Studi Deskriptif Mengenai Self Regulation-Akademik (Suatu Penelitian Pada Siswa Sekolah Nasional Berbasis Internasional di SMAN 3 Kota Bandung).
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul
“Studi Deskriptif Mengenai SelfRegulation-Akademik” (Suatu Penelitian pada Siswa Sekolah Nasional Berbasis
Internasional di SMAN 3 Kota Bandung) yang bermaksud mengetahui dan mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang Self Regulation-Akademik pada siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung. SNBI merupakan program khusus yang dimiliki oleh SMAN 3 Bandung. SNBI adalah sekolah yang memiliki kualitas pendidikan yang dapat disejajarkan dengan sekolah internasional. Siswa yang dapat mengikuti program khusus ini adalah siswa yang telah lulus seleksi berdasarkan kriteria yang dibuat oleh SMAN 3. Untuk menjadi siswa SNBI tidaklah mudah, oleh karenanya diharapkan siswa SNBI memiliki kemampuan meregulasi diri dengan baik dalam bidang akademik. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan variabel dalam penelitian ini adalah Self Regulation-Akademik siswa SNBI.
Lokasi penelitian adalah Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) di SMAN 3 Kota Bandung, menggunakan teknik survey dengan melibatkan seluruh siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang berjumlah 50 siswa untuk dijadikan populasi dari penelitian ini. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur komponen Self Regulation-Akademik (SRQ-A) dengan mengacu kepada skripsi Widyawati Inggrid. Alat ukur berupa kuesioner dan pertanyaan tertutup sebagai data penunjangnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik. Hasil tryout terhadap alat ukur menunjukkan nilai validitas berkisar 0.30-0.79 dan nilai reliabilitas adalah 0.85.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data sebesar 56% siswa perilaku belajarnya lebih bercirikan komponen otonomi, artinya memiliki Self Regulation-Akademik tinggi, dan 44 % siswa perilaku belajarnya lebih bercirikan komponen kontrol, artinya memiliki Self Regulation-Akademik rendah. Terdapat siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah, namun didominasi oleh tipe Identified Regulation. Selain itu pula, tidak ditemukan kekuatan yang signifikan dari faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik terhadap pembentukan Self Regulation-Akademik pada siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung sudah memiliki Self Regulation-Akademik tinggi, Dapat disarankan untuk siswa SNBI yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah untuk membina Self Regulation-Akademiknya ke arah yang lebih otonomi dengan cara menyadari kebiasaan belajar kemudian berusaha keras untuk mengatur sendiri kebiasaan belajarnya agar tidak tergantung kepada orang lain. Untuk peneliti lain, yang tertarik pada bidang bahasan yang sama, kiranya dapat meneliti kembali Self Regulation-akademik pada siswa SD atau SMP dan meneliti secara spesifik mengenai tipe-tipe Self Regulation-Akademik.
(2)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
halaman
AbstrakKata Pengantar... i
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... x
Daftar Bagan... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Maksud Penelitian ... 8
1.4. Tujuan Penelitian... 8
1.5. Keguanaan Penelitian ... 9
1.5.1. Kegunaan Teoretis ... 9
1.5.2. Kegunaan Praktis ... 9
1. 6. Kerangka Pikir ... 10
1.7. Asumsi ... 16
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar... 17
(3)
Universitas Kristen Maranatha
2.2. Prestasi Belajar ... 19
2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 21
2.3. Motivasi Belajar ... 24
2.3.1. Pengertian Motivasi ... 24
2.3.2. Peranan Motivasi dalam Belajar... 25
2.4. Self Determination Theory ... 27
2.4.1. Pengertian Needs menurut Self Determination Theory... 28
2.5. Self Regulation-Akademik ... 31
2.5.1. Definisi Self Regulation-Akademik ... 31
2.5.2. Peran Motivasi dalam Self Regulation-Akademik... 32
2.5.3. Proses Internalisasi dan Integrasi ... 33
2.5.4. Komponen Self Regulation-Akademik ... 35
2.5.5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik . 36 2.6. Periode Masa Remaja ... 38
2.6.1. Masa Remaja ... 38
2.6.2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja... 38
2.6.3. Perubahan pokok dan Ciri-Ciri Remaja ... 39
2.6.4. Teori Perkembangan Kognitif ... 42
2.6.4.1. Pengambilan Keputusan ... 44
2.7. Sekolah dan Remaja ... 44
2.7.1. Sekolah dan Ruang Kelas... 45
2.7.2. Interaksi dengan guru... 46
(4)
Universitas Kristen Maranatha
2.7.4. Orang tua dan Sekolah ... 48
2.8. Sejarah SMAN 3 Bandung ... 48
2.8.1. Kurikulum Berbasis Kompetensi... 49
2.8.2. Sekolah Nasional Berbasis Kompetensi ... 51
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 53
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 54
3.2.1. Variabel ... 54
3.2.2. Definisi Operasional ... 54
3.3. Alat Ukur ... 55
3.3.1. Alat Ukur Komponen Self Regulation-Akademik (SQR-A) ... 55
3.3.2. Pengolahan Hasil Penilaian... 57
3.3.3. Uji Coba Alat Ukur... 58
3.3.3.1. Validitas Alat Ukur ... 58
3.3.3.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 60
3.4. Populasi dan Teknik Sampling... 61
3.4.1. Populasi Sasaran ... 61
3.4.2. Karakteristik Populasi... 61
3.4.3. Ukuran Sampel ... 61
(5)
Universitas Kristen Maranatha BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Subjek ... 63
4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 63
4.2. Hasil Penelitian ... 64
4.2.1. Komponen Self Regulation-Akademik ... 64
4.2.2. Tabulasi silang antara Tipe Self Regulation dominan dan Self Regulation-Akademik ... 64
4.2.3. Tabulasi silang antara kesempatan dari orang tua untuk meme- cahkan masalah sendiri dan Self Regulation-Akademik ... 65
4.2.4. Tabulasi silang antara sikap orang tua saat menghadapi masalah dalam bidang akademik dan Self Regulation-Akademik ... 65
4.2.5. Tabulasi silang antara kebebasan dari orang tua untuk melakukan pilihan yang berkaitan dengan bidang akademik dan Self Regulation-Akademik ... 66
4.2.6. Tabulasi silang antara perilaku orang tua yang mengingatkan untuk belajar dan Self Regulation-Akademik ... 66
4.2.7. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari guru untuk bertanya dan menyampaikan pendapat dan Self Regulation-Akademik .... 67
4.2.8. Tabulasi Silang antara sikap guru saat ada siswa yang bertanya dan Self Regulation-Akademik... 67
4.2.9. Tabulasi silang antara sikap guru saat ada siswa yang menyampaikan pendapat dan Self Regulation-Akademik ... 68
(6)
Universitas Kristen Maranatha 4.2.10.Tabulasi silang antara dukungan dari teman sekolah saat meng-
hadapi kesulitan belajar dan Self Regulation-Akademik ... 68 4.3. Pembahasan... 69
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 73 5.2. Saran ... 74
Daftar Pustaka... xiii Daftar Rujukan...xv Lampiran
(7)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 4.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 63 Tabel 4.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 63 Tabel 4.3. Tabel Distribusi frekuensi Komponen
Self Regulation-Akademik ... 64 Tabel 4.4. Tabulasi silang antara Tipe Self Regulation
dan Self Regulation-Akademik ... 64 Tabel 4.5. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari
orang tua untuk memecahkan masalah sendiri
dengan Self Regulation-Akademik ... 65 Tabel 4.6. Tabulasi Silang antara Sikap orang tua saat menghadapi
masalah dalam bidang akademik dengan
Self Regulation-Akademik ... 65 Tabel 4.7. Tabulasi Silang antara Kebebasan dari orang tua
untuk melakukan pilihan yang berkaitan dengan
bidang akademik dan Self Regulation-Akademik... 66 Tabel 4.8. Tabulasi Silang antara Perilaku Orang Tua yang Meng-
ingatkan untuk Belajar dan Self Regulation-Akademik ... 66 Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari guru untuk
bertanya dan menyampaikan pendapat dan
(8)
Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara Sikap guru saat ada siswa
yang bertanya dan Self Regulation-Akademik ... 67 Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Sikap guru saat ada
siswa yang menyampaikan pendapat dan
Self Regulation-Akademik ... 68 Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Dukungan dari teman
sekolah saat menghadapi kesulitan belajar
(9)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
halaman Bagan I Skema Kerangka Pikir... 15 Bagan II Skema Desain Penelitian... 53
(10)
KUESIONER
Inisial nama : Nilai raport :
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Bacalah setiap pernyataan dengan hati-hati kemudian jawablah dengan tenang dan tidak perlu tergesa-gesa. Jawaban saudara tidak ada yang salah. Semua jawaban adalah benar jika sesuai dengan keadaan diri saudara. Saudara dimohon menjawab semua pernyataan yang ada.
Perhatian :
Mohon memberi jawaban sesuai dengan keadaan saudara SAAT INI !
Pilihlah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia, yang paling sesuai dengan dengan keadaan diri saudara.
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia di samping kanan dari pernyataan yang ada
No. Pernyataan Sangat
Sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak sesuai 1. Saya berangkat ke sekolah karena orang
tua menghendaki saya berbuat begitu 2. Saya berangkat ke sekolah karena saya
merasa ada manfaatnya
3. Saya akan merasa malu kepada teman apabila tidak mengerjakan tugas dengan baik
4. Saya berangkat ke sekolah atas kehendak saya sendiri
5. Saya tiba di sekolah tepat waktu untuk menghindari hukuman sekolah
6. Saya menikmati kegiatan belajar di sekolah setiap hari
7. Bagi saya mengerjakan tugas sekolah dengan sebaik mungkin adalah penting 8. Saya mengerjakan tugas dengan
tanggung jawab yang tinggi
9. Bagi saya mengumpulkan tugas tepat waktu adalah penting
10. Saya rajin pergi ke sekolah sekolah karena sekolah menghendaki saya berbuat seperti itu
(11)
No. Pernyataan Sangat Sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak sesuai 11. Saya rajin mengerjakan tugas sekolah
agar lebih dihargai oleh teman
12. Saya mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin atas dasar kehendak sendiri 13. Saya akan merasa malu kepada guru
apabila tidak mengerjakan tugas dengan baik
14. Saya membuat rangkuman catatan pelajaran karena merasakan manfaatnya 15. Saya mengerjakan tugas dengan baik
karena ingin dipuji oleh orangtua 16. Saya merasa tidak nyaman apabila tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
17. Saya merasa senang mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sebaik mungkin
18.\ Saya mengerjakan tugas tepat waktu karena ingin dipuji oleh guru
19. Saya sungguh-sungguh belajar karena khawatir akan mengecewakan orang tua 20. Saya sengaja mempersiapkan materi
pelajaran yang akan diajarkan oleh guru agar menguasai materi
21. Saya menyediakan waktu belajar rutin setiap hari
22. Saya berangkat ke sekolah karena merasa bersalah pada diri sendiri apabila tidak hadir
23. Saya mengerjakan tugas dengan baik karena ingin dipandang sebagai siswa yang rajin oleh guru
24. Saya menyediakan waktu setiap hari untuk belajar karena merasa itu bermanfaat
25. Saya menyimak setiap pelajaran yang disampaikan oleh guru agar ‘dicap’ sebagai murid yang patuh
26. Saya bersungguh-sungguh belajar karena ingin menghindari dari rasa bersalah dalam diri
27. Belajar itu penting untuk saya sebagai seorang siswa
(12)
No. Pernyataan Sangat Sesuai
Sesuai Kurang Sesuai
Tidak sesuai 28. Saya menyimak setiap pelajaran yang
diajarkan guru agar tidak ditegur
29. Saya merasa tidak nyaman apabila tidak mempersiapkan diri dengan baik saat akan menghadapi ulangan
30. Menyimak pelajaran saat guru mengajar di sekolah adalah sesuatu yang penting 31. Saya menikmati saat-saat mengerjakan
tugas
32. Saya giat belajar karena ingin menyenangkan guru
33. Penting bagi saya untuk bertanya kepada guru atau teman saat ada materi yang kurang dipahami
34. Saya belajar atas dasar inisiatif pribadi 35. Saya mengerjakan tugas-tugas sekolah
karena dorongan orang tua
36. Saya akan merasa malu kepada teman sebangku apabila tidak mempersiapkan diri untuk ulangan
37. Saya belajar dengan baik agar dapat meraih prestasi yang membanggakan 38. Saya akan bertanya kepada teman atau
guru apabila ada materi yang kurang dimengerti agar lebih memahami 39. Mempelajari buku-buku baru
merupakan hal yang menyenangkan 40. Saya berusaha menyimak setiap materi
pelajaran yang disampaikan karena ingin memahami pelajaran
41. Saya akan merasa malu kepada orang tua apabila tidak mempersiapkan diri untuk ulangan
42. Saya tidak mengobrol dengan teman saat pelajaran berlangsung agar tidak ditegur oleh guru
43. Saya memang ingin belajar dengan baik di sekolah
44. Saya giat belajar karena ingin menjadi orang sukses
45. Saya akan merasa tidak tenang apabila mengobrol selama jam pelajaran
(13)
IDENTITAS DIRI
Nama (inisial) : Usia : Jenis Kelamin : Anak ke…. dari …. Bersaudara Pendidikan terakhir orang tua Ayah : Ibu :DATA PENUNJANG
1. Apakah orang tua memberi kesempatan kepada saudara untuk memecahkan sendiri masalah yang dihadapi dalam bidang akademik ?
a. ya b. tidak
2. Orang tua akan bersikap ……… saat saudara menghadapi permasalahan dalam bidang akademik.
a. membantu b. tidak peduli
3. Apakah orang tua memberi kebebasan kepada saudara untuk melakukan pilihan yang berkaitan dengan bidang akademik berdasarkan keinginan anda sendiri ?
a. ya b. tidak
4. Orangtua saudara mengingatkan saudara untuk belajar. a. sering sekali
b. kadang-kadang c. jarang sekali
(14)
5. Dalam situasi pembelajaran di kelas, guru memberikan kesempatan bertanya dan menyampaikan pendapat kepada siswa.
a. ya b. tidak
6. Sikap guru ketika ada siswa yang bertanya tentang materi yang tidak dimengerti.
a. Positif, artinya memuaskan rasa ingin tahu siswa b. Negatif, artinya membuat siswa menjadi jera bertanya
7. Sikap guru ketika ada siswa yang menyampaikan pendapatnya mengenai materi pelajaran yang sedang dibahas.
a. Positif, artinya memacu siswa untuk mau menyampaikan pendapatnya di lain waktu
b. Negatif, artinya membuat siswa jera untuk berpendapat
8. Apakah teman sekolah akan menjelaskan apabila ada materi yang saudara tidak mengerti ?
a. ya b. tidak
(15)
HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER
SELF REGULATION
-AKADEMIK
NO ITEM NILAI VALIDITAS KETERANGAN
1 0,475 diterima
2 0,374 diterima
3 0,302 diterima
4 0,445 diterima
5 0,643 diterima
6 0,480 diterima
7 0,430 diterima
8 0,515 diterima
9 0,252 ditolak
10 0,356 diterima
11 0,648 diterima
12 0,706 diterima
13 0,659 diterima
14 0,681 diterima
15 0,706 diterima
16 0,649 diterima
17 0,729 diterima
18 0,497 diterima
19 0,632 diterima
20 0,637 diterima
21 0,612 diterima
22 0,504 diterima
23 0,562 diterima
24 0,536 diterima
25 0,390 diterima
26 0,660 diterima
27 0,329 diterima
28 0,625 diterima
29 0,738 diterima
30 0,434 diterima
31 0,706 diterima
32 0,315 diterima
33 0,564 diterima
34 0,797 diterima
35 0,761 diterima
36 0,419 diterima
37 0,681 diterima
38 0,507 diterima
39 0,105 ditolak
(16)
41 0,484 diterima
42 0,611 diterima
43 0,674 diterima
44 0,488 diterima
45 0,578 diterima
46 0,409 diterima
47 0,337 diterima
48 0,265 ditolak
HASIL :
Validitas alat ukur berkisar antara 0.302 - 0.797 Item diterima = 45
Item dibuang = 3
HASIL UJI RELIABILITAS ALAT UKUR
SELF
REGULATION
-AKADEMIK
Reliability Statistics Cronbach' s
Alpha
N of Items
,853 48
Reliabilitas = 0, 85
Berdasarkan kriteria Guilford (1956) dapat diketahui bahwa reliabilitas total untuk alat ukur Self Regulation-Akademik memiliki reliabiltas tinggi.
(17)
R/I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 RAI 1 1 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 2 3 1 3 3 2 4 3 3 1 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 4 4 2 26 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 2 2 4 3 -7 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 4 2 3 2 3 4 2 4 4 2 2 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 3 4 2 11 4 2 4 3 4 4 2 4 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 4 3 4 3 4 3 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 14 5 3 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 2 3 2 2 3 4 2 4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 1 18 6 2 2 3 3 3 2 4 4 3 2 2 4 3 3 1 3 3 1 4 3 3 3 1 4 2 3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 32 7 3 4 2 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 1 4 2 4 2 3 4 2 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 4 18 8 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 7 9 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4 3 2 4 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 4 3 3 24 10 2 4 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 4 2 4 4 2 4 4 3 2 4 4 2 3 4 3 3 4 4 2 4 4 4 29 11 2 4 3 3 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 2 4 4 1 4 2 2 4 2 3 2 4 4 3 4 4 3 1 4 3 1 2 4 4 3 4 3 2 3 4 3 25 12 2 4 3 4 4 2 3 3 4 1 3 4 3 2 3 4 2 1 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 2 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 13 13 1 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 1 2 4 3 2 3 4 3 3 4 3 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 -11 14 1 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4 2 4 4 3 4 3 2 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 1 24 15 1 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 2 1 3 3 2 3 1 2 2 2 2 1 3 3 2 4 4 3 2 2 3 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 22 16 1 4 3 4 3 2 3 2 4 2 2 3 3 3 1 3 3 2 3 2 1 3 2 1 1 2 3 2 3 3 2 1 4 3 1 2 3 4 3 3 2 3 4 4 2 27 17 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 1 4 3 3 1 4 3 1 4 3 3 3 1 3 1 2 4 2 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 4 2 34 18 2 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 1 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 30 19 3 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 4 4 4 2 4 3 2 4 3 2 3 2 3 2 3 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 6 20 1 4 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 1 3 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 19 21 3 3 2 3 4 2 2 2 2 1 2 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 3 4 3 2 1 3 3 1 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 11 22 2 4 2 4 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 15 23 1 4 4 4 1 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37 24 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 4 2 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 2 2 -7 25 1 4 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 4 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 16 26 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 4 4 3 12 27 1 4 2 4 2 3 3 3 3 1 1 3 1 4 1 2 3 2 4 1 1 3 1 1 1 1 3 2 4 3 2 2 4 4 1 1 3 3 3 3 1 3 3 4 1 41 28 2 3 3 4 2 4 3 3 4 1 2 3 4 2 1 3 3 1 3 3 2 4 1 2 1 2 3 2 4 4 3 2 3 4 1 2 3 3 4 4 3 2 3 3 3 39
(18)
29 4 3 2 3 1 1 2 2 2 4 4 1 1 2 1 4 1 1 2 1 1 2 4 1 4 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 -31 30 1 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 -1 31 2 2 3 3 3 2 4 4 3 2 2 4 3 3 1 3 3 1 4 3 3 3 1 4 2 3 4 2 4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 1 33 32 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 1 3 2 4 3 2 2 3 4 1 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 17 33 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 2 15 34 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 1 3 4 2 1 4 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 3 3 4 3 2 1 3 3 2 1 3 4 3 3 2 3 3 4 2 15 35 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 4 4 2 4 3 1 3 2 2 2 4 4 2 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 1 14 36 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2 2 4 3 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 10 37 2 3 2 4 2 2 4 3 4 2 2 4 2 4 1 4 4 1 3 1 2 2 2 3 1 2 3 2 4 4 2 2 3 2 2 1 4 3 2 3 2 1 3 3 1 35 38 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 16 39 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 4 2 4 4 3 2 2 4 2 2 3 3 2 3 3 2 4 4 2 11 40 2 4 2 3 1 3 2 2 3 2 2 3 4 3 1 3 2 1 4 2 2 3 2 3 1 1 4 2 4 4 2 2 3 3 2 1 4 3 3 3 2 2 4 4 2 30 41 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 15 42 3 3 1 3 2 3 2 1 2 3 1 2 3 1 2 2 1 2 2 2 1 4 2 1 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 1 3 3 4 2 4 3 3 4 2 4 -6 43 2 3 3 3 3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 2 4 1 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 -5 44 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 1 2 1 1 3 2 3 3 2 3 3 1 4 2 4 3 2 2 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 4 4 18 45 3 4 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 3 4 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 4 4 3 2 2 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 -34 46 2 2 3 3 2 3 2 3 4 4 2 3 2 4 2 4 1 1 3 2 2 1 2 3 2 1 4 4 4 3 2 3 2 3 3 1 2 3 4 2 2 3 1 4 1 5 47 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 4 2 1 1 2 3 1 3 2 3 4 2 4 3 2 4 1 3 1 4 2 1 2 3 2 3 2 3 2 4 4 4 8 48 2 2 3 4 3 2 2 1 4 2 2 3 4 1 3 3 2 4 2 1 3 4 2 1 3 2 2 3 4 1 2 3 2 4 1 2 3 2 4 1 4 2 3 3 2 -9 49 2 3 2 4 1 2 4 1 2 2 1 2 4 3 2 4 3 4 4 3 2 4 2 3 2 3 2 3 4 1 4 2 3 2 4 2 3 2 1 3 2 1 3 2 3 -2 50 3 4 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2 2 4 3 4 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 12
(19)
R RAI tipe komponen SR JK Usia Anak
ke- P.Ayah P.Ibu 1 26 identified otonomi tinggi P 15 1 S2 S2
2 -7 introjected kontrol rendah P 16 2 S1 S1
3 11 identified kontrol rendah L 16 1 S1 S1
4 14 introjected kontrol rendah P 15 1 S2 S2
5 18 identified otonomi tinggi L 15 1 SMA SMA
6 32 identified otonomi tinggi L 16 2 S1 S1
7 18 identified otonomi tinggi L 15 4 S2 S1
8 7 identified kontrol rendah P 16 1 SMA SMEA
9 24 identified otonomi tinggi L 15 1 S1 S1
10 29 identified otonomi tinggi P 15 3 S1 S1
11 25 identified otonomi tinggi L 16 2 S1 D3
12 13 introjected kontrol rendah L 15 1 S2 S2
13 -11 introjected kontrol rendah P 15 3 S3 D3
14 24 identified otonomi tinggi P 15 2 S1 S1
15 22 introjected otonomi tinggi P 15 2 S1 S1
16 27 identified otonomi tinggi P 16 3 STM S1
17 34 intrinsic otonomi tinggi L 15 2 S1 S1
18 30 intrinsic otonomi tinggi L 16 1 S1 D3
19 6 introjected kontrol rendah P 15 2 S2 S1
20 19 identified otonomi tinggi P 15 1 S1 S1
21 11 identified kontrol rendah P 15 4 S2 S1
22 15 identified otonomi tinggi P 16 1 S1 S2
23 37 identified otonomi tinggi L 16 2 S3 D3
24 -7 introjected kontrol rendah P 15 2 S1 S1
25 16 identified otonomi tinggi P 16 1 S1 S1
26 12 identified kontrol rendah P 15 1 S1 S1
27 41 identified otonomi tinggi P 16 2 S3 S2
28 39 intrinsic otonomi tinggi P 15 1 S3 S3
29 -31 eksternal kontrol rendah P 16 1 S1 S1
30 -1 introjected kontrol rendah P 16 2 S1 S1
31 33 identified otonomi tinggi P 15 2 D3 D3
32 17 identified otonomi tinggi L 15 1 S1 S2
33 15 identified otonomi tinggi L 15 1 SMA SMA
34 15 identified otonomi tinggi L 15 1 S1 S1
35 15 identified otonomi tinggi L 15 4 S2 S1
36 10 identified kontrol rendah L 15 6 SMA SMA
37 35 identified otonomi tinggi P 16 3 S3 S2
38 16 identified otonomi tinggi P 15 1 S3 S1
39 11 identified kontrol rendah P 15 1 S2 S2
40 30 identified otonomi tinggi L 15 3 SMA SMA
41 15 identified otonomi tinggi P 15 1 S1 S1
42 -6 introjected kontrol rendah L 15 1 S1 S1
43 -5 introjected kontrol rendah P 15 1 S1 S1
44 18 identified otonomi tinggi P 15 1 S1 S1
45 -34 identified kontrol rendah P 16 1 S1 S1
46 5 identified kontrol rendah P 16 2 SMA SMA
47 8 identified kontrol rendah P 15 2 S1 S1
48 -9 introjected kontrol rendah P 15 3 S2 S2
49 -2 introjected kontrol rendah P 15 3 S1 S1
(20)
R RAI tipe komponen SR SOAL 1 (DP) SOAL 2 (DP) SOAL 3 (DP) SOAL 4 (DP) SOAL 5 (DP) SOAL 6 (DP)
1 26 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
2 -7 introjected kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
3 11 identified kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
4 14 introjected kontrol rendah 1 1 1 1 1 1
5 18 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
6 32 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
7 18 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
8 7 identified kontrol rendah 1 1 1 3 1 1
9 24 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
10 29 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
11 25 identified otonomi tinggi 1 1 2 2 1 1
12 13 introjected kontrol rendah 1 1 1 1 1 1
13 -11 introjected kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
14 24 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
15 22 introjected otonomi tinggi 1 1 1 3 1 1
16 27 identified otonomi tinggi 1 2 1 3 1 1
17 34 intrinsic otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
18 30 intrinsic otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
19 6 introjected kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
20 19 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
21 11 identified kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
22 15 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
23 37 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
24 -7 introjected kontrol rendah 1 1 1 1 1 2
25 16 identified otonomi tinggi 1 1 1 3 1 1
26 12 identified kontrol rendah 1 1 1 1 1 1
27 41 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
28 39 intrinsic otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
29 -31 eksternal kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
30 -1 introjected kontrol rendah 1 1 1 1 1 1
31 33 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 2 2
32 17 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
33 15 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
34 15 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
35 15 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
36 10 identified kontrol rendah 1 1 1 1 1 1
37 35 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 2
38 16 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
39 11 identified kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
40 30 identified otonomi tinggi 1 1 1 1 1 1
41 15 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
42 -6 introjected kontrol rendah 1 1 1 3 1 1
43 -5 introjected kontrol rendah 1 1 1 2 1 2
44 18 identified otonomi tinggi 1 1 1 2 1 1
45 -34 identified kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
46 5 identified kontrol rendah 1 1 1 1 1 2
47 8 identified kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
48 -9 introjected kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
49 -2 introjected kontrol rendah 1 1 1 2 1 1
(21)
1. GAMBARAN SUBJEK
Gambaran Subjek Berdasarkan Urutan Anak dalam keluarga
Urutan Frekuensi Persentase
Pertama 25 50%
Kedua 14 28%
Ketiga 7 14%
Keempat 3 6%
Keenam 1 2%
Total 50 100%
Tabel Gambaran Subjek Berdasarkan Urutan Anak dalam keluarga
Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Ayah
Pendidikan Ayah Frekuensi Persentase
SMA 6 12%
STM 1 2%
D3 1 2%
S1 27 54%
S2 9 18%
S3 6 12%
Total 50 100%
Tabel Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Ayah
Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu Frekuensi Persentase
SMA 5 10%
SMEA 1 2%
D3 5 10%
S1 29 58%
S2 9 18%
S3 1 2%
Total 50 100%
(22)
2. TABULASI SILANG ANTARA GAMBARAN SUBJEK
DENGAN
SELF REGULATION
-AKADEMIK
Tabulasi silang antara Jenis Kelamin dengan Self Regulation-Akademik Self Regulation-Akademik
Tinggi Rendah Total
Jenis Kelamin
Frek % Frek % Frek %
Laki-laki 13 46.4% 4 18.2% 17 34%
Perempuan 15 53.6% 18 81.8% 33 66%
Total 28 100% 22 100% 50 100%
Tabel Tabulasi silang antara Jenis Kelamin dan Self Regulation-Akademik
Data Tabulasi Silang antara Usia dengan Self Regulation-Akademik Self Regulation-Akademik
Tinggi Rendah Total
Usia
Frek % Frek % Frek %
15 tahun 19 67.8% 15 68.2% 34 68%
16 tahun 9 32.2% 7 31.8% 16 32%
Total 28 100% 22 100% 50 100%
Tabel Tabulasi Silang antara Usia dengan Self Regulation-Akademik
Data Tabulasi Silang antara Urutan Anak dalam Keluarga dengan Self Regulation-Akademik
Self Regulation-Akademik
Tinggi Rendah Total
Urutan dalam
keluarga Frek % Frek % Frek %
Pertama 14 50% 11 50% 25 50%
Kedua 8 28.6% 6 27.3% 14 28%
Ketiga 4 14.2% 3 13.7% 7 14%
Keempat 2 7.2% 1 4.5% 3 6%
Keenam 0 0% 1 4.5% 1 2%
Total 28 100% 22 100% 50 100%
Tabel Tabulasi Silang antara Urutan Anak dalam Keluarga dengan Self Regulation-Akademik
(23)
Data Tabulasi Silang antara Pendidikan Ayah dengan Self Regulation -Akademik
Self Regulation-Akademik
Tinggi Rendah Total
Pendidikan Ayah
Frek % Frek % Frek %
SMA 3 10.7% 3 13.7% 6 12%
STM 1 3.6% 0 0% 1 2%
D3 1 3.6% 0 0% 1 2%
S1 15 53.6% 12 54.5% 27 54%
S2 3 10.7% 6 27.3% 9 18%
S3 5 17.8% 1 4.5% 6 12%
Total 28 100% 22 100% 50 100%
Tabel Tabulasi Silang antara Pendidikan Ayah dengan Self Regulation -Akademik
Data Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu dengan Self Regulation -Akademik
Self Regulation-Akademik
Tinggi Rendah Total
Pendidikan
Ibu Frek % Frek % Frek %
SMA 3 10.7% 2 9% 5 10%
SMEA 0 0% 1 4.5% 1 2%
D3 4 14.3% 1 4.5% 5 10%
S1 15 53.6% 14 63.6% 29 58%
S2 5 17.8% 4 18.2% 9 18%
S3 1 3.6% 0 0% 1 2%
Total 28 100% 22 100% 50 100%
Tabel Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu dengan Self Regulation -Akademik
(24)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah yang lebih baik sehingga mampu bersaing dengan negara maju lainnya adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Tidaklah heran apabila pengembangan dan peningkatan kualitas SDM, khususnya generasi muda yang menjadi tunas bangsa dan penerus cita-cita pembangunan, menjadi perhatian utama dalam program pembangunan suatu bangsa. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui bidang pendidikan. Melalui pendidikan generasi penerus bangsa akan memiliki pengetahuan dan keterampilan (skills) yang bermanfaat untuk mengisi pembangunan bangsa, selain itu melalui pendidikan pula para generasi muda diharapkan dapat berpikir dan bertingkah laku positif.
Dilihat dari prosesnya, pendidikan formal di Indonesia berlangsung berjenjang, dimulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah jenjang SMA, maka sebagian besar individu akan meneruskan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi untuk memilih jurusan yang diminati.
Dunia pendidikan sangat kental dengan proses pembelajaran yang merupakan kegiatan saling mengisi antara guru dan siswa. Dalam proses itu,
(25)
2
Universitas Kristen Maranatha dibutuhkan peran aktif guru dan siswa, termasuk menciptakan interaksi harmonis agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Bagi setiap siswa, kegiatan pembelajaran merupakan kesempatan untuk mengetahui dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, khususnya yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pakar pendidikan Arief Rachman (www.republika.co.id)
menegaskan, belajar adalah sebuah proses yang harus ada dalam setiap diri manusia. Dengan belajar, manusia akan menjadi lebih cerdas, bijaksana dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dalam kegiatan pembelajaran itulah, siswa akan menjalani proses evaluasi beragam yang kemudian hasilnya akan mencerminkan prestasi belajar.
Menurut Winkel (1983), terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang menunjang pencapaian prestasi belajar secara optimal. Faktor eksternal terdiri atas lingkungan keluarga (relasi siswa yang terbina dengan orang tua), lingkungan sekolah (fasilitas penunjang yang ada di sekolah dan cara guru mengajar). Selain faktor eksternal, maka faktor internal berupa kecerdasan dan motivasi turut menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut dalam belajar saling berinteraksi untuk menentukan performance belajar siswa.
Taraf kecerdasan berfungsi untuk menentukan seberapa besar kemungkinan keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuatu dan dapat menjadi parameter untuk memprediksi pencapaian prestasi yang akan diraih siswa bersangkutan dalam suatu program pendidikan yang diikuti. Psikolog Sawitri Supardi Sadarjoen berpendapat bahwa kecerdasan intelektual seseorang memang bukan jaminan keberhasilan studinya, masih banyak potensi mental lain
(26)
3
Universitas Kristen Maranatha yang berperan dalam optimasi fungsi intelektual yang menjadi faktor penunjang keberhasilan studi seseorang berupa aspek kerajinan, disiplin diri, daya juang, kesediaan menghadapi dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi, serta introspeksi diri. Kecerdasan intelektual yang dimiliki tiap orang perlu ditunjang oleh motivasi untuk tetap mempertahankan dan atau meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi berfungsi sebagai daya pendorong untuk menggerakkan kegiatan belajar siswa, menjamin keberlangsungan dan menentukan arah kegiatan belajar, mempertahankan semangat dan tekun melaksanakan kegiatan belajarnya. Pentingnya motivasi dalam belajar, diungkapkan oleh Stephanus S. (www.kompas.com) kendati fasilitas pendukung di sekolah sangat memadai tetapi prestasi anak didiknya tidak menonjol karena kurangnya motivasi dalam belajar.
Uraian di atas juga menegaskan bahwa motivasi mendapat porsi lebih besar dibandingkan fasilitas pendukung di sekolah, relasi siswa dengan orang tuanya, maupun kecerdasan siswa. Oleh karenanya dapat dibayangkan pentingnya peran motivasi dalam belajar pada diri siswa guna pencapaian prestasi yang optimal. Idealnya, perilaku belajar siswa lebih digerakkan oleh dorongan yang berasal dari dalam dirinya, ini akan menjadi dasar bagi perhatian siswa terhadap akademiknya dibandingkan non-akademik.
Farida Kurniawati (www.tabloid-nakita.com) mengungkapkan ada dua tujuan siswa dalam belajar. Pertama, untuk sekadar mendapatkan hasil atau output
tertentu, misalnya nilai. Kedua, siswa belajar karena suka dengan pengetahuan yang dipelajarinya. Tujuan kedualah yang tentunya paling ideal. Jika keinginan
(27)
4
Universitas Kristen Maranatha belajar siswa murni karena cinta pengetahuan, berarti siswa tidak perlu didorong-dorong oleh lingkungannya untuk belajar. Siswa akan berinisiatif belajar dengan tekun dan disiplin.
Ada siswa yang perilaku belajarnya karena dorongan dari dalam diri namun adapula yang perilaku belajarnya karena dorongan dari lingkungan. Perilaku belajar siswa yang didorong oleh sumber eksternal akan terlihat tidak spontan dan lebih banyak melibatkan unsur kesengajaan serta kebergantungan kepada lingkungan. Menurut Yaumil Agus A. Z.(Sriwijaya Post, Januari 2004)
banyak orang tua yang mengeluhkan prestasi belajar anaknya yang kurang memuaskan dan 70% diantaranya disebabkan karena anak malas belajar dan tidak mempunyai tanggung jawab dalam belajar. “Kalau belajar harus disuruh terlebih dahulu, jika tidak maka anak itu akan bertahan berjam-jam di depan komputer untuk bermain game atau asyik mengobrol dengan temannya di telepon. Selagi belajar pun, anak tidak bisa fokus 100% karena anak sesekali memegang handphonenya untuk mengirim sms atau membalas sms dari temannya.”
Self Determination Theory dari Deci & Ryan (1985) menyatakan, motivasi dalam belajar berkaitan erat dengan Self Regulation-Akademik. Self Regulation-akademik adalah proses kontinum yang menggambarkan bagaimana siswa mengatur dan mengarahkan perilakunya guna mencapai prestasi yang optimal. Dalam mengatur dan mengarahkan perilaku belajarnya, ada siswa yang mampu melakukannya sendiri, namun adapula siswa yang harus dikontrol oleh lingkungannya. Kedua keadaan ini, sebagaimana ditegaskan oleh Self Regulation -Akademik, mencerminkan dua komponen, yaitu kontrol dan otonomi. Semakin
(28)
5
Universitas Kristen Maranatha tinggi Self Regulation-Akademik yang dimiliki siswa maka perilaku yang ditampilkan oleh siswa itu semakin mengarah pada dorongan yang datang dari dalam dirinya sendiri. Artinya, perilaku belajar siswa sepenuhnya berada dalam kendali diri sendiri (komponen otonomi) dan akan ditunjukkan melalui perilaku berinisiatif dalam belajar, bersedia mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa disuruh oleh guru atau orang tua, memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca kembali pelajaran yang diajarkan gurunya di sekolah. Biasanya siswa yang inisiatif belajarnya bertumpu pada diri sendiri akan memiliki jadwal belajar yang rutin karena berusaha untuk mempertahankan dan atau meningkatkan prestasi belajarnya.
Sebaliknya semakin rendah Self Regulation-Akademik siswa, perilaku yang ditampilkan lebih merupakan dorongan dari lingkungan di sekitarnya. Ini berarti, yang menjadi kontrol perilaku siswa dengan Self Regulation-Akademik rendah adalah lingkungannya (komponen kontrol). Siswa yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah akan menunjukkan inisiatif belajar yang rendah, motivasi belajarnya lebih bertujuan untuk menyenangkan orang lain, dalam hal ini orang tua atau guru & bukan bagi kepuasaan pribadi. Dorongan dalam diri yang rendah akan menyebabkan siswa tidak memiliki target dalam belajarnya. Siswa seperti ini akan tampak dari perilaku yang lebih banyak mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan non-akademik yaitu bermain game, lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Biasanya, siswa demikian tidak memiliki jadwal belajar teratur, begitu pula perencanaan belajarnya tidak tampak sehingga lebih sering mengerjakan tugas atau belajar untuk ulangan secara
(29)
6
Universitas Kristen Maranatha mendadak, secara umum siswa ini belajar karena pengaruh dorongan orang lain atau semata-mata dilakukan untuk memenuhi tuntutan dalam diri seperti mengindari rasa bersalah dan rasa malu.
Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) di SMAN 3 Kota Bandung. Sekolah menengah ini merupakan sekolah favorit dan kebanggaan masyarakat Kota Bandung. Sekitar 60-80% lulusannya setiap tahun berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi terkemuka di Indonesia terutama ITB, UI dan UNPAD. Adapun program SNBI dikembangkan dengan tujuan meningkatkan mutu SMAN 3 Bandung itu sendiri menjadi National Reference School, yaitu sekolah nasional yang memiliki kualitas pendidikan yang dapat disejajarkan dengan sekolah internasional. Ini merupakan tujuan inovatif dalam rangka peningkatan kualitas layanan pendidikan kepada siswa, khususnya siswa SMAN 3 Bandung. Siswa SNBI memperoleh kurikulum yang sama seperti kelas reguler namun penekanan yang lebih pada mata pelajaran bahasa Inggris, matematika, dan Teknologi Informasi. Materi tersebut diberikan setiap hari sabtu dengan cara menghadirkan dosen-dosen berkualitas dari universitas terkemuka di Kota Bandung. Untuk menunjang proses pembelajaran, sekolah ini berusaha menyediakan fasilitas laboratorium bahasa yang lengkap dan fasilitas internet yang dapat diakses 24 jam.
SNBI didirikan pada tahun 2005 dengan cara menyeleksi 74 siswa SMAN 3 Bandung yang mendaftarkan diri dan telah terpilih 50 siswa sebagai siswa rintisan untuk mengikuti program studi SNBI. Seleksi untuk menjadi siswa SNBI meliputi nilai UAN saat SMP, lolos Psikotes, memiliki IQ •125, memiliki
(30)
7
Universitas Kristen Maranatha kemampuan berbahasa Inggris dan matematika yang baik. SNBI terdiri atas siswa-siswi berprestasi yang tidak diterima di kelas akselerasi atau mengundurkan diri dari kelas akselerasi.
Siswa yang pada dasarnya berpredikat siswa sekolah unggulan kemudian mengikuti seleksi program khusus yang mengacu pada kriteria dan sistem seleksi yang ditetapkan pihak sekolah. Ini berarti, untuk menjadi siswa SNBI tidaklah mudah. Siswa SNBI diharapkan mampu meregulasi diri dengan baik sehingga mampu mengarahkan perilaku belajarnya tanpa bergantung kepada lingkungannya.
Namun berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang siswa SNBI, 40% siswa menunjukkan belajar bukan karena insiatif siswa itu sendiri melainkan kontrol eksternal, misalnya guru atau orang tua. Belajar harus diingatkan oleh orang tua terlebih dahulu, pergi ke sekolah karena mengikuti keinginan dari orang tuanya, para siswa ini pun belajar dengan giat selama di sekolah karena takut ditegur oleh gurunya apabila mereka tidak menyimak pelajaran dengan baik. Demikian pula siswa ini rajin mengerjakan tugas selain karena takut mendapat hukuman, ingin juga menciptakan image
sebagai siswa yang baik dan rajin dalam belajar.
Sedangkan 60% siswa lainnya menunjukkan kontrol diri dan inisiatif pribadi yang lebih berperan dalam menentukan pencapaian prestasi belajanya. Siswa berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu termasuk mempertahankannya. Siswa ini mengatakan bahwa mereka belajar giat karena ingin menjadi orang sukses dan dapat membanggakan orang
(31)
8
Universitas Kristen Maranatha tua mereka. Saat belajar di dalam kelas, mereka berkonsetrasi memusatkan perhatian pada apa yang diajarkan oleh guru dan berusaha untuk selalu datang ke sekolah karena tidak ingin ada materi pelajaran yang tertinggal. Mereka menganggap bahwa sebagai seorang siswa, belajar itu merupakan kegiatan yang penting dan berguna bagi masa depannya kelak.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah utama yang ingin diteliti adalah :
Seperti apakah gambaran Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.
1.3. MAKSUD PENELITIAN
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang Self Regulation-Akademik pada siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.
(32)
9
Universitas Kristen Maranatha
1.5. KEGUNAAN PENELITIAN
1.5.1. Kegunaan Teoretis : ♣
♣ Memberi informasi dan menambah wawasan bagi peneliti lain yang membahas masalah Self Regulation-Akademik.
♣
♣ Untuk menambah pengetahuan teoretik khususnya bidang ilmu Psikologi Pendidikan yang berkaitan dengan pengaturan kegiatan belajar pada siswa Sekolah Nasional yang berbasis Internasional.
1.5.2. Kegunaan Praktis : ♣
♣ Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, seperti : pihak sekolah dan orang tua, mengenai Self Regulation -Akademik yang dimiliki siswa yang belajar di Sekolah Nasional berbasis Internasional dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Diharapkan agar guru dan orangtua dapat meningkatkan Self Regulation-Akademik yang dimiliki oleh siswa dalam belajar.
♣
♣ Sebagai umpan balik bagi siswa mengenai Self Regulation-Akademik dan melakukan upaya-upaya konstruktif untuk meningkatkan inisiatif pribadi dalam belajarnya.
♣
♣ Memberikan informasi kepada siswa dan orang tua mengenai keistimewaan Sekolah Nasional Berbasis Internasional.
(33)
10
Universitas Kristen Maranatha
1. 6. KERANGKA PIKIR
Setiap individu di sepanjang rentang hidupnya akan menjalani serangkaian tahap perkembangan, salah satunya adalah tahap remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini, sebagian besar waktu individu akan dihabiskan untuk belajar di sekolah, guna membekalinya mengisi kehidupan masa depan.
Agar siswa dapat menyelesaikan jenjang pendidikannya dengan baik maka hal pertama yang penting dimiliki siswa adalah target yang jelas tentang
performance akademiknya. Selanjutnya, target itu akan menjadi pendorong siswa ke arah perilaku belajar yang bertanggung jawab dan tercermin melalui prestasi belajar. Menurut Gage & Berliner (1972), prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang dibantu oleh instruksi dan kegiatan pendidikan, selain kemampuan, stabilitas emosi, kemauan, dan disiplin dalam diri setiap individu.
Sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dari waktu ke waktu. Sekolah memfasilitasi siswanya agar dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, seperti halnya SMAN 3 yang menyediakan Sekolah Nasional Berbasis Internasional (SNBI) khusus untuk siswa-siswi yang memenuhi persyaratan akademik tertentu. Siswa SNBI memperoleh kurikulum yang sama seperti kelas reguler namun lebih difokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris, matematika, dan Teknologi Informasi. Materi tersebut diberikan setiap hari sabtu dengan cara menghadirkan dosen-dosen berkualitas dari universitas terkemuka di Kota Bandung. Untuk menunjang proses pembelajaran, sekolah ini berusaha menyediakan fasilitas laboratorium bahasa yang lengkap dan
(34)
11
Universitas Kristen Maranatha fasilitas internet yang dapat diakses 24 jam. Siswa SNBI yang berusia 15-16 tahun berada dalam tahap perkembangan remaja madya (Steinberg, 2002). Remaja mengalami tiga perubahan mendasar yaitu biologis, kognitif, dan sosial, dengan perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa SNBI dan prestasi akademik yang lebih unggul dari siswa kelas reguler, diharapkan siswa SNBI mampu mengarahkan perilaku belajarnya sendiri dan tidak tergantung kepada lingkungan. Menurut Deci & Ryan (1985) dalam Self Determination Theory, Self Regulation adalah suatu proses kontinum yang menggambarkan bagaimana individu mengatur dan mengarahkan perilakunya guna mencapai tujuan. Deci & Ryan membagi Self Regulation pada tiga bidang, yaitu Self Regulation -Friendship, Self Regulation-Religions, dan Self Regulation-Akademik. Berarti Self Regulation-Akademik merujuk kepada suatu proses kontinum yang menggambarkan bagaimana siswa mengatur dan mengarahkan perilakunya guna mencapai prestasi yang optimal.
Dalam Self Regulation-Akademik dikenal dua macam motivasi yang mendasari perilaku seseorang, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik (Deci & Ryan, 1985). Motivasi berfungsi sebagai daya pendorong untuk menggerakkan kegiatan belajar siswa, menjamin keberlangsungan dan menentukan arah kegiatan belajar, berfungsi mempertahankan semangat dan tekun melaksanakan kegiatan belajarnya.
Untuk dapat menentukan sumber motivasi siswa SNBI (ekstrinsik atau intrinsik) dapat dilihat dari locus of causalitynya. Seorang siswa yang mengerjakan tugas sekolah karena takut dimarahi oleh gurunya, berarti siswa ini
(35)
12
Universitas Kristen Maranatha memiliki locus of causality ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik akan menghasilkan tingkah laku dengan tujuan untuk mendapatkan reward dan menghindari
punishment, sehingga perilaku belajarnya tidak terjadi secara spontan namun melibatkan unsur kesengajaan serta menunjukkan kurang memiliki tekad yang kuat.
Dipihak lain, perilaku belajar siswa SNBI yang bersumber dari motivasi intrinsik muncul secara spontan melalui rasa ketertarikan, kenikmatan dan kepuasan yang mengikuti tingkah laku belajar siswa. Motivasi intrinsik akan menghasilkan perilaku belajar dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan bagi diri sendiri, menghasilkan prestasi atau performance yang lebih baik, menguatkan perilaku siswa untuk tidak tergantung kepada orang lain dan lingkungan.
Melalui proses perkembangan yang erat hubungannya dengan internalisasi dan intergrasi, perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik akan mengalami perubahan menjadi motivasi intrinsik. Internalisasi merupakan sebuah proses alami dan aktif yang diusahakan oleh setiap individu untuk mengubah nilai-nilai sosial menjadi nilai-nilai pribadi (Meissner, 1981; Schaefer, 1968). Internalisasi melibatkan perpindahan antara proses regulasi ekstrinsik menjadi proses regulasi intrinsik. Sedangkan proses integrasi adalah regulasi yang disatukan dengan dirinya sendiri, dengan membandingkan nilai-nilai sosial dengan nilai-nilai yang ada di dalam diri.
Self Determination Theory membedakan empat tipe motivasi ekstrinsik yang bergradasi dan dihasilkan melalui proses internalisasi, yaitu Eksternal Regulation, Introjected Regulation, Identified Regulation, dan Intrinsic
(36)
13
Universitas Kristen Maranatha
Regulation. Keempat tipe ini kemudian dikelompokkan menjadi dua komponen
Self Regulation-Akademik, yaitu komponen kontrol dan komponen otonomi. Tipe yang pertama, sekaligus merupakan gradasi terendah adalah External Regulation. Pada tipe ini, perilaku belajar siswa SNBI dikontrol oleh tuntutan lingkungan dan semata-mata bertujuan untuk mendapatkan reward serta menghindari punishment, misal siswa SNBI mengerjakan tugas sekolahnya karena tidak ingin ditegur oleh guru.
Tipe yang kedua adalah Introjected Regulation. Pada tipe ini, perilaku belajar siswa SNBI dikontrol oleh tuntutan dari dalam diri, misal munculnya rasa bersalah atau rasa malu apabila tidak belajar menjelang ulangan.
Tipe ketiga adalah Identified Regulation, yaitu siswa SNBI yang menerima nilai-nilai atau tujuan dari suatu kegiatan belajar karena menganggap kegiatan itu sebagai sesuatu yang penting dan bernilai bagi dirinya. Misalnya, berkonsetrasi selama belajar di kelas karena ingin memahami materi yang diajarkan dengan utuh.
Tipe keempat atau tipe yang menempati tingkatan tertinggi dalam Self Regulation-Akademik yaitu Intrinsic Regulation, yaitu siswa SNBI yang melakukan kegiatan belajarnya atas kehendak dan kemauannya sendiri. Misalnya, siswa SNBI yang akan menyediakan waktu secara rutin untuk belajar walaupun tidak ada ulangan.
Tipe External Regulation dan Introjected Regulation termasuk kedalam kelompok komponen kontrol. Perilaku belajar siswa SNBI yang bercirikan komponen kontrol akan ditentukan dan diarahkan oleh lingkungan karena yang
(37)
14
Universitas Kristen Maranatha lebih banyak berpengaruh adalah motivasi ekstrinsiknya. Di sisi lain, tipe
Identified Regulation dan Intrinsic Regulation termasuk kedalam kelompok komponen otonomi, apabila perilaku belajar siswa SNBI bercirikan komponen otonomi, maka siswa akan lebih banyak bertumpu dan diarahkan oleh diri sendiri karena yang banyak berpengaruh adalah motivasi intrinsiknya.
Self Regulation-Akademik dipahami sebagai suatu proses kontinum yang berarti bila suatu perilaku mengarah ke kutub kontrol berarti Self Regulation -Akademiknya rendah, sebaliknya apabila perilaku belajarnya lebih mengarah ke kutub otonomi maka Self Regulation-Akademiknya tinggi. Dalam pandangan Self Determination Theory, seorang siswa memiliki Self Regulation-Akademik yang tinggi apabila siswa dalam pengarahan dan pengaturan perilaku belajarnya lebih bercirikan komponen otonomi dan bukan komponen kontrol.
Ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik siswa, yaitu pola asuh dan lingkungan sekolah. Pola asuh yang autonomy support
(misalnya orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk membangkitkan kemampuan problem solving berupa kesempatan memecahkan masalah sendiri, melakukan pilihan dan mengambil keputusan) akan memberikan peluang kepada siswa untuk dapat mengaktualkan potensi dirinya.
Selain pola asuh, lingkungan sekolah berupa iklim kelas yang kondusif (misalnya kebebasan mengungkapkan pendapat di kelas dan respon positif dari guru dan teman sekolah) akan memunculkan motivasi intrinsik yang dapat memacu semangat untuk mencapai prestasi belajar yang optimal (Ryan & Grolnick, 1989).
(38)
15
Universitas Kristen Maranatha Faktor internal yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik siswa adalah pengalaman. Pengalaman dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap suatu situasi, apakah itu menjadi sesuatu yang penting atau kurnag penting. Contohnya : ada siswa yang menganggap belajar merupakan hal yang penting dan wajib bagi dirinya, namun adapula siswa yang menganggap bermain dengan teman-teman adalah hal yang lebih penting dibandingkan belajar.
Berikut adalah bagan kerangka pikir :
Faktor yang mempengaruhi: - Pola Asuh
- Lingkungan Sekolah Tinggi - Pengalaman
Siswa SNBI Self Regulation-Akademik
-Kontrol Rendah (External Regulation
dan
Introjected Regulation)
-Otonomi
(Identified Regulation dan
Intrinsic Regulation)
(39)
16
Universitas Kristen Maranatha
1.7. ASUMSI
1. Motivasi berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
2. Terdapat dua macam sumber motivasi siswa dalam belajar yang akan menjadi tolok ukur tinggi rendahnya Self Regulation-Akademik siswa, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi ekstrinsik akan menunjukkan Self Regulation-Akademik yang bercirikan komponen kontrol atau bisa dikatakan memiliki Self Regulation-Akademik rendah.
4. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi intrinsik akan menunjukkan Self Regulation-Akademik yang bercirikan komponen otonomi atau bisa dikatakan memiliki Self Regulation-Akademik tinggi.
(40)
73 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebesar 56% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung, memiliki Self
Regulation-Akademik yang bercirikan komponen otonomi. Ini berarti,
siswa SNBI tersebut memiliki Self Regulation-Akademik tinggi,
sedangkan 44% bercirikan komponen kontrol sehingga Self Regulation
-Akademiknya dapat dikatakan rendah.
2. Sekitar 85.7% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self
Regulation-Akademik tinggi, didominasi oleh tipe Identified Regulation
dan 50% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self
Regulation-Akademik rendah didominasi oleh tipe Introjected Regulation.
3. Terdapat pula 45.5% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah, namun didominasi oleh tipe
Identified Regulation.
4. Berdasarkan tabulasi silang antara Self Regulation-Akademik dan
faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik tidak ditemukan
kekuatan yang signifikan dari faktor-faktor tersebut dengan Self
(41)
74
Universitas Kristen Maranatha 5.2. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
♣ Saran Praktis
¬ Kepada siswa SNBI yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah
(kontrol) disarankan untuk membina Self Regulation-Akademiknya ke
arah yang lebih otonomi dengan cara menyadari kebiasaan belajar, dalam hal apa sudah mampu mengatur aktivitas belajarnya sendiri dan dalam hal apa masih diatur orang lain, kemudian berusaha keras untuk mengatur sendiri kebiasaan belajarnya agar tidak tergantung kepada orang lain.
♣ Saran Teoretis
1. Dari penelitian ini, tidak dijumpai gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang berperan terhadap pembentukan Self Regulation
-Akademik. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk meneliti kembali Self Regulation-Akademik pada jenjang pendidikan SD atau
SMP.
2. Dari penelitian ini ditemukan siswa yang memiliki Self Regulation
-Akademik rendah namun didominasi oleh tipe Identified Regulation,
oleh karenanya bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang bahasan yang sama untuk dapat meneliti secara spesifik mengenai tipe-tipe Self
(42)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. 1915, Dictionary of Psychology, New York : Sell Publishing Co, Inc.
Deci, E.L, & Ryan, R.M. 2000. The “What” and “Why” of Goal Pursuits : Human Needs and the Self Determination of behavior. Psychological Inquiry, 11, 227-268, New york.
Deci, E.L, 7 Ryan, R.M. 1985. Self Determination Theory : Approach to Human Motivation & Personality. New York : copyright 2000-2001.
Frandsen, Arden N. 1967. Educational Psychology 2 nd edition. USA : Mc. Graw
Hill.
Gage & Berliner, 1984. Educational Psychology 3 rd edition. Boston : Houghton
Mifflin Company.
Grolnick, W.S. & Ryan, R.M. 1989. American Psychological Association, Parent style With Children’s Self Regualtion and Competence in School, Copyright 1989 by APA.
Guilford, J.P. 1993. Fundamental Statistics in Psychology and Education. Tokyo : Mc Graw hill Kogakusha.
Ryan, R.M, Connell, J.P. & Deci, E.L, 1985 A Motivational Analysis of Self Determination and Self Regulation in Education; Research on Motivation in Education. Volume 2, New York : Academic Press.
Ryan, R.M, Deci, E.L & Williams C. Geoffrey, 1996 Need Satisfaction and The Self Regulation of Learning; Learning and Individual Differences, volume 8, New York : JAI Press Inc.
(43)
Universitas Kristen Maranatha
Ryan, R.M, Deci, E.L 2000 Self Determination Theory and The Facilitation of Instrinsic Motivation, Social Development, and Well Being. American Psychologist, volume 55.
Siegel, Sidney 1997 Statistik Nonparametik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.
Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Penelitian Statistika, FMIPA, Universitas Padjajaran.
Sprinthall, Norman A, Richard C. Sprinthall. 1978. Educational Psychology : A Developmental Approach. New York : Mc Graw Hill International Edition.
Steinberg, l. 2002. Adolescence, 6th ed. New York :McGrawHill Companies, Inc.
Sujana. 1989. Metode Statistika, Bandung : Tarsito.
Williams, G. C, & Deci, E.L. 1996. Internalization of Biopsychosocial Values by Medical Students : A test of Self Detremination Theory. Journal of Personality and Social Psychology, 70, 767-779.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia.
Woolfolk, Anita. E. 1998. Educational Psychology. Seventh Edition, USA : Allyn & Bacon.
(44)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Http : www. SMAN 3.Net.
Http : www.Psych.Rochester.edu/sdt.
Inggrid, Widyawati. Hubungan Antara Tipe Self Regulation-Akademik dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2000 Universitas “X” Bandung. Bandung. Skripsi : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Novianti, yunita. Hubungan Antara Komponen Self Regulation-Akademik dan Prestasi Belajar di SD “X” dan SD “Y” di Kelurahan Pasi rkaliki Bandung. Bandung. Skripsi : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
(1)
16
Universitas Kristen Maranatha 1.7. ASUMSI
1. Motivasi berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
2. Terdapat dua macam sumber motivasi siswa dalam belajar yang akan menjadi tolok ukur tinggi rendahnya Self Regulation-Akademik siswa, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi ekstrinsik akan menunjukkan Self Regulation-Akademik yang bercirikan komponen kontrol atau bisa dikatakan memiliki Self Regulation-Akademik rendah.
4. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi intrinsik akan menunjukkan Self Regulation-Akademik yang bercirikan komponen otonomi atau bisa dikatakan memiliki Self Regulation-Akademik tinggi.
(2)
73 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebesar 56% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung, memiliki Self Regulation-Akademik yang bercirikan komponen otonomi. Ini berarti, siswa SNBI tersebut memiliki Self Regulation-Akademik tinggi, sedangkan 44% bercirikan komponen kontrol sehingga Self Regulation-Akademiknya dapat dikatakan rendah.
2. Sekitar 85.7% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self Regulation-Akademik tinggi, didominasi oleh tipe Identified Regulation dan 50% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah didominasi oleh tipe Introjected Regulation. 3. Terdapat pula 45.5% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang
memiliki Self Regulation-Akademik rendah, namun didominasi oleh tipe Identified Regulation.
4. Berdasarkan tabulasi silang antara Self Regulation-Akademik dan faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik tidak ditemukan kekuatan yang signifikan dari faktor-faktor tersebut dengan Self Regulation-Akademik.
(3)
74
Universitas Kristen Maranatha
5.2. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
♣ Saran Praktis
¬ Kepada siswa SNBI yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah (kontrol) disarankan untuk membina Self Regulation-Akademiknya ke arah yang lebih otonomi dengan cara menyadari kebiasaan belajar, dalam hal apa sudah mampu mengatur aktivitas belajarnya sendiri dan dalam hal apa masih diatur orang lain, kemudian berusaha keras untuk mengatur sendiri kebiasaan belajarnya agar tidak tergantung kepada orang lain.
♣ Saran Teoretis
1. Dari penelitian ini, tidak dijumpai gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang berperan terhadap pembentukan Self Regulation-Akademik. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk meneliti kembali Self Regulation-Akademik pada jenjang pendidikan SD atau SMP.
2. Dari penelitian ini ditemukan siswa yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah namun didominasi oleh tipe Identified Regulation, oleh karenanya bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang bahasan yang sama untuk dapat meneliti secara spesifik mengenai tipe-tipe Self Regulation-Akademik.
(4)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. 1915, Dictionary of Psychology, New York : Sell Publishing Co, Inc.
Deci, E.L, & Ryan, R.M. 2000. The “What” and “Why” of Goal Pursuits : Human Needs and the Self Determination of behavior. Psychological Inquiry, 11, 227-268, New york.
Deci, E.L, 7 Ryan, R.M. 1985. Self Determination Theory : Approach to Human Motivation & Personality. New York : copyright 2000-2001.
Frandsen, Arden N. 1967. Educational Psychology 2 nd edition. USA : Mc. Graw
Hill.
Gage & Berliner, 1984. Educational Psychology 3 rd edition. Boston : Houghton
Mifflin Company.
Grolnick, W.S. & Ryan, R.M. 1989. American Psychological Association, Parent style With Children’s Self Regualtion and Competence in School, Copyright 1989 by APA.
Guilford, J.P. 1993. Fundamental Statistics in Psychology and Education. Tokyo : Mc Graw hill Kogakusha.
Ryan, R.M, Connell, J.P. & Deci, E.L, 1985 A Motivational Analysis of Self Determination and Self Regulation in Education; Research on Motivation in Education. Volume 2, New York : Academic Press.
Ryan, R.M, Deci, E.L & Williams C. Geoffrey, 1996 Need Satisfaction and The Self Regulation of Learning; Learning and Individual Differences, volume 8, New York : JAI Press Inc.
(5)
Universitas Kristen Maranatha
Ryan, R.M, Deci, E.L 2000 Self Determination Theory and The Facilitation of Instrinsic Motivation, Social Development, and Well Being. American Psychologist, volume 55.
Siegel, Sidney 1997 Statistik Nonparametik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.
Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Penelitian Statistika, FMIPA, Universitas Padjajaran.
Sprinthall, Norman A, Richard C. Sprinthall. 1978. Educational Psychology : A Developmental Approach. New York : Mc Graw Hill International Edition.
Steinberg, l. 2002. Adolescence, 6th ed. New York :McGrawHill Companies, Inc.
Sujana. 1989. Metode Statistika, Bandung : Tarsito.
Williams, G. C, & Deci, E.L. 1996. Internalization of Biopsychosocial Values by Medical Students : A test of Self Detremination Theory. Journal of Personality and Social Psychology, 70, 767-779.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia.
Woolfolk, Anita. E. 1998. Educational Psychology. Seventh Edition, USA : Allyn & Bacon.
(6)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Http : www. SMAN 3.Net.
Http : www.Psych.Rochester.edu/sdt.
Inggrid, Widyawati. Hubungan Antara Tipe Self Regulation-Akademik dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2000 Universitas “X” Bandung. Bandung. Skripsi : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Novianti, yunita. Hubungan Antara Komponen Self Regulation-Akademik dan Prestasi Belajar di SD “X” dan SD “Y” di Kelurahan Pasi rkaliki Bandung. Bandung. Skripsi : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.