kesediaan Bapak dalam memberikan saran serta nasehat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Akuntansi yang memberikan pelajaran yang berharga selama masa perkuliahan.
9. Seluruh pegawai Departemen Akuntansi, yang telah banyak membantu dalam urusan administrasi di Departemen Akuntansi.
10. Temanspesial penulis Endah Julyanmah yang telah memberikan semangat, cinta, kasih sayang dan perhatiannya yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman yang senantiasa membantu dan memberikan semangat, Mahmood, Dendi, Dedi, Syamsyarief, Vandi, Kak Febriska, Kak Amel, Bang Apri.
12. Seluruh teman – teman Akuntansi Ekstensi, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan kebersamaan selama ini.
(5)
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Maret 2014 Penulis
Dio Agung Herubawa
(6)
ABSTRAK
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tata cara perhitungan besarnya pajak hiburan dan untuk mengetahui apakah kontribusi Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian asosiatif. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2008-2012. Variabel independen pada penelitian ini adalah Pajak Hiburan sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
(www.djpk.depkeu.go.id.)
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial (individu), Pajak Hiburan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kata Kunci : Pajak Hiburan, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
(7)
ABSTRACT
ANALYSIS THE REVENUE OF ENTERTAINMENT TAX AND THE IMPACT TO LOCAL OWN REVENUE (PAD) IN REGENCY/CITY
IN PROVINCE OF NORTH SUMATERA
The objective of this research is to learn the procedure of calculating the amount of Entertaiment Tax and to examine the impact of Entertaiment Tax to Local Own Revenue (PAD).
Type of research is associative research. Total population of this research were 33 regency/city and using the purposive sampling obtained 14 regency/city as samples from 2008-2012. The independent variable in this research is the Entertaiment Tax while the dependent variable is the Local Own Revenue (PAD). The data were taken from the website Financial Department of Republic Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id).
The result of this research prove that Entertaiment Tax has a positive and significant contribution toward the local own revenue.
(8)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... ……….. v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 BatasanMasalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitan... 4
1.4.1 TujuanPenelitian ... 4
1.4.2 ManfaatPenelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 5
2.1.1 PengertianPajak ... 5
2.1.1.1 FungsiPajak ... 6
2.1.1.2 Jenis-jenisPajak ... 7
2.1.2 PendapatanAsli Daerah (PAD) ... 10
2.1.3 Pajak Daerah……… .. 11
2.1.4 Retribusi Daerah………. 14
(9)
2.1.6 Lain-lain PendapatanAsli Daerah yang Sah………… 16
2.1.7 PajakHiburan……… .. 17
2.1.7.1 Pengertian Pajak Hiburan……… . 17
2.1.7.2 Subjek Pajak Hiburan dan Wajib Pajak Hiburan ... … 17
2.1.7.3 Objek Pajak Hiburan……… 18
2.1.7.4 Dasar pengenaan dan Tarif Pajak Hiburan ... 19
2.1.7.5 Tarif Pajak Hiburan... ... 19
2.1.7.6 Masa Pajak Hiburan……… . 24
2.2 Tinjauan PenelitianTerdahulu………... ... 24
2.3 Kerangka Konseptual ... ... ... 27
2.4 HipotesisPenelitian ... ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JenisPenelitian ... 29
3.2 TempatdanWaktuPenelitian ... 29
3.3 Batasan Operasional ... 29
3.4 Defenisi Operasional ... 29
3.4.1 Variabel Independen ... 30
3.4.2 Variabel Dependen ... 30
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.6 Jenis dan Sumber Data. ... 32
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.8 Metode Analisis Data ... 33
3.9 Teknik Analisis Data……… 34
3.9.1 AnalisisDeskriptif ... 34
3.9.2 Analisis Regresi Linear Sederhana……….. 35
3.9.3 Pengujian Hipotesis………. 35
3.9.3.1 Uji SignifikanParsial ( T-test) ... 36
(10)
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
4.1 Data Penelitian ... 38
4.2 Hasil Penelitian ... 39
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 39
4.2.2 Uji Signifikan Parsial (T.test) ... 40
4.2.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 43
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 43
5.3 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 46
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Perbandingan Uji T dan Uji F ... ... 36
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 39
Tabel 4.2 Hasil Uji Signifikan Parsial t ... 41
Tabel 4.3 Koefisien Determinasi ... 42
(12)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) . ... 11 Gambar 2.2 Pajak Daerah ... 13 Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 27
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
Lampiran 1 Perbandingan Jenis Pajak Daerah yang Dapat Dipungut
Provinsi dan Kabupaten/Kota ... 49
Lampiran 2 Penerimaan Pajak Hiburan dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 50
(14)
ABSTRAK
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tata cara perhitungan besarnya pajak hiburan dan untuk mengetahui apakah kontribusi Pajak Hiburan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian asosiatif. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Kabupaten/Kota dan menggunakan purposive sampling diperoleh 14 Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2008-2012. Variabel independen pada penelitian ini adalah Pajak Hiburan sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data diperoleh dari situs Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
(www.djpk.depkeu.go.id.)
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial (individu), Pajak Hiburan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kata Kunci : Pajak Hiburan, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
(15)
ABSTRACT
ANALYSIS THE REVENUE OF ENTERTAINMENT TAX AND THE IMPACT TO LOCAL OWN REVENUE (PAD) IN REGENCY/CITY
IN PROVINCE OF NORTH SUMATERA
The objective of this research is to learn the procedure of calculating the amount of Entertaiment Tax and to examine the impact of Entertaiment Tax to Local Own Revenue (PAD).
Type of research is associative research. Total population of this research were 33 regency/city and using the purposive sampling obtained 14 regency/city as samples from 2008-2012. The independent variable in this research is the Entertaiment Tax while the dependent variable is the Local Own Revenue (PAD). The data were taken from the website Financial Department of Republic Indonesia (www.djpk.depkeu.go.id).
The result of this research prove that Entertaiment Tax has a positive and significant contribution toward the local own revenue.
(16)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak tanggal 1 Januari 2001 telah terjadi perubahan yang fundamental dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Kebijakan pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang (UU) yang membawa banyak perubahan bagi daerah untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang, dengan harapan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah daerah. Kebijakan tersebut disusun dan dikeluarkan pemerintah pusat melalui UU No.22 Tahun 1999 diperbaharui dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang terfokus pada otonomi daerah dan UU No.25 Tahun 1999 diperbaharui dengan UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan besar untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Pemerintah pusat menetapkan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya dengan menetapkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali atas UU No.34 Tahun 2000 dan UU No.18 Tahun 1997. Pada UU No.28 Tahun 2009 yang disahkan oleh pemerintah diharapkan dapat lebih mendorong peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah. Dalam Undang-Undang tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah sehingga terdapat
(17)
perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah serta adanya pemberian diskresi (keleluasaan) dalam penerapan tarif. Hal ini dilakukan agar setiap daerah dapat melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana publik.
Konsep pelaksanaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan pendayagunaan potensi-potensi yang dimiliki oleh suatu daerah secara optimal. Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan daerah tentu memerlukan biaya yang cukup besar. Mengingat tidak semua sumber-sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah, maka pemerintah daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di Indonesia dan merupakan salah satu provinsi terbesar di pulau Sumatera yang memiliki potensi kekayaan sendiri. Provinsi Sumatera Utara juga berada pintu gerbang Indonesia di bagian barat yang tentunya akan menjadi pintu masuk wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing yang ingin berkunjung ke provinsi Sumatera Utara dengan berbagai kepentingan. Bukan hanya kepentingan bisnis ataupun hanya berkunjung ke tempat sanak saudara namun juga menikmati wisata alam dan tempat-tempat hiburan yang ditawarkan oleh seluruh Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Sumatera Utara. Sektor hiburan ini memiliki potensi yang cukup besar sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada akhirnya akan mempengaruhi total
(18)
pendapatan daerah di setiap masing-masing Kabupaten/Kota. Pendapatan daerah inilah yang nantinya akan digunakan oleh pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dalam satu periode tertentu. Dapat dilihat juga masih belum ada pemerataan pembangunan masing-masing kabupaten / kota yang ada di provinsi Sumatera Utara.
Dari uraian tersebut cukup menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian guna mengetahui sejauh mana kontribusi pajak hiburan ini dalam mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana mekanisme penerimaan pajak hiburan dan sejauh mana kontribusi pajak hiburan tersebut terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara dalam rangka pembangunan daerah. 1.3 Batasan Masalah
Rumusan batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independent (bebas) yang diteliti adalah pajak hiburan;
b. Variabel dependen (terikat) yang diteliti adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara;
c. Objek penelitian adalah www.djpk.depkeu.go.id
d. Data yang digunakan tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 yang merupakan data time series tahun terakhir, sehingga dianggap sebagai data yang representative.
(19)
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang penerimaan pajak hiburan dan sejauh mana kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi penulis
Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi program strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Menambah wawasan dalam memahami pengelolaan penerimaan pajak, khususnya pajak hiburan.
b. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam proses penyusunan perencanaan maupun kebijakan serta bahan evaluasi.
c. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan mengenai ilmu akuntansi sektor publik.
d. Bagi pembaca
Sebagai bahan refrensi dan sumber informasi dalam mendalami masalah pengelolaan pajak hiburan.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak telah berubah menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang merupakan perubahan keempat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah UU KUP. Menurut Undang-Undang tersebut, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sementara itu, pengertian pajak menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo (1991: 2), Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
2. Menurut Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S.H menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
(21)
langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Berdasarkan definisi pajak yang telah dijelaskan, dapat diuraikan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pajak merupakan iuran (kontribusi wajib) rakyat kepada negara dalam berupa uang bukan barang;
2. Sifat pemungutan pajak adalah dipaksakan berdasarkan Undang-Undang beserta peraturan pelaksanaannya;
3. Tidak ada kontraprestasi atau imbalan langsung dari pemerintah kepada wajib pajak;
4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.
2.1.1.1 Fungsi Pajak
Pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara, untuk membiayai pengeluaran rutin pembangunan. Sebagai contoh: Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2. Fungsi Mengatur (Regulated)
Pajak merupakan alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi dan untuk mencapai tujuan tertentu diluar bidang perpajakan. Contohnya: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras demikian juga terhadap barang
(22)
mewah, hal ini bertujuan untuk dapat menekan penggunaan barang tersebut.
2.1.1.2 Jenis-jenis pajak
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu menurut golongan atau penerimaan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya. Namun jika ditinjau dari segi lembaga pemungut pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Pajak Pusat
Pajak Pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat (Direktorat Jendral Pajak) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara dan pembangunan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak Pusat yang berlaku sampai saat ini adalah:
a. Pajak Penghasilan
Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PDBR 1970.
b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPn BM)
(23)
Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Undang-Undang PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan merupakan pengganti Undang-Undang Pajak Penjualan 1951. c. Bea Materai
Dasar hukum pengenaan bea materai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985. Undang-undang bea materai berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986 menggantikan peraturan dan undang-undang bea materai yang lama (aturan bea materai 1921). Selain itu untuk mengatur pelaksanaanya telah dikeluarkan peraturan pemerintah.
2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota) dan hasil dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD). Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis pajak daerah:
a. Pajak Provinsi terdiri dari:
Pajak Kendaraan Bermotor;
(24)
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan;
Pajak Rokok.
b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak Hotel;
Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame;
Pajak Penerangan Jalan;
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak Parkir;
Pajak Air Tanah;
Pajak Sarang Burung Walet;
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211, diatur bahwa pejabat diplomatik dan pejabat perwakilan konsuler dibebaskan dari semua pungutan dan pajak - pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah.
(25)
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Menurut Halim (2007: 107) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Menurut Yuwono dkk (2005: 107) menyatakan bahwa pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Dengan demikian, pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber – sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 26 ayat (1) disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari :
1. Pajak daerah; 2. Retribusi daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4. Lain – lain pendapatan asli daerah yang sah.
(26)
Sumber: Hasil Pengolahan penulis, 2013
Gambar 2.1
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2.1.3 Pajak Daerah
Menurut Yani (2002: 45) menyatakan bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang – undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daearah dan pembangunan daerah.
Menurut Perda kota Medan Nomor 7 Tahun 2011, pajak daerah adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Lain – lain pendapatan asli daerah yang sah
(27)
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, yang dipaksakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dengan demikian, pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah. Wewenang pungutan pajak daerah berada di tangan pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak yang dikelola daerah ada dua jenis:
1. Pajak provinsi, terdiri dari : a. Pajak kendaraan bermotor;
b. Pajak bea balik nama kendaraan bermotor; c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor; d. Pajak air permukaan;
e. Pajak rokok.
2. Pajak kabupaten atau kota, terdiri dari : a. Pajak hotel;
b. Pajak restoran; c. Pajak hiburan; d. Pajak reklame;
(28)
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan; g. Pajak parker;
h. Pajak air tanah;
i. Pajak sarang burung wallet;
j. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan; k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Sumber: Hasil pengolahan penulis, 2013
Gambar 2.2 Pajak Daerah Pajak Daerah Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/ Kota
Pajak Kendaraan bermotor
Pajak Bea Balik Nama kendaraan bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan
Pajak Rokok
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan logam dan batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(29)
2.1.4 Retribusi Daerah
Menurut Siahaan (2005: 5) menyatakan bahwa retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Dengan demikian retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Ciri - ciri retribusi ada empat yaitu :
1. Retribusi dipungut oleh Negara;
2. Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis; 3. Adanya kontra prestasi secara langsung dapat ditunjuk;
4. Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang menggunakan jasa – jasa yang disediakan oleh Negara.
Berdasarkan uraian diatas, retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan. Yang mana dapat diuraikan sebagai berikut:
(30)
1. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan; 2. Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat diesediakan oleh swasta, meliputi pelayanan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;
3. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
2.1.5 Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan
Salah satu penyebab diberlakukannya otonomi daerah adalah untuk mengurangi campur tangan pemerintah pusat dalam pengelolaan roda pemerintahan daerah seperti pengelolaan kekayaan daerah berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sektor industri. Dengan adanya otonomi daerah
(31)
diharapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari:
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah / BUMD;
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah / BUMN;
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
2.1.6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber – sumber pendapatan lainnya yaitu lain – lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis – jenis lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari:
1. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan;
2. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
3. Jasa giro; 4. Bunga deposito;
5. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi;
6. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asli;
(32)
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; 8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi;
9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; 10. Pendapatan dari pengembalian;
11. Fasilitas sosial dan fasilitas umum;
12. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; 13. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
2.1.7 Pajak Hiburan
2.1.7.1 Pengertian Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak tentang hiburan. Setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran akan dikenakan pajak dengan nama pajak hiburan. Hiburan yang dimaksud adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau keramaian.
2.1.7.2 Subjek Pajak Hiburan dan Wajib Pajak Hiburan
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Subjek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 43 ayat 1 adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan
(33)
daerah. Wajib pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 43 ayat 2 adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
2.1.7.3 Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Yang termasuk objek pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah pasal 42 ayat 2 meliputi:
a. Tontonan film;
b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana; c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya; d. Pameran;
e. Diskotik, karaoke, klub malam dan sejenisnya; f. Sirkus, akrobat, dan sulap;
g. Permainan bilyar, golf, bowling;
h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;
i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center);
j. Pertandingan olah raga.
Namun, ada yang tidak termasuk dalam hal objek pajak hiburan yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan dan sejenisnya.
(34)
2.1.7.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan
Dasar pengenaan pajak hiburan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 44 ayat 1 dan 2 adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan. Yang termasuk jumlah uang yang seharusnya diterima adalah potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.
2.1.7.5 Tarif Pajak Hiburan
Perubahan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 selain menambah jenis pajak daerah, juga dikembangkan dalam perluasan basis pajak. Perubahan tersebut salah satunya mengakibatkan perubahan tarif Pajak Hiburan. Tiga kelompok tarif pajak hiburan yang diperkenankan bagi pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut:
a. Tarif maksimal 35% (tiga puluh lima persen), antara lain untuk pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, dan tontonan film;
b. Tarif maksimal 10% (sepuluh persen) khusus untuk hiburan kesenian rakyat dan tradisional;
c. Tarif maksimal 75% (tujuh puluh lima persen), yakni untuk permainan ketangkasan, diskotek, klab malam, karaoke, mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan.
Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Maka, besarnya tarif pajak hiburan berbeda-beda pada masing-masing Kabupaten/Kota. Sebagai contoh
(35)
adalah kota Medan yang ditetapkan melalui Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah sebagai berikut:
a. Tontonan film dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana dikenakan pajak 10% (sepuluh persen) dan pagelaran kesenian yang bersifat tradisional yang perlu dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur dikenakan pajak 5% (lima persen);
c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen);
d. Pameran dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
e. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35% (tiga puluh lima persen);
f. Karaoke dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen);
g. Sirkus, akrobat, dan sulap dikenakan pajak 10% (sepuluh persen); h. Permainan bilyar yang menggunakan AC (air conditioner) dikenakan
pajak 20% (dua puluh persen) dan permainan bilyar yang tidak menggunakan AC dikenakan pajak 15% (lima belas persen);
i. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan dikenakan pajak 20% (dua puluh persen);
j. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center) dikenakan pajak 35% (tiga puluh lima persen);
(36)
Contoh yang lain pada kota Sibolga yang ditetapkan melalui Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan menetapkan tarif pajak hiburan adalah sebagai berikut:
a. Tontonan film dan pameran dikenakan pajak 10% (sepuluh persen); b. Pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana, kontes kecantikan,
binaraga dan sejenisnya, yang bersifat lokal daerah, dikenakan pajak 5% (lima persen);
c. Diskotik, klub malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35% (tiga puluh lima persen);
d. Karaoke dikenakan pajak 30% (tiga puluh persen);
e. Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya dikenakan pajak 7% (tujuh persen);
f. Permainan ketangkasan, bilyar, video game, permainan game melalui internet dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
g. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan sejenisnya dikenakan pajak 25% (dua puluh lima persen);
h. Pertandingan olah raga, pusat kebugaran/fitness, dan sejenisnya dikenakan pajak 10 % (sepuluh persen);
i. Balapan kendaraan bermotor dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
j. Pagelaran musik yang menghadirkan pemusik dan/atau artis dari luar daerah dikenakan pajak 20% (dua puluh persen).
(37)
Contoh yang lain pada Kabupaten Toba Samosir yang ditetapkan melalui Perda Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan. Perda tersebut menetapkan tarif pajak hiburan sebagai berikut:
a. Pertunjukan dan keramaian umum yang menggunakan sarana film bioskop dikenakan pajak 15% (lima belas persen);
b. Pertunjukan kesenian antara lain kesenian tradisional, prtunjukan sirkus, pameran seni, pameran busana, kontes kecantikan dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
c. Pertunjukan/pagelaran musik dan tari dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
d. Diskotik dikenakan pajak 10% (sepuluh persen); e. Karaoke dikenakan pajak 10% (sepuluh persen); f. Klab malam dikenakan pajak 10% (sepuluh persen); g. Permainan bilyar dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
h. Permainan ketangkasan dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
i. Panti pijat dikenakan pajak 10% (sepuluh persen);
j. Mandi uap dan sejenisnya dikenakan pajak 10% (sepuluh persen); k. Pertandingan olah raga dikenakan pajak 10 % (sepuluh persen).
Besarnya pajak hiburan terutang dapat dihitung dengan rumus:
Besar Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak Dimana:
(38)
Dasar pengenaan pajak = Jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggaraan hiburan
Tarif pajak = Tarif yang telah ditetapkan oleh kabupaten/kota
Sebagai contoh kasus untuk menghitung pajak hiburan adalah sebagai berikut:
Event Organizer ABC mengadakan hiburan berupa pagelaran musik di kota Medan. Dalam acara itu, setiap penonton yang ingin menonton diwajibkan membayar tiket sebesar Rp50.000,-.
Maka, perhitungan pajak hiburan:
Dasar pengenaan pajak = Rp50.000
Tarif pajak = 10%
Pajak Hiburan = Dasar Pengenaan pajak X Tarif pajak
= Rp50.000 X 10%
= Rp5.000
Karena pajak hiburan dibebankan kepada pihak yang menonton atau yang menikmati hiburan, maka beban yang harus dibayar penonton sebagai berikut:
= Dasar pengenaan pajak + pajak hiburan
= Rp50.000 + Rp5.000
(39)
2.1.7.6 Masa Pajak Hiburan
Masa pajak hiburan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran dan/atau yang seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu lainnya yang berhubungan disajikan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Peneltian Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian Nurlaili Qudriah 2012 Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur Pajak Hiburan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dengan meningkatnya penerimaan pajak hiburan maka akan meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah (PAD) Mohd. Rangga Diza 2009 Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asl i Daerah di Propinsi Sumatera Utara Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli
(40)
Nama Peneliti Judul Peneltian Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian Helvianti 2009 Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir – Riau
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Secara simultan menunjukkan bahwa pajak reklame dan penerangan jalan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Andhi Kurniawan Yulianto 2009 Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus Pajak Hotel, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama periode analisis (2006-2008) mengalami peningkatan Ferry Budiman 2011 Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal Pajak Hiburan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Tegal mengalami
peningkatan dari tahun 2006-2010, namun mengalami penurunan pada tahun anggaran 2008-2009 Sumber : Hasil Pengolahan Penulis, 2013
(41)
Nurlaili Qudriah (2012) meneliti Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendaptan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penerimaan pajak hiburan tidak berpengaruh secara signifikan. Dengan meningkatnya penerimaan pajak hiburan maka akan meningkatkan pula pendapatan hasil daerah yang dapat bermanfaat untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya melayani publik secara optimal.
Mohd. Rangga Diza (2009) meneliti Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memiliki kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Helvianti (2009) meneliti Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir – Riau. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa secara simultan menunjukkan bahwa pajak reklame dan penerangan jalan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Andhi Kurniawan Yulianto (2009) meneliti Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus. Penelitian ini menggambarkan bahwa Kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama periode analisis (2006-2008) mengalami peningkatan.
Ferry Budiman (2009) meneliti Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(42)
kota Tegal mengalami peningkatan dari tahun 2006-2010, namun mengalami penurunan pada tahun anggaran 2008-2009.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2011: 33) menyatakan bahwa kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, variabel bebas/indepeden adalah Pajak Hiburan. Sedangkan variabel terikat/dependen adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara. Kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Penerimaan yang diperoleh dari Pajak Hiburan merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga, naik turunnya penerimaan dari sektor pajak hiburan akan memiliki kontribusi yang berbeda pula terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu pemerintahan daerah.
Pajak Hiburan (X)
Pendapatan Asli Daerah (Y)
(43)
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011: 41) menyatakan bahwa hipotesis penelitian adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Ada kontribusi yang signifikan antara penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
H2 : Ada kontribusi yang tidak signifikan antara penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan menggunakan jenis metode penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang menganalisis hubungan antara 2 variabel atau lebih (Sugiyono, 2006 : 11).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengunjungi website Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia www.djpk.depkeu.go.id. Adapun waktu penelitian ini adalah dimulai dari bulan Oktober sampai dengan selesai.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini membahas tentang penerimaan Pajak Hiburan dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
3.4 Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap konstruk atau variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur dan memanipulasinya. Variabel operasional dalam penelitian ini antara lain:
(45)
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat memperngaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Penerimaan Pajak Hiburan. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang utama yang diteliti oleh peneliti dengan tujuan untuk memahami dan mendeskripsikan variabel dependen atau menjelaskan variabilitisnya atau memprediksinya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh dari sumber – sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain PAD yang sah.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2011: 80) menyatakan bahwa populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai kareteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota yang terdapat di provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 33 Kabupaten/Kota.
Menurut Erlina (2011: 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan kareteristik populasi. Sampel
(46)
yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran dan Realisasi APBD-nya secara konsisten dari tahun 2008 – 2012.
2. Kabupaten/Kota yang tidak dimekarkan dan bukan pemekaran pada kurun waktu 2008 – 2012.
Tabel 3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
No Kabupaten dan Kota Kriteria
Sampel Terpilih 1 2
1 Kabupaten Asahan x √ -
2 Kabupaten Dairi x √ -
3 Kabupaten Deli Serdang √ √ Sampel 1
4 Kabupaten Tanah Karo √ √ Sampel 2
5 Kabupaten Labuhan Batu √ √ Sampel 3
6 Kabupaten Langkat x √ -
7 Kabupaten Mandailing Natal x √ -
8 Kabupaten Nias x √ -
9 Kabupaten Simalungun x √ -
10 Kabupaten Tapanuli Selatan x √ -
11 Kabupaten Tapanuli Tengah x √ -
12 Kabupaten Tapanuli Utara √ √ Sampel 4
13 Kabupaten Toba Samosir √ √ Sampel 5
14 Kota Binjai x √ -
15 Kota Medan √ √ Sampel 6
16 Kota Pemantang Siantar √ √ Sampel 7
17 Kota Sibolga √ √ Sampel 8
(47)
19 Kota Tebing Tinggi √ √ Sampel 10
20 Kota Padang Sidempuan √ √ Sampel 11
21 Kabupaten Pakpak Barat x √ -
22 Kabupaten Nias Selatan
x √ -
23 Kabupaten Humbang Hasuduntan x √ -
24 Kabupaten Sergai √ √ Sampel 12
25 Kabupaten Samosir √ √ Sampel 13
26 Kabupaten Batu Bara √ √ Sampel 14
27 Kabupaten Padang Lawas x √ -
28 Kabupaten Padang Lawas utara x √ - 29 Kabupaten Labuhan Batu Selatan x X - 30 Kabupaten Labuhan Batu Utara x X -
31 Kabupaten Nias Utara x X -
32 Kabupaten Nias Barat x X -
33 Kota Gunung Sitoli
x X -
Sumber: data diolah penulis 2013 3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari website Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Republik Indonesia
www.djpk.depkeu.go.id
(48)
Dalam mengumpulkan data penelitian melakukan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Data yang diambil berupa realisasi penerimaan pajak hiburan dan realisasi Pendapatan Asli Daerah dari masing – masing Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara. Periode waktu untuk variabel independen dan variabel dependen adalah periode 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012.
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik menggunakan software SPSS. Analisis data digunakan dengan melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode analisis regresi linier sederhana. Analisis linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan utuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis yang berbunyi Analisis Penerimaan Pajak Hiburan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
PADt = α + β1PHt-1 + ε
(49)
PADt = Realisasi Pendapatan Asli Daerah t
α = konstanta
PHt-1 = Penerimaan Pajak Hiburan t-1
β1 = Koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen
ε = Error
3.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan teknik analisis statistik. Berikut langkah yang dilakukan dalam analisis tersebut masing-masing akan dijelaskan di bawah ini.
3.9.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini, dengan melihat gambaran dari data-data yang ada, maka akan diperoleh informasi yang jelas mengenai penerimaan pajak hiburan dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
(50)
Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara penerimaan pajak hiburan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:
Yi = α + bi Xi Keterangan:
Y1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
α = Konstanta
Xi = Penerimaan pajak hiburan
bi = Koefisien Regresi untuk variabel bebas
3.9.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel – variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian secara parsial menggunakan uji statistik t (t-test). Pengujian secara simultan menggunakan uji signifikan simultan (f-test).
Tabel 3.2
Perbandingan Uji T dan Uji F
Hal yang dibandingkan Uji T Uji F
Penemu R.A. Fisher Neyman, Pearson
Signifikan thitung > ttabel fhitung > ftabel Tidak Sigifikan thitung < ttabel fhitung< ftabel
Pengujian Individual Serentak Banyaknya variable Satu Lebih dari satu
(51)
Sumber: Hasil pengolahan penulis, 2013
Namun, karena didalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel bebas (variabel independen), maka penelitian ini hanya menggunakan uji variabel secara parsial (t-test).
3.9.3.1 Uji Signifikan Parsial (T-test)
Uji parsial t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini digunakan untuk menguji sebarapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
H0: b1, b2, b3,b4 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
H1: b1, b2, b3,b4 ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpegaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah sebagai berikut:
1. H1 diterima atau H0 ditolak apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < sebesar 0,05.
2. H1 ditolak atau H0 diterima apabila thitung < ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > sebesar 0,05.
(52)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variabel – variabel dependen dan apabila nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel – variabel independen hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
(53)
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN 4.1 Data Penelitian
Data Kabupaten/Kota yang ditetapkan sebagai sampel penelitian adalah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Populasi pada penelitian ini berjumlah 33 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota di Provinsi Sumatera Utara. Diantara 33 Kabupaten/Kota tersebut yang memenuhi kriteria menjadi sampel adalah 14 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 8 Kabupaten dan 6 Kota. Populasi dan sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Data kualiatatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Laporan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yakni tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Dari Laporan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut yang menjadi objek penelitian adalah pos penerimaan pajak hiburan. Sementara itu dari Laporan Realisasi APBD yang menjadi objek penelitian adalah realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Data diperoleh dari situs Sistem Informasi Keuangan Daerah – Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan – Departemen Keuangan Republik Indonesia yang diaskses melalui www.djpk.depkeu.go.id
(54)
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Dekriptif
Statistik deskrptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh selama 5 tahun, maka diperoleh deskriptif statisktik data penelitian. Dari data deskriptif statistik data penelitian diperoleh data hasil yang mencakup n (banyaknya data yang diperoleh), rata – rata (mean), standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimun atas variabel-variabel penelitian.
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PajakHiburan 70 .01 323.08 13.1931 48.86071
PAD 70 30.43 14162.29 846.7829 2131.65246
Valid N (listwise) 70
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui: 1. Jumlah sampel (N) sebanyak 70.
2. Penerimaan pajak hiburan terendah adalah 0,01 (dalam ratus juta rupiah), penerimaan pajak hiburan tertinggi adalah 323,08 (dalam ratus juta rupiah) dengan rata-rata 13,1931 (dalam ratus juta rupiah) serta standard deviasi sebesar 48,86071.
(55)
3. Pendapatan Asli Daerah terendah adalah 30,43 (dalam ratus juta rupiah), Pendapatan Asli Daerah tertinggi adalah 14162,29 (dalam ratus juta rupiah) dengan rata – rata 846,7829 (dalam ratus juta rupiah) serta standar deviasi sebesar 2131,65246.
4.2.2 Uji Signifikan Parsial (T-test)
Uji parsial (T-test) dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu pajak hiburan terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial (individu). Hipotesis:
1. Ho : d1 = 0; Ho : d2 = 0; Ho : d3 = 0
Artinya Penerimaan Pajak Hiburan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Ha : d1≠ 0; Ho : d2≠ 0; Ho : d3≠ 0
Artinya Penerimaan Pajak Hiburan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji – t adalah sebagai berikut: 1. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima
(56)
Tabel 4.2
Uji Signifikan Parsial – t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 325.059 112.330 2.894 .005
PajakHiburan 39.545 2.234 .906 17.698 .000
a. Dependent Variable: PAD
Dari hasil pengujian akan dijelaskan pengaruh variabel independen secara satu persatu (parsial) dengan membandingkan nilai signifikansi (t hitung) yang terdapat pada tabel 4.2 uji statistik – t diperoleh informasi data sebagai berikut:
Variabel Pajak Hiburan : t hitung = 13.378, ttabel = 1,995 dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan thitung = 13.378 > ttabel = 1,995 dan p = 0.000 < α = 0,05. Maka secara parsial Pajak Hiburan berpengaruh terhadap PAD. Dari uraian tersebut maka dengan demikian dapat disusun persamaan analisis regresi sederhana sebagai berikut:
PAD = 325,06 + 39,54Pajak Hiburan + ε Model persamaan regresi sederhana tersebut bermakna:
1. Nilai konstanta sebesar 325,06 artinya apabila nilai variabel independen (Pajak Hiburan) dianggap konstan PAD sebesar 325,05 (ratus juta).
(57)
2. Variabel Pajak Hiburan berpengaruh positif terhadap PAD dengan nilai koefisien sebesar 39,54 artinya setiap penambahan 1 variabel Pajak Hiburan akan menaikkan variabel PAD sebesar 39,54 (ratus juta).
4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)
Uji statistik koefisien determinasi pada penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel 4.3 Koefisien Determinasi
Model Summary Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
d
i
me n s io n 0
1 .906a .822 .819 906.87921
a. Predictors: (Constant), PajakHiburan
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diperoleh nilai R Square sebesar 0.822 dan nilai Adjusted R Square sebesar 0.819. Hal ini menunjukkan bahwa 0.822 atau 82,2% variasi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen Pajak Hiburan, sedangkan sisanya 7,8% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan pada model penelitian ini.
(58)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan uji hipotesis yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Penerimaan pajak hiburan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Sampel penelitian ini hanya dibatasi pada Kabupaten/Kota yang memiliki ketersediaan data, yaitu 14 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk Kabupaten/Kota yang menjadi sampel penelitian, sehingga belum dapat digeneralisasikan untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. 2. Variabel independen dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pajak
hiburan saja sementara banyak variabel lain yang berpengaruh dalam menentukan besarnya Pendapatan Asli Daerah, seperti: komponen
(59)
pajak daerah lainnya, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah yang belum diikutsertakan dalam penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah dapat melakukan upaya semaksimal mungkin untuk mengoptimalisasi seluruh penerimaan pajak daerah khususnya pajak hiburan agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Sumatera Utara dapat mencapai target yang telah dianggarkan. Upaya yang dapat dilaksanakan yaitu;
a. Intensifikasi, merupakan usaha yang dilakukan dengan cara melakukan pemungutan dengan lebih giat dan teliti. Dalam hal ini mencakup aspek pelaksanaan yang meliputi:
- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat, seperti kesadaran membayar pajak tepat waktu;
- Memperbaiki dan menyesuaikan perangkat yang terkait;
- Memperbaiki system administrasi maupun operasional yang meliputi: Penyesuaian tarif, penyesuaian sistem pelaksanaan pemungutan pajak, penyesuaian/penyempurnaan pemungutan; - Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola meliputi:
(60)
b. Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak hiburan dengan cara menambah objek-objek baru yang potensial.
2. Peneliti berikutnya sebaiknya menambah variabel atau faktor lain yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti komponen pajak daerah lainnya, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
3. Bagi peneliti berikutnya di masa mendatang agar dapat memperluas atau menambah sampel penelitian seperti dari luar provinsi Sumatera Utara atau seluruh Indonesia dan/atau dengan menambah periode pengamatan.
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Brotodiharjo, R, Santoso. 1991. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Pertama, Buku Pertama, Cetakan Pertama. Bandung: PT. Eresco.
Budiman, Ferry. 2011. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal. Universitas Pancasakti Tegal.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Helvianti. 2009. Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan Penerangan Jalan
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir – Riau. Universitas Sumatera Utara.
Kurniawan, Andhi. 2009. Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus. Universitas Katolik Soegijapranata.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 No.2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Perda Kota Medan No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
Perda Kabupaten Toba Samosir No.3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan. Perda Kota Sibolga No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
Pramesti, Getut. 2008. Solusi Express SPSS 15.0. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Quadriah, Nurlaili. 2012. Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur. Universitas Pamulang.
Rangga, Mohd. 2009. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.
(62)
Siahaan, Marihot. 2000. Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Siahaan, Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soemitro, Rochmat. 1990. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Bandung: PT. Eresco.
Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang–Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPn BM).
Undang-Undang No.13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yuwono, Sony dkk. 2005. Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungajawaban APBD (Berbasis Kinerja). Malang: Bayumedia Publishing.
(63)
Perbandingan Jenis Pajak Daerah yang Dapat Dipungut Provinsi
dan Kabupaten/Kota
UU 18/1997 UU 34/2000 UU 28/2009
Pajak Daerah Tingkat I 1. PajakKendaraanBermotor 2. Bea
BalikNamaKendaraanBermo tor
3. PajakBahanBakarKendaraan Bermotor
PajakProvinsi
1. PajakKendaraanBermotorda nkendaraandiatas air
2. Bea
BalikNamaKendaraanBermo tordankendaraandiatas air 3. PajakBahanBakarKendaraan
Bermotor
4. PajakPengambilandanPeman faatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
PajakProvinsi
1. PajakKendaraanBermot or
2. Bea
BalikNamaKendaraanB ermotor
3. PajakBahanBakarKenda raanBermotor
4. Pajak Air Permukaan 5. PajakRokok
(64)
Pajak Daerah Tingkat II 1. Pajak Hotel danRestoran 2. PajakHiburan
3. PajakReklame
4. PajakPeneranganJalan 5. PajakPengambilandanPengol
ahanBahanGalianGolongan C
6. PajakPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel
2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame
5. PajakPeneranganJalan 6. PajakPengambilandanPengol
ahanBahanGalianGolongan C
7. PajakParkir
PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel
2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame
5. PajakPeneranganJalan 6. Pajak Mineral
BukanLogamdanBatuan 7. PajakParkir
8. Pajak Air Tanah
9. PajakSarangBurungWal et
10. PajakBumidanBanguna nPerdesaandanPerkotaa n
11. Bea PerolehanHakatas Tanah danBangunan
Sumber: UU 18/1997, UU 34/2000 dan UU 28/2009
Penerimaan Pajak Hiburan dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
(dalam ratusan juta rupiah)
No Kabupaten/Kota Tahun PajakHiburan PendapatanAsli Daerah (PAD)
1 Kab. Deli Serdang 2008 0.8 978.95
2009 2 1036.71
2010 5.79 1205.37
2011 3 3001.34
2012 4 3800.55
2 Kab. Tanah Karo 2008 5.57 282.39
2009 5.72 271.86
2010 0.48 265
2011 10.91 353.63
(65)
2012 12.67 412.43
3 Kab. LabuhanBatu 2008 0.44 397.35
2009 0.48 390.13
2010 0.1 320.7
2011 0.5 489.21
2012 1 500
4 Kab. Tapanuli Utara 2008 0.06 95.46
2009 0.07 126.16
2010 6 154.33
2011 0.07 135.28
2012 12 143.03
5 Kab. Toba Samosir 2008 0.06 105.27
2009 0.06 96.61
2010 14.35 119.89
2011 0.07 120.32
2012 7 189.13
6 Kota Medan 2008 89.22 3915.14
2009 91.72 3685.64
2010 3.5 5889.41
2011 233.09 8297.94
2012 323.08 14162.29
7 Kota PematangSianta 2008 2 230.12
2009 2 204.58
2010 0.11 259.11
2011 4 436.48
2012 4 600.32
8 Kota Sibolga 2008 0.13 116.77
2009 0.11 128.2
2010 11 151.18
2011 0.18 178.4
2012 0.24 211
9 Kota TanjungBalai 2008 0.15 126.03
2009 0.15 166.2
2010 0.2 241.26
2011 0.21 221.46
2012 16 318.55
10 Kota TebingTinggi 2008 0.05 189.19
2009 0.15 173.39
2010 8.5 262.72
2011 21 279.91
(66)
11 Kota Padang Sidempuan 2008 0.8 96.54
2009 0.8 118.36
2010 0.01 146.02
2011 0.85 197.55
2012 1 231.59
12 Kab. SerdangBedagai 2008 0.6 216.04
2009 0.86 190.18
2010 1.5 264.18
2011 4 357.1
2012 4 409.69
13 Kab. Samosir 2008 0.006 93.11
2009 0.3 148.32
2010 0.77 118.13
2011 0.1 142.02
2012 1 174.6
14 Kab. Batu Bara 2008 0.14 30.43
2009 0.74 136.82
2010 0.22 180.35
2011 0.78 132.41
2012 0.82 165.58
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Brotodiharjo, R, Santoso. 1991. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Pertama, Buku Pertama, Cetakan Pertama. Bandung: PT. Eresco.
Budiman, Ferry. 2011. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tegal. Universitas Pancasakti Tegal.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Helvianti. 2009. Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame dan Penerangan Jalan
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir – Riau. Universitas Sumatera Utara.
Kurniawan, Andhi. 2009. Analisis Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kudus. Universitas Katolik Soegijapranata.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 No.2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3211.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Perda Kota Medan No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
Perda Kabupaten Toba Samosir No.3 Tahun 2006 tentang Pajak Hiburan. Perda Kota Sibolga No.7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan.
Pramesti, Getut. 2008. Solusi Express SPSS 15.0. Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Quadriah, Nurlaili. 2012. Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Jakarta Timur. Universitas Pamulang.
Rangga, Mohd. 2009. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.
(2)
60
Siahaan, Marihot. 2000. Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Siahaan, Marihot. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soemitro, Rochmat. 1990. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Bandung: PT. Eresco.
Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).
Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang–Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang No.42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPn BM).
Undang-Undang No.13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yuwono, Sony dkk. 2005. Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungajawaban APBD (Berbasis Kinerja). Malang: Bayumedia Publishing.
(3)
Perbandingan Jenis Pajak Daerah yang Dapat Dipungut Provinsi
dan Kabupaten/Kota
UU 18/1997 UU 34/2000 UU 28/2009
Pajak Daerah Tingkat I 1. PajakKendaraanBermotor 2. Bea
BalikNamaKendaraanBermo tor
3. PajakBahanBakarKendaraan Bermotor
PajakProvinsi
1. PajakKendaraanBermotorda nkendaraandiatas air
2. Bea
BalikNamaKendaraanBermo tordankendaraandiatas air 3. PajakBahanBakarKendaraan
Bermotor
4. PajakPengambilandanPeman faatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
PajakProvinsi
1. PajakKendaraanBermot or
2. Bea
BalikNamaKendaraanB ermotor
3. PajakBahanBakarKenda raanBermotor
4. Pajak Air Permukaan 5. PajakRokok
(4)
63
Pajak Daerah Tingkat II 1. Pajak Hotel danRestoran 2. PajakHiburan
3. PajakReklame
4. PajakPeneranganJalan 5. PajakPengambilandanPengol
ahanBahanGalianGolongan C
6. PajakPemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel
2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame
5. PajakPeneranganJalan 6. PajakPengambilandanPengol
ahanBahanGalianGolongan C
7. PajakParkir
PajakKabupaten/Kota 1. Pajak Hotel
2. PajakRestoran 3. PajakHiburan 4. PajakReklame
5. PajakPeneranganJalan 6. Pajak Mineral
BukanLogamdanBatuan 7. PajakParkir
8. Pajak Air Tanah
9. PajakSarangBurungWal et
10. PajakBumidanBanguna nPerdesaandanPerkotaa n
11. Bea PerolehanHakatas Tanah danBangunan
Sumber: UU 18/1997, UU 34/2000 dan UU 28/2009
Penerimaan Pajak Hiburan dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
(dalam ratusan juta rupiah)
No Kabupaten/Kota Tahun PajakHiburan PendapatanAsli Daerah (PAD)
1 Kab. Deli Serdang 2008 0.8 978.95
2009 2 1036.71
2010 5.79 1205.37
2011 3 3001.34
2012 4 3800.55
2 Kab. Tanah Karo 2008 5.57 282.39
2009 5.72 271.86
2010 0.48 265
2011 10.91 353.63
Lampiran 2
(5)
2012 12.67 412.43
3 Kab. LabuhanBatu 2008 0.44 397.35
2009 0.48 390.13
2010 0.1 320.7
2011 0.5 489.21
2012 1 500
4 Kab. Tapanuli Utara 2008 0.06 95.46
2009 0.07 126.16
2010 6 154.33
2011 0.07 135.28
2012 12 143.03
5 Kab. Toba Samosir 2008 0.06 105.27
2009 0.06 96.61
2010 14.35 119.89
2011 0.07 120.32
2012 7 189.13
6 Kota Medan 2008 89.22 3915.14
2009 91.72 3685.64
2010 3.5 5889.41
2011 233.09 8297.94
2012 323.08 14162.29
7 Kota PematangSianta 2008 2 230.12
2009 2 204.58
2010 0.11 259.11
2011 4 436.48
2012 4 600.32
8 Kota Sibolga 2008 0.13 116.77
2009 0.11 128.2
2010 11 151.18
2011 0.18 178.4
2012 0.24 211
9 Kota TanjungBalai 2008 0.15 126.03
2009 0.15 166.2
2010 0.2 241.26
2011 0.21 221.46
2012 16 318.55
10 Kota TebingTinggi 2008 0.05 189.19
2009 0.15 173.39
2010 8.5 262.72
2011 21 279.91
(6)
65
11 Kota Padang Sidempuan 2008 0.8 96.54
2009 0.8 118.36
2010 0.01 146.02
2011 0.85 197.55
2012 1 231.59
12 Kab. SerdangBedagai 2008 0.6 216.04
2009 0.86 190.18
2010 1.5 264.18
2011 4 357.1
2012 4 409.69
13 Kab. Samosir 2008 0.006 93.11
2009 0.3 148.32
2010 0.77 118.13
2011 0.1 142.02
2012 1 174.6
14 Kab. Batu Bara 2008 0.14 30.43
2009 0.74 136.82
2010 0.22 180.35
2011 0.78 132.41
2012 0.82 165.58
Sumber: www.djpk.depkeu.go.id