Analisis Pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang Tahun 2000-2011

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD) KOTA PALEMBANG TAHUN 2000-2011

Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Disusun Oleh:

Febri Mandra
106084003601

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1.

2.
3.
4.
5.

Nama Lengkap
Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat

: Febri Mandra
: Palembang, 05 1987
: Laki-Laki
: Islam
: Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.
1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya,
Kecamatan Kemuning, Kota
Palembang


6. No Telepon

: 085777743983

7. Email

: kstriarx@yahoo.co.id

ll. PENDIDIKAN FORMAL
1.
2.
3.
4.

SD
SMP
SMA
Universitas

: SD Negeri 415 Palembang

: SMP Nurul Iman Palembang
: SMA Nurul Iman Palembang
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
2. Tempat & Tanggal Lahir
3. Alamat

: Usman
: Padang, 11 Maret 1965
: Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.
1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya,
Kecamatan Kemuning, Kota
Palembang
: Fentriwati
: Padang, 2 Februari 1964
: Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.
1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya,
Kecamatan Kemuning, Kota

Palembang

4. Ibu
5. Tempat & Tanggal Lahir
6. Alamat

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan dan pengaruh
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah kota
palembang secara simultan dan parsial dari tahun 2000-2011.
Penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan Metode eksplanatoris
yang sifat verifikatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sektor yang diteliti adalah
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir dan pendapatan asli daerah kota
palembang
Hasil penelitian ini di ketahui pengaruh Pajak : pajak hotel 0,012, pajak restoran 0,047,

pajak hiburan 0,046, pajak reklame 0,011, pajak penerangan jalan 0,043, pajak pengolahan bahan
galian golongan c 0,006, dan pajak parkir 0,022 berpengaruh secara signifikan baik secara parsial
maupun secara simultan terhadap pendapatan asli daerah tahun 2000 sampai tahun 2011 di kota
palembang.
Kata kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan
Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir dan Pendapatan Asli Daerah.

iii

ABSTRACT

This study to identify and analysis the development and influence of the hotel tax, restaurant tax,
entertainment tax, advertisement tax, street lighting tax, tax mineral processing group c, and
parking tax revenue to the city of Palembang simultaneously and partially from 2000 - 2011.
This research uses descriptive quantitative approach to the nature of the explanatory method of
verification. The data used are secondary data. Sectors studied is the hotel tax 0,012, restaurant
tax0,047 , entertainment tax 0,046, advertisement tax 0,011, street lighting tax 0,043, tax mineral
processing group c 0,006, and parking 0,022 and tax revenue the city of Palembang
Results of this study to know the effect of taxes: hotel tax, restaurant tax, entertainment tax,
advertisement tax, street lighting tax, tax mineral processing group c, and parking taxes

significantly affect either partially or simultaneously to local revenues from 2000 to in 2011 in
the city of Palembang.
Key words: hotel tax, restaurant tax, advertisement tax, street lighting tax, Tax Minerals
Processing Group C, Parking Tax and Regional Revenue.

iv

KATA PENGANTAR

Ketidakpuasan mendorong seseorang untuk terus mencari sesuatu yang belum
diperolehnya. Ketidakpuasan dapat menjerumuskan, tetapi dapat pula mendorong ke arah
kebahagiaan. Sebagai makhluk yang lemah, manusia sering membuat kekeliruan dalam upaya
memperoleh sesuatu yang dicita-citakannya. Manusia senantiasa membutuhkan bimbingan-Nya
supaya tidak membuat kekeliruan. Alhamdulillah dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis
telah memperoleh bimbingan-Nya. Puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah S.W.T.,
karena karya tulis ini dapat diselesaikan dan disajikan.

Karya tulis dalam bentuk Peneltian Skripsi ini berjudul " Analisis Pengaruh Pajak
Daerah Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang disusun dengan
tujuan untuk memenuhi salah satu syarat ujian, guna memperoleh gelar sarjana dalam Bidang

Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada:

1. Kedua orangtua saya untuk kasih sayang, dan kesabarannya selama ini, yaitu
ibundaku Pentriwati dan Ayahku Usman sebagai sumber motivasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan
pada saya sampai detik ini. Semoga suatu saat saya dapat membahagiakan Ibu dan
Bapak, Amin ya Allah.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukan FEB.
3. Dr. Lukman M.SI selaku ketua jurusan IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus dosen pembimbing 1 skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan,
tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar biasa kepada penulis, sehingga skripsi
v

ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Yoghi Citra Pratama, M.SI selaku dosen pembimbing ll, yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan.
6. Adik saya Anton Wibowo, Merri Mandra Putri dan Anisa Usmawati, terima kasih
atas motivasi dan semangatnya yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
kuliah dan skripsi ini dan terima kasih atas perhatian juga doa kalian.
7. Teman-teman seperjuangan IESP, Ibnu Syeh Fajar, dan soraya semoga kita bias jadi
anak yang bermanfaat bisa bahagiain kedua orangtua kita dan mampu menerapkan
ilmu yang kita dapat dengan baik dan berguna.
8. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan, Terima kasih.

Febri Mandra


penulis

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, ysng Telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih
sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “ Analisis Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatam Asli Daerah (PAD)
Kota Palembang Tahun 2000-2011” disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Serta shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi umatnya
dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat menyarankan saran dan
kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi
ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas Allah dengan balasan yang lebih baik.
Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:
1. Kedua orangtuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, ibu Fentriwati, dan
Bapak Usman sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepadaku
sampai detik ini. Semoga suatu saat kelak aku dapat membahagiakan ibu
dan bapak ku yang tercinta. Amin Ya Allah.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

iv

Jakarta dan Dosen Pembimbing pertama akademik, yang telah membantu
dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama M.Si, Dosen Pembimbing kedua akademik,
yang telah membantu membimbing dan mengarahkan penulis selama

penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis : Bapak Abas, Bapak
Zuhairan, Bapak Suhenda, Bapak Heri, Bapak Yoghi, Bapak Nuerbelin,
Bapak Muchtar lamo, Bapak Roikhan, Ibu Fitri Amalia, dan Ibu
Rahmawati.
6. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Kepada adik saya Anton Wibowo, Merri Mandra Putri dan Anisa
Usmawati terimakasih telah memberikan semangat, pengertian dan doa
kalian setiap hari dan telah banyak membantu dalam perjalanan hidupku,
hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku ‘ Ibnu Syech Fajar, Soraya, Kati panie, dan Fatia serta
anak-anak IESP lainnya khususnya IESP ‘A’ , yang selalu setia dalam
suka maupun duka bersama menyelesaikan studi S1 ini.
9. Dan keluarga besar IESP seperjuangan ( Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan ) seluruh angkatan 2006.

Ciputat, 16 September 2013

Febri Mandra

v

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

i

ABSTRACT ...........................................................................................

ii

ABSTRAK ..............................................................................................

iii

KATA PENGANTAR..............................................................................

iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vi

DAFTAR TABEL......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................. 7
1.4.1 Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan ......................... 7
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..................... 9
2.1.2 Pajak Daerah ................................................................. 11
2.1.3 Retribusi Daerah ............................................................. 16
vi

2.1.4 Perusahaan Milik Daerah (BUMD) ................................. 21
2.1.5 Fungsi Pendapatan Asli Derah ....................................... 22
2.1.6 Pengertian Pajak ..................................................................... 22
2.1.7 Lingkungan Kota .............................................................. 36
2.1.8 Teori Pertumbuhan Kota ........................................................ 37
2.1.9 Pendapatan Regional ......................................................... 41
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................. 44
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 53
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................. 57
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 58
3.1 Metode Penelitian ..................................................................... 58
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 59
3.3 Operasional Variabel Penelitian ................................................ 59
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 64
3.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 64
3.6 Teknik Analisa Data ................................................................. 65
3.6.1 Analisis Perkembangan Pajak dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) ................................................................... 65
3.6.2 Analisis Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) ................................................................... 65
3.6.3 Uji Statisoneriotas ............................................................. 67
3.6.4 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 68
a. Uji Normalitas .............................................................. 68

vii

b. Uji Autokorelasi ........................................................... 69
c. Uji Heteroskedasitisitas ................................................. 69
d. Uji Multikolinearitas ..................................................... 70
3.6.5 Uji Statistik ....................................................................... 71
3.6.5.1 Uji Signifikansi Individual (Partial) Menggunakan Uji
t Statistik ...................................................................... 71
3.6.5.2 Uji Signifikansi Simultan Menggunakan Uji F-Statistik.. 72
3.6.5.3 Koefisien Determinasi (R2)………………………….... 73
BAB. IV. HASIL PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN 74
4.1 Perkembangan Pendapatan Kota Palembang .......................... 74
4.1.1 Perkembangan Pajak Daerah dan Hasil Pendapatan
Asli Daerah Kota Palembang ...................................... 76
4.2.2 Uji Model Penelitian .................................................... 80
4.2.2.1 Uji Kecocokan Model (Goodnes of Fit) ............. 80
4.2.2.2 Uji Multikolinier .............................................. 80
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ............................................... 81
4.2.2.4 Uji Heteroskedasitisitas .................................... 83
4.2.2. Analisis Ekonomi ........................................................ 83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 88
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 88
5.2. Saran...................................................................................... 89
5.2.1. Saran bagi pengembangan ilmu (Akademik)................. 89
5.2.2. Saran bagi operasional kebijakan .................................. 91
viii

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 92
LAMPIRAN I DATA PAJAK DAN PAD KOTA PALEMBANG ........... 95
LAMPIRAN II ANALISIS PENGARUH PAJAK TERHADAP PAD
KOTA PALEMBANG .................................................... 96

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menurunnya kemampuan pemerintah pusat dalam memberikan subsidi
pada pemerintah daerah maupun dalam membiayai proyek-proyek pemerintah di
daerah, maka pemerintah pusat bertekad untuk memberikan kebebasan kepada
pemerintah daerah dalam berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah agar
melemahnya subsidi dari pemerintah pusat tidak meganggu perkembangan
ekonomi maupun jalannya roda kepemerintahan daerah. Dengan kata lain
penurunan

penerimaan

negara

tersebut

telah

mendorong

meningkatnya

pelaksanaan otonomi daerah yang dibarengi dengan sistem desentralisasi
pemerintah dan keuangan.
Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah ini tidak lepas dari kesiapan
masing-masing daerah yang menyangkut permasalahan pendanaan, maupun
masalah sumberdaya manusianya. Dengan adanya otonomi daerah dimana daerah
didorong untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, banyak daerah yang
memikirkan bagaimana meningkatkan tarif pajak dan retribusi daerah serta
memikirkan untuk menciptakan obyek-obyek pajak dan retribusi yang baru.
Pemerintah

didorong

untuk

meningkatkan

kemampuannya

dalam

mengumpulkan pendapatan asli daerah (PAD) dengan maksud agar subsidi dari
pemerintah pusat dapat dikurangi dan mengurangi APBN. Anggaran Pendapatan
1

dan Belanja Daerah maupun Negara selalu mempunyai dua sisi yaitu sisi
penerimaan dan sisi penguluaran.Selanjutnya sisi penerimaan ini dikelompokan
menjadi pengeluaran rutin dan pembangunan (Munawir 2001: 11).
Pemerintah pusat membagi bantuan keuangan ke daerah didasarkan pada
dua kategori yaitu pendapatan yang diserahkan kepada pemerintah daerah dan
subsidi kepada pemerintah daerah. Tujuannya adalah agar daerah otonom dapat
mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya.Namun tidak semua
sumber pembiayaan dapat diserahkan kepada daerah otonom, maka kepada daerah
otonom diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Seperti dinyatakan dalam UU NO.18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah bahwa pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan
daerah itu sendiri.Bedasarkan UU NO.33 tahun 2004, yang merupakan merevisi
UU NO. 25 tahun 1999 tersebut, diatas menyatakan bahwa sumber penerimaan
daerah dikelompokan menjad: (i) Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengolahan kekayaan
daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah seperti jasa giro, serta hasil penjualan
aset pemda, (ii) Dana perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, (iii) Lain-lain pendapatan yang sah (Soedargo 2000: 13).
Sementara ini perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah tentang pembagian dana perimbangan tersebut akan
dilaksanakan dengan melihat pada sumber pendapatannya yaitu: (i) Penerimaan
2

dari pajak dan bukan pajak, (ii) Dana alokasi umum, (iii) dan Dana alokasi
khusus.
Pajak daerah merupakan bagian pendapatan asli daerah yang terbesar,
merupakan iuran wajib yang dikenakan baik pribadi atau badan kepala
pemerintahan (daerah) tanpa balas jasa langsung yang dapat ditunjukan, dan
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Penerimaan
dari hasil pajak ini dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan daerah.
Setiap pajak merupakan pendapatan dari pemerintah daerah meliputi unsur
keadilan, unsur kepastian, unsur kelayakan, efisiensi dan unsur ketepatan. Tolak
ukur untuk menilai keberhasilan pajak daerah dikaitkan dengan hasil, keadilan,
daya guna ekonomi, kemampuan melaksanakan dan kecocokan sebagai sumber
pendapatan daerah.
Ada beberapa jenis pajak daerah yang menjadi sumber pendapatan
pemerintah tingkat provinsi adalah pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Selanjutnya jenis
pajak yang dipungut di daerah kabupaten/kota yang menjadi sumber pendapatan
adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.
Walaupun otonomi daerah diartikan sebagai pemberian hak dan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya, namun untuk berbagai
macam pajak daerah pemerintah pusat masih turut campur dalam menentukan
tinggi rendahnya tarif untuk masing-masing jenis pajak daerah.
3

Tabel I.I
Penerimaan Pajak Daerah dan hasil Pendapatan Asli Daerah Kota
Palembang dari Tahun 2002-2011 (Milyaran)
Tahun

PAD

PHL

PHI

PR

PPJ

PPBG

PRSTRN

PP

2005

86100.1

4126.2

1553.3

3003.1

20561.8

550.6

7292.3

775.3

2006

97202.9

4535.8

1793.5

3628.4

24844.9

507.8

8693.9

1053.0

2007

142128.3

4954.3

2625.0

4121.0

26896.7

732.7

10762.8

1394.3

2008

171210.5

6826.1

3747.9

4138.4

37972.2

923.6

14044.1

1714.9

2009

170540.6

10353.7

4366.2

4225.3

47226.3

540.1

16095.4

1889.5

2010

255193.7

14094.7

5113.1

4603.5

58036.7

600.4

19226.0

2373.9

Sumber : Palembang Dalam Angka 2011

Struktur pajak daerah dan pendapatan asli daerah kota palembang, dapat
dilihat pada tabel diatas, dari tahun 2005 sampai pada tahun 2007 pendapatan
asli daerah kota palembang (PAD) mengalami kenaikan tajam sebesar Rp
142.128.319.304,47.

dimana

sektor

pajak

hotel

sebesar

(PHL)

Rp

4.954.301974,00, pajak restoran (PRSTRN) Rp 10.762.760.474,00, pajak hiburan
(PHI) Rp 2.624.997.097,00, pajak reklame (PR) Rp 4.121.043,626,73, pajak
penerangan jalan (PPJ) Rp 26.896.727.353,33, pajak pengolahan bahan galian
golongan C (PPBG-C) Rp 732.704.132,00 dan pajak parkir (PP) Rp
1.394.332.950,00 dan seterusnya. Tetapi pada saat tahun 2009 sektor pajak daerah
terjadi fluktuasi atau penurunan yang tajam dimana pada tahun 2008 pajak
pengolahan bahan galian golongan C (PPBG-C) sebesar Rp 923.604.134,00
mengalami penurunan di tahun 2009 menjadi Rp 540.103.127,00. dan berganti
4

tahun 2010 sektor pajak daerah kembali normal relatif stabil.
Berdasarkan hal uraian diatas perlu dipertanyakan bagaimanakah
perkembangan dan pengaruh , Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C
dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang Dari
Tahun 2000-2011.maka penulis tertarik untuk membahas “ Analisis Pengaruh
Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang 20002011”.

1.2.Perumusan Masalah
Semakin menigkatnya pajak suatu daerah berarti akan semakin meningkat
pula pendapatan asli daerah (PAD) yang dialokasikan untuk menunjang roda
pemerintahan daerah khususnya baik untuk pembiayaan rutin anggaran maupun
pembiayaan anggaran pembangunan.Dalam suatu kegiatan penelitian apabila
tidak dibatasi permasalahannya tentu banyak sekali masalah-masalah yang
terkandung didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dalam pembahasan skripsi ini,
penulis hanya mengambil atau menyelidiki permasalahan secara simultan maupun
parsial untuk Kota Palembang, sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang
diharapkan. Adapun perumusahan masalah dan pembatasannya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD),Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
5

Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota Palembang Dari
Tahun 2000-2011
2. Seberapa Besarkah Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian
Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Palembang Secara Simultan Dari Tahun 2000-2011
3. Seberapa Besarkah Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian
Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Palembang Secara Parsial Dari Tahun 2000-2011

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan
Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli daerah
Kota Palembang secara Simultan dari tahun 2000-2011.
2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan
Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli daerah
Kota Palembang secara Parsial dari tahun 2000-2011.

6

1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan
1. Secara ilmiah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
pengembangan ilmu ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh
pajak terhadap pendapatan asli daerah kota palembang, sehingga dapat
mengoptimalkan kinerja perekonomiannya dengan memanfaatkan potensipotensi pajak yang ada di daerah Kota Palembang.
2. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dijadikan sebagai bahan informasi
untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh pajak
terhadap pendapatan asli daerah kota palembang.

1.5. Sistematika Penulisan
Agar pembahas skripsi ini dapat dipahami secara jelas, maka penulis
membagi skripsi ini dalam 5 (lima) bab sebagai berikut:
1. Bab 1 Pendahuluan
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari studi ini yang
selanjutnya dirumuskan permasalahan penelitian yang berupa pertanyaan kajian.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka dikemukakan tujuan dan kegunaan
penelitian. Pada bagian terakhir dalam bab ini akan dijabarkan sistematika penulisan.

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pikir dan Hipotesis
Bab ini ini akan dijelaskan tentang teori-teori dan penelitian terdahulu yang
melandasi penelitian ini. Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu,
7

maka akan terbentuk suatu kerangka pemikir dan penentuan hipotesis awal yang
akan diuji.

3. Bab lll Metodelogi Penelitian
Bab ini akan menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian serta definisi operasionalnya, jenis dan sumbe data, metode pengumpulan
data, dan metode analisis data untuk mencapai tujuan penelitian.

4. Bab lV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai gambaran umum objek penelitian. Selain itu bab ini juga
menguraikan mengenai analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dan
pembahasan mengenai hasil analisis dari objek penelitian.

5. Bab V Penutup
Bab ini adalah bab terakhir, bab ini yang menyajikan secara singkat kesimpulan
yang diperoleh dalam pembahasan, serta saran.

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Pengertian pendapatan asli daerah (PAD)
Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”. Dalam undang-undang No.33
Tahun 2004 Pasal 1 adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sesuai dengan UndangUndang No.33 Tahun 2004 tentang Penerimbangan Keuangan dantara Pemerintah
Pusat dan Daerah pasal 6 bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai
berikut:
a.

Pendapatan Asli Daerah Sendiri yang sah :



Hasil pajak daerah



Hasil retribusi daerah



Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan darah lainnya
yang dipisahkan


b.

Lain-lain pendapatan daerah yang Sah
Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah yang terdiri dari :



Sumbangan dari pemerintah



Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan
9



Pendapatan lain-lain yang sah

Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan daerah, oleh karena itu daerah harus melakukan maksimalisasi
Pendapatan Daerah. Maksimalisasi Pendapatan daerah dalam pengertian luas
adalah kekayaan yang dimiliki oleh setiap daerah dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk meningkatkan Pendapatan daerah maupun untuk menggali
sumber-sumber penerimaan yang baru.
Peningkatan pendapatan daerah yang dilaksanakan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Intensifikasi, melalui upaya:


Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah



Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari
kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi.



Mengintensifikasi penerimaan retribusi daerah yang ada.



Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai.

b. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru (ekstensifikasi). Penggalian
sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak
menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan
meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian,
upaya ekstensifikasi lebih diarahkan kepada upaya untuk mempertahankan
10

potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
c. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada
masyarakat ini merupakan unsur yang penting bahwa paradigma yang
bekembang dalam masyarakat ini adalah pembayaran pajak dan retribusi
sudah merupakan hak dari pada kewajiban masyarakat terhadap Negara,
untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang bagaimana
dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat.

2.1.2. Pajak Daerah
Berdasarkan undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang. Perubahan atas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerahdan Retribusi
Daerah, yang dimaskud dengan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak,
adalah iuran wajib dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Seperti halnya dengan pajak pada
umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu:

1. Sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary)
2. Sebgai alat pengatur (regulatory).

11

Sebagai sumber pendapatan dari pemerintah daerah, setiap pajak harus
memenuhi Smith’s Canons (Groves: 1951,11-15), yaitu:

a. Unsur keadilan (equality), yaitu bahwa pajak harus adil baik secara vertikal
maupun horizontal. Adil secara vertikal artinya pajak harus dikenakan
sedemikian rupa sehingga dirasakan diantara berbagai tingkat atau golongan
pendapatan yang berbeda. Adil secara horizontal artiya pajak dikenakan
sedemikian rupa sehingga dirasakan adil diantara berbagai sektor yang berbeda
pada tingkat atau golongan pendapatan atau pendapatan yagn sama.
b. Unsur kepastian (certaitny, yaitu pajak hendaknya dikenakan secara jelas pasti
dan tegas kepada setiap wajib pajak. Hal ini akan mendorong pemerintah
dalam membuat perkiraan mengenai rencana pendapatan daerah yang akan
datang dan juga akan ada keikhlasan dan usaha yang sungguh-sungguh bagi si
wajib pajak dalam membayar pajak.
c. Unsur kelayakan (convenience, yaitu bahwa wajib pajak harus dengan senang
hati membayar pajak kepada pemrintah karena pajak yang dibayarnya layak
dan tidak memberatkan para wajib pajak. Oleh karena pemerintah daerah harus
menggunakan uang pajak untuk menyediakan pelayanan kepada masyarakat
secara optimal dan masyarakat tau bahwa uang tidak diselewengkan
penggunanya.
d. Efisien (economy), artinya pajak daerah yang dipungut pemerintah daerah
jangan sampai menciptakan biaya pemungutan yang lebih tinggi daripada

12

pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Pajak-pajak yang demikian
sebaiknya tidak dipungut lagi.
e. Unsur ketetapan (aduequence), artinya pajak tersebut dipungut tepat pada
waktnya dan jangan sampai memperbera anggatan pendapatan dan belanja
pemerinta daerah yang bersangkutan.

Jenis pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah :
Pajak Kabupaten/Kota:
 Pajak hotel
 Pajak restoran
 Pajak hiburan
 Pajak reklame
 Pajak penerangan jalan
 Pajak pengambilan bahan galian golongan C
 Pajak parkir

13

Tabel II.1
Jenis Pajak Daerah Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000

NO

Pajak Kabupaten/Kota

Tarif Maksimum (%)

1

Pajak hotel

10

2

Pajak restoran

10

3

Pajak hiburan

35

4

Pajak reklame

35

5

Pajak penerangan jalan

25

6

Pajak pengolahan bahan galian golongan C

10

7

Pajakparkir

10

Sumber : UU Nomor 34 Tahun 2000.

Disamping jenis atau objek pajak daerah seperti yang disebutkan diatas,
daerah juga diberi keleluasaan atau peluang untuk meciptakan pajak daerah
lainnya asal sesuai dengan ketentuan Undang –undang yang berlaku. Beberapa
kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak baru (Suparmoko: 2002,
59) adalah:
a. Pungutan itu harus bersifat pajak, artinya dapat dipaksakan dan balas jasanya
tidak dapat langsung ditunjuk.
b. Objek pajak dan besar pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
Yang dimaksud dengan kriteria ini adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan
untuk kepentingan bersama yang lebih luas antar pemerintah dan masyaraka
dengan memperlihatkan aspek ketentraman dan kestabilan politik.
c. Ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanaan. Contohnya: pajak
atas seluruh komoditi, pajak atas minuman beralkohol.
14

d. Potensi pajak tersebut memadai artinya biaya pemungutannya tidak akan
lebih besar daripada penerimaan pajak.
e. Pajak baru tidak berdampak ekonomi negatif, artinya tidak menyebabkan
alokasi faktor produksi yang salah dan menghambat pembangunan. Pajak
tidak meganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus
sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor.
f. Yang bertentangan dengan kriteria ini adalah pajak yang dipungut atas
kegiatan ekonomi tertentu tanpa alasan ekonomi atau sosial yang kuat,
contoh: pajak atas produksi garam, pajak atas hasil perkebunan, pajak atas
produksi semen, dan pajak atas lalu lintas barang.
g. Pajak dikenakan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek keadilan
(equity) dan kemampuan membayar(ability to pay) si wajib pajak.
h. Pajak yang dikenakan akan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Pajak
harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan
pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah atau pemerintah
pusat atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan. Contoh pajak
pengambilan hasil hutan lindung.

Objek pajak teletak di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan
dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di
wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.Yang dimaksud mobilitas
rendah adalah objek pajak sulit untuk dipindahkan, misalnya pajak hotel, pajak
restoran.Yang dimaksud dengan melayani masyarakat diwilayah tertentu adalah
15

bahwa beban pajaknya ditanggung oleh masyarakat lokal, misalnya pajak
penerangan jalan.
Sistem pengenaan pajak
1. Pajak progresif, yaitu sistem pengenaan pajak dimana semakin tingginya
dasar pajak (tax base) seperti tingkat penghasilan pajak, harga barang
mewah dan sebagainya, akan dikenakan pungutan pajak yang semakin
tinggi persentasenya.
2. Pajak proporsional, yaitu sistem pengenaan pajak dimana tarif pajak (%)
yang dikenakan tetap sama besarnya walaupun nilai objek pajaknya
berbeda-beda.
3. Pajak regresif, yaitu sistem pengenaan pajak dimana walaupun nilai atau
objek pajak meningkat dan juga jumlah pajak yang dibayar itu semakin
kecil.

2.1.3. Restribusi Daerah
Disamping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar
peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya pendapatan asli daerah adalah
restribusi daerah.Restribusi daerah langsung atas pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat. Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan
restribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.

16

Jadi dalam hal retribusi daerah balas jasa dengan adanya retribusi daerah
tersebut dapata langsung ditunjuk.Misalnya retribusi jalan, kendaraan terntentu
memang melalui jalan dimana retribusi jalan tersebut dipungut, retribusi pasar
dibayar karena ada pemakaian ruang pasar tertentu oleh si pembayar
retribusi.Tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk
melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik di daerahnya.Semakin
efesien pengelolaan pelayanan publik di suatu daerah, maka semakin kecil tarif
retribusi yang dikenakan.
Dan sesungguhnya dalam hal pemungutan iuran retribusi itu dianut asas
manfaat (benefit prinsiples).Dalam asas ini besarnya pungutan ditentukan
berdasarkan manfaat yang diterima oleh si penerima manfaat dari pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah.Namun yang menjadi persoalannya ialah dalam
menentukan berapa besar manfaat yang diterima oleh orang yang membayar
retribusi tersebut dan menentukan berapa besar pungutan yang harus dibayarnya.
Untuk menilai manfaat harus ditempuh melalui beberapa langkah
(Suparmoko, 2002; 85-86), yaitu:
a. Di identifikasi manfaat fisik yang dapat diukur besarnya.
b. Diterapkan nilai rupiahnya dengan cara menggunakan harga pasar, atau harga
barang pengganti, atau dengan mengadakan survei tentang kesediaan
membayar.
Dalam penjelasan UU Nomor 18 Tahun 1997 disebutkan bahwa UU
Nomor 12 Tahun 1957 tentang peraturan Umum Pajak Daerah yang selama ini
17

berlaku telah menyebabkan daerah berpeluang untuk memungut pajak yang
beberapa diantaranya mempunyai biaya administrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hasilnya dan atau hasilnya tidak memadai. Beberapa
kelemahan dari UU Nonor 12 Tahun 1957 antara lain sebagai berikut:
a. Hasilnya kurang memadai bila dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa
oleh Pemerintah Daerah.
b. Biaya pungutannya relatif tinggi.
c. Kurang kuatnya prinsip dasar retribusi, terutama dalam hal pengenaan,
penetapan, struktur, dan besarnya tarif.
d. Beberapa retribusi pada hakekatnya bersifat pajak, karena pemungutannya
tidak dikaitkan secara langsung dengan pelayanan Pemerintah Daerah
kepada pemyara retribusi.
e. Adanya jenis retribusi perizinan yang tidak efektif dalam usaha untuk
melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan.
f. Adanya retribusi yang mempunyai dasar pengenaan dan objek sama.
g. Oleh karena itu, pada tahun 1997 Pemerintah merasa perlu untuk
mengklarifikasikan berbagai jenis pungutan itu atas dasar kriteria tertentu
agar memudahkan prinsip-prinsip dasar pungutan retiribusi dengan
pelayanan atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah.

18

Tabel II.2
Objek atau Jenis Retribusi Daerah menurut UU Nomor 34 Tahun 2000

NO

Objek atau Jenis Retribusi

Prinsip atau Kriteria Penerimaan
Tarif

Retribusi Jasa Umum



1

Kebijakan

daerah

yang

bersangkutan besarnya biaya


Penyediaan

jasa

bersangkutan

yang

kemampuan

masyarakat

Retribusi Jasa Usaha



Aspek keadilan



Tujuan

2

untuk

memperoleh

keuntungan yang layak
Retribusi Perizinan Tertentu



3

Tujuna
sebagian

untuk

menutup

/seluruh

penyelenggaraan

biaya

pemberian

izin yang bersangkutan
Sumber :UU Nomor 34 Tahun 2000

1. Retribusi Jasa Umum
Adapun yang termasuk dalam jasa pelayanan umum antara lain:

a. Pelayanan kesehatan
b. Pelayanan kebersihan dan persampahan
c. Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan |Akta Catatan
Sipil.
d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
19

e. Pelayanan parkir di tepi jalan umum
f. Pelayanan pasar
g. Pelayanan air bersih
h. Pelayanan kendaraan bermotor
i. Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran
j. Penggantian biaya cetak peta yang dibuat Pemerintah Daerah
k. Pengujian kapal Perikanan

2.

Retribusi Jasa Usaha

Adapun yang termasuk dalam jasa usaha antara lain:
a. Pemakaian kekayaan daerah
b. Pasar grosir dan atau pertokoan
c. Pelayanan terminal
d. Pelayanan tempat khusus parkir
e. Penginapan/villa
f. Penyedotan kakus
g. Rumah potong hewan
h. Tempat penyandaran kapal
i. Tempat rekreasi dan olah raga
j. Penyeberangan diatas air
k. Pengelolaan air limbah
l. Penjualan usaha prodouksi daerah

20

3.

Retibusi Perizinan tertentu:

Perizinan tertentu yang dipungut retribusinya antara lain:
a. Izin peruntukan penggunaan tanah
b. Izin mendirikan bangunan
c. Izin tempat penjualan minuman beralkohol
d. Izin trayek
e. Izin gangguan
f.Izin pengambilan hasil hutan

2.1.4. Perusahaan Milik Daerah (BUMD)
Penerimaan PAD lainnya yang menduduki peran penting setelah pajak
daerahdan retribusi daearah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD.
Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan
kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah. Setelah itu, BUMD juga
merupakan cara yang lebih efesien dalam melayani masyarakat, dan merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah. Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil
pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain laba, deviden,
dan penjualan saham milik daerah.
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Hasilusaha daerah lain dan sah adalah pendapatan asli daerah yang tidak
termasuk kategori pajak, retribusi, dan perusahaan daerah (BUMD). Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain hasil penjualan asset tetap daerah
dan jasa giro.
21

2.1.5. Fungsi Pendapatan Asli Daerah
Salah satu pendapatan asli daerah adalah berasal dari pendapatan asli
daerah.Dana-dana yang bersumber dari pendapatan asli daerah tersebut
merupakan salah satu faktor penunjang dalam melaksanakan kewajiban daerah
untuk membiayai belanja rutin serta biaya pembangunan daerah. Dan juga
merupakan alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas daerah guna
menunjang pelaksanaan pembangunan daerah. Serta untuk mengatur dan
meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakai jasa tersebut. Tentu dalam hal ini
tidak terlepas dari adanya badan yang menangani atau yang diberi tugas untuk
mengatur hal tersebut.

2.1.6.Pengertian Pajak
Sejarah pemungutan pajak mengalamin perubahan dari masa ke masa sesuai
dibidang sosial dan ekonomi.
Di dalam sistem dan hukum perpajakan nasional, ditentukan secara hukum
bahwa kewajiban perpajakan adalah merupakan perwujudan dari pengabdian,
kewajiban dan sarana peran serta wajib pajak secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Defenisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H
ialah pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik
( kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Defenisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi:
22

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengluaran rutin dan “surpus”-nya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Defenisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat:Pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Dan defenisi pajak yang dikemukakan oleh Dr.N.J. Feldmann:Pajak ialah
prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkaknnya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi,
dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Pengertian diatas bahwa pajak sebagai suatu spesies dalam genus pungutan
ialah memperoleh sejumlah uang atau barang oleh penguasaan publik dari rumah
tangga swasta dengan menggunakan kekuasaan politik dan atau kekuasaan
ekonomis yang timbul karena kekuasaan politik tersebut, menurut norma-norma
yang ditetapkan olehnya. Pungutan yang dimaksud dapat dibagi kedalam bentuk
pajak dan retribusi.
Namun ada keterbatasan dalam kedua defenisi tersebut di atas karena hanya
menonjolkan fungsi budgetair dari pajak, sedang fungsi pajak yang tidak kalah
pentingnya adalah fungsi regulerand (mengatur).

23

Istilah iuran wajib yang digunakan dalam defenisi tersebut, menghendaki
terpenuhinya ciri, bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerjasama
dengan wajib pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah paksaan.
Bilamana suatu kewajiban harus dilaksanakan dengan undang-undang yang mana
kewajiban tersebut tidak dilaksanakan dengan undang-undang maka undangundang menunjukan cara pelaksanaannya yang lain. Disamping itu penggunaan
istilah paksaan seakan-akan mengandung makna bahwa tidak ada kesadaran
masyarakat untuk melakukan kewajibannya. Adapun mengenai kontra prestasi
yang tidak disebutkan dalam defenisi tersebut sebenarnya bahwa justru untuk
menyelenggarakan kontra prestasi itulah perlu dipungut pajak. Karena
pengeluaran-pengeluaran

pemerintah

bagi

penyelenggaraan

keamanan,

pembangunan, dan hal-hal lainnya merupakan pemberian kontra prestasi bagi
pembayar pajak selaku anggota masyarakat.
Prinsip atas pengorbanan pajak penghasilan dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu”:
a. Kesamaan pengorbanan secara absolut, ialah bahwa pajak hendaknya
dibebankan kepada wajib pajak sedemikian rupa sehingga beban riil
atau kepuasan atau guna yang hilang dari masing-masing pembayar
pajak itu adalah sama besarnya.
b. Kesamaan pengorbanan, ialah pajak hendaknya didistribusikan kepada
wajib pajak sedemikian rupa sehingga jumlah kepuasaan atau guna
yang hilang yang diderita masing-masing wajib pajak itu sebanding
dengan seluruh kepuasaan total yang dimiliki oleh masing-masing
24

wajib pajak tersebut dari jumlah pendapatan yang dimilikinya.
c. Kesamaan pengorbanan secara marginal, menghendaki agar pajak itu
didistribusikan sedemikian rupa diantara wajib pajak sehingga masingmasing akan memiliki sejumlah pendapatan setelah dikenai pajak yang
dapat memberikan guna batas yang sama.
Dengan membandingkan antara beban pajak dari setiap macam pajak dengan
seluruh jumlah pendapatan ditambah dengan nilai seluruh kekayaan setelah
dikurangin dengan kebutuhan pokok si wajib pajak, maka dapat digolongkan
beberapa struktur pajak sebagai berikut:
a. Pajak progresif, yaitu pajak yang dikenakan dengan persentase yang
semakin tinggi dengan semakin tingginya kemampuan membayar
pajak.
b. Pajak proporsional, yaitu pajak yang dikenakan dengan persentase
yang sebanding dengan perkembangan pendapatan setelah dikurangin
dengan kebutuhan-kebutuhan esensial.
c. Pajak regresif, yaitu pajak yang dikenakan dengan perkembangan yang
kurang sebanding dengan perkembangan kemampuan membayar
pajak.
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa pajak adalah kewajiban pembayaran
berupa uang kepada negara atau daerah yang dikenakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang kontra prestasinya dari negara atau daerah atas setiap
pembayaran dimaksud tidak dapat ditunjukan secara langsung serta dipisahpisahkan secara khas.
25

Prinsip atas asas utama dalam pemungutan pajak di Indonesia tercantum
dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 dan juga dalam Propernas 2004 yang
menyebutkan bahwa pelaksanaan sistem dan prosedur perpajakan untuk
meningkatkan pendapatan negara terus disempurnakan dan disederhanakan
dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan kemampuan
masyarakat.
Berdasarkan faktor yang sangat dominan dalam menentukan timbulnya
kewajiban pajak, pajak dapat dibedakan atas pajak subjektif dan pajak objektif.
Adapun yang dimaksud dengan pajak subjektif adalah suatu jenis pajak yang
kewajiban pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh keadaan subjek pajak,
walaupun untuk menentukan timbulnya kewajiban membayar pajak tergantung
pada keadaan objek pajaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pajak
penghasilan. Sedangkan yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis
pajak yang timbul kewajiban pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh objek
pajak. Keadaan subjektif pajak tidak relevan, walaupun dalam kasus-kasus
tertentu ikut dipertimbangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Kendaraan Bermotor dan
lain sebagainya.
Disamping pembagian tersebut di atas, pembagian pajak juga dapat didasarkan
pada mekanisme pemungutannya yaitu Pajak Langsung dan pajak Tidak
Langsung. Pajak langsung dalam pengertian ekonomis adalah pajak yang harus
dipukul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain, contohnya Pajak Penghasilan (PPh). Sedangkan Pajak Tidak
26

Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada pihak lain, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Tuntutan kepatuhan yang lebih tinggi tanggung jawab pendapatan pajak
sendiri dan kebutuhan yang makin besar dalam perencanaan pajak, mengharuskan
perusahaan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang peraturan perpajakan.
Oleh karena itu setiap wajib pajak perlu mengetahui aspek-aspek penting
perpajakan, terutama kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhin. Setiap wajib
pajak harus memenuhi kewajiban administratif yang bersifat umum yang telah
ditentukan oleh undang-undang. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat
mengakibatkan wajib pajak yang bersangkutan dikenakan denda atau kurungan
apabila diperoleh bukti bahwa pelanggaran tersebut dilakukan dengan sengaja.
Adapun kewajiban-kewajiban perpajakan yang bersifat umum terdiri dari:
1. Kewajiban mendaftarkan diri.
2. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan.
3. Kewajiban menghitung dan membayar pajak.
4. Kewajiban melaporkan pajak terutang.
5. Kewajiban memberi keterangan.
Adanya peraturan perundang-undangan yang mengikat sebagai pedoman dan
landasan penarikan pajak, tentu saja bertolak belakang dari pemahaman bahwa
negara kita adalah negara yang berkedaulatan rakyat, dimana berarti bahwa segala
kegiatan dan kebijakan pemerintah yang menimbulkan akibat pembebanan bagi
rakyat, haruslah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

27

Pengertian pajak daerah dikemukakan oleh Soedargo (2000:11) yang
menguntip Undang-Undang Darurat Nomor 11 tahun 1957 menyatakan bahwa:
“Yang dimaksud dengan pajak daerah adalah terdapat pada pasal 2 UndangUndang Darurat Nomor 1 Tahun 1957, tentang peraturan umum pajak daerah,
dinyatakan pajak daera