BAB II Physics Project 2

(1)

BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar (Dimiyati dan Mudjiono, 1999). Pengukuran hasil belajar dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukur tes. Arikunto (1993) menyatakan hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata amat baik, baik, cukup, kurang, dan gagal. Dimyati dan Mujiono (1999:18) menyatakan bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal adalah seluruh mental yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Bloom (1956) yang dikutip Ratna (1988) telah memberikan penjelasan bahwa hasil belajar tersebut adalah menunjukkan tujuan-tujuan perilaku yang diharapkan atau yang akan dicapai dalam mengajarkan suatu materi pokok yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.

Proses belajar yang mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Belajar untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan


(2)

akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Kemampuan sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan dalam lima kategori yaitu : 1) Ketrampilan intelektual, 2) Strategi Kognitif, 3)Informasi verbal, (4) Kemampuan motorik dan (5) sikap. (Gagne, 1989). Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan, sehingga dengan ketrampilan intelektual seseorang akan mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan memanfaatkan pemikirannya. Ratna mengungkapkan bahwa balajar ketrampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkat-tingkat pertama sekolah dasar dan dilanjutkan sesuai perhatian dan kemampuan intelektual seseorang. Strategi kognitif merupakan ketrampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Strategi kognitif adalah merupakan proses kontrol yaitu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir. Informasi verbal yang sering juga disebut pengetahuan verbal adalah kemampuan yang berhubungan dengan mengingat informasi yang diterima yaitu kata-kata yang diucapkan orang, pembaca, mendengarkan radio, dan nonton televisi. Infomasi verbal merupakan hasil belajar disekolah dan dikeluarga, dan ini merupakan tehnik yang digunakan siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian, untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif. Ketrampilan motorik adalah


(3)

kemampuan-kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti mengendarai mobil, bersepeda dan sebagainya. Ditambahkan Gagne yang dikutip Ratna (1988), ketrampilan-ketrampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, menggunakan mikroskop dan lain-lain. Sikap dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap benda-benda dan peristiwa lainnya. Sikap mengacu kepada suatu tindakan yang ditandai dengan reaksi positif dan negatif.

Romiszowski (1981) menyatakan hasil belajar diperoleh dalam pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu, fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Pengetahuan adalah semua informasi yang ditangkap oleh indra seseorang dan selanjutnya disimpan dalam otak. Ketrampilan adalah suatu aksi atau tingkahlaku yang mampu memperlihatkan seseorang sebagai tanda orang tersebut trampil. Fakta merupakan objek nyata, asosiasi dari kenyataan yang didapat melalui pengamatan, ini diolah dan disajikan ilmuan menjadi data. Konsep adalah suatu ide atau gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman-pengalaman tertentu dan relevan. Prinsip merupakan generalisasi yang meliputi konsep-konsep yang berkaitan dan bersifat kualitas, korelasi atau aksiomatis. Prosedur merupakan pengetahuan tentang tindakan demi tindakan yang bersifat linier atau berbeda-beda dalam mencapai suatu tujuan. Hakekat belajar merupakan tindakan dan


(4)

perilaku siswa yang kompleks. Siswa merupakan penentu terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Siswa belajar didorong oleh keingintahuan atau kebutuhan.

Hasil belajar seharusnya efektif, efisien dan mempunyai daya tarik. Efektifitas diukur dari tingkat pencapaian hasil belajar siswa baik secara kualitas maupun kuantitas efesiensi diukur berdasarkan waktu yang dibutukan siswa untuk belajar, sedangkan daya tarik diukur dari ada tidaknya kecenderungan siswa termotivasi untuk belajar lebih lanjut (Reigeluth, 1983). Sebagai ciri- ciri pembelajaran yang efektifitas mencakup (1) tercapainya tujuan program pembelajaran, (2) perubahan tingkahlaku, (3) kondisi belajar kondusif, (4) peran guru sebagai fasilitator, (5) pemanfaatan waktu yang tepat dan (6) siswa sebagai subjek belajar. Efektifitas diukur berdasarkan pencapaian hasil belajar siswa. Dimyati dan Mujiono (1999) bahwa belajar pengetahuan fisik, pengetahuan logika matematik dan pengetahuan sosial meliputi tiga fase yaitu (1) eksplorasi (2) pengalaman konsep dan, (3) aplikasi konsep. Dalam fase eksplorasi siswa mempelajari gejala dengan bimbingan, pengalaman konsep siswa mengenal konsep yang ada hubungan dengan gejala. Dalam fase aplikasi konsep siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. Informasi tentang sasaran belajar, penguatan-penguatan, evaluasi dan keberhasilan belajar yang akan menyebabkan siswa semangkin sadar akan kemampuan dirinya. Menurut Sardiman (2000) hasil belajar meliputi, (a) hal


(5)

ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), (b) hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif), dan (c) hal ihwal kelakuan, ketrampilan (psikomotorik)

Kegiatan pembelajaran yang direncanakan guru dituangkan dalam program pembelajaran yang bermuara kepada keberhasilan siswa. Hal ini memperkuat keinginan untuk semakin mandiri dalam belajar untuk mencapai tujuan belajar dan mencapai tingkat kemandirian, guru menyusun acara pembelajaran dan berusaha mencapai sasaran belajar, untuk meningkatkan kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor, dalam mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran tersebut. Menurut Bloom (1961) yang dikutip oleh Dimyati dan Mujiono (1999) ada fakta, konsep, teori dalam mata pelajaran tertentu, atau mengutamakan cara pemecahan masalah seperti penggunaan rumus, alat-alat pembelajaran, penemuan dan pendekatan ketrampilan proses.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan hasil belajar mencakup pada tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengukur hasil belajar maka dibutuhkan pengukuran atau yang disebut tes hasil belajar. Hasil tes ini kemudian dinyatakan dalam bentuk angka, huruf ataupun kata-kata amat baik, baik, cukup, kurang, dan gagal.


(6)

Untuk mendapatkan hasil belajar atau mutu yang maksimal sesuai dengan yang dituntut tujuan pembelajaran suatu mata pelajaran, tentunya mengacu pada karakteristik mata pelajaran tersebut. Begitu juga halnya dalam upaya mencapai hasil belajar yang maksimal pada mata pelajaran fisika. Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sukar bagi kebanyakan siswa dan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran ini sangat rendah, maka guru terlebih dahulu harus memahami karakteristik dari mata pelajaran fisika. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Beiser dan Addison (1972) yang menyatakan bahwa fisika adalah materi berupa sains dan semacam pemahaman perilaku sifat dan struktur fundamental. Sebagai sains, ditunjukkan bahwa fisika juga memiliki keterkaitan dengan ilmu-ilmu yang lainnya. Selanjutnya Morris Kline dalam Suriasumantri (2001) menyatakan bahwa karakteristik fisika itu meliputi hukum-hukum, azas yang memperolehnya dapat dilakukan dengan cara induksi atau percobaan-percobaan.

Disamping itu Kane dan Kane (1978) menyebutkan bahwa konsep fisika itu menyajikan kaidah dan hukum/dalil. Untuk itu salah satu pendekatan untuk mendefenisikan konsep fisika adalah para ahli fisika harus betul-betul berusaha untuk memahami kaidah dan hukum/dalil. Berkaitan dengan itu, Anderson dan Kautnik (1972) mengemukakan salah satu karakteristik mengajar


(7)

yang baik dan relevan dengan sains, bahwa guru harus terlebih dahulu memikirkan materi pelajaran yang akan diajarkan atau diberikan kepada siswa.

Karakteristik mata pelajaran fisika yang lainnya yakni melalui mata pelajaran fisika diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam bentuk kemampuan bernalar dan deduktif kuantitatif matematis berdasarkan pada analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep fisika. (Depdiknas, 2001). Untuk itu, Kember (2001) mengemukakan bahwa upaya peningkatan hasil belajar membutuhkan berbagai macam pendekatan belajar siswa. Hal ini berarti bahwa kemampuan kinerja guru dan siswa. Kinerja guru yang dimaksud adalah kinerja guru yang inovatif, memiliki kemampuan/keterampilan salah satunya dalam hal mendesain/merancang suatu teknik pendekatan yang akan dilakukan demi tercapainya keberhasilan pembelajaran. Juga kinerja siswa yang kreatif dalam memanfaatkan berbagai pendekatan belajarnya sebagai usaha memahami konsep-konsep yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Budikase dan Kertiasa (1995) menyatakan bahwa fisika merupakan suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada hafalan, sehingga siswa yang berpeluang dalam berhasil dalam belajar fisika apabila ia mampu menguasai tiga hal pokok dalam fisika, yaitu konsep, azas dan teori. Seorang siswa dapat dikatakan faham apabila, siswa tersebut dapat


(8)

menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan berbagai hasil pokok tersebut.

Hal di atas senada seperti dikemukakan dalam Depdiknas (2001) bahwa setelah siswa mengikuti mata pelajaran fisika di SMA , maka para siswa diharapkan memiliki kemampuan dan sikap seperti: (1) sikap positif terhadap fisika sebagai ilmu pengetahuan dasar yang bersifat kuantitatif, (2) kemampuan untuk menerapkan berbagai konsep dan prinsip fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam serta cara kerja produk teknologi, serta dalam menyelesaikan masalah, (3) terbentuknya sikap ilmiah, yaitu sikap terbuka dan kritis terhadap pendapat orang lain, serta tidak mudah mempercayai pernyataan yang tidak didukung dengan hasil observasi empiris, dan (5) kemampuan untuk belajar di perguruan tinggi pada program studi eksakta atau mengikuti berbagai pelatihan yang memerlukan dasar fisika SMA.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar fisika jika dalam diri siswa tersebut terjadi perubahan pandangan terhadap fisika, seperti siswa dapat menguasai konsep, azas dan prinsip-prinsip fisika, serta pengetahuan ini dapat diaplikasikan dalam menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi.

2. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Cooperatif Learning atau belajar kooperatif merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang membutuhkan partisipasi dan


(9)

kerjasama kelompok. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, bahwa setiap manusia membutuhkan orang lain, dengan kata lain manusia akan selalu bergotong royong/bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi ataupun sekolah.(Lie, 2002).

Bila dilihat lebih jauh, pembelajaran kooperatif ini bermuara pada teori belajar yang dikemukakan oleh Brunner dimana teori belajar ini lebih dikenal dengan teori belajar bermakna. Menurut Brunner (Ratna, 1988) ada dua asumsi belajar. Asumsi pertama bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Brunner yakin bahwa orang yang belajar beriteraksi dengan lingkungannya secara aktif, akan merubah dirinya dan lingkungannya. Asumsi kedua bahwa orang yang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya.

Dari pernyataan Brunner ini, dapat dipahami bahwa belajar tidaklah hanya berlaku secara individual, tetapi dapat dilakukan secara berinteraksi dengan lingkungan. Dan dalam hal ini termasuk belajar secara kerjasama atau kelompok. Dan bahwa setiap individu telah memiliki pengetahuan atau informasi awal terhadap sesuatu materi dan akan dihubungkannya pada


(10)

pengetahuan baru. Dengan demikian belajar menurut Brunner ini lebih menekankan pada partisipasi setiap individu untuk secara aktif dalam pembelajaran, sehingga belajar tersebut akan selalu bermakna, dan akan berpengaruh pada perubahan dirinya sendiri serta lingkungannya.

Lie (2002) mengemukakan ada empat dasar pokok pemikiran dalam pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. (2) Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. (3) Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan proses daripada hasil. Setiap orang pasti mempunyai potensi. Paradigma lama mengklasifikasikan siswa dalam kategori prestasi belajar seperti dalam penilaian ranking dan hasil-hasil tes. Paradigma lama ini menganggapkan kemampuan sebagai sesuatu yang sudah mapan dan tidak dipengaruhi oleh usaha dan pendidikan. Paradigma baru mengembangkan kompetensi dan potensi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dan pendidikan bisa meningkatkan kemampuan mereka. (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antarpribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan


(11)

yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama Dalam perkembangan selanjutnya teori belajar ini banyak digunakan dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran kooperatif. Beberapa pengertian dan penjelasan dari beberapa ahli dan pengembang pendidikan akan dimukakan dalam kutipan berikut ini.

Cooper et al (1990) dikutip Dunne (1990) menyatakan cooperative learning is a struktureed, Systematic instructional strategy in which small group work together to produc (belajar bekerja sama dalam kelompok kecil untuk memperoleh hasil belajar merupakan suatu strategi pembelajaran yang sistematis dalam meningkatkan aktivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan dari setiap strategi pembelajaran, sehingga dapat membantu terlaksananya suatu proses pembelajaran yang menarik dan penuh rasa kebersamaan guna mencapai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya).

Slavin yang dikutip oleh Gole dan Chan (1990) menyatakan cooperative learning mengacu kepada sekumpulan prosedur perintah dimana siswa yang mempunyai kemampuan berbeda digabung dalam kelompok belajar untuk mencapai beberapa tujuan belajar yang umum. Proses pembelajaran dengan strategi cooperative mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok kecil yang bervariasi kemampuan dan tingkat pemahamannya.


(12)

Menurut Rasyid (2004), Cooperative learning dapat dilihat sebagai suatu model pembelajaran dalam situasi tertentu yang menekankan aktifitas dalam belajar kelompok kecil. Strategi pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain untuk meningkatkan pemahaman dan penguasan bahan pelajaran karena ada kalanya siswa lebih memahami informasi yang disampaikan oleh temannya daripada gurunya serta bahasa yang digunakan oleh siswa lebih mudah dipahami oleh siswa lainnya. Anggota kelompok kecil dalam mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas, bertanggung jawab atas keberhasilan dari kelompoknya. Rasyid berpendapat bahwa strategi pembelajaran yang optimal adalah apabila guru mengkondisikan siswa untuk bekerjasama sengan siswa yang lainnya.

Ermawati (1999) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mempersyaratkan siswa terbagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan struktur tugas kognitif dan sosial serta struktur tujuan dan penghargaan yang mengacu pada tingkat koperasi dan kompetisi yang diinginkan. Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pelajaran dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi. Dari pendapat Ermawati dan Ibrahim jelas bahwa pembelajaran kooperatif ini ialah pembelajaran yang dilakukan dengan cara membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan menggunakan


(13)

lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi pelajaran melalui diskusi.

Tujuan kelompok siswa kooperatif adalah untuk membuat setiap anggotanya merasa kuat. Siswa belajar bersama sehingga mereka kemudian mampu mencapai kecakapan yang tinggi. Menurut Rasyid jelas bahwa pembelajaran kooperatif bersifat lebih kompleks dibandingkan dengan situasi belajar kompetitif dan individualistik, karena siswa harus melaksanakan secara bersamaan dalam tugas mempelajari subjek materi pelajaran dan dalam tim kerja secara efektif didalam kelompok.

Menurut Gole dan Chan (1990) ada empat prosedur effective cooperation learning yaitu : (1) take and give (saling memberi dan menerima, (2) Waiting terms (menunggu giliran), (3) contributing ideas (sumbangan ide-ide), (4) Listening to suggestion (mendengar saran-saran). Kariman (2002) menyatakan belajar secara koperatif akan mengahasilkan prestasi, kerjasama dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran yang lain dalam mengukur variabel hasil.

Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif banyak manfaatnya bila di bandingkan dengan pembelajaran yang lain. Johnson (1998) dikutip Gole dan Chan (1999) mengemukakan alasan penggunaan pembelajaran kooperatif antara lain adalah strategi belajar siswa dapat dilakukan secara: (a) secara koperatif, (b) secara kompetitif,dan (c) prestasi perseorangan. Situasi


(14)

kompetitif sangat berbeda dengan situasi koperatif, pada situasi belajar kompetitif sasaran belajar hanya dapat dicapai oleh satu atau beberapa orang saja, sedangkan situasi belajar koperatif terdapat hubungan yang tidak menguntungkan dalam mencapai tujuannya jika siswa dalam kelasnya gagal mencapai tujuan evaluasinya. Yang kemudian mengakibatkan siswa harus bekerja keras agar lebih baik dari teman kelasnya, atau siswa akan merasa putus asa karena ia merasa tidak memiliki kepercayaan diri untuk menang dalam persaingan. Dalam situasi individual, siswa berusaha sendiri untuk mencapai tujuan yang tidak ada hubunganya dengan teman kelasnya. Prestasi siswa pada situasi belajar ini tidak didasarkan atas siswa lainya yang situasi ini difokuskan atas keinginan dan keberhasilan individu serta mengabaikan kesuksesan dan kegagalan orang lain.

Roger dan David Johnson yang dikutip Lie (2002) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur model pembelajaran gotong royong untuk mencapai hasil maksimal, antara lain : (1) Saling ketergantungan positif; keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. dimana masing-masing anggota yangmemilki tugas dan tanggung jawab akan menjadi satu kesatuan rantai kerja untuk mencapai hasil kerjasama kelompok yang maksimal. (2) Tanggung jawab perseorangan; setiap siswa memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang telah dibagi, untuk melakukan yang terbaik. (3)


(15)

Tatap muka; Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dariapada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sisnergi ini adalah menghargai perbedaan, memafaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. (4) komunikasi antar anggota; unsur ini menghendaki adanya komunikasi antar anggota, karena keberhasilan dalam pembelajaran ini ditentukan dengan komunikasi yang efektif antara siswa. (5) Evaluasi proses kelompok; bagian ini adalah mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan efektif.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) adalah : (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya, (5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya, dan (7) siswa akan


(16)

diminta akan mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Ibrahim (2000) pembelajaran kooperatif terdiri dari : (1)

Student Teams Achievment Division (STAD): (2) Jigsaw, dan (3) Investigasi Kelompok (IK). Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksudkan strategi pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang sifatnya membelajarkan siswa secara berkelompok dan kerja sama dalam menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Secara khusus untuk membedakan strategi pembelajaran kooperatif dengan strategi lain adalah kepada penekanan untuk membelajarkan siswa atau keaktifan siswa, belajar dan bekerja sama, terbentuknya interaksi, tanggung jawab individu dan kelompok, dan ketergantungan positif untuk saling membantu dan memberi informasi dalam kelompok belajar yang ini akan lebih cendrung mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

B. Kerangka Berpikir

Cooperatif Learning atau belajar kooperatif merupakan suatu strategi atau pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi ini akan memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif karena melibatkan langsung siswa dalam situasi pembelajaran sperti


(17)

berdiskusi dan bekersama kelompok. Hal ini sejalan dengan konsep dasar dalam sistem kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) suatu sistem pendidikan yang sedang dijalankan Sistem pembelajaran ini lebih berpusat bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar, pembelajaran yang menekankan pada proses ketimbang hasil, karena bila proses pembelajaran berlangsung baik, maka secara langsung akan berpengaruh pada hasil pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran ini akan membentuk siswa untuk saling membantu memecahkan masalah, saling bekerjasama, berinteraksi untuk bertukar informasi dan ketergantungan positif. Hal ini karena siswa dibelajarkan dalam suasana kerjasama kelompok, tidak ada siswa yang lebih pintar, atau mendominasi dalam pembelajaran, tetapi siswa saling meberi informasi kepada siswa lain yang belum paham, siswa saling mengisi kelemahan kelompok dan saling bertanggung jawab terhadap tugas yang diterima. Dan strategi ini juga akan mempengaruhi daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa akan mengikuti proses pembelajaran yang melatih siswa untuk terus berpikir, beragumentasi, dan berdiskusi serta mencari kesimpulan.

Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (1) siswa bekerja dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) bilamana mungkin kelompok dibentuk dengan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis dan kelamin yang berbeda-beda, (3) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.


(18)

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping pembelajaran koperatif membantu mengembangkan tingkah laku koperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran koperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akan membantu akademis mereka.

Pembelajaran kooperatif akan membantu siswa untuk menemukan sendiri konsep berdasarkan diskusi dengan rekan-rekan dalam kelompoknya. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk meluruskan hal-hal yang menjadi kesimpulan siswa dalam berdiskusi. Menurut teori pembelajaran, bahwa dengan menemukan sendiri, pengetahuan yang diperoleh siswa akan menjadi permanent dalam memorinya. Sehingga siswa akan memperoleh kebermaknaan dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diduga bahwa dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis dalam penenlitian ini dapat yang diajukan “dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa”.


(19)

(1)

kompetitif sangat berbeda dengan situasi koperatif, pada situasi belajar kompetitif sasaran belajar hanya dapat dicapai oleh satu atau beberapa orang saja, sedangkan situasi belajar koperatif terdapat hubungan yang tidak menguntungkan dalam mencapai tujuannya jika siswa dalam kelasnya gagal mencapai tujuan evaluasinya. Yang kemudian mengakibatkan siswa harus bekerja keras agar lebih baik dari teman kelasnya, atau siswa akan merasa putus asa karena ia merasa tidak memiliki kepercayaan diri untuk menang dalam persaingan. Dalam situasi individual, siswa berusaha sendiri untuk mencapai tujuan yang tidak ada hubunganya dengan teman kelasnya. Prestasi siswa pada situasi belajar ini tidak didasarkan atas siswa lainya yang situasi ini difokuskan atas keinginan dan keberhasilan individu serta mengabaikan kesuksesan dan kegagalan orang lain.

Roger dan David Johnson yang dikutip Lie (2002) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur model pembelajaran gotong royong untuk mencapai hasil maksimal, antara lain : (1) Saling ketergantungan positif; keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. dimana masing-masing anggota yangmemilki tugas dan tanggung jawab akan menjadi satu kesatuan rantai kerja untuk mencapai hasil kerjasama kelompok yang maksimal. (2) Tanggung jawab perseorangan; setiap siswa memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang telah dibagi, untuk melakukan yang terbaik. (3)


(2)

Tatap muka; Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dariapada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sisnergi ini adalah menghargai perbedaan, memafaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota. (4) komunikasi antar anggota; unsur ini menghendaki adanya komunikasi antar anggota, karena keberhasilan dalam pembelajaran ini ditentukan dengan komunikasi yang efektif antara siswa. (5) Evaluasi proses kelompok; bagian ini adalah mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan efektif.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) adalah : (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya, (5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya, dan (7) siswa akan


(3)

diminta akan mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Ibrahim (2000) pembelajaran kooperatif terdiri dari : (1) Student Teams Achievment Division (STAD): (2) Jigsaw, dan (3) Investigasi Kelompok (IK). Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksudkan strategi pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang sifatnya membelajarkan siswa secara berkelompok dan kerja sama dalam menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Secara khusus untuk membedakan strategi pembelajaran kooperatif dengan strategi lain adalah kepada penekanan untuk membelajarkan siswa atau keaktifan siswa, belajar dan bekerja sama, terbentuknya interaksi, tanggung jawab individu dan kelompok, dan ketergantungan positif untuk saling membantu dan memberi informasi dalam kelompok belajar yang ini akan lebih cendrung mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

B. Kerangka Berpikir

Cooperatif Learning atau belajar kooperatif merupakan suatu strategi atau pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi ini akan memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif


(4)

berdiskusi dan bekersama kelompok. Hal ini sejalan dengan konsep dasar dalam sistem kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) suatu sistem pendidikan yang sedang dijalankan Sistem pembelajaran ini lebih berpusat bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar, pembelajaran yang menekankan pada proses ketimbang hasil, karena bila proses pembelajaran berlangsung baik, maka secara langsung akan berpengaruh pada hasil pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran ini akan membentuk siswa untuk saling membantu memecahkan masalah, saling bekerjasama, berinteraksi untuk bertukar informasi dan ketergantungan positif. Hal ini karena siswa dibelajarkan dalam suasana kerjasama kelompok, tidak ada siswa yang lebih pintar, atau mendominasi dalam pembelajaran, tetapi siswa saling meberi informasi kepada siswa lain yang belum paham, siswa saling mengisi kelemahan kelompok dan saling bertanggung jawab terhadap tugas yang diterima. Dan strategi ini juga akan mempengaruhi daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa akan mengikuti proses pembelajaran yang melatih siswa untuk terus berpikir, beragumentasi, dan berdiskusi serta mencari kesimpulan.

Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (1) siswa bekerja dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) bilamana mungkin kelompok dibentuk dengan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis dan kelamin yang berbeda-beda, (3) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.


(5)

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping pembelajaran koperatif membantu mengembangkan tingkah laku koperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran koperatif secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akan membantu akademis mereka.

Pembelajaran kooperatif akan membantu siswa untuk menemukan sendiri konsep berdasarkan diskusi dengan rekan-rekan dalam kelompoknya. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk meluruskan hal-hal yang menjadi kesimpulan siswa dalam berdiskusi. Menurut teori pembelajaran, bahwa dengan menemukan sendiri, pengetahuan yang diperoleh siswa akan menjadi permanent dalam memorinya. Sehingga siswa akan memperoleh kebermaknaan dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diduga bahwa dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis dalam penenlitian ini dapat yang diajukan “dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa”.


(6)