Peran Trombosit Dalam Patogenesis Malaria Serebral (Studi Pustaka).
%
%
Indria Melianti (0210153), 2006; Tutor I : Susy Tjahjani dr., M.Kes
Tutor II : Meilinah Hidayat dr., M.Kes
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa darah yang hidup
obligat intraseluler Plasmodium. Malaria dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
Salah satu komplikasi malaria berat adalah malaria serebral. Malaria serebral sering
menyebabkan koma bahkan kematian.
paling sering
menyebabkan kematian dibandingkan spesies Plasmodium lainnya.
Patogenesis malaria serebral dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah
trombosit. Trombosit yang secara fisiologis berperan dalam hemostasis dan
mekanisme pembekuan darah akan berubah menjadi patogen pada sel endotel otak.
Hal ini memperparah terjadinya malaria serebral. Patogenesis malaria serebral
dimulai dengan penempelan dan invasi
pada sel:sel darah
merah. Kemudian sel darah merah yang terinfeksi akan bersirkulasi mengikuti
peredaran darah dan menempel pada sel endotel otak. Selain itu, trombosit yang ikut
dalam sirkulasi juga akan menempel pada sel endotel sesuai dengan mekanisme
. Trombosit akan menempel, menginvasi dan bersekuestrasi dalam
otak. Hal ini menyebabkan terjadinya iskemia karena terjadi
penyumbatan akibat sekuestrasi tersebut. Akibat fatal lainnya adanya perdarahan
yang dapat terjadi karena sitolisis dari sel endotel otak. Sekuestrasi juga dapat
mengurangi aliran darah ke otak. Hal ini dapat menyebabkan kekacauan, kelesuan
dan koma yang berkepanjangan. Respon imun akan terganggu karena sel darah yang
terinfeksi akan menimbulkan terjadinya ketidakseimbangan respon imun. Sehingga
respon imun akan diproduksi secara berlebihan.
Peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral merupakan proses komplek
yang terdiri dari proses penempelan, invasi, hingga terjadi sekuestrasi oleh trombosit
di
di otak. Masih banyak hal yang belum diketahui dengan jelas
dalam peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral, seperti respon tubuh
terhadap
misalnya peningkatan dari sel limfosit T
1 yang lebih
meningkat dibanding dengan sel T
2, mekanisme dan peran pasti dari
.
Oleh karena itu diperlukan penelitian:penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami
mekanisme patogenesisnya. Pengetahuan tentang peran trombosit dalam patogenesis
malaria serebral diharapkan dapat memberikan pandangan baru untuk mendesain
vaksin yang lebih efektif dan strategi baru dalam pengobatan malaria, sehingga
malaria tidak sampai berlanjut menjadi malaria serebral.
iv
Indria Melianti (0210153), 2006
Susy Tjahjani dr., M.Kes
Meilinah Hidayat dr., M.Kes
!
!
"
"
"
"
"
"
"
"
#
#
$
#
#
"
"
%
#
"
"
&
'
$
"
"
"
v
$
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
ABSTRAK
iv
+(, *+!
v
PRAKATA
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah
3
1.3 Maksud dan Tujuan
3
1.4 Kegunaan
4
1.5 Metodologi Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
5
2.1.1 Morfologi
5
2.1.1.1 Sporozoit
2.1.1.2 *
5
tropozoit
6
2.1.1.3 Mid:tropozoit
6
2.1.1.4 Tropozoit
6
2.1.1.5 Skizon
7
2.1.1.6 Merozoit
8
2.1.2 Penularan Malaria
9
2.2 Patogenesis
10
2.2.1 Penempelan
2.2.2 Invasi
pada RBC
ke RBC
11
11
2.2.3 Perjalanan Penyakit Malaria Serebral
13
2.2.4 Penempelan pRBC pada Sel Endotel Otak
15
2.2.5 Perubahan dari Trombosit pada Infeksi oleh
18
2.2.6 Penempelan Trombosit pada Sel Endotel Otak
22
2.2.7 Invasi Trombosit
24
2.2.8 Sekuestrasi Trombosit
24
2.3 Respon Imun
25
2.4 Strategi Pemberantasan Malaria
26
2.5 Prinsip Pengobatan Malaria
30
2.5.1 Tindakan Umum
30
2.5.2 Pengobatan untuk Parasit Malaria
31
BAB III PEMBAHASAN
33
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan
36
4.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
40
RIWAYAT HIDUP PENULIS
53
$
GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Skema proses masuknya merozoit ke dalam RBC
12
Gambar 2.2
Patogenesis malaria serebral
15
Gambar 2.3
Skema terjadinya malaria serebral pada
(
)
! (BEC)
15
Gambar 2.4
Mekanisme
antara
dengan sel endotel
Gambar 2.5
Skema hubungan antara
17
, NO dan GPIIb:IIIa
19
Gambar 2.6
Skema dari reseptor:reseptor di trombosit yang
berikatan dengan
nya masing:masing
20
Gambar 2.7
Skema respon imun seluler dan humoral serta
peranan TNF dalam patogenesis malaria serebral
22
Gambar 2.8
Trombosit dalam BMEC
23
Gambar 2.9
Trombosit yang adesi hingga mengadakan
agregasi di sel endotel otak
24
viii
$
TABEL
Tabel 2.4.1 Perbedaan antara program
pemberantasan dan pembasmian malaria
Halaman
26
$
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Daerah Endemik Infeksi Malaria
Gambar L.1 Penyebaran Malaria di Dunia
Gambar L.2 Penyebaran Malaria di Indonesia
40
40
Lampiran 2
Penyebaran Anopheles pada Tiap Propinsi di Indonesia
41
Lampiran 3
Morfologi
Gambar L.2.1 Sporozoit
Gambar L.2.2 *
Gambar L.2.3
*
Gambar L.2.4
*
Gambar L.2.5 Tropozoit
Gambar L.2.6 Skizon
Gambar L.2.7 Merozoit
Gambar L.2.8 Gametosit
Gambar L.2.9 Gametosit jantan
43
43
44
44
44
45
45
45
46
Lampiran 4
Siklus Hidup
Gambar L.3.1 Siklus hidup
dalam tubuh nyamuk +
Gambar L.3.2 Siklus hidup
dalam tubuh manusia
betina
Lampiran 5
Perubahan pada pRBC Akibat
Gambar L.4.1 Tanpa panah menunjukan tonjolan apical
untuk penempelan dari merozoit pada reseptor RBC
Gambar L.4.2 Siklus hidup
: terlihat
stadium merozoit dalam pRBC
47
47
48
48
Gambar L.4.3 Tanda panah menunjukan adanya
knobs pada permukaan membran pRBC
(
dalam stadium skizon)
Lampiran 6
Skizon
pada Pembuluh Darah di Otak
Gambar L.5.1 Skizon
yang menempel
pada sel endotel pembuluh darah otak
Gambar L.5.2 Skizon yang menempel pada
pada penderita malaria serebral
49
50
50
Lampiran 7
Sekuestrasi oleh Trombosit
Gambar L.6 Sekuestrasi trombosit yang terjadi pada
sel endotel pembuluh darah otak
51
Lampiran 8
Perubahan Patologis yang Terjadi pada Otak
Gambar L.7 Perubahan patologis yang terjadi pada
otak (
) secara anatomis dan histologis
52
53
8 *
'
%
%
!9 % %
Nama
: Indria Melianti
Tempat / tanggal lahir
: Jakarta / 7 Mei 1985
Alamat
: Nogososro 40, Semarang
Agama
: Katholik
Nama Ayah
: Bambang Priyanto, drg., SpBM
Nama Ibu
: Liesda Trianingrum, drg.
9
Tahun 1990 lulus TK Kanisius, Yogyakarta
Tahun 1996 lulus SD Kanisius, Yogyakarta
Tahun 1999 lulus SMP Maria Mediatrix, Semarang
Tahun 2002 lulus SMA Sedes Sapientiae, Semarang
Tahun 2002:sekarang : mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha, Bandung
40
!
+
, +
,-+
Gambar L.1 Penyebaran malaria di dunia (Matisz, 2004)
Gambar L.2 Penyebaran malaria di Indonesia (Sawitz, 1972)
41
+, +.
,
/
/
0/ ,
, 0,+
Tabel 2.1 Distribusi Vektor Malaria di Indonesia
Propinsi
No.
Vektor predominan
1
D.I.Aceh
+
2
Sumatera Utara
+
3
Sumatera Barat
+
4
Riau
+
+
+
5
Jambi
+
+
+
6
Sumatera Selatan
+
+
+
7
Bengkulu
+
8
Lampung
+
9
DKI Jakarta
+
10
Jawa Barat
11
Jawa Tengah
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
12
D.I. Yogyakarta
+
13
Jawa Timur
+
+
+
+
+
+
+
+
14
Bali
+
15
Kalimantan Barat
+
+
+
+
16
Kalimantan Tengah
+
+
+
17
Kalimantan Selatan
+
+
+
+
42
18
Kalimantan Timur
+
+
+
+
19
Sulawesi Utara
+
+
20
Sulawesi Tengah
+
+
21
Sulawesi Selatan
+
+
22
Sulawesi Tenggara
+
Nusa Tenggara Barat
+
Nusa Tenggara Timur
+
Maluku
+
26
Irian Jaya dan Papua
+
+
Sumber : P.N. Harijanto, 2000
+
+
+
+
+
+
+
25
+
+
+
24
+
+
+
23
+
+
+
+
+
+
+
+
43
#
0 -0 01
!"
Gambar L.2.1 Sporozoit
Gambar L.2.2 *
# $!
%"
(MacLean, 2004)
(Culvenor, 2000)
44
Gambar L.2.3
Gambar L.2.4
*
*
Gambar L.2.5 Tropozoit
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
45
Gambar L.2.6 Skizon
Gambar L.2.7 Merozoit
Gambar L.2.8 Gametosit
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
46
Gambar L.2.9 Gametosit jantan
(Culvenor, 2000)
47
2
'
/
!"
# $!
Gambar L.3.1 Siklus hidup
%"
dalam tubuh nyamuk +
betina (Matisz, 2004)
Gambar L.3.2 Siklus hidup
2004)
dalam tubuh manusia (Matisz,
48
"
+
.
,/
/
3
.
!"
# $!
%"
Gambar L.4.1 Tanpa panah menunjukan tonjolan apical untuk penempelan dari
merozoit pada reseptor RBC (MacLean, 2004)
Gambar L.4.2 Siklus hidup
pRBC (Matisz, 2004)
: terlihat stadium merozoit dalam
49
Gambar L.4.3 Tanda panah menunjukan adanya knobs pada permukaan membran
pRBC (
dalam stadium skizon) (MacLean, 2004)
50
(
40,
!"
Gambar L.5.1
# $!
%"
/
+ .
dalam stadium skizon yang menempel pada
sel endotel pembuluh darah otak (MacLean, 2004)
Gambar L.5.2 Skizon yang menempel pada
(MacLean, 2004)
malaria serebral
51
5
+
+
0+
0 .0
Gambar L.6.1 Sekuestrasi trombosit yang terjadi pada sel endotel pembuluh darah
otak (Krotz, 2002)
52
6
+
.
,
0 01
,1 + 7
/
Gambar L.7.1 Perubahan patologis yang terjadi pada otak (cerebrum) secara anatomis
dan histologis (Matisz, 2004)
1
'% %
1.1 Latar Belakang
Secara global, malaria masih menjadi pembunuh yang kejam bagi umat manusia di
sebagian besar wilayah dunia, seperti Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
Asia Selatan, Asia Tenggara, dan kawasan Oceania (Putu Sutisna, 2004). Infeksi
malaria merupakan masalah yang harus dihadapi oleh negara tropik, sub:tropik dan
negara yang sedang berkembang bahkan negara yang sudah maju (Haque et al, 2001).
Dengan perkembangan transportasi, mobilisasi penduduk dunia, khususnya dengan
berkembangnya dunia wisata, infeksi malaria juga merupakan masalah bagi negara:
negara maju karena munculnya penyakit malaria di negara tersebut (P.N. Harijanto,
2000).
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2000, terdapat lebih dari 2,4 milyar
penduduk atau 40% dari penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria (Husna
Dharma Putera, 2001). Sementara, prevalensi penyakit malaria di seluruh dunia
diperkirakan antara lima sampai enam ratus juta orang di seluruh dunia klinis
menderita penyakit malaria dan sebagai akibatnya lebih dari satu juta orang
meninggal tiap tahunnya (Holding, Snow, 2001). Di Indonesia juga sampai saat ini
angka kesakitan penyakit malaria masih cukup tinggi, terutama di daerah luar Jawa
dan Bali. Namun kini di daerah Jawa dan Bali juga sudah terjadi peningkatan jumlah
penderita malaria (Husna Dharma Putera, 2001). Masih sering terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) malaria terutama di daerah yang mengalami perubahan lingkungan,
misalnya tambak udang atau ikan yang tidak terpelihara, di daerah penebangan pohon
bakau, dan muara sungai yang tersumbat. Tempat:tempat tersebut merupakan tempat
2
yang akan menjadi tempat perindukan nyamuk +
Nyamuk +
merupakan vektor dari malaria (Umar Fahmi Achmadi, 2000).
Masalah mortalitas dan morbiditas akibat malaria berat mempunyai kaitan erat
dengan timbulnya malaria dari komplikasi yang ringan hingga mengganas menjadi
komplikasi yang berat, seperti malaria serebral (P.N. Harijanto, 2000). Tercatat
sekitar 7000 kasus di Perancis setiap tahunnya, di mana 90% mengacu pada
(Bonnard, 2005). Sekitar 20% kasus disebabkan karena
malaria serebral yang merupakan salah satu komplikasi berat dari infeksi
(Holding & Snow, 2001). Di Indonesia malaria serebral sering dijumpai
pula di daerah endemik seperti di Jepara (Jawa Tengah), Sulawesi Utara, Maluku, dan
Irian Jaya. Secara sporadik juga ditemui pada beberapa kota besar di Indonesia.
Menurut penelitian di Minahasa, Sulawesi Utara mortalitas malaria serebral mencapai
30,5% (Umar Fahmi Achmadi, 2000).
Komplikasi akibat malaria berat selain malaria serebral antara lain anemia berat
(Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15%), hipoglikemia (gula darah < 40 mg%),
pembuluh darah yang kolaps, syok hipovolemia, hipotensi (
) (tekanan
sistolik < 70 mmHg pada dewasa atau < 50 mmHg pada anak yang berusia satu
hingga lima tahun), septikemia, gagal ginjal akut (GGA) (oliguria < 400 ml/24 jam
atau kadar kreatinin serum > 3 mg%), manifestasi perdarahan (gusi, hidung, dan atau
tanda:tanda -
!
(DIC), gangguan pembekuan
darah (koagulopati), kejang:kejang yang berulang lebih dari dua kali dalam 24 jam,
oedem paru (sesak nafas, gelisah), .
/ikterus (bilirubin serum > 3 mg%),
asidosis metabolik (pH darah < 7,25 atau kadar plasma bikarbonat < 15 mmol/L),
"
(
makroskopik), hipertermia (suhu badan
o
> 40 C) dan hiperparasitemia (ditemukan Plasmodium > 5%) (Putu Sutisna, 2004).
Dari komplikasi malaria berat di atas, insidensi malaria serebral meliputi 10% dari
penderita malaria
berat yang dirawat di rumah sakit, dan 80% merupakan
kasus yang fatal dan dapat menyebabkan kematian (P.N. Harijanto, 2000).
3
Patogenesis malaria serebral sebenarnya merupakan hal yang sangat kompleks dan
multifaktorial. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya malaria
serebral, seperti peran trombosit pada kapiler pembuluh darah otak, peran sitokin
yang menyebabkan produksi berlebih dari
patologis dari TNF *
$
(TNF), peran
2 (TNFR2), peran sel limfosit
mengeluarkan lebih banyak sel
perubahan fenotip dari (
/
dimana
1 (Th1) dibanding sel
)
!
2 (Th2), dan
0 1)!2 (Lou et al,
2001).
Dari beberapa faktor di atas, keistimewaan dari patogenesis malaria serebral
adalah kemampuan dari
untuk menginfeksi *
(
!
(RBC) dengan mengadesi lapisan dari kapiler:kapiler darah. RBC yang sudah
diinvasi oleh
!
akan berubah menjadi
3
*
(
(pRBC). pRBC akan mengubah fungsi komponen:komponen darah seperti
trombosit. Trombosit yang secara fungsional berperan dalam hemostasis, akan
bersekuestrasi sehingga memperparah terjadinya malaria serebral. Dengan demikian,
trombosit berperan penting dalam patogenesis malaria serebral.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, maka kita dapat merumuskan identifikasi masalah
Bagaimana peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud
: untuk memahami peran trombosit dalam patogenesis malaria
serebral.
4
Tujuan
: untuk mengetahui lebih dalam peran trombosit dalam patogenesis
malaria serebral sehingga angka kejadian malaria serebral dapat
diturunkan.
1.4 Kegunaan
Kegunaan akademis : Diharapkan dengan membaca KTI ini, akan menambah
wacana dan wawasan pembaca mengenai peran trombosit
dalam patogenesis malaria serebral.
Kegunaan praktis
: Diharapkan dengan diketahuinya peran trombosit, akan
menarik minat pembaca untuk lebih memahami dan
mendalami peran trombosit ini.
1.5 Metodologi Penelitian
Studi Pustaka
36
&
%
4.1 Kesimpulan
Peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral merupakan proses komplek
yang terdiri dari proses penempelan, invasi, hingga terjadi sekuestrasi oleh trombosit
di
di otak. Trombosit yang secara fisiologis berfungsi untuk sistem
pembekuan darah, malah menjadi patogen dengan menginvasi dan bersekuestrasi
dalam sel endotel otak.
4.2 Saran
Secara menyeluruh patogenesis malaria serebral masih banyak hal yang belum
diketahui dengan jelas. Hal ini disebabkan karena patogenesis malaria serebral
dipengaruhi oleh banyak faktor dan terjadi interaksi yang kompleks antara faktor:
faktor tersebut Oleh karena itu diperlukan penelitian:penelitian lebih lanjut sehingga
dengan mengetahui mekanisme patogenesis diharapkan dapat dibuat obat atau vaksin
yang lebih efektif untuk mengobati dan mencegah terjadinya malaria serebral.
37
$
Arlan Prabowo. 2004.
%
. Halaman 13:14.
A. Haque, Hakim Echchannaoui, Rosanne Seguin, Joseph Schwartzman, Lloyd
H. Kasper, et al. 2001. !
. American Journal of
Pathology; 158: 163:172, 2 April 2005
Blood, Benoit Gamain, Joseph D. Smith, Louis H. Miller, and Dror I. Baruch. 2001.
*
!
!-
%
Indria Melianti (0210153), 2006; Tutor I : Susy Tjahjani dr., M.Kes
Tutor II : Meilinah Hidayat dr., M.Kes
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa darah yang hidup
obligat intraseluler Plasmodium. Malaria dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
Salah satu komplikasi malaria berat adalah malaria serebral. Malaria serebral sering
menyebabkan koma bahkan kematian.
paling sering
menyebabkan kematian dibandingkan spesies Plasmodium lainnya.
Patogenesis malaria serebral dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah
trombosit. Trombosit yang secara fisiologis berperan dalam hemostasis dan
mekanisme pembekuan darah akan berubah menjadi patogen pada sel endotel otak.
Hal ini memperparah terjadinya malaria serebral. Patogenesis malaria serebral
dimulai dengan penempelan dan invasi
pada sel:sel darah
merah. Kemudian sel darah merah yang terinfeksi akan bersirkulasi mengikuti
peredaran darah dan menempel pada sel endotel otak. Selain itu, trombosit yang ikut
dalam sirkulasi juga akan menempel pada sel endotel sesuai dengan mekanisme
. Trombosit akan menempel, menginvasi dan bersekuestrasi dalam
otak. Hal ini menyebabkan terjadinya iskemia karena terjadi
penyumbatan akibat sekuestrasi tersebut. Akibat fatal lainnya adanya perdarahan
yang dapat terjadi karena sitolisis dari sel endotel otak. Sekuestrasi juga dapat
mengurangi aliran darah ke otak. Hal ini dapat menyebabkan kekacauan, kelesuan
dan koma yang berkepanjangan. Respon imun akan terganggu karena sel darah yang
terinfeksi akan menimbulkan terjadinya ketidakseimbangan respon imun. Sehingga
respon imun akan diproduksi secara berlebihan.
Peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral merupakan proses komplek
yang terdiri dari proses penempelan, invasi, hingga terjadi sekuestrasi oleh trombosit
di
di otak. Masih banyak hal yang belum diketahui dengan jelas
dalam peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral, seperti respon tubuh
terhadap
misalnya peningkatan dari sel limfosit T
1 yang lebih
meningkat dibanding dengan sel T
2, mekanisme dan peran pasti dari
.
Oleh karena itu diperlukan penelitian:penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami
mekanisme patogenesisnya. Pengetahuan tentang peran trombosit dalam patogenesis
malaria serebral diharapkan dapat memberikan pandangan baru untuk mendesain
vaksin yang lebih efektif dan strategi baru dalam pengobatan malaria, sehingga
malaria tidak sampai berlanjut menjadi malaria serebral.
iv
Indria Melianti (0210153), 2006
Susy Tjahjani dr., M.Kes
Meilinah Hidayat dr., M.Kes
!
!
"
"
"
"
"
"
"
"
#
#
$
#
#
"
"
%
#
"
"
&
'
$
"
"
"
v
$
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
ABSTRAK
iv
+(, *+!
v
PRAKATA
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah
3
1.3 Maksud dan Tujuan
3
1.4 Kegunaan
4
1.5 Metodologi Penelitian
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
5
2.1.1 Morfologi
5
2.1.1.1 Sporozoit
2.1.1.2 *
5
tropozoit
6
2.1.1.3 Mid:tropozoit
6
2.1.1.4 Tropozoit
6
2.1.1.5 Skizon
7
2.1.1.6 Merozoit
8
2.1.2 Penularan Malaria
9
2.2 Patogenesis
10
2.2.1 Penempelan
2.2.2 Invasi
pada RBC
ke RBC
11
11
2.2.3 Perjalanan Penyakit Malaria Serebral
13
2.2.4 Penempelan pRBC pada Sel Endotel Otak
15
2.2.5 Perubahan dari Trombosit pada Infeksi oleh
18
2.2.6 Penempelan Trombosit pada Sel Endotel Otak
22
2.2.7 Invasi Trombosit
24
2.2.8 Sekuestrasi Trombosit
24
2.3 Respon Imun
25
2.4 Strategi Pemberantasan Malaria
26
2.5 Prinsip Pengobatan Malaria
30
2.5.1 Tindakan Umum
30
2.5.2 Pengobatan untuk Parasit Malaria
31
BAB III PEMBAHASAN
33
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan
36
4.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
40
RIWAYAT HIDUP PENULIS
53
$
GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Skema proses masuknya merozoit ke dalam RBC
12
Gambar 2.2
Patogenesis malaria serebral
15
Gambar 2.3
Skema terjadinya malaria serebral pada
(
)
! (BEC)
15
Gambar 2.4
Mekanisme
antara
dengan sel endotel
Gambar 2.5
Skema hubungan antara
17
, NO dan GPIIb:IIIa
19
Gambar 2.6
Skema dari reseptor:reseptor di trombosit yang
berikatan dengan
nya masing:masing
20
Gambar 2.7
Skema respon imun seluler dan humoral serta
peranan TNF dalam patogenesis malaria serebral
22
Gambar 2.8
Trombosit dalam BMEC
23
Gambar 2.9
Trombosit yang adesi hingga mengadakan
agregasi di sel endotel otak
24
viii
$
TABEL
Tabel 2.4.1 Perbedaan antara program
pemberantasan dan pembasmian malaria
Halaman
26
$
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Daerah Endemik Infeksi Malaria
Gambar L.1 Penyebaran Malaria di Dunia
Gambar L.2 Penyebaran Malaria di Indonesia
40
40
Lampiran 2
Penyebaran Anopheles pada Tiap Propinsi di Indonesia
41
Lampiran 3
Morfologi
Gambar L.2.1 Sporozoit
Gambar L.2.2 *
Gambar L.2.3
*
Gambar L.2.4
*
Gambar L.2.5 Tropozoit
Gambar L.2.6 Skizon
Gambar L.2.7 Merozoit
Gambar L.2.8 Gametosit
Gambar L.2.9 Gametosit jantan
43
43
44
44
44
45
45
45
46
Lampiran 4
Siklus Hidup
Gambar L.3.1 Siklus hidup
dalam tubuh nyamuk +
Gambar L.3.2 Siklus hidup
dalam tubuh manusia
betina
Lampiran 5
Perubahan pada pRBC Akibat
Gambar L.4.1 Tanpa panah menunjukan tonjolan apical
untuk penempelan dari merozoit pada reseptor RBC
Gambar L.4.2 Siklus hidup
: terlihat
stadium merozoit dalam pRBC
47
47
48
48
Gambar L.4.3 Tanda panah menunjukan adanya
knobs pada permukaan membran pRBC
(
dalam stadium skizon)
Lampiran 6
Skizon
pada Pembuluh Darah di Otak
Gambar L.5.1 Skizon
yang menempel
pada sel endotel pembuluh darah otak
Gambar L.5.2 Skizon yang menempel pada
pada penderita malaria serebral
49
50
50
Lampiran 7
Sekuestrasi oleh Trombosit
Gambar L.6 Sekuestrasi trombosit yang terjadi pada
sel endotel pembuluh darah otak
51
Lampiran 8
Perubahan Patologis yang Terjadi pada Otak
Gambar L.7 Perubahan patologis yang terjadi pada
otak (
) secara anatomis dan histologis
52
53
8 *
'
%
%
!9 % %
Nama
: Indria Melianti
Tempat / tanggal lahir
: Jakarta / 7 Mei 1985
Alamat
: Nogososro 40, Semarang
Agama
: Katholik
Nama Ayah
: Bambang Priyanto, drg., SpBM
Nama Ibu
: Liesda Trianingrum, drg.
9
Tahun 1990 lulus TK Kanisius, Yogyakarta
Tahun 1996 lulus SD Kanisius, Yogyakarta
Tahun 1999 lulus SMP Maria Mediatrix, Semarang
Tahun 2002 lulus SMA Sedes Sapientiae, Semarang
Tahun 2002:sekarang : mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha, Bandung
40
!
+
, +
,-+
Gambar L.1 Penyebaran malaria di dunia (Matisz, 2004)
Gambar L.2 Penyebaran malaria di Indonesia (Sawitz, 1972)
41
+, +.
,
/
/
0/ ,
, 0,+
Tabel 2.1 Distribusi Vektor Malaria di Indonesia
Propinsi
No.
Vektor predominan
1
D.I.Aceh
+
2
Sumatera Utara
+
3
Sumatera Barat
+
4
Riau
+
+
+
5
Jambi
+
+
+
6
Sumatera Selatan
+
+
+
7
Bengkulu
+
8
Lampung
+
9
DKI Jakarta
+
10
Jawa Barat
11
Jawa Tengah
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
12
D.I. Yogyakarta
+
13
Jawa Timur
+
+
+
+
+
+
+
+
14
Bali
+
15
Kalimantan Barat
+
+
+
+
16
Kalimantan Tengah
+
+
+
17
Kalimantan Selatan
+
+
+
+
42
18
Kalimantan Timur
+
+
+
+
19
Sulawesi Utara
+
+
20
Sulawesi Tengah
+
+
21
Sulawesi Selatan
+
+
22
Sulawesi Tenggara
+
Nusa Tenggara Barat
+
Nusa Tenggara Timur
+
Maluku
+
26
Irian Jaya dan Papua
+
+
Sumber : P.N. Harijanto, 2000
+
+
+
+
+
+
+
25
+
+
+
24
+
+
+
23
+
+
+
+
+
+
+
+
43
#
0 -0 01
!"
Gambar L.2.1 Sporozoit
Gambar L.2.2 *
# $!
%"
(MacLean, 2004)
(Culvenor, 2000)
44
Gambar L.2.3
Gambar L.2.4
*
*
Gambar L.2.5 Tropozoit
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
45
Gambar L.2.6 Skizon
Gambar L.2.7 Merozoit
Gambar L.2.8 Gametosit
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
(Culvenor, 2000)
46
Gambar L.2.9 Gametosit jantan
(Culvenor, 2000)
47
2
'
/
!"
# $!
Gambar L.3.1 Siklus hidup
%"
dalam tubuh nyamuk +
betina (Matisz, 2004)
Gambar L.3.2 Siklus hidup
2004)
dalam tubuh manusia (Matisz,
48
"
+
.
,/
/
3
.
!"
# $!
%"
Gambar L.4.1 Tanpa panah menunjukan tonjolan apical untuk penempelan dari
merozoit pada reseptor RBC (MacLean, 2004)
Gambar L.4.2 Siklus hidup
pRBC (Matisz, 2004)
: terlihat stadium merozoit dalam
49
Gambar L.4.3 Tanda panah menunjukan adanya knobs pada permukaan membran
pRBC (
dalam stadium skizon) (MacLean, 2004)
50
(
40,
!"
Gambar L.5.1
# $!
%"
/
+ .
dalam stadium skizon yang menempel pada
sel endotel pembuluh darah otak (MacLean, 2004)
Gambar L.5.2 Skizon yang menempel pada
(MacLean, 2004)
malaria serebral
51
5
+
+
0+
0 .0
Gambar L.6.1 Sekuestrasi trombosit yang terjadi pada sel endotel pembuluh darah
otak (Krotz, 2002)
52
6
+
.
,
0 01
,1 + 7
/
Gambar L.7.1 Perubahan patologis yang terjadi pada otak (cerebrum) secara anatomis
dan histologis (Matisz, 2004)
1
'% %
1.1 Latar Belakang
Secara global, malaria masih menjadi pembunuh yang kejam bagi umat manusia di
sebagian besar wilayah dunia, seperti Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
Asia Selatan, Asia Tenggara, dan kawasan Oceania (Putu Sutisna, 2004). Infeksi
malaria merupakan masalah yang harus dihadapi oleh negara tropik, sub:tropik dan
negara yang sedang berkembang bahkan negara yang sudah maju (Haque et al, 2001).
Dengan perkembangan transportasi, mobilisasi penduduk dunia, khususnya dengan
berkembangnya dunia wisata, infeksi malaria juga merupakan masalah bagi negara:
negara maju karena munculnya penyakit malaria di negara tersebut (P.N. Harijanto,
2000).
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2000, terdapat lebih dari 2,4 milyar
penduduk atau 40% dari penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria (Husna
Dharma Putera, 2001). Sementara, prevalensi penyakit malaria di seluruh dunia
diperkirakan antara lima sampai enam ratus juta orang di seluruh dunia klinis
menderita penyakit malaria dan sebagai akibatnya lebih dari satu juta orang
meninggal tiap tahunnya (Holding, Snow, 2001). Di Indonesia juga sampai saat ini
angka kesakitan penyakit malaria masih cukup tinggi, terutama di daerah luar Jawa
dan Bali. Namun kini di daerah Jawa dan Bali juga sudah terjadi peningkatan jumlah
penderita malaria (Husna Dharma Putera, 2001). Masih sering terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) malaria terutama di daerah yang mengalami perubahan lingkungan,
misalnya tambak udang atau ikan yang tidak terpelihara, di daerah penebangan pohon
bakau, dan muara sungai yang tersumbat. Tempat:tempat tersebut merupakan tempat
2
yang akan menjadi tempat perindukan nyamuk +
Nyamuk +
merupakan vektor dari malaria (Umar Fahmi Achmadi, 2000).
Masalah mortalitas dan morbiditas akibat malaria berat mempunyai kaitan erat
dengan timbulnya malaria dari komplikasi yang ringan hingga mengganas menjadi
komplikasi yang berat, seperti malaria serebral (P.N. Harijanto, 2000). Tercatat
sekitar 7000 kasus di Perancis setiap tahunnya, di mana 90% mengacu pada
(Bonnard, 2005). Sekitar 20% kasus disebabkan karena
malaria serebral yang merupakan salah satu komplikasi berat dari infeksi
(Holding & Snow, 2001). Di Indonesia malaria serebral sering dijumpai
pula di daerah endemik seperti di Jepara (Jawa Tengah), Sulawesi Utara, Maluku, dan
Irian Jaya. Secara sporadik juga ditemui pada beberapa kota besar di Indonesia.
Menurut penelitian di Minahasa, Sulawesi Utara mortalitas malaria serebral mencapai
30,5% (Umar Fahmi Achmadi, 2000).
Komplikasi akibat malaria berat selain malaria serebral antara lain anemia berat
(Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15%), hipoglikemia (gula darah < 40 mg%),
pembuluh darah yang kolaps, syok hipovolemia, hipotensi (
) (tekanan
sistolik < 70 mmHg pada dewasa atau < 50 mmHg pada anak yang berusia satu
hingga lima tahun), septikemia, gagal ginjal akut (GGA) (oliguria < 400 ml/24 jam
atau kadar kreatinin serum > 3 mg%), manifestasi perdarahan (gusi, hidung, dan atau
tanda:tanda -
!
(DIC), gangguan pembekuan
darah (koagulopati), kejang:kejang yang berulang lebih dari dua kali dalam 24 jam,
oedem paru (sesak nafas, gelisah), .
/ikterus (bilirubin serum > 3 mg%),
asidosis metabolik (pH darah < 7,25 atau kadar plasma bikarbonat < 15 mmol/L),
"
(
makroskopik), hipertermia (suhu badan
o
> 40 C) dan hiperparasitemia (ditemukan Plasmodium > 5%) (Putu Sutisna, 2004).
Dari komplikasi malaria berat di atas, insidensi malaria serebral meliputi 10% dari
penderita malaria
berat yang dirawat di rumah sakit, dan 80% merupakan
kasus yang fatal dan dapat menyebabkan kematian (P.N. Harijanto, 2000).
3
Patogenesis malaria serebral sebenarnya merupakan hal yang sangat kompleks dan
multifaktorial. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya malaria
serebral, seperti peran trombosit pada kapiler pembuluh darah otak, peran sitokin
yang menyebabkan produksi berlebih dari
patologis dari TNF *
$
(TNF), peran
2 (TNFR2), peran sel limfosit
mengeluarkan lebih banyak sel
perubahan fenotip dari (
/
dimana
1 (Th1) dibanding sel
)
!
2 (Th2), dan
0 1)!2 (Lou et al,
2001).
Dari beberapa faktor di atas, keistimewaan dari patogenesis malaria serebral
adalah kemampuan dari
untuk menginfeksi *
(
!
(RBC) dengan mengadesi lapisan dari kapiler:kapiler darah. RBC yang sudah
diinvasi oleh
!
akan berubah menjadi
3
*
(
(pRBC). pRBC akan mengubah fungsi komponen:komponen darah seperti
trombosit. Trombosit yang secara fungsional berperan dalam hemostasis, akan
bersekuestrasi sehingga memperparah terjadinya malaria serebral. Dengan demikian,
trombosit berperan penting dalam patogenesis malaria serebral.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, maka kita dapat merumuskan identifikasi masalah
Bagaimana peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud
: untuk memahami peran trombosit dalam patogenesis malaria
serebral.
4
Tujuan
: untuk mengetahui lebih dalam peran trombosit dalam patogenesis
malaria serebral sehingga angka kejadian malaria serebral dapat
diturunkan.
1.4 Kegunaan
Kegunaan akademis : Diharapkan dengan membaca KTI ini, akan menambah
wacana dan wawasan pembaca mengenai peran trombosit
dalam patogenesis malaria serebral.
Kegunaan praktis
: Diharapkan dengan diketahuinya peran trombosit, akan
menarik minat pembaca untuk lebih memahami dan
mendalami peran trombosit ini.
1.5 Metodologi Penelitian
Studi Pustaka
36
&
%
4.1 Kesimpulan
Peran trombosit dalam patogenesis malaria serebral merupakan proses komplek
yang terdiri dari proses penempelan, invasi, hingga terjadi sekuestrasi oleh trombosit
di
di otak. Trombosit yang secara fisiologis berfungsi untuk sistem
pembekuan darah, malah menjadi patogen dengan menginvasi dan bersekuestrasi
dalam sel endotel otak.
4.2 Saran
Secara menyeluruh patogenesis malaria serebral masih banyak hal yang belum
diketahui dengan jelas. Hal ini disebabkan karena patogenesis malaria serebral
dipengaruhi oleh banyak faktor dan terjadi interaksi yang kompleks antara faktor:
faktor tersebut Oleh karena itu diperlukan penelitian:penelitian lebih lanjut sehingga
dengan mengetahui mekanisme patogenesis diharapkan dapat dibuat obat atau vaksin
yang lebih efektif untuk mengobati dan mencegah terjadinya malaria serebral.
37
$
Arlan Prabowo. 2004.
%
. Halaman 13:14.
A. Haque, Hakim Echchannaoui, Rosanne Seguin, Joseph Schwartzman, Lloyd
H. Kasper, et al. 2001. !
. American Journal of
Pathology; 158: 163:172, 2 April 2005
Blood, Benoit Gamain, Joseph D. Smith, Louis H. Miller, and Dror I. Baruch. 2001.
*
!
!-