Analisis Ketersediaan Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika Kelas XI pada Konsep Fluida

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Mochamad Hilpan 108016300029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Mochamad Hilpan, “Analisis Ketersediaan Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika Kelas XI pada Konsep Fluida”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Studi deskriptif tentang analisis Buku Sekolah Elektronik (BSE) dilakukan untuk mengetahui kualitas isi buku berdasarkan Keterampilan Proses Sains (KPS). BSE mata pelajaran fisika yang dianalisis adalah BSE mata pelajaran fisika SMA yang paling banyak digunakan oleh siswa kelas XI di kota Tangerang Selatan menurut hasil survei. Analisis ini dilakukan pada konsep fluida yang dipilih berdasarkan hasil survei karena konsep fluida dianggap oleh guru-guru sebagai konsep yang perlu untuk diterapkan Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam pengajaraannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku sekolah elektronik fisika telah sesuai dalam mengembangkan keterampilan proses sains. Buku A mengembangkan 60% dari seluruh aspek keterampilan proses sains yang diteliti dan buku B mengembangkan 50% dari seluru aspek keterampilan proses yang diteliti. Aspek keterampilan proses sains paling banyak dikembangkan terdapat pada bagian kegiatan siswa.

Kata Kunci: Analisis isi, buku sekolah elektronik mata pelajaran fisika, keterampilan proses sains


(6)

ii

Physics Textbook (EPT) Grade XI at Fluid Concept". Thesis, Physical Education Studies Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

A Descriptive study of the textbook analysis conducted to determine the quality of textbook content based on Science Process Skills (SPS). The analysis was performed on the physics textbooks most widely used at senior high school grade XI in South Tangerang city according to the survey results. The analysis was performed on fluid concept that selected based on the survey results because the fluid concept is regarded by teachers as a concept needs to be applied Science Process Skills (SPS) in teaching. The results showed that physic electronic textbooks have appropriate in developing science process skills. Book A develops 60% of all aspects of science process skills are researched and book B develops 50% of the all aspects of science process skills are researched. Most aspects of science process skills are developed in the students' activities rubric.


(7)

iii

Bismillahirrohmaanirrohiim Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan dinullah di muka bumi ini, semoga kita termasuk di dalamnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Ucapan terima kasih dan penghargaan secara khusus penulis haturkan dengan rendah hati kepada kedua orang tua serta kedua kakak penulis yang dengan


(8)

iv

6. Sahabat-sahabat Fisika 2008 yang telah menemani kebersamaan penulis selama menempuh pendidikan, terima kasih atas persahabatan dan dukungannya, semoga kita diberi kesuksesan di dunia dan di akhirat.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis secara terbuka menerima setiap saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak. Walaupun demikian, penulis tetap berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Mei 2014 Penulis


(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS... 8

A. Buku Teks Pelajaran ... 8

1. Pengertian Buku Teks pelajaran ... 8

2. Fungsi Buku Teks ... 10

3. Kriteria Penilaian Buku Teks ... 12

B. Buku Teks Mata Pelajaran Fisika ... 20

C. Keterampilan Proses Sains ... 23

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 23

2. Jenis-Jenis Ketarampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 25

D. Kajian Subjek Materi Fluida ... 29

E. Penelitian yang Relevan ... 37

F. Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42


(10)

vi

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Instrumen ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil penelitian ... 51

1. Hasil Analisis pada Bagian Penjelasan ... 51

2. Hasil Analisis pada Bagian Kegiatan Siswa ... 53

3. Hasil analisis pada bagian contoh soal dan latihan soal ... 55

4. Kemunculan Aspek KPS dari Setiap Buku ... 55

B. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(11)

vii

Tabel 2.2 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Konsep Fluida 30 Tabel 3.1 Lembar Observasi Aspek KPS pada Rubrik Kegiatan Siswa ... 47 Tabel 3.2 Lembar Observasi Pertanyaan pada Buku BSE Berdasarkan KPS .. 47 Tabel 3.3 Lembar Observasi Aspek KPS pada Bagian Contoh Soal dan

Latihan Soal... 47 Tabel 3.4 Kategorisasi Kesesuaian Aspek KPS ... 49 Tabel 4.1 Kemunculan Aspek KPS pada Bagian Penjelasan ... 51 Tabel 4.2 Persentase Kesesuaian BSE dengan KPS pada Bagian Penjelasan . 53 Tabel 4.3 Aspek KPS yang Dikembangkan oleh Masing-Masing Buku

pada Bagian Kegiatan Siswa ... 54 Tabel 4.4 Persentase Kesesuaian BSE dengan KPS pada Bagian Kegiatan

Siswa ... 54 Tabel 4.5 Rekapitulasi Aspek KPS yang Dikembangkan oleh Setiap Buku ... 55 Tabel 4.6 Persentase Kesesuaian BSE dengan KPS ... 56


(12)

viii

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 41 Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 45


(13)

ix

SMAN Tangerang Selatan ... 65

Lampiran 2 Rangkuman Hasil Wawancara dengan Guru Fisika di SMAN Tangerang Selatan ... 66

Lampiran 3 Hasil Analisis Buku ... 67

Lampiran 4 Data Hasil Analisis Buku Sekolah Elektronik (BSE) Berdasarkan Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 103

Lampiran 5 Pengolahan Data ... 104

Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi ... 105

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Obeservasi ... 106

Lampiran 8 Lembar Uji Referensi ... 107


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan hak bagi setiap manusia, dengan belajar manusia akan bertambah wawasannya sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup. Kegiatan belajar telah dilakukan oleh manusia sejak baru pertama dilahirkan. Rasulullah

SAW dalam haditsnya bersabda “utlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi” tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja baik secara formal maupun informal. Belajar secara formal biasa dilakukan di sekolah baik tingkat dasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi. Belajar secara formal prosesnya berjalan lebih terarah dan sistematis dilengkapi dengan metode, pendekatan, strategi, instrumen, media, dan lainnya.

Terdapat dua paradima umum dalam kegiatan belajar yaitu belajar sebagai produk dan belajar sebagai proses. Pelajaran sains lebih dekat dengan paradigma belajar sebagai proses karena teori-teori dan hukum dalam pelajaran sains lahir dari proses penelitian yang dilakukan para ilmuan terdahulu dan sampai saat ini proses penemuan tersebut masih dapat dilakukan. Kegiatan belajar sebagai proses sering diistilahkan dengan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains (KPS).

Menurut Beyer dalam Haryono KPS adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu.1 Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains.

1

Haryono,Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains, (Semarang: Jurnal Pendidikan Dasar UNNES, 2006), h.2


(15)

Pembelajaran dalam penerapan keterampilan proses sains diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproses pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.2 Siswa diberikan kesempatan untuk langsung terlibat dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti yang dilakukan/dialami oleh ilmuwan. Dengan demikian siswa dididik dan dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti prosedur (metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.

Pentingnya penerapan KPS dalam pembelajaran didukung oleh pemerintah yang termaktub dalam pengantar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Indonesia tahun 2006. Selain itu, salah satu tujuan penyusunan SK-KD Fisika ialah untuk mengembangkan pengalaman agar siswa dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.3

Penerapan KPS harus ditunjang oleh sarana yang memadai antara lain media, peralatan pembelajaran, hingga buku teks. Buku teks merupakan salah satu sumber belajar yang paling sering digunakan. Istilah buku teks merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yakni “textbook” sebagaimana yang dikutip dari

Webster New Dictionary oleh Aim Abdul Karim, yaitu “Buku teks adalah suatu

buku yang memberikan pengajaran tentang prinsip-prinsip suatu bidang studi beberapa buku digunakan sebagai pegangan pokok atau pelengkap dalam belajar.”4

Buku teks merupakan salah satu media pendidikan yang kedudukannya strategis dan ikut mempengaruhi mutu pendidikan, karena dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan media yang sangat penting bagi tercapainya kompetensi yang

2

Conny Semiawan,Pendekatan Keterampilan Proses,(Jakarta: Gramedia, 1992), h.18 3

Kemendiknas,SK-KD Fisika, (Jakarta: Depdiknas, 2009), h. 444 4

Aim Abdulkarim,Analisis Isi Buku Teks dan Implikasinya dalam Memberdayakan Keterampilan Berpikir Siswa, (Bandung: Jurnal pendidikan UPI), h.73


(16)

menjadi tujuan pembelajaran.5 Menurut Permendiknas RI No. 11 tahun 2005, menyatakan buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib digunakan disekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuna penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.6

Buku teks pelajaran tidak ditulis oleh satu orang saja melainkan dapat dilakukan oleh beberapa orang dan menghasilkan beberapa varian buku. Setiap penulis buku menyampaikan materi dengan pemahaman dan format masing-masing. Walaupun konten yang disampaikan sama, tetapi dengan selera sendiri penulis dapat memberikan kesan yang berbeda-beda. Hal ini memberi banyak pilihan bagi guru dan sekolah untuk memilih buku teks mana yang cocok dan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Era informasi membawa perubahan yang significant bagi proses penyebaran ilmu pengetahuan dan informasi. Zaman ini menjadikan buku tidak lagi sebagai sumber belajar unggulan, tetapi internet menjadi sumber belajar yang lebih sering digunakan karena internet menyediakan informasi yang lebih cepat dan luas dari seluruh penjuru dunia. Selain itu, internet juga menyediakan harga yang lebih terjangkau.

Kementerian Pendidikan Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tentang Buku7. Peraturan ini berisikan penerbitan Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk menyediakan sarana belajar yang lebih mudah diakses karena BSE didistribusikan melalui internet yang tersebar hampir diseluruh pelosok Nusantara. Buku BSE juga dapat diunduh dengan gratis yang menjadikan BSE sebagai sarana belajar yang sangat ekonomis.

5

Eva Banowati,Buku Teks dalam Pembelajaran Geografi di Kota Semarang,(Semarang: Jurnal Geografi UNNES, 2007), h. 147

6

Kemendiknas,Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasiona Republik Indonesia No 11 Tahun 2005, (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2005), h. 2

7

Kemendiknas,Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasiona Republik Indonesia No 2 Tahun 2008, (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2005), h. 108


(17)

Buku sekolah elektronik merupakan buku yang telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan Pusat Perbukuan yang mendapat criteria layak edar lalu dibeli lisensinya dan diterbitkan oleh pemerintah. Buku-buku yang memiliki kriteria layak edar menurut pusat perBuku-bukuan tahun 2003 adalah buku yang telah memenuhi standar dalam berbagai aspek yakni aspek materi, aspek penyajian, dan aspek bahasa/keterbacaan.8 Termasuk dalam aspek materi terdapat indikator merencanakan dan melakukan kerja ilmiah, mengidentifikasi obyek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam, mengaitkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem yang ada di alam, menerapkan konsep sains dengan teknologi dan kehidupan, mengomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis. Indikator-indikator tersebut tidak lain merupakan indikator dari keterampilan proses sains (KPS), dengan kata lain KPS merupakan salah satu kriteria layak edar suatu buku.

Buku sekolah elektronik yang diterbitkan pemerintah jumlahnya cukup banyak, untuk BSE Fisika kelas XI pemerintah menerbitkan 10 versi dengan pengarang yang berbeda-beda. Namun, belum diketahui buku mana yang mengembangkan KPS paling banyak, karena belum adanya penelitian terkait hal tersebut. Untuk mengetahui ketersediaan aspek KPS yang dikembangkan dalam buku sekolah elektronik diperlukan analisis ketersediaan KPS pada buku sekolah elektronik yang diterbitkan pemerintah khususnya dalam pelajaran sains yang menuntut adanya pengembangan KPS dalam buku teks.

Hasil survei penggunaan buku pelajaran Fisika kelas XI di seluruh SMA Negeri Kota Tangerang Selatan diperoleh data bahwa BSE yang paling banyak digunakan di SMA Negeri Kota Tangerang Selatan adalah BSE karangan Bambang Haryadi. Penyajian hasil survei terdapat dalam lampiran 1. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru-guru Fisika kelas XI SMA Negeri se-Tangerang Selatan diperoleh data mengenai konsep yang dianggap memerlukan pendekatan Keterampilan Proses Sains dalam proses pembelajaran yakni (1) Fluida dengan persentase 50%, (2) Termodinamika dengan persentase 25%, (3) Dinamika Rotasi dengan persentase 16,67% dan (4) Elastisitas dengan persentase 8,33%. Penyajian

8


(18)

hasil survei terdapat dalam lampiran 2. Wawancara dilakukan terhadap guru-guru mata pelajaran fisika karena guru-guru dianggap mengerti kebutuhan siswa dan mengetahui konsep apa yang butuh penerapan KPS. Maka dari itu, konsep yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah Konsep Fluida.

Latar belakang ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan analisis ketersediaan KPS dalam buku-buku BSE Fisika kelas XI. Untuk itu, peneliti ingin mengajukan skripsi dengan judul “Analisis Ketersediaan Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika Kelas XI pada Konsep Fluida”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasi beberapa masalah yakni: 1. Banyaknya buku sekolah elektronik yang diterbitkan pemerintah namun belum

diketahui kualitas buku-buku tersebut terkait pengembangan keterampilan proses sains.

2. Belum adanya penelitian terkait ketersediaan keterampilan proses sains dalam buku teks, khususnya BSE.

3. Belum adanya penelitian terkait ketersediaan keterampilan proses sains dalam buku sekolah elektronik yang paling banyak digunakan di SMAN Tangerang Selatan.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas jangkauannya, maka dalam penelitian dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Buku sekolah elektronik yang dijadikan objek penelitian ialah buku BSE Fisika kelas XI yang paling banyak digunakan di wilayah Tangerang Selatan yaitu buku BSE Fisika kelas XI karangan Bambang Haryadi dan buku BSE Fisika kelas XI karangan Dwi Satya Palupi sebagai pembanding yang dipilih secara acak.


(19)

2. Bagian yang dianalisis pada buku sekolah elektronik ialah bagian kegiatan siswa dan pertanyaan yang terdapat pada bagian penjelasan, contoh soal, dan soal latihan.

3. Keterampilan proses yang dijadikan landasan dalam analisis buku ini adalah keterampilan proses yang dituntut oleh kurikulum KTSP meliputi merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Indikator-indikator KPS yang digunakan diambil dari buku Nuryani Y. Rustaman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran ketersediaan aspek

Keterampilan Proses Sains (KPS) yang terdapat dalam buku sekolah elektronik (BSE) Fisika kelas XI yang digunakan di SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan

pada konsep fluida?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran ketersediaan KPS dalam buku sekolah elektronik yang paling banyak digunakan di SMA Negeri di wilayah Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Dapat memberi informasi mengenai gambaran ketersediaan aspek KPS yang terdapat dalam buku sekolah elektronik yang paling banyak digunakan di SMA Negeri di wilayah Tangerang Selatan.


(20)

2. Bagi guru dan siswa dapat memberi masukan dan pertimbangan dalam memilih buku teks pelajaran yang baik dan tepat untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Buku Teks Pelajaran

1. Pengertian Buku Teks Pelajaran

Buku merupakan sumber ilmu yang berupa ungkapan kata-kata seseorang untuk diberitahukan kepada orang lain dalam bentuk tulisan atau gambar. Istilah buku teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah terjemahan atau padanan textbook dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan dengan buku teks pelajaran.9 Menurut Pusat Perbukuan, buku pelajaran merupakan salah satu sumber pengetahuan bagi siswa di sekolah yang merupakan sarana yang sangat menunjang proses kegiatan belajar mengajar.10

Aim Abdul karim menuturkan bahwa Istilah buku teks merupakan

terjemahan dari bahasa inggris, yaitu “Textbook is a book giving instructions in the principles of a subject of study, any book use as the basis or partial basis of a course of study”.11 Buku teks adalah suatu buku yang memberikan pengajaran tentang prinsip-prinsip suatu bidang studi beberapa buku digunakan sebagai pegangan pokok atau pelengkap dalam belajar.

Hall dan Quest dalam Tarigan dan Tarigan mengatakan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasional yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional.12 Bacon mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang dirangcang untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan dipersiapkan oleh para pakar dalam bidang itu dan dilengkapi saran-saran pembelajaran yang sesuai dan serasi.13 Demikian juga Buckingham dalam Tarigan dan Tarigan mengemukakan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang menunjang suatu program pengajaran.

9

Jhon M. Echol dan Hasan Shadily,Kamus Inggris–Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2005), h.584

10

Yusuf Helmy Adisenjana,Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains,(Bandung: UPI Bandung), h. 3

11

Aim Abdulkarim,Analisis Isi Buku Teks dan Implikasinya dalam Memberdayakan Keterampilan Berpikir Siswa, (Bandung: Jurnal pendidikan UPI), h.73

12

H.G.Tarigan dan Tarigan,Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1986), h.11 13

Aim Abdulkarim,loc. cit., h. 73.


(22)

Tarigan dan Tarigan mendefinisikan “Buku teks adalah buku pelajaran

dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang

suatu program pengajaraan.”14 Rusyana dalam Abdul Karim mengistilahkan buku teks dengan buku ajar, yakni buku yang merupakan pegangan pembelajaran yang digunakan disekolah untuk menyajikan pengalaman tak langsung dalam suatu jumlah yang banyak dan untuk menunjang program pengajaran.15

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 2 tahun 2008 tentang buku teks pelajaran menyebutkan bahwa buku teks pelajaran adalah16 “Buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi

pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Buku teks pelajaran digunakan sebagai

acuan wajib bagi guru dan siswa.”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa buku teks pelajaran adalah sarana belajar yang menunjang suatu program pengajaran yang berisi ungkapan kata-kata seseorang untuk disampaikan kepada orang lain, rekaman pikiran rasional dengan tujuan instruksional yang memberi pengajaran tentang mata pelajaran tertentu, dalam rangka menyajikan pengalaman tak langsung dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi , kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu dan dilengkapi sarana-sarana pembelajaran yang sesuai dan serasi serta disusun berdasarkan standar nasional pendidikan yang berlaku.

14

Tarigan,op. cit., h.13

15

Aim Abdulkarim,op. cit., h. 73 16

Kemendiknas,Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasiona Republik Indonesia No 2 Tahun 2008, (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2008), h.107.


(23)

Buku teks pelajaran ada dua macam, yaitu buku pokok atau buku paket dan buku teks pelajaran pelengkap.17 Buku teks pelajaran pokok disediakan oleh pemerintah sebagai standar buku Nasional. Sedangkan buku teks pelajaran pelengkap merupakan buku terbitan swasta yang dibeli sekolah atau siswa berdasarkan pilihan setempat. Kedudukan buku teks pelajaran pelengkap sebagai pendukung dan pelengkap buku teks pelajaran pokok yang disediakan oleh pemerintah, sehingga peredaran buku teks pelajaran pelengkap harus mendapat izin dan pengesahan dari direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah.

2. Fungsi Buku Teks

Buku pelajaran sesungguhnya merupakan media yang sangat penting dan strategis dalam pendidikan. Buku pelajaran adalah penafsir pertama dan utama dari visi-misi sebuah pendidikan. Karena itu buku pelajaran sebenarnya dapat

dijadikan ”jalan pintas” meningkatkan mutu pendidikan. Selain bertugas

menyampaikan koherensi antar konsep kunci dalam berbagai cabang ilmu pengetahun yang dipelajari siswa, buku pelajaran berperan memacu perkembangan kecerdasan, memberi inspirasi atau ide kepada siswa atau guru untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang topik-topik yang disampaikan. Buku pelajaran dapat menggantikan peran guru atau setidaknya membantu guru menjelaskan sesuatu. Untuk konteks Indonesia, di mana kualitas guru masih kurang memadai, buku pelajaran bukan hanya sebagai peran pengganti tetapi malah peran utama.18

Edward dan Fisher dalam Ikhlasul mengemukakan bahwa “Buku teks

merupakan komponen yang penting dari sebuah proses pembelajaran. Buku teks selain berfungsi mendukung guru saat melakukan pembelajaran juga merupakan alat bantu bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Sebagian besar informasi tentang sains disampaikan melalui buku”.19

17

Dedi Supriadi,Anatomi Buku Sekolah Indonesia, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara, 2000), h. 1

18

Yusuf H. Adisenjana,Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains,(Bandung: UPI Bandung, 2008), h. 4

19


(24)

Buku teks memiliki peranan yang amat penting. Greene dan Petty dalam Banowati mengungkapkan beberapa fungsi buku yaitu menjadi sumber pokok masalah (subject matter) dari pembelajaran, buku juga menjadi sumber informasi berkaitan keterampilan-keterampilan eksponensial yang tersusun rapih dan bertahap, buku teks menjadi sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi siswa, dan pada umumnya buku juga berfungsi sebagai bahan/saran evaluasi.20

Sampai saat ini buku teks masih dianggap sebagai bahan ajar yang paling utama. Hal ini terbukti hampir diseluruh instansi pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat yang paling tinggi umumnya menggunakan buku teks pelajaran sebagai bahan ajar utama. Hal ini membuktikan pula bahwa keberadaan buku teks pelajaran masih merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran yang berlangsung di berbagai institusi pendidikan saat ini.

Penggunaan buku teks menjadi sangat penting karena buku teks memiliki banyak fungsi. Kelengkapan fasilitas dan variasi pembelajaran yang diberikan oleh buku teks menjadi keunggulan buku teks dibanding bahan pembelajaran lainnya. Buckingham dalam tarigan menuliskan kelebihan-kelebihan khas dari buku teks dikelompokkan sebagai berikut:21

a. Dapat mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masing individu. b. Dapat mengulang atau meninjau kembali

c. Memiliki kemungkinan mengadakan pemeriksaan atau pengecekan terhadap ingatan

d. Memiliki kemudahan membuat catatan-catatan

e. Memiliki sarana-saran visual sebagai penunjang pembelajaran seperti skema, diagram, matriks, ilustrasi gambar, dan sebagainya.

Nasution juga menyampaikan fungsi-fungsi buku teks pelajaran. Buku teks berfungsi sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh siswa, bahan evaluasi, alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum, salah satu penentu

20

Eva Banowati,Jurnal Geografi,Buku teks dalam pembelajaran geografi di kota semarang, (Semarang: UNNES), h. 148

21


(25)

metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik, dan berfungsi sebagai sarana untuk peningkatan karir dan jabatan.22

3. Kriteria Penilaian Buku Teks

Maraknya buku teks pelajaran yang dipakai pada setiap satuan pendidikan

sangat meresahkan siswa dan orang tua siswa, hal ini disebabkan oleh “siklus hidup” buku tersebut yang pendek. Setiap tahun ada perubahan “isi” walaupun

sering dijumpai hanya perubahan yang tidak penting. Guru professional memiliki kewajiban untuk memastikan proses pembelajaran berlangsung dengan baik dari sisi metode, media, dan sistem penilaiannya termasuk buku teks yang digunakan. Pemerintah turut ambil bagian dalam proses penyeleksian buku yang beredar. Melalui Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) 2006 yang menetapkan kriteria buku teks layak edar harus memenuhi kelayakan isi, kebahasaan, dan penyajian. Jauh sebelum itu, pemerintah telah mengaturnya dalam UU No.2 tahun 1989 pasal 45 yang berbunyi, “secara berkala dan berkelanjutan Pemerintah

melakukan penilaian terhadap kurikulum serta sarana dan prasarana pendidikan

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan”.23

Penilaian terhadap buku teks erat kaitannya dengan kualitas dari buku tersebut. Greeny dan Petty telah mengidentifikasi butir-butir yang dapat digunakan sebagai alat penduga kualitas buku teks. Butir-butir tersebut meliputi minat siswa, motivasi, ilustrasi, linguistik, terpadu, menggiatkan aktivitas, kejelasan konsep, titik pandang, pemantapan nilai-nilai dan menghargai perbedaan pribadi.24

Tarigan menuliskan kriteria-kriteria telaah (analisis) buku teks. Butir-butir kriteria tersebut ialah:25

a. Buku harus memiliki pendekatan keterampilan proses yang meliputi mengamati, menginterpretasi, meramalkan, mengaplikasikan konsep,

22

Andi Prastowo,Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif,(Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 169

23

Dedi Supriadi,Anatomi Buku Sekolah Di Indonesia, (Jogjakarta: Adicita, 2000), h.176 24

Tarigan,Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1986), h.85 25Ibid,


(26)

merencanakan dan melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil penelitian.

b. Buku harus memiliki tujuan yang bersifat kognitif, afektif, dan pikomotor c. Buku sebagai bahan pengajaran harus memenuhi beberapa ketentuan, antara

lain bermanfaat bagi siswa, sesuai dengan kemampuan siswa, menarik, up to date, tersusun logis sistematis, bila berupa konsep, konsep itu harus jelas bila berupa teks atau bacaan, maka bacaan itu harus meliputi berbagai aspek kehidupan, menunjang mata pelajaran lainnya, utuh dan lengkap, bersifat membangun keteladanan, dapat menumbuhkan perbendaharaan kata siswa, menumbuhkan keberanian menampilkan diri, bersifat cultural-edukatif, dan memantapkan nilai-nilai yang berlaku.

d. Buku harus merekomendasikan metode pengajaran dengan ketentuan-ketentuan:

1) Bervariasi

2) Memikat, merangsang dan menantang siswa untuk belajar 3) Menggiatkan siswa secara mental dan fisik

4) Tidak menyulitkan guru

5) Mengarahkan kegiatan belajar siswa kearah tujuan pengajaran 6) Mudah, meriah, murah

7) Mengembangkan kreativitas siswa

8) Mengembangkan penampilan siswa baik individu maupun kelompok 9) Meningkatkan kadar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam belajar 10) Membantu pemahaman siswa terhadap materi pengajaran

e. Buku harus menyediakan evaluasi atau penilaian harus bersifat: 1) Terbuka untuk dinilai atau dikritik

2) Terbuka untuk diresensi

3) Praktis, mudah dilaksanakan dan mudah dihitung 4) Merangsang penilaiana pribadi

5) Mengukur prestasi belajar

6) Dapat memberikan umpan balik, berupa remedial maupun penyempurnaan program pengajaran secara menyeluruh.


(27)

f. Buku harus komunikatif yang dapat dicapai dengan:

1) Bahasa buku teks harus sesuai dengan bahasa siswa, menggunakan kalimat efektif, tidak ambigu (bermakna ganda), sederhana, sopan, dan menarik. 2) Ilustrasinya tepat, menarik, dan membantu pemahaman.

3) Instruksinya jelas dan mudah dipahami.

Penulisan buku teks yang baik tidaklah mudah, mengingat peranan buku teks amatlah besar, seperti yang diungkapkan oleh Greene dan Petty, yaitu dapat: 1) mencerminkan sudut pandang yang tangguh dan moderen mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan. 2) menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subjectmatter yang kaya, mudah di baca dan bervariasi, yang sesui dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh melalui kondisi-kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya. 3) menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan eksponensial yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi. 4) menyajikan secara bersama-sama dengan buku manual yang mendampingi metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para siswa. 5) menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga menunjang bagi latihan-latihan dan tugas praktis. 6) menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.26

Buku teks harus memenuhi syarat-syarat tertentu, penyajiannya harus menarik, menantang, materinya bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajarinya. Semakin berkualitas suatu buku, semakin sempurna mata pelajaran yang ditunjangnya. Untuk memenuhi kualitas buku teks yang baik, maka diperlukan kriteria-kriteria tertentu dalam penyusunan dan penulisan buku teks, kriteria tersebut menurut Greene dan Petty sebagai berikut:27

26

Eva Banowati,Jurnal Geografi- Buku Teks dalam Pembelajaran Geografi di Kota Semarang, (Semarang: UNNES), h. 148

27


(28)

a. Sudut Pandang (Point of View)

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang menjiwai dan melandasi buku teks secara keseluruhan. Sudut pandang itu berupa teori dan ilmu jiwa, bahasa dan sebagainya.

b. Kejelasan Konsep

Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas dan tandas. Keremang-remangan perlu dihindari agar siswa mendapat kejelasan atas berbagai uraian yang dikemukakan.

c. Relevan dengan Kurikulum

Buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai media pengajaran di sekolah yang harus mengikuti berbagai ketentuan kelembagaan, termasuk di dalamnya kurikulum.

d. Menarik Minat

Buku teks ditulis untuk siswa. Oleh karena itu penulis buku teks harus mempertimbangkan minat siswa sebagai pengguna buku teks. Semakin sesuai dengan minat siswa, semakin tinggi daya tarik buku tersebut.

e. Menumbuhkan Motivasi

Buku teks yang baik ialah buku teks yang membuat siswa merasa ingin dan senang untuk mengerjakan tugas atau latihan-latihan yang ada dalam buku teks tersebut.

f. Menstimulasi Aktivitas Anak

Buku teks yang baik ialah buku teks yang merangsang, menantang, dan menggiatkan aktivitas siswa. Hal ini sesuai dengan konsep CBSA atau klasifikasi nilai.

g. Ilustratif

Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan menarik. Ilustrasi yang cocok pastilah memberikan daya tarik tersendiri serta memperjelas hal yang dibicaakan.

h. Harus dapat Dimengerti

Buku teks harus dimengerti oleh pemakainya. Aspek pemahaman harus didahulukan. Faktor utama yang berperan disini adalah bahasa. Bahasa buku


(29)

haruslah sesuai dengan bahasa siswa. Kalimat-kalimatnya efektif dan tidak ambigu.

i. Menunjang Mata Pelajaran Lain

Dengan mempelajari buku teks satu mata pelajaran dapat menambah pengetahuan bagi pelajaran lainnya. Buku teks pelajaran sebaiknya berkaitan dengan pelajaran lainnya.

j. Menghargai Perbedaan Individu

Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu tertentu dalam kemampuan bakat, ekonomi, dan sosial budaya tidak dipermasalahkan. k. Memantapkan Nilai-nilai.

Buku teks yang baik berusaha memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, melestarikan nilai-nilai perjuangan, dan semangat UUD 1945, nilai luhur Pancasila, sehingga siswa akan berusaha melestarikannya.

Supriadi menerangkan untuk mengetahui kualitas suatu buku, diperlukan kriteria atau standar kualitas minimum buku, adapun aspek-aspek dan indikator yang harus ada dalam sebuah buku pelajaran yaitu:28

a. Aspek Isi

1) Memuat sekurang-kurangnnya bahan pelajaran minimal yang bersangkutan untuk masing-masing tingkat.

2) Penyajian materi harus konsisten dengan bidang ilmu sejenis untuk tingkat pendidikan yang sama

3) Cakupan mata pelajaran harus relevan dengan lingkup dan urutan materi yang tercantum dalam kurikulum

4) Benar ditinjau dari segi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

5) Sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) 6) Pertnyaannya harus disesuaikan dengan informasi dan contoh yang

dirancang untuk membantu proses pembelajaran dan tes kemampuan siswa 7) Informasi yang diambil dari sumber lain harus disertai penjelasan.

28

Dedi Supriadi,Anatomi Buku Sekolah di Indonesia,(Jogjakarta: Adicita Karya Nusa, 2000), h. 218-220


(30)

8) Untuk kelas-kelas akhir, isi buku harus disertai indeks dan daftar yang dianggap perlu

9) Wajib mencantumkan daftar pustaka. b. Aspek Penyajian

1) Rancangan yang dipakai dalam buku harus menunjukkan rancangan yang disarankan kurikulum (misalnya, terpusat pada siswa, pembelajaran melalui penemuan, khususnya untuk bidang IPA).

2) Lingkup dan urutan harus dirancang secara logis, mulai dari isi yang lazim bagi siswa, baru kemudian diikuti oleh subjek yang baru, kompleks, dan abstrak.

3) Saling memperkuat dengan bahan kajian yang terkait 4) Menarik minat dan perhatian siswa

5) Menantang dan merangsang siswa untuk terus mempelajari bahan kajian pelajaran yang bersangkutan.

6) Penyampaian termasuk penataan bahan pelajaran dan sistematika penulisan mengacu pada berbagai aspek kemampuan dan tingkat perkembangan siswa.

7) Dalam buku harus terdapat hierarki penyajian yang jelas dan konsisten (misalnya: bab, subbab, dan judul)

c. Aspek Bahasa

1) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

2) Bahasa yang digunakan dalam buku harus relevan dengan pemakai, mudah dipahami, sesuai dengan kemampuan bahasa siswa.

3) Menggunakan bahasa Indonesia yang mampu meningkatkan kematangan dan perkembangan siswa.

4) Menggunakan kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan siswa.

5) Berkenaan dengan pengalihan huruf, buku harus menggunakan bahasa serapan yang telah dibakukan.


(31)

d. Aspek Keamanan

1) Sesuai dan tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan Ketetapan MPR.

2) Sesuai/tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.

3) Tidak bertentangan dengan hukum, peratutan, dan etika yang berlaku 4) Tidak menimbulkan pertentangan antar agama, suku, serta tradisi budaya

setempat. e. Aspek Grafika

1) Ilustrasi harus mendukung isi teks, jelas dan mudah dimengerti.

2) Pemakaian warna harus sesuai dengan kebutuhan (efisien dan ekonomis) 3) Hubungan khusus antara teks dengan ilustrasi harus konsisten.

4) Ukuran huruf dan ukuran set harus sesuai dengan usia dan pengalaman pembaca.

Hampir sama dengan yang telah dijelaskan oleh Tarigan dan Supriadi. Menurut Pusat Perbukuan tahun 2003, Standar penilaian buku pelajaran sains dirumuskan dengan melihat tiga aspek utama, yaitu materi, penyajian, dan bahasa/keterbacaan.

a. Aspek Materi

Standar yang berkaitan dengan aspek materi yang harus ada dalam setiap buku pelajaran sains adalah sebagai berikut.

1) Kelengkapan materi. 2) Keakuratan materi.

3) Kegiatan yang mendukung materi. 4) Kemutakhiran materi.

5) Upaya meningkatkan kompetensi sains siswa.

6) Pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan.

7) Kegiatan pembelajaran mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir.

8) Materi merangsang siswa untuk melakukan inkuiri. 9) Penggunaan notasi, simbol dan satuan.


(32)

b. Aspek Penyajian

Standar yang berkaitan dengan aspek penyajian yang harus ada dalam setiap buku pelajaran sains adalah sebagai berikut:

1) Organisasi penyajian umum. 2) Organisasi penyajian per bab.

3) Materi disajikan dengan mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan.

4) Melibatkan siswa secara aktif.

5) Mengembangkan proses pembentukan pengetahuan. 6) Tampilan umum menarik.

7) Variasi dalam cara penyampaian informasi. 8) Meningkatkan kualitas pembelajaran. 9) Anatomi buku pelajaran sains.

10) Memperhatikan kode etik dan hak cipta.

11) Memperhatikan kesetaraangenderdan kepedulian terhadap lingkungan. c. Aspek Bahasa/Keterbacaan

Standar yang berkaitan dengan aspek bahasa/keterbacaan yang harus ada dalam setiap buku pelajaran sains adalah sebagai berikut:

1) Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2) Peristilahan.

3) Kejelasan bahasa. 4) Kesesuaian bahasa.

B. Buku Teks Mata Pelajaran Fisika

Menurut Collette & Chiapetta Buku teks sains modern tersusun atas dua edisi, satu untuk guru atau edisi guru dan yang lainnya untuk siswa atau edisi siswa. Edisi guru memuat seluruh yang ada pada edisi siswa ditambah dengan informasi-informasi tambahan dan informasi tentang sumber-sumber belajar yang dapat digunakan.29

29


(33)

Karena buku teks digunakan di dalam keilmuan sains, maka buku tersebut harus sesuai dengan karakter dari sains yakni science as a way of thinking (sains sebagai jalan untuk berpikir), science as way of investigating (sains sebagai jalan untuk menyelidiki), scinece as a body of knowledge (sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan). Selain itu juga menyertakan kaitan antara sains dengan teknologi dan masyarakat (science, technology, dan society).30

Di bawah ini dideskripsikan masing-masing karakter yang harus dimiliki oleh sebuah buku teks sains dengan karakter sains.

1. Sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan.

Buku teks sains sebagai sumber belajar harus menyajikan, mendiskusikan, dan meminta siswa untuk mengingat informasi, fakta-fakta, konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori. Hal ini mencerminkan transmisi ilmu pengetahuan ilmiah di mana siswa menerima informasi.

Materi yang ada di dalam buku tersebut antara lain: a. Menyajikan fakta-fakta, konsep-konsep, dan hukum-hukum.

Sains merupakan fundamen bagi fakta, konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Fakta adalah kebenaran dan keadaan dari sesuatu. Fakta menyajikan segala hal yang dapat kita lihat, dengar, dan rasakan. Dua kriteria berikut sering digunakan untuk mencitrakan apa yang dimaksud dengan fakta. Pertama, dapat diamati secara langsung dan kedua dapat didemonstrasikan kapan saja. Oleh karenanya, fakta-fakta terbuka bagi siapa saja yang hendak mengamatinya. Namun, kita harus ingat bahwa kriteria tersebut tidak selalu berlaku mengingat terdapat fenomena-fenomena yang frekuensi terjadinya sangat kecil, seperti erupsi gunung berapi. Demonstrasi dari fakta-fakta dalam pembelajaran sains saja tidaklah cukup karena penerima informasi harus tahu bagaimana fakta tersebut terbentuk.

Fakta hanya memiliki arti yang sedikit. Pada batas tertentu, fakta adalah bahan kasar yang harus ditelaah untuk membentuk gagasan dan hubungan, mengidentifikasi pola-pola, contoh-contoh dan mengaitkan antara data yang satu dengan yang lainnya, yang akhirnya membentuk sebuah hubungan yang disebut 30Ibid,


(34)

konsep. Sebuah konsep merupakan abstraksi dari kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Menurut Bruner, Goodnow, dan Austin dalam Collette & Chiapetta, sebuah konsep memiliki lima unsur penting yakni nama, definisi, lambang, nilai, dan contoh. Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hal yang lebih umum daripada konsep. Prinsip-prinsip dan hukum-hukum tersusun dari fakta-fakta dan konsep-konsep.

a. Menyajikan hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model-model

Hipotesis merupakan semua penjelasan rasional yang diajukan dan bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya secara empiris. Hipotesis diperlukan dalam penelitian untuk menduga kemungkinan hasil suatu penelitian. Hipotesis didasarkan pada teori-teori yang sudah ada dan berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Teori merupakan usaha intelektual yang keras karena berkaitan dengan kompleksitas realitas yang tersembunyi atau samar dari pengamatan langsung. Gagasan ini menjadi jelas ketika orang meninjau teori tentang atom, yang menyatakan bahwa seluruh benda tersusun atas partikel-partikel kecil yang disebut atom. Konsepsi visual dari atom akan semakin sukar untuk diterima ketika kita meninjau tentang aspek dari teori yang menyatakan bahwa sebuah atom sebagian besar tersusun atas ruang-ruang kosong dengan inti berada di tengah dan partikel-partikel bermuatan yang bergerak dalam lintasan tertentu dalam ruang yang jaraknya sangat jauh dari pusat.

Teori-teori memiliki fungsi/tujuan/maksud yang berbeda dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan hukum-hukum, tetapi para ilmuwan menggunakannya untuk menyajikan penjelasan-penjelasan alasan gejala-gejala alam dapat terjadi. Teori-teori mempunyai karakter yang berbeda dan tidak pernah menjadi fakta-fakta dan hukum-hukum, tetapi tetap merupakan sesuatu yang kebenarannya bersifat sementara hingga seseorang menyangkal atau merevisi.

Sebuah model ilmiah merupakan representasi dari sesuatu yang tidak dapat kita lihat. Model-model ini menjadi cerminan pikiran yang kita gunakan untuk menyajikan gejala dan gagasan-gagasan yang abstrak. Di dalamnya terdapat sebagian besar fitur-fitur penting yang menonjol dari gagasan yang digunakan ilmuwan untuk menjelaskan sesuatu agar dapat dipahami. Model atom Bohr,


(35)

model planet, model sistem tata surya, model gelombang cahaya dan model double helix DNA merupakan perwujudan konkret fenomena yang tidak dapat secara langsung dapat teramati.

Secara umum, model-model merupakan deduksi dari gagasan abstrak, dan seringkali tidak dapat perbedaan yang jelas antara model-model, hipotesis-hipotesis, dan teori-teori. Buku-buku teks merupakan referensi utama bagi sebagian besar pengertian kita tentang model-model sains. Mereka sangat berguna untuk membantu kita menjadi akrab dengan gagasan-gagasan penting. Sayangnya, beberapa orang menjadi percaya bahwa model-model tersebut merupakan hal yang nyata. Mereka lupa bahwa sebuah model hanyalah digunakan untuk membantu seseorang untuk mengkonsepsi (conceptualize) fitur-fitur yang menonjol dari prinsip-prinsip atau teori-teori, dan gambaran pikiran tersebut tidaklah nyata.

b. Meminta siswa untuk mengingat informasi yang diperoleh.

Buku pelajaran sains tidak hanya menyajikan fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori dan model saja. Akan tetapi, buku pelajaran sains juga harus menyediakan sarana evaluasi ketercapaian kemampuan siswa baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Salah satu bentuk evaluasi kognitif adalah dengan meminta siswa untuk mengingat informasi yang diperoleh dalam bentuk soal yang disediakan dalam buku.

2. Sains sebagai jalan untuk menyelidiki.

Buku teks yang menekankan penyelidikan (investigation) memperhatikan aspek kognitif dan psikomotor siswa saat siswa berada dalam proses untuk mengetahui (find out). Hal ini mencerminkan aspek yang aktif dari inkuiri dan belajar aktif, yang melibatkan siswa dalam mengobservasi, bertanya, berhipotesis, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan. Materi-materi yang mencerminkan karakter ini antara lain:

a. Meminta siswa untuk menjawab pertanyaan melalui penggunaan alat-alat untuk bereksperimen.

b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan menggunakan diagram, tabel dan sejenisnya.


(36)

c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk memberikan argumen dari jawaban-jawaban mereka.

3. Sains sebagai jalan untuk berpikir

Buku teks yang menegaskan sains sebagai sebuah jalan atau cara untuk berpikir menggambarkan bagaimana sains, secara umum, atau seorang ilmuwan,

secara khusus, “menemukan” (finding out). Aspek yang meliputi ini adalah berpikir, berargumen, dan merefleksikan. Buku teks menyampaikan kepada siswa bagaimana inisiatif ilmiah bekerja. Muatan materi akan buku ajar dengan karakter ini akan mencerminkan:

a. Menggambarkan bagaimana seorang ilmuwan bereksperimen.

b. Menunjukkan secara historis bagaimana membangun sebuah gagasan. c. Menggambarkan penggunaan asumsi-asumsi.

d. Mendiskusikan hubungan sebab-akibat.

4. Interaksi Sains, Teknologi, Masyarakat, dan Lingkungan.

Materi sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan menggambarkan dampak dari sains dalam masyarakat dan hubungan antara sains dan teknologi. Materi ini memfokuskan aplikasi sains dan bagaimana teknologi membantu atau merintangi umat manusia.

C. Keterampilan Proses Sains

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar sehari-hari,31yaitu:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin pesat sehingga tak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.

b. Ahli psikologi umumnya sependapat bahwa siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkret. c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak seratus persen, penemuan

ilmu pengetahuan bersifat relatif.

31

Conny Semiawan, dkk.Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h.14-15


(37)

d. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak dapat dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri siswa.

Berdasarkan keempat alasan di atas perlu dicari cara belajar mengajar yang sebaik-baiknya. Kemampuan siswa dalam menemukan konsep perlu dibekali dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi proses (student centered). Dalam hal ini guru dapat mengembangkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains. Menurut Rustaman keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial.32Semiawan mendefinisikan keterampilan proses sebagai keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.33 Sejalan dengan pendapat Semiawan, Harlen mendefinisikan keterampilan proses sains sebagai keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan oleh ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan.34 Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains dalam pembelajaran merupakan kemampuan atau kecakapan fisik dan mental yang harus dimiliki siswa untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta.

Keterampilan fisik dan mental itu pada dasarnya dimiliki oleh siswa meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, kemampuan yang masih sederhana, kemampuan yang masih perlu dirangsang agar mau menampakkan diri.35 Dengan kenyataan demikian guru seharusnya dapat menumbuhkan potensi dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut dalam diri siswa. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau 32

Nuryani Y. Rustaman, dkk.,Strategi Belajar Mengajar Biologi,(Malang: IKIP Malang, 2005), h.78.

33

Conny Semiawan, dkk.,op. cit.,h. 17. 34

Zulfiani, dkk.,Strategi Pembelajaran Sains,(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 46

35


(38)

kegiatan yang sedang dilakukan. Para guru dapat menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan itu dalam diri siswa sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya, sehingga diharapkan dengan dikembangkannya keterampilan-keterampilan proses oleh guru, siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya

Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut Harlen, adalah sebagai berikut:36

a. Keterampilan Observasi

Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indra untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik benda-banda yang diamati. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin indranya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium, dan mengecap. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai. Keterampilan observasi meliputi menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba dalam mengamati ciri-ciri suatu objek serta menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan.

b. Keterampilan Klasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Dasar keterampilan mengklasifikasikan adalah kemampuan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati, atau bisa juga disebut sebagai keterampilan dalam mengelompokkan atau menggolong-golongkan. Dasar yang perlu diperhatikan dalam membuat klasifikasi, seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar pengelompokkan.

36


(39)

c. Keterampilan Interpretasi

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan sementara dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, hasil pengamatan yang dicatat lalu dihubung-hubungkan, selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam satu seri pengamatan dan membuat kesimpulan. Keterampilan interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, dan menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan.

d. Keterampilan Prediksi

Prediksi adalah memperkirakan berdasarkan pada data atau kecenderungan hasil pengamatan. Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses prediksi. Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada.

e. Keterampilan Mengajukan Pertanyaan

Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis.

f. Keterampilan Berhipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Keterampilan berhipotesis merupakan keterampilan dalam merumuskan teori atau pendapat yang dianggap benar, yang kebenarannya masih harus dibuktikan. Perlu ditekankan bahwa hipotesis berbeda dengan prediksi. Hipotesis didasarkan pada pemahaman suatu teori atau konsep


(40)

dengan metode deduktif, sedangkan prediksi didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode induktif.

g. Keterampilan Merencanakan Percobaan atau Penyelidikian

Termasuk ke dalam jenis keterampilan ini adalah keterampilan menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur, atau ditulis, serta menentukan cara langkah kerja dan cara mengolah data.

h. Keterampilan Menggunakan Alat dan Bahan

Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.

i. Keterampilan Menerapkan Konsep atau Prinsip

Keterampilan ini meliputi antara lain keterampilan menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru.

j. Keterampilan Berkomunikasi

Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan dan tulisan. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematis (laporan) atau transformasi parsial. Keterampilan berkomunikasi meliputi keterampilan membaca grafik, tabel atau diagram.


(41)

Kategori keterampilan proses sains yang telah dikemukakan oleh Harlen, selanjutnya disusun dan dikembangkan indikator keterampilan proses sains oleh Rusaman seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini:37

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya

No Aspek KPS Indikator

1. Observasi a. Menggunakan sebanyak mungkin indra b. Menggunakan fakta relevan

2. Klasifikasi a. Mencatat setiap pengamatan b. Mencari perbedaan/persamaan c. Mengontraksikan ciri-ciri d. Membandingkan

e. Mencari dasar pengelompokkan f. Menghubungkan hasil pengamatan

3. Interpretasi a. Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan b. Menyimpulkan

4. Prediksi a. Menggunakan pola/hasil pengamatan

b. Mengemukaan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5. Mengajukan pertanyaan

a. Bertanya apa, bagaimana, mengapa b. Bertanya untuk meminta penjelasan

6. Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian

b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti

7. Merencanakan percobaan

a. Menentukan alat/bahan yang digunakan b. Menentukan variabel/faktor penentu

c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati dan dicatat

d. Menentukan langkah kerja 8. Menggunakan

alat/bahan

a. Mamakai alat/bahan

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan

c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan 9. Menerapkan

konsep

a. Menerapkan konsep pada situasi baru

b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10. Mengomunikasikan a. Mengubah bentuk penyajian

b. Memberikan data empiris hasil percobaan dengan tabel/grafik/diagram

c. Menyampaikan laporan sistematis d. Menjelaskan hasil percobaan

37

Nuryani Y. Rustaman dkk,Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: IKIP Malang, 2005) h. 86


(42)

e. Membaca grafik

f. Mendiskusikan hasil kegiatan D. Kajian Subjek Materi Fluida

Fluida adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma, dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir (umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah fungsi ketidakmampuan mereka mengadakan tegangan geser (shear stress) dalam ekuilibrium statik.38

Konsep fluida yang dipelajari di kelas XI (sebelas) SMA/MA dijabarkan

dalam satu standar kompetensi (SK), yaitu “Menerapkan konsep dan prinsip

mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah” serta memiliki satu komepetensi dasar (KD) yaitu ”Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.39

Materi fluida yang dipelajari meliputi tekanan dan tekanan hidrostatis, hukum dasar fluida statis mencakup hukum Pascal dan hukum Archimedes, tegangan permukaan, adapun fluida dinamis mencakup fluida ideal, persamaan kontinuitas, dan hukum Bernoulli. Tabel 2.2 menjelaskan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator konsep fluida. Adapun peta konsep fluida dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Konsep Fluida

Standar Kompetensi (SK)

Kompetensi

Dasar (KD) Indikator

Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam

Menganalisis hukum-hukum yang

berhubungan dengan fluida

• Menjelaskan dan memformulasikan tekanan hidrostatik.

• Memformulasikan hukum Pascal

• Memformulasikan hukum Archimedes

38

http://id.wikipedia.org/wiki/Fluida,

39


(43)

menyelesaikan masalah

statik dan dinamik serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

• Mendeskripsikan konsep terapung, melayang , dan tenggelam

• Menerapkan hukum Archimedes dalam masalah fisika sehari-hari

• Mendeskripsikan konsep tegangan permukaan

• Memformulasikan gejala kapilaritas

• Mendeskripsikan konsep viskositas

• Mendeskripsikan konsep fluida ideal

• Memformulasikan persamaan kontinuitas

• Memformulasikan asas Bernoulli

• Menerapkan asas Bernoulli pada masalah fisika sehari-hari

Peta Konsep Fluida

Gambar 2.1. Peta Konsep Fluida

Fluida

Fluida Statis

Tekanan Hidrostasis Hukum Pascal

Tegangan Permukaan Hukum Archimedes

Hukum Bernoulli Persamaan Kontinuitas

Terapung

Melayang Tenggelam

Fluida Dinamis

Kapilaritas


(44)

1. Tekanan dan Tekanan Hidrostatis

Tekanan merupakan besaran turunan dalam fisika. “Tekanan didefinisikan

sebagai gayatiap satuan luas.”40Tekanan menyatakan besarnya gaya yang dialami oleh suatu permukaan bidang datar yang diberikan oleh suatu benda yang berada di atasnya. Tekanan dirumuskan dengan:

Dengan: P = Tekanan (N/m2) A = Luas (m2) F = Gaya (N)

Besar tekanan berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding terbalik dengan luas permukaan yang mendapat tekanan tersebut. Pemanfaatan tekanan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada paku, kapak, pisau, dll. Permukaan mata pisau dibuat lebih kecil dari permukaan lainnya agar tekanan pada mata pisau menjadi lebih besar.

Tekanan memiliki beberapa satuan, satuan tekanan menurut sistem internasional (SI) ialah pascal (Pa) jika dijabarkan menjadi N/m2 atau kgm-1s-2. Satuan-satuan tekanan yang lain adalah atmosfer (atm), cm raksa (cmHg), dan milibar (mb). Konversi satuan-satuan tersebut ialah: 1 N/m2= 1 Pa ; 1 atm = 1 bar = 76 cmHg = 1,01 x 105Pa.

Tekanan hidrostatik pada dasarnya sama saja dengan tekanan pada bidang datar. Satuan Tekanan hidrostatis juga sama dengan satuan tekanan pada umumnya. Tekanan hidrostatis merupakan tekanan yang dialami oleh permukaan suatu benda yang berada di dalam zat cair. Benda yang terletak pada kedalaman yang sama akan mengalami tekanan hidrostatis yang sama pula sesuai dengan

hukum hidrostatika yang berbunyi “Tekanan hidrostatik di semua titik yang terletak pada satu bidang mendatar di dalam satu jenis zat cair besarnya sama.”41

Tekanan hidrostatis dirumuskan dengan:

40

Bambang Haryadi,Fisika Kelas XI,(Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), h. 142 41Ibid


(45)

dengan: P = Tekanan Hidrostatis (Pa) Percepatan gravitasi (m/s2) ρ =massa jenis zat cair (kg/m3) Kedalaman Benda (m)

Besarnya tekanan hidirostatis berbanding lurus dengan massa jenis zat cair, percepatan gravitasi dan kedalaman benda. Semakin dalam keberadaan suatu benda makan semakin besar tekanan yang dialami oleh benda tersebut.

2. Hukum Pascal

Hukum Pascal berbicara mengenai tekanan dalam ruang tertutup. Hukum

Pascal berbunyi “tekanan yang dipakaikan kepada suatu fluida tertutup diteruskan

tanpa berkurang besarnya kepada setiap bagian fluida dan dinding-dinding yang

berisi fluida tersebut.”42 Fluida dalam ruang tertutup jika ditambahkan tekanan pada satu titik maka tekanan tersebut akan diteruskan ke segala arah dan sama besar. Hukum Pascal dirumuskan dengan:

Dengan: P1= Tekanan sisi pertama (Pa) P2= Tekanan bagian (Pa) F1= Gaya sisi pertama (N) F2= Gaya sisi pertama (N) A1= Luas sisi pertama (m2) A2= Luas sisi kedua (m2) Pada sistem tertutup jika satu sisi ditambahkan tekanan tertentu maka pada sisi lain akan mengalami tekanan yang sama besar. Penerapan Hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada ban udara, balon, pesawat hidrolik.

3. Hukum Archimedes

Hukum Archimedes berbicara tentang gaya tekan keatas yang diterima oleh benda yang berada di dalam zat cair. Hukum Archimedes berbunyi “Sebuah

benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida diangkat ke

42


(46)

atas oleh sebuah gaya yang sama dengan berat fluida yang dipindahkan.43 Bila sebuah benda seluruh atau sebagian dicelupkan ke dalam suatu fluida (baik cairan maupun suatu gas) yang diam, maka fluida tersebut memberikan tekanan pada tiap-tiap bagian permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida tersebut. Tekanan tersebut adalah lebih besar pada bagian benda yang tercelup lebih dalam. Resultan semua gaya adalah sebuah gaya yang mengarah ke atas yang dinamakan gaya apung (buoyancy) dari benda yang tercelup tersebut. Hukum Archimedes dirumuskan dengan:

dengan: FA= Gaya Apung (N)

ρ =Massa Jenis zat cair (kg/m3) Percepatan Gravitasi (m/s2) V =Volume benda yang tercelup (m3)

Semakin besar ukuran benda maka semakin besar pula gaya Archimedes yang diterima. Semakin besar masa jenis fluida semakin besar pula gaya Archimedes yang diberikan.

Penerapan Hukum Archimedes terdapat pada kapal laut (perahu), dengan masa ber ton-ton tetapi perahu tersebut tidak tenggelam karena memiliki volume yang besar. Perahu akan tenggelam jika mengalami kebocoran sehingga air laut masuk ke dalam perahu dan menambah massa perahu sehingga massa jenisnya menjadi lebih besar yang menyebabkan perahu tersebut tenggelam.

4. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan adalah tegangan yang dimiliki oleh permukaan zat cair disebabkan adanya gaya pemulih (gaya tarik antar molekul) pada permukaan zat cair. Tegangan permukaan juga menyebabkan terbentuknya tetesan. Tetesan air terbentuk karena tegangan permukaan menarik permukaannya bersama-sama

43


(47)

dengan meminimumkan luas permukaan dan membuat tetesan itu berbentuk bola.44Secara kuantitatif tegangan permukaan didefiniskan dengan:

dengan: γ = Tegangan Permukaan (N/m)

F = Gaya pada permukaan zat cair (N) l =Panjang permukaan (m)

yaitu besarnya gaya yang dialami oleh tiap satuan panjang pada permukaan zat cair.

Gaya pemulih yang menyebabkan adanya tegangan permukaan ialah kohesi, gaya tarik – menarik antar molekul yang sejenis. Molekul-molekul yang tidak sejenis juga memiliki gaya tarik menarik yang disebut adhesi. Adhesi menyebabkan gejala kapilaritas, yaitu naiknya permukaan air jika berada pada tabung berdiameter kecil.

Gejala kapilaritas dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yaitu naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor, terhisapnya cairan oleh kain dan kertas hisap, naiknya air dari akar ke batang pohon melalui pembuluh kayu dan lain sebagainya.

5. Fluida ideal

Fluida ideal mempunyai ciri-ciri berikut ini:45

a. Alirannya tunak (steady), yaitu kecepatan setiap partikel fluida pada satu titik tertentu adalah tetap, baik besar maupun arahnya. Aliran tunak terjadi pada aliran yang pelan.

b. Alirannya tak rotasional, artinya pada setiap titik partikel fluida tidak memiliki momentum sudut terhadap titik tersebut. Alirannya mengikuti garis arus (streamline).

44Ibid , h. 399 45


(48)

c. Tidak kompresibel (tidak termampatkan), artinya fluida tidak mengalami perubahan volume (massa jenis) karena pengaruh tekanan.

d. Tak kental, artinya tidak mengalami gesekan baik dengan lapisan fluida di sekitarnya maupun dengan dinding tempat yang dilaluinya. Kekentalan pada aliran fluida berkaitan dengan viskositas.

6. Persamaan Kontinuitas

Persamaan kontinuitas mengatakan bahwa “volume fluida masuk kedalam

suatu pipa per satuan waktu harus sama dengan fluida yang keluar dari pipa per unit waktu, sekalipun diameter pipa berubah.46 Menurut Haryadi “Persamaan

kontinuitas menyatakan bahwa pada fluida tak kompresibel dan tunak, kecepatan aliran fluida berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Pada pipa yang luas penampangnya kecil, maka alirannya besar.47

Secara matematis persamaan kontinuitas dinyatakan dengan:

dengan: Q = Laju Aliran volume, debit (m3/s) V = Volume fluida (m3)

t = waktu (s)

Aplikasi kontinuitas yang paling sering kita gunakan ialah saat menyiram menggunakan selang. Untuk mendapatkan jangkauan yang lebih jauh maupun untuk meningkatkan kecepatan fluida yang mengalir kita sering menutup sedikit penampang selang sehingga luasnya semakin kecil dan menyebabkan fluida yang keluar semakin cepat (kecepatan bertambah).

46

Stephen D. Bresnick,Intisari Fsika,(Jakarta: Hipokrates, 1996), h. 58 47


(49)

7. Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli membahas mengenai hubungan antara kecepatan aliran fluida, ketinggian, dan tekanan dengan menggunakan konsep usaha dan energi.48 Secara matematis hukum Bernoulli dinyatakan dengan:

dengan: P = Tekanan (N/m2) ρ =Massa Jenis (Kg/m3) h= Ketinggian (m) v =kecepatan (m/s) g =Percepatan Gravitasi (m/s2)

Jika ditinjau secara matematis P, , dan ketiganya memiliki satuan yang sama yaitu Kg m-1s-2sama dengan satuan tekanan. Hukum Bernoulli dapat juga dikatakan sebagai hukum kekekalan tekanan pada fluida yang mengalir dalam pipa dengan ukuran, kecepatan dan diameter yang berbeda yang saling terangkai (berhubungan).

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan diantaranya:

Aim Abdul Karim (2007) dalam Forum Pendidikan, volume 26, nomor 2

tahun, maret 2007 yang berjudul “Analisis Isi Buku Teks dan Implikasinya dalam Memberdayakan Keterampilan Berpikir Siswa SMA”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan dan menganalisis unsur materi dan unsur pembelajaran buku teks di SMA, mengkaji kesesuaian isi buku teks dengan visi dan misi dalam meningkatkan keterampilan berpikir siswa, dan menguji keterbacaan buku teks dalam kaitannya dengan kemudahan/kesulitan siswa dalam mempelajari buku teks tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks yang digunakan kurang membangkitkan minat untuk mempelajari dan buku teks kurang mudah dipahami. Tingkat keterbacaan buku teks SMA berdasarkan hasil uji rumpang menggambarkan bahwa sebagian besar siswa yaitu 74,2% tergolong pembaca 48Ibid


(50)

frustasi atau pembaca gagal, sebagian kecil siswa 20,2% tergolong sedang atau instruksional, dan hanya 5,6% tergolong mudah atau independen. Dengan demikian buku teks SMA tergolong bacaan yang sukar dipahami. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa bahan ajar dan evaluasi dalam buku teks belum memberikan stimulus dan kemudahan pada siswa kearah pemahaman dan peningkatan keterampilan berpikir yang serasi dengan tujuan pembelajaran di sekolah. Buku teks yang dikaji pada umumnya belum memiliki hierarki pengetahuan dan proses berpikir yang memiliki kadar tinggi.

Penelitian Yusuf Hilmi Adisendjaja (2008) yang berjudul “Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains”.

Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh informasi mengenai ruang lingkup literasi sains pada buku ajar yang digunakan di sekolah khususnya buku teks Biologi kelas X di Kota Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tema literasi sains yang paling banyak muncul pada buku ajar yang dianalisis adalah Pengetahuan sains yakni sebesar 82%, penyelidikan hakikat sains sebesar 2%, sains sebagai cara berpikir sebesar 8% dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat sebesar 8%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa buku ajar Biologi yang dianalisis lebih menekankan pada pengetahuan sains, yakni menyajikan fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori, model, dan pertanyaan- pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat pengetahuan atau informasi.

Penelitian Eva Banowati (2007) dalam Jurnal Geografi Volume 4 No. 2

Juli 2007 yang berjudul “Buku Teks dalam Pembelajaran Geografi di Kota Semarang.” Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kualitas buku teks Geografi dalam pembelajaran geografi SMA di Kota Semarang. Hasil penelitian ini secara kuantitatif sebesar 76,96 % termasuk dalam kriteria sedang, yang mengindikasikan bahwa buku teks yang digunakan dalam pembelajaran di kota Semarang masih dapat digunakan sebagai sumber media pembelajaran di sekolah namun harus di dukung oleh buku– buku lain sehingga materi yang disampaikan dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.


(51)

John Wilkinson (1999) dalam Research in Science Education 29(3). Analisis kualitatif terhadap buku teks fisika berdasarkan literasi sains. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi isi dari buku teks yang digunakan di Kampus Fisika Victoria antara 1967 sampai 1997 untuk keseimbangan kurikulum dan penekanan kesesuaian dengan aspek literasi sains antara lain: (a) sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan, (b) sains sebagai cara menginvestigasi, (c) sains sebagai cara berpikir, dan (d) hubungan interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat. Mayoritas buku teks yang dianalisis menekankan sains sebagai batang tubuh ilmu pengetahuan, sebagian menekankan sains sebagai cara investigasi, dan sedikit penekanan pada sains sebagai cara berpikir. Teks yang dibuat Kampus Fisika Victoria (terbitan 1990) ditemukan lebih banyak penekanan pada tema sains, teknologi dan masyarakat daripada teks yang dibuat sebelum tahun 1990.

Meltem Duran (2011) dalam Western Anatolia Journal of Educational Sciences (WAJES), Dokuz Eylul University Institute, Izmir, Turkey. “Hubungan antara Pelatihan Guru IPA tentang Keterampilan Proses Sains dan Gaya Belajar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pelatihan keterampilan proses sains guru IPA dengan gaya belajar. Untuk tujuan ini, selama tahun pertama sampai keempat penelitian telah dilakukan terhadap 151 siswa yang terdapat pada jurusan pendidikan guru IPA, Fakultas Pendidikan, Universitas Mugla. Penelitian ini menggunakan metode survey. Pelatihan gaya

belajar guru ditentukan dengan “Gaya Belajar Inventory Kolb” diadaptasi di Turki

oleh Askar dan Akkoyunlu (1993). Dalam rangka mengevaluasi pelatihan

keterampilan proses guru, “Tes Keterampilan Proses” dikembangkan oleh Burns,

Okey dan Wise (1985) untuk mengidentifikasi KPS siswa di SMA dan Universitas dan diadopsi di Turki oleh Ates ve Bahar (2004). Ketika penilaian KPS secara umum diketahui, terlihat bahwa pelatihan KPS terpisah dan gaya belajar memiliki nilai KPS yang tinggi dibanding dengan pelatihan KPS dengan gaya belajar berbeda.


(52)

F. Kerangka Berpikir

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sesuai dengan keterampilan proses sains yang mendorong siswa untuk aktif mencari tahu dan melakukan bagaimana suatu pengetahuan ditemukan. Untuk itu, dalam pelajaran fisika tentunya harus mencakup kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan (curiosity) dan kegiatan yang bersifat penelitian hingga penemuan.

Buku teks pelajaran merupakan salah satu sumber belajar dalam mencapai tujuan kurikulum. Kalangan manapun baik guru maupun siswa di dalam atau di luar pembelajaran tidak akan terlepas dari buku teks pelajaran. Hal ini tidak lain karena buku teks pelajaran merupakan jembatan komunikasi dalam rangka transfer pengetahuan dan nilai dari seorang guru kepada siswa. Sehingga dalam penyusunan sebuah buku teks pelajaran khususnya mata pelajaran fisika terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang penulis buku teks pelajaran.

Salah satu bentuk kriteria buku mata pelajaran supaya dapat meningkatkan keterampilan proses pembacanya ialah dengan menstimulasi aktivitas siswa, sehingga siswa berusaha untuk menemukan asal dari sebuah pengetahuan dengan melakukan penelitian. Kegiatan penelitian juga membangun sikap ilmiah siswa yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Dengan demikian sudah seharusnya dalam buku teks pelajaran fisika terdapat informasi yang mendorong kegiatan penemuan siswa atau dengan kata lain terdapat pengembangan aspek-aspek Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam buku tersebut.

Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan mengakomodasi kebutuhan buku berkualitas yang terjangkau dan mudah diakses bagi seluruh masyarakat Indonesia, maka pemerintah membeli hak cipta buku teks pelajaran dari penulis/penerbit dan disebarluaskan dalam bentuk Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku BSE yang dipublikasikan seblumnya telah melalui tahap penilaian


(53)

yang dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sudah seharusnya buku-buku BSE tersebut mengandung aspek-aspek KPS sebagaimana tuntutan kurikulum.

Hasil survei penggunaan buku pelajaran Fisika kelas XI di seluruh SMA Negeri Kota Tangerang Selatan diperoleh data bahwa hanya SMAN 10 Kota Tangerang Selatan yang menggunakan BSE sebagai buku pegangan wajib bagi siswa yakni buku BSE karangan Bambang Hariadi. Penyajian hasil survei terdapat dalam lampiran 1. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru-guru Fisika kelas XI SMA Negeri se-Tangerang Selatan diperoleh data mengenai konsep yang dianggap memerlukan pendekatan keterampilan proses sains dalam proses pembelajaran yakni (1) Fluida dengan persentase 50%, (2) Termodinamika dengan persentase 25%, (3) Dinamika Rotasi dengan persentase 16,67% dan (4) Elastisitas dengan persentase 8,33%. Penyajian hasil survei terdapat dalam lampiran 2. Maka dari itu, konsep yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah Konsep Fluida.

Konsep fluida pada mata pelajaran fisika kurikulum KTSP dijabarkan dalam satu Standar Kompetensi (SK) yaitu menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah dan satu Kompetensi Dasar (KD) yaitu menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi ini akan mudah mudah dipahami dan diresapi oleh siswa jika disampaikan dengan pendekatan keterampilan proses sains.

Aplikasi konsep fluida pada dasarnya sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dan sangat mudah dijumpai, maka akan sangat mudah jika dipelajari dengan pendekatan KPS dengan melakukan percobaan hingga akhirnya siswa mampu menemukan teori dan hukum-hukum yang berlaku pada konsep fluida bahkan sangat memungkinkan hingga mampu menemukan formula matematis hukum-hukum pada fluida. Melihat konsep fluida membutuhkan penyampaian dengan pendekatan KPS maka dalam buku teks mata pelajaran fisika hendaknya memuat pedoman kegiatan siswa dengan menerapkan pendekatan KPS.


(54)

Oleh karena itu, penelitian tentang analisis Buku Sekolah Elektronik pada konsep fluida sangat penting dilakukan untuk mengetahui ketersediaan aspek KPS dalam buku tersebut dan kesesuaiannya dengan tuntutan kurikulum KTSP. Hasil penelitian tersebut selanjutnya dapat menjadi rekomendasi bagi sekolah dalam memilih buku sekolah elektronik yang akan digunakan dan menjadi bahan koreksi bagi penulis buku dan pemerintah mengenai kesesuaian buku sekolah elektronik dengan keterampilan proses sains. Kerangka berpikir secara ringkas tersaji dalam Gambar 2.2 berikut ini:

Kurikulum KTSP 2004 Pelajaran Fisika

Proses Belajar Mengajar (PBM) Keterampilan Proses

Sains (KPS) Buku Teks

BSE

Belum Diketahui Ketersediaan Aspek KPS

dalam BSE

Analisis Ketersediaan Aspek KPS dalam BSE

Mengetahui Gambaran Ketersediaan Aspek KPS dalam BSE

Rekomendasi bagi Sekolah Mengenai BSE yang Akan Digunakan


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2012/2013 semester II di Kota Tangerang Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakaan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Moleong salah satu karakteristik yang dimiliki oleh penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau gambar yang bukan angka-angka.49 Sumber data dari penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan yang ada pada buku teks mata pelajran fisika SMA kelas XI yang banyak digunakan di Kota Tangerang selatan pada konsep Fluida. Data yang diperoleh kemudian disusun, dan dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah analisis isi (content anlyze) yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisis isi dari suatu teks.50

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti agar tujuan penelitian tercapai dan permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan lebih sistematik. Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan, meliputi:

a. Perumusan masalah dan penyusunan proposal. b. Seminar proposal penelitian

c. Revisi proposal penelitian dan penentuan pembimbing.

49

Lexy J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.11

50

Nanang Martono,Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Sekunder, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 86


(56)

d. Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi (diadopsi dari buku Nuryani Y. Rustaman)

e. Penyusunan instrumen dengan meminta pertimbangan instrumen dari dosen pembimbing.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pelaksanaan Survei ke SMA Negeri yang ada di kota Tangerang Selatan untuk memperoleh informasi tentang buku teks mata pelajaran fisika yang digunakan di sekolah tersebut.

b. Pemilihan buku BSE mata pelajaran fisika SMA kelas XI yang akan dianalisis berdasarkan hasil survei.

c. Pemilihan konsep mata pelajaran fisika kelas XI yang akan dianalisis. 3. Tahap akhir, meliputi:

a. Pengkodean data

1) Pengkodean buku; buku yang ditulis oleh Bambang Hariadi diberi kode A, buku yang ditulis oleh Dwi Satyapalupi dkk diberi kode B.

2) Pengkodean pernyataan; kode pernyataan menggunakan huruf yaitu P jika pernyataan-pernyataan yang memuat aspek KPS yang terdapat pada bagian penjelasan, huruf Q jika pernyataan terdapat pada kolom kegiatan siswa, huruf R jika pernyataan terdapat pada bagian contoh soal, dan huruf S jika Pernyataan terdapat pada bagian soal latihan.

3) Pengkodean halaman, paragraf, dan baris ditulis dengan angka secara berurutan setelah kode pernyataan dan diberi pembatas dengan tanda titik. Misalnya pernyataan dengan kode P78.5.2 berarti pernyataan tersebut terdapat pada bagian penjelasan di halaman 78, paragraf 3, baris 2 dari paragraf tersebut.

b. Analisis Pernyataan pada buku sekolah elektronik fisika kelas XI yang dipilih berdasarkan keterampilan proses sains.

1) Menganalisis setiap paragraf atau kalimat dari setiap halaman buku pelajaran yang telah ditentukan sebagai sampel dengan menggunakan instrumen lembar observasi indikator Keterampilan Proses Sains (KPS).


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

111

BIODATA PENULIS

MOCHAMAD HILPAN. Pria kelahiran Tangerang, 24 Agustus 1990 ini memulai pendidikan formalnya di SDN Ciputat III (1996-2002), kemudian melanjutkan sekolah ke MTsN II Tangerang (2002-2005), setelah itu melanjutkan ke SMAN 1 Ciputat (2005-2008). Penulis tercatat sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika melalui jalur Ujian Mandiri UIN (2008-2014). Selain aktif mengikuti perkuliahan, penulis juga pernah aktif dibeberapa kegiatan mahasiswa yakni BEM-J P.IPA, HIQMA dan Asisten Lab. Fisika. Selain itu, penulis juga meluangkan waktunya sebagai pengajar beberapa lembaga bimbingan belajar dan les privat diantaranya Teknos dan Primagama. Penulis juga menjadi pengajar di SMP Puspita Bangsa (2012-2013) dan Pondok Pesantren Al-Tsaniyyah (2013-2014).